(KTL – 490)
Disusun Oleh :
IFTIKAR RIZKIA NUGRAHA
25-20012-006
Pembimbing :
MOH. RANGGA SURURI, S.T., M.T.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya dan
kerja keras penulis serta dukungan dan bantuan dari teman-teman angkatan 2012 Teknik
Lingkungan Itenas sehingga dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini yang berjudul
Evaluasi Sistem Distribusi Air Minum PDAM Tirta Kerta Raharja Cabang Teluknaga Kabupaten
Tangerang. Melalui kesempatan yang sangat berharga ini penyusun menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan kerja
praktek ini, terutama kepada yang terhormat:
1. Kedua orang tua saya Bapak Ir. Dedi Mulyadi dan Ibu Soegiharti Siti Hasanah, S.H, dan
kakak saya Iqbal Maruf Noor yang telah memberikan bantuan kepada penulis berupa
moril dan meteril.
2. Bapak Ir. Dedi Mulyadi dan Leo Silvado, S.T., M.T. selaku pembimbinga lapangan di PT.
Tirta Sigma Engineering yang telah memberikan ilmu dan pendampingan sehingga
penulis dapat melaksanakan kerja praktek ini.
3. Bapak Muhammad Rangga Sururi, S.T., M.T selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan, bimbingan, ilmu, dan masukan untuk penulis selama kerja praktek
dan penulisan laporan ini.
4. Bapak Yudi, Pak Roni, Pak Deni, Bu Dyah dan staf-staf PDAM Tirta Kerta Raharja
Kabupaten Tangerang yang telah sabar dan berbaik hati membimbingan saya selama
dilokasi kerja praktek.
5. Adhitya Indrayana yang telah mengantar penulis untuk melengkapi data-data kelapangan,
terimakasih peminjaman mobilnya sodara adit.
6. Anggun Farida, S.T. dan Annisa Dwi Safianti (calon) S.T. yang telah memberikan
masukan serta arahan dalam penulisan laporan kerja praktek. Ali Al Madaydi yang telah
memberikan kesempatan penulis untuk mencari inspirasi untuk menulis laporan ini di
kosannya.
Dan berbagai pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan di sini. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa memberkati dan membalas semua kebaikan yang telah dilakukan. Penyusun
menyadari masih banyak yang dapat dikembangkan pada laporan kerja praktek ini. Oleh karena
itu, penyusun menerima setiap masukan dan kritik yang diberikan. Semoga laporan kerja praktek
ini dapat memberikan manfaat.
PENDAHULUAN
Cabang Teluknaga adalah salah satu cabang di PDAM Tirta Kerta Raharja yang melayani
penyediaan air minum wilayah utara Kabupaten Tangerang. Cabang Teluknaga ini melayani
Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Kosambi dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bojong
Renget dengan kapasitas 100 lt/dt. IPA Bojong Renget terdiri dari 2 (dua) paket masing-
masing kapasitas 50 lt/dt, terdiri dari IPA I yang sumber air bakunya berasal dari saluran
irigasi dan IPA II yang sumber air bakunya berasal dari Sungai Cisadane. Jumlah penduduk
pada ke-3 (tiga) Kecamatan tersebut berjumlah 411.768 jiwa sehingga membutuhkan kapasitas
yang lebih besar yaitu 714,9 lt/dt, namun pelanggan Cabang Teluknaga ini berjumlah 39.315
jiwa sehingga membutuhkan air minum sebanyak 68,26 lt/dt.
Jaringan pipa distribusi induk dari IPA Bojong Renget terbagi menjadi 2 (dua), yaitu pipa
distribusi induk untuk pelayanan ke Kampung Melayu dan Salembaran, serta pipa distribusi
untuk pelayanan ke Kosambi dan Dadap. Panjang jaringan pipa distribusi terpasang sepanjang
135.969 meter, dengan diameter pipa mulai 40 mm sampai dengan 400 mm dan jumlah
konsumen sebanyak 7.673 sambungan langganan.
Jaringan distribusi yang telah terpasang di Kecamatan Teluknaga tidak memenuhi salah satu
syarat SPAM, yaitu kontinuitas. Tingkat kebocoran merupakan faktor yang membuat air tidak
kontinu, tingginya tingkat kebocoran yaitu sebesar 34,22% (Laporan PDAM Juli 2015)
sehingga air minum yang dihasilkan dari IPA Bojong Renged hanya dapat dikonsumsi sebesar
65,78 lt/dt, hal ini menyebabkan masih kurangnya hasil produksi air minum dibandingkan
dengan konsumsi dari pada ke-3 Kecamatan tersebut. Selain tingkat kebocoran yang masih
tinggi, pemerataan tekanan di titik pendistribusian terjauh yaitu sejauh 13,4 kilometer masih
tidak memenuhi kriteria minimal yang dipersyaratkan yaitu ditinjau dari kecepatan pada pipa,
sisa tekan dan headloss. Tidak meratanya tekanan dan kecepatan aliran pada pipa yang masih
kurang pada daerah pelayanan tersebut menjadi masalah bagi PDAM Tirta Kerta Raharja
Kabupaten Tangerang dalam menjamin ketersediaan air bagi kebutuhan di kawasan
Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Kosambi.
Maksud dari kerja praktik ini adalah melakukan evaluasi terhadap proses penyaluran air
minum melalui pipa distribusi induk di Kabupaten Tangerang Kecamatan Teluknaga.
Membuat simulasi pendistribusian air minum dengan menggunakan Software EPANET 2.0.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ruang lingkup yang akan dibahas dalam kerja
praktik ini, yaitu:
Pemantauan meter air pada pipa induk selama 24 jam untuk mengetahui fluktuasi
pemakaian air.
Evaluasi hidrolis jaringan pipa distribusi terhadap sistem eksisting berdasarkan data-data
kondisi aktual jaringan distribusi dengan aplikasi/software EPANET 2.0. lengkap dengan
data topografi.
Bab I Pendahuluan
Berisikan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, juga sistematika yang digunakan
untuk penyusunan laporan Kerja Praktik ini.
Bab II Gambaran Umum Wilayah Studi
Berisikan tentang kondisi umum PDAM Cabang Teluknaga, meliputi gambaran singkat
PDAM Tirta Kerta Raharja, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan,
gambaran singkat PDAM Tirta Kerta Raharja Cabang Teluk Naga, kondisi geografis wilayah
studi, dan kependudukan wilayah studi.
Bab III Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori dasar dan metode yang akan dilakukan untuk
mendukung analisis dan perancangan yang dilakukan.
Bab IV Karakteristik Wilayah Studi
Bab ini menjelaskan mengenai karakteristik topografi, kondisi geografis, industri dan
kegiatan perdangan pada wilayah studi, serta kependudukan yang meliputi kepadatan
penduduk serta jumlah penduduk wilyah studi.
Bab V Evaluasi dan Analisa Hidrolis Jaringan Distribusi SPAM Cabang Teluknaga
Berisikan evaluasi dan analisa terhadap perolehan data-data lapangan proses pendistribusian
SPAM Teluk Naga.
Bab VI Simpulan dan Saran
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari analisis dan perencanaan sistem yang dilakukan, serta
saran untuk pengembangan selanjutnya.
