(KTL – 490)
Disusun Oleh :
IFTIKAR RIZKIA NUGRAHA
25-20012-006
Pembimbing :
MOH. RANGGA SURURI, S.T., M.T.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya dan
kerja keras penulis serta dukungan dan bantuan dari teman-teman angkatan 2012 Teknik
Lingkungan Itenas sehingga dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini yang berjudul Evaluasi
Sistem Distribusi Air Minum PDAM Tirta Kerta Raharja Cabang Teluknaga Kabupaten
Tangerang. Melalui kesempatan yang sangat berharga ini penyusun menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan kerja praktek
ini, terutama kepada yang terhormat:
1. Kedua orang tua saya Bapak Ir. Dedi Mulyadi dan Ibu Soegiharti Siti Hasanah, S.H, dan
kakak saya Iqbal Maruf Noor yang telah memberikan bantuan kepada penulis berupa moril
dan meteril.
2. Bapak Ir. Dedi Mulyadi dan Leo Silvado, S.T., M.T. selaku pembimbinga lapangan di PT.
Tirta Sigma Engineering yang telah memberikan ilmu dan pendampingan sehingga penulis
dapat melaksanakan kerja praktek ini.
3. Bapak Muhammad Rangga Sururi, S.T., M.T selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan, bimbingan, ilmu, dan masukan untuk penulis selama kerja praktek
dan penulisan laporan ini.
4. Bapak Yudi, Pak Roni, Pak Deni, Bu Dyah dan staf-staf PDAM Tirta Kerta Raharja
Kabupaten Tangerang yang telah sabar dan berbaik hati membimbingan saya selama
dilokasi kerja praktek.
5. Adhitya Indrayana yang telah mengantar penulis untuk melengkapi data-data kelapangan,
terimakasih peminjaman mobilnya sodara adit.
6. Anggun Farida, S.T. dan Annisa Dwi Safianti (calon) S.T. yang telah memberikan masukan
serta arahan dalam penulisan laporan kerja praktek. Ali Al Madaydi yang telah
memberikan kesempatan penulis untuk mencari inspirasi untuk menulis laporan ini di
kosannya.
7. Dan temen – temen angkatan 2012 terima kasih sudah membantu disaat penulis mengalami
kesulitan dan mendukung dalam menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
PENDAHULUAN
Cabang Teluknaga adalah salah satu cabang di PDAM Tirta Kerta Raharja yang melayani
penyediaan air minum wilayah utara Kabupaten Tangerang. Cabang Teluknaga ini melayani
Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Kosambi dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bojong
Renget dengan kapasitas 100 lt/dt. IPA Bojong Renget terdiri dari 2 (dua) paket masing-masing
kapasitas 50 lt/dt, terdiri dari IPA I yang sumber air bakunya berasal dari saluran irigasi dan IPA
II yang sumber air bakunya berasal dari Sungai Cisadane. Jumlah penduduk pada ke-3 (tiga)
Kecamatan tersebut berjumlah 411.768 jiwa sehingga membutuhkan kapasitas yang lebih besar
yaitu 714,9 lt/dt, namun pelanggan Cabang Teluknaga ini berjumlah 39.315 jiwa sehingga
membutuhkan air minum sebanyak 68,26 lt/dt.
Jaringan pipa distribusi induk dari IPA Bojong Renget terbagi menjadi 2 (dua), yaitu pipa
distribusi induk untuk pelayanan ke Kampung Melayu dan Salembaran, serta pipa distribusi
untuk pelayanan ke Kosambi dan Dadap. Panjang jaringan pipa distribusi terpasang sepanjang
135.969 meter, dengan diameter pipa mulai 40 mm sampai dengan 400 mm dan jumlah
konsumen sebanyak 7.673 sambungan langganan.
Jaringan distribusi yang telah terpasang di Kecamatan Teluknaga tidak memenuhi salah satu
syarat SPAM, yaitu kontinuitas. Tingkat kebocoran merupakan faktor yang membuat air tidak
kontinu, tingginya tingkat kebocoran yaitu sebesar 34,22% (Laporan PDAM Juli 2015)
sehingga air minum yang dihasilkan dari IPA Bojong Renged hanya dapat dikonsumsi sebesar
65,78 lt/dt, hal ini menyebabkan masih kurangnya hasil produksi air minum dibandingkan
dengan konsumsi dari pada ke-3 Kecamatan tersebut. Selain tingkat kebocoran yang masih
tinggi, pemerataan tekanan di titik pendistribusian terjauh yaitu sejauh 13,4 kilometer masih
tidak memenuhi kriteria minimal yang dipersyaratkan yaitu ditinjau dari kecepatan pada pipa,
sisa tekan dan headloss. Tidak meratanya tekanan dan kecepatan aliran pada pipa yang masih
kurang pada daerah pelayanan tersebut menjadi masalah bagi PDAM Tirta Kerta Raharja
Kabupaten Tangerang dalam menjamin ketersediaan air bagi kebutuhan di kawasan Kecamatan
Teluknaga dan Kecamatan Kosambi.
Maksud dari kerja praktik ini adalah melakukan evaluasi terhadap proses penyaluran air minum
melalui pipa distribusi induk di Kabupaten Tangerang Kecamatan Teluknaga.
• Membuat simulasi pendistribusian air minum dengan menggunakan Software EPANET 2.0.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ruang lingkup yang akan dibahas dalam kerja praktik
ini, yaitu:
• Pemantauan meter air pada pipa induk selama 24 jam untuk mengetahui fluktuasi pemakaian
air.
• Menghitung kebutuhan air atau Base Demand di setiap titik pelayanan.
• Inventarisasi jumlah Sambungan Langganan (SL) eksisting dan area permukiman terlayani
eksisting lengkap dengan informasi lokasi node pengambilan air sebagai bahan untuk
pemodelan.
Bab I Pendahuluan
Berisikan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, juga sistematika yang digunakan
untuk penyusunan laporan Kerja Praktik ini.
Bab II Gambaran Umum Wilayah Studi
Berisikan tentang kondisi umum PDAM Cabang Teluknaga, meliputi gambaran singkat
PDAM Tirta Kerta Raharja, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan,
gambaran singkat PDAM Tirta Kerta Raharja Cabang Teluk Naga, kondisi geografis wilayah
studi, dan kependudukan wilayah studi.
Bab III Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori dasar dan metode yang akan dilakukan untuk
mendukung analisis dan perancangan yang dilakukan.
Bab IV Karakteristik Wilayah Studi
Bab ini menjelaskan mengenai karakteristik topografi, kondisi geografis, industri dan kegiatan
perdangan pada wilayah studi, serta kependudukan yang meliputi kepadatan penduduk serta
jumlah penduduk wilyah studi.
Bab V Evaluasi dan Analisa Hidrolis Jaringan Distribusi SPAM Cabang Teluknaga
Berisikan evaluasi dan analisa terhadap perolehan data-data lapangan proses pendistribusian
SPAM Teluk Naga.
Bab VI Simpulan dan Saran
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari analisis dan perencanaan sistem yang dilakukan, serta
saran untuk pengembangan selanjutnya.
GAMBARAN UMUM
PDAM Tirta Kerta Raharja merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah
Kabupaten dan Kota Tangerang yang bergerak dalam bidang penyediaan air minum dan
pelayanan pengolahan air kotor yang dibutuhkan masyarakat dengan tujuan pokok memberikan
pelayanan kepada masyarakat. PDAM Tirta Kerta Raharja mempunyai Instalasi Pengolahan
Air (IPA) sebanyak 11 Instalasi yaitu Instalasi Babakan, Serpong, Cikokol, Perumnas, Teluk
Naga, solear, cisauk, IKK Kronjo, IKK Kresek, IKK Mauk, dan IKK Rajeg. Kapasitas produksi
tiap instalasi dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kapasitas Produksi Tiap Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirta Kerta
Raharja
TOTAL 5.087,5
Kapasitas (L/detik)
No Nama Ipa Sumber Air Baku Keterangan
Intake Desain
IPAM Tirta
4 Tangerang Cisadane 150 120
Manunggal
Cakupan pelayanan PDAM Tirta Kerta Raharja kini mencapai sebesar 26% dengan kuantitas
dan kualitas pelayanan yang cukup baik. Jumlah pelangganan pada tahun 2014 sebanyak
124.945 sambungan langganan tersebar di beberapa wilayah yaitu 20,12% kabupaten
Tangerang, 42,80% wilayah Kota Tangerang dan 37,53% wilayah Kota Tangerang Selatan.
