Anda di halaman 1dari 76

PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA KINCIR

ANGIN MODEL PROPELER DENGAN NACA 0024

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan

mencapai derajat sarjana S-1

Program Studi Teknik Mesin

Oleh :

ANJU FRANSIUS MALANGO

NIM : 185214109

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2022

i
PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA KINCIR
ANGIN MODEL PROPELER DENGAN NACA 0024

Disusun oleh

ANJU FRANSIUS MALANGO

NIM : 185214109

Telah disetujui oleh :

Dosen pembimbing

Dr. Ir.Yohanes Baptista Lukiyanto

ii
PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA KINCIR
ANGIN MODEL PROPELER DENGAN NACA 0024

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

NAMA : ANJU FRANSIUS MALANGO

NIM : 185214109

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji

Pada tanggal

Susunan Dewan Penguji


Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua :

Sekretaris :

Anggota :

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Teknik

Yogyakarta,...............................

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Dekan

Prof. Ir. Sudi Mungkasi, Ph.D.

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Dengan ini penulis menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam


skripsi dengan judul:

PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA KINCIR


ANGIN MODEL PROPELER DENGAN NACA 0024

Yang saya buat untuk melengkapi persyaratan ditempuh untuk menjadi Sarjana
Teknik, Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar sarjana di perguruan tinggi manapun dan sejauh yang saya
ketahui tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali bagian informasi diacu dan disebutkan dalam daftar
pustaka.

Yogyakarta,

Penulis

Anju Fransius Malango

iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : ANJU FRANSIUS MALANGO

NIM : 185214109

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :

PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA KINCIR


ANGIN MODEL PROPELER DENGAN NACA 0024

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata


Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalitas kepada saya
selama tanpa mencantumkan saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Yogyakarta,

Penulis

Anju Fransius Malango

v
INTISARI

Energi angin merupakan salah satu energi yang dapat dijadikan sebagai
energi alternatif menggantikan energi fosil yang selama ini menjadi sumber energi
utama di seluruh dunia. Kincir angin merupakan sebuah alat yang berfungsi
merubah energi kinetik angin menjadi energi mekanik berupa putaran poros.
Putaran poros tersebut kemudian digunakan untuk beberapa hal sesuai dengan
kebutuhan seperti memutar dinamo atau generator untuk menghasilkan listrik.
Maka dari itu dibuat penelitian dengan tujuan untuk mengetahui unjuk kerja dari
kincir angin, serta mengetahui nilai koefisien daya dan tip speed ratio dari
masing-masing variasi jumlah sudu yang akan diuji.

Kincir angin yang digunakan dalam penelitian ini adalah kincir angin
propeler dengan penampang airfoil NACA 0024 yang terbuat dari bahan
komposit. Penelitian ini menggunakan tiga variasi jumlah sudu yaitu empat sudu,
tiga sudu, dan dua sudu dengan rerata kecepatan angin sebesar 5 m/s.

Hasil penelitian kincir angin menunjukkan bahwa kincir angin dengan


variasi empat sudu menghasilkan unjuk kerja terbaik dibanding dengan variasi
tiga sudu dan dua sudu. Kincir angin dengan variasi empat sudu menghasilkan
koefisien daya maksimal sebesar 12,772% pada tip speed ratio optimal sebesar
2,622. Pada kincir angin dengan variasi tiga sudu menghasilkan koefisien daya
maksimal sebesar 11,683% pada tip speed ratio optimal sebesar 2,873. Sedangkan
pada kincir angin dengan variasi dua sudu menghasilkan koefisien daya maksimal
sebesar 8,843% pada tip speed ratio optimal sebesar 2,892.

Kata kunci : Airfoil, Energi, Kincir angin propeler, Koefisien daya, Tip
speed ratio.

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat serta kasih-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
“Pengaruh Jumlah Sudu Terhadap Unjuk Kerja Kincir Angin Model Propeler
Dengan NACA 0024”.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi tidak lepas dari campur


tangan pihak-pihak yang ikut membantu, sehingga pada kesempatan ini penulis
dengan segala rasa hormat ingin menyampaikan rasa trimakasih sebesar-besarnya
kepada :

1. Sudi Mungkasi,S.Si.,M.Math.Sc.,Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sains dan


Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Budi Setyahandana, M.T. Selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Stefan Mardikus, M.T. Selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Dr. Ir.Yohanes Baptista Lukiyanto selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
5. Seluruh Dosen Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan mendukungan sehingga
pembuatan skripsi dapat terselesaikan.
6. Orang tua yang telah memberikan dukungan dalam hal materi maupun
spiritual.
7. Christina, Yuli dan Ayu selaku saudari kandung yang selalu memberi
dukungan.
8. Iran Daniel Saragih selaku rekan kelompok tugas akhir.
9. Rekan-rekan mahasiswa Prodi Teknik Mesin dan semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi
ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi tidak sempurna dan


masih banyak yang perlu diperbaiki, sehingga penulis sangat mengharapkan

vii
masukan dan kritikan yang dapat menyempurnakannya. Penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua terutama di bidang pendidikan.

Yogyakarta,

Penulis

viii
DAFTAR ISI

SKRIPSI ................................................................................................................... i

Disusun oleh ............................................................................................................ ii

Susunan Dewan Penguji ......................................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR .................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH


UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................... v

INTISARI............................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

BAB I ...................................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

1.5. Batasan Masalah ....................................................................................... 3

BAB II ..................................................................................................................... 4

2.1. Airfoil NACA ........................................................................................... 4

2.2. Konsep Dasar Angin ................................................................................ 5

2.3. Kincir Angin ............................................................................................. 5

2.3.1. Kincir Angin Poros Horizontal ......................................................... 6

2.3.2. Kincir Angin Poros Vertikal ............................................................. 9

ix
2.4. Persamaan Perhitungan .......................................................................... 11

2.4.1. Daya Angin ..................................................................................... 12

2.4.2. Torsi Kincir Angin .......................................................................... 13

2.4.3. Daya Kincir Angin .......................................................................... 13

2.4.4. Tip Speed Ratio ............................................................................... 14

2.4.5. Koefisien Daya ................................................................................ 15

2.4.6. Betz Limit ........................................................................................ 15

2.5. Komposit ................................................................................................ 16

2.5.1. Klasifikasi Bahan Komposit ........................................................... 17

2.5.2. Tipe Komposit Serat ....................................................................... 17

2.5.3. Faktor Yang Mempengaruhi Peforma Komposit ............................ 19

2.6. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 20

BAB III ................................................................................................................. 22

3.1. Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 22

3.2. Objek Penelitian ..................................................................................... 23

3.3. Alat dan Bahan ....................................................................................... 25

3.4. Alat Penelitian ........................................................................................ 26

3.5. Pembuatan Sudu Kincir Angin ............................................................... 30

3.6. Variabel Penelitian dan Paramete Yang Diukur ..................................... 36

3.7. Langkah Penelitian ................................................................................. 36

BAB IV ................................................................................................................. 38

4.1. Data Hasil Pengujian .............................................................................. 38

4.2. Pengolahan Data dan Perhitungan .......................................................... 42

4.2.1. Perhitungan Daya Angin ................................................................. 42

4.2.2. Perhitungan Torsi ............................................................................ 43

x
4.2.3. Perhitungan Kecepatan Sudut ......................................................... 43

4.2.4. Perhitungan Daya Kincir Angin ...................................................... 44

4.2.5. Tip Speed Ratio (λ).......................................................................... 44

4.2.6. Koefisien Daya (Cp) ........................................................................ 45

4.3. Hasil Pengolahan Data ........................................................................... 45

4.4. Grafik Hasil Pengolahan Data ................................................................ 49

4.4.1. Grafik Kincir Angin Dengan Variasi Empat Sudu ......................... 49

4.4.2. Grafik Kincir Angin Dengan Variasi Tiga Sudu............................. 52

4.4.3. Grafik Kincir Angin Dengan Variasi Dua Sudu ............................. 54

4.5. Pembahasan ............................................................................................ 57

BAB V................................................................................................................... 59

5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 59

5.2. Saran ....................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Bagian-bagian airfoil NACA ............................................................. 4


Gambar 2. 2 Generator listrik tenaga angin Charles Brush tahun 1888.................. 6
Gambar 2. 3 Kincir Angin Propeler ........................................................................ 7
Gambar 2. 4 Kincir Angin American Multiblade ................................................... 8
Gambar 2. 5 Kincir Angin Dutch Four Arm ........................................................... 9
Gambar 2. 6 Kincir Angin Savonius ..................................................................... 10
Gambar 2. 7 Kincir Angin Darrieus ...................................................................... 11
Gambar 2. 8 Grafik hubungan Cp dan TSR........................................................... 16
Gambar 2. 9 Tipe Discontinous Fibre Composite (Ronald F. Gibson 1994) ....... 18
Gambar 2. 10 Tipe Komposit Serat (Ronald F. Gibson 1994).............................. 19
Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian ....................................................................22
Gambar 3. 2 Bentuk penampang sudu airfoil NACA 0024 chord 12 cm. ........... 23
Gambar 3. 3 Bentuk penampang sudu airfoil NACA 0024 chord 9 cm .............. 23
Gambar 3. 4 Bentuk penampang sudu airfoil NACA 0024 chord 6 cm .............. 24
Gambar 3. 5 Skematik penampang sudu kincir angin........................................... 24
Gambar 3. 6 Desain sudu kincir anngin ................................................................ 25
Gambar 3. 7 Sudu Kincir Angin ........................................................................... 26
Gambar 3. 8 Dudukan Sudu .................................................................................. 27
Gambar 3. 9 Fan Blower ....................................................................................... 27
Gambar 3. 10 Takometer....................................................................................... 28
Gambar 3. 11 Anemometer ................................................................................... 28
Gambar 3. 12 Timbangan Digital ......................................................................... 29
Gambar 3. 13 Motor Listrik DC 24V .................................................................... 29
Gambar 3. 14 Voltage Regulator .......................................................................... 30
Gambar 3. 15 Cetakan airfoil pada kertas HVS .................................................... 30
Gambar 3. 16 Potongan cetakan airfoil................................................................. 31
Gambar 3. 17 Tempelan potongan airfoil pada kertas karton ............................... 31
Gambar 3. 18 Pelapisan permukaan kerangka ...................................................... 32
Gambar 3. 19 Pelapisan dempul pada sudu yang terbuat dari karton ................... 32

