SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan
Oleh :
NIM : 185214109
YOGYAKARTA
2022
i
PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA KINCIR
ANGIN MODEL PROPELER DENGAN NACA 0024
Disusun oleh
NIM : 185214109
Dosen pembimbing
ii
PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA KINCIR
ANGIN MODEL PROPELER DENGAN NACA 0024
NIM : 185214109
Pada tanggal
Ketua :
Sekretaris :
Anggota :
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Teknik
Yogyakarta,...............................
Yogyakarta
Dekan
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang saya buat untuk melengkapi persyaratan ditempuh untuk menjadi Sarjana
Teknik, Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar sarjana di perguruan tinggi manapun dan sejauh yang saya
ketahui tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali bagian informasi diacu dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Yogyakarta,
Penulis
iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
NIM : 185214109
Yogyakarta,
Penulis
v
INTISARI
Energi angin merupakan salah satu energi yang dapat dijadikan sebagai
energi alternatif menggantikan energi fosil yang selama ini menjadi sumber energi
utama di seluruh dunia. Kincir angin merupakan sebuah alat yang berfungsi
merubah energi kinetik angin menjadi energi mekanik berupa putaran poros.
Putaran poros tersebut kemudian digunakan untuk beberapa hal sesuai dengan
kebutuhan seperti memutar dinamo atau generator untuk menghasilkan listrik.
Maka dari itu dibuat penelitian dengan tujuan untuk mengetahui unjuk kerja dari
kincir angin, serta mengetahui nilai koefisien daya dan tip speed ratio dari
masing-masing variasi jumlah sudu yang akan diuji.
Kincir angin yang digunakan dalam penelitian ini adalah kincir angin
propeler dengan penampang airfoil NACA 0024 yang terbuat dari bahan
komposit. Penelitian ini menggunakan tiga variasi jumlah sudu yaitu empat sudu,
tiga sudu, dan dua sudu dengan rerata kecepatan angin sebesar 5 m/s.
Kata kunci : Airfoil, Energi, Kincir angin propeler, Koefisien daya, Tip
speed ratio.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat serta kasih-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
“Pengaruh Jumlah Sudu Terhadap Unjuk Kerja Kincir Angin Model Propeler
Dengan NACA 0024”.
vii
masukan dan kritikan yang dapat menyempurnakannya. Penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua terutama di bidang pendidikan.
Yogyakarta,
Penulis
viii
DAFTAR ISI
SKRIPSI ................................................................................................................... i
INTISARI............................................................................................................... vi
BAB I ...................................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 4
ix
2.4. Persamaan Perhitungan .......................................................................... 11
BAB IV ................................................................................................................. 38
x
4.2.3. Perhitungan Kecepatan Sudut ......................................................... 43
BAB V................................................................................................................... 59
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 3. 20 Cetakan sudu .................................................................................. 33
Gambar 3. 21 Pembuatan sudu 1........................................................................... 34
Gambar 3. 22 Pembuatan sudu 2........................................................................... 34
Gambar 3. 23 Finishing sudu ................................................................................ 35
Gambar 3. 24 Pengeringan sudu ........................................................................... 35
Gambar 3. 25 Skematik Pengujian ........................................................................ 37
Gambar 4. 1 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros dengan
variasi empat sudu..................................................................................................50
Gambar 4. 2 Grafik hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio dengan
variasi empat sudu ................................................................................................. 51
Gambar 4. 3 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros dengan
variasi tiga sudu..................................................................................................... 52
Gambar 4. 4 Grafik hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio dengan
variasi tiga sudu..................................................................................................... 53
Gambar 4. 5 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros dengan
variasi dua sudu ..................................................................................................... 55
Gambar 4. 6 Grafik hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio dengan
variasi dua sudu ..................................................................................................... 56
Gambar 4. 7 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros untuk
semua variasi jumlah sudu .................................................................................... 57
Gambar 4. 8 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros untuk
semua variasi jumlah sudu .................................................................................... 58
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Energi angin adalah salah satu energi terbarukan yang dapat dengan cepat
dipulihkan kembali secara alami, dan prosesnya berkelanjutan. Menurut Daryanto
(2007), Energi terbarukan dapat didefinisikan sebagai energi yang secara cepat
dapat diproduksi kembali melalui proses alam. Sehingga energi angin dapat
dijadikan sebagai energi alternatif. Berdasarkan hasil pemetaan distribusi
kecepatan angin, didapat kecepatan angin yang tinggi (6 - 8 m/s) terjadi di pesisir
selatan pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Maluku, dan NTT (sumber : Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru,
1
Terbarukan, dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) Tahun 2020). Potensi ini
sangatlah mendukung Indonesia dalam penggunaan energi angin sebagai salah
satu energi alternatif.
Kincir angin adalah alat yang dibutuhkan untuk mengubah energi kinetik
yang terdapat pada angin menjadi energi mekanik untuk menggerakkan generator
sehingga menghasilkan listrik. Kincir angin dibedakan berdasarkan porosnya yaitu
poros horizontal dan poros vertical. Kincir angin tipe propeler masuk dalam
kategori kincir angin poros horizontal dan mempunyai sudu berupa sayap
pesawat.
2
b. Mengetahui nilai Tip Speed Ratio (TSR) dan Koefisien daya (Cp) dari
kincir angin yang diuji.
c. Mengetahui unjuk kerja terbaik dari beberapa variasi jumlah sudu kincir
angin yang diuji.
3
BAB II
DASAR TEORI
NACA airfoil adalah bentuk airfoil sayap pesawat udara yang dikembangkan
oleh National Advisory Committee for Aeronautics (NACA). Sampai sekitar
Perang Dunia II, airfoil yang banyak digunakan adalah hasil riset Gottingen.