Iftikar Rizkia Nugraha II-2
Hasil produksi air dijual dengan tarif dasar yang digolongkan menjadi 3, yaitu tarif rendah Rp
1.875 per meter kubik, tarif dasar Rp 2.300 per meter kubik, dan tarif penuh Rp 2.800 permeter
kubik (tahun 2014). Masyarakat yang belum terpenuhi kebutuhan airnya melalui PDAM
memanfaatkan air tanah dan air permukaan untuk memenuhi kebutuhan airnya.
Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Tangerang saat ini berada dibawah kewenangan
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang yang tersebar di
beberapa wilayah Kecamatan, dengan kurang lebih 11 unit SPAM dengan total kapasitas
produksi sebesar 5.087,5 l/dt yang sat ini beroperasi melayani masyarakat kabupaten
Tangerang, kota Tangerang, kota Tangerang Selatan dan DKI Jakarta. Sementara tingkat
kehilangan air tahun 2014 diperkirakan diatas 17,13%. Gambaran sebaran unit SPAM Wilayah
studi (Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang selatan, Kota Tangerang dan DKI Jakarta) dapat
dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1 Sebaran Unit SPAM Wilayah Studi (Kabupaten Tangerang, Kota
Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan DKI Jakarta)
Pada tahun 1923 di Kota Tangerang dibangun sistem pelatanan air bersih yang dinamakan
Water Leideng Bedryf oleh pemerintah Belanda dan dikelola PU Pengairan Propinsi Cabang
Tangerang dengan kapasitas sistem 6 liter per detik. Pada saat terbentuknya Kabupaten
Tangerang tahun 1945 Water Leideng Bedryf tersebut kemudian dialihtangankan kepada
Bupati Tangerang dengan pengelolaan oleh Dinas PU Kabupaten Tangerang.
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia nama Water Leideng Bedryf berubah menjadi
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Tangerang sesuai Perda No.
10/HUK/1976 yang di sahkan oleh Gubernur KDH Tk. I Jawa Barat dengan SK. No.
347/HK.011/SK 1976. Pada tahun 2001 PDAM Kabupaten Tangerang berubah nama menjadi
PDAM Tirta Kerta Raharja Kab. Tangerang sesuai dengan Perda No. 16 tahun 2001.
2.3.1 Visi
“Menjadi Perusahaan Air Minum yang sehat dan senantiasa memberikan Pelayanan yang
Terbaik kepada masyarakat, demi mewujudkan keinginannya dalam memperoleh kehidupan
yang lebih baik ”
2.3.2 Misi
6. Meningkatkan kualitas SDM agar mampu berkreasi dan berinovasi secara profesional.
Menurut surat Keputusan Direksi PDAM Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja Kabupaten tangerang, struktur
organisasi PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang Struktur organisasi PDAM Tirta
Terta Raharja Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada bagan struktur tersebut:
A. Zaki Iskandar
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang
Pada struktur organisasi PDAM Tirta Kerta Raharja terdapat Direktur Teknik yang menanganin
permasalahan operasional penyediaan air minum. Direktur Teknik mengepalai bagian
perencanaan, produksi, dan transmisi dan distribusi. Bagian perencanaan memilik sub-bagian
yaitu perencanaan teknik, pengawasan konstruksi dan sistem informasi jaringan perpipaan;
bagian produksi memiliki sub-bagian yaitu pengolahan, pemeliharaan dan laboratorium; pada
bagian transmisi dan distribusi memiliki sub-bagian yaitu pemeliharaan dan perlengkapan,
monitoring dan evaluasi jaringan perpipaan, pemasangan dan evaluasi sambungan langganan,
dan monitoring dan evaluasi meter air. Fungsi dari setiap bagian dan sub-bagian dapat dilihat
pada tabel berikut:
Cabang Teluknaga merupakan salah satu cakupan wilayah pelayan dari PDAM Tirta Kerta
Raharja Kabupaten Tangerang. Cabang ini mulai beroprasi pada tahun 1995 dengan kapasitas
IPAM (Instalasi Pengolahan Air Minum) sebesar 50 L/detik yang berletak di daerah Bojong
Renged, namun saat ini IPAM memiliki kapasitas sebesar 100 L/detik. Sumber yang digunakan
oleh IPAM Bojong Renged berjumlah dua sumber, yaitu Sungai Cisadane dengan pengambilan
air sebesar 75% dari kapasitas IPAM dan Irigasi Bojong Renged sebesar 25%.
Daerah pelayanan IPA Bojong Renged berada di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.
Cakupan pelayanan IPA Bojong Renged yaitu Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan
Kosambi. Gambar 2.3 dibawah ini memperlihatkan Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan
Kosambi di Kabupaten Tangerang, dimana IPA Bojong Renged berada:
Jumlah Pelanggan Cabang Teluk Naga sampai dengan bulan Juli 2015 sebanyak 7,673
Sambunngan Rumah dengan total pemakaian air sebesar 138,422 m3/bulan. Rata-rata
pemakaian air per sambungan rumah berkisar antara 15 s/d 65 m3/Sambungan. Untuk kategori
rumah tangga bulan ini termasuk pemakaian terendah dari yang biasanya sebesar 22
m3/Sambungan. Kategori penggolongan untuk jenis langganan rumah tangga dilihat
berdasarkan tingkat ekonomi, golongan R1 dan R2 memiliki tingkat ekonomi menengah
kebawah, sedangkan golongan R3 s/d R5 memiliki tingkat ekonomi menengah keatas. Secara
rinci jumlah pelanggan dan pemakaian air per kategori pelanggan diperlihatkan pada tabel
berikut:
PEMAKAIAN
JENIS JUM.
NO. GOL.
LANGGANAN SL.
M3 l /dt RATA2
Grafik di atas menunjukan bahwa sambungan langganan didominasi oleh Rumah Tangga
golongan R3 yaitu sebesar 56,42%. Hal ini menunjukan bahwa tingkat ekonomi di daerah studi
masih tergolong menengah kebawah. Sambungan langganan yang ada telah mencakup ke
kawasan industri yaitu pada Kecamatan Dadap, jumlah sambungan langsung untuk industri
mencapai tujuh belas sambungan atau sebesar 0,22%.
Potensi
No Perumahan Potensi Terpasang
Penambahan
Villa Taman
1 Bandara 2000 1594 406
Pergudangan
dan Mall Villa
Taman
2 Bandara 1000 0 1000
Taman dadap
4 Indah 500 255 245
Kav.
