TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagai persyaratan
mencapai derajat Sarjana Teknik
di Teknik Mesin
Diajukan oleh :
Albertus Nugroho Budi Sutrisno
045214017
i
PNEUMATIC SYSTEM FOR WEFT YARN SHOOTING AT
”TSUDAKOMA ZA 205i” TYPE AIR JET LOOM
WEAVING MACHINE
FINAL PROJECT
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements
To Obtain the Sarjana Teknik Degree
In Mechanical of Engineering
By:
Albertus Nugroho Budi Sutrisno
045214017
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang sengaja tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
v
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan sistem pneumatik untuk mesin
tenun “Tsudakoma ZA 205i” tipe Air Jet Loom terutama pada komponen nosel
utama (main nozzle). Pada komponen ini terdapat aliran nosel utama dan aliran
untuk pemotongan (cutting blow). Pamaparan sistem pneumatik tersebut juga
dilengkapi dengan perhitungan untuk mengetahui kecepatan, tekanan dan debit
udara serta daya yang diperlukan.
Data yang diperoleh untuk penelitian ini merupakan data berupa hasil
pengaturan-pengaturan seperti pengaturan tekanan pada kotak regulator (regulator
box) dan waktu kerja dari dua jenis aliran udara tersebut serta hasil pengukuran
seperti pengukuran jarak dan rpm. Seluruh sistem pneumatik ini bekerja di dalam
saluran pipa fleksibel (hose) sehingga dalam perhitungan banyak menggunakan
persamaan kontinuitas dan persamaan Bernoulli.
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa untuk aliran nosel utama yang
mengonsumsi udara sebesar 6,84×10-4 m3/detik membutuhkan kecepatan udara
54,28 m/detik dan daya yang digunakan adalah sebesar 340,6 watt. Pada aliran
untuk pemotongan yang mengonsumsi udara sebesar 3,17×10-5 m3/detik
membutuhkan kecepatan udara sebesar 2,45 m/detik dan daya yang digunakan
adalah sebesar 6,31 watt. Tekanan udara pada ujung nosel untuk aliran nosel
utama sebesar 4,98×105 Pa, sedangkan tekanan awal pada kotak regulator sebesar
5×105 Pa. Tekanan udara pada ujung nosel untuk aliran untuk pemotongan sebesar
1,97×105 Pa, sedangkan tekanan awal pada kotak regulator sebesar 2×105 Pa.
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmatNya,penulis dapat menyelasaikan naskah Tugas Akhir yang
berjudul Sistem Pneumatik untuk Penembakan Benang Pakan pada Mesin Tenun
“Tsudakama ZA 205i tipe Air Jet Loom” . Engkau juga telah mencurahkan
rahmat-Mu kepada penulis lewat orang-orang yang telah membantu penulis baik
secara langsung maupun secara tidak lanngsung, maka penulis juga berterima
kasih kepada :
1. Romo Ir Gregorius Heliarko SJ., SS., B.ST., MA., M.Sc., selaku
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Bapak Ir. Rines, M.T., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, dorongan serta meluangkan waktu untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
3. Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas kuliah, bimbingan , serta
fasilitas yang diberikan selama masa kuliah.
4. Bapak Ir.Djarot Gunadi selaku Factory Manager PT. Daya
Manunggal, Salatiga, yang telah memberi kesempatan kepada penulis
untuk melakukan penelitian di pabrik.
5. Bapak Andre, yang banyak mengarahkan penulis dalam penelitian di
pabrik
6. Bapak Lilik Purwiyatno selaku Kepala Departemen Weaving AJL II
yang telah memberi kesempatan untuk melakukan penelitian.
7. Bapak Yuwono selaku Kepala Bagian Kompressor dan rekan-rekan
bagian kompressor yang memperbolehkan penulis meneliti bagian
kompressor.
8. Bapak Eko Sudianto selaku Kepala Bagian Maintenance Loom, dan
rekan-rekan bagian maintenance loom yang telah banyak meluangkan
viii
waktunya untuk membantu penulis dalam mengambil data serta
memberikan ilmu yang dimiliki untuk penulis.
9. Bapak dan Ibu penulis yang telah memberikan doa, semangat dan
saran-saran kepada penulis.
10. Kakakku Susi dan Adikku Agung, telah memberikan doa dan
semangat kepada penulis.
11. Istriku Tri Wahyuni H dan anakku Ria OC yang telah memberikan
semangat kepada penulis untuk Tugas Akhir serta telah bersabar
12. Dian S dan Andy P, Hendry serta lain-lain yang sudah banyak
memberi saran dan mau mendengarkan masalah-masalahku.
13. Saudara-saudara penulis dan teman-teman penulis yang tidak dapat
disebutkan oleh penulis satu per satu.
14. Semua teman-teman Teknik Mesin ’04 yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu, serta
15. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir
ini.
Penulis sangat menyadari, bahwa Tugas Akhir ini masih perlu
penyempurnaan, sehingga saran dan kritik dari berbagai pihak demi
kesempurnaan Tugas Akhir ini sangat penulis harapkan dan semoga Tugas Akhir
dapat menjadi referensi teman-teman yang lain untuk mengembangan lebih lanjut.
ix
DAFTAR ISI
INTISARI ................................................................................................... vi
x
2.1.3 Prinsip Dasar Pneumatik ................................................... 12
xi
3.3.4 Nosel Pendukung ............................................................... 47
LAMPIRAN ................................................................................................ 87
xii
DAFTAR LAMBANG
Lambang Keterangan
-Pe daerah tekanan hampa
+Pe daerah tekanan terukur
Pa Pascal
kPa kiloPascal (× 1000)
ρ rapat massa (densitas)
m massa, kg
V volume, m3
v kecepatan, m/detik
P tekanan, Pa
A luas penampang, m2
h ketinggian, m
g gravitasi, m/detik2
Q debit, m3/detik
F gaya, N
a percepatan, m/detik2
v0x kecepatan awal pada sumbu x, m/detik
v0y kecepatan awal pada sumbu y, m/detik
θ sudut kemiringan, 0
vx kecepatan pada sumbu x, m/detik
vy kecepatan pada sumbu y, m/detik
ΣFx jumlah gaya pada sumbu x, m/detik
s jarak, m
t waktu, detik
T periode, detik
f frekuensi, rpm
W daya, watt
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.4 Penurunan benang pakan terhadap jarak tempuh dan waktu yang
dipergunakan ................................................................................ 62
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.4 Ball valve, Air filter, dan Micro aerator ................................. 35
xv
Gambar 3.16 Ukuran selang untuk aliran pemotong ................................. 46
Gambar 4.2 Grafik penurunan benang pakan terhadap jarak tempuh ........ 61
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
taraf hidup manusia juga menuntut orang untuk bekerja lebih baik agar dapat
mendapatkan hasil yang maksimal. Agar mandapatkan hasil yang lebih baik
berbagai bidang. Perkembangan ini mempunyai salah satu tujuan agar segala
sesuatu dapat menjadi lebih praktis, mudah, murah, efektif dan efisien serta yang
Tenaga manusia tidak konstan, dapat juga habis atau menurun, jadi manusia
sedikit dengan menggunakan bantuan mesin dan terus berkembang lalu mesin
1
2
manusia dan mengefektifkan kerja manusia serta labih memaksimalkan hasil yang
Tekstil, merupakan salah satu industri dari berbagai industri yang juga
benang secara tegak lurus dengan benang lainnya. Pada zaman dahulu, awal
aktivitas ini dimulai, kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan tangan. Berkat
kemajuan dari teknologi yang setiap hari semakin berkembang, maka kemudian
manusia sebagai penggerak mesin tersebut. Dari waktu ke waktu mesin tenun
dan dibantu dengan mekanik bahkan penggunaan tenaga manusia juga sudah
Pada saat ini, mesin tenun yang masih dipergunakan adalah perpaduan
pada mesin tenun buatannya, salah satu kekhasan tersebut adalah dengan
penggunaan udara bertekanan, dengan kata lain yaitu sistem pneumatik. Dikatakan
benang dalam penganyaman dan motor listrik sebagai alat penggerak mekanik
Tenaga pneumatik sangat vital, karena jika tidak terdapat udara bertekanan
ini maka tidak akan terjadi proses menganyaman, jadi udara bertekanan ini perlu
dipelihara dan dijaga baik didalam perpipaan maupan didalam sistem pada mesin
penggerak vital, dengan demikian mesin tenun ini disebut dengan mesin tenun
tipe Air Jet Loom atau lebih mudah dengan sebutan AJL. Dengan adanya mesin
tenun tersebut, maka manusia lebih fokus untuk mengawasi mesin tersebut jika
terjadi masalah teknis. Selain itu tenaga manusia juga dapat difokuskan untuk
dengan menggunakan tenaga manusia dan kini dapat digantikan dengan udara
bertekanan, maka satu perkerjaan lagi akan dapat menjadi lebih efektif dan efisien
Pada penelitian ini akan dilakukan perhitungan ulang terhadap masin tenun
“Tsudakoma ZA 205i” tipe Air jet Loom. Dalam penelitian ini, tidak seluruh
sistem pneumatik di lakukan penghitungan ulang, tetapi hanya pada nosel utama
(main nozzle) yang merupakan bagian awal dari suatu penembakan Penelitian ini
untuk memberikan suatu alternatif penghitungan terhadap suatu mesin tenun yang
4
ditunjukkan dari sisi kecepatan tembakan yang dihasilkan oleh nosel utama, debit
1.3 Tujuan
nosel utama.