Selama periode ini banyak pengujian airfoil dilakukan diberbagai negara, namun
hasil riset NACA lah yang paling terkemuka. Pengujian yang dilakukan NACA
lebih sistematik dengan membagi pengaruh efek kelengkungan dan distribusi
ketebalan atau thickness serta pengujiannya dilakukan pada bilangan Reynold
yang lebih tinggi dibanding yang lain. Karakteristik aerodinamika merupakan
suatu hal yang sangat penting dalam bidang ilmu aplikasi aerodinamika yang
ditujukan untuk mendapatkan bentuk benda yang aerodinamis (Mulyadi, 2010).
(Sumber : www.aeroengineering.co.id)
a. Leading edge adalah ujung depan dari airfoil atau sayap yang secara
umum berbentuk cembung.
4
b. Trailling edge adalah ujung belakang dari airfoil atau sayap yang secara
umum berbentuk runcing.
c. Chord adalah panjang garis yang ditarik dari leading edge ke trailing edge.
d. Chamber adalah besarnya jarak antara garis rata-rata airfoil atas dan
bawah terhadap garis tengah (Chord line)
e. Thickness adalah ketebalan airfoil maksimal.
f. Mean camber line adalah garis semu yang membagi airfoil.
g. Chord C adalah panjang total dari suatu airfoil.
Kincir angin modern pertama, yang khusus didesain untuk pembangkit listrik
dibangun di Denmark pada tahun 1880. Turbin ini mensuplai listrik untuk
kawasan pedesaan. Pada periode yang sama (tahun 1888-an), sebuah generator
5
listrik angin besar dengan rotor berdiameter 17 meter dibangun oleh seorang
insinyur berkebangsaan Amerika Serikat bernama Charles Brush di Cleveland,
Ohio, Amerika Serikat. Untuk pertama kalinya, gearbox penaik putaran
diterapkan dalam desain kincir ini. Sistem ini bekerja selama 20 tahun dengan
output daya (rated power) sebesar 12 kW.
(sumber : www.researchgate.net/figure/Charles-Brush-wind-
turbine_fig1_329041975)
6
kincir dan tegak lurus terhadap arah putaran rotor. Biasanya kincir jenis ini
memiliki sudu berbentuk airfoil seperti bentuk sayap pada pesawat. Secara umum
semakin banyak jumlah sudu, semakin tinggi putaran turbin. Kincir angin poros
horizontal banyak digunakan karena memiliki efisiensi yang tinggi. Berikut
beberapa jenis kincir angin poros horizontal :
Kincir angin jenis propeler adalah kincir angin dengan poros horizontal dan
biasanya memiliki jumlah sudu 2 atau 3 buah. Kincir angin jenis propeler
memiliki efisiensi yang cukup baik. Pada umumnya, untuk sistem pembangkit
listrik tenaga angin digunakan jenis ini karena karakteristiknya yang unggul.
Kincir angin jenis propeler dapat dilihat pada Gambar 2.3.
(sumber : https://interestingengineering.com/)
Kincir angin American Multiblade adalah salah satu jenis kincir angin dengan
poros horizontal yang memiliki jumlah sudu yang banyak, biasanya kincir angin
ini memiliki sudu lebih dari tiga buah. Sesuai dengan namanya, kincir angin ini
banyak ditemukan di negara Amerika Serikat dan biasanya digunakan untuk
7
memompa air, menggiling biji-bijian, dan sebagai pembangkit listrik. Kincir angin
American Multiblade dapat dilihat pada Gambar 2.4.
(sumber : https://interestingengineering.com/)
Kincir angin Dutch Four Arm adalah kincir angin dengan poros horizontal
yang memiliki jumlah sudu 4 buah. Kincir angin ini biasanya digunakan oleh
negara Belanda untuk menggerakkan pompa agar dapat mengeringkan lahan
dengan cara memompa air tanah keluar lahan yang biasa disebut polder. Adanya
angin secara teratur, dapat menjamin pompa tersebut untuk berfungsi secara terus
menerus sehingga pompa dapat terus beroperasi. Kincir angin Dutch Four Arm
dapat dilihat pada gambar 2.5.
8
Gambar 2. 5 Kincir Angin Dutch Four Arm
(sumber : www.pikist.com/free-photo-vqazq/id)
1. Kontruksi menara yang lebih besar dan kuat untuk menyangga bilah-bilah
yang besar diatas menara.
2. memiliki desain yang lebih rumit karena rotor hanya dapat menangkap
angin dari satu arah sehingga dibutuhkan pengarah angin.
9
mempermudah perawatan, dan kerja turbin tidak dipengaruhi arah angin. Berikut
beberapa jenis kincir angin poros vertikal :
Kincir angin savonius adalah salah satu jenis kincir angin poros vertikal yang
diciptakan oleh S.J. Savonius, pada tahun 1922 di Finlandia. Kincir angin
savonius memiliki rotor yang dibuat dengan dua belahan silider terpisah secara
longitudinal dan disusun secara radial pada sebuah poros vertikal. Penampang
lintang rotor menyerupai huruf “s”. Secara aerodinamis, kincir angin ini
digerakkan oleh gaya hambat (drag force) terhadap angin yang ditangkap oleh
sudu.
(sumber : www.caratekno.com/cara-membuat-generator-kincir-angin/)
Kincir angin darrieus adalah salah satu kincir angin poros vertikal yang
diciptakan oleh Darrieus G.J.M, seorang insinyur Perancis, ditahun 1920, yang
dipatenkan di Amerika Serikat di tahun 1931. Kincir angin darrieus memiliki
sudu-sudu lengkung menyempit dan berputar terhadapt sumbu vertikal. Secara
aerodinamis, kincir angin ini digerakkan oleh gaya angkat (lift force) terhadap
angin yang ditangkap oleh sudu.
10
Gambar 2. 7 Kincir Angin Darrieus
(sumber : https://fr.m.wikipedia.org/wiki/Fichier:Darrieus_rotor001.jpg)
Selain memiliki kelebihan, kincir angin poros vertikal juga memiliki kekurangan.
