Oleh :
LINGGA SARININGRUM
13104046
2008
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK
Oleh :
LINGGA SARININGRUM
13104046
Oleh :
LINGGA SARININGRUM
13104046
Pembimbing I Pembimbing II
Bismillaahirrokhmanirrokhim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa atas
Praktek ini. Adapun pelaksanaan kerja praktek ini bertempat di PT LEN Industri (
Laporan kerja praktek ini disusun untuk memenuhi persyaratan akademis bagi
mahasiswa dalam menempuh jenjang pendidikan sarjana program strata satu (S1)
pada Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas
Komputer Indonesia. Masalah yang penulis berikan dalam laporan kerja praktek
ini yaitu mengenai ” Tahapan Proses Fabrikasi Modul Surya ” dalam penyusunan
laporan kerja praktek ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak
1. Bapak dan Ibu serta keluarga yang telah banyak memberikan bantuan baik
2. Bapak Ir. Dodi Hidayat Rivai, Msc selaku direktur utama PT. LEN
INDUSTRI (PERSERO)
3. Bapak Ir. Agus Herman, selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan
4. Bapak Achmad Fiqri, Spd yang telah memberikan dukungan penuh serta
sumbangan pemikiran dan wawasan yang lebih jauh dalam mengkaji studi
komputer indonesia
pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahnya serta membalas segala
amal perbuatannya.
Penulis menyadari bahwa Laporan Kerja Praktek ini jauh dari sempurna, Oleh
karena itu penulis berharap adanya kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun.
Semoga Laporan Kerja Praktek ini memberikan manfaat bagi penulis sendiri
Penulis
To see the world in a grain of sand
Everything good is costly, and the developement of the personality is one of the most costly of
all things. It will cost you your innocence, your illusions, your certainty. (unknown)
Halaman
4.2 Tahapan Proses Fabrikasi Sel Surya Menjadi Modul Surya …………….......25
5.1 KESIMPULAN................................................................................................39
5.2 SARAN............................................................................................................39
Halaman
Czocharlsky....................................................................................24
TABEL Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
Pemanfaatan energi surya melalui sistem fotovoltaik sudah berlangsung lama dan
banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Di Indonesia pengembangannya
sudah dilakukan pada tahun 1980-an, BPPT bekerjasama dengan kementrian Riset
dan Teknologi Republik Federasi Jerman telah melaksanakan program pengkajian
dan pengembangan serta pemanfaatan teknologi surya untuk listrik. Penerapan
pertama pemanfaatan energi surya oleh Lembaga Elektronika Nasional (LEN)
yang juga diresmikan oleh Presiden Soeharto dilakukan di Kecamatan Sukatani,
Kabupaten Purwakarta pada tahun 1989. hal ini dikarenakan kondisi wilayah
topografi di Indonesia untuk menjangkau masyarakat daerah terpencil,
pengembangan modul surya tampaknya akan menjadi sebuah tuntutan yang tidak
bisa ditawar. Selain sumber energinya (matahari) begitu melimpah sehingga
pemanfaatannya tak terbatas, modul surya relatif lebih mudah dipasang dan
dipelihara, ramah lingkungan, tahan lama, dan tidak menimbulkan radiasi
elektromagnetik yang berbahaya bagi kesehatan. Selain itu energi surya dapat
digunakan untuk segala kebutuhan seperti , pompa air ( solar pumping system),
lampu penerangan jalan (solar street lamp), wartel satelit tenaga surya (solar
2
Adapun tujuan kerja praktek ini agar dapat mengetahui langkah-langkah penting
yang diambil diperusahaan dalam proses pembuatan modul surya. dan dapat
dijadikan dalam suatu bentuk laporan sebagai bahan bacaan untuk menambah
pengetahuan bagi pembaca dibidang elektronika.
Teknik pengumpulan data lainya adalah dengan cara observasi yaitu suatu teknik
pengumpulan data melalui pengamatan langsung pada objeknya. dengan mencatat
segala yang ditemukan, yang ada kaitanya dengan tema yang sedang dibahas. Dari
hasil pengamatan tersebut dapat dijadikan evaluasi dari berbagai macam
perkembangan dan data yang mengandung unsur kebenaran.