xii
Gambar 3. 20 Cetakan sudu .................................................................................. 33
Gambar 3. 21 Pembuatan sudu 1........................................................................... 34
Gambar 3. 22 Pembuatan sudu 2........................................................................... 34
Gambar 3. 23 Finishing sudu ................................................................................ 35
Gambar 3. 24 Pengeringan sudu ........................................................................... 35
Gambar 3. 25 Skematik Pengujian ........................................................................ 37
Gambar 4. 1 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros dengan
variasi empat sudu..................................................................................................50
Gambar 4. 2 Grafik hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio dengan
variasi empat sudu ................................................................................................. 51
Gambar 4. 3 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros dengan
variasi tiga sudu..................................................................................................... 52
Gambar 4. 4 Grafik hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio dengan
variasi tiga sudu..................................................................................................... 53
Gambar 4. 5 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros dengan
variasi dua sudu ..................................................................................................... 55
Gambar 4. 6 Grafik hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio dengan
variasi dua sudu ..................................................................................................... 56
Gambar 4. 7 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros untuk
semua variasi jumlah sudu .................................................................................... 57
Gambar 4. 8 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros untuk
semua variasi jumlah sudu .................................................................................... 58

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Data Hasil Pengujian Dengan Variasi Empat Sudu. ............................ 39


Tabel 4. 2 Data Hasil Pengujian Dengan Variasi Tiga Sudu. ............................... 40
Tabel 4. 3 Data Hasil Pengujian Dengan Variasi Dua Sudu. ................................ 41
Tabel 4. 4 Hasil Pengolahan Data Dengan Variasi Empat Sudu. ......................... 45
Tabel 4. 5 Hasil Pengolahan Data Dengan Variasi Tiga Sudu. ............................ 47
Tabel 4. 6 Hasil Pengolahan Data Dengan Variasi Dua Sudu .............................. 48

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Energi merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan oleh masyarakat
pada masa kini. Energi bukan lagi hanya menjadi kebutuhan komoditas, namun
sebagai kebutuhan dasar yang ketersediaan pasokannya harus diutamakan.
Sedangkan, energi fosil yang selama ini merupakan sumber energi utama
ketersediaannya sangat terbatas dan terus mengalami deplesi (depletion:
kehabisan, menipis). Proses alam memerlukan waktu yang sangat lama untuk
dapat kembali menyediakan energi fosil ini. Ditambah dengan penyebab terbesar
pemanasan global adalah karbon dioksida (CO2) yang dilepaskan ketika bahan
bakar fosil seperti minyak dan batubara yang dibakar untuk menghasilkan energi.
Besarnya penggunaan bahan bakar fosil untuk aktivitas manusia akan
menyumbangkan peningkatan CO2 di udara. Menurut Sulistyono (2012),
Penyebab utama pemanasan global adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti
minyak bumi, gas alam dan batubara yang melepaskan karbon dioksida (CO2) dan
gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Maka dari itu,
penggunaan energi alternatif selain energi fosil sangat dibutuhkan untuk
menanggulangi dampak yang ditimbulkan dalam penggunaan energi fosil.

Energi angin adalah salah satu energi terbarukan yang dapat dengan cepat
dipulihkan kembali secara alami, dan prosesnya berkelanjutan. Menurut Daryanto
(2007), Energi terbarukan dapat didefinisikan sebagai energi yang secara cepat
dapat diproduksi kembali melalui proses alam. Sehingga energi angin dapat
dijadikan sebagai energi alternatif. Berdasarkan hasil pemetaan distribusi
kecepatan angin, didapat kecepatan angin yang tinggi (6 - 8 m/s) terjadi di pesisir
selatan pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Maluku, dan NTT (sumber : Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru,

1
Terbarukan, dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) Tahun 2020). Potensi ini
sangatlah mendukung Indonesia dalam penggunaan energi angin sebagai salah
satu energi alternatif.

Kincir angin adalah alat yang dibutuhkan untuk mengubah energi kinetik
yang terdapat pada angin menjadi energi mekanik untuk menggerakkan generator
sehingga menghasilkan listrik. Kincir angin dibedakan berdasarkan porosnya yaitu
poros horizontal dan poros vertical. Kincir angin tipe propeler masuk dalam
kategori kincir angin poros horizontal dan mempunyai sudu berupa sayap
pesawat.

Penelitian ini menggunakan kincir angin tipe propeler yang dibuat


menggunakan komposit paduan antara resin, katalis dan fiberglass (serat kaca)
sebagai bahan pembuat sudunya. Penelitian ini menggunakan tiga variasi jumlah
sudu, yaitu 2, 3, dan 4 sudu, serta menggunakan kemiring sudut (pitch angle)
sebesar 15º. Melalui penelitian ini akan diketahui pengaruh jumlah sudu terhadap
unjuk kerja model kincir angin yang ditunjukkan melalui koefisien daya dan tip
speed ratio kaitannya.

1.2. Perumusan Masalah


Masalah yang dapat dirumuskan dalam penilitian ini adalah :

a. Pengoptimalan secara maksimal sumber daya angin di Indonesia


b. Efisiensi kincir angin yang paling tinggi yang dapat di aplikasikan
c. Karakteristik kincir angin model propeler

1.3. Tujuan Penelitian


Dalam penelitian ini mempunyai tujuan yaitu :

a. Merancang, membuat, dan merakit kincir angin model propeler NACA


0024 dengan tiga variasi jumlah sudu.

2
b. Mengetahui nilai Tip Speed Ratio (TSR) dan Koefisien daya (Cp) dari
kincir angin yang diuji.
c. Mengetahui unjuk kerja terbaik dari beberapa variasi jumlah sudu kincir
angin yang diuji.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah :

a. Mengetahui kinerja kincir angin model propeler berpenampang NACA


0024 pada setiap variasi jumlah sudunya.
b. Sumber referensi bagi pengembangan teknologi angin sebagai teknologi
energi alternatif.
c. Menambah informasi tentang kincir angin di Indonesia khususnya
masyarakat yang di pesisir.

1.5. Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam pembuatan kincir angin yang diuji sebagai
berikut :

a. Model kincir angin menggunakan tipe propeler dengan berpenampang


NACA 0024.
b. Diameter kincir angin sebesar 99 cm.
c. Sudut kemiringan (pitch angle) 15º tegak lurus dari garis pusat atau titik
sumbu sudut.
d. Pengujian dilakukan untuk mengetahui TSR (Tip Speed Ratio) dan Cp
(Koefisien daya).
e. Pengujian ini menggunakan tiga variasi jumlah sudu yaitu dua sudu, tiga
sudu, dan empat sudu.
f. Pengujian dilakukan dengan menggunakan rerata kecepatan angin 5m/s.
g. Pengujian kincir angin menggunakan blower yang ada di Laboratorium
Konversi Energi Angin milik Universitas Sanata Dharma.

3
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Airfoil NACA


Airfoil atau aerofoil adalah suatu bentuk geometri yang apabila ditempatkan
di suatu aliran fluida akan memproduksi gaya angkat (lift) lebih besar dari gaya
hambat (drag).

NACA airfoil adalah bentuk airfoil sayap pesawat udara yang dikembangkan
oleh National Advisory Committee for Aeronautics (NACA). Sampai sekitar
Perang Dunia II, airfoil yang banyak digunakan adalah hasil riset Gottingen.
Selama periode ini banyak pengujian airfoil dilakukan diberbagai negara, namun
hasil riset NACA lah yang paling terkemuka. Pengujian yang dilakukan NACA
lebih sistematik dengan membagi pengaruh efek kelengkungan dan distribusi
ketebalan atau thickness serta pengujiannya dilakukan pada bilangan Reynold
yang lebih tinggi dibanding yang lain. Karakteristik aerodinamika merupakan
suatu hal yang sangat penting dalam bidang ilmu aplikasi aerodinamika yang
ditujukan untuk mendapatkan bentuk benda yang aerodinamis (Mulyadi, 2010).

Gambar 2. 1 Bagian-bagian airfoil NACA

(Sumber : www.aeroengineering.co.id)

a. Leading edge adalah ujung depan dari airfoil atau sayap yang secara
umum berbentuk cembung.

4
b. Trailling edge adalah ujung belakang dari airfoil atau sayap yang secara
umum berbentuk runcing.
c. Chord adalah panjang garis yang ditarik dari leading edge ke trailing edge.
d. Chamber adalah besarnya jarak antara garis rata-rata airfoil atas dan
bawah terhadap garis tengah (Chord line)
e. Thickness adalah ketebalan airfoil maksimal.
f. Mean camber line adalah garis semu yang membagi airfoil.
g. Chord C adalah panjang total dari suatu airfoil.

2.2. Konsep Dasar Angin


Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan tinggi menuju ke tekanan
rendah atau sebaliknya yaitu dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang
lebih tinggi. Penyebab dari pergerakan ini adalah pemanasan bumi oleh radiasi
matahari. Udara di atas permukaan bumi selain di panaskan oleh matahari secara
langsung, juga mendapat pemanasan dari radiasi matahari. Kondisi bumi yang
tidak homogen, sehingga terjadi perbedaan suhu dan tekanan udara antara daerah
yang menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit
menerima energi panas, Mengakibatkan terjadinya aliran udara pada wilayah
tersebut.

2.3. Kincir Angin


Menurut Nakhoda (2015), Kincir angin merupakan sebuah alat yang
digunakan dalam Sistem Konversi Energi Angin (SKEA). Kincir angin berfungsi
merubah energi kinetik angin menjadi energi mekanik berupa putaran poros.
Putaran poros tersebut kemudian digunakan untuk beberapa hal sesuai dengan
kebutuhan seperti memutar dinamo atau generator untuk menghasilkan listrik.

