Anda di halaman 1dari 129

PROYEK AKHIR

RANCANG BANGUN ALAT PENGGILING DAGING


MENGGUNAKAN SUMBER ENERGI MATAHARI

Syafroni Imam Achmadi S.A


NRP. 1310.121.014

Dosen Pembimbing :

Renny Rakhmawati, ST, MT


NIP.19721024.199903.2.001

Suhariningsih, S.ST, MT
NIP.19640404.198903.2.002

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI


POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
SURABAYA
2016
PROYEK AKHIR

RANCANG BANGUN ALAT PENGGILING DAGING


MENGGUNAKAN SUMBER ENERGI MATAHARI

Syafroni Imam Achmadi S.A


NRP. 1310.121.014

Dosen Pembimbing :

Renny Rakhmawati, ST, MT


NIP.19721024.199903.2.001

Suhariningsih, S.ST, MT
NIP.19640404.198903.2.002

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2016
,ov
ABSTRAK

Banyak inovasi alternatif energi yang semakin dikembangkan


seperti solar cell. Solar cell dapat di manfaatkan sebagai sumber
listrik dari penggiling daging karena di pasar untuk mendapatkan
sumber listrik dari PLN sangat sulit. Solar sell sebagai sumber
energi yang ramah lingkungan, karena tidak ada polusi yang
dihasilkan selama proses konversi energi serta dengan solar cell alat
penggiling dapat di bawa ke mana-mana. Solar cell 100 WP yang di
gunakan pada proyek akhir ini dirancang agar dapat mengecharge
aki 12 Volt 32 Ah. Agar dapat menghasilkan tegangan yang sesuai
dengan kapasitas aki di gunakan buck-boost converter untuk
mengontrol dengan menggunakan metode increment-decrement.
Arus maksimum saat proses charge sebesar 3,4 Ah dengan keluaran
tegangan rata-rata 14,46 Volt saat kondisi accu 40%. Untuk
mengoptimalkan kerja dari motor DC pada proses penggilingan
daging digunakan metode kontrol logika fuzzy. Kontrol logika fuzzy
yang digunakan bertujuan untuk mengatur kecepatan motor sesuai
dengan beban yang ada pada motor agar proses penggilingan yang
di hasilkan bagus. Seting point kecepatan dari motor DC sebesar
250 rpm. Pada saat proses penggilingan dihasilkan kecepatan rata-
rata sebesar 228 rpm.

Kata kunci : Motor DC, Solar Cell, Penggiling Daging, Kontrol


Fuzzy

iv
ABSTRACT

Many innovations are getting developed alternative energy


such as solar cell. Solar cells can be utilized as the power source of
the meat grinder because in the market to get the source of
electricity is very difficult. Solar cell as an energy source that is
environmentally friendly, because there is no pollution produced
during the energy conversion process as well as the solar cell
grinding tool can be brought anywhere. Solar cell 100 WP in use at
the end of the project is designed to be charge battery 12 Volt 32
Ah. In order to generate the appropriate voltage to the battery
capacity is in use buck-boost converter to control it by using the
increment-decrement. The maximum current when the charge of 3.4
Ah with an average output voltage of 14.46 volts when the batteries
40%. To optimize the work of the DC motor in the process of
grinding the meat used fuzzy logic control method. Fuzzy logic
control that is used aims to regulate motor speed according to the
existing load on the motor so that the grinding process that produced
good. Setting point of the DC motor speed of 250 rpm. At the time
of the milling process produced an average speed of 228 rpm.

Keyword : DC motors, Solar Cell, Meat Grinder, Fuzzy Control

v
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT yang


senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA sehingga dapat
terselesaikannya Proyek Akhir ini yang berjudul :

“RANCANG BANGUN ALAT PENGGILING DAGING


MENGGUNAKAN SUMBER ENERGI MATAHARI ” Proyek
Akhir ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi salah satu
persyaratan guna menyelesaikan studi di Politeknik Elektronika
Negeri Surabaya. Dalam menyelesaikan Proyek Akhir ini, kami
melaksanakan berdasarkan teori-teori yang telah kami peroleh
dalam perkuliahan, literature dan bimbingan dari dosen pembimbing
serta pihak-pihak lain yang telah banyak memberikan semangat dan
bantuan. Penyusun sadar bahwa masih banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penyusunan buku laporan Proyek Akhir ini,
untuk itu penyusun mohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran
guna penyempurnaan pada buku. Selain itu juga diharapkan
pembaca dapat mengembangkan Proyek Akhir ini. Semoga buku ini
memberikan manfaat dalam menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas.

Surabaya, Juli 2016

Penulis

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur yang tak terhingga saya sampaikan kepada


Allah SWT Yang Maha Berkuasa, karena hanya dengan ridho,
hidayah dan anugerah-NYA saya dapat menyelesaikan proyek akhir
ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan juga keberbagai pihak
yang turut membantu memperlancar penyelesaian proyek akhir ini,
yaitu kepada:

 Kedua orangtua saya yang telah memberikan dukungan yang


begitu besar kepada penulis baik secara moril maupun materiil.
 Bapak Dr. Zaenal Arief, ST, MT, selaku Direktur Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya.
 Bapak Dr. I Gede Puja Astawa ST. MT, selaku Kepala
Departemen Teknik Elektro Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya.
 Bapak Epyk Sunarno, S.ST, MT, selaku Ketua Program Studi
D4 Teknik Elektro Indiustri
 Renny Rakhmawati, ST, MT dan Suhariningsih, S.ST, MT
selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan arif dalam
membimbing dan mendampingi saya serta banyak membantu
selama pengerjaan Proyek Akhir ini.
 Dosen-dosen Teknik Elektro Industri yang telah memberikan
bantuan dan saran-saran baik dalam perancangan, pembuatan,
hingga penyempurnaan proyek akhir ini.
 Badrut tamam, Dedi restiawan, terima kasih atas semua bantuan
serta dukungan yang begitu besar selama ini.
 Semua pihak yang belum saya sebutkan, yang telah membantu
saya baik selama perkuliahan maupun dalam pengerjaan proyek
akhir ini. Terima kasih.

Segala ucapan terima kasih tentu belum cukup, semoga Allah


SWT senantiasa membalas segala kebaikan Anda. Amin.

vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………...…………….. i
HALAMAN PENGESAHAN .……………………………..... iii
ABSTRAK ….………………………………………………… iv
ABSTRACT …………………………………………………... v
KATA PENGANTAR ……………………………………..... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………….. vii
DAFTAR ISI ………………………………………………... viii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………….. xii
DAFTAR TABEL …………………..………………………...
xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………………. 1
1.2. Tujuan …………………………………………….. 2
1.2.1. Tujuan Umum ……………………………... 2
1.2.2. Tujuan Khusus …………………………….. 2
1.3. Rumusan Masalah ………………………………… 2
1.4. Batasan Masalah ……………................................. 3
1.5. Metodologi ………………………………………... 3
1.5.1. Studi Literatur ……………………………... 3
1.5.2. Perancangan Hrdware ……………………... 3
1.5.3. Perancangan Sistem Software ……………... 4
1.5.4. Pengujian Sistem, Integrasi dan
Pengambilan Data ........................................ 5
1.5.5. Integrasi dan Pengujian Sistem ……………. 5
1.5.6. Experimen dan Analisa Sistem ……………. 5
1.6. Sistematika Pembahasan ………………………….. 5
1.7. Tinjauan Pustaka ………………………………….. 6

BAB II TEORI PENUNJANG


2.1. Motor DC ………………………………………... 9
2.2.1 Kutub Medan ……………………………… 9

viii
Halaman
2.2.2 Dinamo ………………………………….... 9
2.2.3 Commutator ……………………………… 10
2.2. Solar Cell ………………………………………. 11
2.2.1 Prinsip Kerja Solar Cell ………………...... 13
2.3. Buck-Boost Converter ………………………….. 13
2.4. Boost Converter ………………………………… 17
2.5. Rangkaian Snubber …………………………….. 21
2.6. Material Induktor ………………………………. 22
2.7. AT mega 16 …………………………………….. 24
2.8. Optocoupler ……………………………………. 27
2.9. Driver Totempole ………………………………. 28
2.10. PWM …………………………………………... 28
2.11. Relay …………………………………………... 30
2.12. Baterai / Accumulator ………………………….. 30
2.13. Sensor Tegangan ……………………………….. 31
2.14. Sensor Arus ………………………………….... 32
2.15. Logika Fuzzy ………………………………...… 33

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT


3.1. Perencanaan Sistem ……………………………. 35
3.2. Perancangan dan Pembuatan Buck-Boost
Converter ………………………………………. 36
3.3. Desain Rangkaian SnubberBuck-Boost
Converter ………………………………………. 40
3.4. Perancangan dan PembuatanBoost
Converter ………………………………………. 41
3.5. Rangkaian Snubber Boost Converter ………….. 43
3.6. Desain Induktor Converter …………………….. 45
3.7. Pembuatan Rangkaian Optocoupler
menggunakan TLP 250 ……………………….... 48
3.8. Perencanaan dan Pembuatan Rangkaian
Sensor Tegangan ……………………………..... 49
3.9. Perencanaan dan Perancangan Mekanik

ix
Halaman
Penggiling ……………………………………... 50
3.10. Perencanaan dan Perancangan
Spesifikasi Motor ………………………………. 51
3.11. Perencanaan dan Perancangan
Sensor Arus ……………………………………. 53
3.12. Perencanaan dan Perancangan
Kebutuhan Accu ……………………………….. 53
3.13. Perencanaan dan Perancangan
Kebutuhan Solar Cell ………………………….. 55
3.14. Perencanaan dan Perancangan
Fuzzy Logic Control …………………………… 56
3.15. Simulasi Boost Converter ……………………… 59
3.16. Simulasi Buck-Boost Converter ……………….. 60

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA


4.1. Pengujian Parsial ………………………………. 63
4.1.1 Pengujian Mikrokontroller
AT Mega 16 ……………………………. 63
4.1.2 Pengujian Panel Surya …………………. 64
4.1.3 Pengujian Driver TLP 250 …………….. 71
4.1.4 Pengujian Nilai Induktor ………………. 73
4.1.5 Pengujian Buck-Boost Converter ……… 74
4.1.6 Pengujian Boost Converter ……………. 79
4.1.7 Pengujian Sensor Tegangan …………… 83
4.1.8 Pengujian Sensor Arus ………………… 86
4.1.9 Pengujian Penggiling Daging
Tanpa Beban …………………………… 88
4.1.10 Pengujian Sensor Kecepatan …………... 90
4.2 Pengujian Integrasi ……………………………. 89
4.2.1 Pengujian Integrasi Charging Baterai
pada Integrasi Sistem Tanpa Kontrol
Increment Decrement ………………..... 91

x
Halaman
4.2.2 Pengujian Integrasi Charging Baterai
pada Integrasi Sistem dengan Kontrol
Increment Decrement …………………. 91
4.2.3 Pengujian Penggiling Berbeban ………. 93
4.2.4 Pengujian Penggiling Berbeban
Close Loop ……………………………. 95

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan …………………………………... 97
5.2. Saran ………………………………………….. 98

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………. 99

LAMPIRAN
BIODATA PENULIS

xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Blok Diagram Sistem 4
2.1 Motor DC 9
2.2 Skema solarcell 12
2.3 Rangkaian buck-boost konverter 14
2.4 Rangkaian buck boost dengan analisa tertutup 14
2.5 Rangkaian buck boost dengan analisa terbuka 15
2.6 Gelombang output dari buck bosst converter 16
2.7 Rangkaian ekivalen boost converter 18
2.8 Rangkaian Dasar Boost Converter 18
2.9 Rangkaian Ekivalen Mode 1 19
2.10 Rangkaian Ekivalen Mode 2 19
2.11 Bentuk gelombang tegangan dan arus beban 20
2.12 Rangkaian snubber 22
2.13 Konfigurasi Pin/Kaki Pada ATMega16 25
2.14 Rangkaian dasar optocoupler 27
2.15 Rangkaian totempole 28
2.16 Blok Diagram PWM 29
2.17 Gelombang Pulsa Output PWM 29
2.18 Rangkaian resistor pembagi tegangan 32
2.19 Skematik sensor arus 33
2.20 Perbedaan temperatur dalam logika Fuzzy 34
3.1 Blok Diagram Sistem 35
3.2 Flowchart sistem charging 37
3.3 Flowchart kontrol motor 37
3.4 Rangkaian Buck-boost Converter 38
3.5 Rangkaian snubber buck-boost 40
3.6 Rangkaian Boost Converter 41
3.7 Rangkaian snubber Boost Converter 44
3.8 Nilai induktor pada buck-boost converter 46
3.9 Nilai induktor pada boost converter 48

xii
Halaman
3.10 Rangkaian pemisah (optocoupler) 48
3.11 Rangkaian sensor tegangan 49
3.12 Desain mekanik penggiling 50
3.13 Perbandingan puli 51
3.14 Name plate Motor DC 51
3.15 Accu yang digunakan 54
3.16 Spesifikasi solar cell 55
3.17 Rangkaian boost konverter pada simulator PSIM 59
3.18 (a) Bentuk gelombang tegangan output dan arus output 60
(b) Nilai tegangan output dan arus output 60
3.19 Rangkaian buck boost konverter pada simulator PSIM 61
3.20 (a) Bentuk gelombang tegangan output dan arus output 62
(b) Nilai tegangan output dan arus output 62
4.1 Pengujian mikrokontroller AT Mega 16 64
4.2 (a) Panel surya yang diletakkan miring dengan tanah 65
(b) Pengujian panel surya menggunakan alat ukur
dan resistor variabel 65
4.3 Kurva karakteristik V-P panel surya 70
4.4 Kurva karakteristik V-I panel surya 71
4.5 (a) Sinyal PWM sebelum di beri TLP 250 71
(b) Sinyal PWM dari keluaran TLP250 72
4.6 (a) nilai induktor boost converter 73
(b) nilai Q induktor boost converter 73
4.7 (a) nilai induktor buck boost converter 74
(b) nilai Q induktor buck boost converter 74
4.8 Rangkaian buck-boost converter 75
4.9 (a) Pengujian GS pada buck-boost converter 76
(b) Pengujian DS pada buck-boost converter 76
4.10 Pengujian buck-boost converter 77
4.11 Pengujian boost converter 79
4.12 (a) Pengujian GS pada boost converter 80
(b) Pengujian DS pada boost converter 81
4.13 Pengujian boost converter 82

xiii
Halaman
4.14 Pengujian sensor tegangan 84
4.15 Karakteristik sensor tegangan 86
4.16 Rangkaian pengujian sensor arus ACS712 86
4.17 Pengujian sensor arus 87
4.18 Kurva karakteristik sensor arus ACS712 88
4.19 Penggiling tanpa beban 89
4.20 Pengujian sensor kecepatan 90
4.21 Pengujian charging 92
4.22 Kurva karakteristik charging 93
4.23 Proses penggilingan 94
4.24 Perbandingan kecepatan antara open loop dan
close loop 96

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 AWG table ...................................................................... 23
2.2 Jenis-jenis core ............................................................... 24
4.1 Data pengujian panel surya 100 WP ……………….… 66
4.2 Data pengujian buck-boost converter ............................. 78
4.3 Data pengujianboost converter ……………………….. 82
4.4 Data Pengujian Sensor Tegangan …………………….. 85
4.5 Data pengujian sensor arus ACS712 …………………. 87
4.6 Data pengujian penggiling tanpa beban ……………… 89
4.7 Data pengujian sensor kecepatan …………………….. 90
4.8 Data pengujian charging baterai 12 V/32 Ah ………………. 91
4.9 Data pengujian charging baterai 12 V/45 Ah close loop …… 92
4.10 Data pengujian penggiling berbeban ……………….... 94
4.11 Data pengujian penggiling berbeban close loop ……... 95

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi listrik di masyarakat kini kian meningkat, karena hampir
setiap aktifitas yang dilakukan manusia membutuhkan energi listrik.
Selain itu peralatan yang ada di industri, perumahan, pertokoan tidak
lepas dari penggunaan energi listrik. Kebutuhan energi terus meningkat
tiap tahun yang di akibatkan oleh pertumbuhan penduduk dan pola
konsumsi energi yang semakin bertambah. Sumber energi listrik yang
berasal dari fosil semakin langka. Masyarakat tidak lagi bisa memanfaat
energi dari fosil. Dilihat dari permasalahan ini, banyak inovasi alternatif
energi yang semakin dikembangkan seperti solar cell untuk mengurangi
ketergantungan manusia terhadap energi listrik. Pada kenyataan solar
cell juga dapat di manfaatkan sebagai sumber energi yang ramah
lingkungan dan sangat menjanjikan pada masa yang akan datang, karena
tidak ada polusi yang dihasilkan selama proses konversi energi dan
berlimpah sumber energi matahari yang berasal dari alam, terlebih di
negeri tropis semacam Indonesia yang menerima sinar matahari
sepanjang tahun. Untuk mendapatkan efisisensi energi yang maksimal
di gunakan metode increment decrement pada rangkaian buck-boost
converter.
Seiring dengan kemajuan teknologi, Pada dunia industri tentang
ketidakstabilan dari kecepatan motor dc ketika awal penyalaan sangat di
permasalahkan.Selain itu permasalahan juga terdapat pada beban yang
di gunakan beban yang menyebabkan kecepatan yang tidak stabil, maka
sistem tersebut akan terganggu. Pertimbangan penggunaan kontrol
dalam dunia industri sangat penting, terutama pada pengaturan
kecepatan pada motor dc.
Pada saat ini banyak alat penggiling daging yang masih
menggunakan sumber dari PLN dan juga kecepatan dari penggiling
selalu tidak stabil sehingga hasil dari gilingan tidak sama. Pada proyek
akhir ini di buat alat penggiling daging yang berasal dari sumber energi
matahari dan memiliki kecepatan yang stabil apabila di berikan berbagai

1
2

macam berat beban.untuk mengatur kecepatan motor DC agar konstan


di gunanaka metode fuzzy logic control.