Adapun cara lainnya yaitu seperti studi kepustakaan yaitu suatu teknik
pengumpulan data dengan sumber dari buku-buku, jurnal, dan litertur lainya yang
ada hubungannya dengan masalah yang sedang dibahas. Selain itu juga dilakukan
teknik pengumpulan data dengan wawancara yaitu, suatu teknik pengumpulan
data yang dilakukan berupa pertanyaan lisan kepada pegawai orang yang
berwenang dan bersangkutan untuk mengungkap hal-hal yang sedang saya bahas.
Melalui teknik observasi dan studi kepustakaan sebagai konfirmasi informasi data
yang sudah terkumpul.
5
BAB II
LEN dibentuk pada tahun 1965 dengan SK Ketua Majelis Ilmu Pengetahuan
Indonesia (MIPI) Nomor II/MIPI/A-1/1965dan kemudian menjadi salah satu unit
pemelihara dan pengembangan di lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI). Pembentukan ini merupakan perwujudan lebih lanjut dari suatu
proyek Lembaga Elektronika berdasarkan SK MPRS Nomor 2/1960.
Melalui Kepres Nomor 128/1967, LEN dinyatakan sebagai salah satu lembaga
yang bernaung dibawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sesuai
dengan nama lembaganya. Secara garis besar tugas utama LEN-LIPI adalah
melaksanakan penelitian dan pengembangan dibidang Elektronika yang meliputi
bidang-bidang elektronika, tenaga listrik, telekomunikasi, komponen dan
sebagainya. Keberhasilan LEN-LIPI pada kurun waktu 1967-1980 dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat dan pemerintah akan produk-produk
Elektronika ditandai dengan tugas tambahan dari pemerintah, melalui Kepres
No.17/1980 untuk melaksanakan pembangunan dibidang elektronika. Sejak itu
PT. LEN INDUSTRI mampu menyisihkan keuntungan yang diperolehnya untuk
membangun prasarana dan sarana yang menyangkut tanah, gedung dan peralatan
laboratorium yang berskala semi produksi di kota Bandung.
Merujuk pada Peraturan Pemerintah No.16 tahun 1991, Lembaran Negara No.22
tanggal 9 Maret 1991, telah terjadi perubahan status dari UP LEN-BPIS menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero) PT. LEN INDUSTRI. Selanjutnya, melalui
peraturan pemerintah no 35 tahun 1998 mengenai penyertaan modal Negara
Republik Indonesia untuk pendirian perusahaan perseroan di bidang industri maka
PT. LEN berubah menjadi anak perusahaan Persero yang kemudian pada tanggal
17 september 1998 dikembalikan lagi menjadi BPIS. Dengan penglikuiditasan PT
BPIS maka pada tahun 2002 staus PT LEN INDUSTRI kembali menjadi
perusahaan perseroan ( PERSEROAN ).
8
Selain kedua tujuan diatas PT. LEN INDUSTRI memiliki tujuan jangka panjang
yang telah di susun antara lain sebagai berikut.
1) Menjadi pusat keunggulan di bidang elektronika professional dan
kompnenya guna meningkatkan Meningkatkan kemampuan nasional di
bidang elektronika profesional termasuk elektronika Hankam.
9
Dalam tugasnya Kepala Satuan Pengawas Intern dibantu oleh karyawan yang
melakukan fungsi :
1) Pengawas Keuangan
2) Pengawas Operasional
Adapun fungsi dari General Manager (GM) Eselon IA yaitu sebagai berikut.
1) Mengelola Unit Bisnis Elektronika Multimedia secara efektif dan efisien
berdasarkan strategi dan sasaran yang ditetapkan Perusahaan
2) Melaksanakan tugas khusus di bidangnya dari Direksi
BAB III
Pada dasarnya di dalam kristal silikon terdapat berderet-deret atom silikon yang
begitu panjangnya menuju tak terhingga dengan beberapa atom boron serta fosfor,
tiga dasar unsur tersebut merupakan penyusun sebuah sel surya yang saling
berubungan dan dapat menghasilkan arus listrik. Ketika gelombang surya yang
jatuh pada permukaan sel surya (solar cell), akan menimbulkan perbedaan
tegangan antara lapisan tipe-n dan tipe-p. Hal ini terjadi karena perpindahan
elektron yang dapat menghasilkan listrik. Peristiwa ini dipergunakan sebagai
dasar pembuatan sel surya, beberapa kumpulan sel surya yang di gabungkan
disebut modul surya.yang dapat menghasilkan listrik dan banyak digunakan pada
daerah yang belum tersedia jaringan listrik PLN.
terjadi pada tahun 1890-kini ini merupakan sejarah dari adanya fisika modern
yang ditandai dengan adanya fotoelektrik.