7 Salembaran 800 575 225
Rawa
8 Lumpang 300 150 150
Ds. Dadap
9 Dsk 350 150 200
Jl. Raya
10 Perancis 450 89 361
Mutiara
11 Garuda 1500 1209 291
Purinaga
12 Indah 200 156 44
Kp. Melayu
13 Timur Dsk 800 439 361
Kp. Melayu
14 Barat 500 311 189
Ds. Babakan
16 Asem dsk 150 0 150
Desa Kebon
17 Cau dsk 100 0 100
Cituis Kramat
19 Pakuhaji dsk 300 190 110
Perumahan
20 cituis indah 1500 0 1500
2600
2400
2200
2000
Sambungan Langganan
1800
1600
1400
1200
1000
800
600 Potensi
400 Terpasang
200 Potensi Penambahan
0
Pergudangan dan Mall Villa Taman…
Puri Kamal
Duta Bandara
Mutiara Garuda
Teluk Naga
Jl. Raya Perancis
Kav. Salembaran
Purinaga Indah
Potensi penambahan sambungan langganan pun ditunjukan pada grafik diatas. Potensi
penambahan tertinggi terletak pada perumahan Cituis Indah yaitu sebanyak 1500 sambungan
langganan. Hal ini disebabkan karena perumahan Cituis Indah merupakan target pelayanan
untuk perencanaan tahun 2017 (PDAM Tirta Kerta Raharja, 2013). Potensi terendah
penambahan sambungan langganan terletak pada perumahan Puri Kamal. Hal ini disebabkan
karena potensi sambungan langganan untuk perumahan tersebut cukup rendah yaitu sebanyak
120 sambungan, sedangkan sambungan langganan yang terpasang hingga saat ini sebanyak 42
sambungan langganan.
Skema diagram alir dibutuhkan untuk memunahkan pada saat pemodelan ke program EPANET
2.0. Dalam skema diagram alir pendistribusian air minum di Cabang Teluknaga memiliki
sumber yang terletak di bibir sungai cisadane dan saluran irigasi, lalu dialirkan ke IPAM
Bojong Renged. Pengambilan air pada sungai cisadane untuk memenuhi produksi air bersih di
IPAM Bojong Renged sebanyak 75% dari kapasitas produksi yaitu sebesar 75 L/detik,
sedangkan pengambilan air pada saluran irigasi sebesar 25% dari kapasitas produksi yaitu
sebesar 25 L/detik. Pendistribusian air bersih dari IPAM Bojong Renged terbagi menjadi dua
cabang, cabang pertama melayani Kecamatan Dadap, dan cabang ke dua melayani Kecamatan
Kampung Melayu dan Kecamatan Paku Haji. Untuk skema diagram alir daerah pelayanan
Cabang Teluknaga dapat dilihat pada gambar berikut:
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) bertujuan untuk menunjang kehidupan masyarakat
serta mendapatkan derajat kesehatan yang tinggi sebagai modal dasar hidup secara produktif.
Sistem ini memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kemampuan produksi dan
kondisi yang dapat diandalkan.
Tahap perencanaan terakhir dalam perencanaan system penyediaan air minum adalah tahap
perencanaan sistem distribusi. Jaringan distribusi air minum dimaksudkan untuk menyalurkan
air yang telah diolah di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) ke daerah pelayanan distribusi
air minum. Sistem distribusi merupakan sistem yang paling penting dalam penyediaan air
minum. Hal ini disebabkan oleh baik buruknya sistem penyediaan air minum dinilai dari sistem
distribusinya, Konsumen hanya menilai penyediaan air minum pada sistem distribusinya dan
ini berarti bagaimana kualitas dan kuantitas air yang sampai pada konsumen. Beberapa syarat
yang harus dipenuhi dalam sistempendistribusian air minum yaitu (Chatib, 1996) :
a. Kualitas
Air Minum yang disalurkan kepada penduduk harus memenuhi persyaratan fisis, kimia,
dan bakteriologi agar aman dari segi higienis, baik dan dapat diminum.
b. Kuantitas
Ketersediaan dalam jumlah yang cukup, kapasitas atau debit dapat memenuhi
kebutuhan penduduk.
c. Kontinuitas
Sistem distribusi sebaiknya mampu mengalirkan air secara terus menerus selama 24
jam.
d. Biaya
Cukup murah dan terjangkau, taris terjangkau oleh penduduk.
Kebutuhan air untuk setiap aktivitas berbeda-beda kuantitasnya, sehingga kebutuhan air dapat
digolongkan sebagai berikut (Departemen PU, 1998) :
Dalam memperkirakan kebutuhan air minum, ada beberapa faktor yang harus di perhitungkan
antara lain (Departemen PU, 1998):
Pengaliran distribusi merupakan faktor penting dalam suatu sistem penyediaan air minum.
Sistem distribusi adalah segala sesuatu yang menyangkut pengaliran air mulai dari reservoir
hingga sampai ke daerah pelayanan. Sesuai dengan keadaan topografi, daerah pelayanan, dan
lokasi instalasi, maka pengaliran distribusi dibedakan menjadi tiga sistem yaitu sistem
gravitasi, sistem perpompaan, dan sistem gabungan (Peavy, 1985).
Jika pada suatu daerah pelayanan memiliki perbedaan elevasi yang cukup besar maka system
pengaliran secara gravitasi akan diimplementasikan untuk mengurangi biaya operasional
pompa, namun tekanan masih dapat di pertahankan. Pada sistem gravitasi dimungkinkan untuk
mensuplai air dari suatu atau lebih reservoir distribusi. Sistem ini dapat dianggap cukup
ekonomis karena hanya memanfaatkan ketinggian.
Jika Seluruh pelayanan merupakan daerah datar dan tidak ada daerah berbukit, digunakan
pengaliran dengan sistem perpompaan langsung ke daerah pelayanan. Pada sistem ini, pompa
digunakan untuk menghasilkan tekanan yang diperlukan, yaitu tekanan untuk mengalirkan air
dari reservoir distribusi ke pelanggan.
Pada sistem ini, reservoir distribusi digunakan untuk mempertahankan tekanan yang
diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat, misalnya saat terjadi
Sistem perpipaan distribusi ada yang berbentuk cabang dan ada yang berbentuk lingkaran.
Masing-masing bentuk tersebut memiliki keuntungan dan kerugian. Dengan mengetahui sisi
baik dan sisi buruk dari masing-masing bentuk tadi serta kondisi ke daerah pelayanan maka
kita dapat menentukan pola jaringan pada daerah perencanaan sudah tepat atau tidak. Tata letak
distribusi ditentukan oleh kondisi topografi daerah layanan dan lokasi instalasi pengolahan
biasanya diklasifikasikan sebagai berikut (Al-Layla, 1985):
b. Sistem Gridiron
Pipa induk utama dan pipa induk sekunder terletak dalam kotak, dengan pipa induk utama, pipa
induk sekunder serta pipa pelayanan utama saling terhubung. Sistem ini paling banyak
digunakan.
Pipa induk utama terletak mengelilingi daerah pelayanan. Pengambilan dibagi menjadi dua dan
masing-masing mengelilingi batas daerah pelayanan, dan keduanya bertemu kembali di ujung.
Pipa perlintasan menghubungkan kedua pipa induk utama, di dalam daerah layanan, pipa
pelayanan utana terhubung dengan pipa induk utama. Sistem ini paling ideal.
Pemilihan jenis pipa dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut ini (Dept.PU Cipta
Karya, 1998) :
Jenis pipa yang umum digunakan untuk pipa induk dan cabang adalah sebagai berikut
(Departemen PU, 1998) :
Jenis pipa yang umum dipakai sebagai pipa pelayanan adalah GIP, pipa Baja dan pipa PVC.
Pada perencanaan inim jenis pipa induk yang akan digunakan adalah pipa PVC karena pipa ini
relatif murah dan telah diproduksi didalam negeri sehingga pengadaanya mudah.