Kekurangan yang dimiliki kincir angin poros horizontal adalah :
1. Kualitas angin yang diterima kurang bagus karena secara umum dipasang
dekat dengan permukaan tanah.
2. Memiliki efisiensi yang lebih rendah dibanding dengan kincir angin poros
horizontal.
11
2.4.1. Daya Angin
Energi kinetik adalah energi yang terdapat pada angin, maka dapat
dirumuskan menjadi :
(2.1)
Dengan :
Daya adalah energi per satuan waktu. Daya angin berbanding lurus dengan
kerapatan udara, dan kubik kecepatan angin, seperti diungkapkan dengan
persamaan berikut: (Umanand,2007)
̇ (2.2)
Dengan :
̇ (2.3)
Dengan :
12
Sehingga dapat disederhanakan sebagai berikut :
(2.4)
(2.5)
Dimana :
(2.6)
Dengan :
13
= kecepatan sudut (rad/s).
(2.7)
Dari persamaan (2.6) dan (2.7), daya yang dihasilkan oleh kincir angin dapat
dinyatakan dengan persamaan :
(2.8)
Dengan :
Kecepatan linier unjung terluar sudu (blade tip speed) dapat dicari menggunakan
persamaan (2.9).
(2.9)
Dengan :
14
Sehingga tip speed ratio dapat ditentukan dari persamaan (2.10).
(2.10)
Dengan :
(2.11)
Dengan :
15
angin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 1919 oleh seorang
fisikawan asal Jerman, Albert Betz, menyimpulkan dari semua jenis kincir angin
efisiensi maksimum yang dihasilkan adalah 59,3% dan penemuan ini dinamakan
Betz Limit.
(sumber : www.windturbine-performance.com/www/BETZ%20LIMIT.htm)
2.5. Komposit
Komposit adalah material yang dibentuk dari campuran dua atau lebih
material baku dengan tujuan untuk mendapatkan mechanical properties atau sifat
mekanis yang lebih baik dan lebih bernilai. Dengan kata lain, komposit adalah
material baru yang diharapkan memiliki kualitas baik dari material-material baku.
Bahan komposit pada umumnya terdiri dari dua unsur, yaitu :
a. Reinforement
Komponen ini adalah bahan penguat pada sebuah material komposit. Biasanya,
komposisi reinforcement tidak melebihi 50% bahan matrik karena jika berlebihan,
16
ikatan kedua komponen ini tidak maksimal yang berakibat penurunan kualitas
komposit yang dihasilkan.
b. Matrik
Matrik berfungsi untuk melindungi dan mengikat serat agar dapat bekerja
dengan baik terhadap gaya-gaya yang terjadi. Oleh karena itu, untuk bahan matrik
sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang liat dan tahan terhadap perlakuan
kimia.
Tipe ini mempunyai sususan serat panjang dan lurus, membentuk lamina
diantara matriknya. Tipe ini mempunyai kelemahan pemisahan antar lapisan.
17
Komposit ini tidak mudah dipengaruhi pemisahan antar lapisan karena
susunan seratnya mengikat antar lapisan. Susunan serat memanjangnya yang tidak
begitu lurus mengakibatkan kekuatan dan kekakuannya melemah.
18
Gambar 2. 10 Tipe Komposit Serat (Ronald F. Gibson 1994)
Serat adalah bahan pengisi matrik yang digunakan untuk memperbaiki sifat
dan struktur matrik yang tidak dimilikinya, juga diharapkan mampu menjadi
bahan penguat matrik pada komposit untuk menahan gaya yang terjadi.
b. Letak Serat
Dalam pembuatan komposit, tata letak dan arah serat dalam matrik yang akan
menentukan kekuatan mekanik komposit. Letak dan arah dapat mempengaruhi
kinerja komposit tersebut. Menurut tata letak dan arah, serat diklasifikasikan
menjadi 3 bagian yaitu :
19
c. Panjang Serat
Serat panjang lebih kuat dibandingkan serat pendek. Oleh karena itu panjang
dan diameter sangat berpengaruh pada kekuatan maupun modulus komposit. Serat
panjang (continous fibre) lebih efisien dalam peletakannya daripada serat pendek.
d. Bentuk Serrat
e. Faktor Matrik
f. Katalis
20
yang digunakan terdapat tiga variasi yaitu 3 m/s, 3.5 m/s, dan 4 m/s serta variasi
jumlah blade yaitu 3, 4, 5 dan 6 blade. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
terbaik diperoleh pada kecepatan angin maksimal 4 m/s dan jumlah blade 5
dengan nilai koefisien daya 3.07%. Sedangkan untuk nilai terkecil diperoleh pada
kecepatan angin 3 m/s dan jumlah blade 3 yaitu dengan nilai koefisien daya
0.05%. Untuk nilai TSR maksimal pada kecepatan maksimal 4 m/s terjadi pada
jumlah blade 5 yaitu sebesar λ = 2.11, sedangkan untuk nilai terendah pada
kecepatan angin 3 m/s dihasilkan pada jumlah blade 3 yaitu sebesar λ = 1.49.