1.2 Tujuan
Tujuan yang akan di capai dari pembuatan proyek akhir ini dapat
dibedakan atas dua tujuan, yaitu:

1.2.1 Tujuan Umum


Untuk memenuhi persyaratan akademis menyelesaikan studi
pada Program Studi Teknik Elektro Industri Program D4 di Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya.

1.2.1 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dalam proyek akhir ini adalah untuk merancang
sistem kontrol increment decrement agar keluaran tegangan dari proses
charging konstan serta merancang sistem kontrol fuzzy untuk mengatur
kecepatan motor dc agar konstan apabila diberi beban dengan
mengunakan supply dari solar cell pada aplikasi alat penggiling daging.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang pembuatan Proyek Akhir ini, rumusan
masalah yang akan diangkat meliputi:
1. Bagaimana cara mengatur keluaran tegangan dari buck-boost
converter agar constant 14,4V?
2. Bagaimana cara mengatur tegangan dan arus untuk charging accu?
3. Bagaimana cara membuat sensor arus, sensor tegangan, dan sensor
kecepatan yang kemudian dikonversi dengan ADC.
4. Bagaimana pembuatan perangkat keras (hardware) dari alat penggiling
daging?
5. Bagaimana pembuatan perangkat lunak (software) menggunakan
fuzzy logic control pada boost converter?
6. Bagaimana mengatur kecepatan motor DC setelah di beri beban
daging kecepatan motor tetap saat start dan setelah di beri beban?
3

1.4 Batasan Masalah


Berikut batasan masalah yang akan dihadapi dalam proses
pengerjaan Proyek Akhir ini:
1. Nilai set point dari boost converter yang di gunakan sebesar
250rpm
2. Kapasitas panel surya yang digunakan 100 WP
3. Metode charging yang digunakan yaitu increment decrement
4. Converter yang digunakan dalam sistem kontrol merupakan buck-
boost converter dan boost converter dengan metode switching
Pulse Width Modulation (PWM).
5. Keluaran tegangan dari rangkaian buck-boost converter sebesar
14,4 volt.
6. Metode yang di gunakan pada boost converter yaitu metode
kontrol fuzzy.
7. Accu yang di gunakan 12 Volt dengan kapasitas 32 Ah.accu
digunkan secara bergantian di charge dahulu lalu di gunakan buat
proses penggilingan.
8. Pada sistem ini solar cell mecharge accu setelah full accu
menjalankan motor.

1.5 Metodologi

1.5.1 Studi literatur


Studi literatur didapatkan dengan cara membaca bacaan bisa
berupa jurnal, paper, buku – buku teks maupun diskusi dengan
pembimbing. Dari literatur–literatur yang ada, maka diambil poin-poin
yang relevan dengan pokok bahasan sehingga dapat membantu
penyelesaian penelitian ini. Dasar teori yang digunakan dam
penyelesaian proyek akhir antara lain tentang buck-boost converter,
pengaturan kecepatan motor DC,boost converter, metode kontrol Fuzzy
serta pemrograman mikrokontroller menggunakan AT mega 16.

1.5.2 Perancangan sistem

Pada pembuatan proyek akhir ini menggunakan perancangan


sistem meliputi:
4

Solar Buck-boost Boost Motor


accu
cell DC
converter converter

Load
Sensor
arus

Sensor
Sensor kecepatan
tegangan

ADC ADC Timer2

Mikrokontroller
Timer1
counter

Aliran daya
Aliran sensor dan PWM

Gambar 1.1. Blok Diagram Sistem

1.5.3 Perancangan hardware


1. Perancangan buck-boost converter
2. Perancangan boost converter
3. Perancangan minimum system ATMega 16
4. Perancangan sensor tegangan
5. Perancangan sensor arus
6. Perancangan sensor kecepatan
7. Perancangan rangkaian totempole
8. Integrasi Sistem
5

1.5.4 Perancangan sistem software


Pada perancangan sistem controller menggunakan AT MEGA
16 berbasis kontrol fuzzy untuk mengatur PWM dari boost converter
pada pengaturan kecepatan motor DC dan untuk mengatur PWM pada
buck-boost converte dengan metode increment decrement untuk proses
charging accu.

1.5.5 Integrasi dan Pengujian Sistem


Pada tahap ini dilakukan integrasi sistem dari bagian-bagian
yang telah dibuat. Dilakukan pengujian sistem yang telah terintegrasi
dan dilakukan perbaikan jika terjadi fault (kegagalan ).

1.5.6 Eksperimen dan Analisa Sistem


Setelah dilakukan beberapa pengujian dan perbaikan sistem,
diperoleh sistem yang memiliki unjuk kerja yang diinginkan. Dengan
demikian, data dan analisis perancangan system dapat diolah

1.6 Sistematika Pembahasan


Sistematika pembahasan penyusunan Proyek Akhir ini
direncanakan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan,
perumusan masalah, batasan masalah, metodologi, sistematika
pembahasan proyek akhir dan tinjauan pustaka.

BAB II : TEORI PENUNJANG


Bab ini membahas teori-teori yang menunjang dan berkaitan dengan
penyelesaian Proyek Akhir.

BAB III : PERENCANAAN DAN PEMBUATAN


Bab ini membahas tahap perencanaan dan proses pembuatan perangkat
keras Proyek Akhir.
6

BAB IV : PENGUJIAN DAN ANALISA


Bab ini membahas secara keseluruhan dari sistem dan dilakukan
pengujian serta analisa pada setiap pengujian software dan hardware.
Mengintegrasikan seluruh sistem dan pengujian, kemudian
berdasarkan data hasil pengujian dan dilakukan analisa terhadap
keseluruhan sistem.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN


B a b i n i m e m b a h a s kesimpulan dari pembahasan,
perencanaan, pengujian dan analisa berdasarkan data hasil
pengujian sistem. Untuk meningkatkan hasil akhir yang lebih baik
diberikan saran-saran terhadap hasil pembuatan Proyek Akhir.

1.7 Tinjauan Pustaka


Penelitian yang pernah dilakukan digunakan sebagai referensi pada
proyek akhir ini adalah :

1. Tugas Akhir “RANCANG BANGUN BUCK-BOOST KONVERTER


BERBEBAN MOTOR DC MENGGUNAKAN KONTROL LOGIKA
FUZZY”yang disusun oleh PUTRI ARDANI W
(NRP.7308040015)mahasiswa D4 Teknik Elektro Industriterdapat
penjelasan tentang prinsip kontrol fuzzy untuk menjaga putaran motor
DC, dengan kontroller ini berhasil memperoleh hasil yang baik.

2. Tugas Akhir“PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC


PENGUAT TERPISAH MENGGUNAKAN KONTROL PID-FUZZY
(PERANGKAT KERAS)”oleh Tri Heri Admojo(NRP.7303030019)
mahasiswa D3 Teknik Elektro Industrimenjelaskan tentang
pemnggunaan dan karakteristik motor DC penguat terpisah.Dengan
menggabungkan dua tinjauan pustaka diatas, maka dalam proyek akhir
ini dilakukan pengembangan dengan menggunakan supply dari solar
cell.

Kesimpulan : Dari kedua penelitian yang telah ada, kedua masih


menggunakan sumber AC yang di ambil dari PLN sehingga masih
terdapat biaya harian untuk membayar listrik. Dengan sumber matahari
7

diharapkan bermanfaat bagi masyarakat yang tinggal di daerah yang


memiliki potensi matahari sangat besar dan bisa mandiri tanpa bantuan
listrik dari PLN agar tercipta keseimbangan energi yang baik.
Pemberian supplai tegangan dc untuk rangkaian kontroler pada
penelitian ini masih memakai trafo yang dapat mempengaruhikerja dari
rangkaiaan tersebut. Dengan sumber DC dari solar cell yang tidak
menggunakan trafo di harapkan mampu menghasilkan tengangan suply
yang sesuai.
Sebelum diberikan kontrol fuzzy, output tegangan buck-boost
tidak stabil dan bila diberi beban, maka tegangan akan drop dan tidak
kembali ke tegangan awal sebelum beban di beri.Dengan menggunakan
kontrol fuzzy kita dapat mengatur nilai minimum dan maksimum fuzzy
agar tercapai setpoint yang diinginkan
8

Halaman Sengaja Dikosongkan


BAB 2
TEORI PENUNJANG

2.1 Motor DC
Motor arus searah, sebagaimana namanya, menggunakan arus
langsung yang tidak langsung/direct-unidirectional. Motor DC
digunakan pada penggunaan khusus dimana diperlukan penyalaan
torque yang tinggi atau percepatan yang tetap untuk kisaran
kecepatan yang luas.

Gambar 2.1 Motor DC

Dari gambar 2.1 dapat diuraikan penjelasaannya sebagai


berikut:

2.1.1 Kutub Medan


Motor DC memiliki 2 kutub medan magnet yaitu kutub utara
dan kutub selatan yang stasioner dan dynamo yang menggerakkan
bearing pada ruang diantara kutub medan. Garis magnetik energi
membesar melintasi bukaan diantara kutub-kutub dari utara ke
selatan.

2.1.2 Dinamo
Dinamo pada motor DC berbentuk silinder, dihubungkan
kearah penggerak untuk menggerakkan beban. Bila arus masuk
menuju dinamo, maka arus ini akan menjadi elektromagnet. Pada
motor DC yang kecil, dinamo berputar dalam medan magnet yang
dibentuk oleh kutub-kutub, sampai kutub utara dan selatan berganti
lokasi. Saat hal itu terjadi arus yang masuk ke dalam motor DC akan

9
10

berbalik dan merubah kutub-kutub utara dan selatan dinamo.

2.1.3 Commutator
Kegunaan komponen ini pada motor DC adalah untuk
membalikkan arah arus listrik dalam dinamo, commutator juga
membantu motor DC dalam hal transmisi arus antara dinamo dan
sumber daya.

Keuntungan penggunaan motor DC adalah sebagai


pengendali kecepatan, yang tidak mempengaruhi kualitas pasokan
daya. Motor DC umumnya dibatasi untuk penggunaan berkecepatan
rendah, penggunaan daya rendah hingga sedang, ini dikarenakan
karena sering terjadi masalah dengan perubahan arah arus listrik
mekanis pada ukuran yang lebih besar. Motor DC juga relative
lebih murah dari pada motor AC.

Jenis-jenis motor DC, yaitu sebagai berikut


:
1. Motor DC sumber daya terpisah /SeparatelyExcited
Motor DC jenis ini adalah dimana jika arus medan dipasok dari
sumber terpisah jadi arus yang masuk kedalam motor DC bukanlah
arus yang ada pada motor DC itu sendiri melainkan dari sumber
yang tepisah.

2. Motor DC sumber daya sendiri /Self Excited motor shunt


Pada motor shunt, gulungan medan (medanshunt) disambungkan
secara paralel dengan gulungan dinamo (A) oleh karena itu total arus
dalam jalur merupakan penjumlahan arus dan arus dinamo. Jika
dijabarkan tentang kecepatan motor shunt adalah sebagai berikut:
o Kecepatan pada prakteknya konstan tidak tergantung pada
beban (hingga torque tertentu kecepatan berkurang) dan oleh
karena itu cocok untuk penggunaan komersial dengan beban awal
yang rendah.
o Kecepatan komersial dapat dikendalikan dengan cara
11

memasang tahanan dalam susunan seri dengan dinamo (kecepatan


berkurang) atau dengan memasang tahanan pada arus medan
(kecepatan bertambah).

3. Motor DC daya sendiri/ motor seri


Dalam motor seri, gulungan medan (medanshunt) dihubungkan
secara seri dengan gulungan dinamo oleh karena itu arus medan
sama dengan arus dinamo. Dimana kecepatan dibatasi pada 5000
RPM dan harus menghindari menjalankan motor seri tanpa ada
beban sebab kecepatan motor diluar 5000 RPM tidak dapat
dikendalikan. Motor seri cocok untuk penggunaan yang
memerlukan torque penyalaan awal yang tinggi.

4. Motor DC Kompon/gabungan
Motor kompon/ gabungan motor seri dan shunt dimana pada
motor kompon gulungan medan dihubungkan secara paralel dan seri
dengan gulungan dinamo (A) .Motor kompon memiliki torque
penyalaan awal yang bagus dan kecepatan yang stabil. Makin tinggi
persentase penggabungan (persentase gulungan medan yang
dihubungkan secara seri), makin tinggi pula torque penyalaan awal
yang dapat ditangani oleh motor ini.

2.2 Solar Cell


Solar cell atau panel surya adalah alat untuk mengkonversi
tenaga matahari menjadi energi listrik.photovoltaic adalah teknologi
yang berfungsi untuk mengubah atau mengkonversi radiasi matahari
menjadi energi listrik secara langsung. PV biasanya dikemas dalam
sebuah unit yang disebut modul. Dalam sebuah modul surya terdiri
dari banyak sel surya yang bisa disusun secara seri maupun paralel.
Sedangkan yang dimaksud dengan surya adalah sebuah elemen
semikonduktor yang dapat mengkonversi energi surya menjadi
energi listrik atas dasar efek fotovoltaik. Solarcell mulai popular
akhir-akhir ini, selain mulai menipisnya cadangan enegi fosil dan isu
global warming. energi yang dihasilkan juga sangat murah karena
12

sumber energi (matahari) bisa didapatkan secara gratis.Solar cell


dapat dilihat pada gambar 2.2 :

Gambar 2.2. Skema solarcell

Panel surya biasanya memiliki umur 20+ tahun yang


biasanya dalam jangka waktu tersebut pemilik panel surya tidak
akan mengalami penurunan efisiensi yang signifikan. Namun,
meskipun dengan kemajuan teknologi mutahir, sebagian besar panel
surya komersial saat ini hanya mencapai efisiensi 15% dan hal ini
tentunya merupakan salah satu alasan utama mengapa industri
energi surya masih tidak dapat bersaing dengan bahan bakar fosil.
Panel surya komersial sangat jarang yang melampaui efisiensi 20%.