GAMBARAN UMUM
PDAM Tirta Kerta Raharja merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik
Pemerintah Kabupaten dan Kota Tangerang yang bergerak dalam bidang penyediaan air
minum dan pelayanan pengolahan air kotor yang dibutuhkan masyarakat dengan tujuan
pokok memberikan pelayanan kepada masyarakat. PDAM Tirta Kerta Raharja mempunyai
Instalasi Pengolahan Air (IPA) sebanyak 11 Instalasi yaitu Instalasi Babakan, Serpong,
Cikokol, Perumnas, Teluk Naga, solear, cisauk, IKK Kronjo, IKK Kresek, IKK Mauk, dan
IKK Rajeg. Kapasitas produksi tiap instalasi dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kapasitas Produksi Tiap Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirta Kerta
Raharja
IPAM Tirta
4 Tangerang Cisadane 150 120
Manunggal
Cakupan pelayanan PDAM Tirta Kerta Raharja kini mencapai sebesar 26% dengan kuantitas
dan kualitas pelayanan yang cukup baik. Jumlah pelangganan pada tahun 2014 sebanyak
124.945 sambungan langganan tersebar di beberapa wilayah yaitu 20,12% kabupaten
Tangerang, 42,80% wilayah Kota Tangerang dan 37,53% wilayah Kota Tangerang Selatan.
Hasil produksi air dijual dengan tarif dasar yang digolongkan menjadi 3, yaitu tarif rendah Rp
1.875 per meter kubik, tarif dasar Rp 2.300 per meter kubik, dan tarif penuh Rp 2.800
permeter kubik (tahun 2014). Masyarakat yang belum terpenuhi kebutuhan airnya melalui
PDAM memanfaatkan air tanah dan air permukaan untuk memenuhi kebutuhan airnya.
Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Tangerang saat ini berada dibawah kewenangan
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang yang tersebar di
beberapa wilayah Kecamatan, dengan kurang lebih 11 unit SPAM dengan total kapasitas
Gambar 2.1 Sebaran Unit SPAM Wilayah Studi (Kabupaten Tangerang, Kota
Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan DKI Jakarta)
Pada tahun 1923 di Kota Tangerang dibangun sistem pelatanan air bersih yang dinamakan
Water Leideng Bedryf oleh pemerintah Belanda dan dikelola PU Pengairan Propinsi Cabang
Tangerang dengan kapasitas sistem 6 liter per detik. Pada saat terbentuknya Kabupaten
Tangerang tahun 1945 Water Leideng Bedryf tersebut kemudian dialihtangankan kepada
Bupati Tangerang dengan pengelolaan oleh Dinas PU Kabupaten Tangerang.
2.3.1 Visi
“Menjadi Perusahaan Air Minum yang sehat dan senantiasa memberikan Pelayanan yang
Terbaik kepada masyarakat, demi mewujudkan keinginannya dalam memperoleh kehidupan
yang lebih baik ”
2.3.2 Misi
6. Meningkatkan kualitas SDM agar mampu berkreasi dan berinovasi secara profesional.
Menurut surat Keputusan Direksi PDAM Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja Kabupaten tangerang, struktur
organisasi PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang Struktur organisasi PDAM Tirta
Terta Raharja Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada bagan struktur tersebut:
A. Zaki Iskandar
H. M. Maesyal Rasyid
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang
Pada struktur organisasi PDAM Tirta Kerta Raharja terdapat Direktur Teknik yang
menanganin permasalahan operasional penyediaan air minum. Direktur Teknik mengepalai
bagian perencanaan, produksi, dan transmisi dan distribusi. Bagian perencanaan memilik sub-
Cabang Teluknaga merupakan salah satu cakupan wilayah pelayan dari PDAM Tirta Kerta
Raharja Kabupaten Tangerang. Cabang ini mulai beroprasi pada tahun 1995 dengan kapasitas
IPAM (Instalasi Pengolahan Air Minum) sebesar 50 L/detik yang berletak di daerah Bojong
Renged, namun saat ini IPAM memiliki kapasitas sebesar 100 L/detik. Sumber yang
digunakan oleh IPAM Bojong Renged berjumlah dua sumber, yaitu Sungai Cisadane dengan
pengambilan air sebesar 75% dari kapasitas IPAM dan Irigasi Bojong Renged sebesar 25%.
Jumlah Pelanggan Cabang Teluk Naga sampai dengan bulan Juli 2015 sebanyak 7,673
Sambunngan Rumah dengan total pemakaian air sebesar 138,422 m3/bulan. Rata-rata
pemakaian air per sambungan rumah berkisar antara 15 s/d 65 m 3/Sambungan. Untuk
kategori rumah tangga bulan ini termasuk pemakaian terendah dari yang biasanya sebesar 22
m3/Sambungan. Kategori penggolongan untuk jenis langganan rumah tangga dilihat
berdasarkan tingkat ekonomi, golongan R1 dan R2 memiliki tingkat ekonomi menengah
kebawah, sedangkan golongan R3 s/d R5 memiliki tingkat ekonomi menengah keatas. Secara
rinci jumlah pelanggan dan pemakaian air per kategori pelanggan diperlihatkan pada tabel
berikut:
7.14%
8.81%
56.42%
Grafik di atas menunjukan bahwa sambungan langganan didominasi oleh Rumah Tangga
golongan R3 yaitu sebesar 56,42%. Hal ini menunjukan bahwa tingkat ekonomi di daerah
studi masih tergolong menengah kebawah. Sambungan langganan yang ada telah mencakup
Potensi
Terpasan
No Perumahan Potensi Penambah
g
an
Villa Taman
1 Bandara 2000 1594 406
Pergudangan
dan Mall
Villa Taman
2 Bandara 1000 0 1000
Duta
3 Bandara 2500 1218 1282
Taman
4 dadap Indah 500 255 245
Kav.
7 Salembaran 800 575 225
Rawa
8 Lumpang 300 150 150
Ds. Dadap
9 Dsk 350 150 200
Jl. Raya
10 Perancis 450 89 361
Mutiara
11 Garuda 1500 1209 291
Purinaga
12 Indah 200 156 44
Kp. Melayu
13 Timur Dsk 800 439 361
Barat
Ds. Babakan
16 Asem dsk 150 0 150
Desa Kebon
17 Cau dsk 100 0 100
Cituis
Kramat
19 Pakuhaji dsk 300 190 110
Perumahan
20 cituis indah 1500 0 1500
2400
2200
2000
1800
1600
1400
Sambungan Langganan
1200
1000 Potensi
Terpasang
800
Potensi Penambahan
600
400
200
0
ra ra ap an sk da Ds k a ga ds k ds k
da nda a d ba r p D a ru r N au i
Ba
n
Ba i ya
D m a da a G i mu l uk C haj
e ku
a n uta Gr al D r T Te n
bo t Pa
m D v. S Ds . u tia ayu e
Ta Ka M el K a
a
i lla . M
Des Kra m
V Kp is
i tu
C
Potensi penambahan sambungan langganan pun ditunjukan pada grafik diatas. Potensi
penambahan tertinggi terletak pada perumahan Cituis Indah yaitu sebanyak 1500 sambungan
langganan. Hal ini disebabkan karena perumahan Cituis Indah merupakan target pelayanan
Skema diagram alir dibutuhkan untuk memunahkan pada saat pemodelan ke program
EPANET 2.0. Dalam skema diagram alir pendistribusian air minum di Cabang Teluknaga
memiliki sumber yang terletak di bibir sungai cisadane dan saluran irigasi, lalu dialirkan ke
IPAM Bojong Renged. Pengambilan air pada sungai cisadane untuk memenuhi produksi air
bersih di IPAM Bojong Renged sebanyak 75% dari kapasitas produksi yaitu sebesar 75
L/detik, sedangkan pengambilan air pada saluran irigasi sebesar 25% dari kapasitas produksi
yaitu sebesar 25 L/detik. Pendistribusian air bersih dari IPAM Bojong Renged terbagi
menjadi dua cabang, cabang pertama melayani Kecamatan Dadap, dan cabang ke dua
melayani Kecamatan Kampung Melayu dan Kecamatan Paku Haji. Untuk skema diagram alir
daerah pelayanan Cabang Teluknaga dapat dilihat pada gambar berikut:
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) bertujuan untuk menunjang kehidupan masyarakat
serta mendapatkan derajat kesehatan yang tinggi sebagai modal dasar hidup secara produktif.