Penelitian yang dilakukan oleh Darwin Ravel Laempasa (2013) yang berjudul
“Pengaruh Jumlah Sudu Terhadap Unjuk Kerja Kincir Angin Propeler Dari
Bahan Pipa PVC”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui koefisien daya dan
tip speed ratio yang dihasilkan kincir angin, dan membandingkan daya yang
dihasilkan kincir angin dalam tiga variasi sudu, yakni 6, 3, dan 2 sudu. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kincir angin dengan 6 sudu menghasilkan daya
kincir sebesar 87,37 watt pada kecepatan angin 8,53 m/s dengan koefisien daya
32,03% pada Tip speed ratio 3,5. Kincir angin dengan 3 sudu menghasilkan daya
kincir sebesar 68,24 watt pada kecepatan angin 8,50 m/s dengan koefisien daya
24,1% pada tip speed ratio 4,0. Sedangkan kincir angin dengan 2 sudu
menghasilkan daya kincir sebesar 34,24 watt pada kecepatan angin 8,95 m/s
dengan koefisien daya 11% pada tip speed ratio 4,5. Sehingga dapat disimpulkan
kincir angin kincir angin dengan 6 sudu menghasilkan koefisien daya dan tip
speed ratio yang lebih besar daripada kincir angin dengan 3 dan 2 sudu.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Mulai
Pengambilan Data
Selesai
22
3.2. Objek Penelitian
Objek yang akan diteliti pada penelitian ini adalah kincir angin tipe propeller
dengan airfoil NACA 0024. Panjang chord airfoil sebesar 12 cm. Kincir angin ini
mempunyai luas penampang dengan panjang 40 cm dan lebar awal 12 cm, 9 cm
sampai 6 cm agar membentuk kerucut seperti pada Gambar 3.5. berikut gambar
skematik bentuk dari penampang sudu airfoil NACA yang digunakan dalam
penelitian ini dengan chord 12 cm, 9 cm, dan 6 cm yang ditunjukkan pada
Gambar 3.1, 3.2, dan 3.3
23
Gambar 3. 4 Bentuk penampang sudu airfoil NACA 0024 chord 6 cm
24
Gambar 3. 6 Desain sudu kincir anngin
a. Kertas karton
b. Pensil
c. Penggaris
d. Kuas
e. Amplas
f. Penjepit/tanggem tangan
g. Gunting
h. Mur, Baut, dan Ring
i. Gerinda tangan
j. Mesin bor
k. Kunci pas dan kunci L
a. Resin poliester
b. Katalis
c. Tepung plastik
d. Fiber Glass / serat kaca
25
e. Lem G
f. Dempul
g. Gips bubuk
h. Thinner
26
Gambar 3. 8 Dudukan Sudu
c. Fan Blower
Fan Blower berfungsi untuk menghisap udara sehingga udara melewati
kincir angin dan mengakibatkan berputarnya kincir angin. Gambar 3.8
menunjukkkan fan blower yang digunakan dalam penelitian ini.
27
Gambar 3. 10 Takometer
e. Anemometer
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin
yang melewati kincir angin yang dinyatakan dalam satuan meter per detik.
Gambar 3. 11 Anemometer
f. Timbangan Digital
Timbangan digital digunakan untuk mengukur beban yang diterima pada
saat kincir angin berputar. Gambar 3.8 menunjukkan timbangan digital yang
digunakan dalam penelitian ini
28
Gambar 3. 12 Timbangan Digital
g. Motor Listrik
Motor listrik berfungsi untuk memberi beban terhadap kincir angin yang
sedang berputar. Poros pada motor listrik akan berputar berlawanan arah
terhadap arah berputarnya poros kincir angin. Motor listrik yang digunakan
pada penelitian ini adalah motor listrik DC 24V.
29
digunakan untuk menambah atau mengurangi beban yang diberikan motor
listrik pada kincir angin.
30
2. Melapisi desain airfoil yang sudah dicetak di kertas hvs dengan kertas
karton agar lebih kuat. Setelah dilapisi kertas karton selanjutnya desain
airfoil digunting sesuai bentuk seperti gambar dibawah
31
Gambar 3. 18 Pelapisan permukaan kerangka
5. Sudu yang terbuat dari kertas karton tadi lalu dilapisi dempul agar
menghasilkan permukaan yang rata dan halus.
32
8. Setelah gipsum cair dituang lalu tunggu sampai gipsum mengeras secara
sempurna. Sudu yang terbuat dari kertas karton diangkat dari wadah
sehingga gipsum yang sudah mengeras sudah menjadi cetakan sudu kincir
angin.
b. Pembuatan sudu
1. Cetakan sudu yang terbuat dari gipsum dioleskan bensin yang bertujuan
agar resin yang digunakan untuk membuat sudu tidak menempel pada
permukaan cetakan sehingga cetakan dapat digunakan berkali-kali.
2. Mencampur resin, tepung plastik, dan katalis sebagai bahan utama
pembuatan sudu kincir angin. Resin dan katalis dicampur dengan
perbandingan 10:1 agar resin tidak terlalu cepat mengeras.
3. Campuran resin lalu dituang ke cetakan sudu dan diratakan dengan
menggunakan kuas. Lalu resin dilapisi dengan fyber glass / serat kaca.
Tunggu sekitar 10 menit hingga resin sedikit mengeras.
4. Oleskan kembali resin menggunakan kuas, lalu lapisi lapisan resin
kembali dengan serat kaca agar sudu kincir angin lebih kuat dengan
menggunakan dua lapisan serat kaca. Lalu tunggu resin hingga kering
sempurna. Setelah kering lepaskan resin yang sudah kering dari cetakan
sudu.
33
Gambar 3. 21 Pembuatan sudu 1
5. Ulangi langkah nomor tiga dan empat sebanyak delapan kali untuk
membuat 4 buah sudu kincir angin
c. Finishing sudu
34
1. Proses finishing sudu pertama dilakukan dengan merapikan sisi samping
sudu yang kurang rapi dikarenakan sisa sisa serat kaca. Proses ini
dilakukan dengan menggunakan amplas. Setelah itu permukaan sudu
didempul dan diamplas kembali agar menghasilkan permukaan yang rata
dan halus.
35
Pembuatan lubang baut pada sudu kincir angin dilakukan dengan
menggunakan mesin bor yang ada di laboratorium energi Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta dengan diameter 8mm.
a. Kecepatan angin.
b. Kecepatan putaran poros kincir angin.
c. Gaya pembebanan.