Karena peralatan rumah saat ini berjalan di alternating


current (AC), panel surya harus memiliki power inverter yang
mengubah arus direct current (DC) dari sel surya menjadi
alternating current (AC).

Posisi ideal panel surya adalah menghadap langsung ke sinar


matahari (untuk memastikan efisiensi maksimum). Panel surya
modern memiliki perlindungan overheating yang baik dalam bentuk
semen konduktif termal. Perlindungan overheating penting
dikarenakan panel surya mengkonversi kurang dari 20% dari energi
surya yang ada menjadi listrik, sementara sisanya akan terbuang
sebagai panas, dan tanpa perlindungan yang memadai kejadian
13

overheating dapat menurunkan efisiensi panel surya secara


signifikan.

Solar cell merupakan suatu perangkat semi konduktor yang


dapat menghasilkan listrik jika diberikan sejumlah energi cahaya.
Proses penghasilan energi listrik terjadi jika pemutusan ikatan
elektron pada atom-atom yang tersusun dalam Kristal
semikonduktor ketika diberikan sejumlah energy. Salah satu bahan
semikonduktor yang biasa digunakan sebagai sel surya adalah
Kristal silicon.

2.2.1 Prinsip Kerja Solar Cell

Efek sel photovoltaik terjadi akibat lepasnya elektron yang


disebabkan adanya cahaya yang mengenai logam. Logam-logam
yang tergolong golongan 1 pada sistem periodik unsur-unsur seperti
Lithium, Natrium, Kalium, dan Cessium sangat mudah melepaskan
elektron valensinya. Selain karena reaksi redoks, elektron
valensilogamlogam tersebut juga mudah lepas olehadanya cahaya
yang mengenai permukaan logam tersebut. Diantara logam-logam
diatas Cessium adalah logam yang paling mudah melepaskan
elektronnya, sehingga lazim digunakan sebagai foto detektor.

2.3 Buck-Boost Converter


Konverter buck-boost dapat menghasilkan tegangan keluaran
yang lebih rendah atau lebih tinggi daripada sumbernya. Skema
konverter ini dapat dilihat pada gambar 2.3. Rangkaian kontrol daya
penyaklaran akan memberikan sinyal kepada MOSFET. Jika
MOSFET OFF maka arus akan mengalir ke induktor, energi yang
tersimpan di induktor akan naik. Saat saklar MOSFET ON energi di
induktor akan turun dan arus mengalir menuju beban. Dengan cara
seperti ini, nilai rata-rata tegangan keluaran akan sesuai dengan rasio
antara waktu pembukaan dan waktu penutupan saklar. Hal inilah
yang membuat topologi ini bisa menghasilkan nilai rata-rata
14

tegangan keluaran/bebn bisa lebih tinggi maupun lebih rendah


daripada tegangan sumbernya.

Gambar 2.3.Rangkaian buck-boost konverter

Prinsip kerja rangkaian ini dibagi menjadi 2 mode. Selama


mode 1, transistor Q1 di-ON-kan dan diode Dm mendapat bias
mundur arus input, yang bertambah mengalir melalui inductor L dan
transistor Q1. Selama mode 2, transistor Q1 di-OFF-kan. Dan arus
mengalir melalui inductor L, diteruskan ke C, Dm dan ke beban.
Energi yang tersimpan didalam inductor L akan ditransfer ke beban.
Dan arus induktor akan berkurang sampai transistor Q1 di-ON-kan
lagi pada siklus berikutnya.

Gambar 2.4 .Rangkaian buck boost dengan analisa tertutup1

1
MUHAMMAD H.RASHID, ELEKTRONIKA DAYA, jilid I (Jakarta: PT
Prenhallindo, 1999), h. 242
15

Pada Gambar 2.4 menunjukkan rangkaian buckboost dalam


keadaan mosfet Q1 ON. Hal ini menyebabkan diode bekerja reverse
sehingga arus akan mengalir ke induktor L. Dengan adanya arus
yang mengalir ke induktor maka terjadi pengisian arus pada
induktor sehingga arus induktor (IL) naik.

Gambar 2.5. Rangkaian buck boost dengan analisa terbuka 2

Pada Gambar 2.5 menunjukkan rangkaian buckboost dalam


keadaan mosfet Q1 OFF. Hal ini menyebabkan dioda bekerja
forward sehingga arus mengalir L, C, Dm dan beban. Energi yang
tersimpan di induktor mengalami discharging. Disebutkan juga
bahwa regulator buckboost menghasilkan tegangan keluaran yang
terbalik tanpa memerlukan trafo. Regulator ini juga memiliki
efisiensi yang tinggi.

2
Ibid.,h.242
16

Gambar 2.6.Gelombang output dari buck bosst converter 3

Menentukan Duty cycle dari PWM

−V out
D= .......................................................................... (2.1)
V ¿ −V out

Menentukan nilai induktansi

3
Ibid.,h.243.
17

L= ( 1f ) x [ V out +V f ] x
( V¿
)( )
V out +V f + V ¿
x
1
∆ IL
… … … … (2.2)

Menentukan nilai kapasitor


Vo x D
C= ............................................................................ (2.3)
∆ VoxRxf

2.4 BOOST CONVERTER


Pada beberapa aplikasi industri, diperlukan peralatan yang
dapat mengubah sumber tegangan DC tetap menjadi tegangan DC
yang bersifat variabel yaitu menggunakan DC chopper dan biasa
disebut DC ke DC. DC chopper dapat digunakan sebagai regulator
mode pensaklaran untuk mengubah tegangan DC, yang tidak
teregulasi menjadi tegangan DC yang teregulasi. Regulasi tidak
biasa dicapai melalui pengaturan PWM pada frekuensi tertentu dan
devais pensaklaran menggunakan BJT, MOSFET, atau IGBT. Salah
satu jenis topologi dasar pensaklaran yaitu Boost. Prinsip kerja boost
dapat diklasifikasikan ke dalam prinsip kerja DC Chooper step up,
tegangan keluaran dari boost selalu lebih besar dari tegangan
masukan.
Prinsip kerja boost adalah sesuai dengan prinsip kerja dari
step-up DC chopper. Rangkaian ekivalen untuk operasi step-up
ditunjukkan pada Gambar 2.7. Apabila saklar SW ditutup selama
waktu t1, arus induktor menjadi naik dan energi disimpan pada
induktor L. Apabila saklar dibuka selama waktu t2 , energi yang
tersimpan pada induktor akan dipindahkan ke beban melalui dioda
D1 dan arus induktor menjadi jatuh. Prinsip ini dapat diaplikasikan
untuk mengubah energi dari satu sumber tegangan ke tegangan lain
dengan nilai magnitude yang berbeda. Boost Converter pada Proyek
Akhir ini digunakan untuk menaikkan tegangan minimum solar cell
menjadi 26-28 Volt.
18

Gambar 2.7. Rangkaian ekivalen boost converter 4

Cara kerja rangkaian dapat dibagi menjadi dua mode. Mode 1


dimulai pada transistor M1 di-on-kan pada t = 0. Arus masukan,
yang meningkat, mengalir melalui induktor L dan transistor Q1.
Mode 2 dimulai saat transistor M1 di-off-kan pada t = t1. Arus yang
mengalir melalui transistor akan mengalir melalui L, C, beban, dan
diode Dm. Arus induktor turun sampai transistor M1 di-on-kan
kembali pada siklus berikutnya. Energi yang tersimpan pada
induktor L dipindahkan ke beban. Gambar 2.8. berikut menunjukkan
Rangkaian dasar dari boost converter.

Gambar 2.8. Rangkaian Dasar Boost Converter5

4
MUHAMMAD H.RASHID, ELEKTRONIKA DAYA, jilid I (Jakarta: PT
Prenhallindo, 1999), h. 251
5
Ibid.,h.251.
19

Prinsip kerja dari boost ini terbagi menjadi 2 mode yaitu :


a. Mode 1 :
Mode 1 dimulai ketika M1 di on-kan pada t = 0. Arus
masukan yang meningkat mengalir melalui induktor L dan Q1.
Karena tegangan pada kapasitor masih 0 sehingga beban tidak
mendapat supply tegangan saat M1 pertama kali di on-kan.
Rangkaian ekivalen Mode1 ditunjukkan pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9.Rangkaian Ekivalen Mode 16

b. Mode 2 :
Mode 2 dimulai pada saat M1 di off-kan pada t = t1. Arus
yang mengalir melalui Q1 akan mengalir melalui L, C, beban, dan
diode Dm. Arus induktor akan turun sampai transistor di on-kan
kembali pada siklus berikutnya. Energi yang tersimpan pada
induktor L dipindahkan ke beban. Rangkaian ekivalen Mode2
ditujukkan pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10. Rangkaian Ekivalen Mode 27

6
Ibid.,h.251.
7
Ibid.,h.251.
20

Pada saat Q1 di on-kan kembali maka arus pada induktor L


akan meningkat dan energi yang tersimpan pada kapasitor C akan
mengalir ke beban, sehingga aliran tegangan yang mengalir ke
beban tidak akan pernah terputus/kontinyu. Itulah sebabnya boost
converter dapat menaikkan tegangan karena energi yang tersimpan
pada kapasitor akan selalu mengalir secara terus-menerus. Bentuk
gelombang tegangan dan arus beban yang kontinyu bentuk
gelombang tegangan dan arus beban ditunjukkan pada Gambar
2.11. terlihat bahwa tegangan beban/ tegangan kapasitor
kontinyu/tidak terputus.

Gambar 2.11. Bentuk gelombang tegangan dan arus beban.8

8
Ibid.,h.251.
21

Berdasarkan mode 1 dan mode 2 dapat disimpulkan bahwa


apabila chopper di on-kan energi dipindahkan dari sumber Vs ke
induktor L. Apabila chopper di off-kan maka sejumlah energi yang
tersimpan dalam induktor dipindahkan ke baterai E.
Boost converter dapat menaikkan tegangan keluaran tanpa
memerlukan trafo. Karena memiliki 1 buah transistor. Arus masukan
kontinyu namun arus puncak yang tinggi mengalir melalui
transistor. Tegangan keluaran sangat sensitif terhadap perubahan
duty cycle k dan sangat sulit untuk menstabikan regulator.

Berdasarkan hukum Faraday untuk boost converter adalah:

VsDT = (Vo−Vs )( 1−D ) T .............................................. (2.4)

Sehingga persamaan perbandingan tegangan DC nya adalah

Vo 1
= .............................................................................. (2.5)
Vs 1−D
Boost converter bekerja pada kondisi CCM yaitu jika L > Lb,
dimana:

2
(1−D) DR
Lb= ......................................................................
2f
(2.6)

Nilai minimum untuk filter kapasitor yang mempengaruhi ripple


tegangan adalah:

DVo
Cmin= ....................................................................... (2.7)
VrRf

2.5 Rangkaian Snubber


Pada rangkaian converter DC-DC sangat dibutuhkan sekali
rangkaian snubber untuk memotong tegangan Vds yang mempunyai
spike yang tinggi atau melampaui tegangan Vds pada MOSFET.
Untuk rangkaian buck-boost converter setelah disupply tegangan
22

pada sisi input, tegangan spike yang ditimbulkan oleh leakage


inductance (induktansi bocor) cukup tinggi. Untuk itu digunakan
rangkaian snubber yng berfungsi meredam tegangan spike tersebut.
Pada rangkaian snubber semakin besar nilai kapasitor yang
digunakan, semakin besar tegangan yang dipotong. Tetapi nilai
kapasitor kapasitor yang digunakan harus menyesuaikan dengan
resistor yang diseri dengan kapasitor dan fast diode yang dipasang
parallel.

(a) (b)
Gambar 2.12 Rangkaian snubber

Pada Gambar 2.12 (a) menunjukkan rangkaian RCD snubber,


dimana untuk penggunannya dipasang secara paralel terhadap
tranformator, sedangkan Gambar (b) adalah menunjukkan
rangkaian RC snubber, dimana penggunannya dilakukan dengan
memasangkan secara paralel terhadap MOSFET. Walaupun
konfigurasi rangkaianya berbeda akan tetapi fungsi dari kedua
rangkaian snubber tersebut adalah sama yaitu untuk mengurangi
tegangan Vds dengan nilai spike yang tinggi

2.6 Material Induktor


Material yang diperlukan ketika membuat sebuah inductor
berupa kawat, bobbin, dan core.
Ukuran diameter dari suatu kawat induktor disesuaikan dengan
kuat hantar arus suatu kawat. Kuat hantar arus kawat dapat dilihat
23

pada Tabel 2.1 sedangkan untuk memilih jenis core yang digunakan
dapat dilihat pada Tabel 2.2. Pemilihan jenis core disesuaikan
dengan fungsi penggunaan induktor.

Tabel 2.1 AWG table9

9
Ir.Moh.Zaenal Efendi,MT,” Design of Magnetic Component”, PENS-ITS,2012
24

Tabel 2.2 Jenis-jenis core10

2.7 AT mega 16
Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer lengkap dalam
satu serpih (chip). Salah satu mikrokontroler yang banyak
digunakan saat ini yaitu mikrokontroler AVR. AVR adalah
mikrokontroler RISC (Reduce Instuction Set Compute) 8 bit
berdasarkan arsitektur Harvard. Hampir semua instruksi dieksekusi
dalam satu siklus clock. AVR mempunyai 32 register general-
purpose, timer/counter fleksibel dengan mode compare, interrupt
internal dan eksternal, serial UART, programmable Watchdog
Timer, dan mode power saving, ADC dan PWM internal. Secara
umum mikrokontroler AVR dapat dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu keluarga AT90Sxx, ATMega dan ATtiny. Pada
dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori,
peripheral, dan fiturnya seperti mikroprosesor pada umumnya.

Secara internal mikrokontroler ATMega16 terdiri atas unit-unit


fungsionalnya Arithmetic and Logical Unit (ALU), himpunan
register kerja, register dan dekoder instruksi, dan pewaktu beserta
komponen kendali lainnya. ATMega16 mempunyai throughput

10
Ir.Moh.Zaenal Efendi,MT,” Design of Magnetic Component”, PENS-ITS,2012
25

mendekati 1 MIPS per MHz membuat disainer sistem untuk


mengoptimasi konsumsi daya versus kecepatan proses.

a. Arsitektur ATMega16

Gambar 2.13. Bentuk gelombang tegangan dan arus beban. 11

b. Fitur ATMega16
Beberapa keistimewaan dari AVR ATMega16 antara lain:
1. Advanced RISC Architecture
 130 Powerful Instructions – Most Single Clock Cycle
Execution
 32 x 8 General Purpose Fully Static Operation
 Up to 16 MIPS Throughput at 16 MHz
 On-chip 2-cycle Multiplier

2. Nonvolatile Program and Data Memories


 8K Bytes of In-System Self-Programmable Flash
 Optional Boot Code Section with Independent Lock Bits

11
“Data sheet AT Mega 16” hal 1
26

 512 Bytes EEPROM


 512 Bytes Internal SRAM
 Programming Lock for Software Security

3. Peripheral Features
 Two 8-bit Timer/Counters with Separate Prescalers and
Compare Mode
 Two 8-bit Timer/Counters with Separate Prescalers and
Compare Modes
 One 16-bit Timer/Counter with Separate Prescaler,
Compare Mode, and Capture Mode
 Real Time Counter with Separate Oscillator
 Four PWM Channels
 8-channel, 10-bit ADCByte-oriented Two-wire Serial
Interface
 Programmable Serial USART

4. Special Microcontroller Features


 Power-on Reset and Programmable Brown-out Detection
 Internal Calibrated RC Oscillator
 External and Internal Interrupt Sources
 Six Sleep Modes: Idle, ADC Noise Reduction, Power-save,
Powerdown, Standby and Extended Standby

5. I/O and Package


 32 Programmable I/O Lines
 40-pin PDIP, 44-lead TQFP, 44-lead PLCC, and 44-pad
MLF

6. Operating Voltages
 5.5V for Atmega16L
4.5 - 5.5V for Atmega16
27

2.8 Optocoupler
Optocoupler atau optotransistor merupakan salah satu jenis
komponen yang memanfaatkan sinar sebagai pemicu on-off. Opto
berarti optic dan coupler berarti pemicu. Sehingga bisa diartikan
bahwa optocoupler merupakan suatu komponen yang bekerja
berdasarkan pemicu cahaya optic.