Generasi pertama dari sel surya adalah jenis wafer (berlapis) silikon kristal
tunggal (monokristal). Generasi pertama dari sel surya (fotovoltaik) adalah
konfigurasi normal untuk sel surya (fotovoltaik) yang terdiri dari P-N Mono-
kristal silikon materialnya mempunyai kemurnian yang tinggi 99,999%. Dengan
menggunakan metode Czochralski, hasilnya berbentuk silinder dengan panjang 12
cm, diameter tertentu 2 s.d 5 inch, memiliki ketebalan wafer 250 mikrometer.
Wafer ini yang menjadi material dasar untuk pembuatan sel fotovoltaik berupa
tipe p atau n kemudian wafer akan diproses membentuk p-n junction dengan
difusi, ion implantation, atau teknologi lainya. Efisiensi rata-rata modul
fotovoltaik yang telah dikomersial 12,3% dengan kapasitas modul 56 Wp.
Generasi ke empat atau thin film, thin film dengan ketebalan sekitar 10µm di atas
substrat kaca atau stell atau juga disebut advace sel fotovoltaik. Permasalahan
21
umum teknologi ini adalah terjadinya penurunan efisiensi atau tidak stabil setelah
beroprasi, mislanya Fuji Elektrik. Luas sel 30 × 40 cm2 sesudah 13000 jam di test
efisiensi turun dari 10,7 menjadi 9,7 %. Permasalahan kedua adalah
”engkapsulasi” atau pelindung yang harus sempurna agar tidak terjadi oksidasi.
BAB IV
Pada dasarnya Masalah energi tampaknya akan tetap menjadi topik yang hangat
sepanjang peradaban umat manusia. Upaya mencari sumber energi alternatif
sebagai pengganti bahan bakar minyak bumi masih tetap ramai dibicarakan. Ada
beberapa energi alam sebagai energi alternatif yang bersih, tidak berpolusi, aman
dan dengan persediaan yang tidak terbatas. Di antaranya adalah energi surya,
angin, gelombang dan perbedaan suhu air laut. Di masa yang akan datang, dengan
adanya kebutuhan energi yang makin besar, penggunaan sumber energi listrik
yang beragam tampaknya tidak bisa dihindari. Energi surya merupakan satu-
satunya sumber energi bagi bumi yang dapat dikembangkan untuk mengatasi
masalah ketersediaan energi yang belum tercukupi. Adapun pemanfaatan energi
surya tersebut yaitu dengan menggunakan Teknologi fotovoltaik yang
mengkonversi langsung cahaya matahari menjadi energi listrik dengan
menggunakan divais semikonduktor yang disebut sel surya (solar cell).
Energy surya atau dalam dunia internasional lebih dikenal sebagai solar cell atau
photovoltaic cell, merupakan sebuah divais semikonduktor yang memiliki
permukaan yang luas dan terdiri dari rangkaian dioda tipe p dan n, yang mampu
merubah energi sinar matahari menjadi energi listrik. Pengertian fotovoltaik
sendiri merupakan proses merubah cahaya menjadi energi listrik. Oleh karena itu
bidang penelitian yang berkenaan dengan energi surya ini sering juga dikenal
dengan penelitian photovoltaic. photos yang berarti cahaya dan volta tegangan
listrik. Sehingga dapat diartikan sebagai cahaya dan listrik photovoltaic.
23
2) Tahap kedua ditunjukan pada Gambar 4.3 yaitu pemurnian dari pasir silika
yang telah meleleh menjadi jadi metal grade dengan metode Czochralsky
yaitu dengan menggunaan alat yang menyerupai jarum dengan cara diputar
sehingga terbentuk suatu kumpulan sel surya yang berbentuk batangan
silinder memanjang dengan ukuran 150 ±0,5mm (maximal 300mm).