Perpipaan tidak akan berfungsi sebagai mana semestinya jika tidak dilengkapi dengan
perlengkapan perpipaan. Perlengkapan perpipaan memiliki beberapa jenis yaitu (Departemen
PU, 1998) :
1. Katup (Valve)
Jenis katup yang biasa digunakan dalam jaringan perpipaan distribusi adalah sebagai berikut :
• Katup Sekat (Gate Valve)
Gate Valve digunakan untuk mengatur bukaan aliran dalam pipa, pengaturan tersebut
berfungsi untuk mengatur debit yang dibutuhkan. Penghentian dilakukan jika suatu bagian
pipa akan diperiksa, dibersihkan atau diperbaiki dan dites. Gate Valve dipasang pada :
➢ Ujung pipa tempat aliran masuk atau aliran air keluar
➢ Pipa outlet pompa
➢ Persimpangan atau percabangan pipa
➢ Pada tempat-tempat pengurasan (wash out/blow off)
➢ Bagian awal dari jembatan pipa
Katup ini berfungsi untuk mencegah aliran balik didalam saluran. Check Valve
dipasang pada :
4. Sambungan Pipa
Jenis-jenis sambungan pipa adalah sebagai berikut :
A. Penyambungan pipa dengan ukuran yang sama. Penyambungan pipa tersebut adalah :
➢ Coupling, untuk penyambungan pipa PVC atau pipa ACP
➢ Socket, spigot joint, rubber joint untuk DCIP
Perencanaan SPAM unit distribusi dapat berupa jaringan perpipaan yang terkoneksi satu
dengan lainnya membentuk jaringan tertutup (loop), sistem jaringan distribusi bercabang
seperti dahan pohon (branch), atau kombinasi dari kedua sistem tersebut (grade system).
Bentuk jaringan pipa distribusi ditentukan oleh lokasi reservoir, kondisi topografi, jumlah
pelanggan, luas wilayah pelayanan dan jaringan jalan dimana pipa akan dipasang. Berikut
adalah kriteria klasifikasi pipa distribusi (Departemen PU, 1998) :
a. Pipa Induk
- Diameter minimum 150 mm (6 inch)
- Kecepatan aliran 0,6 – 3 m/detik
- Head Statis tidak lebih dari 80 m
- Sisa tekanan pada sisi kritis tidak kurang dari 6 m
- Tidak melayani penyadapan langsung ke rumah-rumah
- Mampu mengalirkan air sampai akhir tahap dengan Qpeak
b. Pipa Cabang
- Diameter dihitung dari banyaknya sambungan yang dilayani
a) Kecepatan minimum
Program Epanet 2.0 merupakan suatu program simulasi jaringan pipa distribusi yang dapat
membantu perencanaan suatu sistem jaringan distribusi, dimana program ini dapat menganalisa
suatu model jaringan distribusi apakah telah sesuai dengan yang direncanakan. Dalam
pembuatan model, diperlukan data-data yang tepat agar model yang direncanakan sesuai
dengan kondisi di lapangan.
Keuntungan memakai program tersebut adalah : dapat mengecek kesalahan pada saat proses
input data, menampilkan analisa jaringan, sistematis dalam pengeditan dan output dapat berupa
gambar. Dibutuhkan beberapa item untuk dapat menjalankan Epanet sehingga didapatkan hasil
yang sesuai, antara lain (Babbit, 1978):
• Peta jaringan
• Elevasi wilayah
• Node/Junction
• Panjang pipa
• Diameter pipa
• Jenis pipa
• Besar debit masing-masing node
• Hidrolik
• Head masing-masing titik
• Tekanan air
• Flow (aliran)
• Velocity (kecepatan)
• Unit headloss
• Pipe status, dan lainnya
Kapasitas aliran air yang melalui jaringan perpipaan ditentukan berdasarkan debit kebutuhan
air untuk setiap blok pelayanan. Tiap blok pelayanan dengan menggunakan sebuah titik
penyadapan (tapping) dari pipa induk. Besarnya dimensi pipa ditentukan berdasarkan
kebutuhan air untuk setiap blok pelayanan. Namun pada pengevaluasian pendistribusian air
minum yang telah ada atau terpasang, kapasitas aliran dapat dilihat dari DSML (Daftar Stand
Meter Langganan).
Merupakan salah satu kriteria perencanaan yang akan mempengaruhi bekerjanya sistem
dengan baik. Kecepatan aliran yang terlalu rendah menandakan adanya ketidak efesienan
sistem dalam hal ini dimensi pipa. Selain itu dengan kecepatan yang terlalu rendah
memungkinkan terjadinya pengendapan dalam pipa. Sedangkan bila kecepatan terlalu besar
dapat menyebabkan bergetarnya pipa sehingga dapat bergeser dari kedudukan semula, hal
tersebut merupakan salah satu faktor terjadinya pipa pecah.
Dalam perencanaan dimensi jaringan pipa distribusi, kecepatan aliran dalam pipa distribusinya
tersebut harus berada pada kisaran 0,3 – 3 m/detik (Departemen PU, 1998).
𝑸 𝑸
Rumus Kecepatan Aliran : 𝑽 = =
𝑨 (𝟏⁄𝟒 𝝅 𝑫𝟐 )
Tekanan dalam pipa merupakan salah satu kriteria perencanaan yang sangat pening
diperhatikan karena hal ini menyangkut dapat atau tidaknya air sampai ke konsumen. Kriteria
teknis mengenai tekanan dalam pipa berdasarkan Petunjuk Teknis Perencanaan Teknis Sistem
Penyediaan Air Bersih Perkotaan Vol. I Tahun 1998 yang dikeluarkan oleh Dept. PU Cipta
Karya ditampilkan pada Tabel 2.3
Tekanan juga mempengaruhi keselamatan pipa beserta perlengkapannya. Tekanan air dalam
sistem distribusi direncanakan sebagai berikut :
a. Tekanan statik yang terjadi tidak boleh melebihi 100 m, yaitu setengah dari kekuatan pipa
dari kelas yang terpasang.
b. Sisa tekan minimum pada tapping pipa untuk daerah tertinggi adalah 15 m.
c. Sisa tekan minimum di ujung pipa sekunder adala 15 m.
d. Sisa tekan pada sambungan rumah adalah 6 m.
Perhitungan Headloss dengan menggunakan formula Hazen William dengan formula sebagai
berikut :
𝟐,𝟔𝟑
𝒉𝒇 𝟎,𝟓𝟒
𝑸 = 𝟎, 𝟐𝟕𝟖𝟓 𝒙 𝑪 𝒙 𝑫 𝒙( )
𝑳
Dimana
Banyak perusahaan air minum mengoperasikan jaringan pipa mereka sebagai satu sistem
terbuka dimana air berasal dari lebih dari satu Instalasi Pengolahan Air (Water Treatment
Plant /WTP) ke dalam jaringan pipa yang saling terhubung. Air dari masing-masing
WTP akan bergabung dalam jaringan, yang terus mempengaruhi tekanan sistem dan
kualitas air. Dalam sebuah sistem yang terbuka, NRW (Non-Revenue Water) hanya bisa
dihitung untuk keseluruhan jaringan, yang pada dasarnya merupakan tingkat rata-rata
untuk seluruh sistem. Oleh karena itu, menentukan lokasi-lokasi kejadian-kejadian NRW
secara pasti – dan dimana aktivitas-aktivitas NRW harus dijalankan – bisa menjadi satu
tantangan tersendiri, khususnya untuk jaringan-jaringan besar.
Umumnya pengelolaan NRW merupakan satu sistem terbuka yang dijalankan secara
pasif dimana aktivitas-aktivitas pengurangan NRW mulai dilakukan hanya ketika
kehilangan mulai nampak terlihat atau dilaporkan. Satu pendekatan yang lebih efektif
adalah dengan mewujudkan Pengelolaan NRW yang Aktif dimana tim-tim yang
berdedikasi dibentuk dan dikirimkan untuk mengidentifikasi kehilangan air, seperti
kebocoran, limpahan reservoir, dan sambungan tidak resmi.
Pengelolaan NRW yang aktif hanya mungkin dilakukan dengan menggunakan zona-zona,
dimana sistem secara keseluruhan terbagi menjadi serangkaian subsistem yang lebih kecil
untuk bisa menghitung NRW masing-masing subsistem secara terpisah. Subsistem-
subsistem lebih kecil ini, yang seringkali disebut sebagai Kawasan Bermeter (District
Meter Area/DMA) harus terisolasi secara hidraulis sehingga para manajer perusahaan
mampu untuk menghitung volume air yang hilang di dalam DMA. Ketika satu sistem
pasokan dibagi menjadi kawasan-kawasan yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola,
perusahaan bisa menentukan sasaran-sasaran aktivitas-aktivitas pengurangan NRW dengan
lebih baik, mengisolasi masalah-masalah kualitas air, dan mengelola tekanan seluruh sistem
dengan lebih baik untuk memungkinkan pasokan air 24/7 di seluruh jaringan.