Gambar 2.14. Rangkaian dasar optocoupler

Optocoupler termasuk dalam sensor, yang terdiri dari dua


bagian yaitu transmiter dan receiver. Dasar rangkaian optocoupler
ditunjukkan pada Gambar 2.14. Bagian pemancar atau tran dibangun
dari sebuah infra led merah untuk mendapatkan ketahanan yang
lebih baik terhadap sinar tampak daripada menggunakan biasa.
Sensor ini bisa digunakan sebagai isolator dari rangkaian tegangan
rendah ke rangkaian bertegangan tinggi, selain itu dipakai sebagai
pendeteksi terhadap penghalang antara transmiter dan receiver
dengan memberikan ruang uji dibagian tengah antara led dan
phototransistor.
Penggunaan seperti ini bisa diterapkan untuk mendeteksi
putaran motor atau mendeteksi lubang penanda pada disk drive
komputer. Penggunaan optocoupler tergantung pada kebutuhan. Ada
berbagai macam tipe dan jenis, diantaranya 4N25, 4N26, TLP 250
dan lain-lain.
Salah satu yang terpenting dari aplikasi phototransistor
adalah photocoupler (optocoupler). Optocoupler biasa digunakan
pada rangkaian elektronik yang diisolasi dari rangkaian lain,
28

sehingga disebut juga photoisolator. Hanya cahaya yang


menghubungkan rangkaian masukan ke rangkaian keluaran.

2.9 Driver Totempole


Pada saat mendesain suatu rangkaian elektronika daya hal
yang penting untuk dapat mengurangi atau meminimalkan power
losses pada switching elektronik (electronic switching). Switch
losses terjadi karena terdapat perubahan dari kondisi satu ke kondisi
(low) yang lain (high) secara cepat. Drive circuit MOSFET harus
dapat dengan cepat memberikan arus dan membuang arus pada saat
switching frekuensi tinggi. Rangkaian yang sangat cocok digunakan
sebagai drive circuit pada MOSFET adalah rangkaian totempole,
yang terdiri dari transistor NPN dan PNP. Rangkaian Totempole
ditunjukkan pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15. Rangkaian totempole

2.10 PWM
PWM merupakan pulsa yang mempunyai lebar pulsa (duty
cycle) yang dapat diubah – ubah. Pada gambar 2.16 merupakan
proses pembuatan PWM yang terdiri dari gelombang segitiga,
tegangan referensi dan komparator. Komparator merupakan piranti
yang digunakan untuk membandingkan dua buah sinyal input. Dua
sinyal input yang dibandingkan adalah gelombang segitiga dengan
tegangan referensi yaitu tegangan DC.
29

Gambar 2.16. Blok Diagram PWM

Pada gambar 2.16 adalah hasil perbandingan gelombang segitiga


dengan tegangan DC yang menghasilkan gelombang kotak dengan
lebar pulsa yang dapat diatur. Pengaturan lebar pulsa dapat
dilakukan dengan cara mengubah-ubah nilai tegangan DC referensi.

Gambar 2.17. Gelombang Pulsa Output PWM

Apabila menginginkan gelombang kotak yang mempunyai waktu


ON dan OFF berkebalikan maka diperlukan tegangan DC referensi
yang negatif. Untuk memperoleh tegangan DC negatif adalah
dengan memasukkan tegangan DC positif ke rangkaian pembalik
(inverting).
30

2.11 Relay
Relay adalah suatu peranti yang menggunakan elektromagnet
untuk mengoperasikan seperangkat kontak sakelar. Susunan paling
sederhana terdiri dari kumparan kawat penghantar yang dililit pada
inti besi. Bila kumparan ini dienergikan, medan magnet yang
terbentuk menarik armatur berporos yang digunakan sebagai
pengungkit mekanisme sakelar.

Berdasarkan cara kerja kerjanya, relay dibagi menjadi 3, yaitu:


a. Normal terbuka. Kontak sakelar tertutup hanya jika relai
dihidupkan.
b. Normal tertutup. Kontak sakelar terbuka hanya jika relai
dihidupkan.
c. Bila arus masuk Pada gulungan maka seketika gulungan, akan
berubah menjadi medan magnit. Gaya magnit inilah yang akan
menarik luas sehingga saklar akan bekerja.

2.12 Baterai/Accumulator
Accumulator atau sering disebut aki adalah salah satu
komponen utama dalam kendaraan bermotor, baik mobil atau motor,
semua memerlukan aki untuk dapat menghidupkan mesin kendaraan
(mencatu arus pada dinamo starter kendaraan). Aki mampu
mengubah tenaga kimia menjadi tenaga listrik. Dikenal dua jenis
elemen yang merupakan sumber arus searah (DC) dari proses
kimiawi, yaitu elemen primer dan elemen sekunder. Elemen primer
terdiri dari elemen basah dan elemen kering. Reaksi kimia pada
elemen primer yang menyebabkan elektron mengalir dari elektroda
negatif (katoda) ke elektroda positif (anoda) tidak dapat dibalik
arahnya. Maka jika muatannya habis, maka elemen primer tidak
dapat dimuati kembali dan memerlukan penggantian bahan
pereaksinya (elemen kering). Sehingga dilihat dari sisi ekonomis
elemen primer dapat dikatakan cukup boros. Contoh elemen primer
adalah batu baterai (dry cells). Elemen sekunder dalam
pemakaiannya harus diberi muatan terlebih dahulu sebelum
31

digunakan, yaitu dengan cara mengalirkan arus listrik (secara umum


dikenal dengan istilah 'disetrum'). Akan tetapi, tidak seperti elemen
primer, elemen sekunder dapat dimuati kembali berulang kali.
Elemen sekunder ini lebih dikenal dengan aki. Dalam sebuah aki
berlangsung proses elektrokimia yang reversible (bolak-balik)
dengan efisiensi yang tinggi. Yang dimaksud dengan proses
elektrokimia reversible yaitu di dalam aki saat dipakai berlangsung
proses pengubahan kimia menjadi tenaga listrik (discharging).
Sedangkan saat diisi atau dimuati, terjadi proses tenaga listrik
menjadi tenaga kimia (charging). Besar GGL yang dihasilkan satu
sel aki adalah 2 Volt. Sebuah aki mobil terdiri dari enam buah aki
yang disusun secara seri, sehingga ggl totalnya adalah 12 Volt. Accu
mencatu arus untuk menyalakan mesin (motor dan mobil dengan
menghidupkan dinamo stater) dan komponen listrik lain dalam
mobil. Pada saat mobil berjalan aki dimuati (diisi) kembali sebuah
dinamo (disebut dinamo jalan) yang dijalankan dari putaran mesin
mobil atau motor. Pada aki kendaraan bermotor arus yang terdapat
didalamnya dinamakan dengan kapasitas aki yang disebut Ampere-
Hour/AH (Ampere-jam).

2.13 Sensor Tegangan


Untuk mengambil sinyal tegangan agar bisa dibaca oleh
ADC mikrokontroler, digunakan resistor pembagi tegangan yang
dipasang secara paralel antara vcc dengan ground. Fungsi resistor
adalah untuk menurunkan tegangan dari tegangan sumber menjadi
tegangan yang aman untuk dibaca oleh ADC mikrokontroler.
Penggunaan resistor tidak akan mengubah nilai beda fasa yang
terjadi pada beban induktif yang terpasang. Gambar 2.18
merupakan rangkaian dari sensor tegangan.
32

Gambar 2.18. Rangkaian resistor pembagi tegangan

Nilai R1 dan R2 diperoleh dari persamaan 2.3.

R2
Vo= Vin (2.3)
R 1+ R 2
Keterangan:

R1 : Resistor pembagi tegangan 1 (Ω)


R2 : Resistor pembagi tegangan 2 (Ω)
Vin : Tegangan masukan sensor (V)
Vo: Tegangan keluaran sensor (V)

2.14 Sensor Arus


Sensor arus ini adalah salah satu produk dari allegro untuk
solusi ekonomis dan presisi dalam pengukuran arus AC maupun
DC. Sensor ini memiliki presisi, low-offset, dan rangkaian sensor
linier hall dengan konduksi tembaga yang ditempatkan dengan
permukaan dari aliran arus yang disensor. Ketika arus mengalir
pada permukaan konduktor maka akan menghasilkan medan
magnet yang dirasakan oleh IC hall efect yang terintegrasi
kemudian oleh piranti tersebut dapat dirubah ke tegangan. Sensor
ini memungkinkan untuk tidak menggunakan optoisolator karena
antara terminal input arus dengan outputnya sudah terisolasi secara
kelistrikannya. Hal ini karena yang dirasakan atau yang disensor
adalah efek hall dari arus input yang disensor. Gambar 2.19
menunjukkan rangkaian skematik dari sensor arus menggunakan
IC ACS712.
33

Gambar 2.19. Skematik sensor arus12

Pada Gambar 2.19 merupakan konfigurasi pin-out diagram


dari ACS712. ACS712 membutuhkan supply tegangan untuk vcc
yaitu sebesar +5 volt. Sedangkan kapasitor digunakan sebagai
filter dari supply tegangan vcc dan output dari sensor. Pada
prisipnya sensor arus ACS 712 bekerja dengan sistem hall effect.
Sensor jenis ini dapat digunakan untuk mensensing arus DC
maupun AC.

2.15 Logika Fuzzy


Logika Fuzzy adalah peningkatan dari logika Boolean yang
berhadapan dengan konsep kebenaran sebagian. Saat logika klasik
menyatakan bahwa segala hal dapat diekspresikan dalam istilah
biner (0 atau 1, hitam atau putih, ya atau tidak), logika fuzzy
menggantikan kebenaran boolean dengan tingkat kebenaran.

1. Derajat kebenaran

12
“Data sheet ACS712” hal 1
34

Logika fuzzy dan logika probabilitas secara matematis sama -


keduanya mempunyai nilai kebenaran yang berkisar antara 0 dan 1 -
namun secara konsep berbeda. Logika fuzzy berbicara mengenai
"derajat kebenaran", sedangkan logika probabilitas mengenai
"probabilitas, kecenderungan". Karena kedua hal itu berbeda, logika
fuzzy dan logika probabilitas mempunyai contoh penerapan dalam
dunia nyata yang berbeda.

2. Himpunan Fuzzy

Definisi himpunan fuzzy (fuzzy set) adalah sekumpulan obyek x


dengan masing-masing obyek memiliki nilai keanggotaan (membership
function) “μ” atau disebut juga dengan nilai kebenaran. Jika Zi,t adalah
sekumpulan obyek, Zi,t={Z1,t , Z2,t , … , Zm,t) dan anggotanya
dinyatakan dengan Z maka himpunan fuzzy dari A di dalam Z adalah
himpunan dengan sepasang anggota atau dapat dinyatakan dengan:
F={(Z,μ_F(Z))|Z∈Z_(i,t)} Dengan F adalah notasi himpunan fuzzy, μ_F
(x) adalah derajat keanggotaan dari Z (nilai antara 0 sampai 1).
(Kusumadewi, 2006)

3. Variabel fuzzy

Variabel fuzzy merupakan variabel yang akan dibahas dalam


suatu sistem fuzzy. Contoh variabel fuzzy yaitu umur, temperatur,
dan sebagainya.

Gambar 2.20. Perbedaan temperatur dalam logika Fuzzy


BAB 3
PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT

3.1 Perancangan Sistem


Pada Perencanaan dan pembuatan perangkat keras berdasarkan
blok diagram sistem yang ditunjukkan pada Gambar 3.1 sebagai
berikut :

Solar Buck-boost accu Boost Motor


cell converter converter DC

Load
Sensor
arus

Sensor
Sensor kecepatan
tegangan

ADC ADC Timer2

Mikrokontroller
Timer1
counter

; Aliran daya
; Aliran sensor dan PWM

Gambar 1.1. Blok Diagram Sistem

Dari gambar perancangan sistem diatas dapat diketahui cara


kerja dari sistem tersebut yaitu dari supply colar cell keluaran

35
36

tegangan masuk ke rangkaian buck-boost converter yang akan


dinaikkan tegangan sebesar 14,4 V DC. Pengaturan tegangan ini di
gunakan metode increment-decrement. Keluaran dari buck-boost
converter akan masuk ke sistem charging sebesar 14,4 V DC. Dalam
sistem charging terdapat sensor arus dan tegangan untuk
menyesuaikan ouput keluaran dari buck-bosst converter sesuai
dengan kapasitas accu yang di gunakan. Apabila accu terisi penuh
maka relay akan bekerja. Pada alat ini digunakan mikrokontroller
sebagai pembangkit pulsa PWM untuk rangkaian buck-boost
converter dan boost converter. Selain mikrokontroller juga
terhubung pada rangkaian pembaca tegangan yang terpasang disisi
boost converter. Performa kerja tergantung dari berat daging yang di
masukkan ke mesin penggiling sehingga mempengaruhi kerja
motor. Berat daging yang akan di giling. Dengan ada beban motor
DC di atur kecepatan agar tetap antara sebelum di beri beban dan
setelah di beri beban. Oleh karena itu digunakan fuzzy kontroler
untuk mengendalikan kestabilan keluaran dari rangakaian driver
motor agar sesuai set point. Pada solar cell data yang di gunakan
yaitu sebesar daya 100 WP. Sedangkan accu yang digunakan
sebesar 12 volt 32 Ah. Untuk lebih jelas di tunjukkan seperti
flowchart sistem pada gambar 3.2 dan gambar 3.3.