Kincir angin modern pertama, yang khusus didesain untuk pembangkit listrik
dibangun di Denmark pada tahun 1880. Turbin ini mensuplai listrik untuk
kawasan pedesaan. Pada periode yang sama (tahun 1888-an), sebuah generator

5
listrik angin besar dengan rotor berdiameter 17 meter dibangun oleh seorang
insinyur berkebangsaan Amerika Serikat bernama Charles Brush di Cleveland,
Ohio, Amerika Serikat. Untuk pertama kalinya, gearbox penaik putaran
diterapkan dalam desain kincir ini. Sistem ini bekerja selama 20 tahun dengan
output daya (rated power) sebesar 12 kW.

Gambar 2. 2 Generator listrik tenaga angin Charles Brush tahun 1888

(sumber : www.researchgate.net/figure/Charles-Brush-wind-
turbine_fig1_329041975)

Desain dari kincir/turbin angin sangat banyak macam jenisnya, berdasarkan


bentuk rotor, kincir angin dibagi menjadi dua tipe, yaitu turbin angin poros
horizontal (horizontal axis wind turbine) dan turbin angin poros vertikal (vertical
axis wind turbine).

2.3.1. Kincir Angin Poros Horizontal


Kincir Angin Poros Horizontal atau Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT)
merupakan Kincir angin yang poros utamanya berputar menyesuaikan arah angin.
Agar rotor dapat berputar dengan baik, arah angin harus sejajar dengan poros

6
kincir dan tegak lurus terhadap arah putaran rotor. Biasanya kincir jenis ini
memiliki sudu berbentuk airfoil seperti bentuk sayap pada pesawat. Secara umum
semakin banyak jumlah sudu, semakin tinggi putaran turbin. Kincir angin poros
horizontal banyak digunakan karena memiliki efisiensi yang tinggi. Berikut
beberapa jenis kincir angin poros horizontal :

a. Kincir Angin Propeler

Kincir angin jenis propeler adalah kincir angin dengan poros horizontal dan
biasanya memiliki jumlah sudu 2 atau 3 buah. Kincir angin jenis propeler
memiliki efisiensi yang cukup baik. Pada umumnya, untuk sistem pembangkit
listrik tenaga angin digunakan jenis ini karena karakteristiknya yang unggul.
Kincir angin jenis propeler dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2. 3 Kincir Angin Propeler

(sumber : https://interestingengineering.com/)

b. Kincir Angin American Multiblade

Kincir angin American Multiblade adalah salah satu jenis kincir angin dengan
poros horizontal yang memiliki jumlah sudu yang banyak, biasanya kincir angin
ini memiliki sudu lebih dari tiga buah. Sesuai dengan namanya, kincir angin ini
banyak ditemukan di negara Amerika Serikat dan biasanya digunakan untuk

7
memompa air, menggiling biji-bijian, dan sebagai pembangkit listrik. Kincir angin
American Multiblade dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2. 4 Kincir Angin American Multiblade

(sumber : https://interestingengineering.com/)

c. Kincir Angin Dutch Four Arm

Kincir angin Dutch Four Arm adalah kincir angin dengan poros horizontal
yang memiliki jumlah sudu 4 buah. Kincir angin ini biasanya digunakan oleh
negara Belanda untuk menggerakkan pompa agar dapat mengeringkan lahan
dengan cara memompa air tanah keluar lahan yang biasa disebut polder. Adanya
angin secara teratur, dapat menjamin pompa tersebut untuk berfungsi secara terus
menerus sehingga pompa dapat terus beroperasi. Kincir angin Dutch Four Arm
dapat dilihat pada gambar 2.5.

8
Gambar 2. 5 Kincir Angin Dutch Four Arm

(sumber : www.pikist.com/free-photo-vqazq/id)

Kelebihan yang dimiliki kincir angin poros horizontal adalah :

1. Menara yang tinggi memungkinkan penempatan kincir pada landasan yang


tidak darat atau dilokasi garis pantai.
2. Memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibanding kincir angin poros vertikal

Selain memiliki kelebihan, kincir angin poros horizontal juga memiliki


kekurangan. Kekurangan yang dimiliki kincir angin poros horizontal adalah :

1. Kontruksi menara yang lebih besar dan kuat untuk menyangga bilah-bilah
yang besar diatas menara.
2. memiliki desain yang lebih rumit karena rotor hanya dapat menangkap
angin dari satu arah sehingga dibutuhkan pengarah angin.

2.3.2. Kincir Angin Poros Vertikal


Kincir angin poros vertikal atau Vertical Axis Wind Turbine (VAWT)
merupakan kincir angin sumbu tegak yang gerakan poros dan rotor sejajar dengan
arah angin, sehingga rotor dapat berputar pada semua arah angin. Kincir angin
poros vertikal memiliki torsi yang tinggi sehingga dapat berputar pada kecepatan
angin rendah, generator dapat ditempatkan di bagian bawah turbin sehingga

9
mempermudah perawatan, dan kerja turbin tidak dipengaruhi arah angin. Berikut
beberapa jenis kincir angin poros vertikal :

a. Kincir Angin Savonius

Kincir angin savonius adalah salah satu jenis kincir angin poros vertikal yang
diciptakan oleh S.J. Savonius, pada tahun 1922 di Finlandia. Kincir angin
savonius memiliki rotor yang dibuat dengan dua belahan silider terpisah secara
longitudinal dan disusun secara radial pada sebuah poros vertikal. Penampang
lintang rotor menyerupai huruf “s”. Secara aerodinamis, kincir angin ini
digerakkan oleh gaya hambat (drag force) terhadap angin yang ditangkap oleh
sudu.

Gambar 2. 6 Kincir Angin Savonius

(sumber : www.caratekno.com/cara-membuat-generator-kincir-angin/)

b. Kincir Angin Darrieus

Kincir angin darrieus adalah salah satu kincir angin poros vertikal yang
diciptakan oleh Darrieus G.J.M, seorang insinyur Perancis, ditahun 1920, yang
dipatenkan di Amerika Serikat di tahun 1931. Kincir angin darrieus memiliki
sudu-sudu lengkung menyempit dan berputar terhadapt sumbu vertikal. Secara
aerodinamis, kincir angin ini digerakkan oleh gaya angkat (lift force) terhadap
angin yang ditangkap oleh sudu.

10
Gambar 2. 7 Kincir Angin Darrieus

(sumber : https://fr.m.wikipedia.org/wiki/Fichier:Darrieus_rotor001.jpg)

Kelebihan yang dimiliki kincir angin poros vertikal adalah :

1. Dapat menerima angin dari segala arah.


2. Komponen-komponenya dapat dipasang dekat permukaan tanah sehingga
mudah dirawat dan diperbaiki.
3. Memiliki torsi yang tinggi sehingga dapat berputar pada kecepatan angin
rendah.

Selain memiliki kelebihan, kincir angin poros vertikal juga memiliki kekurangan.
Kekurangan yang dimiliki kincir angin poros horizontal adalah :

1. Kualitas angin yang diterima kurang bagus karena secara umum dipasang
dekat dengan permukaan tanah.
2. Memiliki efisiensi yang lebih rendah dibanding dengan kincir angin poros
horizontal.

2.4. Persamaan Perhitungan


Berikut ini adalah persamaan-persamaan yang digunakan dalam perhitungan
unjuk kerja kincir angin :

11
2.4.1. Daya Angin
Energi kinetik adalah energi yang terdapat pada angin, maka dapat
dirumuskan menjadi :

(2.1)

Dengan :

= Energi kinetik (joule).

= Massa udara (kg).

= Kecepatan angin (m/s).

Daya adalah energi per satuan waktu. Daya angin berbanding lurus dengan
kerapatan udara, dan kubik kecepatan angin, seperti diungkapkan dengan
persamaan berikut: (Umanand,2007)

̇ (2.2)

Dengan :

= Daya angin (watt).

̇ = Massa udara yang mengalir dalam satuan waktu (kg/s).

̇ (2.3)
Dengan :

= Massa jenis udara (kg/m3).

= Luas proyeksi sudu dalam kondisi berputar yang tegak lurus


................dengan arah angin atau swept area (m2).

Dengan menggunakan persamaan (2.3) maka daya angin ( ) dapat


dirumuskan menjadi :

12
Sehingga dapat disederhanakan sebagai berikut :

(2.4)

2.4.2. Torsi Kincir Angin


Torsi adalah sebuah gaya yang bekerja pada poros yang dihasilkan oleh
gaya dorong pada sumbu kincir angin, dimana gaya dorong ini memiliki jarak
terhadap sumbu poros yang berputar. Torsi sebuah kincir angin dapat dihitung
menggunakan persamaan (2.5).

(2.5)
Dimana :

= Torsi dinamis yang dihasilkan dari putaran poros (N.m).

= Gaya pembebanan (N).

= panjang lengan torsi ke poros (m).

2.4.3. Daya Kincir Angin


Daya kincir angin adalah daya yang dihasilkan oleh poros kincir angin
akibat energi angin yang melintasi sudu-sudu kincir angin. Sehingga, daya kincir
angin yang dihasilkan oleh gerak melingkar pada poros kincir angin dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut :

(2.6)
Dengan :

= Daya kincir angin (watt)

= Torsi dinamis (N.m)

13
= kecepatan sudut (rad/s).

Kecepatan sudut ( ) didapat menggunakan persamaan (2.7). :

(2.7)

Dari persamaan (2.6) dan (2.7), daya yang dihasilkan oleh kincir angin dapat
dinyatakan dengan persamaan :

(2.8)

Dengan :

= Daya yang dihasilkan oleh kincir angin (watt)

= putaran poros per menit (rpm).

2.4.4. Tip Speed Ratio


Tip Speed Ratio (TSR) adalah perbandingan antara kecepatan linier ujung
terluar sudu (blade tip speed) kincir dan kecepatan angin.

Kecepatan linier unjung terluar sudu (blade tip speed) dapat dicari menggunakan
persamaan (2.9).

(2.9)
Dengan :

= Kecepatan linier ujung terluar sudu (m/s)

= Kecepatan sudut (rad/s)

= Jari-jari kincir angin (m).