dihasilkan oleh nosel utama, debit udara bertekanan dan daya yang
digunakan pada nosel utama untuk aliran nosel utama dan aliran
Pada mesin tenun terdapat beberapa macam sistem yang dimana sistem
tersebut akan menunjang atau mendukung terjadinya sebuah anyaman yang terus
menerus. Salah satu sistem yang terdapat dalam mesin tenun tersebut adalah
sistem pneumatik. Pada sistem pneumatik ini terdapat beberapa bagian yang
untuk komponen nosel utama serta pendukung pada nosel utama tersebut. Jadi
5
permasalahan yang akan di paparkan secara lebih lengkap adalah pada bagian
1.5 Manfaat
1. Bagi Perusahaan
2. Bagi Universitas
3. Bagi mahasiswa
perkuliahan.
pneumatik.
LANDASAN TEORI
2.1 Pneumatik
berasal dari perkataan Yunani “pneuma” yang berarti “napas” atau “udara”. Jadi
meliputi aliran-aliran udara melalui suatu sistem saluran, yang terdiri atas pipa-
pipa, selang-selang, perlengkapan (device) dan sebagainya, tetapi juga aksi dan
memindahkan suatu gaya atau suatu gerakan, dengan demikian bidang pneumatik
itu meliputi semua komponen mesin atau peralatan yang memanfaatkan udara
dengan peralatan tumbuk atau putar. Setelah itu,terutama setelah Perang Dunia II,
7
8
Kata pneumatik juga tidak dapat lepas dari kata fluida, baik fluida diam
maupun fluida bergerak. Pengertian fluida adalah zat-zat yang mampu mengalir
yang ditempati.
Dalam hal ini, pada dasarnya hanya sistem pneumatik yang menggunakan
udara sebagai fluida kerja. Udara yang dimampatkan adalah udara yang diambil
dari lingkungan sekitar dan kemudian udara tersebut akan ditempatkan atau
dialirkan pada ruangan yang lebih kecil daripada sebelumnya. Udara yang
dimampatkan tadi akan menekan ke segala arah dan tekanan tersebut yang
nantinya akan menjadi tenaga atau energi yang dipakai untuk melakukan suatu
proses kerja.
sebagai alat bantu atau rekan kerja dalam pekerjaan mereka, ini dikarenakan
9
sistem hidrolik.
listrik.
maka benda kerja maupun bahan tidak menjadi kotor. Ini penting dan
5. Aman
6. Bentuk
7. Kecepatan
8. Pengaturan
9. Beban berlebih
Selain mempunyai kelebihan atau sisi positif, sistem pneumatik ini juga
mempunyai kekurangan atau sisi negatif jika juga diperbandingkan dengan sistem
hidrolik.
ini dapat diatasi secara baik dengan adanya material peredam suara.
lambang bagan untuk unsur hubungan yang telah disebutkan, sehingga hubungan-
Lampiran( Gambar. L1, L2, L3, L4, L5, L6, L7, L8, L9, L10, L11)
12
air dan pengotor (debu, jelaga dan sebagainya). Udara campuran gas ini rata-rata
(Ar)0,94%, karbon dioksida (CO2)0,03% dan helium, neon, kripton, xenon 0,10%
Nilai tersebut diatas berlaku untuk lapisan udara yang paling atas
permukaan laut. Permukaan air laut ini juga dpat dianggap sebagai patokan atau
titik referensi, dimana atmosfir memberikan tekanan sebesar 101 kPa. Tekanan
ketinggian 0 sampai 20.000 ft (6,1 km), hubungan antara ketinggian dan tekanan
mendekati linier, dengan penurunan sekitar 11 kPa per km. Udara atmosfir ini
biasanya mempunyai kadar uap air yang tinggi sehingga juga disebut udara
lembab.
tekanan sebesar 101 kPa dipakai sebagai sebuah standard. Nilai densitas bobot
udara adalah 11,8 N/m3 pada tekanan 101 kPa absolut dan temperatur 20°C.
dan tekanan udara harus dilakukan dengan menilai nilai-nilai tekanan dan
temperatur absolut. Dalam satuan Metris (SI), untuk memperoleh tekanan absolut
adalah dengan cara menjumlahkan antara tekanan yang terukur pada penunjukkan
dari alat pressure gauge dengan nilai 101000 ( 1× 10 5 ) dan kesemuanya itu dalam
13
satuan Pa. Pernyataan diatas tersebut jika diubah dalam model matematika akan
Tekanan absolut (Pa abs) = tekanan terukur (Pa ukur) + 101000 (2.1)
tekanan ini pada dasarnya tidak dapat dirasakan. Oleh karena itu tekanan atmosfir
Patm dipandang sebagai dasar dan suatu selisih disebut tekanan lebih Pe dan dapat
Tekanan atmosfir
bervariasi dengan geografis dan cuaca. Daerah yang terdapat antara garis nol
absolut dengan tekanan atmosfir yang berubah-ubah disebut daerah hampa (-Pe)
Tekanan absolut Pabs terdiri dari tekanan -Pe dan tekanan +Pe. Di dalam
prakteknya alat ukur yang digunakan hanya menunjukkan tekanan lebih (terukur)
14
+Pe. Jika tekanan absolut ditentukan, penunjukkan harga akan lebih tinggi ≈ 100
kPa (1bar).
Sekarang singkatan singkatan ini tidak diperbolehkan lagi. Sejak 1 Januari 1978
Dalam ilmu teknik tekanan udara dapat diukur dengan manometer, yang
berkerja atas dasar yang sama dengan barometer (barometer air raksa dan
2.1.3.3 Densitas
Densitas merupakan kerapatan massa atau berat jenis suatu zat baik itu zat
cair, padat maupan gas. Densitas (atau kerapatan) ρ suatu gas (dan berarti juga
ρ = mV (2.2)
pendukung ilmu pneumatik ini, antara lain adalah persamaan kontinuitas, hukum
15
menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida
akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini sebenarnya
jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup sama besarnya
dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama. Prinsip ini diambil
Persamaan Bernoulli
fluida, yang dimana fluida tersebut adalah fluida bergerak. Persamaan Bernoulli
ketinggian akan diasumsikan sama dengan nol (0) dan persamaan diatan akan
menjadi demikian:
terjadi pada katup dan selang (hose) atau pipa. Bila suatu fluida mengalir didalam
suatu pipa dan laju (kecepatan) aliran fluida v serta luas penampang pipa A
diketahui, banyaknya fluida yang mengalir tiap detik dapat dihitung. Banyaknya
fluida yang mengalir persatuan waktu disebut kecepatan aliran atau debit aliran Q.