3.2 Perencanaan dan pembuatan buck-boost converter


Buck-boost konverter bekerja dengan menaikkan dan
menurunkan tegangan DC menggunakan MOSFET sebagai
komponen pensaklaran. Sedangkan MOSFEt bekerja jika ada
switching pada gate. Pada proyek akhir ini desain buck-boost
converter dengan parameter sebagai berikut :
Vs(min) = 10 V
Vs(max) = 19.8 V
Vout = 14,4 V
Iout = 4,8 A
Baterai = 32 Ah, 12 V
Switching Frekuensi = 40 Khz Effisiensi = 85%
37

Gambar 3.2 Flowchart sistem charging

Gambar 3.3 Flowchart kontrol motor


38

Gambar 3.4 Rangkaian Buck-boost Converter


1. Duty Cycle :

( 1−D
D
Vo=−V s ( min ) x ) ............................................... (3.1)

−14,4=−10 x (
1−D )
D

1,44=(
1−D )
D

1,44 – 1,44D = D

D= ( 1,44
2,44 )
=0,59

2. Menghitung nilai RL:


Vo
R= ..................................................................... (3.2)
Io
14,4
¿ =3 Ω
4,8

3. Periode
1
Ts= .................................................................... (3.3)
fs
1
¿
40 k
¿ 25 µ s
39

4. Menghitung nilai IL(avg) :

Vs D
I L (avg )= ....................................................... (3.4)
( 1−D )2 R

10 x 0,59
¿ 2
=11,69 A
(1−0,59) 3

5. Menghitung nilai ∆ I L :

∆ I L =0,2 × I L (avg ) .............................................................. (3.5)

¿ 0,2 ×11,69=2,33 A

6. Nilai arus maksimum:


∆ IL
I maks=I L (avg )+ ........................................................ (3.6)
2
2,33
¿ 11,69+ =12,85 A
2

7. Winding number of inductor


8. Nilai arus I L (rms ) :

√ ( )
2
∆ iL
2 ............................................ (3.7)
I L (rms )= ( I L (avg ) )2+
√3

√ ( )
2
2 2,33/2
I L(rms)= ( 11,69 ) + =11,7 A
√3
9. Nilai capasior output :
∆ V o=± 0,1 % ×V 0 ............................................................
(3.8)
¿ 0,001 ×14,4=0,0144 V
V o× D V o× D
∆ V o= = .............................................................
RCf RCf
(3.9)
Vo×D
C= ...............................................................................
Rf ∆ V o
(3.10)
14,4 × 0,59
¿ =4,9 mF /50V
3× 40 k × 0,0144
40

3.3 Desain rangkaian snubber buck-boost converter


Bentuk gelombang keluaran dari Buck-Boost Converter memiliki
tingkat transient yang tinggi akibat switching dari MOSFET. Hal
tersebut dapat menyebabkan kerugian daya dan juga kerusakan pada
rangkaian karena transient tersebut dapat mencapai hingga lima kali
dari nilai yang asli sehingga komponen akan mengalami kerusakan.
Maka dari itu diperlukan rangkaian yang mampu mengurangi
efek transient tersebut. Untuk mengurangi dapat menggunakan
rangkaian snubber. Prinsip kerrja rangkaian snubber yaitu dengan
cara memindahkan energi yang harus diserap oleh saklar elektronik
MOSFET ke rangkaian snubber yang ditunjukkan pada Gambar 3.3

Gambar 3.5 Rangkaian snubber buck-boost

1. Mencari nilai capasitor snubber :


V o xI O
I ON =I L = .................................................... (3.11)
V s xD
14,4 x 4,8
¿ =11,71 A
10 x 0,59
V off =V O=14,4 V .................................................. (3.12)

1
T= ...................................................................... (3.13)
f
1
¿ =25 μS
40 k

I ON × t fall
C snubber ≈ ............................................. (3.14)
2× V OFF
41

11,71× 43.10−9
¿ =17,48 nF /1 KV
2×14,4
C Snubber =10 nF /1KV
2. Mencari nilai resistor snubber:

DT
R Snubber < ...................................................... (3.15)
2× Csnubber

0,49 x 25 μ
R Snubber <
2 ×10 n

Rsnubber < 6125 Ω

3.1 Perencanaan dan pembuatan Boost converter


Boost konverter bekerja dengan menaikkan tegangan DC
menggunakan MOSFET sebagai komponen pensaklaran.
Sedangkan MOSFEt bekerja jika ada switching pada gate. Pada
proyek akhir ini desain Boost converter dengan parameter
sebagai berikut :
Vs(min) = 10,5 V
Vs(max) = 12 V
Vout = 30 V
Iout =5A
Switching Frekuensi = 40 kHZ
Effisiensi = 85%
Gambar 3.6 Rangkaian Boost Converter
42

1. Duty Cycle :

D=1− ( )
V s( min )
Vo
..................................................... (3.16)

10,5
¿ 1− =0,65
30

2. Menghitung nilai RL:


Vo
R= ........................................................................ (3.17)
Io
30
¿ =6 Ω
5

3. Periode
1
Ts= ......................................................................... (3.18)
fs
1
¿
40 k
¿ 25 µ s

4. Menghitung nilai IL(avg) :


Vs
I L (avg )= ........................................................ (3.19)
( 1−D )2 R
10,5
¿ 2
=5 A
(1−0,65) 6

5. Menghitung nilai ∆ I L :

∆ I L =0,2 × I L (avg ) ......................................................... (3.20)

¿ 0,2 ×5=1 A

6. Nilai arus maksimum:


∆ IL
I maks=I L (avg )+ ................................................... (3.21)
2
1
¿ 5+ =5,5 A
2

43

1. Winding number of inductor


2. Nilai arus I L (rms ) :

√ ( )
2
∆ iL
2 ...................................... (3.22)
I L (rms )= ( I L (avg ) )2+
√3


I L(rms)= ( 5 ) +2

√3 ( )
1/2 2
=5,008 A

3. Nilai capasior output :


∆ V o=± 0,1 % ×V 0 ........................................................... (3.23)

¿ 0,001 ×30=0,03V
V o× D V o× D
∆ V o= = ...........................................................
RCf RCf
(3.24)

Vo×D
C= ........................................................................ (3.25)
Rf ∆ V o

30 ×0,65
¿ =2.708 uF ≈ 2,7 mF /50 v
6 ×40 k × 0,03

3.5 Rangkaian snubber boost converter


Bentuk gelombang keluaran dari Boost Converter memiliki
tingkat transient yang tinggi akibat switching dari MOSFET. Hal
tersebut dapat menyebabkan kerugian daya dan juga kerusakan pada
rangkaian karena transient tersebut dapat mencapai hingga lima kali
dari nilai yang sebenar sehingga komponen akan mengalami
kerusakan.
Maka dari itu diperlukan rangkaian yang mampu mengurangi
efek transient tersebut. Untuk mengurangi dapat menggunakan
rangkaian snubber. Prinsip kerrja rangkaian snubber yaitu dengan
cara memindahkan energi yang harus diserap oleh saklar elektronik
MOSFET ke rangkaian snubber yang ditunjukkan pada Gambar 3.5

44

Gambar 3.7 Rangkaian snubber boost converter

1. Mencari nilai capasitor snubber :


Vo
I ON =I i=I O × ....................................................... (3.26)
Vs
30
¿5× =14,28 A
10,5
V off =V O=30 V
1
T = ............................................................................... (3.27)
f
1
¿ =25 μS
40 k

C snubber :
I ON ×t fall
C snubber ≈ ........................................................ (3.28)
2 ×V OFF
14,28× 43. 10−9
≈ =10,23 nF
2× 30
Csnubber = ¿ 10 nF /1 kv
2. Mencari nilai resistor snubber:
DT
R Snubber < ..................................................... (3.29)
2× Csnubber

0,65.25 μ
R Snubber <
2 ×10 n

R Snubb er <812,5 Ω
45

3.6 Desain induktor converter


Banyak faktor yang mempengaruhi untuk mendesain peralatan
magnetic. Puncak flux density inti tidak boleh saturasi. Puncak ac
flux density juga harus cukup kecil, untuk memenuhi jumlah banyak
putaran pada inti. Pokok bahasan ini yang sangat berpengaruh
adalah area untuk menggulung kawat (wire crosssection area) harus
seluas mungkin, untuk mengurangi gulungan resistor dc dan rugi
tembaga. Tetapi apabila kawat terlalu padat, hal ini tidak dapat
diterima karena dapat menyebabkan efek permukaan kawat
(proximity effect). Celah udara dibutuhkan untuk peralatan yang
menyimpan energi seperti induktor pada rangkaian parallel boost
converter, pada proyek akhir ini karena untuk parallel boost
converter dibutuhkan 2 induktor yang disusun parallel.

a. Induktor Buck-boost converter

1. Nilai induktor

L= ()
1
f
× [ V o +V f ] ×
(
V s( min )
V o +V f +V s (min )
×
1
∆IL )( ) ............. (3.30)

L= ( 401k ) × [14,4+ 1,4] ×( 14,4+101,4+10 ) × ( 2,331 )=65,7 uH


2. Nilai jumlah lilitan induktor :
Bmax = 0,25
L. I max
n= 10 4 ........................................................ (3.31)
Bmax . Ac
−6
65,7 x 10 x 12,85 4
n= 10 =17,22 ≈ 18 lilitan
0,25 x 1,96

3. Perhitungan split dan ukuran kawat


N Split = 13
I L−rms = 11,7 A
s = 4.5 A
Cross sectional (qw)
46

Ilrms /split
qw = ........................................................ (3.32)
s
11,7/13
qw =
4.5
qw = 0.2 mm2
Diameter of Wire (dw)

dw =

4
3.14
qw ......................................................... (3.33)

dw =

4
3.14
0.2
dw = 0.5 mm

4. Panjang kawat
Keliling Bobin=2x πd ............................................. (3.34)
= 2 x 3,14 x 10,3
= 65 cm
L = ( Keliling Bobbin x n x jumlah split ) + 40%( Keliling Bobbin x n
x jumlah split )
L= ( 65 x 18 x 13 ) +40% ( 65 x 18 x 13 )
= 15210 + 6084
= 21.294 cm = 22 m

Berikut adalah hasil nilai induktor 1 ditunjukkan oleh Gambar 3.7

Gambar 3.8 Pengukuran induktor pada buck-boost converter


47

b. Induktor Boost converter

1. Nilai induktor

L= ()1
f
× [ V o +V f −V s( min ) ] × (
V s( min )
V o +V f
×
1
∆IL )( )
......... (3.35)

L= ( 401k ) × [30+1−10,5] × ( 30+1


10,5
) × ( 11 )=172,27 u H
2. Nilai jumlah lilitan induktor :
Bmax = 0,25
L. I max
n= 10 4 ........................................................ (3.36)
Bmax . Ac
172,7 x 10−6 x 5,5 4
n= 10 =19,38 ≈ 20 lilitan
0,25 x 1,96

3. Perhitungan split dan ukuran kawat


N Split =8
I L−rms =5A
s = 4.5 A
Cross sectional (qw)
Ilrms /split
qw = ........................................................ (3.37)
s
5/8
qw =
4.5
qw = 0.138 mm2
Diameter of Wire (dw)

dw =

4
3.14
qw ............................................................ (3.38)

dw =

4
3.14
0.138
dw = 0.45 mm

4. Panjang kawat
Keliling Bobin=2x πd ..................................... (3.39)
= 2 x 3,14 x 10,3
= 65 cm
48

L = ( Keliling Bobbin x n x jumlah split ) + 40%( Keliling


Bobbin x n x jumlah split )
L= ( 65 x 20 x 8 ) + 40% ( 65 x 20 x 8 )
= 10400 + 2080
= 12.480 cm = 13 m

Berikut adalah hasil nilai induktor 2 ditunjukkan oleh Gambar 3.7

Gambar 3.9 Pengukuran induktor pada boost converter


3.7 Pembuatan rangkaian optocoupler menggunakan TLP250
Untuk melindungi mikrokontroller yang membangkitkan
gelombang PWM dengan rangkaian power, maka perlu diberikan
suatu rangkaian pemisah pada sisi gate dan source. optocoupler yang
digunakan pada rangkaian pemisah ini adalah tipe TLP250, dimana
pada TLP250 sudah terintegrasi dengan rangkaian totempole yang
digunakan sebagai driver IXFH60N60. Gambar 3.8 merupakan
gambar rangkaian pemisah (optocoupler).
12V

Output PWM 1 TLP250 8 1kΩ


NC Vcc
1kΩ 1kΩ 2 7 10Ω Vout_1
Anoda Vo
Vout_2
3 6
Katoda Vo 0.1uF
4 5
NC Gnd

Gambar 3.10 Rangkaian pemisah (optocoupler)


49

3.8 Perencanaan dan pembuatan rangkaian sensor tegangan


Sensor tegangan yang digunakan adalah pembagi tegangan.
Sensor tegangan digunakan untuk mendeteksi tegangan output
converter sebagai umpan balik untuk pengaturan duty cycle.
Rangkaian voltage divider ditunjukkan pada Gambar 3.9 . Pada
rangkaian didesain voltage divider yaitu ; Sensor tegangan untuk
rangkaian buck-boost converter dengan tegangan output 5V yang
mewakili tegangan output 14,4V.

Gambar 3.11 Rangkaian sensor tegangan

R2
Vo= x V conv .................................................... (3.40)
R 1+ R 2

Dalam perhitungan ditentukan nilai R1= 1000Ω dan tegangan

output yang diharapkan adalah 5V, sehingga diperoleh nilai R2


adalah : Vin = 14,4 V
R2
Vout   Vin; R  1000 
1
R R
1
R2
5   14,4
1000  R
2
5000  5R  14,4 R
2 2
5000  9,4 R
2
R  531,9
2
Kita menggunakan potensio sebesar 1000Ω
50

Nilai tahanan yang digunakan disesuaikan dengan nilai yang


ada dipasaran dan ketika terdapat pecahan dibuatkan keatas atau
kebawah. Namun untuk nilai resistor kedua menggunakan variable
resistor sehingga nilai resistansi diset sesuai perhitungan.

3.9 Perencanaan dan perancangan mekanik penggiling


Rencana Mekanik yang akan digunakan dengan menggunakan
perbandingan gear antara gear 1 dan gear 2 untuk mendapatkan nilai
rpm yang diinginkan. Mekanik penggiling didesain standart, yaitu
seperti terlihat pada gambar 3.11 dibawah ini. Penggiling ini di
gerakkan oleh motor DC 30 Volt 2 A sebagai pemutar penggiling.
Berat bebang yang di giling sekali giling adalah 1 kg. Motor DC
dapat bergerak dengan menggunakan sumber accu basah 12 V 32
Ah.
Desain mekanik penggiling :
a. Panjang = 42 cm
b. Lebar = 34 cm
c. Tinggi = 68 cm

68

34
42

Gambar 3.12 Desain mekanik penggiling


51

Untuk mendapatkan nilai kecepatan yang kita inginkan,kita


dapat mengatur nilai puli yang ada di mekanik. Dengan formula:

rx = 4 cm, ry = 20 cm
Gambar 3.13 Perbandingan puli

ω1 r x
= ........................................................................ (3.41)
ω2 r y

3.10 Perencanaan dan perancangan spesifikasi motor


Pada proyek akhir ini dirancang kebutuhan motor DC agar
sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Pada rancangan motor
DC kita akan menentukan nilai daya yang di butuhkan dan
perbandingan geear yang akan di gunakan:

Gambar 3.14 Name plate Motor DC


52

a. Perhitungan Torsi Motor DC


Pada proyek Akhir ini perhitungan torsi digunakan
untuk menentukan motor dc mana yang bisa dipakai.
 Perhitungan Torsi Motor
V𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 = 30 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝜔 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 = 200 𝑟𝑝𝑚
𝐼 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 = 2 𝐴
Diameter = 0,3 m
Berat daging = 1 Kg
Berat penggiling = 4 kg

Massa Beban

Massatotal = Wpenggiling + Wdaging

= 4 kg + 1 kg = 5 kg

Momen Inersia (J)= ½ x m x r2 ............................... (3.42)

= ½ x 5 x 0,152

= 0,05625 Kgm2

Torsi beban (TL)

2x x N
= ............................................................ (3.42)
60

2 x x 200
= = 20,93 rad/s
60

Merubah ω (rad/s) ke v (m/s)

v = ωr ....................................................... (3.43)

2 x x 200
= x 0.15
60
= 3,14 m/s
53

2
F =
mv .......................................................... (3.44)
r
2
=
5 x 3,14 = 328,65 N
0,15
TL =Fxr ........................................................ (3.45)

= 328,65 x 0,15

= 49,298 Nm

Torsi Motor (Te)

Te = TL + J ................................................ (3.46)

= 49,298 + (0,05625 x 20,93)

= 49,298 + 1,177

= 50,47 Nm

3.11 Perencanaan dan perancangan sensor arus

Pada proyek akhir ini dirancang suat sensor arus. Sensor arus pada
project akhir digunakan untuk mengukur arus keluaran dari bock-boost
converter yang akan menuju accu dan akan di sensing melalui ADC
mikrokontroler, sehingga dapat mengetahui perubahan arus. Sensor arus
yang digunakan yaitu ACS 712 dengan arus maksimal sebesar 20
ampere.karena keluaran arus pada buck-boost converter sebesar 4,8 A.