14
Sehingga tip speed ratio dapat ditentukan dari persamaan (2.10).

(2.10)

Dengan :

= Tip speed ratio

= Jari-jari kincir angin (m)

= Kecepatan angin (m/s)

= Putaran poros per menit (rpm).

2.4.5. Koefisien Daya


Efisiensi sebuah kincir angin biasanya dinyatakan dengan istilah koefisien
daya (power coefficient), yang merupakan perbandingan antara daya output kincir
angin dan daya yang disediakan angin. Sehingga dapat dirumuskan sebagai
berikut :

(2.11)

Dengan :

= Koefisien daya (%)

= Daya yang dihasilkan oleh kincir angin (watt)

= Daya angin (watt).

2.4.6. Betz Limit


Koefisien daya tidaklah konstan, tetapi bervariasi terhadap perbandingan
kecepatan linier ujung terluar sudu (blade tip speed) kincir angin dan kecepatan

15
angin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 1919 oleh seorang
fisikawan asal Jerman, Albert Betz, menyimpulkan dari semua jenis kincir angin
efisiensi maksimum yang dihasilkan adalah 59,3% dan penemuan ini dinamakan
Betz Limit.

Gambar 2. 8 Grafik hubungan Cp dan TSR

(sumber : www.windturbine-performance.com/www/BETZ%20LIMIT.htm)

2.5. Komposit
Komposit adalah material yang dibentuk dari campuran dua atau lebih
material baku dengan tujuan untuk mendapatkan mechanical properties atau sifat
mekanis yang lebih baik dan lebih bernilai. Dengan kata lain, komposit adalah
material baru yang diharapkan memiliki kualitas baik dari material-material baku.
Bahan komposit pada umumnya terdiri dari dua unsur, yaitu :

a. Reinforement

Komponen ini adalah bahan penguat pada sebuah material komposit. Biasanya,
komposisi reinforcement tidak melebihi 50% bahan matrik karena jika berlebihan,

16
ikatan kedua komponen ini tidak maksimal yang berakibat penurunan kualitas
komposit yang dihasilkan.

b. Matrik

Matrik berfungsi untuk melindungi dan mengikat serat agar dapat bekerja
dengan baik terhadap gaya-gaya yang terjadi. Oleh karena itu, untuk bahan matrik
sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang liat dan tahan terhadap perlakuan
kimia.

2.5.1. Klasifikasi Bahan Komposit


Menurut Nurmaulita (2010). Klasifikasi komposit serat (fiber-matrik
composites) dibedakan menjadi :

a. Fibre composites (Komposit serat) adalah gabungan serat dengan matrik.


b. Flakes composites (Komposit serpihan) adalah gabungan serpih rata dengan
matrik.
c. Particulate composites (komposit partikel) adalah gabungan partikel dengan
matrik.
d. Filled composites adalah gabungan matrik continuous skeletal.
e. Laminar composites (komposit laminar) gabungan lapisan atau unsur pokok
lamina.

2.5.2. Tipe Komposit Serat


Berdasarkan penempatan terdapat beberapa tipe serat pada komposit, yaitu :

a. Continuous Fibre Composite

Tipe ini mempunyai sususan serat panjang dan lurus, membentuk lamina
diantara matriknya. Tipe ini mempunyai kelemahan pemisahan antar lapisan.

b. Woven Fibre Composite (bi-directional)

17
Komposit ini tidak mudah dipengaruhi pemisahan antar lapisan karena
susunan seratnya mengikat antar lapisan. Susunan serat memanjangnya yang tidak
begitu lurus mengakibatkan kekuatan dan kekakuannya melemah.

c. Discontinous Fibre Composite

Discontinous Fibre Composite adalah tipe komposit dengan serat pendek.


Tipe ini dibedakan lagi menjadi 3, yaitu :

1. Aligned Discontinous Fibre


2. Off-axis Aligned Discontinous Fibre
3. Randomly Oriented Discontinous Fibre

Gambar 2. 9 Tipe Discontinous Fibre Composite (Ronald F. Gibson 1994)

d. Hybrid Fibre Composite

Hybrid Fibre Composite merupakan komposit gabungan antara ripe serat


lurus dengan tipe serat acak. Tipe ini digunakan supaya dapat mengganti
kekurangan sifat dati kedua tipe dan dapat menggabungkan kelebihannya.

18
Gambar 2. 10 Tipe Komposit Serat (Ronald F. Gibson 1994)

2.5.3. Faktor Yang Mempengaruhi Peforma Komposit


a. Faktor Serat

Serat adalah bahan pengisi matrik yang digunakan untuk memperbaiki sifat
dan struktur matrik yang tidak dimilikinya, juga diharapkan mampu menjadi
bahan penguat matrik pada komposit untuk menahan gaya yang terjadi.

b. Letak Serat

Dalam pembuatan komposit, tata letak dan arah serat dalam matrik yang akan
menentukan kekuatan mekanik komposit. Letak dan arah dapat mempengaruhi
kinerja komposit tersebut. Menurut tata letak dan arah, serat diklasifikasikan
menjadi 3 bagian yaitu :

1. One Dimensional Reinforcement, mempunyai kekuatan pada arah axis


serat.
2. Two Dimensional Reinforcement, mempunyai kekuatan pada dua arah
atau masing-masing arah orientasi serat.
3. Three Dimensional Reinforcement, mempunyai sifat isontropic,
kekuatannya lebih tinggi dibanding dengan dua tipe sebelumnya.

19
c. Panjang Serat

Serat panjang lebih kuat dibandingkan serat pendek. Oleh karena itu panjang
dan diameter sangat berpengaruh pada kekuatan maupun modulus komposit. Serat
panjang (continous fibre) lebih efisien dalam peletakannya daripada serat pendek.

d. Bentuk Serrat

Bentuk serat tidak mempengaruhi, yang mempengaruhi adalah diameter


seratnya. Semakin kecil diameter serat akan menghasilkan kekuatan komposit
yang tinggi.

e. Faktor Matrik

Pembuatan komposit serat membutuhkan ikatan permukaan yang kuat antara


serat dan matrik. Selain itu, matrik juga harus mempunyai kecocokan secara kimia
agar reaksi yang tidak diinginkan tidak terjadi pada permukaan kontak antara
keduanya.

f. Katalis

Katalis digunakan untuk membantu proses pengeringan (curring) pada bahan


matrik suatu komposit. Penggunaan katalis yang berlebihan akan semakin
mempercepat proses laju pengeringan, tetapi akan menyebabkan bahan komposit
yang dihasilkan semakin getas.

2.6. Tinjauan Pustaka


Penelitian yang dilakukan oleh Firman Aryanto, I Made Mara, dan Made
Nuarsa (2013). Dengan judul “Pengaruh Kecepatan Angin dan Variasi Jumlah
Sudu Terhadap Unjuk Kerja Turbin Angin Poros Horizontal”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui performansi turbin angin poros horizontal dengan
variasi kecepatan angin dan variasi jumlah blade ditinjau dari Efisiensi sistem dan
Tip Speed Ratio (TSR). Pengujian ini dilakukan dengan sumber angin berasal dari
kipas angin dengan Wind Tunnel untuk mengarahkan angin. Kecepatan angin

20
yang digunakan terdapat tiga variasi yaitu 3 m/s, 3.5 m/s, dan 4 m/s serta variasi
jumlah blade yaitu 3, 4, 5 dan 6 blade. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
terbaik diperoleh pada kecepatan angin maksimal 4 m/s dan jumlah blade 5
dengan nilai koefisien daya 3.07%. Sedangkan untuk nilai terkecil diperoleh pada
kecepatan angin 3 m/s dan jumlah blade 3 yaitu dengan nilai koefisien daya
0.05%. Untuk nilai TSR maksimal pada kecepatan maksimal 4 m/s terjadi pada
jumlah blade 5 yaitu sebesar λ = 2.11, sedangkan untuk nilai terendah pada
kecepatan angin 3 m/s dihasilkan pada jumlah blade 3 yaitu sebesar λ = 1.49.

Penelitian yang dilakukan oleh Darwin Ravel Laempasa (2013) yang berjudul
“Pengaruh Jumlah Sudu Terhadap Unjuk Kerja Kincir Angin Propeler Dari
Bahan Pipa PVC”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui koefisien daya dan
tip speed ratio yang dihasilkan kincir angin, dan membandingkan daya yang
dihasilkan kincir angin dalam tiga variasi sudu, yakni 6, 3, dan 2 sudu. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kincir angin dengan 6 sudu menghasilkan daya
kincir sebesar 87,37 watt pada kecepatan angin 8,53 m/s dengan koefisien daya
32,03% pada Tip speed ratio 3,5. Kincir angin dengan 3 sudu menghasilkan daya
kincir sebesar 68,24 watt pada kecepatan angin 8,50 m/s dengan koefisien daya
24,1% pada tip speed ratio 4,0. Sedangkan kincir angin dengan 2 sudu
menghasilkan daya kincir sebesar 34,24 watt pada kecepatan angin 8,95 m/s
dengan koefisien daya 11% pada tip speed ratio 4,5. Sehingga dapat disimpulkan
kincir angin kincir angin dengan 6 sudu menghasilkan koefisien daya dan tip
speed ratio yang lebih besar daripada kincir angin dengan 3 dan 2 sudu.

21
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Penelitian


Langkah kerja penelitian :

Mulai

Perancangan Desain Kincir Angin

Pembelian alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan


kincir angin

Ya Uji Coba Kincir Tidak


Angin

Pengambilan Data

Pengolahan data dan pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian

22
3.2. Objek Penelitian
Objek yang akan diteliti pada penelitian ini adalah kincir angin tipe propeller
dengan airfoil NACA 0024. Panjang chord airfoil sebesar 12 cm. Kincir angin ini
mempunyai luas penampang dengan panjang 40 cm dan lebar awal 12 cm, 9 cm
sampai 6 cm agar membentuk kerucut seperti pada Gambar 3.5. berikut gambar
skematik bentuk dari penampang sudu airfoil NACA yang digunakan dalam
penelitian ini dengan chord 12 cm, 9 cm, dan 6 cm yang ditunjukkan pada
Gambar 3.1, 3.2, dan 3.3

Gambar 3. 2 Bentuk penampang sudu airfoil NACA 0024 chord 12 cm.