Semakin kecil luas penampang A, yang berarti semakin saling berdekatan letak
garis aliran, semakin besar kecepatan aliran fluida, begitu pula dengan sebaliknya.
Untuk lebih memperjelas kalimat diatas, lihat Gambar 2.3 Persamaan Kontinuitas.
17
v1
v2
D1
D2
Q masuk Q keluar
1 2
Gambar 2.3 Persamaan Kontinuitas
(Sumber:Budikase, 2003, hal 106)
A1 . v1 = A2 . v2 = A3 . v3 = konstan (2.5)
v2 A2
A1 = ⋅ A2 atau v1 = v2 (2.6)
v1 A1
merupakan hasil kali antara luas penampang lintang dengan kecepatan fluida yang
Q = A ×ν (2.7)
Hukum Pascal menyatakan bahwa tekanan yang diadakan dari luar zat cair
yang ada di dalam ruang tertutup diteruskan oleh zat cair itu ke segala arah
dengan sama rata. Dalam permasalahan ini fluida kerja yang digunakan bukanlah
18
zat cair, tetapi menggunakan fluida gas (udara bertekanan). Meskipun demikian,
yang telah diperoleh di bangku SMA yang ternyata berguna untuk menyelesaikan
2.2.5 Gaya
perubahan gerak (Drs. Kamajaya, Bandung, 1984, hal. 28) atau suatu interaksi
(Ensiklopedia Indonesia, Jakarta, 1987, hal. 1093). Gaya dan gerak mempunyai
Pada Hukum Newton II, percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang
bekerja pada sebuah benda berbanding lurus dan searah dengan gaya dan
berikut:
F = m⋅a (2.8)
19
2.2.6 Tekanan
Dalam ilmu fisika, tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. Jika
gaya sebesar F bekerja secara merata dan tegak lurus pada suatu permukaan yang
F
P= (2.9)
A
(N/m2) atau lebih dikenal dengan istilah Pascal (Pa), sedangkan 1 bar = 105 N/m2.
2.2.7 Gerak
Gerak merupakan perubahan posisi atau tempat suatu benda terhadap suatu
titik acuan setiap saat. Benda bergerak berarti tempat benda berubah dan
mempunyai kecepatan. Salah satu bentuk dari gerak adalah gerak parabola.
Pada ilmu fisika, gerakan parabola ini mempunyai beberapa unsur seperti:
sudut elevasi dan kecepatan awal pelemparan. Kecepatan awal dari gerak parabola
yang digambarkan dapat dijabarkan dalam komponen v0x dan v0y seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 2.4 Gerak Parabola dalam koordinat Kartesius.
Komponen v0x dan v0y ini dapat dijabarkan kembali dalam bentuk matematika
Y v = v x = v0 x
vy v
θ vx
vo
v0y vx θ
vy
v
θ0 vx
X
v0x θ = θ0
vy
v
vx
θ
vy v
dapat dibagi dua komponen x dan y yaitu ΣFx = ma x dan ΣFy = ma y , kemudian
Hukum Newton II tersebut akan dapat diubah dalam sumbu x pada koordinat
Kartesius menjadi ΣFx = 0 dan dalam sumbu y pada koordinat Kartesius menjadi
ΣFy = −mg , yang dimana percepatan pada setiap titik pada sumbu x di koordinat
ΣFx
Kartesius akan menjadi a x = = 0 dan percepatan pada sumbu y pada
m
ΣFy − mg
ay = = = −g (2.10)
m m
nilai nol (0) dan selama kecepatan vx selalu konstan di setiap titik pada lintasan,
v x = v0 x = v0 cos θ 0 (2.11)
v y = v0 y − gt = v0 sin θ 0 − gt (2.12)
kecepatan yaitu:
v = v 2x + v 2y (2.13)
Selain itu sudut yang dibentuk dari arah horizontal dapat ditemukan dari:
vy
tan θ = (2.14)
v
x
(0 0
1
2
)
y = v sin θ t − gt 2 (2.16)
2.2.7.2 Kecepatan
kedudukan per satuan waktu. Definisi tersebut juga dapat ditulis dengan
s
v= (2.17)
t
22
Istilah periode dan frekuensi ini pada umumnya berlaku pada suatu
gerakan benda yang melingkar. Definisi dari periode T adalah waktu yang
frekuensi f putaran adalah banyaknya putaran tiap detik. Jika periode dan
frekuensi digabungkan dalam satu rumus, maka akan menjadi sebagai berikut:
1 1
f = atau Τ = (2.18)
Τ f
2.2.9 Daya
Daya merupakan laju usaha yang dilakukan. Dalam sistem SI, 1watt W
daya adalah laju usaha 1 Joule J yang dilakukan selama satu detik (second).
Dalam permasalahan ini, perumusan daya lebih dikembangkan lagi agar dapat
persamaan daya pada ilmu pengetahuan fisika secara umum. Saat persamaan daya
persamaan (2.20). Persamaan (2.20) ini menganut pada persamaan (2.19) dengan
usaha
daya =
waktu
1J 1m
1W = = 1N
s s
usaha (N.m )
daya( W ) = (2.19)
waktu(s )
( ) ( )
daya = P N 2 × Q m
m
3
s
(2.20)
BAB III
MESIN TENUN
tentang proses perjalanan benang yang nantinya akan menjadi lembaran kain.
Untuk mengetahui alur perjalanan benang untuk menjadi lembaran kain, dapat
Benang / Yarn
Warp / Lusi Weft / Pakan
Sizing
Machine
Warp Leasing
In Machine
Reaching
In Machine
Inspection
Stock Gudang
Gambar 3.1 Alur Proses Weaving AJL
23
24
benang menjadi kain dalam bentuk gambar dan penjelasan dari gambar tersebut
1. Benang / Yarn
Merupakan bahan baku untuk pembuatan kain, dalam proses pembuatan benang
dibagi menjadi dua macam penggunaanya yaitu: a.Benang Lusi /Warp Yarn
2. Warper Machine
Adalah mesin untuk menggulung benang dari bentuk cheese / cone ke dalam
Adalah alat untuk menggulung sisa-sisa benang dari mesin warping menjadi
4. Sizing Machine
Adalah mesin untuk menganji benang lusi, di mana tujuan dari penganjian yaitu
untuk meningkatkan kekuatan dari benang lusi untuk di tenun karena di mesin
Adalah mesin untuk menyilang jajaran benang lusi yang sudah dikanji dan
sudah dibeam. Ini bertujuan agar jajaran benang lusi satu sama lainnya lurus
tidak bersilang terlalu jatuh yang dimana akan menghambat proses penenunan.
6. Reacing – In Machine
Adalah mesin menyuap benang lusi yang sudah dibeaming untuk dicucuk.
Pencucukan adalah proses memasukan benang lusi ke dalam lubang dropper pin
Adalah mesin untuk memasukan benang lusi yang sudah dicucuk kedalam
lubang sisir / reed, dimana sisir ini yang menentukan kepadatan atau kerataan
8. Loom Machine
Adalah mesin untuk membuat kain, dimana dengan mesin iniantara benang lusi
dengan benang pakan dianyam hingga menjadi kain yang di kehendaki (kain
mentah / grey)
Adalah mesin untuk menyambung benang lusi yang sudah terpasang di mesin
tenun dan telah habis diproses. Selain itu juga dapat untuk menyambung dengan
26
konstruksi yang terdahulu dilanjutkan dengan cara diganti dengan beam baru
10. Inspection
13. Gudang
Dari alur proses produksi tenun yang di jelaskan secara utuh, sekarang
penjelasan akan fokuskan hanya pada nomor 8 yaitu Loom Machine atau Mesin
tenun.
Loom Machine atau Mesin Tenun merupakan mesin yang bertujuan untuk
menganyam antara benang lusi dengan benang pakan agar menjadi kain mentah.