3.12 Perencanaan dan perancangan kebutuhan accu


Pada proyek akhir ini dalam menentukan kapasitas accu yang
digunakan mengacu kapasitas panel surya yang digunakan yaitu
sebesar 100 Wp. setelah mengetahui nilai kapasistas panel surya
dapat diasumsikan bahwa kapasitas baterai yang dibutuhkan:
54

Arus ideal pada ampere meter saat pengisian aki adalah 10-30%
dari kemampuan aki.
 Beban yang di suplai aki:
Motor DC 30 V, 150 watt
150
I= =5A
30
 Aki yang diperlukan:
Aki = jam penggunaan x arus

= 6,4 x 5 = 32Ah
 Daya cell yang di perlukan :
Arus untuk pengisian = kapasitas : lama pengisian
= 32 Ah: 6,67 jam = 4,8 A
Setiap baterai 12 V memiliki 6 cell dengan masing-masing
cell bernilai 2 V. Setiap cell dapat dicharge dengan rating tegangan
2,3 – 2,45 V sehingga rating tegangan charging 1 buah baterai yaitu
13,8 V – 14,7 V. Pada proyek akhir ini dipilih rating tegangan
sebesar 2,4 V sehingga tegangan charging dapat diketahui.
Vch = 2,4 V x 6 cell
= 14,4 V

Gambar 3.15 Accu yang digunakan


55

3.13 Perencanaan dan perancangan kebutuhan solar cell


Pada proyek akhir ini dirancang kebutuhan solar cell yang akan
digunakan sesuai kebutuhan sistem. Dalam menentukan berapa WP
solar panel yang akan digunakan perlu di tentukan terlebih dahulu
kebutuhan battery dan komponen charging. Asumsi penggunaan
maksimum : Aki 12 V 32 Ah

Io buck- boost = 4,8 A, Vo buck-boost = 14,4 V


Energi saat efisiensi 100 % :
Energi = Vo x Io x waktu pengisian aki
= 14,4 x 4,8 x 6,67 jam = 461 Wh
Pout = Vo x Io = 14,4 x 4,8 = 69,12 watt
Converter di desain dengan efisiensi : η = 85% sehingga;
Pout
η= x 85 %
Pin
69,12
0,85 =
Pin
Pin = 81,31 Watt
Kebutuhabsolar panel = 100 Wp

Gambar 3.16 Spesifikasi solar cell


56

3.14 Perencanaan dan perancangan fuzzy logic kontrol

Untuk membuat sebuah sistem menggunakan kontroler fuzzy


digunakan beberapa metode penunjang yang akan membantu dalam
penentuan membership pada kontroler fuzzy. Selain itu juga diperlukan
pembuatan rule base pada fuzzy.

1. Proses Tahapan Fuzzy Logic

• Fuzzifikasy
• Inference
• Defuzzyfikasi
57

• SP = 250 rpm

2. Membership function fuzzifications (Error)

3. Membership function fuzzifications (Delta Error


58

4. Membership function fuzzifications (Output)

5. Tabel rule base system

Dari tabel di atas, di dapat kesimpulan bahwa misal :


59

“If Error is NBE and Derror is NBD then Output is NXO “


Aturan seperti ini yang di masukan dalam rule base
inference system.

3.15 Simulasi Boost converter


Setelah diketahui nilai-nilai komponen yang dibutuhkan dalam
pembuatan boost konverter, maka dilakukan simulasi untuk
mengkonfirmasi kebenaran perhitungan. Software yang digunakan
adalah Power Simulator (PSIM). Rangkaian simulasi boost
converter dapat ditunjukkan pada Gambar 3.17.

Gambar 3.17. Rangkaian boost konverter pada simulator PSIM

Dengan tegangan input sebesar 12 V dari accu dan duty cycle


65 % dengan beban 15 Ω diperoleh dari perbandingan tegangan
motor DC dan arus.
Vmotor
R=
Imotor
30
=
2
= 15 Ω
60

Maka diperoleh tegangan output dan arus output yang sesuai dengan
perencanaan. Bentuk gelombang arus dan tegangan output
ditunjukkan pada Gambar 3.18.

(a)

(b)

Gambar 3.18. (a) Bentuk gelombang tegangan output dan arus output ; (b)
Nilai tegangan output dan arus output

Pada simulsi tersebut di dapat nilai tegngan output sebesar 32 V dan


arus output 2,1 A.

3.16 Simulasi Buck-Boost converter


Setelah diketahui nilai-nilai komponen yang dibutuhkan dalam
pembuatan buck-boost konverter, maka dilakukan simulasi untuk
mengkonfirmasi kebenaran perhitungan. Software yang digunakan
61

adalah Power Simulator (PSIM). Rangkaian simulasi buck-boost


converter dapat ditunjukkan pada Gambar 3.19.

Gambar 3.19. Rangkaian buck-boost konverter pada simulator PSIM

Dengan tegangan input dari solar cell sebesar 10 V dan duty


cycle 59 % dengan beban pengganti baterai sebesar 3 Ω diperoleh
dari perbandingan tegangan charging dan arus charging.

Vch
R=
Ich
14,4
=
4,8
=3Ω

Maka diperoleh tegangan output dan arus output yang sesuai


dengan perencanaan. Bentuk gelombang arus dan tegangan output
ditunjukkan pada Gambar 3.17.
62

(a)

(b)
Gambar 3.20. (a) Bentuk gelombang tegangan output dan arus output ; (b)
Nilai tegangan output dan arus output
BAB 4
PENGUJIAN DAN ANALISA

Dalam bab ini akan dilakukan pengujian dan analisa sub-


bagian pada sistem sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan
pada bab III. Pengujian dimaksudkan untuk mendapatkan evaluasi
terhadap keluaran dari rangkaian maupun sistem agar diperoleh
kinerja yang sesuai dengan yang diharapkan. Metode pengujian
meliputi dua pengambilan data, yaitu pengujian secara parsial dan
pengujian integrasi. Adapun pengujian parsial yang dilakukan dalam
proyek akhir ini, antara lain:
1. Pengujian MikrokontrollerAT Mega 16
2. Pengujian Panel Surya
3. Pengujian driver TLP250
4. Pengujian Nilai Induktor
5. Pengujian Buck-Boost Converter
6. Pengujian Boost Converter
7. Pengujian Sensor tegangan
8. Pengujian Sensor Arus
9. Pengujian Sensor kecepatan
10. Pengujian Penggiling daging Tanpa Beban
11. Pengujian Penggiling dagingBerbeban.
Sedangkan pengujian integrasi dilakukan setelah melakukan
pengujian parsial. Pengujian integrasi dilakukan dengan
menghubungkan semua bagian-bagian yang telah diuji parsial
menjadi suatu sistem.

4.1 PENGUJIAN PARSIAL


4.1.1 Pengujian Mikrokontroller AT Mega 16
Pada Pengujian mikrokontroler alat yang di gunakan yaitu
supply 5 V dan osiloskop untuk melihat gambar gelombang PWM.
Pengujian ini yaitu pengujian pembangkitan sinyal PWM dengan
frekuensi 8 kHz menggunakan timer pada ATMega 16.PWM ini

63
64

digunakan untuk penyulutan MOSFET pada rangkaian konverter


Buck-boost converter dan Boost Converter. Dengan menggunakan
clock kristal4 MHz dapat dilihat pada Gambar 4.1 bentuk sinyal
PWM yang dihasilkan.
Dengan time/div = 10 µs/div dan V/div = 2 V maka dari
gambar gelombang dapatt dihitung frekuensi:
T = time/div x kotak horizontal
= 10µ x 2,5
= 25 µs
1
Karena T = , maka:
f
1
F =
T
1
= −6 = 40000 = 40 kHz
25 x 10

Gambar 4.1 Pengujian mikrokontroller AT Mega 16

4.1.2 Pengujian Panel Surya


Pengujian panel surya dilakukan untuk mengetahui
karakteristik solar cell terhadap sinar matahari yang jatuh pada
permukaan panel. Pengujian dilakukan dengan cara meletakkan
panel surya miring dengan tanah dan menggunakan alat ukur untuk
mengukur arus dan tegangan yang dihasilkan.Gambar
4.2menujukkan proses pengujian panel surya dengan cara
mengambil data arus dan tegangan.
65

(a)

(b)
Gambar 4.2. (a) Panel surya yang diletakkan miring dengan tanah,
(b) Pengujian panel surya menggunakan alat ukur dan resistor
variabel

Dalam pengujian karakteristik solar cell nilai resistansi


mempengaruhi nilai daya solar cell. Pengambilan data dilakukan
dengan perubahan tegangan menggunakan resistor geser. Hal ini
diperlukan untuk mendapatkan kelinieran dari data yang akan
diproses dalam mikrokontroler. Solar cell juga diuji dalam kondisi
short circuit untuk mendapatkan nilai arus maksimum dan solar cell
66

juga diuji dalam kondisi open untuk mendapatkan tegangan


maksimumn. Pengujian dimulai dengan pengukuran tegangan open
circuit (Voc) yaitu sisi output dibiarkan terbuka. Voc ini merupakan
tegangan maksimum yang dihasilkan panel surya dengan arus
minimum (0 A). Kemudian mulai dibebani resistor variabel dan
diubah-ubah hingga mendekati tegangan minimum. Pada keadaan
ini arus menjadi maksimum yang disebut arus short sircuit (Isc).
Hasil pengukuran ini kemudian akan dijadikan parameter
awal perancangan sistem pada karakteristik daya maksimum panel
surya, terutama perancangan system buck-boost konverter.
Pengambilan data dilakukan pada waktu yang berbeda-beda mulai
dari pagi hingga sore dengan cuaca cerah. Data hasil pengujian
panel surya 100 WP ditunjukkan pada Tabel 4.1 yang selengkapnya
terdapat pada lampiran.

Tabel 4.1. Data pengujian panel surya 100 WP


V I P
Keterangan Waktu
(Volt) (Ampere) (Watt)
Open Circuit 08:30 19 0 0
17.5 0.56 9.8
15.8 1.2 18.96
13.6 1.8 24.48
11 2.8 30.8
9 3 27
Short Circuit 0 3.9 0
Open Circuit 09:00 19.3 0 0
17.9 0.6 10.74
16 1.5 24
13.8 2 27.6
11.2 2.75 30.8
10 2.9 29
9.1 3.1 28.2
67

V I P
Keterangan Waktu
(Volt) (Ampere) (Watt)
Short Circuit 0 4.0 0
Open Circuit 09:30 19.5 0 0
18 0.6 10.8
16.1 1.7 27.37
14 2.2 30.8
11.5 2.8 32.2
10 3 30
9.2 3.2 29.4
Short Circuit 0 4.1 0
Open Circuit 10:00 19.7 0 0
18,1 0.65 11.76
16.3 1.8 18.44
14.2 2.5 29.34
11.8 3 35.4
10.2 3.1 31.62
9.6 3.5 33.6
Short Circuit 0 4.2 0
Open Circuit 10:30 19.8 0 0
18.3 0.7 12.81
16.7 1.9 23.71
14.4 2.6 31.73
11.8 2.9 34.22
10.4 3.2 33.28
9.7 3.6 34.92
Short Circuit 0 4.4 0
Open Circuit 11.00 19.9 0 0
18.8 0.72 13.53
17 1.8 30.6
14.8 2.8 41.44
11.9 3.2 38.08
68

V I P
Keterangan Waktu
(Volt) (Ampere) (Watt)
Short Circuit 0 4.6 0
Open Circuit 11:30 20.1 0 0
18.7 0.9 16.83
17.5 2.1 36.75
14 3.8 53.2
11.4 4 45.6
10 4.2 42
Short Circuit 0 4.9 0
Open Circuit 12.00 20 0 0
18.5 0.8 14.4
16.6 1.6 26.56
14.4 3 43.2
11.3 3.8 42.94
10.4 4 41.6
Short Circuit 0 4.8 0
Open Circuit 12:30 19.8 0 0
18.4 0.7 12.88
16.6 1.48 24.56
14.3 2.8 40.04
11 3.4 37.4
10.2 3.6 36.72
Short Circuit 0 4.6 0
Open Circuit 13:00 19.7 0 0
18.4 0.65 11.96
16.5 1.4 23.1
14 2.6 36.4
11 3 33
10 3.6 36
Short Circuit 0 4.4 0
69

V I P
Keterangan Waktu
(Volt) (Ampere) (Watt)
Open Circuit 13:30 19.7 0 0
18 0.6 10.8
16 1.38 22.08
14 2.4 33.6
10 3.2 32
Short Circuit 0 4.2 0
Open Circuit 14:00 19.5 0 0
18 0.56 10.08
15 1 15
14 1.85 25.9
10 2.6 26
Short Circuit 0 4 0
Open Circuit 14:30 19 0 0
18 0.5 9
15 0.9 13.5
13 2 26
10 2.4 24
Short Circuit 0 3.8 0
Open Circuit 15:00 18.6 0 0
16 0.75 12
14.8 0.96 14.2
13 1.6 20.8
9.2 2.4 22.08
Short Circuit 0 3.6 0
Open Circuit 15:30 18 0 0
16 0.5 8
14 0.8 11.2
12 1.7 20.4
9 2.2 19.8
Short Circuit 0 2.8 0
70

Setelah pengambilan data pada solar cell yang mana


digunakan untuk mengetahui karakteristik dari solar cell. Kemudian
menganalisis dengan cara merubah data pada tabel kedalam bentuk
kurva. Pengujian karakteristik solar cell sangat penting karena dapat
dilihat seberapa besar potensi daya yang dapat dihasilkan dari solar
cell. Lokasi pengujian juga sangatmempengaruhi jumlah intensitas
yang diterima solar cell.Dari data pengujian panel surya dapat
diketahui kurva karakteristik yang ditunjukkan pada Gambar 4.2 dan
4.3. Pada kurva tersebut dapat dilihat bahwa daya maksimum
tertinggi yaitu ketika pukul 11.00 dan terendah pada pukul 15.30.
Dari Gambar kurva 4.3 dilihat bahwa arus maksimum yang
dimiliki solar cell adalah 3.32 Ampere dan tegangan 10 Volt. Nilai
tegangan dan daya yang dimiliki solar cell berubah-ubah tergantung
dari radiasi sinar matahari. Pada Gambar 4.3 dapat diamati bahwa
kecenderungan untuk daya semakin besar terjadi karena pengaruh
dari radiasi sinar matahari dan juga pengaruh suhu permukaan solar
cell. Hal ini juga yang mempengaruhi data karakteristik solar cell
ada yang sedikit bergelombang.

40
35 8:30
30 9:00
9:30
Daya (watt)

25 10:00
20 10:30
15 11:00
11:30
10 12:00
5 12:30
13:00
0 13:30
0 10 20 30 14:00
Tegangan (Volt) 14:30
15:00
Gambar 4.3. Kurva karakteristik V-P panel surya
71

8:30
5 9:00
4,5 9:30
4 10:00
Arus (Ampere)

3,5 10:30
3 11:00
2,5 11:30
2 12:00
1,5 12:30
1 13:00
0,5 13:30
0 14:00
0 10 20 30 14:30
Tegangan (Volt) 15:00
Gambar 4.4. Kurva karakteristik V-I panel surya

4.1.3 Pengujian driver TLP 250


Pada pengujian ini, TLP250 berfungsi sebagai isolated dan
driver MOSFET. Keluaran rangkaian ini hampir sama seperti sinyal
PWM yang keluar dari mikrokontroler, hanya berbeda nilai aplitudo.
Gambar 4.5 menujukkan sinyal PWM yang keluar dari TLP250.
x

y
72

(a)Time/div 50µs dan v/div:2V

A = jumlah kotak vertikal x v/div


= 2,2 x 2 = 4,4 V
T = time/div x kotak horizontal
= 50µ x 2,6 = 130 µs
1
F =
T
1
= = 7692 Hz = 7,7 kHz
130 x 10−6 s
x

(b) Time/div 50µs dan v/div:2V


A = jumlah kotak vertikal x v/div
= 2,8 x 2 = 5,6 V
T = time/div x kotak horizontal
= 50µ x 2,6 = 130 µs
1
F =
T
1
= = 7692 Hz = 7,7 kHz
130 x 10−6 s

Gambar 4.5.(a) Sinyal PWM sebelum di beri TLP 250


(b) Sinyal PWM dari keluaran TLP250
73

Pada gambar di tas trelihat bahwa bentuk sinyal di sebelum di beri


TLP250 dan setelah di beri nilai tegangan berbeda.lebih besar nilai
keluaran PWM setelah di beri TLP250 karena sifat TLP250 yaitu juga
sebagai penguat.