Gambar 3. 3 Bentuk penampang sudu airfoil NACA 0024 chord 9 cm

23
Gambar 3. 4 Bentuk penampang sudu airfoil NACA 0024 chord 6 cm

Gambar 3. 5 Skematik penampang sudu kincir angin

24
Gambar 3. 6 Desain sudu kincir anngin

3.3. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan untuk membuat sudu kincir angin :

a. Kertas karton
b. Pensil
c. Penggaris
d. Kuas
e. Amplas
f. Penjepit/tanggem tangan
g. Gunting
h. Mur, Baut, dan Ring
i. Gerinda tangan
j. Mesin bor
k. Kunci pas dan kunci L

Bahan yang digunakan untuk membuat sudu kincir angin :

a. Resin poliester
b. Katalis
c. Tepung plastik
d. Fiber Glass / serat kaca

25
e. Lem G
f. Dempul
g. Gips bubuk
h. Thinner

3.4. Alat Penelitian


Alat-alat yang digunakan untuk menunjang penelitian adalah :

a. Sudu Kincir Angin

Gambar 3. 7 Sudu Kincir Angin


b. Hub atau Dudukan sudu
Dudukan sudu merupakan salah satu komponen penting yang berfungsi
untuk memasang sudu kincir angin ke poros kincir angin. Dudukan sudu juga
berfungsi untuk mengatur sudut kemiringan (pitch angle) pada kincir angin.

26
Gambar 3. 8 Dudukan Sudu
c. Fan Blower
Fan Blower berfungsi untuk menghisap udara sehingga udara melewati
kincir angin dan mengakibatkan berputarnya kincir angin. Gambar 3.8
menunjukkkan fan blower yang digunakan dalam penelitian ini.

Gambar 3. 9 Fan Blower


d. Takometer
Takometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan putaran
poros kincir angin yang dinyatakan dalam satuan RPM (Revolution Per
Minute).

27
Gambar 3. 10 Takometer
e. Anemometer
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin
yang melewati kincir angin yang dinyatakan dalam satuan meter per detik.

Gambar 3. 11 Anemometer
f. Timbangan Digital
Timbangan digital digunakan untuk mengukur beban yang diterima pada
saat kincir angin berputar. Gambar 3.8 menunjukkan timbangan digital yang
digunakan dalam penelitian ini

28
Gambar 3. 12 Timbangan Digital
g. Motor Listrik
Motor listrik berfungsi untuk memberi beban terhadap kincir angin yang
sedang berputar. Poros pada motor listrik akan berputar berlawanan arah
terhadap arah berputarnya poros kincir angin. Motor listrik yang digunakan
pada penelitian ini adalah motor listrik DC 24V.

Gambar 3. 13 Motor Listrik DC 24V


h. Voltage Regulator
Voltase Regulator merupakan alat yang berfungsi untuk mengatur atau
mengontrol tegangan input pada motor listrik. Maka, voltase regulator

29
digunakan untuk menambah atau mengurangi beban yang diberikan motor
listrik pada kincir angin.

Gambar 3. 14 Voltage Regulator

3.5. Pembuatan Sudu Kincir Angin


Dalam proses pembuatan sudu kincir angin, dilakukan melalui beberapa
tahapan. Adapun tahapan tersebut sebagai berikut :

a. Membuat cetakan sudu


1. Langkah pertama mencetak desain airfoil yang sudah dibuat ke kertas
HVS dengan ukuran 120 cm sampai 60 cm sebanyak 9 buah. Seperti pada
gambar dibawah.

Gambar 3. 15 Cetakan airfoil pada kertas HVS

30
2. Melapisi desain airfoil yang sudah dicetak di kertas hvs dengan kertas
karton agar lebih kuat. Setelah dilapisi kertas karton selanjutnya desain
airfoil digunting sesuai bentuk seperti gambar dibawah

Gambar 3. 16 Potongan cetakan airfoil


3. Desain airfoil yang sudah digunting lalu di tempel ke permukaan atas dan
bawah kertas karton menggunakan lem G sehingga membentuk kerangka
sudu.

Gambar 3. 17 Tempelan potongan airfoil pada kertas karton


4. Kerangka sudu yang sudah jadi lalu kembali dilapisi dengan kertas karton
di seluruh bagian permukaannya sehingga berbentuk sudu yang
diinginkan.

31
Gambar 3. 18 Pelapisan permukaan kerangka

5. Sudu yang terbuat dari kertas karton tadi lalu dilapisi dempul agar
menghasilkan permukaan yang rata dan halus.

Gambar 3. 19 Pelapisan dempul pada sudu yang terbuat dari karton


6. Untuk membuat cetakan sudu digunakan bahan gipsum bubuk dan thinner
sebagai pengencer gipsum bubuk
7. Gipsum bubuk dicampur dengan thinner secukupnya lalu diaduk hingga
gipsum berbentuk cairan kental. Lalu gipsum cair dituang ke wadah yang
terbuat dari kayu yang didalam nya sudah diletakkan sudu yang terbuat
dari kertas karton. Gipsum cair dituang hanya setinggi setengah dari
ukuran Thickness airfoil sudu kincir angin.

32
8. Setelah gipsum cair dituang lalu tunggu sampai gipsum mengeras secara
sempurna. Sudu yang terbuat dari kertas karton diangkat dari wadah
sehingga gipsum yang sudah mengeras sudah menjadi cetakan sudu kincir
angin.

Gambar 3. 20 Cetakan sudu

b. Pembuatan sudu
1. Cetakan sudu yang terbuat dari gipsum dioleskan bensin yang bertujuan
agar resin yang digunakan untuk membuat sudu tidak menempel pada
permukaan cetakan sehingga cetakan dapat digunakan berkali-kali.
2. Mencampur resin, tepung plastik, dan katalis sebagai bahan utama
pembuatan sudu kincir angin. Resin dan katalis dicampur dengan
perbandingan 10:1 agar resin tidak terlalu cepat mengeras.
3. Campuran resin lalu dituang ke cetakan sudu dan diratakan dengan
menggunakan kuas. Lalu resin dilapisi dengan fyber glass / serat kaca.
Tunggu sekitar 10 menit hingga resin sedikit mengeras.
4. Oleskan kembali resin menggunakan kuas, lalu lapisi lapisan resin
kembali dengan serat kaca agar sudu kincir angin lebih kuat dengan
menggunakan dua lapisan serat kaca. Lalu tunggu resin hingga kering
sempurna. Setelah kering lepaskan resin yang sudah kering dari cetakan
sudu.

33
Gambar 3. 21 Pembuatan sudu 1
5. Ulangi langkah nomor tiga dan empat sebanyak delapan kali untuk
membuat 4 buah sudu kincir angin

Gambar 3. 22 Pembuatan sudu 2


6. Dua buah hasil cetakan lalu disatukan untuk membuat satu buah sudu
dengan cara mengoleskan resin cair di seluruh pinggir setiap hasil
cetakan, lalu menempel duia buah hasil cetakan dan tunggu hingga kering
sempurna.
7. Ulangi langkah nomor 6 sampai menjadi 4 buah sudu kincir angin.

c. Finishing sudu

34
1. Proses finishing sudu pertama dilakukan dengan merapikan sisi samping
sudu yang kurang rapi dikarenakan sisa sisa serat kaca. Proses ini
dilakukan dengan menggunakan amplas. Setelah itu permukaan sudu
didempul dan diamplas kembali agar menghasilkan permukaan yang rata
dan halus.

Gambar 3. 23 Finishing sudu


2. Proses finishing akhir sudu dilakukan dengan mengecat sudu dengan
menggunakan cat kayu. Lalu jemur hingga kering sempurna.

Gambar 3. 24 Pengeringan sudu


d. Pembuatan lubang baut

35
Pembuatan lubang baut pada sudu kincir angin dilakukan dengan
menggunakan mesin bor yang ada di laboratorium energi Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta dengan diameter 8mm.

3.6. Variabel Penelitian dan Paramete Yang Diukur


Variabel yang diukur :

a. Kecepatan angin.
b. Kecepatan putaran poros kincir angin.
c. Gaya pembebanan.

Parameter yang dihitung :

a. Kecepatan sudut (ω)


b. Torsi (T)
c. Daya angin (Pin)
d. Daya kincir angin (Pout)
e. Koefisien daya (Cp)
f. Tip speed ratio (λ)

3.7. Langkah Penelitian


Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di Laboratorium Konversi
Energi milik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan skematik pengujian
seperti pada Gambar 3.25

36
Gambar 3. 25 Skematik Pengujian
a. Mempersiapkan kincir angin yang telah dibuat, lalu mempersiapkan peralatan
penelitian yang menunjang pengambilan data.
b. Memasang variasi jumlah sudu kincir angin dan sudut kemiringan pada
dudukan sudu dengan menggunakan baut, mur dan ring. Kincir angin
dipasang membelakangi fan blower dikarenakan fan blower yang digunakan
berfungsi menghisap udara.
c. Memasang motor listrik pada poros kincir angin di bagian belakang kincir
angin sebagai mekanisme pembebanan pada penelitian ini. Motor listrik lalu
dihubungkan pada voltage regulator ssebagai pengatur daya motor listrik.
d. Anemometer dipasang tepat didepan kincir angin agar mengetahui kecepatan
angin yang akan melewati kincir angin.
e. Memulai penelitian dengan menyalakan fan blower, kemudian mengatur
kecepatan angin sesuai yang diinginkan.
f. Mencatat data yang terukur pada takometer, anemometer, dan timbangan
digital.
g. Kemudian menambah beban pada kincir angin dengan menaikkan daya pada
motor listrik menggunakan voltage regulator.

37
h. Melakukan langkah f dan g sampai kincir angin berhenti berputar akibat
beban yang diberikan, lalu matikan fan blower.
i. Kemudian pasang variasi jumlah sudu selanjutnya yang akan diuji.
Selanjutnya lakukan langkah e sampai h. Ulangi sampai ketiga variasi jumlah
sudu kincir angin selesai diuji.
j. Jika sudah melakukan langkah-langkah penelitian sampai selesai, selanjutnya
cabut dan merapikan peralatan yang digunakan saaat penelitian.

BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengujian


Dari hasil pengujian kincir angin didapatkan data yang meliputi : kecepatan
angin (m/s), putaran poros kincir angin (rpm), dan beban yang diterima kincir
angin (Newton). Berikut adalah hasil pengujian kincir angin dengan variasi

38
jumlah sudu, yaitu dua sudu, tiga sudu, dan empat sudu. Data yang dihasilkan dari
pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.1, Tabel 4.2, dan Tabel 4.3..

Tabel 4. 1 Data Hasil Pengujian Dengan Variasi Empat Sudu.

rerata Kec. Angin


No Putaran poros (rpm) Gaya Pengimbang (N)
(m/s)

1 5.0 336 0.00


2 5.1 341 0.00
3 4.9 328 0.00
4 4.9 330 0.54
5 5.0 321 0.54
6 5.1 324 0.64
7 5.0 319 0.64
8 5.1 312 0.64
9 4.9 310 0.64
10 5.0 325 0.83
11 5.0 315 0.83
12 4.9 306 0.83
13 5.0 303 0.88
14 5.1 312 0.88
15 5.0 305 0.88
16 4.9 302 0.88
17 4.9 300 0.88
18 5.1 312 0.88
19 5.0 303 0.93
20 5.1 318 0.93
21 5.0 315 0.93
Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Dengan Variasi Empat Sudu (Lanjutan)

rerata Kec. Angin


No Putaran poros (rpm) Gaya Pengimbang (N)
(m/s)

22 5.0 309 0.93


23 4.9 298 0.93
24 4.9 298 0.93
25 4.9 282 0.98
26 5.0 298 0.98

39
27 4.9 306 0.98
28 5.0 305 0.98
29 4.8 285 0.98
30 4.9 291 0.98
31 5.0 305 1.23
32 4.9 296 1.23
33 4.9 273 1.23
34 4.8 264 1.23
35 4.9 262 1.23
36 4.9 265 1.23
37 4.9 253 1.37
38 5.0 271 1.37
39 4.9 255 1.37
40 5.0 251 1.37
41 4.9 239 1.37
42 4.9 244 1.37
43 4.9 232 1.47
44 4.9 236 1.47
45 4.9 233 1.47
46 5.2 274 1.57
47 5.2 272 1.62
48 5.1 271 1.62
49 4.9 227 1.67
50 4.9 218 1.67
51 5.0 230 1.67
52 5.0 224 1.72
53 5.0 229 1.72
54 5.1 220 1.72

Tabel 4. 2 Data Hasil Pengujian Dengan Variasi Tiga Sudu.

rerata Kec. Angin


No Putaran poros (rpm) Gaya Pengimbang (N)
(m/s)

5.0 332 0.00


1 5.0 336 0.00
5.0 333 0.00
5.1 335 0.54
2
5.0 325 0.54

40
5.1 330 0.54
4.9 318 0.74
3 4.8 308 0.74
4.9 311 0.74
5.0 316 0.88
4 4.9 308 0.88
4.9 300 0.88
4.8 291 0.88
5 4.9 296 0.88
5.0 310 0.88
4.8 285 1.03
6 5.0 296 1.03
5.0 298 1.03
4.9 294 1.03
7 4.8 281 1.03
5.0 295 1.03
4.9 282 1.13
8 4.9 280 1.13
4.9 283 1.13
4.9 278 1.13
9 4.8 270 1.13
4.8 264 1.13
4.8 246 1.23
10 4.9 266 1.23
4.9 258 1.23
4.9 253 1.23
11 4.9 250 1.23
4.9 245 1.23

Tabel 4. 3 Data Hasil Pengujian Dengan Variasi Dua Sudu.

rerata Kec. Angin


No Putaran poros (rpm) Gaya Pengimbang (N)
(m/s)

4.9 315 0.00


1 4.9 313 0.00
5.0 319 0.00
5.0 310 0.64
2
5.1 312 0.64

41
5.0 309 0.64
5.0 298 0.78
3 5.1 306 0.78
5.0 294 0.78
5.0 296 0.78
4 4.9 283 0.78
5.0 289 0.78
4.8 266 0.83
5 5.0 282 0.83
4.9 268 0.83
4.8 253 0.88
6 4.9 255 0.88
5.0 260 0.88

4.2. Pengolahan Data dan Perhitungan


Data yang digunakan sebagai contoh perhitungan menggunakan data hasil
pengujian pada tabel 4.1 baris ke 27. Dalam pengolahan data, diketahui beberapa
data yang digunakan untuk mempermudah pengolahan data dan perhitungan data.
Data yang diketahui adalah sebagai berikut :

1. Percepatan gravitasi bumi (g) = 9,807 m/s2


2. Panjang lengan torsi (l) = 0,18 m
3. Massa jenis udara (ρ) = 1,18 kg/m3
4. Luas penampang kincir angin (A) = 0,785 m2
5. Jari-jari kincir angin (r) = 0,495 m

4.2.1. Perhitungan Daya Angin


Besar daya angin dapat dihitung menggunakan persamaan 2.4. Data yang
diperoleh sebagai contoh pada tabel 4.1 baris ke 27 diketahui luas penampang
kincir angin (A) sebesar 0,785 m2, kecepatan angin (v) 4,9 m/s, dan massa jenis
udara (ρ) 1,18 kg/m3. Maka daya angin dapat dihitung sebagai berikut :

42
Jadi daya kincir angin yang dihasilkan sebesar 54,489 watt.

4.2.2. Perhitungan Torsi


Perhitungan besar torsi kincir angin dapat dihitung menggunakan persamaan
2.5. Data yang diperoleh sebagai contoh pada tabel 4.1 baris ke 27 diketahui nilai
gaya pengimbang (F) sebesar 0,98 N dan panjang lengan torsi 0,18 m. Maka besar
torsi kincir angin dapat dihitung sebagai berikut

Jadi torsi yang dihasilkan kincir angin sebesar 0,177 N.m

4.2.3. Perhitungan Kecepatan Sudut


Perhitungan kecepatan sudut dapat dihitung menggunakan persamaan 2.7.
Data yang diperoleh sebagai contoh pada tabel 4.1 baris ke 27 diketahui kecepatan
putaran poros (n) sebesar 306 rpm. Maka kecepatan sudut kincir angin dapat
dihitung sebagai berikut :

43
Jadi kecepatan sudut kincir angin sebesar 32,044 rad/s.

4.2.4. Perhitungan Daya Kincir Angin


Perhitungan daya kincir angin dapat dihitung menggunakan persamaan 2.6.
Data yang diperoleh sebagai contoh pada tabel 4.1 baris ke 27 diketahui nilai
Torsi (T) sebesar 0,177 N dan kecepatan sudut (ω) sebesar 32,044 rad/s. Maka
daya kincir angin dapat dihitung sebagai berikut :

Jadi daya kincir angin yang dihasilkan sebesar 5,658 watt.

4.2.5. Tip Speed Ratio (λ)


Tip Speed Ratio (λ) dapat dihitung menggunakan persamaan 2.10. Data
yang diperoleh sebagai contoh pada tabel 4.1 baris ke 27 diketahui jari-jari kincir
angin (r) sebesar 0.495 m, kecepatan putaran poros kincir angin (n) sebesar 306
rpm, dan kecepatan angin (v) sebesar 4,9 m/s. Maka besar nilai tip speed ratio (λ)
dapat dihitung sebagai berikut :

Jadi tip speed ratio (λ) kincir angin sebesar 3,237.

44
4.2.6. Koefisien Daya (Cp)
Koefisien daya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.11. Data
yang diperoleh sebagai contoh pada tabel 4.1 baris ke 27 diketahui nilai daya
angin (Pin) sebesar 54,489 watt dan nilai daya kincir angin (Pout) sebesar 5,658
watt. Maka besar koefisien daya (Cp) dapat dihitung sebagai berikut :

Jadi koefisien daya kincir angin sebesar 10,384%.

4.3. Hasil Pengolahan Data


Pengujian kincir angin pada penelitian ini menghasilkan parameter-paremeter
yang dioleh menggunakan software Microsoft Excel dengan contoh perhitungan
subbab 4.2 diatas. Parameter yang diperoleh ditampilkan pada Tabel 4.4, Tabel
4.5, dan Tabel 4.6.

Tabel 4. 4 Hasil Pengolahan Data Dengan Variasi Empat Sudu.


rerata
Gaya
Kec. Putaran Kecepatan
Pengim Torsi Pin Pout Cp
No Angi poros sudut ω λ
bang (Nm) (watt) (watt) (%)
n (rpm) (rad/s)
(N)
(m/s)
1 5.0 336 0.00 0.000 35.186 57.894 0.000 3.483 0.000
2 5.1 341 0.00 0.000 35.709 61.437 0.000 3.466 0.000
3 4.9 328 0.00 0.000 34.348 54.489 0.000 3.470 0.000
4 4.9 330 0.54 0.097 34.558 54.489 3.356 3.491 6.159
5 5.0 321 0.54 0.097 33.615 57.894 3.265 3.328 5.639