Sistem ini memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kemampuan produksi
dan kondisi yang dapat diandalkan.
Tahap perencanaan terakhir dalam perencanaan system penyediaan air minum adalah tahap
perencanaan sistem distribusi. Jaringan distribusi air minum dimaksudkan untuk menyalurkan
air yang telah diolah di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) ke daerah pelayanan
distribusi air minum. Sistem distribusi merupakan sistem yang paling penting dalam
penyediaan air minum. Hal ini disebabkan oleh baik buruknya sistem penyediaan air minum
dinilai dari sistem distribusinya, Konsumen hanya menilai penyediaan air minum pada sistem
distribusinya dan ini berarti bagaimana kualitas dan kuantitas air yang sampai pada
konsumen. Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam sistempendistribusian air minum
yaitu[ CITATION Ben96 \l 1033 ] :
a. Kualitas
Air Minum yang disalurkan kepada penduduk harus memenuhi persyaratan fisis,
kimia, dan bakteriologi agar aman dari segi higienis, baik dan dapat diminum.
b. Kuantitas
Ketersediaan dalam jumlah yang cukup, kapasitas atau debit dapat memenuhi
kebutuhan penduduk.
c. Kontinuitas
Sistem distribusi sebaiknya mampu mengalirkan air secara terus menerus selama 24
jam.
d. Biaya
Kebutuhan air untuk setiap aktivitas berbeda-beda kuantitasnya, sehingga kebutuhan air dapat
digolongkan sebagai berikut[ CITATION Dep \l 1033 ] :
b. Kebutuhan non-domesik, antara lain : kebutuhan untuk kegiatan sekolah, rumah sakit,
industri dan tempat peribadatan
c. Kebutuhan non-domestik
Dalam memperkirakan kebutuhan air minum, ada beberapa faktor yang harus di perhitungkan
antara lain [ CITATION Dep \l 1033 ]:
c. Peningkatan laju pemakaian air perkapita sejalan peningkatan taraf hidup masyarakat.
Pengaliran distribusi merupakan faktor penting dalam suatu sistem penyediaan air minum.
Sistem distribusi adalah segala sesuatu yang menyangkut pengaliran air mulai dari reservoir
hingga sampai ke daerah pelayanan. Sesuai dengan keadaan topografi, daerah pelayanan, dan
lokasi instalasi, maka pengaliran distribusi dibedakan menjadi tiga sistem yaitu sistem
gravitasi, sistem perpompaan, dan sistem gabungan [ CITATION How85 \l 1033 ].
Jika pada suatu daerah pelayanan memiliki perbedaan elevasi yang cukup besar maka system
pengaliran secara gravitasi akan diimplementasikan untuk mengurangi biaya operasional
pompa, namun tekanan masih dapat di pertahankan. Pada sistem gravitasi dimungkinkan
untuk mensuplai air dari suatu atau lebih reservoir distribusi. Sistem ini dapat dianggap cukup
ekonomis karena hanya memanfaatkan ketinggian.
Jika Seluruh pelayanan merupakan daerah datar dan tidak ada daerah berbukit, digunakan
pengaliran dengan sistem perpompaan langsung ke daerah pelayanan. Pada sistem ini, pompa
digunakan untuk menghasilkan tekanan yang diperlukan, yaitu tekanan untuk mengalirkan air
dari reservoir distribusi ke pelanggan.
Pada sistem ini, reservoir distribusi digunakan untuk mempertahankan tekanan yang
diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat, misalnya saat terjadi
kebakaran atau adanya gangguan energi. Selama periode pemakaian rendah, sisa air
dipompakan dan disimpan dalam reservoir, karena reservoir berfungsi untuk menyediakan air
selama periode pemakaian tinggi.
Sistem perpipaan distribusi ada yang berbentuk cabang dan ada yang berbentuk lingkaran.
Masing-masing bentuk tersebut memiliki keuntungan dan kerugian. Dengan mengetahui sisi
baik dan sisi buruk dari masing-masing bentuk tadi serta kondisi ke daerah pelayanan maka
kita dapat menentukan pola jaringan pada daerah perencanaan sudah tepat atau tidak. Tata
letak distribusi ditentukan oleh kondisi topografi daerah layanan dan lokasi instalasi
pengolahan biasanya diklasifikasikan sebagai berikut [CITATION AlL85 \l 1033 ]:
b. Sistem Gridiron
Pipa induk utama dan pipa induk sekunder terletak dalam kotak, dengan pipa induk utama,
pipa induk sekunder serta pipa pelayanan utama saling terhubung. Sistem ini paling banyak
digunakan.
Pemilihan jenis pipa dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut ini (Dept.PU Cipta
Karya, 1998) :
5. Sistem pengaliran
Umumnya digunakan pada wilayah dengan kandungan besi yang tinggi, yang dapat
menyebabkan korosi. Pipa kenis ini ringan sehingga mudah dalam pemasangan. ACP
terbuat dari fiber asbestos, pasir silica dan semen.
Pipa CIP terbuat dari besi tulang. Pipa jenis ini sangat kuat, berat, tahan lama, namun
mudah terkena korosi terutama pada bagian permukaan dan sambungan.
Mengantisipasi hal tersebut, ada jenis pipa CIP yang diberi lapisan anti korosi, yakni
DCIP (Duclite Iron Pipe)
Pipa PVC tahan terhadap korosi. Mudah didapat karena banyak tersedia dipasaran.
Mudah dalam pemasangandan menggungakan sistem rubbering sehingga tidak perlu
di lem, sambungan antara pipa fleksibel terhadap gerakan pipa. Pipa PVC sudah
diproduksi didalam negeri sehingga pengadaannya mudah. Permukaan dinding bagian
dalam lebih halus dan relatif tidak berubah dalam jangka waktu yang lama.
Pipa ini terbuat dari baja. Umumnya tahan terhadap benturan ringan, tetapi tidak tahan
korosi, membutuhkan banyak waktu untuk penyambungan, serta harganya mahal.
Pipa baja digunakan untuk sistem dengan tekanan yang tinggi atau jika dibutuhkan
pipa dengan diameter yang besar.
Jenis pipa yang umum dipakai sebagai pipa pelayanan adalah GIP, pipa Baja dan pipa PVC.
Pada perencanaan inim jenis pipa induk yang akan digunakan adalah pipa PVC karena pipa
ini relatif murah dan telah diproduksi didalam negeri sehingga pengadaanya mudah.
Perpipaan tidak akan berfungsi sebagai mana semestinya jika tidak dilengkapi dengan
perlengkapan perpipaan. Perlengkapan perpipaan memiliki beberapa jenis yaitu [ CITATION
Dep \l 1033 ] :
1. Katup (Valve)
Jenis katup yang biasa digunakan dalam jaringan perpipaan distribusi adalah sebagai berikut :
Gate Valve digunakan untuk mengatur bukaan aliran dalam pipa, pengaturan tersebut
berfungsi untuk mengatur debit yang dibutuhkan. Penghentian dilakukan jika suatu
bagian pipa akan diperiksa, dibersihkan atau diperbaiki dan dites. Gate Valve dipasang
pada :
Air Valve berfungsi untuk mengeluarkan udara yang terakumulasi dalam pipa dan untuk
menghilangkan gelembung udara yang ada di dalam aliran. Jika gelembung udara
terakumulasi di dalam pipa, maka profil basah akan menyempit bahkan bisa tertutup.