Desain serangkaian DMA sangatlah subyektif dan tidaklah mungkin bagi dua ahli teknik dari
satu perusahaan yang bekerja di jaringan yang sama untuk menghasilkan desain yang sama.
Ahli teknik tersebut biasanya menggunakan serangkaian kriteria untuk membentuk satu
rancangan DMA awal yang harus diujicobakan baik di lapangan atau menggunakan satu model
jaringan.
• Bentuk DMA (misalnya jumlah sambungan – umumnya antara 1.000 dan 2.500
sambungan)
• Jumlah meter air untuk mengukur air masuk dan air keluar (semakin sedikit meter
yang diperlukan, semakin kecil biaya pembentukannya)
• Ciri-ciri topografis yang mudah terlihat yang bisa menjadi batas-batas untuk DMA,
seperti sungai, saluran pembuangan air, jalan kereta api, jalan raya, dsb.
Pembagian satu sistem yang besar menjadi serangkaian DMA, penting untuk menutup
katup- katup untuk mengisolasi satu kawasan tertentu dan memasang meter air. Proses
ini dapat berdampak pada tekanan-tekanan sistem, baik di dalam DMA tertentu
tersebut serta di wilayah- wilayah sekitarnya. Perusahaan air minum dengan demikian
harus memastikan bahwa pasokan air bagi semua pelanggan tidak dikorbankan terkait
dengan tekanan dan jam layanan.
Dengan menggunakan satu model jaringan hidraulik yang terkalibrasi dalam sistem
pasokan untuk mensimulasikan kemungkinan desain-desain DMA akan
memungkinkan analisis tekanan- tekanan sistem dan aliran tanpa berdampak pada
layanan untuk pelanggan. Walaupun demikian, banyak perusahaan air minum tidak
mempunyai model jaringan hidraulik yang terkalibrasi. Daripada menunggu
Dalam membentuk satu DMA, perusahaan air minum harus membatasi jumlah air masuk,
yang juga membantu untuk mengurangi biaya pemasangan meter air. Untuk
mewujudkan hal ini, penting untuk menutup satu katup batas persil atau lebih, yang
harus tetap tertutup secara permanen untuk memastikan bahwa segala data aliran secara
akurat mewakili total air masuk untuk DMA yang 69 bersangkutan.
Para manajer perusahaan akan memastikan bahwa semua pipa ke dalam dan keluar DMA
ditutup atau bermeter dengan melakukan uji isolasi sebagai berikut (Farley, 2008) :
• Memeriksa apakah tekanan air di dalam DMA turun menjadi nol karena air
semestinya tidak bisa lagi memasuki wilayah
Tekanan yang tidak menurun menjadi nol, ada kemungkinan bahwa ada pipa lain yang
memungkinkan air untuk masuk ke kawasan dan oleh karenanya harus diatasi (Farley, 2008).
(Farley, 2008)
Para manajer harus mengembangkan satu manual operasi terperinci untuk membantu
tim-tim di masa mendatang dalam mengelola pasokan air untuk di setiap DMA. Manual
operasi mencakup satu skema jaringan pipa, gambar lokasi-lokasi meter air, katup-katup
pengendali tekanan, dan katup-katup batas persil, dan satu salinan database tagihan
untuk DMA bersangkutan. Manual ini merupakan satu dokumen kerja dan data
operasional harus terus diperbaharui, termasuk informasi- informasi tentang berikut ini
(Farley, 2008) :
• Lokasi-lokasi kebocoran
Begitu DMA telah terbentuk, ia menjadi satu alat operasional untuk memantau dan
mengelola baik komponen-komponen utama NRW maupun kehilangan fisik dan nonfisik
(komersial). Penghitungan NRW dalam satu DMA didefinisikan sebagai beriktu:
Setelah meter air dipasang pada semua inlet ke DMA, Total Air masuk DMA dapat diukur
menggunakan kenaikan dalam jumlah keseluruhan, atau meter counter mengukur volume
Total Konsumsi DMA tergantung pada cakupan meter pelanggan. Jika DMA mempunyai
cakupan meter rumah tangga 100%, yang artinya semua pelanggan di dalam DMA
mempunyai meter, Total Konsumsi DMA dapat dihitung dengan menggunakan satu
penjumlahan sederhana semua pengukuran meter untuk periode penghitungan.
Jika cakupan meter rumah tangga 100% tidak ada dalam DMA, Total Konsumsi DMA
dapat diperkirakan dengan menggunakan angka-angka konsumsi per kapita. Sebagai
langkah awal, satu survei tentang semua properti di dalam DMA harus dilakukan.
Survei ini bisa terbatas untuk menghitung jumlah properti dan memperkirakan jumlah
rata-rata penghuni per properti. Untuk perkiraan yang lebih rinci, para pelaksana survei
akan memawawancari semua rumah tangga dan menanyakan berapa jumlah penghuni
di dalam tiap properti (Farley, 2008).
Kecamatan Teluknaga dan Kosambi berada dibagian utara dari Kabupaten Tangerang dengan
batas wilayah sebagai berikut :
Kecamata
n
Teluknaga
Kecamata
n Kosambi
Sebagai daerah yang terletak di pinggir pantai, suhu rata-rata berkisar antara 27,8-32,2°C.
Banyaknya curah hujan rata-rata tahunan di wilayah study adalah 205,9 mm/tahun dengan
jumlah hari hujan rata-rata 14 hari.
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2010 – 2030 merupakan rencana
penyebaran peruntukkan ruang dalam wilayah Kabupaten Tangerang yang meliputi rencana
peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukkan ruang untuk fungsi
budidaya. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Tangerang berfungsi :
1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan
pelestarian lingkungan dalam wilayah Kabupaten Tangerang;
3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk
dua puluh tahun; dan
4. Sebagai dasar dalam pemberian ijin pemanfaatan ruang pada wilayah Kabupaten Tangerang.
Untuk menuju pembangunan yang berkelanjutan, maka tahap pertama yang dilakukan meliputi
penetapan dan pengelolaan Kawasan Lindung, selanjutnya dengan menetapkan arahan
pengembanganan dan pengelolaan Kawasan Budidaya berdasarkan sifat-sifat kegiatan, potensi
pengembangan, dan kesesuaian lahan.
Kecamatan Teluknaga dan Kosambi merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tangeang
yang berfungsi sebagai kegiatan perindustrian, pertanian dan pemukiman. Untuk itu tata guna
lahan sangat berperan dalam mendukung fungsi kota itu sendiri. Dalam menyeimbangkan
kebutuhan (demand) dan ketersediaan (supply) ruang agar mendekati kondisi optimal, maka
pendekatan perencanaan dilakukan dengan menyerasikan kegiatan antar sektor dengan
kebutuhan ruang dan potensi sumberdaya alam yang berasaskan kelestarian lingkungan menuju
pembangunan yang berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut serta didasari oleh Undang
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional dan Peraturan Presiden Republik Indonesia
nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi, Puncak, Cianjur; maka penataan ruang diarahkan untuk:
Keterangan :
Digambar oleh:
Iftikar Rizkia Nugraha
25-2012-006
Dosen Pembimbing:
Mohammad Rangga Sururi S.T., M.T.
Skala :
Tanpa Skala
B T
Gambar 4.3 Peta Struktur dan Pola Ruang Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Kosambi
Tabel 4.1 Tata Guna Lahan di Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Kosambi
Mengacu pada Peta Geologi Lembar Serang (E. Rusmana, dkk, 1991) dan Peta Geologi Lembar
Jakarta (T.Turkaadi, dkk, 1992), Kabupaten Tangerang terbentuk dari beberapa satuan
batuan/formasi pada kala Miosen Tengah – Holosen yang berurutan dari tua ke muda sebagai
berikut (Peta Geologi Kabupaten Tangerang).