45
6 5.1 324 0.64 0.115 33.929 61.437 3.894 3.293 6.339
7 5.0 319 0.64 0.115 33.406 57.894 3.834 3.307 6.623
8 5.1 312 0.64 0.115 32.673 61.437 3.750 3.171 6.104
9 4.9 310 0.64 0.115 32.463 54.489 3.726 3.279 6.838
10 5.0 325 0.83 0.150 34.034 57.894 5.108 3.369 8.823
11 5.0 315 0.83 0.150 32.987 57.894 4.951 3.266 8.552
12 4.9 306 0.83 0.150 32.044 54.489 4.810 3.237 8.827
13 5.0 303 0.88 0.159 31.730 57.894 5.043 3.141 8.710
14 5.1 312 0.88 0.159 32.673 61.437 5.192 3.171 8.452
15 5.0 305 0.88 0.159 31.940 57.894 5.076 3.162 8.768
16 4.9 302 0.88 0.159 31.625 54.489 5.026 3.195 9.224
17 4.9 300 0.88 0.159 31.416 54.489 4.993 3.174 9.163
18 5.1 312 0.88 0.159 32.673 61.437 5.192 3.171 8.452
19 5.0 303 0.93 0.168 31.730 57.894 5.323 3.141 9.194
20 5.1 318 0.93 0.168 33.301 61.437 5.586 3.232 9.093
21 5.0 315 0.93 0.168 32.987 57.894 5.534 3.266 9.558
22 5.0 309 0.93 0.168 32.358 57.894 5.428 3.203 9.376
23 4.9 298 0.93 0.168 31.206 54.489 5.235 3.152 9.607
24 4.9 298 0.93 0.168 31.206 54.489 5.235 3.152 9.607
25 4.9 282 0.98 0.177 29.531 54.489 5.215 2.983 9.570
26 5.0 298 0.98 0.177 31.206 57.894 5.510 3.089 9.518
27 4.9 306 0.98 0.177 32.044 54.489 5.658 3.237 10.384
28 5.0 305 0.98 0.177 31.940 57.894 5.640 3.162 9.742
29 4.8 285 0.98 0.177 29.845 51.221 5.270 3.078 10.289
30 4.9 291 0.98 0.177 30.473 54.489 5.381 3.078 9.875
31 5.0 305 1.23 0.221 31.940 57.894 7.050 3.162 12.177
32 4.9 296 1.23 0.221 30.997 54.489 6.842 3.131 12.556
33 4.9 273 1.23 0.221 28.588 54.489 6.310 2.888 11.581
34 4.8 264 1.23 0.221 27.646 51.221 6.102 2.851 11.913

Tabel 4.4 Hasil Pengolahan Data Dengan Variasi Empat Sudu (Lanjutan).

rerata Gaya
Putaran Kecepatan
Kec. Pengi Torsi Pin Pout Cp
No poros sudut ω λ
Angin mbang (Nm) (watt) (watt) (%)
(rpm) (rad/s)
(m/s) (N)

35 4.9 262 1.23 0.221 27.437 54.489 6.056 2.772 11.114


36 4.9 265 1.23 0.221 27.751 54.489 6.125 2.803 11.241
37 4.9 253 1.37 0.247 26.494 54.489 6.550 2.676 12.020
38 5.0 271 1.37 0.247 28.379 57.894 7.016 2.810 12.118

46
39 4.9 255 1.37 0.247 26.704 54.489 6.601 2.698 12.115
40 5.0 251 1.37 0.247 26.285 57.894 6.498 2.602 11.224
41 4.9 239 1.37 0.247 25.028 54.489 6.187 2.528 11.355
42 4.9 244 1.37 0.247 25.552 54.489 6.317 2.581 11.593
43 4.9 232 1.47 0.265 24.295 54.489 6.435 2.454 11.810
44 4.9 236 1.47 0.265 24.714 54.489 6.546 2.497 12.013
45 4.9 233 1.47 0.265 24.400 54.489 6.463 2.465 11.861
46 5.2 274 1.57 0.283 28.693 65.123 8.107 2.731 12.448
47 5.2 272 1.62 0.291 28.484 65.123 8.299 2.711 12.744
48 5.1 271 1.62 0.291 28.379 61.437 8.268 2.754 13.458
49 4.9 227 1.67 0.300 23.771 54.489 7.136 2.401 13.096
50 4.9 218 1.67 0.300 22.829 54.489 6.853 2.306 12.577
51 5.0 230 1.67 0.300 24.086 57.894 7.230 2.384 12.489
52 5.0 224 1.72 0.309 23.457 57.894 7.249 2.322 12.521
53 5.0 229 1.72 0.309 23.981 57.894 7.410 2.374 12.800
54 5.1 220 1.72 0.309 23.038 61.437 7.119 2.236 11.588

Tabel 4. 5 Hasil Pengolahan Data Dengan Variasi Tiga Sudu.


rerata
Gaya
Kec. Putaran Kecepatan
Pengim Torsi Pin Pout Cp
No Angi poros sudut ω λ
bang (Nm) (watt) (watt) (%)
n (rpm) (rad/s)
(N)
(m/s)
1 5.0 332 0.00 0.000 34.767 57.923 0.000 3.442 0.000
2 5.0 336 0.00 0.000 35.186 57.923 0.000 3.483 0.000
3 5.0 333 0.00 0.000 34.872 57.923 0.000 3.452 0.000
4 5.1 335 0.54 0.097 35.081 61.468 3.407 3.405 0.055
5 5.0 325 0.54 0.097 34.034 57.923 3.305 3.369 0.057
6 5.1 330 0.54 0.097 34.558 61.468 3.356 3.354 0.055
7 4.9 318 0.74 0.132 33.301 54.517 4.410 3.364 0.081
Tabel 4.5 Hasil Pengolahan Data Dengan Variasi Tiga Sudu (Lanjutan).

rerata Gaya
Putaran Kecepatan
Kec. Pengi Torsi Pin Pout Cp
No poros sudut ω λ
Angin mbang (Nm) (watt) (watt) (%)
(rpm) (rad/s)
(m/s) (N)

1 5.0 332 0.00 0.000 34.767 57.923 0.000 3.442 0.000


2 5.0 336 0.00 0.000 35.186 57.923 0.000 3.483 0.000
3 5.0 333 0.00 0.000 34.872 57.923 0.000 3.452 0.000
4 5.1 335 0.54 0.097 35.081 61.468 3.407 3.405 0.055

47
5 5.0 325 0.54 0.097 34.034 57.923 3.305 3.369 0.057
6 5.1 330 0.54 0.097 34.558 61.468 3.356 3.354 0.055
7 4.9 318 0.74 0.132 33.301 54.517 4.410 3.364 0.081
8 4.8 308 0.74 0.132 32.254 51.247 4.272 3.326 0.083
9 4.9 311 0.74 0.132 32.568 54.517 4.313 3.290 0.079
10 5.0 316 0.88 0.159 33.091 57.923 5.259 3.276 0.091
11 4.9 308 0.88 0.159 32.254 54.517 5.126 3.258 0.094
12 4.9 300 0.88 0.159 31.416 54.517 4.993 3.174 0.092
13 4.8 291 0.88 0.159 30.473 51.247 4.843 3.143 0.095
14 4.9 296 0.88 0.159 30.997 54.517 4.926 3.131 0.090
15 5.0 310 0.88 0.159 32.463 57.923 5.159 3.214 0.089
16 4.8 285 1.03 0.185 29.845 51.247 5.534 3.078 0.108
17 5.0 296 1.03 0.185 30.997 57.923 5.747 3.069 0.099
18 5.0 298 1.03 0.185 31.206 57.923 5.786 3.089 0.100
19 4.9 294 1.03 0.185 30.788 54.517 5.708 3.110 0.105
20 4.8 281 1.03 0.185 29.426 51.247 5.456 3.035 0.106
21 5.0 295 1.03 0.185 30.892 57.923 5.728 3.058 0.099
22 4.9 282 1.13 0.203 29.531 54.517 5.997 2.983 0.110
23 4.9 280 1.13 0.203 29.322 54.517 5.954 2.962 0.109
24 4.9 283 1.13 0.203 29.636 54.517 6.018 2.994 0.110
25 4.9 278 1.13 0.203 29.112 54.517 5.912 2.941 0.108
26 4.8 270 1.13 0.203 28.274 51.247 5.742 2.916 0.112
27 4.8 264 1.13 0.203 27.646 51.247 5.614 2.851 0.110
28 4.8 246 1.23 0.221 25.761 51.247 5.686 2.657 0.111
29 4.9 266 1.23 0.221 27.855 54.517 6.148 2.814 0.113
30 4.9 258 1.23 0.221 27.018 54.517 5.963 2.729 0.109
31 4.9 253 1.23 0.221 26.494 54.517 5.848 2.676 0.107
32 4.9 250 1.23 0.221 26.180 54.517 5.779 2.645 0.106
33 4.9 245 1.23 0.221 25.656 54.517 5.663 2.592 0.104

Tabel 4. 6 Hasil Pengolahan Data Dengan Variasi Dua Sudu

rerata Gaya
Putaran Kecepatan
Kec. Pengi Torsi Pin Pout
No poros sudut ω TSR Cp
Angin mbang (Nm) (watt) (watt)
(rpm) (rad/s)
(m/s) (N)

1 4.9 315 0.00 0.000 32.987 54.489 0.000 3.332 0.000


2 4.9 313 0.00 0.000 32.777 54.489 0.000 3.311 0.000
3 5.0 319 0.00 0.000 33.406 57.894 0.000 3.307 0.000
4 5.0 310 0.64 0.115 32.463 57.894 3.726 3.214 0.064

48
5 5.1 312 0.64 0.115 32.673 61.437 3.750 3.171 0.061
6 5.0 309 0.64 0.115 32.358 57.894 3.714 3.203 0.064
7 5.0 298 0.78 0.141 31.206 57.894 4.408 3.089 0.076
8 5.1 306 0.78 0.141 32.044 61.437 4.527 3.110 0.074
9 5.0 294 0.78 0.141 30.788 57.894 4.349 3.048 0.075
10 5.0 296 0.78 0.141 30.997 57.894 4.379 3.069 0.076
11 4.9 283 0.78 0.141 29.636 54.489 4.186 2.994 0.077
12 5.0 289 0.78 0.141 30.264 57.894 4.275 2.996 0.074
13 4.8 266 0.83 0.150 27.855 51.221 4.181 2.873 0.082
14 5.0 282 0.83 0.150 29.531 57.894 4.432 2.924 0.077
15 4.9 268 0.83 0.150 28.065 54.489 4.212 2.835 0.077
16 4.8 253 0.88 0.159 26.494 51.221 4.210 2.732 0.082
17 4.9 255 0.88 0.159 26.704 54.489 4.244 2.698 0.078
18 5.0 260 0.88 0.159 27.227 57.894 4.327 2.695 0.075

4.4. Grafik Hasil Pengolahan Data


Dari data perhitungan yang telah diperoleh pada Tabel 4.4, Tabel 4.5, dan
Tabel 4.6, kemudian diolah kembali ke dalam bentuk grafik untuk mengetahui
hubungan antara nilai torsi (λ) dengan kecepatan putaran poros kincir angin (n)
dan hubungan antara koefisien daya (CP) dan tip speed ratio (λ) dari setiap variasi
jumlah sudu

4.4.1. Grafik Kincir Angin Dengan Variasi Empat Sudu


Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian kincir angin dengan variasi
empat sudu yang ditampilkan pada tabel 4.4, maka dapat digunakan untuk
membuat grafik hubungan torsi dengan kecepatan putaran poros kincir angin pada
gambar 4.1 dan grafik hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio pada
gambar 4.2.