Dapat menganggu aliran sehingga aliran air mengecil atau bahkan terhenti. Untuk
menghindari hal-hal tersebut, perlu dipasang katup pelepas udara pada :
Katup ini berfungsi untuk mencegah aliran balik didalam saluran. Check Valve
dipasang pada :
Blok penahan diperlukan untuk mencegah terjadinya atau bergeraknya posisi pipa dari
keadaan semula akibat terjadinya ketidakseimbangan gaya (tekanan) yang dapat
menyebabkan kebocoran atau kerusakan lainnya yang disebabkan oleh perubahan arah aliran
air. Pergerakan atau pergeseran biasanya disebabkan oleh perubahan arah aliran, perubahan
Belokan
Perletakan katup
3. Jembatan Pipa
Jembatan Pipa digunakan bila saluran akan melintasi sungai/saluran, jalan kereta api atau
sejenisya. Sebelum bagian pipa masuk dilengkapi gate valve dan wash out. Dilengkapi
dengan air valve yang diletakan pada jarak ¼ bentang dari titik masuk jembatan pipa. Pipa
yang dipakai pada jembatan pipa dipasang dengan peralatan yang layak dengan penjepit,
penggantung dan penopang sehingga apabila terjadi pemuaian pada pipa, masih dalam batas
yang tidak mengakibatkan kebocoran sistem.
Jembatan pipa dapat berupa siphon yang dipasang pada penyabrangan langsung dibawah
sungai, saluran (kanal), jalan raya dan jalan kereta api. Untuk perlintasan jalan raya,
konstruksi perlintasan pipa dibuat seperti penimbunan biasa dengan memperkuat bagian
atasnya memakai plat beton atau urugan pasir penuh atau pasir batu. Untuk perlintasan jalan
kereta api, perlu dibuat konstruksi pengamanan dengan jalan membungkus pipa tersebut
dengan gorong-gorong dari pipa yang berdiameter besar yang diisi pasir.
4. Sambungan Pipa
A. Penyambungan pipa dengan ukuran yang sama. Penyambungan pipa tersebut adalah :
Gibault joint untuk sambungan antara ACP dengan DCIP atau PVC
B. Flexible Joint
Flexible joint digunakan untuk menyambung bagian jalur pipa yang diletakkan diatas
permukaan tanah (seperti pada reservoir) yang akan dihubungkan dengan pipa yang
ditanam. Tujuannya adalah untuk mengatasi kemungkinan pergerakan pipa yang terjadi
akibat pemuaian atau penyusutan pipa karena oerrubahan temperatur atau akibat peurunan
konstruksi reservoir.
Elbow dipasang pada saat pipa harus belok. Fitting digunakan untuk berbagai macam
kondisi. Dalam pemasangan jaringan pipa distribusi air minum. Flitting yang sering
digunakan yaitu :
Perencanaan SPAM unit distribusi dapat berupa jaringan perpipaan yang terkoneksi satu
dengan lainnya membentuk jaringan tertutup (loop), sistem jaringan distribusi bercabang
seperti dahan pohon (branch), atau kombinasi dari kedua sistem tersebut (grade system).
Bentuk jaringan pipa distribusi ditentukan oleh lokasi reservoir, kondisi topografi, jumlah
pelanggan, luas wilayah pelayanan dan jaringan jalan dimana pipa akan dipasang. Berikut
adalah kriteria klasifikasi pipa distribusi[CITATION Dep \l 1033 ] :
b. Pipa Cabang
c. Pipa pelayanan
a) Kecepatan minimum
b) Kecepatan maksimum V.max 3,0 - 4,5 m/det
Program Epanet 2.0 merupakan suatu program simulasi jaringan pipa distribusi yang dapat
membantu perencanaan suatu sistem jaringan distribusi, dimana program ini dapat
menganalisa suatu model jaringan distribusi apakah telah sesuai dengan yang direncanakan.
Dalam pembuatan model, diperlukan data-data yang tepat agar model yang direncanakan
sesuai dengan kondisi di lapangan.
Keuntungan memakai program tersebut adalah : dapat mengecek kesalahan pada saat proses
input data, menampilkan analisa jaringan, sistematis dalam pengeditan dan output dapat
berupa gambar. Dibutuhkan beberapa item untuk dapat menjalankan Epanet sehingga
didapatkan hasil yang sesuai, antara lain [ CITATION Bab78 \l 1033 ]:
Peta jaringan
Elevasi wilayah
Node/Junction
Panjang pipa
Diameter pipa
Jenis pipa
Hidrolik
Tekanan air
Flow (aliran)
Velocity (kecepatan)
Unit headloss
Kapasitas aliran air yang melalui jaringan perpipaan ditentukan berdasarkan debit kebutuhan
air untuk setiap blok pelayanan. Tiap blok pelayanan dengan menggunakan sebuah titik
Merupakan salah satu kriteria perencanaan yang akan mempengaruhi bekerjanya sistem
dengan baik. Kecepatan aliran yang terlalu rendah menandakan adanya ketidak efesienan
sistem dalam hal ini dimensi pipa. Selain itu dengan kecepatan yang terlalu rendah
memungkinkan terjadinya pengendapan dalam pipa. Sedangkan bila kecepatan terlalu besar
dapat menyebabkan bergetarnya pipa sehingga dapat bergeser dari kedudukan semula, hal
tersebut merupakan salah satu faktor terjadinya pipa pecah.
Dalam perencanaan dimensi jaringan pipa distribusi, kecepatan aliran dalam pipa
distribusinya tersebut harus berada pada kisaran 0,3 – 3 m/detik [ CITATION Dep \l 1033 ].
Q Q
V= =
Rumus Kecepatan Aliran : A 1 2
( πD )
4
Tekanan dalam pipa merupakan salah satu kriteria perencanaan yang sangat pening
diperhatikan karena hal ini menyangkut dapat atau tidaknya air sampai ke konsumen. Kriteria
teknis mengenai tekanan dalam pipa berdasarkan Petunjuk Teknis Perencanaan Teknis Sistem
Penyediaan Air Bersih Perkotaan Vol. I Tahun 1998 yang dikeluarkan oleh Dept. PU Cipta
Karya ditampilkan pada Tabel 2.3
a. Tekanan statik yang terjadi tidak boleh melebihi 100 m, yaitu setengah dari kekuatan
pipa dari kelas yang terpasang.
b. Sisa tekan minimum pada tapping pipa untuk daerah tertinggi adalah 15 m.
Perhitungan Headloss dengan menggunakan formula Hazen William dengan formula sebagai
berikut :
0,54
hf
Q=0,2785 x C x D 2,63
x( )
L
Dimana
Banyak perusahaan air minum mengoperasikan jaringan pipa mereka sebagai satu sistem
terbuka dimana air berasal dari lebih dari satu Instalasi Pengolahan Air (Water
Treatment Plant /WTP) ke dalam jaringan pipa yang saling terhubung. Air dari
masing-masing WTP akan bergabung dalam jaringan, yang terus mempengaruhi
tekanan sistem dan kualitas air. Dalam sebuah sistem yang terbuka, NRW (Non-
Revenue Water) hanya bisa dihitung untuk keseluruhan jaringan, yang pada dasarnya
merupakan tingkat rata-rata untuk seluruh sistem. Oleh karena itu, menentukan lokasi-
lokasi kejadian-kejadian NRW secara pasti – dan dimana aktivitas-aktivitas NRW harus
dijalankan – bisa menjadi satu tantangan tersendiri, khususnya untuk jaringan-jaringan
besar.
Pengelolaan NRW yang aktif hanya mungkin dilakukan dengan menggunakan zona-
zona, dimana sistem secara keseluruhan terbagi menjadi serangkaian subsistem yang
lebih kecil untuk bisa menghitung NRW masing-masing subsistem secara terpisah.