36
Gambar 3. 25 Skematik Pengujian
a. Mempersiapkan kincir angin yang telah dibuat, lalu mempersiapkan peralatan
penelitian yang menunjang pengambilan data.
b. Memasang variasi jumlah sudu kincir angin dan sudut kemiringan pada
dudukan sudu dengan menggunakan baut, mur dan ring. Kincir angin
dipasang membelakangi fan blower dikarenakan fan blower yang digunakan
berfungsi menghisap udara.
c. Memasang motor listrik pada poros kincir angin di bagian belakang kincir
angin sebagai mekanisme pembebanan pada penelitian ini. Motor listrik lalu
dihubungkan pada voltage regulator ssebagai pengatur daya motor listrik.
d. Anemometer dipasang tepat didepan kincir angin agar mengetahui kecepatan
angin yang akan melewati kincir angin.
e. Memulai penelitian dengan menyalakan fan blower, kemudian mengatur
kecepatan angin sesuai yang diinginkan.
f. Mencatat data yang terukur pada takometer, anemometer, dan timbangan
digital.
g. Kemudian menambah beban pada kincir angin dengan menaikkan daya pada
motor listrik menggunakan voltage regulator.
37
h. Melakukan langkah f dan g sampai kincir angin berhenti berputar akibat
beban yang diberikan, lalu matikan fan blower.
i. Kemudian pasang variasi jumlah sudu selanjutnya yang akan diuji.
Selanjutnya lakukan langkah e sampai h. Ulangi sampai ketiga variasi jumlah
sudu kincir angin selesai diuji.
j. Jika sudah melakukan langkah-langkah penelitian sampai selesai, selanjutnya
cabut dan merapikan peralatan yang digunakan saaat penelitian.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
38
jumlah sudu, yaitu dua sudu, tiga sudu, dan empat sudu. Data yang dihasilkan dari
pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.1, Tabel 4.2, dan Tabel 4.3..
39
27 4.9 306 0.98
28 5.0 305 0.98
29 4.8 285 0.98
30 4.9 291 0.98
31 5.0 305 1.23
32 4.9 296 1.23
33 4.9 273 1.23
34 4.8 264 1.23
35 4.9 262 1.23
36 4.9 265 1.23
37 4.9 253 1.37
38 5.0 271 1.37
39 4.9 255 1.37
40 5.0 251 1.37
41 4.9 239 1.37
42 4.9 244 1.37
43 4.9 232 1.47
44 4.9 236 1.47
45 4.9 233 1.47
46 5.2 274 1.57
47 5.2 272 1.62
48 5.1 271 1.62
49 4.9 227 1.67
50 4.9 218 1.67
51 5.0 230 1.67
52 5.0 224 1.72
53 5.0 229 1.72
54 5.1 220 1.72
40
5.1 330 0.54
4.9 318 0.74
3 4.8 308 0.74
4.9 311 0.74
5.0 316 0.88
4 4.9 308 0.88
4.9 300 0.88
4.8 291 0.88
5 4.9 296 0.88
5.0 310 0.88
4.8 285 1.03
6 5.0 296 1.03
5.0 298 1.03
4.9 294 1.03
7 4.8 281 1.03
5.0 295 1.03
4.9 282 1.13
8 4.9 280 1.13
4.9 283 1.13
4.9 278 1.13
9 4.8 270 1.13
4.8 264 1.13
4.8 246 1.23
10 4.9 266 1.23
4.9 258 1.23
4.9 253 1.23
11 4.9 250 1.23
4.9 245 1.23
41
5.0 309 0.64
5.0 298 0.78
3 5.1 306 0.78
5.0 294 0.78
5.0 296 0.78
4 4.9 283 0.78
5.0 289 0.78
4.8 266 0.83
5 5.0 282 0.83
4.9 268 0.83
4.8 253 0.88
6 4.9 255 0.88
5.0 260 0.88
42
Jadi daya kincir angin yang dihasilkan sebesar 54,489 watt.
43
Jadi kecepatan sudut kincir angin sebesar 32,044 rad/s.
44
4.2.6. Koefisien Daya (Cp)
Koefisien daya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.11. Data
yang diperoleh sebagai contoh pada tabel 4.1 baris ke 27 diketahui nilai daya
angin (Pin) sebesar 54,489 watt dan nilai daya kincir angin (Pout) sebesar 5,658
watt. Maka besar koefisien daya (Cp) dapat dihitung sebagai berikut :
45
6 5.1 324 0.64 0.115 33.929 61.437 3.894 3.293 6.339
7 5.0 319 0.64 0.115 33.406 57.894 3.834 3.307 6.623
8 5.1 312 0.64 0.115 32.673 61.437 3.750 3.171 6.104
9 4.9 310 0.64 0.115 32.463 54.489 3.726 3.279 6.838
10 5.0 325 0.83 0.150 34.034 57.894 5.108 3.369 8.823
11 5.0 315 0.83 0.150 32.987 57.894 4.951 3.266 8.552
12 4.9 306 0.83 0.150 32.044 54.489 4.810 3.237 8.827
13 5.0 303 0.88 0.159 31.730 57.894 5.043 3.141 8.710
14 5.1 312 0.88 0.159 32.673 61.437 5.192 3.171 8.452
15 5.0 305 0.88 0.159 31.940 57.894 5.076 3.162 8.768
16 4.9 302 0.88 0.159 31.625 54.489 5.026 3.195 9.224
17 4.9 300 0.88 0.159 31.416 54.489 4.993 3.174 9.163
18 5.1 312 0.88 0.159 32.673 61.437 5.192 3.171 8.452
19 5.0 303 0.93 0.168 31.730 57.894 5.323 3.141 9.194
20 5.1 318 0.93 0.168 33.301 61.437 5.586 3.232 9.093
21 5.0 315 0.93 0.168 32.987 57.894 5.534 3.266 9.558
22 5.0 309 0.93 0.168 32.358 57.894 5.428 3.203 9.376
23 4.9 298 0.93 0.168 31.206 54.489 5.235 3.152 9.607
24 4.9 298 0.93 0.168 31.206 54.489 5.235 3.152 9.607
25 4.9 282 0.98 0.177 29.531 54.489 5.215 2.983 9.570
26 5.0 298 0.98 0.177 31.206 57.894 5.510 3.089 9.518
27 4.9 306 0.98 0.177 32.044 54.489 5.658 3.237 10.384
28 5.0 305 0.98 0.177 31.940 57.894 5.640 3.162 9.742
29 4.8 285 0.98 0.177 29.845 51.221 5.270 3.078 10.289
30 4.9 291 0.98 0.177 30.473 54.489 5.381 3.078 9.875
31 5.0 305 1.23 0.221 31.940 57.894 7.050 3.162 12.177
32 4.9 296 1.23 0.221 30.997 54.489 6.842 3.131 12.556
33 4.9 273 1.23 0.221 28.588 54.489 6.310 2.888 11.581
34 4.8 264 1.23 0.221 27.646 51.221 6.102 2.851 11.913
Tabel 4.4 Hasil Pengolahan Data Dengan Variasi Empat Sudu (Lanjutan).