Bojongrenged
1 14,259 1.04 13,750
Keboncau
2 12,316 1.43 8,613
Teluknaga
3 15,173 4.73 3,205
Babakan Asem
4 10,253 1.80 5,696
Kampung Besar
7 12,400 3.69 3,362
Lemo
8 6,593 3.00 2,198
Tegalangus
9 9,429 3.33 2,832
Pangkalan
10 16,965 5.99 2,833
Tanjung Burung
11 7,799 5.64 1,383
Tanjung Pasir
12 9,793 3.66 2,676
Muara
13 3,544 3.05 1,162
Kecamatan Tuluknaga
151,199 40.58 3,726
Rawa Rengas
1 13,753 2.37 5,803
Rawa Burung
2 9,897 1.56 6,348
Belimbing
3 14,641 2.95 4,956
Jatimulya
4 14,074 1.89 7,458
Dadap
5 32,228 3.01 10,693
Kosambi Timur
6 14,095 2.88 4,891
Kosambi Barat
7 6,849 2.87 2,390
Cengklong
8 15,039 1.33 11,325
Salembaran
9 Jati 6,657 3.94 1,691
Salembaran
10 Jaya 19,530 6.96 2,805
Kecamatan
Tuluknaga 146,763 29.76 4,932
Dilihat perdesa, desa yang paling banyak penduduknya adalah Desa Kp. Melayu Timur-
Kecamatan Teluknaga dengan jumlah penduduk berjumlah 21.101 jiwa atau sebesar 6,8% dari
jumlah penduduk yang ada di ke-2 kecamatan. Desa dengan jumlah penduduk yang paling
sedikit adalah Desa Muara – Kecamatan Teluknaga dengan jumlah penduduknya sebanyak
3.563 jiwa atau hanya sebesar 1,15% dari keseluruhan jumlah penduduk dua kecamatan.
Karakteristik penduduk berdasarkan ciri-ciri tertentu salah satunya dapat diklasifikasikan dari
segi biologis, yaitu jenis kelamin dan umur. Jenis kelamin dan umur merupakan karakteristik
penduduk yang pokok. Struktur ini mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku
demografis maupun sosial ekonomi.
Jumlah penduduk laki-laki terdiri dari 158.338 jiwa dan 148.951 jiwa penduduk perempuan
yang tersebar di 23 kelurahan/desa, jadi setiap 100 penduduk wanita terdapat 106 penduduk
pria. Artinya, perbandingan antara jumlah penduduk pria dan wanita di wilayah ini hampir
sama banyak, dengan sedikit dominasi oleh jumlah penduduk pria.
Mayoritas penduduk di Kecamatan Teluknaga dan Kosambi berada dalam rentang usia
produktif, yaitu 15-64 tahun. Angka ketergantungan menunjukkan perbandingan antara
banyaknya penduduk yang tidak produktif (0-14 tahun dan lebih dari 65 tahun) dengan yang
produktif. Angka ketergantungan secara kasar dapat digunakan sebagai indikator ekonomi
suatu wilayah; semakin kecil angka ketergantungan, semakin baik keadaan ekonomi di suatu
wilayah. Laju pertumbuhan penduduk rata-rata periode 2004–2015 mengalami peningkatan
Jenis sarana perdagangan yang ada di Kecamatan Teluknaga dan Kosambi meliputi pasar,
swalayan, restoran, warung kecil, toko, hotel, wisma, Bank, koperasi dan BPR Swasta.
1 19 - - - - - -
Bojongrenge
d
2 Keboncau 8 - - - - - -
3 Teluknaga 10 - - 1 - - -
4 Babakan 7 - - - - - -
Asem
5 Kp. Melayu 29 - 1 2 1 1 1
Timur
6 Kp. Melayu 16 - 1 1 1 1 1
Barat
7 Kampung 4 - - - - - -
Besar
8 Lemo 1 - - - - - -
9 Tegalangus 5 - - - 1 - -
10 Pangkalan 26 - - - - - 1
11 Tanjung 16 - - - 1 - -
Burung
12 Tanjung 16 1 - 1 - - -
Pasir
13 Muara 1 - - 1 - - -
Kecamatan 158 1 2 6 4 2 3
Teluknaga
1 Rawa Rengas 1 - - - - 1 2
2 Rawa Burung 2 - - - - 1 -
3 Belimbing 4 - - - - - 1
4 Jatimulya 10 - - - 1 2 3
5 Dadap 3 2 4 - 3 1 12
6 Kosambi Timur 15 - 1 - - 1 5
7 Kosambi Barat 1 - - - - 2 0
8 Cengklong 2 - - - - 3 1
9 Salembaran 2 - - - - 1 1
Jati
10 Salembaran 3 - - - - 2 2
Jaya
Kecamatan Kosambi 43 2 5 - 4 14 27
Proses evaluasi bertujuan untuk mengetahui kekurangan pemodelan jaringan distribusi yang
mengacu kepada parameter desain yang diambil dari Permen PU No 18 tahun 2007 tentang
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum yang
akan di bahas pada Bab ini. Peninjauan yang akan dilakukan ditinjau adalah parameter teknis dari
hidrolis sistem dalam jaringan, meliputi kecepatan aliran, sisa tekan maksimum dan minimum, dan
kehilangan tekan yang terjadi di dalam pipa.
Water Meter
Induk
Water Meter
Induk
Gate Vale
Pipa Jalur Induk Jalur Dadap
Kampung Melayu
Pipa Jalur
Dadap
Gambar 5.2 Pembagian Pipa Induk Jalur Dadap dan Kampung Melayu
Panjang jaringan pipa distribusi terpasang sepanjang 135.969 meter, dengan diameter pipa mulai
40 mm sampai dengan 400 mm dan jumlah konsumen sebanyak 7.673 sambungan langganan.
Fluktuasi penggunaan air merupakan penggunaan air di setiap jamnya pada pengaliran distribusi.
Penggunaan fluktuasi bertujuan untuk mengetahui jam pengambilan air puncak maupun minimum
untuk digunakan pada demand pattern saat simulasi. Demand Pattern yang diukur di lapangan
berlokasi pada Meter induk di IPA Bojong Renged. Software EPANET 2.0 merupakan salah satu
perangkat lunak yang dapat digunakan untuk penelitian tersebut. Demand Pattern yang digunakan
dihitung dari Data Catat Water Meter Induk yang berada di lokasi IPAM yang di perlihatkan pada
table 5.1.
Analisa dilakukan tiap jam dan titik evaluasi dilakukan pada jam puncak, baik pada pagi hari
maupun sore hari. Pada pendistribusian air di Teluknaga memiliki dua Demand Pattern yang di
sajikan pada gambar 5.2 dan gambar 5.3 yaitu untuk mendistribusikan air ke daerah Kampung
Melayu dan Dadap. Untuk pendistribusian air ke daerah Kampung Melayu memiliki jam puncak
pada jam 09.00 – 13.00 dan jam 17.00-19.00 dengan Peak Hour sebesar 1,2, dan pendistribusian
air ke daerah Dadap memiliki jam puncak pada jam 10.00-14.00 dan jam 18.00 dengan Peak Hour
sebesar 1,2. Pengambilan data catat air di meter induk terletak pada meter induk di IPA Bojong
Renged. Pengambilan data dilakukan dengan pencatatan manual setiap jam yang dilakukan oleh
saya sendiri dan dibantu oleh staff Cabang Teluknaga bagian operasional pada saat malam hari.
0.4
0.2
0.0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
demand pattern
0.6 Dadap
0.4
0.2
0.0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Pada gambar 5.5 dan gambar 5.6 merupakan letak 2 (dua) jalur pipa induk yang terbagi ke daerah
pelayanan Kampung Melayu dan Dadap, serta letak Water Meter Induk masing-masing jalur.