Benang pakan ini akan disisipkan diantara benang-benang lusi yang akan terjadi
Lusi (lungsin, lusi) adalah benang bahan pembuat kain yang arah
gerakannya menuju ke arah kita saat berada di depan mesin tenun. Benang lusi ini
nanti akan dikatakan sebagai sisi panjang dari kain. Kata ”lungsin” dalam kamus
”lungsin (lusi)” dan ”warp” dapat dikaitkan. Istilah tersebut dapat dikaitkan
karena sisi panjang kain nantinya akan dibentuk menjadi sebuah gulungan kain
Pakan (weft) adalah benang bahan pembuat kain yang arah gerakannya
sejajar dengan kita saat berada di depan mesin tenun tersebut. Benang pakan ini
terkadang juga disebut benang pengisi. Dikatakan dengan benang pengisi karena
benang ini akan mengisi diantara benang lusi (lungsin) secara menyilang. Kata
”pakan”, dalam istilah industri textile bernama ”weft”, dalam bahasa Inggris
Selain itu juga terdapat beberapa istilah yang ada dalam mesin tenun yang
1. Timing
Dasar kata timing ini adalah ”time” yang berarti waktu. Arti timing dalam
pengetahuan secara umum dapat disimpulkan sebagai ”waktu yang tepat untuk
melakukan suatu kegiatan tertentu”. Begitu pula dalam kegiatan menenun dengan
pakan dan sebagainya. Tujuan dari penggunaan timing pada mesin tenun ini
adalah agar anyaman yang dihasilkan dapat sempurna dan tidak terjadinya
pemborosan dalam pemakaian udara bertekanan dan energi listrik. Timing ini
bertekanan. Selain itu juga untuk penunjukkan sudut dan lama waktu
b. Penunjukkan sudut ketika benang pakan mulai menyisip dan keluar pada
benang lusi.
peralatan tersebut beroperasi. Angka-angka ini mempunyai satuan yaitu derajat (°)
dalam sudut, sebab angka-angka ini berdasarkan putaran dari motor listrik. Jumlah
putaran dari motor listrik ini juga sangat berpengaruh pada lamanya peralatan di
dalam mesin tenun beroperasi. Jadi yang menentukan waktu dan lama sudut
2. Crank Angle
Crank Angle ini berbentuk mirip seperti piring makan tetapi dengan
diameter 0,3 meter (30 cm). Pada sisi bagian luar terdapat angka-angka yang
29
menunjukkan sudut. Fungsi dari crank angle ini adalah sebagai alat penunjuk
(insertion) adalah sudut awal benang pakan mulai dilemparkan. Pada mesin tenun,
fil.ins.timing (insertion) ini telah diatur dengan sudut 95°. Sudut ini berlaku untuk
Pakan keluar disebut juga arrival set. Arrival set ini merupakan sudut yang
seharusnya dimana benang pakan mulai keluar dari benang lusi yang terakhir.
Sudut kedatangan ini sebenarnya sudah diatur yaitu 225° tetapi pada keadaan
aktual dilapangan, sudut kedatangan lebih dari yang semestinya. Kondisi ini dapat
terjadi dikarenakan kerapatan benang lusi (lungsin) yang terkadang menjadi faktor
penghambat.
4. Densitas
Kain mentah atau grey merupakan hasil dari anyaman antara benang lusi
dan benang pakan. Deretan dari benang pakan maupun benang lusi juga
mempunyai kerapatan atau densitas antara benang yang satu dengan benang yang
lain. Dalam ilmu fisika densitas mempunyai satuan kg/m3, akan tetapi dalam
persoalan dalam mesin tenun ini, densitas juga mempunyai satuan tetapi berbeda
yaitu per inchi2 lebih tepatnya helai/inchi2. Dikatakan demikian karena 1 inchi2
terdapat sejumlah benang lusi dan sejumlah benang pakan. Sebagai contoh,
30
densitas yang tercantum dalam mesin tenun adalah 110 x 55, maka ini berarti
dalam 1 inchi2 terdapat 110 helai benang lusi dan 55 helai benang pakan.
dijelaskan sedikit bagian dari mesin tenun. Untuk gambar dari mesin tenun yang
akan diteliti dapat di lihat pada Gambar 3.2 Mesin Tenun. FDP Drum dan mesin
tenun ini sendiri merupakan satu kesatuan karena mesin tenun tanpa FDP Drum
tidak akan dapat bekerja dengan sempurna dan jika FDP Drum tanpa mesin tenun,
alat ini tidak akan berguna. Mesin tenun ini menggunakan penggerak utama
berupa motor listrik dan diteruskan dengan menggunakan belt dan puli. Penggerak
mesin tenun ini dapat di lihat pada Gambar 3.3 Penggerak mesin tenun
31
32
mesin tenun dari awal udara bertekanan masuk menuju mesin, pengaturan udara
sebagai berikut:
diatas, dapat dilihat pada Gambar 3.4 Ball valve, Air filter, dan Micro aerator.
yang berada didalam udara bertekanan agar benang tidak terlalu lembab. Untuk
menjelaskan keterangan diatas, dapat dilihat pada Gambar 3.4 Ball valve, Air
3. Micro-aerator
agar udara yang dihasilkan lebih kering. Untuk menjelaskan keterangan diatas,
dapat dilihat pada Gambar 3.4 Ball valve, Air filter, dan Micro aerator.
35
mesin tenun. Pada kotak regulator terdapat simbol-simbol untuk pengaturan udara
memperjelas maksud simbol dari kotak regulator. Untuk simbol dan keterangan
Didalam kotak regulator juga terdapat huruf P yang berarti plug. Ini
memutar kran yang terdapat simbol-simbol tersebut. Untuk menjelaskan arti plug
36
pada setiap simbol di kotak regulator, dapat dilihat pada Tabel 3.2 Simbol plug
serta aliran konstan (jet constant)t. Selain itu agar udara bertekanan yang akan
dipergunakan lebih stabil. Tangki Pendukung ini berbentuk silinder yang terletak
37
pada bagian bawah mesin tenun, dekat dengan lantai Untuk membantu
menjelaskan penjelasan di atas, dapat dilihat Gambar 3.6 Main tank dan Sub tank.
di distribusikan ke main nozzle. Selain itu agar udara bertekanan yang akan
dipergunakan lebih stabil. Bentuk dan letak dari main nozzle ini adalah sama
Main Tank 1
Sub Tank 2
Sub Tank 1
yang mana katup ini berfungsi mengatur waktu udara bertekanan untuk mengalir
ke nosel utama. Pada rangkaian ini terdapat katup cek (check valve) yang
berfungsi untuk mengalirkan udara bertekanan tetapi aliran udara tersebut tidak
memahami penjelasan diatas, lihat Gambar 3.7 Solenoid untuk main nozzle.
38
yang mana katup ini berfungsi mengatur waktu udara bertekanan untuk mengalir
Gambar 3.8 Solenoid untuk cutting blow. Kerja dari katup ini adalah setelah katup
Fungsinya sama dengan katup bola yaitu untuk membuka atau menutup
aliran udara bertekanan. Beda dengan katup bola, katup ini bekerja menggunaka
aliran listrik. Jika pada katup untuk nosel utama dan katup untuk aliran pemotong,
guna solenoid adalah untuk mengatur waktu aliran udara mengalir, sedangkan
pada katup untuk aliran konstan, solenoid akan selalu mengalirkan aliran udara
selama mesin tenun dialiri listrik, jika tidak ada aliran listrik pada mesin tenun,
maka solenoid ini akan menutup. Jadi jika ada perawatan mesin yang memakan
waktu yang lama, maka katup bola yang terdapat diluar mesin akan di posisikan
tertutup. Gambar solenoid untuk jet constant ditunjukkan pada gambar 3.9
FDP Drum yang bertujuan untuk menarik benang pakan masuk kedalam FDP
Drum. Mengaktifkan alat ini dengan cara menekan tombol yang berada didekat
FDP Drum.