rerata Gaya
Putaran Kecepatan
Kec. Pengi Torsi Pin Pout Cp
No poros sudut ω λ
Angin mbang (Nm) (watt) (watt) (%)
(rpm) (rad/s)
(m/s) (N)
46
39 4.9 255 1.37 0.247 26.704 54.489 6.601 2.698 12.115
40 5.0 251 1.37 0.247 26.285 57.894 6.498 2.602 11.224
41 4.9 239 1.37 0.247 25.028 54.489 6.187 2.528 11.355
42 4.9 244 1.37 0.247 25.552 54.489 6.317 2.581 11.593
43 4.9 232 1.47 0.265 24.295 54.489 6.435 2.454 11.810
44 4.9 236 1.47 0.265 24.714 54.489 6.546 2.497 12.013
45 4.9 233 1.47 0.265 24.400 54.489 6.463 2.465 11.861
46 5.2 274 1.57 0.283 28.693 65.123 8.107 2.731 12.448
47 5.2 272 1.62 0.291 28.484 65.123 8.299 2.711 12.744
48 5.1 271 1.62 0.291 28.379 61.437 8.268 2.754 13.458
49 4.9 227 1.67 0.300 23.771 54.489 7.136 2.401 13.096
50 4.9 218 1.67 0.300 22.829 54.489 6.853 2.306 12.577
51 5.0 230 1.67 0.300 24.086 57.894 7.230 2.384 12.489
52 5.0 224 1.72 0.309 23.457 57.894 7.249 2.322 12.521
53 5.0 229 1.72 0.309 23.981 57.894 7.410 2.374 12.800
54 5.1 220 1.72 0.309 23.038 61.437 7.119 2.236 11.588
rerata Gaya
Putaran Kecepatan
Kec. Pengi Torsi Pin Pout Cp
No poros sudut ω λ
Angin mbang (Nm) (watt) (watt) (%)
(rpm) (rad/s)
(m/s) (N)
47
5 5.0 325 0.54 0.097 34.034 57.923 3.305 3.369 0.057
6 5.1 330 0.54 0.097 34.558 61.468 3.356 3.354 0.055
7 4.9 318 0.74 0.132 33.301 54.517 4.410 3.364 0.081
8 4.8 308 0.74 0.132 32.254 51.247 4.272 3.326 0.083
9 4.9 311 0.74 0.132 32.568 54.517 4.313 3.290 0.079
10 5.0 316 0.88 0.159 33.091 57.923 5.259 3.276 0.091
11 4.9 308 0.88 0.159 32.254 54.517 5.126 3.258 0.094
12 4.9 300 0.88 0.159 31.416 54.517 4.993 3.174 0.092
13 4.8 291 0.88 0.159 30.473 51.247 4.843 3.143 0.095
14 4.9 296 0.88 0.159 30.997 54.517 4.926 3.131 0.090
15 5.0 310 0.88 0.159 32.463 57.923 5.159 3.214 0.089
16 4.8 285 1.03 0.185 29.845 51.247 5.534 3.078 0.108
17 5.0 296 1.03 0.185 30.997 57.923 5.747 3.069 0.099
18 5.0 298 1.03 0.185 31.206 57.923 5.786 3.089 0.100
19 4.9 294 1.03 0.185 30.788 54.517 5.708 3.110 0.105
20 4.8 281 1.03 0.185 29.426 51.247 5.456 3.035 0.106
21 5.0 295 1.03 0.185 30.892 57.923 5.728 3.058 0.099
22 4.9 282 1.13 0.203 29.531 54.517 5.997 2.983 0.110
23 4.9 280 1.13 0.203 29.322 54.517 5.954 2.962 0.109
24 4.9 283 1.13 0.203 29.636 54.517 6.018 2.994 0.110
25 4.9 278 1.13 0.203 29.112 54.517 5.912 2.941 0.108
26 4.8 270 1.13 0.203 28.274 51.247 5.742 2.916 0.112
27 4.8 264 1.13 0.203 27.646 51.247 5.614 2.851 0.110
28 4.8 246 1.23 0.221 25.761 51.247 5.686 2.657 0.111
29 4.9 266 1.23 0.221 27.855 54.517 6.148 2.814 0.113
30 4.9 258 1.23 0.221 27.018 54.517 5.963 2.729 0.109
31 4.9 253 1.23 0.221 26.494 54.517 5.848 2.676 0.107
32 4.9 250 1.23 0.221 26.180 54.517 5.779 2.645 0.106
33 4.9 245 1.23 0.221 25.656 54.517 5.663 2.592 0.104
rerata Gaya
Putaran Kecepatan
Kec. Pengi Torsi Pin Pout
No poros sudut ω TSR Cp
Angin mbang (Nm) (watt) (watt)
(rpm) (rad/s)
(m/s) (N)
48
5 5.1 312 0.64 0.115 32.673 61.437 3.750 3.171 0.061
6 5.0 309 0.64 0.115 32.358 57.894 3.714 3.203 0.064
7 5.0 298 0.78 0.141 31.206 57.894 4.408 3.089 0.076
8 5.1 306 0.78 0.141 32.044 61.437 4.527 3.110 0.074
9 5.0 294 0.78 0.141 30.788 57.894 4.349 3.048 0.075
10 5.0 296 0.78 0.141 30.997 57.894 4.379 3.069 0.076
11 4.9 283 0.78 0.141 29.636 54.489 4.186 2.994 0.077
12 5.0 289 0.78 0.141 30.264 57.894 4.275 2.996 0.074
13 4.8 266 0.83 0.150 27.855 51.221 4.181 2.873 0.082
14 5.0 282 0.83 0.150 29.531 57.894 4.432 2.924 0.077
15 4.9 268 0.83 0.150 28.065 54.489 4.212 2.835 0.077
16 4.8 253 0.88 0.159 26.494 51.221 4.210 2.732 0.082
17 4.9 255 0.88 0.159 26.704 54.489 4.244 2.698 0.078
18 5.0 260 0.88 0.159 27.227 57.894 4.327 2.695 0.075
49
400
Gambar 4. 1 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros dengan
variasi empat sudu
Pada penelitian kincir angin dengan variasi empat sudu yang dilakukan
pada rerata kecepatan angin 5 m/s. Kincir angin dapat berputar dengan rata-rata
kecepatan putaran maksimal sebesar 335 rpm tanpa diberikan pembebanan dan
menghasilkan torsi maksimal sebesar 0,309 N.m pada rata-rata kecepatan putaran
kincir 224 rpm. Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros kincir
angin menjelaskan bahwa semakin besar nilai torsi yang dihasilkan maka semakin
rendah putaran poros kincir angin. Dengan kata lain, kecepatan putaran poros
kincir angin semakin rendah jika ditambah pembebanan.