Masing-Masing jalur pipa diberi 2 (dua) Water Meter Induk untuk mempermudah pada saat salah
satu Water Meter akan di lakukan Maintenance.
Water Meter
Induk
Pendeteksian air pada setiap daerah pelayanan bertujuan untuk mengetahui konsumsi air pada
daerah pelayanan tersebut. Node merupakan salah satu fungsi pada Software EPANET 2.0 untuk
mengidentifikasi kebutuhan air di daerah pelayanan. Peletakan node berdasarkan dengan letak
daerah pelayanan atau kumpulan dari sambungan langganan, gambar 5.7 menginformasikan
peletakan node untuk menunjang pengsimulasian.
Konsumsi air yang dipakai untuk mengisi deman pada setiap node berdasarkan Daftar Stand Meter
Langganan (DSML) pada Juli 2015 (PDAM Tirta Kerta Raharja, 2015). Penjumlahan konsumsi
HANDRI Komplek R2 68 78 10
Garuda A
01/37
Simulasi yang dilakukan merupakan simulasian pengaliran air minum dengan kondisi eksisting.
Data diameter pipa dan jenis pipa berasal dari data jaringan distribusi PDAM Tirta Kerta Raharja
Cabang dan juga ditunjang dengan survey lapangan untuk mendapatkan data yang maksimal,
survey lapangan dilakukan dengan cara membawa data inventarisasi perpipaan Cabang Teluknaga
dan ditemani oleh bagian perencanaan Cabang Teluknaga untuk memberitahu validitas data
inventarisasi perpipaan. Data elevasi dan panjang pipa didapat dengan survey lapangan lalu
menggunakan GPS untuk mengetahui elevasi disetiap Node dengan cara membuat Waypoint di
setiap daerah pelayanan yang dilihat dari DSML (Data Stan Meter Langgan). Survey lapangan
Pipe 5 1 200 Pipe P22 500 69.2 Pipe P29 1100 69.2
Pipe 10 1 200 Pipe P21 335 69.2 Pipe P47 1396 101.6
Pipe 11 1 200 Pipe P23 1482 147.6 Pipe P46 2215 101.6
Pipe 12 4 350 Pipe P24 916 147.6 Pipe P48 1292 101.6
Pipe P33 1646 350 Pipe P25 363 230.2 Pipe P49 1366 101.6
Pipe P1 6558 327.8 Pipe P26 784 230.2 Pipe P56 4346 147.6
Pipe P10 808 230.2 Pipe P36 548 350 Valve V2 - 350
Pipe P16 147 184.6 Pipe P40 912 147.6 Valve 6 - 250
Pipe P13 205 69.2 Pipe P41 164 147.6 Pipe P50 222 101.6
Pipe 1541 69.2 Pipe P42 140 147.6 Pipe P51 222 101.6
P17+18
Pipe P12 135 184.6 Pipe P44 4770 101.6 Pipe P52 1101 147.6
Pipe P58 1015 184.6 Pipe P43 422 147.6 Pipe P57 2641 147.6
Pipe P59 634 184.6 Pipe P45 1186 101.6 Pipe P20 544 101.6
Pipe P2 1590 327.8 Pipe P19 1027 147.6 Pipe P60 123 147
Jumlah Persentasi
No Hasil Daerah Layanan
Juction (%)
2 Residual Head >10 meter 33 76,7 Sepanjang Jl. Kampung Raya besar
Lokasi dari hasil analisa di atas yaitu letak junction dengan sisa tekan yang kurang dari 10 meter
disajikan pada Gambar 5.9.
Keterangan :
Pipa
node
sumber air
P < 5 meter
P < 10 meter
10 < P < 20 meter
25 < P < 35 meter
Digambar oleh:
Air tidak mengalir pada Iftikar Rizkia Nugraha
saat jam puncak
25-2012-006
Dosen Pembimbing:
Mohammad Rangga Sururi S.T., M.T.
Skala :
Tanpa Skala
B T
Gambar 5.8 Gambar jaringan distribusi air bersih dengan keterangan Sisa Tekanan eksisting Cabang Teluknaga
Persentasi
No Hasil Jumlah Link Daerah Layanan
(%)
Daerah Kampung Dadap
Daerah Dadap Sawah
Perumahan Dadap Residen
Daerah Kampung Bendung
Daerah Kampung Kosambi Barat
Daerah Kampung Kosambi Timur
Kecepatan < 0,3 m/s dan
1 22 39,3 Daerah Perumahan Duta bandara
Kecepatan > 2 m/s
Permai
Daerah Kampung Melayu Timur
Sepanjang Jl. Kampung Raya besar
Sepanjang Jl. Kali Raya Baru
Sepanjang Jl. Kali Baru
Sepanjang Jl. Raya Cituis
Sepanjang Jl. Bojong Renged
Sepanjang Jl. Rawa Burung
Daerah Perumahan Villa Taman
Bandara
Daerah Perumahan Taman Dadap
Indah
2 0,3 m/s < Kecepatan < 2 m/s 34 60,7
Sepanjang Jl. Raya Kosambi
Sepanjang Jl. Kosambi
Sepanjang Jl. Salembaran
Sepanjang Jl. Kampung Melayu
Daerah Pnagkalan
Daerah Sukamanah
Sumber :Evaluasi Epanet 2.0, 2017
Lokasi dari hasil analisa di atas yaitu letak pipa dengan kecepatan aliran air yang kurang dari
0,3 m/detik dan lebih dari 2 m/detik tampilkan pada Gambar 5.10.
Keterangan :
Pipa
node
sumber air
v < 0,1 m/detik
0,1 < v < 0,3 m/detik
0,3 < x < 2 m/detik
Digambar oleh:
Iftikar Rizkia Nugraha
25-2012-006
Dosen Pembimbing:
Mohammad Rangga Sururi S.T., M.T.
Skala :
Tanpa Skala
B T
Gambar 5.9 Gambar jaringan distribusi air bersih dengan keterangan Kecepatan Dalam Pipa eksisting Cabang Teluknaga
Jumlah Persentasi
No Hasil Daerah Layanan
Link (%)
Pada lokasi perencanaan dari hasil analisa tidak ada pipa yang memiliki kehilangan tekan di atas
10 meter/kilometer, keterangan tekanan dapat dilihat pada gambar 5.11.
Keterangan :
Pipa
node
sumber air
< 3 m/km
3 m/km < HL < 5 m/km
5 m/km < HL < 10 m/km
Digambar oleh:
Iftikar Rizkia nugraha
25-2012-006
Dosen Pembimbing
Mohammad Rangga Sururi S.T., M.T.
Skala :
Tanpa Skala
B T
Gambar 5.10 Gambar jaringan distribusi air bersih dengan keterangan Kehilangan Tekanan eksisting Cabang Teluknaga
Untuk itu perlu dilakukan perbaikan sistem perpipa di daerah-daerah tertentu agar sistem
jaringan distribusi air bersih di Cabang Teluknaga PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten
Tangerang agar dapat memenuhi standar pengaliran menurut Departemen PU Cipta Karya
tahun 2007 yaitu sisa tekan di titik terjauh lebih besar dari 10 meter, kecepatan pengaliran air
bersih berkisar antara 0,3 meter/detik – 2 meter/detik, dan kehilangan tekan/headloss kurang
dari 10 meter.
6.1 Kesimpulan
1. Sistem pengaliran air minum pada jaringan distribusi Cabang Teluknaga PDAM Tirta Kerta
Raharja Kabupaten Tangerang menggunakan sistem pengaliran cara perpompaan karena
beberapa daerah pelayanan memiliki elevasi lebih atas dibandingkan lokasi IPAM, sedangkan
pola jaringan distribusi pada daerah tersebut merupakan pola gabungan dari sistem cabang dan
loop.