Subsistem-subsistem lebih kecil ini, yang seringkali disebut sebagai Kawasan Bermeter
(District Meter Area/DMA) harus terisolasi secara hidraulis sehingga para manajer
perusahaan mampu untuk menghitung volume air yang hilang di dalam DMA. Ketika
satu sistem pasokan dibagi menjadi kawasan-kawasan yang lebih kecil dan lebih mudah
dikelola, perusahaan bisa menentukan sasaran-sasaran aktivitas-aktivitas pengurangan NRW
dengan lebih baik, mengisolasi masalah-masalah kualitas air, dan mengelola tekanan
seluruh sistem dengan lebih baik untuk memungkinkan pasokan air 24/7 di seluruh jaringan.
Desain serangkaian DMA sangatlah subyektif dan tidaklah mungkin bagi dua ahli teknik
dari satu perusahaan yang bekerja di jaringan yang sama untuk menghasilkan desain yang
sama. Ahli teknik tersebut biasanya menggunakan serangkaian kriteria untuk membentuk
satu rancangan DMA awal yang harus diujicobakan baik di lapangan atau menggunakan
satu model jaringan.
Bentuk DMA (misalnya jumlah sambungan – umumnya antara 1.000 dan 2.500
sambungan)
Jumlah meter air untuk mengukur air masuk dan air keluar (semakin sedikit meter
yang diperlukan, semakin kecil biaya pembentukannya)
Ciri-ciri topografis yang mudah terlihat yang bisa menjadi batas-batas untuk
DMA, seperti sungai, saluran pembuangan air, jalan kereta api, jalan raya, dsb.
Pembagian satu sistem yang besar menjadi serangkaian DMA, penting untuk menutup
katup- katup untuk mengisolasi satu kawasan tertentu dan memasang meter air.
Proses ini dapat berdampak pada tekanan-tekanan sistem, baik di dalam DMA
tertentu tersebut serta di wilayah- wilayah sekitarnya. Perusahaan air minum dengan
demikian harus memastikan bahwa pasokan air bagi semua pelanggan tidak
dikorbankan terkait dengan tekanan dan jam layanan.
Dengan menggunakan satu model jaringan hidraulik yang terkalibrasi dalam sistem
pasokan untuk mensimulasikan kemungkinan desain-desain DMA akan
memungkinkan analisis tekanan- tekanan sistem dan aliran tanpa berdampak pada
layanan untuk pelanggan. Walaupun demikian, banyak perusahaan air minum tidak
mempunyai model jaringan hidraulik yang terkalibrasi. Daripada menunggu
dikembangkannya satu model, yang bisa memakan waktu hingga satu tahun atau
lebih, satu perusahaan air minum harus mulai membentuk DMA-DMA dalam
wilayah-wilayah jaringan yang dapat dengan mudah diisolasi, misalnya wilayah-
wilayah dengan zona pasokan terpisah.
Dalam membentuk satu DMA, perusahaan air minum harus membatasi jumlah air
masuk, yang juga membantu untuk mengurangi biaya pemasangan meter air. Untuk
mewujudkan hal ini, penting untuk menutup satu katup batas persil atau lebih, yang
harus tetap tertutup secara permanen untuk memastikan bahwa segala data aliran
secara akurat mewakili total air masuk untuk DMA yang 69 bersangkutan.
Para manajer perusahaan akan memastikan bahwa semua pipa ke dalam dan keluar DMA
ditutup atau bermeter dengan melakukan uji isolasi sebagai berikut[ CITATION Mal08 \l
1033 ] :
Tekanan yang tidak menurun menjadi nol, ada kemungkinan bahwa ada pipa lain yang
memungkinkan air untuk masuk ke kawasan dan oleh karenanya harus diatasi [ CITATION
Mal08 \l 1033 ].
Perusahaan air minum awalnya harus membentuk kawasan yang lebih besar yang
berisi 5.000 sambungan atau lebih jika memiliki anggaran yang terbatas. Perusahaan
selanjutnya dapat membagi kembali kawasan tersebut menjadi DMA-DMA dan sub-
DMA-sub-DMA yagn terdiri dari 1.000 sambungan atau kurang untuk DMA-DMA
dengan NRW yang tinggi dan jaringan pemipaan yang panjang, seperti dirinci dalam
Gambar 4.1.
Para manajer harus mengembangkan satu manual operasi terperinci untuk membantu
tim-tim di masa mendatang dalam mengelola pasokan air untuk di setiap DMA.
Manual operasi mencakup satu skema jaringan pipa, gambar lokasi-lokasi meter air,
katup-katup pengendali tekanan, dan katup-katup batas persil, dan satu salinan
database tagihan untuk DMA bersangkutan. Manual ini merupakan satu dokumen
kerja dan data operasional harus terus diperbaharui, termasuk informasi- informasi
tentang berikut ini[ CITATION Mal08 \l 1033 ] :
Lokasi-lokasi kebocoran
Begitu DMA telah terbentuk, ia menjadi satu alat operasional untuk memantau dan
mengelola baik komponen-komponen utama NRW maupun kehilangan fisik dan
nonfisik (komersial). Penghitungan NRW dalam satu DMA didefinisikan sebagai
beriktu:
Setelah meter air dipasang pada semua inlet ke DMA, Total Air masuk DMA dapat
diukur menggunakan kenaikan dalam jumlah keseluruhan, atau meter counter mengukur
volume air yang melewati meter, untuk periode penghitungan.
Total Konsumsi DMA tergantung pada cakupan meter pelanggan. Jika DMA
mempunyai cakupan meter rumah tangga 100%, yang artinya semua pelanggan di dalam
DMA mempunyai meter, Total Konsumsi DMA dapat dihitung dengan menggunakan
satu penjumlahan sederhana semua pengukuran meter untuk periode penghitungan.
Jika cakupan meter rumah tangga 100% tidak ada dalam DMA, Total Konsumsi DMA
dapat diperkirakan dengan menggunakan angka-angka konsumsi per kapita. Sebagai
langkah awal, satu survei tentang semua properti di dalam DMA harus dilakukan.
Survei ini bisa terbatas untuk menghitung jumlah properti dan memperkirakan jumlah
rata-rata penghuni per properti. Untuk perkiraan yang lebih rinci, para pelaksana
survei akan memawawancari semua rumah tangga dan menanyakan berapa jumlah
penghuni di dalam tiap properti[ CITATION Mal08 \l 1033 ].
Kecamatan Teluknaga dan Kosambi berada dibagian utara dari Kabupaten Tangerang dengan
batas wilayah sebagai berikut :
Kecamatan
Teluknaga
Kecamatan
Kosambi
Kedua wilayah tersebut mempunyai luas total 70.34 km2 atau 7,33% dari luas wilayah
Kabupaten Tangerang dengan rincian luas per Kecamatan adalah sebagai berikut :
Sebagai daerah yang terletak di pinggir pantai, suhu rata-rata berkisar antara 27,8-32,2°C.
Banyaknya curah hujan rata-rata tahunan di wilayah study adalah 205,9 mm/tahun dengan
jumlah hari hujan rata-rata 14 hari.
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2010 – 2030 merupakan rencana
penyebaran peruntukkan ruang dalam wilayah Kabupaten Tangerang yang meliputi rencana
peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukkan ruang untuk fungsi
budidaya. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Tangerang berfungsi :
1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan
pelestarian lingkungan dalam wilayah Kabupaten Tangerang;
3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk
dua puluh tahun; dan
4. Sebagai dasar dalam pemberian ijin pemanfaatan ruang pada wilayah Kabupaten
Tangerang.