24
3) Tahap ke tiga ditunjukan pada Gambar 4.4 yaitu pembekuan pasir silika
yang telah meleleh yang dibentuk menjadi batang kristal silindris sehingga
dapat dipotong setebal 0,3mm maka terbentuklah sel-sel silikon yang tipis
atau yang disebut juga dengan sel surya fotovoltaik.
4) Tahap ke empat ditunjukan pada Gambar 4.5 yaitu membuat kumpulan sel-
sel surya menjadi keping sel surya dengan ukuran setiap keping silikon
15cm × 13,3cm.
PROSES
7. Laminating 9. Terminating
2. Soldering
3 Tabbing
11. Framing
4. Matrixing
13. Packing
4.2.1 Inspection I
Proses inspection I merupakan proses pendeteksian kualitas sel surya dengan
menggunakan alat pengukur arus dan tegangan I-V meter yang ditunjukan pada
Gambar 4.7. alat ini digunakan untuk mengetahui apakah setiap sel surya
menghasilkan tegangan dan arus,untuk setiap sel surya memiliki garis metal
sebagai jalur konduktor yang difungsikan sebagai penghantar arus.
26
4.2.2 Soldering
Proses soldering merupakan tahap penyolderan dengan menggunakan hand
solder, sebelum dilakukan penyolderan sel surya dilapisi cairan terlebih dahulu
yaitu dengan menggunakan cairan fluks pemberian cairan fluks ditunjukan pada
Gambar 4.8, cairan ini berfungsi sebagai penghilang karat yang terdapat pada sel
surya, setelah tahap ini selasai kemudian dilakukan proses gurinda dengan
menggunakan alat hand grinding. Proses ini dimaksudkan agar sel surya tidak
terlalu licin saat dilakukan penyolderan. Pada tahap penyolderan ini jarak yang
digunakan harus sama untuk setiap sel surya. agar sel tetap bersih maka digunakan
alat penyedot udara untuk membersihkan sisa hasil dari gurinda. setelah tahap ini
selesai maka tahap penyolderan pun dilakukan dengan bagian depan sel surya
merupakan terminal negatif dan bagian belakang sel surya merupakan bagian
terminal positif.
4.2.3 Tabbing
Proses Tabbing merupakan tahap pemasangan kawat tabbing yang terbuat dari
bahan timah dengan ukuran kawat yang digunakan sebagai penyambung setiap sel
surya baik terminal positif maupun terminal negatif masing masing 0,1mm
ditunjukan pada Gambar 4.9, pada tahap ini antara terminal positif dan terminal
negatif digabungkan dengan cara disolder dengan menggunakan alat hand solder
yang tersusun secara seri Gambar 4.10. Pada tahap ini juga kita dapat
menentukan daya yang diinginkan dengan menentukan berapa jumlah keping sel
surya yang harus digunakan jika setiap sel surya memiliki karakteristik tegangan
sebesar 0,5 dari silikon dan arus yang dihasilkan 6A maka daya yang didapat :
P=V×I
P= 0.5 × 6 = 3Watt
Pada tahap ini juga kita dapat menentukan berapa jumlah sel surya yang harus
digunakan untuk menentukan daya yang diinginkan bagi setiap pembuat modul
surya.
4.2.4 Matrixing
Proses matrixing ditunjukan pada Gambar 4.11. Merupakan proses
penyambungan setelah tahap terminal positif dan terminal negatif terhubung
menjadi rangkaian seri, didalam proses matrixing ini dilakukan dengan cara
menghubungkan tepi-tepi terminal dengan menggunakan kawat timah dengan
ukuran 0,3mm dengan cara disolder mengggunakan alat hand solder sehingga
rangkaian terhubung pararel satu sama lain.