2. Pipa ACP (Asbestos Cement Pipe) masih banyak digunakan di daerah pelayanan.
3. Berikut hasil analisa Hidrolis Nodes ID dan Links ID dengan menggunakan Softwere Epanet
2.0 :
• Pompa pelayanan ke daerah Kampung Melayu dan Dadap disatukan.
• Pada jam Puncak besar sisa tekan pada node berada pada rentang 10 m sampai dengan 45
m. Sebagian besar node daerah pelayanan ke Kampung Melayu dan Dadap memiliki sisa
tekan yang sesuai dengan ketentuan pada jam maksimum/puncak yaitu jam 09.00, namun
terdapat beberapa node yang tidak memenuhi standar sisa tekan yang ditentukan. Node
tersebut adalah Daerah Kampung Dadap, Dadap Sawah, Perumahan Dadap Residen,
Kampung Bendung, Sepanjang Jl. Raya Dadap, Sepanjang Jl. Raya Kosambi, Daerah
Kampung Kosambi Barat dan Daerah Kampung Kosambi Timur. Seluruh nodes ID pada
Jam Normal (12.00) dan Jam Minimum (01.00) sisa tekanan memenuhi kriteria desain.
• Link/Pipa pada saat jam puncak, minimum dan maksimum menyatakan bahwa Headloss <
1 – 10 m/km menyatakan jarirang pipa eksisting sesuai dengan kriteria desain.
• Velocity pada beberapa link/pipa saat jam puncak tidak memenuhi kriteria desain
kecepatan < 0,3 m/detik dan > 2,0 m/detik yaitu Daerah Kampung Dadap, Daerah Dadap
Sawah, Perumahan Dadap Residen, Daerah Kampung Bendung, Daerah Kampung
Kosambi Barat, Daerah Kampung Kosambi Timur, Daerah Perumahan Duta bandara
Permai, Daerah Kampung Melayu Timur, Sepanjang Jl. Kampung Raya besar, Sepanjang
Jl. Kali Raya Baru, Sepanjang Jl. Kali Baru, Sepanjang Jl. Raya Cituis
6.2 Saran
Beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh penyusun untuk mengoptimalkan kinerja dari
pendistribusi air minum PDAM Tirta Kerta Raharja Cabang Teluknaga antara lain :
Chatib, B. (1996). Sitem PAM. Pendidikan dan Latihan Tenaga Teknik Penyediaan Air Minum. Bandung:
Lembaga Pengambian Masyarakat Institut Teknologi Bandung.
Departemen PU, C. (1998). Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknis Sistem Penyediaan Air
Minum Perkotaan Volume VI.
Farley, M. (2008). The Manager's Non-Revenue Water Handbook: A Guide To Understanding Water
Losses. Asian Development Bank.
https://ensiklopedialingkungan.blogspot.co.id/2016/08/perlengkapan-pipa-yang-perlu-diketahui.html.
(2016, Agustus 2). Diambil kembali dari
https://ensiklopedialingkungan.blogspot.co.id/2016/08/perlengkapan-pipa-yang-perlu-
diketahui.html: https://ensiklopedialingkungan.blogspot.co.id/2016/08/perlengkapan-pipa-
yang-perlu-diketahui.html
1.1.1. Sub Bagian Sub Bagian Perencanaan Teknik, mempunyai tugas pokok :
Perencanaan Teknik Melaksanakan perencanaan dan pengembangan fasilitas produksi,
fasilitas transmisi dan distribusi, sambungan langganan, dan fasilitas
penunjang lainnya serta membuat, menyimpan dan memelihara
dokumen-dokumen teknik dan informasi lainnya sebagai bahan yang
setiap waktu dibutuhkan dalam perencanaan teknik.
1.1.2. Sub Bagian Sub Bagian Pengawasan Konstruksi, mempunyai tugas pokok :
Pengawasan Melakukan pengawasan Konstruksi, agar realisasi dari perencanaan
Konstruksi yang sudah ditetapkan dapat dipertanggung jawabkan baik secara
teknis maupun secara ekonomis.
1.1.3. Sub Bagian Sistem Sub Bagian Sistem Informasi Jaringan Perpipaan, mempunyai tugas
Informasi Jaringan pokok : Menyajikan informasi data jaringan pipa transmisi dan
Perpipaan. distribusi air minum sampai dengan sambungan langganan secara
terintegrasi dalam suatu kemasan data yang terkomputerisasi dan
bergeoreferensi.
1.2. Bagian Produksi Bagian Produksi, mempunyai tugas pokok : Melaksanakan proses
pengolahan air minum sesuai kualitas yang memenuhi persyaratan
dan kuantitas sesuai dengan kapasitas, dengan menggunakan sarana
dan prasarana air minum yang tersedia di Instalasi Pengolahan Air
Minum milik PDAM TKR serta memantau kualitas dan kuantitas air
baku, memelihara sarana dan sistem pengolahan air minum untuk
dapat dioperasikan secara kontinyu.
1.2.1. Sub Bagian Sub Bagian Pengolahan, mempunyai tugas pokok : Melaksanakan
Pengolahan; proses pengolahan air baku menjadi air minum sesuai dengan
kapasitas yang tersedia, kualitas yang memenuhi syarat dan kuantitas
yang dibutuhkan dengan menggunakan sarana dan prasarana air
minum yang tersedia pada Instalasi Cikokol dan Instalasi Babakan.
1.2.2. Sub Bagian Sub Bagian Pemeliharaan, mempunyai tugas pokok : Memelihara
Pemeliharaan sarana dan prasarana pengolahan air serta lingkungan Instalasi
Pengolahan Air Cikokol dan Instalasi Pengolahan Air Babakan.
1.2.3. Sub Bagian Sub Bagian Laboratorium, mempunyai tugas pokok : Melaksanakan
Laboratorium proses analisa mutu air baku dan air minum dari seluruh instalasi air
minum milik PDAM TKR maupun permintaan analisa air masyarakat
umum, berdasarkan ketentuan standar kualitas air yang telah
ditetapkan Kementrian Kesehatan, dengan menggunakan sarana dan
b. pelaksanaan proses analisa mutu air baku dan air minum dari
seluruh Instalasi air minum PDAM TKR maupun masyarakat
umum apabila diperlukan;
1.3. Bagian Transmisi dan Bagian Transmisi dan Distribusi, mempunyai tugas pokok :
Distribusi Memelihara kapasitas dan kontinuitas penyaluran/pendistribusian air
minum dari instalasi pengolahan air minum sampai kepada pelanggan
di dalam Wilayah Pelayanan dan Cabang, melalui jaringan perpipaan
dan fasilitas pendukungnya.
1.3.1. Sub Bagian Sub Bagian Pemeliharaan dan Perlengkapan, mempunyai tugas
Pemeliharaan dan pokok : Memelihara kelancaran penyaluran/pendistribusian air
Perlengkapan minum dari instalasi air minum kepada pelanggan di Wilayah
Pelayanan dan Cabang yang berada di sebelah Barat Sungai Cisadane,
melalui jaringan perpipaan dan perlengkapannya.
1.3.2. Sub Bagian Monitoring Sub Bagian Pemasangan Sambungan Langganan, mempunyai tugas
1.3.3. Sub Bagian Sub Bagian Pemasangan & Evaluasi Sambungan Langganan,
Pemasangan & mempunyai tugas pokok : Melakukan kegiatan Pemasangan
Evaluasi Sambungan Sambungan Langganan di Wilayah Pelayanan dan Cabang, sesuai
Langganan; dengan prosedur yang berlaku.
1.3.4. Sub Bagian Monitoring Sub Bagian Monitoring dan Evaluasi Meter Air, mempunyai tugas
dan Evaluasi Meter pokok : Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap meter-meter
Air. air yang digunakan PDAM TKR serta memelihara keakurasian meter-
meter air dengan melakukan pengetesan dan perbaikannya.
keputusan manajemen;
Sumber: Laporan Akhir Master Plan Penyediaan Air Minum PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2030