Untuk menuju pembangunan yang berkelanjutan, maka tahap pertama yang dilakukan
meliputi penetapan dan pengelolaan Kawasan Lindung, selanjutnya dengan menetapkan
arahan pengembanganan dan pengelolaan Kawasan Budidaya berdasarkan sifat-sifat
kegiatan, potensi pengembangan, dan kesesuaian lahan.
Kecamatan Teluknaga dan Kosambi merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tangeang
yang berfungsi sebagai kegiatan perindustrian, pertanian dan pemukiman. Untuk itu tata guna
lahan sangat berperan dalam mendukung fungsi kota itu sendiri. Dalam menyeimbangkan
kebutuhan (demand) dan ketersediaan (supply) ruang agar mendekati kondisi optimal, maka
pendekatan perencanaan dilakukan dengan menyerasikan kegiatan antar sektor dengan
kebutuhan ruang dan potensi sumberdaya alam yang berasaskan kelestarian lingkungan
menuju pembangunan yang berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut serta didasari oleh
Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional dan Peraturan Presiden
Republik Indonesia nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur; maka penataan ruang diarahkan untuk:
Kawasan budidaya meliputi kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya binaan, dan
sumberdaya manusia.
Keterangan :
Digambar oleh:
Iftikar Rizkia Nugraha
25-2012-006
Dosen Pembimbing:
Mohammad Rangga Sururi S.T., M.T.
Skala :
Tanpa Skala
U
B T
Gambar 4.3 Peta Struktur dan Pola Ruang Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Kosambi
Tabel 4.1 Tata Guna Lahan di Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Kosambi
Mengacu pada Peta Geologi Lembar Serang (E. Rusmana, dkk, 1991) dan Peta Geologi
Lembar Jakarta (T.Turkaadi, dkk, 1992), Kabupaten Tangerang terbentuk dari beberapa satuan
batuan/formasi pada kala Miosen Tengah – Holosen yang berurutan dari tua ke muda sebagai
berikut (Peta Geologi Kabupaten Tangerang).
4.4 Kependudukan
Dilihat perdesa, desa yang paling banyak penduduknya adalah Desa Kp. Melayu Timur-
Kecamatan Teluknaga dengan jumlah penduduk berjumlah 21.101 jiwa atau sebesar 6,8%
dari jumlah penduduk yang ada di ke-2 kecamatan. Desa dengan jumlah penduduk yang
paling sedikit adalah Desa Muara – Kecamatan Teluknaga dengan jumlah penduduknya
sebanyak 3.563 jiwa atau hanya sebesar 1,15% dari keseluruhan jumlah penduduk dua
kecamatan.
Karakteristik penduduk berdasarkan ciri-ciri tertentu salah satunya dapat diklasifikasikan dari
segi biologis, yaitu jenis kelamin dan umur. Jenis kelamin dan umur merupakan karakteristik
penduduk yang pokok. Struktur ini mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku
demografis maupun sosial ekonomi.
Jumlah penduduk laki-laki terdiri dari 158.338 jiwa dan 148.951 jiwa penduduk perempuan
yang tersebar di 23 kelurahan/desa, jadi setiap 100 penduduk wanita terdapat 106 penduduk
pria. Artinya, perbandingan antara jumlah penduduk pria dan wanita di wilayah ini hampir
sama banyak, dengan sedikit dominasi oleh jumlah penduduk pria.
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Kecamatan Teluknaga
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Kecamatan Kosambi
Mayoritas penduduk di Kecamatan Teluknaga dan Kosambi berada dalam rentang usia
produktif, yaitu 15-64 tahun. Angka ketergantungan menunjukkan perbandingan antara
banyaknya penduduk yang tidak produktif (0-14 tahun dan lebih dari 65 tahun) dengan yang
produktif. Angka ketergantungan secara kasar dapat digunakan sebagai indikator ekonomi
suatu wilayah; semakin kecil angka ketergantungan, semakin baik keadaan ekonomi di suatu
wilayah. Laju pertumbuhan penduduk rata-rata periode 2004–2015 mengalami peningkatan
dengan rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 2,58% pertahun dalam rentang waktu lima
tahun.
Jenis sarana perdagangan yang ada di Kecamatan Teluknaga dan Kosambi meliputi pasar,
swalayan, restoran, warung kecil, toko, hotel, wisma, Bank, koperasi dan BPR Swasta.
Proses evaluasi bertujuan untuk mengetahui kekurangan pemodelan jaringan distribusi yang
mengacu kepada parameter desain yang diambil dari Permen PU No 18 tahun 2007 tentang
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum yang
akan di bahas pada Bab ini. Peninjauan yang akan dilakukan ditinjau adalah parameter teknis
dari hidrolis sistem dalam jaringan, meliputi kecepatan aliran, sisa tekan maksimum dan
minimum, dan kehilangan tekan yang terjadi di dalam pipa.
Water Meter
Induk
Water Meter
Induk
Gate Vale
Pipa Jalur Kampung Induk Jalur Dadap
Melayu
Pipa Jalur
Dadap
Gambar 5.2 Pembagian Pipa Induk Jalur Dadap dan Kampung Melayu
Panjang jaringan pipa distribusi terpasang sepanjang 135.969 meter, dengan diameter pipa mulai
40 mm sampai dengan 400 mm dan jumlah konsumen sebanyak 7.673 sambungan langganan.
Fluktuasi penggunaan air merupakan penggunaan air di setiap jamnya pada pengaliran distribusi.
Penggunaan fluktuasi bertujuan untuk mengetahui jam pengambilan air puncak maupun
minimum untuk digunakan pada demand pattern saat simulasi. Demand Pattern yang diukur di
lapangan berlokasi pada Meter induk di IPA Bojong Renged. Software EPANET 2.0 merupakan
salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk penelitian tersebut. Demand Pattern
yang digunakan dihitung dari Data Catat Water Meter Induk yang berada di lokasi IPAM yang di
perlihatkan pada table 5.1.
Analisa dilakukan tiap jam dan titik evaluasi dilakukan pada jam puncak, baik pada pagi hari
maupun sore hari. Pada pendistribusian air di Teluknaga memiliki dua Demand Pattern yang di
sajikan pada gambar 5.2 dan gambar 5.3 yaitu untuk mendistribusikan air ke daerah Kampung
Melayu dan Dadap. Untuk pendistribusian air ke daerah Kampung Melayu memiliki jam puncak
pada jam 09.00 – 13.00 dan jam 17.00-19.00 dengan Peak Hour sebesar 1,2, dan pendistribusian
air ke daerah Dadap memiliki jam puncak pada jam 10.00-14.00 dan jam 18.00 dengan Peak
Hour sebesar 1,2. Pengambilan data catat air di meter induk terletak pada meter induk di IPA
Bojong Renged. Pengambilan data dilakukan dengan pencatatan manual setiap jam yang
dilakukan oleh saya sendiri dan dibantu oleh staff Cabang Teluknaga bagian operasional pada
saat malam hari.
0.4
0.2
0.0
1 4 7 10 13 16 19 22
0.4
0.2
0.0
1 4 7 10 13 16 19 22
Pada gambar 5.5 dan gambar 5.6 merupakan letak 2 (dua) jalur pipa induk yang terbagi ke
daerah pelayanan Kampung Melayu dan Dadap, serta letak Water Meter Induk masing-masing
jalur. Masing-Masing jalur pipa diberi 2 (dua) Water Meter Induk untuk mempermudah pada saat
salah satu Water Meter akan di lakukan Maintenance.
Water Meter
Induk
Pendeteksian air pada setiap daerah pelayanan bertujuan untuk mengetahui konsumsi air pada
daerah pelayanan tersebut. Node merupakan salah satu fungsi pada Software EPANET 2.0 untuk
mengidentifikasi kebutuhan air di daerah pelayanan. Peletakan node berdasarkan dengan letak
daerah pelayanan atau kumpulan dari sambungan langganan, gambar 5.7 menginformasikan
peletakan node untuk menunjang pengsimulasian.