Bagian ini merupakan bagian persiapan untuk benang pakan yang akan
bagian belakang belakang FDP Drum menggunakan miniature valve. Pada FDP
Drum terdapat motor listrik yang berguna untuk memutarkan pipa yang terdapat
didalam FDP Drum. Pipa ini yang akan mengarahkan benang pakan untuk
menuju ke bagian dapan FDP Drum untuk di tempatkan secara melingkar agar
pada waktu proses menenun lebih mudah. Pada begian depan FDP Drum terdapat
alat untuk melepas benang pakan agar benang dapat tertarik kedalam nozzle dan
41
oleh mesin tenun. Pada main nozzle ini terdapat dua bagian yaitu pemandu benang
(thread guide) dan pipa nosel (nozzle pipe). Pemandu benang ini adalah alat yang
berfungsi untuk mengarahkan aliran udara menuju ke bagian depan dari nosel
utama, sedangkan pipa nosel berfungsi untuk neneruskan aliran udara yang
menuju ke bagian depan nosel utama. Untuk lebih memperjelas kalimat diatas,
lihat Gambar 3.12 Bagian nosel utama dan Gambar 3.13 Nosel utama.
42
komponen dari mesin tenun yang berfungsi untuk meniupkan udara bertekanan ke
sepanjang sisir ini bertujuan agar kecepatan benang pakan yang ditembakkan dari
no.14. . Nosel Pemotong ini berfungsi untuk menahan benang pakan agar tidak
kendur selama dalam proses penganyaman. Selain itu juga untuk mengurangi
kecepatan dai benang pakan. Diantara Nosel pemotong terdapat dua buah sensor
dipergunakan dalam mesin tenun bertujuan untuk mendeteksi saat benang pakan
melewat. Jika dalam satu siklus, sensor tidak mendeteksi benang pakan yang
lewat atau kedua sensor mendeteksi benang pakan yang lewat maka mesin tenun
beberapa komponen dan perlakuan agar udara bertekanan tersebut lebih siap
untuk dipergunakan. Pertama kali udara bertekanan akan masuk melalui ball
valve, lalu udara tersebut akan melewati melalui air filter dan kemudian micro-
aerator agar udara yang akan digunakan lebih bebas dari air. Udara bertekanan
akan dapat digunakan sesuai dengan kegunaannya. Dari kotak regulator menuju
suatu komponen akan dihubungkan dengan selang, begitu pula dengan satu
44
komponen ke komponen yang lainnya juga dihubungkan dengan hose pula. Luas
penampang hose yang dipergunakan pada setiap komponen tidak semuanya sama.
ini dari kotak regulator menuju ke output dapat dijelaskan dengan dibantu dengan
utama, udara bertekanan lalu dialirkan menuju katup untuk nosel utama
dan selang yang digunakan berukuran 12,7mm. Katup ini akan mengatur
waktu buka maupun tutup udara bertekanan yang akan dialirkan menuju
nosel utama. Kerja dari katup untuk nosel utama ini menggunakan aliran
listrik. Selain itu udara bertekanan yang telah ditampung sementara, juga
akan di alirkan pula ke katup bantu nosel utama. Karena katup bantu nosel
bagian katup bantu nosel utama ini tidak dijelaskan secara mendalam.
Setelah melalui katup untuk nosel utama, maka udara bertekanan tadi
nosel utama berukuran 8mm. Pada ujung luar nosel utama yang berfungsi
untuk output dari benang pakan mempunyai diameter 4mm. Benang pakan
sejumlah lusi yang berderet. Waktu kerja untuk nosel utama adalah 90°-
190°. Untuk memperjelas kalimat diatas, lihat Gambar 3.15 Ukuran hose
M kotak regulator
Ø 12,7mm
Ø 12,7mm Ø 12,7mm
Tangki utama
Ø 8mm Ø 8mm
nosel bantu nosel utama
mempertahankan benang pakan agar tetap lurus dan tegang saat benang
katup untuk nosel utama. Aliran udara ini diatur menggunakan katup yang
46
dimana valve tersebut menggunakan aliran listrik. Aliran ini bekerja juga
menngunakan timing antara 350°-30 dan dalam siklus, benang pakan akan
kalimat diatas, lihat Gambar 3.16 Ukuran selang untuk aliran pemotong
C kotak regulator
Ø 9,525mm
Ø 6,35mm
tetap. Aliran konstan ini pada mulanya diatur di kotak regulator dan
untuk nosel utama dan katup bantu nosel utama. Aliran konstan (J) juga
Fungsi dari aliran konstan adalah untuk menahan benang pakan agar ujung
dari benang tidak kembali keluar melalui bagian belakang nosel utama saat
47
udara bertekanan dari tangki utama dan dari aliran pemotong tidak bekerja.
walaupun pada saat mesin berhenti, jadi ketika mesin berhenti atau
dihentikan dalam jangka waktu yang cukup lama, katup bola akan
pemborosan. Selain itu pada saat posisi mesin tenun berhenti, aliran
nosel utama dengan tujuan agar benang pakan yang telah masuk kedalam
memperjelas kalimat diatas, lihat Gambar 3.17 Alur udara aliran konstan
kotak regulator
J
Ø 6,35mm
Ø 6,35mm Ø 6,35mm
Katup untu aliaran konstan
Ø 8 mm Ø 8mm
sebelum dipergunakan dan juga agar aliran udara lebih stabil. Keluar dari
nosel pendukung yang berfungsi untuk mengatur waktu buka dan tutup
deratan katup untuk nosel pendukung pada gambar 3.18 terdapat angka-
katup untuk nosel pendukung grup 1, lalu pada katup untuk nosel
fungsi yang sedikit berbeda. Jumlah nosel pendukung yang sama (secara
fungsi) hanya nosel pendukung dari grup 1 sampai dengan grup 4, yaitu
hanya terdapat 3 sampai 4 buah nosel pendukung saja. Jumlah nosel pada
disisakan satu buah nosel yang berfungsi sebagai nosel pemotong dan
nosel tersebut berdiri sendiri serta letaknya agak berjauhan dengan yang
lain. Ini dikarenakan karena waktu kerja nosel ini yang sedikit berbeda
49
S1 S2 kotak regulator
Ø 15,88mm
tangki pendukung 1 tangki pendukung 2
5 x Ø 12,7mm
1 2 3 4 5
katup nosel pendukung
Ø 4,76mm
nosel pendukung
nosel pemotong
Gambar 3.18 Jalur Udara nosel pendukung
yang terpasang pada katup untuk nosel pendukung. Waktu kerja untuk nosel
pendukung pada pangaturan awal dapat dilihat pada Tabel 3.3 Timing awal nosel
pendukung
dimana katup ini terhubung dengan FDP Drum, juga udara bertekanan dari tangki
pendukung juga akan masuk menuju kotak regulator. Di kotak regulator, udara
bertekanan ini akan diatur kembali tekanannya pada simbol C (aliran pemotong)
dilepaskan oleh solenoid pin pada sudut 80° dan solenoid akan menahan
benang kembali pada sudut 200°. Benang akan terhisap masuk kedalam
nosel utama dan siap untuk di “tembakkan”. Benang pakan dapat terhisap
masuk dikarenakan dalam nosel utama terdapat aliran udara yang dimana
Aliran tersebut diatur dalam kotak regulator dengan simbol J. Pada sudut
menyisip masuk diantara deretan lusi. Benang pakan ini juga akan
melewati sisir yang dimana sisir tersebut terdapat deretan nosel pendukung
melaju pada lintasannya sampai di sisi yang lainnya. Saat benang pakan
telah sampai pada sisi yang lain, maka benang akan melewati sensor H1.
51
Saat benang akan dipotong dengan pemotong maka nosel utama akan
tetapi dari C (aliran pemotong). Aliran pemotong ini akan bekerja untuk
menggunakan pemotong.
penganyaman pada mesin tenun terjadi berulang-ulang (siklis kerja) dan siklus ini
kerja mesin tenun ini, lihat pada Gambar 3.19 Siklus kerja mesin tenun.
52
Crank Angle
0° 90° 180° 270° 360°
Section
Beating (Reed)
Auxiliary
Main Nozzle 90° 190°
Weft Detection
Feeler H1 200° 290°
Cutter 35°
Pada Bab I telah dikemukakan bahwa salah satu tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisa kebutuhan udara yang keluar melalui nosel utama dan
pada mesin tenun yang dipergunakan dalam perhitungan agar dapat membantu
dalam melakukan perhitungan. Dari data yang diperoleh pada mesin tenun yang
dalam Tabel 4.1 Data analisis mesin tenun. Data yang tertera pada Tabel 4.1 ini
merupakan salah satu data mesin tenun dari banyak mesin tenun yang
dipergunakan.