50
16
14
12
Koefisien Daya (Cp)
10
8
6
4
Cp= -12.835λ2 + 67.316λ - 75.491
2
0
1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
Tip Speed Ratio (λ)
Gambar 4. 2 Grafik hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio dengan
variasi empat sudu
Persamaan kuadrat yang didapatkan dari Gambar 4.2 adalah Cp= -12,835λ2
+ 67,316λ – 75,491 yang merupakan pendekatan fitur trendline pada microsoft
office excel. Persamaan kuadrat ini dapat digunakan untuk mencari koefisien daya
maksimal dan tip speed ratio optimal dengan perhitungan dibawah ini :
51
Dari perhitungan diatas diperoleh koefisien daya maksimal sebesar 12,772%
pada saat tip speed ratio optimal sebesar 2,622
400
Kecepatan Putaran Poros (RPM)
350
300
250
200
150
100
50
0
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25
Torsi (Nm)
Gambar 4. 3 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros dengan
variasi tiga sudu
52
Pada penelitian kincir angin dengan variasi tiga sudu yang dilakukan pada
rerata kecepatan angin 5 m/s. Kincir angin dapat berputar dengan rata-rata
kecepatan putaran maksimal sebesar 334 rpm tanpa diberikan pembebanan dan
menghasilkan torsi maksimal sebesar 0,221 N.m pada kecepatan rata-rata putaran
kincir angin sebesar 249 rpm. Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran
poros kincir angin menjelaskan bahwa semakin besar nilai torsi yang dihasilkan
maka semakin rendah kecepatan putaran poros kincir angin. Dengan kata lain,
kecepatan putaran poros kincir angin akan semakin rendah jika ditambah
pembebanan.
14
12
Koefisien Daya (Cp)
10
4
λ = -27.067λ2 + 155.53λ - 211.74
2
0
2.0 2.2 2.4 2.6 2.8 3.0 3.2 3.4 3.6
Tip Speed Ratio (λ)
Gambar 4. 4 Grafik hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio dengan
variasi tiga sudu
Persamaan kuadrat yang didapatkan dari Gambar 4.4 adalah Cp= -27,067λ2
+ 155,53λ – 211,74 yang merupakan pendekatan fitur trendline pada microsoft
office excel. Persamaan kuadrat ini dapat digunakan untuk mencari koefisien daya
maksimal dan tip speed ratio optimal dengan perhitungan dibawah ini :
53
Setelah mendapatkan tip speed ratio optimal maka dapat disubstitusikan
ke dalam persamaan Cp= -27,067λ2 + 155,53λ – 211,74 untuk mengetahui
koefisien daya maksimal.
11,683
54
350
250
200
150
100
50
0
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20
Torsi (Nm)
Gambar 4. 5 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros dengan
variasi dua sudu
Pada penelitian kincir angin dengan variasi dua sudu yang dilakukan pada
rerata kecepatan angin 5 m/s. Kincir angin dapat berputar dengan rata-rata
kecepatan putaran maksimal sebesar 316 rpm tanpa diberikan pembebanan dan
menghasilkan torsi maksimal sebesar 0,159 N.m pada kecepatan rata-rata putaran
kincir angin sebesar 256 rpm. Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran
poros kincir angin menjelaskan bahwa semakin besar nilai torsi yang dihasilkan
maka semakin rendah kecepatan putaran poros kincir angin. Dengan kata lain,
kecepatan putaran poros kincir angin akan semakin rendah jika ditambah
pembebanan.
55
10
9
Koefisien Daya (Cp) 8
7
6
5
4
3
λ = -43.108λ2 + 249.33λ - 351.72
2
1
0
2.0 2.2 2.4 2.6 2.8 3.0 3.2 3.4
Tip Speed Ratio (λ)
Gambar 4. 6 Grafik hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio dengan
variasi dua sudu
Persamaan kuadrat yang didapatkan dari Gambar 4.6 adalah Cp= -43,103λ2
+ 249,33λ – 351,72 yang merupakan pendekatan fitur trendline pada microsoft
office excel. Persamaan kuadrat ini dapat digunakan untuk mencari koefisien daya
maksimal dan tip speed ratio optimal dengan perhitungan dibawah ini :
56
Dari perhitungan diatas diperoleh koefisien daya maksimal sebesar 8,843%
pada saat tip speed ratio optimal sebesar 2,892
4.5. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja terbaik dari setiap
variasi jumlah sudu kincir angin tipe propeller dengan NACA 0024. Dilakukan
perbandingan dari grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros kincir
angin dari setiap variasi jumlah sudu yang diuji, dapat dilihat pada Gambar 4.7
dan perbandingan dari grafik hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio
dari setiap variasi jumlah sudu yang diuji, dapat dilihat pada Gambar 4.8.