Konsumsi air yang dipakai untuk mengisi deman pada setiap node berdasarkan Daftar Stand
Meter Langganan (DSML) pada Juli 2015 (PDAM Tirta Kerta Raharja, 2015). Penjumlahan
konsumsi air minum dari setiap sambungan langsung di lakukan untuk mengetahui kebutuhan air
yang dapat dilihat pada tabel 5.2.
Simulasi yang dilakukan merupakan simulasian pengaliran air minum dengan kondisi eksisting.
Data diameter pipa dan jenis pipa berasal dari data jaringan distribusi PDAM Tirta Kerta Raharja
Cabang dan juga ditunjang dengan survey lapangan untuk mendapatkan data yang maksimal,
survey lapangan dilakukan dengan cara membawa data inventarisasi perpipaan Cabang
Teluknaga dan ditemani oleh bagian perencanaan Cabang Teluknaga untuk memberitahu
validitas data inventarisasi perpipaan. Data elevasi dan panjang pipa didapat dengan survey
lapangan lalu menggunakan GPS untuk mengetahui elevasi disetiap Node dengan cara membuat
Waypoint di setiap daerah pelayanan yang dilihat dari DSML (Data Stan Meter Langgan). Survey
lapangan juga didampingi oleh bagian Perencanaan dari Cabang Teluknaga PDAM Tirta Kerta
Raharja untuk memaksimalkan keakuratan dari pada panjang pipa yang di tunjukan pada table
5.3 dan table 5.4.
Setelah pembuatan simulasi, dari hasil analisa simulasi dengan mengambil waktu jam puncak
pada pagi hari ditinjau terhadap titik junction didapat nilai dari sisa tekan/residual head yang
tidak memenuhi standar yang berlaku. Hasil evaluasi dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Lokasi dari hasil analisa di atas yaitu letak junction dengan sisa tekan yang kurang dari 10 meter
disajikan pada Gambar 5.9.
Keterangan :
Pipa
node
sumber air
P < 5 meter
P < 10 meter
10 < P < 20 meter
25 < P < 35 meter
Digambar oleh:
Air tidak mengalir pada Iftikar Rizkia Nugraha
saat jam puncak
25-2012-006
Dosen Pembimbing:
Mohammad Rangga Sururi S.T., M.T.
Skala :
Tanpa Skala
U
B T
Gambar 5.8 Gambar jaringan distribusi air bersih dengan keterangan Sisa Tekanan eksisting Cabang Teluknaga
Persentasi
No Hasil Jumlah Link Daerah Layanan
(%)
Daerah Kampung Dadap
Daerah Dadap Sawah
Perumahan Dadap Residen
Daerah Kampung Bendung
Daerah Kampung Kosambi Barat
Daerah Kampung Kosambi Timur
Kecepatan < 0,3 m/s dan
1 22 39,3 Daerah Perumahan Duta bandara
Kecepatan > 2 m/s
Permai
Daerah Kampung Melayu Timur
Sepanjang Jl. Kampung Raya besar
Sepanjang Jl. Kali Raya Baru
Sepanjang Jl. Kali Baru
Sepanjang Jl. Raya Cituis
Sepanjang Jl. Bojong Renged
Sepanjang Jl. Rawa Burung
Daerah Perumahan Villa Taman
Bandara
Daerah Perumahan Taman Dadap
Indah
2 0,3 m/s < Kecepatan < 2 m/s 34 60,7
Sepanjang Jl. Raya Kosambi
Sepanjang Jl. Kosambi
Sepanjang Jl. Salembaran
Sepanjang Jl. Kampung Melayu
Daerah Pnagkalan
Daerah Sukamanah
Sumber :Evaluasi Epanet 2.0, 2017
Lokasi dari hasil analisa di atas yaitu letak pipa dengan kecepatan aliran air yang kurang dari
0,3 m/detik dan lebih dari 2 m/detik tampilkan pada Gambar 5.10.
Keterangan :
Pipa
node
sumber air
v < 0,1 m/detik
0,1 < v < 0,3 m/detik
0,3 < x < 2 m/detik
Digambar oleh:
Iftikar Rizkia Nugraha
25-2012-006
Dosen Pembimbing:
Mohammad Rangga Sururi S.T., M.T.
Skala :
Tanpa Skala
U
B T
Gambar 5.9 Gambar jaringan distribusi air bersih dengan keterangan Kecepatan Dalam Pipa eksisting Cabang Teluknaga
N Jumlah Persentasi
Hasil Daerah Layanan
o Link (%)
Pada lokasi perencanaan dari hasil analisa tidak ada pipa yang memiliki kehilangan tekan di atas
10 meter/kilometer, keterangan tekanan dapat dilihat pada gambar 5.11.
B
T
Dari hasil analisa tersebut, tinjauan terhadap perpipaan eksisting terdapat 23,3% perpipaan
eksisting yang tidak memenuhi syarat dalam hal kecepatan aliran air dalam pipa dan lebih dari
39,3% daerah pelayanan mengalami air tidak mengalir atau aliran kecil , serta 0% perpipaan
eksisting yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari kehilangan tekan/headloss,. Artinya, pada saat
jam puncak di jam 09.00 WIB - 12.00 WIB dan 17.00 WIB - 18.00 WIB air tidak dapat mengalir
ke titik terjauh dari daerah pelayanan yang dapat dilihat pada gambar 5.9.
Untuk itu perlu dilakukan perbaikan sistem perpipa di daerah-daerah tertentu agar sistem
jaringan distribusi air bersih di Cabang Teluknaga PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten
Tangerang agar dapat memenuhi standar pengaliran menurut Departemen PU Cipta Karya tahun
2007 yaitu sisa tekan di titik terjauh lebih besar dari 10 meter, kecepatan pengaliran air bersih
berkisar antara 0,3 meter/detik – 2 meter/detik, dan kehilangan tekan/headloss kurang dari 10
meter.
6.1 Kesimpulan
1. Sistem pengaliran air minum pada jaringan distribusi Cabang Teluknaga PDAM Tirta
Kerta Raharja Kabupaten Tangerang menggunakan sistem pengaliran cara perpompaan
karena beberapa daerah pelayanan memiliki elevasi lebih atas dibandingkan lokasi IPAM,
sedangkan pola jaringan distribusi pada daerah tersebut merupakan pola gabungan dari
sistem cabang dan loop.
2. Pipa ACP (Asbestos Cement Pipe) masih banyak digunakan di daerah pelayanan.
3. Berikut hasil analisa Hidrolis Nodes ID dan Links ID dengan menggunakan Softwere
Epanet 2.0 :
Pada jam Puncak besar sisa tekan pada node berada pada rentang 10 m sampai dengan 45
m. Sebagian besar node daerah pelayanan ke Kampung Melayu dan Dadap memiliki sisa
tekan yang sesuai dengan ketentuan pada jam maksimum/puncak yaitu jam 09.00, namun
terdapat beberapa node yang tidak memenuhi standar sisa tekan yang ditentukan. Node
tersebut adalah Daerah Kampung Dadap, Dadap Sawah, Perumahan Dadap Residen,
Kampung Bendung, Sepanjang Jl. Raya Dadap, Sepanjang Jl. Raya Kosambi, Daerah
Kampung Kosambi Barat dan Daerah Kampung Kosambi Timur. Seluruh nodes ID pada
Jam Normal (12.00) dan Jam Minimum (01.00) sisa tekanan memenuhi kriteria desain.
Link/Pipa pada saat jam puncak, minimum dan maksimum menyatakan bahwa Headloss
< 1 – 10 m/km menyatakan jarirang pipa eksisting sesuai dengan kriteria desain.