53
54
Selain dari data-data yang dapat diambil diatas, ada data yang perlu
dicantumkan, yaitu mengenai massa jenis udara, sebab perhitungan yang akan
suhu yang dipergunakan sebagai patokan pada parhitungan adalah suhu ruangan
yaitu 27°C. Dari Tabel 4.2 Beberapa sifat udara pada tekanan atmosfir, suhu 27°C
merupakan interpolasi dari data dengan suhu 20°C dengan 37,8°C.pada suhu 27°C
Setelah kita mengetahui data-data diatas maka akan kita bahas satu demi
Dari Tabel 4.1, putaran mesin adalah 650 rpm dan jika putaran mesin
tersebut di ubah menjadi tiap detik maka akan menghasilkan putaran sebanyak
10,83 putaran tiap detiknya (rps). Dalam bab II telah dijelaskan sedikit mengenai
frekuensi, oleh karena itu putaran mesin ini juga dapat dikatakan sebagai
1
T=
f
1
=
10,83 RPS
= 0,092 detik
pakan, tidak memerlukan waktu 1 putaran penuh putaran mesin, akan tetapi
waktu yang dipergunakan untuk melakukan satu kali tembakan adalah antara
pakan masuk - pakan keluar. Untuk data kali ini waktu benang pakan masuk
pada sudut 95° dan waktu benang pakan keluar pada sudut 235°, jadi untuk
adalah 0,092 detik dan waktu yang dipergunakan untuk melakukan tembakan
140 o
= ⋅ 0,092 detik
360 o
= 0,035 detik
buah benang pakan adalah 0,035 detik dan dengan mengetahui waktu yang
57
diperlukan untuk penembakan benang pakan maka kecepatan benang pakan juga
dapat diperoleh. Untuk mengetahui kecepatan dari benang pakan tersebut adalah
s
v=
t
1,9
= m/detik
0,035
= 54,28 m/detik
Jadi kecepatan benang pakan pada proses penganyaman kali ini adalah
benang pakan akan diasumsikan sama dengan kecepatan benang pakan itu sendiri.
Kecepatan sebesar 54,28 m/detik ini pula akan diasumsikan selalu sama di setiap
titik disepanjang lintasan karena di lintasan itu pula terdapat sejumlah nosel
Berbeda jika sumber udara bertekanan hanya melalui nosel utama saja
mengalirkan udara bertekanan selama 110° ( 190° - 70°) bukan berarti kecepatan
benang pakan sebasar 54,28 m/detik yang keluar dari nosel utama selalu sama di
sepanjang lintasan. Jika pada lintasan tidak difungsikan nosel pendukung, maka
gerakan parabola. Ini dikarenakan sumber udara bertekanan hanya berasal dari
satu tempat saja yaitu nosel utama bukan dari sepanjang lintasan. Maka dari itu
pakan. Dalam persoalan ini, massa dari benang pakan tidak diperhitungkan. Untuk
Hukum Newton II. Sesungguhnya, benang pakan yang akan ditembakkan tidak
memiliki sudut elevasi awal atau dengan kata lain, sudut awal tembakkan adalah
0° dan kecepatan awal yang dimiliki benang pakan tersebut sesuai dengan hasil
pemahaman dari pernyataan diatas dapat dilihat pada Gambar 4.1 Gerakan
memahami pembahasan. Perhitungan ini akan dilakukan sebanyak dua kali yaitu
pertama penurunan benang pakan pada saat berada di tengah lintasan dan kedua
Pertama, akan mulai membahas pada sumbu x pada saat benang pakan
berada pada setengah dari waktu yang dipergunakan untuk melakukan satu kali
0,035 detik, maka waktu yang digunakan benang pakan saat posisi berada di
1
t= × 0,035 detik
2
= 0,0175 detik
Karena waktu t yang akan dipergunakan telah diperoleh, dengan demikian jarak
x = (v 0 × cos θ 0 )× t
( )
= 54,28 m s × cos 0 0 × 0,0175 detik
= 0,95 m
( 1
)
y = v sin θ t − gt 2
0 0 2
1
= − gt 2
2
berada di 0,0175 detik atau dijarak 0,95 m pada sumbu x, selanjutnya perhitungan
akan dilakukan pada saat benang berada pada 0.035 detik dan karena waktu t yang
60
akan dipergunakan telah diperoleh, dengan demikian jarak pada waktu t tersebut
x = (v 0 × cos θ 0 ) × t
( )
= 54,28 m s × cos 0 0 × 0,035 detik
= 1,9 m
( 1
)
y = v sin θ t − gt 2
0 0 2
1
= − gt 2
2
= −0,006 m atau -6 mm
Hasil yang telah diperoleh dapat dirangkum didalam tabel dan hasil dalam
bentuk tabel dapat dilihat dalam Tabel 4.3 Penurunan benang pakan. Hasil yang
tertera didalam Tabel 4.3 juga dapat dituangkan dalam Gambar 4.2 Grafik
-0,006
-6,36E-03
-0,008
jarak tempuh benang pakan
Dari Gambar 4.2 Grafik penurunan benang pakan terhadap jarak tempuh
yang telah digambar diatas dapat terlihat garis basar dari gerakan benang pakan
yang setiap bertambahnya jarak yang ditempuh semakin besar pula penurunan
benang pakan dari acuan yaitu dari nosel utama. Dari Gambar 4.2, akan dilakukan
x dan y seperti diatas dan akan menghitung kembali untuk mencari penurunan
benang pakan dari ujung nosel utama. Perhitungan ini bertujuan agar hasil grafik
yang diperoleh dapat lebih baik lagi dan untuk mempersingkat perhitungan, akan
digunakan tabel yang dapat dilihat pada Tebel 4.4 Penurunan benang pakan
terhadap jarak tempuh dan waktu yang dipergunakan. Dari Tabel 4.4 yang telah
dibuat, kemudian dapat diperoleh pula Gambar 4.3 Grafik penurunan benang
pakan
62
0 0 0
0
penurunan benang pakan (m)
95
6
9
0
-0,001
1,
1,
1,
1,
1,
0,
0,
0,
0,
0,
-0,002
-0,003
-0,004
-0,005
-0,006
-0,007
jarak tempuh (m)
Dengan hasil data kecepatan awal sebasar 54,28 m/detik, maka aliran
udara bertekanan yang berada di dalam pipa fleksibel pada sistem pneumatik
akan dapat diketahui. Selain itu dari data tekanan pada kotak regulator yang telah
63
diperoleh juga dapat diketahui konsekuensi penurunan takanannya saat keluar dari
nosel utama.
Untuk penggunaan ukuran selang pada nosel utama akan ditunjukkan pada
in mm mm
awal dengan v4 maka kecepatan yang lain juga akan diperoleh. Dengan
kita akan merumuskan dalam bentuk metematika yang dapat di lihat dibawah ini.
64
v 3 A3 = v 4 A4
A4
⇔ v3 = v4
A3
1,26 x10 − 5
= × v4
2,83 x10 − 5
= 0,45 v 4
v 2 A2 = v 3 A3
A3
⇔ v2 = v3
A2
2,83 x10 − 5
= × 0,45v 4
7,85 x10 − 5
= 0,16 v 4
P3 + 1 ρ v32 = P2 + 1 ρ v 22
2 2
[
⇔ P3 = P2 + 1 ρ v22 − 1 ρ v32
2 2
]
[ (
= P2 + 1 ρ v 22 − v32
2
)]
[ (
= P2 + 1 ρ 0,16 2 v 42 − 0,45 2 v 42
2
)]
[ (
= P2 + 1 ρ v 42 0,16 2 − 0,45 2
2
)]
65
[
= P2 + − 0,088ρ v42 ]
= P2 − 0,088ρ v42
P4 + 1 ρ v 42 = P3 + 1 ρ v32
2 2
[
⇔ P4 = P3 + 1 ρ v32 − 1 ρ v42
2 2
]
[ (
= P3 + 1 ρ v32 − v 42
2
)]
[ (
= P3 + 1 ρ 0,45 2 v 42 − v 42
2
)]
[ (
= P3 + 1 ρ v 42 0,45 2 − 12
2
)]
[
= P3 + − 0,398ρ v 42 ]
= P3 − 0,398ρ v42
dalam bentuk tabel yang dapat dilihat pada Tabel 4.6 Persamaan matematis untuk
nosel utama.