400
Kecepatan Putaran Poros (rpm)
350
300
250
200
150
100
50
0
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35
Torsi (N.m)
Gambar 4. 7 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros untuk
semua variasi jumlah sudu
Dari Gambar 4.7 dapat disimpulkan bahwa kincir angin dengan variasi
empat sudu menghasilkan nilai torsi yang paling besar dibandingkan dengan
57
variasi tiga sudu dan dua sudu, yaitu sebesar 0,309 N.m pada rata-rata kecepatan
putaran kincir angin 224 rpm. Pada kincir angin dengan variasi tiga sudu dan dua
sudu menghasilkan nilai torsi sebesar 0,221 N.m dan 0,159 N.m pada rata-rata
kecepatan putaran kincir angin 249 rpm dan 256 rpm.
16
14
Koefisien Daya (Cp)
12
10
8
6
4
2
0
2.0 2.2 2.4 2.6 2.8 3.0 3.2 3.4 3.6
Tip Speed Ratio (λ)
Gambar 4. 8 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros untuk
semua variasi jumlah sudu
Dari Gambar 4.8 dapat disimpulkan bahwa kincir angin dengan variasi
empat sudu menghasilkan koefisien daya maksimal terbesar dibandingkan dengan
variasi tiga sudu dan dua sudu, yaitu sebesar 13,458%, dengan menggunakan
persamaan yang didapat dari pendekatan fitur trendline didapat koefisien daya
maksimal sebesar 12,772%. Sedangkan koefisien daya maksimal dengan variasi
tiga sudu sebesar 11,278%, dengan menggunakan persamaan yang didapat dari
pendekatan fitur trendline didapat sebesar 11,683% dan koefisien daya maksimal
dengan variasi dua sudu sebesar 8,220%, dengan menggunakan persamaan yang
didapat dari pendekatan fitur trendline didapat sebesar 8,843%. Kincir angin
dengan variasi dua sudu menghasilkan tip speed ratio optimal terbesar
dibandingkan dengan variasi empat sudu dan tiga sudu yaitu sebesar 2,892,
sedangkan untuk variasi empat sudu dan tiga sudu menghasilkan tip speed ratio
optimal sebesar 2,622 dan 2,873
58
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian pengaruh kincir angin model propeler NACA 0024
dengan variasi jumlah sudu, yaitu empat sudu, tiga sudu, dan dua sudu diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
a. Telah dibuat kincir angin model propeler NACA 0024 dengan variasi jumlah
sudu yaitu, empat sudu, tiga sudu, dan dua sudu yang telah digunakan dalam
penelitian ini.
b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kincir angin dengan variasi empat sudu
menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 12,458% pada tip speed ratio
optimal sebesar 2,754. Kincir angin dengan variasi tiga sudu menghasilkan
koefisien daya maksimal sebesar 11,278% pada tip speed ratio optimal
sebesar 2,814. Sedangkan kincir angin dengan variasi dua sudu menghasilkan
koefisien daya sebesar 8,220% pada tip speed ratio optimal sebesar 2,732.
c. Hasil penelitian dari ketiga variasi jumlah sudu yang telah diuji menunjukkan
bahwa, kincir angin dengan variasi empat sudu menghasilkan unjuk kerja
terbaik dibandingkan dengan variasi tiga sudu dan dua sudu.
5.2. Saran
Setelah dilakukan penelitian, ada beberapa hal yang menjadi saran untuk
penelitian selanjutnya :
a. Lakukan penelitian dengan model NACA lain dan perbanyak variasi jumlah
sudu yang diuji.
b. Lakukan penelitian dengan mengubah sudut kemiringan sudu (pitch angle).
c. Memperhatikan pemasangan sudu harus presisi agar kincir angin dapat
bekerja dengan baik.
59
d. Memperhatikan alat uji yang akan digunakan dalam penelitian dalam kondisi
normal agar penelitian berjalan dengan lancar.
60
DAFTAR PUSTAKA
Nakhoda, Yusuf Ismail, dan Chorul Saleh. 2015. “Rancang Bangun Kincir Angin
Sumbu Vertikal Pembangkit Tenaga Listrik Portabel”. Seminar Nasional
Sains dan Teknologi Terapan III 2015, ISBN : 978-602-98569-1-0. Institut
Teknologi Adhi Tama, Surabaya.
Daniarsyah, Adrian. 2021. “ Apa itu Komposit? Berikut Definisi dan Contoh
Penggunaan Lengkapnya”. https://wira.co.id/category/referensi/amp/.
Diakses 5 Juli 2022.
Fachri, Muhammad Rizal, dan Hendrayana. 2017. “Analisa Potensi Energi Angi
Dengan Distribusi Weibull Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)
Banda Aceh”. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, Vol.1, No.1
[Februari 2017] 1-8. ISSN : 2549-3698.
Laempasa, Darwin Ravel. 2013. “Pengaruh Jumlah Sudu Terhadap Unjuk Kerja
Kincir Angin Propeler Dari Bahan Pipa PVC”. Tugas akhir. Program Studi
Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
61
2021). Energi Angin. Potensi Energi Angin Indonesia 2020.
https://p3tkebt.esdm.go.id/pilot-plan-project/energi_angin/potensi-energi-
angin-indonesia-2020. Diakses 5 Juli 2022.
Daryanto, Y., 2007, Kajian Potensi angin Untuk Pembangkit Listrik Tenaga
Bayu. Yogyakarta: BALAI PPTAGG – UPT-LAGG.
62