4.2.5 Inspection II
Proses inspection II merupakan proses pengetesan tegangan setelah melakukan
proses matrixing yaitu dengan menggunakan meja simulasi cahaya Gambar 4.12
dan Gambar 4.13, meja ini dilengkapi dengan tiga buah lampu dengan daya
masing-masing lampu 1000watt dimana besarnya intensitas cahaya yang
dihasilkan oleh tiga buah lampu tersebut sama dengan intensitas cahaya matahari
biasa. proses ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat tegangan apa tidak
pada rangkaian sel surya yang telah terhubung satu sama lain karena pada tahap
ini merupakan proses yang sangat penting dalam pembuatan modul surya jika
pada rangkaian yang telah terhubung terdapat rangkaian yang short circuit maka
pembuatan modul surya dapat dikatakan gagal, sehingga proses harus diulang
kembali.kegagalan ini mengakibatkan modul surya yang telah dibuat tidak dapat
digunakan karena tidak menghasilkan tegangan yang diharapkan selain itu sel
surya memiliki karakteristik yang sensitif salah satunya sel surya merupakan
kepingan yang sangat tipis sehingga mudah patah.
29
4.2.6 Lay Up
Proses lay up merupakan proses pelapisan sel surya yang telah terhubung yaitu
dengan menggunakan kaca (tempered glass), bahan polimer Ethylene vinyl
Acetate (EVA). Pada proses lay up ini digunakan Meja lay up Gambar 4.14 yaitu
meja yang dilengkapi dengan kaca dan cermin untuk mengetahui jika rangkaian
sel surya terjadi short circuit. tahap pertama dari proses lay up yaitu dengan
meletakan kaca diatas meja lay up jenis kaca yang digunakan merupakan kaca low
iron (yang memiliki kandungan besi yang rendah). Kemudian tahap kedua dari
proses lay up yaitu pembersihan kaca, kaca terlebih dahulu dibersihkan terlebih
dahulu dengan menggunakan Cairan Iso Propil Alkohol (IPA) dengan cara
disemprotkan keseluruh bagian kaca cairan ini difungsikan agar tidak ada
kontaminasi. Tahapan ketiga dari proses lay up yaitu sel surya yang telah
terhubung diletakan diatas kaca dengan bagian negatif menyentuh permukaan
kaca. Jika pada tahap ini tidak terjadi short circuit maka tahap pelapisan pun
dilakukan. Tahapan keempat dari proses lay up yaitu pemasangan bahan polimer
Ethylene vinyl Acetate (EVA) pada bagian atas (negatif sel surya), selanjutnya
30
tahap terakhir yaitu pemasangan lapisan tedlar layer pada bagian bawah bahan
polimer yang digunakan untuk mengikat antara kaca dan tedlar layer maka tahap
lay up pun telah selesai.
4.2.7 Laminating
Proses laminating merupakan proses pelelehan bahan polimer Ethylene vinyl
Acetate (EVA) setelah proses lay up selesai selanjutnya sel surya yang telah
dilapisi tersebut dimasukan kedalam mesin Laminasi SPI-LAMINATOR 350
yang ditunjukan pada Gambar 4.15. Proses ini berlangsung selama kurang lebih
15 menit dan suhu yang digunakan sebesar 1500C dan besarnya hampa udara di
dalam vakum sebesar 10-3.,proses ini merupakan proses pelelehan bahan polimer
Ethylene vinyl Acetate (EVA) sehingga antara sel surya, kaca, dan tedlar layer
dapat merekat yang salah satunya dengan cara divakum hal ini difungsikan agar
udara tidak masuk kedalamnya, mesin laminasi SPI-LAMINATOR 350 ini
bekerja secara otomatis ketika mesin ini mencapai suhu 1500C maka mesin akan
berhenti secara otomatis ditunjukan pada Gambar 4.16 dan proses laminasi pun
telah selesai Gambar 4.17 .
31
kegagalan ini mengakibatkan modul surya yang telah dibuat tidak dapat
digunakan.
4.2.9 Terminating
Proses terminating merupakan proses pelubangan modul surya dengan
menggunakan alat seperti obeng, tang dan bor yang digunakan untuk melubangi
modul surya. Disini terdapat tiga buah kabel terminal yang mana kabel pertama
difungsikan sebagai terminal positif, bagian kedua difungsikan sebagai proteksi
dan kabel bagian ketiga difungsikan sebagai terminal negatif Gambar 4.19.