Velocity pada beberapa link/pipa saat jam puncak tidak memenuhi kriteria desain
kecepatan < 0,3 m/detik dan > 2,0 m/detik yaitu Daerah Kampung Dadap, Daerah Dadap
Sawah, Perumahan Dadap Residen, Daerah Kampung Bendung, Daerah Kampung
Rekayasa penutupan valve pada daerah pelayanan dadap membuat tekanan dan kecepatan
pada daerah pelayanan Dadap yang terjauh mengalami penurunan.
6.2 Saran
Beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh penyusun untuk mengoptimalkan kinerja dari
pendistribusi air minum PDAM Tirta Kerta Raharja Cabang Teluknaga antara lain :
2. Pelayanan ke zona Kampung Melayu dan zona Dadap dilayani dengan masing-masing
pompa tersendiri untuk memudahkan pemantauan kinerja pompa dan operasional.
3. Dengan tingkat kebocoran sebesar 34,22% maka diperlukan pembentukan beberapa DMA di
Blok pelayanan yang mempunyai tingkat kebocoran paling tinggi. Jumlah Sambungan
Rumah per DMA kurang lebih 1000 SR untuk memudahkan pemantauan tingkat kebocoran.
4. Melakukan rekayasa pengaturan valve untuk pemerataan tekanan dan membagi 2 zona
pelayanan yaitu Zona Dadap dan Zona Kampung Melayu. Pembagian Zona ini dapat
digunakan untuk membantu dalam pemantauan tingkat kebocoran.
Al-Layla, A. (1985). Water Supply Engineering Design. Machigan: Ann Arbor Science Publishers.
Chatib, B. (1996). Sitem PAM. Pendidikan dan Latihan Tenaga Teknik Penyediaan Air Minum. Bandung:
Lembaga Pengambian Masyarakat Institut Teknologi Bandung.
Departemen PU, C. (1998). Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknis Sistem Penyediaan Air
Minum Perkotaan Volume VI.
Farley, M. (2008). The Manager's Non-Revenue Water Handbook: A Guide To Understanding Water
Losses. Asian Development Bank.
https://ensiklopedialingkungan.blogspot.co.id/2016/08/perlengkapan-pipa-yang-perlu-diketahui.html.
(2016, Agustus 2). Diambil kembali dari
https://ensiklopedialingkungan.blogspot.co.id/2016/08/perlengkapan-pipa-yang-perlu-
diketahui.html: https://ensiklopedialingkungan.blogspot.co.id/2016/08/perlengkapan-pipa-
yang-perlu-diketahui.html
1.1.1 Sub Bagian Sub Bagian Perencanaan Teknik, mempunyai tugas pokok :
. Perencanaan Teknik Melaksanakan perencanaan dan pengembangan fasilitas produksi,
fasilitas transmisi dan distribusi, sambungan langganan, dan fasilitas
penunjang lainnya serta membuat, menyimpan dan memelihara
dokumen-dokumen teknik dan informasi lainnya sebagai bahan
yang setiap waktu dibutuhkan dalam perencanaan teknik.
1.1.2 Sub Bagian Sub Bagian Pengawasan Konstruksi, mempunyai tugas pokok :
. Pengawasan Melakukan pengawasan Konstruksi, agar realisasi dari perencanaan
Konstruksi yang sudah ditetapkan dapat dipertanggung jawabkan baik secara
teknis maupun secara ekonomis.
1.1.3 Sub Bagian Sistem Sub Bagian Sistem Informasi Jaringan Perpipaan, mempunyai tugas
. Informasi Jaringan pokok : Menyajikan informasi data jaringan pipa transmisi dan
Perpipaan. distribusi air minum sampai dengan sambungan langganan secara
terintegrasi dalam suatu kemasan data yang terkomputerisasi dan
bergeoreferensi.
digitasi.
1.2. Bagian Produksi Bagian Produksi, mempunyai tugas pokok : Melaksanakan proses
pengolahan air minum sesuai kualitas yang memenuhi persyaratan
dan kuantitas sesuai dengan kapasitas, dengan menggunakan sarana
dan prasarana air minum yang tersedia di Instalasi Pengolahan Air
Minum milik PDAM TKR serta memantau kualitas dan kuantitas air
baku, memelihara sarana dan sistem pengolahan air minum untuk
dapat dioperasikan secara kontinyu.
1.2.1 Sub Bagian Sub Bagian Pengolahan, mempunyai tugas pokok : Melaksanakan
. Pengolahan; proses pengolahan air baku menjadi air minum sesuai dengan
kapasitas yang tersedia, kualitas yang memenuhi syarat dan
kuantitas yang dibutuhkan dengan menggunakan sarana dan
prasarana air minum yang tersedia pada Instalasi Cikokol dan
Instalasi Babakan.
1.2.2 Sub Bagian Sub Bagian Pemeliharaan, mempunyai tugas pokok : Memelihara
. Pemeliharaan sarana dan prasarana pengolahan air serta lingkungan Instalasi
Pengolahan Air Cikokol dan Instalasi Pengolahan Air Babakan.
1.2.3 Sub Bagian Sub Bagian Laboratorium, mempunyai tugas pokok : Melaksanakan
. Laboratorium proses analisa mutu air baku dan air minum dari seluruh instalasi air
minum milik PDAM TKR maupun permintaan analisa air
masyarakat umum, berdasarkan ketentuan standar kualitas air yang
telah ditetapkan Kementrian Kesehatan, dengan menggunakan
sarana dan prasarana pemeriksaan/analisa kualitas air yang tersedia,
b. pelaksanaan proses analisa mutu air baku dan air minum dari
seluruh Instalasi air minum PDAM TKR maupun masyarakat
umum apabila diperlukan;
1.3. Bagian Transmisi dan Bagian Transmisi dan Distribusi, mempunyai tugas pokok :
Distribusi Memelihara kapasitas dan kontinuitas penyaluran/pendistribusian air
minum dari instalasi pengolahan air minum sampai kepada
pelanggan di dalam Wilayah Pelayanan dan Cabang, melalui
jaringan perpipaan dan fasilitas pendukungnya.
1.3.1 Sub Bagian Sub Bagian Pemeliharaan dan Perlengkapan, mempunyai tugas
. Pemeliharaan dan pokok : Memelihara kelancaran penyaluran/pendistribusian air
Perlengkapan minum dari instalasi air minum kepada pelanggan di Wilayah
Pelayanan dan Cabang yang berada di sebelah Barat Sungai
Cisadane, melalui jaringan perpipaan dan perlengkapannya.
1.3.2 Sub Bagian Sub Bagian Pemasangan Sambungan Langganan, mempunyai tugas
. Monitoring & Evaluasi pokok : Melakukan kegiatan Pemasangan Sambungan Langganan di
Jaringan Perpipaan Wilayah Pelayanan dan Cabang yang berada di sebelah Barat Sungai
1.3.3 Sub Bagian Sub Bagian Pemasangan & Evaluasi Sambungan Langganan,
. Pemasangan & mempunyai tugas pokok : Melakukan kegiatan Pemasangan
Evaluasi Sambungan Sambungan Langganan di Wilayah Pelayanan dan Cabang, sesuai
Langganan; dengan prosedur yang berlaku.
1.3.4 Sub Bagian Sub Bagian Monitoring dan Evaluasi Meter Air, mempunyai tugas
. Monitoring dan pokok : Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap meter-meter
Evaluasi Meter Air. air yang digunakan PDAM TKR serta memelihara keakurasian
meter-meter air dengan melakukan pengetesan dan perbaikannya.
Sumber: Laporan Akhir Master Plan Penyediaan Air Minum PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang Tahun 2013-
2030