4.1.4 Pengujian Nilai Induktor

Pada pengukuran nilai induktor ini dimaksudkan untuk mengetahui


induktansi dari induktor yang telah didesain. Hal ini dilakukan karena
apabila nilai induktansi induktor terlalu kecil atau lebih kecil dari desain
yang direncanakan maka konverter tidak dapat maksimal dan nilai desain
yang kita inginkan tidak sesuai. Selain itu faktor kualitas pada induktor
juga sangat mempengaruhi performa kerja dari converter.
Dibawah ini merupakan pengukuran nilai induktansi induktor pada
boost converter menggunakan LCR meter dan didapatkan hasil seperti
pada Gambar 4.6

(a) (b)

Gambar 4.6.(a) Nilai induktor boost converter


(b) Nilai Q induktor boost converter

Hasil pengujian induktor pada boost converter sudah bisa


dikatakan cukup bagus karena nilai induktor yang mendekati perhitungan
yaitu sebesar 152,27 µH dan faktor kualitas yang dimiliki induktor yaitu
sebesar 12,5. Di bawah ini kita hitung % error nilai induktor:
74

L 1 ( % )=
| L 1teori |
L 1teori−L 1 prak
x 100 %

L 1 ( % )= |152,27−153.1
152,27 |x 100 % = 0,54 %

Pengukuran nilai induktansi induktor pada buck-boost converter


menggunakan LCR meter dan didapatkan hasil seperti pada Gambar 4.7

(a) (b)

Gambar 4.7.(a) Nilai induktor buck boost converter


(b) Nilai Q induktor buck boost converter

Hasil pengujian induktor pada boost converter sudah bisa


dikatakan cukup bagus karena nilai induktor yang mendekati perhitungan
yaitu sebesar 65,7 µH dan faktor kualitas sangat baik yang dimiliki
induktor yaitu sebesar 32,8. Di bawah ini kita hitung % error nilai
induktor:

|
L 1 ( % )=
L 1teori−L 1 prak
L 1teori |x 100 %

|65,7−65,6
L 1 ( % )=
65,7 |
x 100 % = 0,15 %

4.1.5 Pengujian Buck-Boost Converter


Buck-boost converter merupakan DC-DC converter yang mampu
menaikkan maupun menurunkan tegangan output sesuai dengan
tegangan input yang di atur oleh duty cycle. Buck-boost converter
ini pada sistem dimisalkan seperti resistor geser, dimana untuk
mencari nilai daya maksimum diperlukan kombinasi antara arus dan
75

tegangan. Dengan menggunakan metode increment dicrement


diharapkan mampu membantu buck-boost converter untuk
menyeleksi daya mana yang paling maksimum. Sehingga digunakan
duty cycle yang sesuai. Pada Gambar 4.8 merupakan pengujian
rangkaian hardware dari buck-boost converter.

Gambar 4.8. Perangkat keras buck-boost converter

Sebelum menguji buck-boost converter terlebih dahulu diamati


gelombang keluaran Drain Sourch (DS) dan Gate Sourch (GS)
untuk mengetahui apakah antara mikrokontroler dengan mosfet pada
buck-boost converter sudah terhubung dengan benar. Hal ini
langkah awal untuk mengetahui apakah mikrokontroler mampu
mendriver mosfet pada rangkaian converter. Switching yang baik
adalah ketika terjadi proses switching tidak menimbulkan spike pada
sinyal baik DS maupun GS. Dalam hal ini peran dari rangkaian
snubber sangat penting. Oleh sebab itu pada bab 3 perencanaan dari
rangkaian snubber harus benar-benar tepat. Dalam pemilihan
komponen juga harus tepat karena berpengaruh untuk mengurangi
spike. Pada Gambar 4.9 merupakan gelombang pengujian DS pada
buck-boost:
76

(a)Time/div 5µs dan v/div:5V

A = jumlah kotak vertikal x v/div


= 4 x 5 = 20 V
T = time/div x kotak horizontal
= 5µ x 4 = 20 µs
1
F =
T
1
= −6 = 50000 = 50 kHz
20 x 10
x

(b)Time/div 5µs dan v/div:5V

A = jumlah kotak vertikal x v/div


= 4 x 5 = 20 V
77

T = time/div x kotak horizontal


= 5µ x 4 = 20 µs

1
F =
T
1
= −6 = 50000 = 50 kHz
20 x 10

Gambar 4.9.(a) Pengujian GS pada buck-boost converter


(b) Pengujian DS pada buck-boost converter

Dari hasil gelombang DS dan GS pada Gambar 4.9 dan sudah


baik namun spike yang ditimbulkan dari proses switching cukup
besar. Hal ini menyebabkan terjadi drop tegangan. Setelah
pembuatan hardware maka proses pengujian dengan menggunakan
hardware buck-boost converter menggunakan beban lampu pijar.

Gambar 4.10. Pengujian buck-boost converter

Kemudian didapatkan data performa dari buck-boost converter yaitu di


tunjukkan pada tabel 4.2.
78

Tabel 4.2 Data pengujian buck-boost converter


Vin Iin Duty Vo Io P in Po 𝜼 Error

(Volt) (A) Cycle (Volt) (A) (W) (W) (%) (%)


(%)

10 2.4 20 4.25 3 24 12.7 53,12 41


10 3 30 6 3.3 30 19.8 66 28
10 4 40 8 3.4 40 27.2 68 17.5
10 6.6 50 11 3.6 66 39.6 61.8 9
10 7.4 56 14.4 3.8 74 54.7 73.9 11.6
10 8.2 60 15 3.6 82 54 65.8 0
10 9 70 18 3.4 90 61.2 68 29.4
10 9.3 80 30 3 93 90 96.7 25

Dari Tabel 4.2 dapat diketahui tegangan output converter dan


efisiensi Buck-Boost Converter dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :

Vo=−V s ( min ) x ( 1−D


D
)
10 x 0.6
V o=
1−0.6
V o =15Volt

Pout
eff ( η )= x 100 %
Pin
54,7
eff ( η )= x 100 %
74
eff ( η )=73,9 %

Besar perbedaan antara tegangan output teori dengan tegangan


output pengukuran (error) rata-rata dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :

E ( % )= | E 1+ E 2+ E3+ E 4+Ʃ EE5+ E 6+ E 7+ E 8|x 100 %


79

E ( % )=|41+28+17,5+ 9+11,6+0+
8
29,4+25
|x 100 %
E ( % )=20,18 %

Berdasarkan hasil pengujian buck-boost converter yang


digunakan sebagai menaikkan dan menurunkan tegangan sudah
dapat berfungsi dengan baik,tetapi error masih besar

4.1.6 Pengujian Boost Converter


Boost converter merupakan DC-DC converter yang mampu
menaikkan tegangan output sesuai dengan tegangan input yang di
atur oleh duty cycle. Boost converter ini pada sistem akan digunakan
untuk sumber dari motor DC dengan input dari accu 12 V dan kluaran
boost converter sebesar 30 V. Dengan menggunakan metode fuzzy
diharapkan mampu membantuboost converter untuk menyeleksi daya
mana yang paling maksimum. Sehingga digunakan
duty cycle yang sesuai. Pada Gambar 4.11

output
ke motor
Input dari accu
Gambar 4.11. Perangkat keras boost converter
80

Sebelum menguji boost converter terlebih dahulu diamati


gelombang keluaran Drain Sourch (DS) dan Gate Sourch (GS)
untuk mengetahui apakah antara mikrokontroler dengan mosfet pada
boost converter sudah terhubung dengan benar. Hal ini langkah awal
untuk mengetahui apakah mikrokontroler mampu mendriver mosfet
pada rangkaian converter. Switching yang baik adalah ketika terjadi
proses switching tidak menimbulkan spike pada sinyal baik DS
maupun GS. Dalam hal ini peran dari rangkaian snubber sangat
penting. Oleh sebab itu pada bab 3 perencanaan dari rangkaian
snubber harus benar-benar tepat. Dalam pemilihan komponen juga
harus tepat karena berpengaruh untuk mengurangi spike. Pada
Gambar 4.12 merupakan gelombang pengujian DS pada boost:
x

(a)Time/div 5µs dan v/div:5V


A = jumlah kotak vertikal x v/div
= 6 x 5 = 30 V
T = time/div x kotak horizontal
= 5µ x 4 = 20 µs
1
F =
T
1
= = 50000 = 50 kHz
20 x 10−6
6
81

(b)Time/div 5µs dan v/div:5V


A = jumlah kotak vertikal x v/div
= 4 x 5 = 20 V
T = time/div x kotak horizontal
= 5µ x 4 = 20 µs
1
F =
T
1
= = 50000 = 50 kHz
20 x 10−6

Gambar 4.12.(a) Pengujian GS pada boost converter


(b) Pengujian DS pada boost converter

Dari hasil gelombang DS dan GS pada Gambar 4.12 dan sudah


baik namun spike yang ditimbulkan dari proses switching cukup
besar. Hal ini menyebabkan terjadi drop tegangan. Setelah
pembuatan hardware maka proses pengujian dengan menggunakan
hardware boost converter menggunakan beban lampu pijar.
82

Gambar 4.13. Pengujian boost converter

Kemudian didapatkan data performa dari boost converter yaitu di


tunjukkan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Data pengujianboost converter


Vin Iin Duty Vo Io P in Po Error

(Volt) (A) Cycle (Volt) (A) (W) (W) (%) (%)

(%)

10 0,5 20 13 0,3 5 3,9 78 4


10 0,7 30 15,5 0,32 7 5 72 7
10 1 40 18,5 0,35 10 6,5 70 9,7
10 1,4 50 20,5 0,42 14 9,3 69 2,4
10 1,8 60 22,5 0,46 18 10,8 64 10
10 2,4 70 24,5 0,5 24 12,3 58 19,2

Dari Tabel 4.3 dapat diketahui tegangan output converter dan


efisiensi Boost Converter dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
83

Vo= ( V1−D
smin
) ..................................................... ( 3.16 )

10
V o=
1−0.6
V o =25 Volt

Nilai efisiensi saat D=0,6


Pout
eff ( η )= x 100 %
Pin
10,8
eff ( η )= x 100 %
18
eff ( η )=64 %

Besar perbedaan antara tegangan output teori dengan tegangan


output pengukuran (error) rata-rata dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :

E ( % )=| E 1+ E 2+ E3+ ƩE 4+E E5+ E 6+ E 7|x 100 %


E ( % )=| |x 100 %
4 +7+9,7 +2,4+10+19,2
6
E ( % )=8,7 %

Berdasarkan hasil pengujian Boost converter sebagaidc-dc converter yang


digunakan sebagai menaikkan tegangan sudah dapat berfungsi dengan
baik.

4.1.7 Pengujian Sensor Tegangan

Sensor tegangan yang digunakan adalah voltage divider


(pembagi tegangan ). Sensor tegangan digunakan untuk mendeteksi
tegangan output sebagai umpan balik (feedback) untuk pengaturan
duty cycle. Pada Buck-boost converter dibuat sensor tegangan
dengan tegangan output5V yang mewakili 14.4 V. Output Tegangan
dibuat 14.4 V ke 5 V karena sensor tegangan ini masuk ke ADC
84

mikrokontroller yang tegangan 5 V. Rangkain sensor tegangan


ditunjukkan pada Gambar 4.14. Pengujian sensor tegangan
bertujuan untuk mengetahui karakteristik sensor. Hasil pengujian
sensor tegangan Buck-boost Converter ditunjukkan pada Tabel 4.4
dan kurva karakteristik sensor ditunjukkan pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14. Pengujian sensor tegangan

Dari Tabel 4.4 dapat diketahui tegangan output teori dari sensor
tegangan dan besar perbedaan antara tegangan inputmaupun output
teori dengan tegangan output pengukuran (error) dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :
85

R
Vout  2  Vin; R  1000 
1
R1  R2
R
2
5   14,4
1000  R
2
5000  5R  14,4R
2 2
5000  9,4R
2
R  531,9
2

Tabel 4.4 Data Pengujian Sensor Tegangan


Vin Vout uji Vout teori Error Vout
(Volt) (Volt) (Volt) (%)
0 0 0 0.00
2 0.71 0.714 0.56
4 1.42 1.428 0.56
6 2.134 2.142 0.37
8 2.88 2.857 0.8
10 3.55 3.571 0.58
12 4.26 4.285 0.58
14.4 5 5 0.00

Pada sensor tegangan ini menggunakan potensio 1000 K 


Untuk mencari nilai %error yaitu;

E vo ( % ) =| Vo teori−Vo praktek
Vo teori |x 100 %

E vo ( % ) =|4.285−4.26
4.285 |
x 100 %

E vo ( % ) =0.58 %
86

4
Vin (V)

0
0 2 4 6 8 10

Vout (V)

Gambar 4.15. Karakteristik sensor tegangan

Berdasarkan hasil pengujian, sensor tegangan diatas hasil konversi untuk


tegangan 14.4 volt ke 3 Volt masuk ADC sudah berjalan dengan baik
karena memiliki error dibawah 1%.

4.1.8 Pengujian Sensor Arus


Pengujian sensor arus ACS712 menggunakan DC power
supply sebagai sumber arus dan lampu sebagai beban. Sensor arus
dipasang seri dengan beban sepeerti pada Gambar 4.16. Pengujian
dilakukan dengan menaikkan arus dengan step 0,5 A mulai dari 0 –
5A. Hasil pengujian sensor arus ACS712 ditunjukkan pada Tabel
4.5.

Gambar 4.16. Rangkaian pengujian sensor arus ACS712


87

Tabel 4.5 Data pengujian sensor arus ACS712


Iin Vout
(Ampere) (Volt)
0 2.55
0.5 2.66
1 2.75
1.5 2.82
2 2.92
2.5 3.04
3 3.13
3.5 3.22
4 3.32
4.5 3.41
5 3.5

Gambar 4.17. Pengujian sensor arus

Gambar 4.17 merupakan proses pengujian sensor tegangan.


Keluaran sensor ini berupa tegangan yang akan masuk ke
mikrokontroler melalui konversi ADC. Tegangan referensi ADC
yaitu maksimum 5 V. Ketika arus bernilai 0 A maka keluaran sensor
88

bernilai 2,55 V dan akan semakin besar apabila nilai arus dinaikkan.
Apabila pemasangan polaritas sumber terbalik maka ketika arus
dinaikkan, keluaran sensor akan semakin turun. Kurva linieritas
sensor arus ACS712 ditunjukkan pada Gambar 4.18.

3,7

3,5
Vout (V)

3,3

3,1

2,9

2,7

2,5
0 1 2 3 4 5 6
Iin (A)

Gambar 4.18. Kurva karakteristik sensor arus ACS712

4.1.9 Pengujian penggiling daging tanpa beban


Pengujian mesin penggiling ini dilakukan saat motor tidak di
bebani untuk mengetahui kecepatan putaran yang mampu di
hasilkan motor dengan variasi tegangan. Pada pengujian ini
digunakan alat yaitu berupa avometer ,amperemeter, dan tacho
meter. Beban daging dapat mempengaruhi performa kecepatan dari
motor DC.pada gambar 4.19 merupakan gambar saat pengujian
penggiling tanpa beban
.
89

Gambar 4.19. Penggiling tanpa beban

Pada tabel 4.6 ditunjukkan data hasil pengujian penggiling tanpa


beban
Tabel 4.6 Data pengujian penggiling tanpa beban

Vin Iin Kecepatan


(Volt) (A) (rpm)
5 2 16
10 2.1 68
15 2.1 120
20 2.1 176
22 2.1 201
24 2.2 228
26 2.2 252
28 2.2 258
30 2.3 300
90

Pada data tabel di atas menunjukkan bahwa semakin besar nilai


tegangan input maka kecepatan akan bertambah besar.

4.1.10 Pengujian Sensor Kecepatan


Pengujian sensor kecepatan menggunakan beban berupa motor
DC 24 Volt. Motor DC di berikan sumber supply dari power supply
dengan mengatur tegangan dari 5 Volt sampai 24 Volt agar
kecepatan berubah.tegangan mempengaruhi kecepatan dari motor
DC. Semakin besar tegangan maka kecepatan semakin tinggi. Pada
pengujian ini, juga di gunakan tachometer untuk membandingkan
keluaran kecepatan anatara tachometer dan modul sensor kecepatan.
Sensor kecepatan di program dengan keluaran counter dan RPM.