66
posisi 1 2 3 4
Diameter Øi (mm) 10 10 6 4
Luas penampang A
7,85 7,85 2,83 1,26
−5
( × 10 ), (m )2
Kec.aliran v
0,16v4 0,16v4 0,45 v4 v4
(m/detik)
Dari Tabel 4.6 diatas dan berbekal kecepatan awal serta data tekanan dari
Sebelum itu, dari data yang terdapat pada Tabel 4.1, takanan pada koatak
regulator untuk nosel utama adalah sebesar 4 bar.g atau 4 bar terukur dan bila
angka tersebut diubah dalam satuan Metris (SI) akan menjadi 4 x 105 Pa. Dalam
perhitungan, tekanan terukur tersebut harus dijadikan tekanan absolut dan akan
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini akan dijelaskan maksud dari keterangan diatas
= 4 × 10 5 Pa + 1× 10 5 Pa
= 5 × 10 5 Pa
67
Pada Tabel 4.6 diatas akan di lengkapi pada bagian kecepatan aliran dan
tekanan, dan tabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.7 Perhitungan matematis
posisi 1 2 3 4
Diameter Øi (mm) 10 10 6 4
Luas penampang A
7,85 7,85 2,83 1,26
−5
( × 10 ), (m )2
Kec.aliran v
8,68 8,68 24,43 54,28
(m/detik)
Dari Tabel 4.7 diatas terlihat meskipun kecepatan aliran yang mengalami
perubahan drastis tetapi tekanan dari kotak regulator menuju ke nosel utama tidak
mengalami banyak perubahan, jadi tekanan untuk aliran nosel utama dapat
dikatakan sama disetiap luas penampang pada jalur nosel utama. Dari tabel yang
sama maka juga diperoleh debit aliran yang ada di dalam sistem untuk katup nosel
utama.
Q = A ×ν
= 6,84 × 10 −4 m3/detik
68
Dari tabel yang sama pula juga dapat diperoleh daya yang digunakan untuk nosel
utama.
W = P×Q
W = 340,63 watt
Seperti yang telah dijelaskan pada Bab III bahwa, katup nosel utama tidak
hanya menggunakan satu jenis aliran saja, tetapi juga menggunakan aliran dari
aliran pemotong dan aliran konstan. Selain nosel utama, aliran pemotong, aliran
selang. Untuk mengetahui penggunaan ukuran selang pada aliran pemotong, dapat
menggunakan pada Tabel 4.8 yang menunjukkan ukuran penampang selang untuk
aliran pemotong. Selain itu untuk mengetahui persamaan aliran udara bertekanan
untuk aliran pemotong yang terjadi di berbagai jenis ukuran luas penampang dapat
dilihat pada Tabel 4.9 yang menunjukkan persamaan matematis untuk aliran
pemotong.
69
posisi 1 2 3 4
Luas penampang A
4,18 1,75 2,83 1,26
( × 10 −5 ), (m)
Kec.aliran v
0,31v4 0,73v4 0,45 v4 v4
(m/detik)
P3 − 0,4 ρv 42
Tekanan P (Pa) P1 P1 − 0,22 ρv42 P1 − 0,165 ρv 42
Pada Tabel 4.9, bagian kecepatan aliran dan tekanan terdapat beberapa
v 3 A3 = v 4 A4
A4
⇔ v3 = v4
A3
1,26 x10 − 5
= × v4
2,83 x10 − 5
= 0,45 v 4
v 2 A2 = v 3 A3
A3
⇔ v2 = v3
A2
2,83x10 −5
= × 0,45v 4
1,75 x10 −5
= 0,73v 4
v1 A1 = v 2 A2
A2
⇔ v1 = v2
A1
1,75 x10 −5
= × 0,73v 4
4,18 x10 −5
= 0,31v 4
71
P2 + 1 ρ v 22 = P1 + 1 ρ v12
2 2
[
⇔ P2 = P1 + 1 ρ v12 − 1 ρ v22
2 2
]
[ (
= P1 + 1 ρ v12 − v 22
2
)]
[ (
= P1 + 1 ρ 0,312 v 42 − 0,73 2 v 42
2
)]
[ (
= P1 + 1 ρ v 42 0,0312 − 0,73 2
2
)]
[
= P1 + − 0,22 ρ v42 ]
= P1 − 0,22 ρ v42
P3 + 1 ρ v32 = P2 + 1 ρ v 22
2 2
[
⇔ P3 = P2 + 1 ρ v22 − 1 ρ v32
2 2
]
[ (
= P2 + 1 ρ v 22 − v32
2
)]
[ (
= P2 + 1 ρ 0,73 2 v 42 − 0,45 2 v 42
2
)]
[ (
= P2 + 1 ρ v 42 0,73 2 − 0,45 2
2
)]
[
= P2 + − 0,165ρ v42 ]
= P2 − 0,165 ρ v42
72
P4 + 1 ρ v 42 = P3 + 1 ρ v32
2 2
[
⇔ P4 = P3 + 1 ρ v32 − 1 ρ v42
2 2
]
[ (
= P3 + 1 ρ v32 − v 42
2
)]
[ (
= P3 + 1 ρ 0,45 2 v 42 − 12 v 42
2
)]
[ (
= P3 + 1 ρ v 42 0,45 2 − 12
2
)]
[
= P3 + − 0,4 ρ v42 ]
= P3 − 0,4 ρ v42
melakukan perhitungan pada aliran pemotong akan diperoleh beberapa hasil yaitu:
Aliran pemotong memiliki waktu kerja pada sudut 350° sampai sudut 30°
sehingga lama waktu tembak untuk aliran pemotong ini adalah sebesar 40°.
40 o
t (cutting blow ) = ×T
360 o
40 o
= × 0,092 detik
360 o
= 0,0102 detik
73
dan waktu kerja dari aliran pemotong, akan diperoleh jarak tempuh yang
= 0,55 m
Dari kedua hasil yang telah diperoleh diatas, dapat diambil kesimpulan
sama dengan perhitungan untuk nosel utama dapat dipastikan akan terjadi banyak
tempuh yang dipergunakan hanya 0,025m atau 2,5cm, dengan demikian kecepatan
s(cutting blow )
v=
t (cutting blow )
0,025
= m/detik
0,0102
= 2,45 m/detik
ukuran luas penampang, tetapi sebelum itu, perhutingan akan dilanjutkan untuk
persamaan Bernoulli.
Dari data yang tertera pada Tabel 4.1, tekanan yang diatur oleh kotak
regulator untuk aliran pemotong adalah 1 bag.g atau 1 bar terukur dan bila angka
tersebut diubah dalam satuan Metris (SI) akan menjadi 1× 10 5 Pa. Dalam
perhitungan, tekanan terukur tersebut harus dijadikan tekanan absolut dan akan
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini akan dijelaskan maksud dari keterangan diatas
= 1× 10 5 Pa + 1× 10 5 Pa
= 2 × 10 5 Pa
Pada Tabel 4.9, luas penampang A yang mempunyai nilai 1,75 × 10-5m,
pada tekanan P terdapat persamaan P1 − 0,22 ρv42 . Dengan memasukkan nilai dari
kerapatan udara pada tabel 4.2 dan hasil perhitungan kecepatan untuk aliran
pemotong yang telah diperoleh, maka akan diperoleh sebuah nilai yang dimana
nilai tersebut akan menjadi nilai tekanan yang berada pada luas penampang
1,75 × 10-5
75
⇔ P1 − 0,22 ρv 42
dituliskan diatas akan di lengkapi pada bagian kecepatan aliran dan tekanan, dan
tabel hasil dari perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.10 Perhitungan
posisi 1 2 3 4
Luas penampang A
4,18 1,75 2,83 1,26
−5
( × 10 ), (m)
Kec.aliran v
0,756 1,7885 1,1025 2,45
(m/detik)
2 × 10 5
Tekanan P (Pa) 1,99 × 105 1,98 × 105 1,97 × 105
Dari nilai-nilai yang tertara pada tabel 4.10 diatas terlihat meskipun
kecepatan aliran yang mengalami perubahan drastis tetapi tekanan dari kotak
dapat dianggap tidak ada perubahan tekanan di setiap perubahan luas penampang.