Terminating ini digunakan untuk menghubungkan antara modul surya dengan
Batrai Control Unit (BCU) batrai control unit ini digunakan untuk menyimpan
energi yang dihasilkan oleh modul surya.
4.2.11 Framing
Proses framing merupakan proses pembuatan pigura atau frame, yaitu dengan
merapihkan setiap sisi-sisi modul surya yang telah dilaminasi Setelah tahap
tersebut selesai maka tahap pemasangan pigura atau frame pada modul surya pun
dilakukan.untuk proses frame digunakan bahan yang terbuat dari aluminium
dengan bantuan palu dan alat pemotong gergaji besi kemudian untuk merekatkan
antara frame dengan modul surya digunakan lem dengan jenis glue gune.
Selanjutnya dilakukan kembali tahap pengetesan tegangan seperti pada tahap
inspection III untuk mengetahui ada tidaknya tegangan yang dihasilkan pada
modul surya, pada tahap ini kecil kemungkinan untuk gagal, jika pada tahap ini
telah sukses dilakukan maka pembuatan modul surya pun telah selesai Gambar
4.22.
4.2.12 Cleaning
Proses cleaning merupakan proses pembersihan permukaan modul surya secara
keseluruhan setelah proses framing.
4.2.13 Packing
Proses packing merupakan proses pengepakan modul surya untuk kemudian
dipasarkan dan digunakan dalam berbagai kebutuhan.
35
Persamaan diatas menunjukan bahwa photon dapat dilihat sebagai sebuah partikel
energi atau sebagai gelombang dengan panjang gelombang dan frkuensi tertentu.
Dengan menggunakan sebuah alat semikonduktor yang memiliki permukaan yang
luas energi yang jatuh kepermukaan sel surya yang mana sel surya terbuat dari
bahan silikon yang terdiri dari banyak sekali elektron yang dihasilkan. Elektron-
elektron ini melewati banyak juction P-N, maka setiap kali elektron melewati
juction P-N tegangan akan bertambah, sehingga cahaya yang datang akan mampu
merubah energi listrik.
38
BAB V
Setelah saya memberikan uraian dan pembahasan pada laporan ini mengenai
masalah tahapan proses pabrikasi modul surya di PT LEN INDUSTRI
BANDUNG, maka akhirnya saya dapat menarik kesimpulan dan memberikan
saran-saran sebagai berikut.
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan laporan yang dibuat maka Pada proses fabrikasinya PT.LEN
INDUSTRI memproduksi modul surya dengan berbagai macam jenis, hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh tingkat efisiensi yang tinggi. Semakin tinggi
tingkat efisiensinya maka semakin baik hasilnya. Jika dilihat dari jenis
materialnya PT. LEN INDUSTRI memproduksi dua macam jenis modul surya
yaitu jenis monokristal dan polikristal. Modul surya jenis monokristal jauh lebih
banyak diproduksi oleh PT. LEN industri karena tingkat efisiensi yang dihasilkan
cukup tinggi dibandingkan dengan jenis polikristal, namun harganya pun masih
cukup mahal. Sampai saat ini PT. LEN INDUSTRI merupakan Badan Usaha
negara yang paling baik tingkat produksinya. pembuatan modul surya yang
diproduksi oleh PT. LEN INDUSTRI bertujuan untuk memanfaatkan energi yang
ada untuk menghemat pengeluaran listrik negara.
5.2 SARAN
1) Hendaknya PT. LEN INDUSTRI tidak hanya memproduksi dua jenis
modul surya yaitu monokristal dan polikristal tetapi juga penggunaan
jenis lain agar tingkat efisiensi yang dihasilkan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
[2] McDonald SA, Konstantatos G, Zhang S, Cyr PW, Klem EJ, Levina L,Sarget
EH (2005). ”Solution –processed Pbs quantum dot infrared photodetector and
photovoltaics ”. Nature Materials 4 (2): 138-42. pmid 15640806
[3] Barlow, R., McNelis, B. and Derrick, A., Solar Pumping: An Introduction and
Update on theTechnology, Performance, Costs and Economics, Intermediate
Technology Publications and The World Bank, Washington, DC, USA, 1993.
www.retscreen.net, July 2008