Tabel 4.7 Data pengujian sensor kecepatan

Vi (volt) RPM tacho %error


5 37 34,6 6,4
10 81 79,4 1,9
15 126 125,2 0,6
20 168 169,6 0,9
24 208 206,7 0,6

Dari data pengujian sensor kecepatan diatas, kita lihat % error


yang dihasilkan kecil, berarti sensor kecepatan ini layak di gunakan.

Gambar 4.20. Pengujian sensor kecepatan


91

4.2 PENGUJIAN INTEGRASI


4.2.1 Pengujian Integrasi charging baterai pada integrasi
sistem tanpa kontrol increment decrement
Pada pengujian ini menggunakan panel surya 100 WP
sebagai sumber sedangkan beban yang digunakan yaitu baterai 12
V/32 Ah dengan keadaan terisi sebanyak 40 %. Cara pengujian yaitu
dengan mengatur duty cycle dengan nilai konstan sehingga proses
kontrol tidak terjadi. Tabel 4.8 menunjukkan data pengujian
integrasi sistem kontrol.

Tabel 4.8 Data pengujian charging baterai 12 V/32 Ah


Waktu Arus Tegangan
(Ampere) (Volt)
13.00 1,1 12.02
13.15 1.13 12.8
13.30 1,18 13
14.45 1,4 13.4
14.00 1,12 13.8
14.15 1,2 13.85
14.30 1,18 13.82

4.2.2 Pengujian integrasi Sistem Pengujian Integrasi


charging baterai pada integrasi sistem dengan kontrol
increment decrement
Pengujian dilakukan dengan mengamati perubahan arus dan
tegangan charging pada setiap satuan waktu. Arus charging ini
merupakan arus yang keluar dari konverter buck-boost. Baterai yang
digunakan 12 V/32 Ah dengan keadaan terisi sebanyak 40 %.
Pengujian ini telah terintegrasi dengan panel surya dan sistem
kontrol dengan metode increment decrement. Data pengujian
charging ditunjukkan pada Tabel 4.9.
92

Tabel 4.9. Data pengujian charging baterai 12 V/32 Ah close loop

Waktu Arus Tegangan


(Ampere) (Volt)
12.00 1 14.45
12.15 1.1 14.46
12.30 1.15 14.45
12.45 1.2 14.48
13.00 1.25 14.46
13.15 1.3 14.48
13.30 2 14.45
13.45 2.6 14.48
14.00 3.4 14.45
14.15 2.2 14.46
14.30 1.4 14.45
14.45 1 14.44

Gambar 4.21. Pengujian charging

Terdapat 3 tahap pada proses charging baterai, yaitu bulk,


absorption dan floating charger stage. Pada awal proses
charging akan terjadi loncatan arus yang tinggi terutama
apabila baterai dalam keadaan kosong. Hal ini dinamakan bulk
chaeger stage. Sedangkan absorption chaeger stage yaitu ketika
arus telah mencapai titik tertinggi maka perlahan-lahan akan
turun hingga kondisi steady state. Keadaan steady state ini
93

merupakan floating chaeger stage. Semakin lama proses


charging berjalan maka arus akan semakin turun karena baterai
mendekati penuh. Dan ketika baterai telah terisi penuh maka
tidak ada arus yang mengalir (I = 0 A).

4
3,4
3,5
3 2,6
2,5 2,2
2
Arus (A)

2
1,25 1,3 1,4
1,5 1
1
0,5
0
12:28 12:57 13:26 13:55 14:24 14:52
waktu (jam)

Gambar 4.22. Kurva karakteristik charging

Pada proyek akhir ini digunakan baterai 12 V/32 Ah. Pada


tabel dapat diketahui bahwa pada bulk charger stage titik arus
maksimum terletak pada 3,4 A. karena batre telah terisi 40 %,
maka grafik tidak terlalu signifikan.

4.2.3 Pengujian penggiling daging berbeban


Pengujian mesin penggiling dengan menggunakan beban ini
dilakukan saat motor di bebani daging sapi di potong kecil-kecil
untuk mengetahui kecepatan putaran yang mampu di hasilkan motor.
Pada pengujian ini digunakan alat yaitu berupa avometer
,amperemeter, dan tacho meter. Beban daging dapat mempengaruhi
performa kecepatan dari motor DC.pada gambar 4.23 merupakan
gambar saat pengujian penggiling tanpa beban.
94

Gambar 4.23. Proses penggilingan

Pada tabel 4.10 ditunjukkan data hasil pengujian penggiling


berbeban

Tabel 4.10 Data pengujian penggiling berbeban

Potongan V out I out Kecepatan (RPM)


beban (g) (Volt) (A)
0 30 2 300
100 24 3 250
200 19 3.5 180
300 15 4.2 120
400 10 4.5 100
500 5 5 80
95

Pengujian rangkaian secara openloop sangatlah penting untuk


mengetahui karakteristik perubahan kecepatan putar motor DC pada
mesin penggiling, sehingga dengan demikian kita dapat melakukan
percobaan dengan menggunakan cara close loop untuk mengetahui
apakah kontrol yang dipasang pada sistem tersebut dapat berfungsi
seperti apa yang kita inginkan.

4.2.4 Pengujian penggiling daging berbeban close loop


Pengujian rangkaian secara secara close loop dilakukan
untuk mengetahui performa dari kontrol yang telah kita desain.
Kontrol logika fuzzy di gunakan untuk mengatur kecepatan dari
motor DC selalu pada set point yang telah kita tentukan. Pada tabel
sangatlah penting untuk mengetahui karakteristik perubahan
kecepatan putar motor DC pada mesin penggiling. Pada tabel 4.10
ditunjukkan data hasil pengujian penggiling berbeban.

Dari pengujian secara keseluruhan dapat diketahui bahwa


terdapat perbedaan kecepatan putar motor DC. Pada sistem
open loop terjadi penurunan kecepatan pada saat beban bertambah.
Tapi hal ini dapat diatasi pada saat sistem telah diberi kontrol (close
loop).

Tabel 4.11 Data pengujian penggiling berbeban close loop

Potongan V out I out Kecepatan Fo


beban (g) (Volt) (A) (RPM)
100 25 3,2 240 40
200 24.5 3.1 230 38
300 24 3,2 225 35
400 24 3,1 225 35
500 26 3,1 250 30
96

300
250
Kecepatan (rpm)
200
150
100
50
0
0 100 200 300 400 500 600
berat beban (g)

Kecepatan close loop Kecepatan open loop

Gambar 4.24 Perbandingan kecepatan antara open loop dan close


loop
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

1. Konverter buck-boost dapat menurunkan dan menaikkan tegangan


untuk mengisi baterai 12 V. Dengan menggunakan kontrol
increment-decrement, integrasi sistem ini dapat mengisi baterai
dengan rata-rata tegangan charging 14,46 V dengan arus charging
yang berubah-ubah dengan arus maksimum 3,4 ampere.
2. Pengujian integrasi sitem dengan kontrol increment decrement
dapat mengatur keluaran tegangan charging stabil dengan
pengaturan duty cycle.
3. Pada pengujian sensor tegangan hasil konversi untuk tegangan
14,4 volt ke 5 volt masuk ADC memiliki error rata-rata0,42 %.
4. Beban daging dari penggiling mempengaruhi performa kecepatan
dari motor DC. Berat daging yang digunakan yaitu 0,5 kg.setiap
0,1 kg dimasukkan satu-persatu untuk mengetahui kecepatan
motor DC saat dibebani.
5. Kontrol fuzzy memberikan respon penyesuaian kecepatan sesuai
dengan set point yang di tentukan yaitu 250 rpm.

5.2 SARAN

1. Pembacaan sensor arus dan tegangan masih kurang stabil karena


efek frekuensi switching dari konverter .
2. Supaya dapat mendapatkan grafik proses charging yang baik maka
baterai harus kosong..
3. Pada sisi keluaran konverter dapat ditambahkan sistem pengaman
atau relay untuk memutus proses charging ketika baterai sudah
penuh.
4. Menampilkan nilai tegangan dan arus charging pada LCD untuk
mengetahui berapa persen keadaan baterai.

97
98

5. Karena diinginkan mendapatkan kecepatan yang konstan dari


proses penggilingan maka di gunakan kontrollogika fuzzy.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Pengertian solar cell.diakses pada tanggal 10 agustus 2015. Alamat


http://elektronika-dasar.web.id/komponen/sensor-tranducer/solar-
cell/
[2] Putri ArdinaW,“Rancang Bangun Buck-boost Konverter Berbeban
Motor DCMenggunakan Kontrol Logika Fuzzy”, D4 Jurusan
Teknik Elektro Industri Politeknik Elektronika Negeri Surabaya –
ITS, Surabaya,2012.
[3] http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/prinsip-kerja-motor
dc/Copyright © Elektronika Dasar

[4] Dina Mursyida, “Rancang Bangun Modul DC – DC Converter


Dengan Pengendali PI”. D4 Jurusan Teknik Elektro Industri
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya – IT, Surabaya,2011.
[4] Tri Heri Admojo, “Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguat
Terpisah Menggunakan Kontrol Pid-Fuzzy (Perangkat Keras)”.
D4 Jurusan Teknik Elektro Industri Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya – IT, Surabaya,2006.
[5] https://id.wikipedia.org/wiki/Logika_fuzzy
[6] Daniel W. Hart “Power Electronics”
[7] Data sheet ATMEGA16, 8-Bit Microcontroller with 128Kbtes
InSystem Programmable Flash. diakses pada tanggal 28 Juni 2015.
Alamat www.alldatasheet.com
[8] Data sheet TLP250, Toshiba photocoupler GaAIAs Ired Photo-IC.
Diakses pada tanggal 30 Januari 2016. Alamat
www.alldatsheet.com

99
/***********************************************
******
This program was produced by the
CodeWizardAVR V2.05.0 Professional
Automatic Program Generator
© Copyright 1998-2010 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.
http://www.hpinfotech.com

Project :
Version :
Date : 21/05/2016
Author :
Company :
Comments:

Chip type : ATmega16


Program type : Application
AVR Core Clock frequency: 11,059200 MHz
Memory model : Small
External RAM size :0
Data Stack size : 256
***********************************************
******/

#include <mega16.h>
#include <stdio.h>
#include <math.h>
#include <delay.h>
#include <alcd.h>

#define ADC_VREF_TYPE 0x00

// Read the AD conversion result


unsigned int read_adc(unsigned char adc_input)
{
ADMUX=adc_input | (ADC_VREF_TYPE & 0xff);
// Delay needed for the stabilization of the ADC input
voltage
delay_us(10);
// Start the AD conversion
ADCSRA|=0x40;
// Wait for the AD conversion to complete
while ((ADCSRA & 0x10)==0);
ADCSRA|=0x10;
return ADCW;
}

// Declare your global variables here


float steg,sarus,b,buffer;
//float
char cetak1[20],cetak2[20],cetak3[20];
int a,pwm,i,j;
void main(void)
{
// Declare your local variables here

// Input/Output Ports initialization


// Port A initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In
Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T
State2=T State1=T State0=T
PORTA=0x00;
DDRA=0x00;

// Port B initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In
Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T
State2=T State1=T State0=T
PORTB=0x00;
DDRB=0x00;

// Port C initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In
Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T
State2=T State1=T State0=T
PORTC=0x00;
DDRC=0x00;

// Port D initialization
// Func7=In Func6=In Func5=Out Func4=Out Func3=In
Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=0 State4=0 State3=T State2=T
State1=T State0=T
PORTD=0x00;
DDRD=0x30;

// Timer/Counter 0 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer 0 Stopped
// Mode: Normal top=0xFF
// OC0 output: Disconnected
TCCR0=0x00;
TCNT0=0x00;
OCR0=0x00;

// Timer/Counter 1 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: 11059,200 kHz
// Mode: Ph. correct PWM top=ICR1
// OC1A output: Non-Inv.
// OC1B output: Non-Inv.
// Noise Canceler: Off
// Input Capture on Falling Edge
// Timer1 Overflow Interrupt: Off
// Input Capture Interrupt: Off
// Compare A Match Interrupt: Off
// Compare B Match Interrupt: Off
TCCR1A=0xA2;
TCCR1B=0x11;
TCNT1H=0x00;
TCNT1L=0x00;
ICR1H=0x00;
ICR1L=0x89;
OCR1AH=0x00;
OCR1AL=0x00;
OCR1BH=0x00;
OCR1BL=0x00;

// Timer/Counter 2 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer2 Stopped
// Mode: Normal top=0xFF
// OC2 output: Disconnected
ASSR=0x00;
TCCR2=0x00;
TCNT2=0x00;
OCR2=0x00;

// External Interrupt(s) initialization


// INT0: Off
// INT1: Off
// INT2: Off
MCUCR=0x00;
MCUCSR=0x00;

// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization


TIMSK=0x00;

// USART initialization
// USART disabled
UCSRB=0x00;
// Analog Comparator initialization
// Analog Comparator: Off
// Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1:
Off
ACSR=0x80;
SFIOR=0x00;
// ADC initialization
// ADC Clock frequency: 691,200 kHz
// ADC Voltage Reference: AREF pin
// ADC Auto Trigger Source: ADC Stopped
ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff;
ADCSRA=0x84;
// SPI initialization
// SPI disabled
SPCR=0x00;
// TWI initialization
// TWI disabled
TWCR=0x00;
// Alphanumeric LCD initialization
// Connections specified in the
// Project|Configure|C Compiler|Libraries|Alphanumeric
LCD menu:
// RS - PORTB Bit 0
// RD - PORTB Bit 1
// EN - PORTB Bit 2
// D4 - PORTB Bit 4
// D5 - PORTB Bit 5
// D6 - PORTB Bit 6
// D7 - PORTB Bit 7
// Characters/line: 16
lcd_init(16);

while (1)
{

/////SENSOR TEGANGAN////////
for(i=0;i<=1;i++)
{ buffer=(float)read_adc(7);
steg=steg+buffer;
} steg=(((steg/1)*82)/1023);
lcd_gotoxy(7,0); sprintf(cetak2,"V=
%0.2fV ",steg); lcd_puts(cetak2);

//////////// buck-boost incremen/decremen ////////////////


if (steg<14)
{
a++;
if (a>130)
{
a=130;
}
else
{}
}
if(steg>14)
{
a--;
if (a<10)
{
a=10;
}
else
{}
}
else
{
a=a;
}

OCR1A=a;
pwm=(a*100)/137;
lcd_gotoxy(0,1);
sprintf(cetak1,"D=%2.0d%% ",pwm);
lcd_puts(cetak1);

/////sensor arus///////////
for(j=0;j<=1000;j++)
{ b=(float)read_adc(6);
sarus=sarus+b;
}

sarus=(((sarus/1000)-511));
sarus=((sarus/512)*20)*1.865;
lcd_gotoxy(8,1); sprintf(cetak3,"I=
%0.2fA ",sarus);
lcd_puts(cetak3);

}
}
Nama : Syafroni Imam Achmadi S A
Tempat tanggal lahir : Pamekasan, 26 Januari 1994
Alamat : JL. Kangenan 76 A Kec.kota pamekasan
Telepon / HP : 085645984289
Email : syafroni_rarhome@yahoo.co.id
Hobi : badminton, Traveling
Cita-cita : engineer
Motto : bisa karena biasa

Riwayat Pendidikan :
PENS D4Teknik Elektro Industri tahun 2012-2016
SMAN 01 Pamekasan tahun 2009-2012
SMPN 01 Pamekasan tahun 2006-2009
SDN Kanginan 01 Pamekasan tahun 2002-2006
SDN Panglegur 02 Pamekasan tahun 2000-2002

Pengalaman Organisasi :
Periode 2013 – 2014 :

 Staff muda departemen Ristek Himpunan Mahasiswa Teknik


Elektro Industri, PENS.
 Staff divisi kontrol EVC

Periode 2014 – 2015 :

 Kepala departemen Ristek Himpunan Mahasiswa Teknik


Elektro Industri, PENS.
 Wakil Ketua UKM badminton PENS.

Penulis telah mengikuti Seminar Proyek Akhir pada tanggal 28 Juli


2015 sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Terapan (S.ST)

Anda mungkin juga menyukai