76
Dari hasil perhitungan pada tabel 4.10 diatas, dapat diperoleh pula debit aliran
Q = A ×ν
= 3,17 × 10 −5 m3/detik
Dari tabel yang sama pula juga dapat diperoleh daya yang digunakan untuk aliran
pemotong.
W = P×Q
= 6,31 watt
BAB V
205i” tipe Air Jet Loom telah diperoleh beberapa hasil. Data penelitian yang
diperoleh di lapangan juga telah dilakukan perhitungan ulang pada Bab IV. Dari
kecepatan., penurunan benang, debit udara dan daya yang digunakan dalam mesin
tenun selama melakukan proses kerja. Pada bab ini, hasil perhitungan pada Bab
Pada Bab IV diperoleh hasil berupa waktu atau periode T yaitu 0,092
detik. Maksud dari nilai tersebut adalah dengan menggunakan putaran mesin 650
rpm, berarti untuk melakukan satu (1) kali putaran mesin diperlukan waktu
sebanyak 0,092 detik. Nilai ini juga dapat diartikan bahwa untuk melakukan 360°
atau satu (1) kali putaran crank angle diperlukan waktu sebanyak 0,092 detik.
Nilai ini juga sangat diperlukan dalam melakukan konversi angka-angka dalam
pemotong membutuhkan waktu selama 0,035 detik. Nilai ini lebih kecil
77
78
dibandingkan periode selama satu putaran mesin (0,092 detik), sebab waktu yang
antara sudut 95° sampai 235°. Dari data jarak tempuh benang pakan (1,9m) dan
diperoleh pula kecepatan benang pakan sewaktu ditembakkan yaitu 54,28 m/detik.
benang pakan itu sendiri. Kecepatan udara bertekanan ini selalu sama disetiap titik
benang pakan. Selain itu nosel pendukung juga berguna untuk menjaga agar
sepanjang lintasan sisir adalah sama. Pernyataan tersebut benar jika di sepanjang
lintasan sisir terdapat sejumlah nosel pendukung yang berguna untuk membantu
dalam penganyaman, tetapi jika dalam penganyaman benang menjadi kain tidak
dihitung penurunan benang pakan sepanjang 1,9 m dan hasil dari perhitungan
tersebut juga dituangkan dalam bentuk tabel dan gambar grafik yaitu Tabel 4.4
Penurunan benang pakan terhadap jarak tempuh dan waktu yang dipergunakan
79
dan Gambar 4.3 Grafik penurunan benang pakan . Untuk tidak menyita waktu,
akan ditampilkan kembali Tabel 4.4 dan Gambar 4.3 sebagai berikut ini:
0 0 0
0
penurunan benang pakan (m)
95
0
-0,001
0,
0,
0,
0,
1,
1,
1,
1,
1,
0,
-0,002
-0,003
-0,004
-0,005
-0,006
-0,007
jarak tempuh (m)
Dari Tabel 4.4 diatas terlihat bahwa sepanjang jarak tempuh 1,9 m, benang
pakan hanya mengalami penurunan sejauh 6,36 x10-3 m atau 6 cm. Secara teori,
dengan kecapatan yang telah diperoleh yaitu sebesar 54,28 m/detik tanpa
80
terjadi karena sisir pada mesin tenun yang selalu bergerak maju dan mundur.
Selain itu juga diperlukan peran serta nosel pendukung yang bertujuan untuk
menahan agar benang pakan tidak keluar dari jalur dan untuk mempertahankan
Bab IV pada bagian nosel utama telah di peroleh beberapa hasil dalam
pada bab ini akan di tampilkan kembali Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 berikut ini:
Posisi 1 2 3 4
Diameter Øi (mm) 10 10 6 4
Luas penampang A
7,85 7,85 2,83 1,26
−5
( × 10 ), (m )2
Kec.aliran v
0,16v4 0,16v4 0,45 v4 v4
(m/detik)
Diameter Øi (mm) 10 10 6 4
Luas penampang A
7,85 7,85 2,83 1,26
( × 10 −5 ), (m2)
Kec.aliran v
8,68 8,68 24,43 54,28
(m/detik)
Pada Tabel 4.7 diatas, nilai yang terdapat pada kecepatan aliran setiap
indeks mengalami perubaan yang cukup banyak. Nilai ini dipengaruhi oleh luas
penampang yang berbeda bada pula. Meskipan nilai kecapatan aliran di setiap
indeks banyak mengalami perubahan, berbeda pada bagian tekanan. Pada bagian
perubahan yang hanya, dengan kata lain bahwa tekanan pada jalur nosel utama ini
Dari hasil perhitungan debit udara bertekanan dan daya yang digunakan
pada Bab IV terdapat dua nilai yang sangat berbeda. Dengan membuang udara
cukup besar yaitu 340,63 watt. Meskipun menggunakan daya yang cukup basar,
akan tetapi juga menghasilkan kecepatan yang tinggi pula. Selain itu daya yang
Sama halnya dengan nosel utama, hasil dari perhitungan aliran aliran
pemotong dibuat dalam bentuk tabel. Pada Bab IV, tabel hasil perhitungan ini
terdapat pada Tabel 4.10 Perhitungan matematis untuk aliran pemotong dan untuk
Posisi 1 2 3 4
Luas penampang A
4,18 1,75 2,83 1,26
( × 10 −5 ), (m)
Kec.aliran v
0,756 1,7885 1,1025 2,45
(m/detik)
2 × 10 5
Tekanan P (Pa) 1,99 × 105 1,98 × 105 1,97 × 10 5
Hasil dari perhitungan aliran pemotong ini mempunyai pola yang sama
dengan nosel utama yaitu kecepatan aliran semakin menurun ketika luas
penampang yang dilalui udara bertekanan semakin besar dan begitu pula dengan
yang dilalui udara bertekanan semakin kecil. Meski pada kecepatan aliran banyak
terjadi perubahan pada hasil perhitungan, tetapi takanan yang terdapat pada jalur
83
aliran pemotong dapat dikatakan sama. Ini terjadi dikarenakan rapat massa ρ
Selain Tabel 4.10 yang ditampilkan diatas, terdapat pula hasil perhitungan
m3/detik, tetapi untuk membuang udara sebanyak itu di butuhkan daya sebesar
6.1 Kesimpulan
kotak regulator.
sebesar 340,63watt.
84
85
sebesar 6,31watt.
4. Tekanan udara pada ujung nosel untuk aliran nosel utama sebasar
penurunan tekanan.
penurunan tekanan.
6.2 Saran
Bagi pembaca yang tertarik untuk melakukan penelitian ini lebih lanjut
diharapkan pada saat pengambilan data, peneliti aktif dan mandiri dalam mencari
informasi dalam bentuk apapan juga, sebab di dalam lingkungan industri semua
Budikase, E., Kertiasa,N, 2003, Fisika 2 untuk Sekolah Menengah Atas Kelas 11,
Giles, R.V., 1986, Teori dan Soal-soal Mekanika Fluida dan Hidraulika , Edisi
Jakarta.
86
LAMPIRAN
87
88
Lambang Keterangan
Saluran pengisian, saluran kerja
Saluran pengendali
Saluran pengendali
Saluran pengendali
Saluran fleksibel selang, pipa spiral
Biasanya dihubungkan dengan unsur yang
dapat bergerak
Lambang Keterangan
Katup bola
Lambang Keterangan
Lambang Keterangan
Katup hambat dengan batasan konstan
Lambang Keterangan
Peredam
Pengering udara
Pelumas