49
400

Kecepatan Putaran Poros (RPM) 350


300
250
200
150
100
50
0
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35
Torsi (Nm)

Gambar 4. 1 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros dengan
variasi empat sudu
Pada penelitian kincir angin dengan variasi empat sudu yang dilakukan
pada rerata kecepatan angin 5 m/s. Kincir angin dapat berputar dengan rata-rata
kecepatan putaran maksimal sebesar 335 rpm tanpa diberikan pembebanan dan
menghasilkan torsi maksimal sebesar 0,309 N.m pada rata-rata kecepatan putaran
kincir 224 rpm. Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros kincir
angin menjelaskan bahwa semakin besar nilai torsi yang dihasilkan maka semakin
rendah putaran poros kincir angin. Dengan kata lain, kecepatan putaran poros
kincir angin semakin rendah jika ditambah pembebanan.

50
16
14
12
Koefisien Daya (Cp)

10
8
6
4
Cp= -12.835λ2 + 67.316λ - 75.491
2
0
1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
Tip Speed Ratio (λ)

Gambar 4. 2 Grafik hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio dengan
variasi empat sudu
Persamaan kuadrat yang didapatkan dari Gambar 4.2 adalah Cp= -12,835λ2
+ 67,316λ – 75,491 yang merupakan pendekatan fitur trendline pada microsoft
office excel. Persamaan kuadrat ini dapat digunakan untuk mencari koefisien daya
maksimal dan tip speed ratio optimal dengan perhitungan dibawah ini :

Setelah mendapat tip speed ratio optimal maka dapat disubstitusikan ke


dalam persamaan Cp= -12,835λ2 + 67,316λ – 75,491 untuk mengetahui koefisien
daya maksimal.

51
Dari perhitungan diatas diperoleh koefisien daya maksimal sebesar 12,772%
pada saat tip speed ratio optimal sebesar 2,622

4.4.2. Grafik Kincir Angin Dengan Variasi Tiga Sudu


Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian kincir angin dengan variasi
tiga sudu yang ditampilkan pada tabel 4.5, maka dapat digunakan untuk membuat
grafik hubungan torsi dengan kecepatan putaran poros kincir angin pada gambar
4.3 dan grafik hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio pada gambar
4.4.

400
Kecepatan Putaran Poros (RPM)

350
300
250
200
150
100
50
0
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25
Torsi (Nm)

Gambar 4. 3 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros dengan
variasi tiga sudu

52
Pada penelitian kincir angin dengan variasi tiga sudu yang dilakukan pada
rerata kecepatan angin 5 m/s. Kincir angin dapat berputar dengan rata-rata
kecepatan putaran maksimal sebesar 334 rpm tanpa diberikan pembebanan dan
menghasilkan torsi maksimal sebesar 0,221 N.m pada kecepatan rata-rata putaran
kincir angin sebesar 249 rpm. Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran
poros kincir angin menjelaskan bahwa semakin besar nilai torsi yang dihasilkan
maka semakin rendah kecepatan putaran poros kincir angin. Dengan kata lain,
kecepatan putaran poros kincir angin akan semakin rendah jika ditambah
pembebanan.

14

12
Koefisien Daya (Cp)

10

4
λ = -27.067λ2 + 155.53λ - 211.74
2

0
2.0 2.2 2.4 2.6 2.8 3.0 3.2 3.4 3.6
Tip Speed Ratio (λ)

Gambar 4. 4 Grafik hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio dengan
variasi tiga sudu

Persamaan kuadrat yang didapatkan dari Gambar 4.4 adalah Cp= -27,067λ2
+ 155,53λ – 211,74 yang merupakan pendekatan fitur trendline pada microsoft
office excel. Persamaan kuadrat ini dapat digunakan untuk mencari koefisien daya
maksimal dan tip speed ratio optimal dengan perhitungan dibawah ini :

53
Setelah mendapatkan tip speed ratio optimal maka dapat disubstitusikan
ke dalam persamaan Cp= -27,067λ2 + 155,53λ – 211,74 untuk mengetahui
koefisien daya maksimal.

11,683

Dari perhitungan diatas diperoleh koefisien daya maksimal sebesar 11,683%


pada saat tip speed ratio optimal sebesar 2,873

4.4.3. Grafik Kincir Angin Dengan Variasi Dua Sudu


Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian kincir angin dengan variasi
tiga sudu yang ditampilkan pada tabel 4.6, maka dapat digunakan untuk membuat
grafik hubungan torsi dengan kecepatan putaran poros kincir angin pada gambar
4.5 dan grafik hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio pada gambar
4.6.

54
350

Kecepatan Putaran Poros (RPM) 300

250

200

150

100

50

0
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20
Torsi (Nm)

Gambar 4. 5 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros dengan
variasi dua sudu
Pada penelitian kincir angin dengan variasi dua sudu yang dilakukan pada
rerata kecepatan angin 5 m/s. Kincir angin dapat berputar dengan rata-rata
kecepatan putaran maksimal sebesar 316 rpm tanpa diberikan pembebanan dan
menghasilkan torsi maksimal sebesar 0,159 N.m pada kecepatan rata-rata putaran
kincir angin sebesar 256 rpm. Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran
poros kincir angin menjelaskan bahwa semakin besar nilai torsi yang dihasilkan
maka semakin rendah kecepatan putaran poros kincir angin. Dengan kata lain,
kecepatan putaran poros kincir angin akan semakin rendah jika ditambah
pembebanan.

55
10
9
Koefisien Daya (Cp) 8
7
6
5
4
3
λ = -43.108λ2 + 249.33λ - 351.72
2
1
0
2.0 2.2 2.4 2.6 2.8 3.0 3.2 3.4
Tip Speed Ratio (λ)

Gambar 4. 6 Grafik hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio dengan
variasi dua sudu
Persamaan kuadrat yang didapatkan dari Gambar 4.6 adalah Cp= -43,103λ2
+ 249,33λ – 351,72 yang merupakan pendekatan fitur trendline pada microsoft
office excel. Persamaan kuadrat ini dapat digunakan untuk mencari koefisien daya
maksimal dan tip speed ratio optimal dengan perhitungan dibawah ini :

Setelah mendapatkan tip speed ratio optimal maka dapat disubstitusikan


ke dalam persamaan Cp= -43,103λ2 + 249,33λ – 351,72 untuk mengetahui
koefisien daya maksimal.

56
Dari perhitungan diatas diperoleh koefisien daya maksimal sebesar 8,843%
pada saat tip speed ratio optimal sebesar 2,892

4.5. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja terbaik dari setiap
variasi jumlah sudu kincir angin tipe propeller dengan NACA 0024. Dilakukan
perbandingan dari grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros kincir
angin dari setiap variasi jumlah sudu yang diuji, dapat dilihat pada Gambar 4.7
dan perbandingan dari grafik hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio
dari setiap variasi jumlah sudu yang diuji, dapat dilihat pada Gambar 4.8.

400
Kecepatan Putaran Poros (rpm)

350
300
250
200
150
100
50
0
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35
Torsi (N.m)

Empat Sudu Tiga Sudu Dua Sudu

Gambar 4. 7 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros untuk
semua variasi jumlah sudu
Dari Gambar 4.7 dapat disimpulkan bahwa kincir angin dengan variasi
empat sudu menghasilkan nilai torsi yang paling besar dibandingkan dengan

57
variasi tiga sudu dan dua sudu, yaitu sebesar 0,309 N.m pada rata-rata kecepatan
putaran kincir angin 224 rpm. Pada kincir angin dengan variasi tiga sudu dan dua
sudu menghasilkan nilai torsi sebesar 0,221 N.m dan 0,159 N.m pada rata-rata
kecepatan putaran kincir angin 249 rpm dan 256 rpm.

16
14
Koefisien Daya (Cp)

12
10
8
6
4
2
0
2.0 2.2 2.4 2.6 2.8 3.0 3.2 3.4 3.6
Tip Speed Ratio (λ)

Empat sudu Tiga Sudu Dua Sudu

Gambar 4. 8 Grafik hubungan antara torsi dan kecepatan putaran poros untuk
semua variasi jumlah sudu
Dari Gambar 4.8 dapat disimpulkan bahwa kincir angin dengan variasi
empat sudu menghasilkan koefisien daya maksimal terbesar dibandingkan dengan
variasi tiga sudu dan dua sudu, yaitu sebesar 13,458%, dengan menggunakan
persamaan yang didapat dari pendekatan fitur trendline didapat koefisien daya
maksimal sebesar 12,772%. Sedangkan koefisien daya maksimal dengan variasi
tiga sudu sebesar 11,278%, dengan menggunakan persamaan yang didapat dari
pendekatan fitur trendline didapat sebesar 11,683% dan koefisien daya maksimal
dengan variasi dua sudu sebesar 8,220%, dengan menggunakan persamaan yang
didapat dari pendekatan fitur trendline didapat sebesar 8,843%. Kincir angin
dengan variasi dua sudu menghasilkan tip speed ratio optimal terbesar
dibandingkan dengan variasi empat sudu dan tiga sudu yaitu sebesar 2,892,
sedangkan untuk variasi empat sudu dan tiga sudu menghasilkan tip speed ratio
optimal sebesar 2,622 dan 2,873

58
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian pengaruh kincir angin model propeler NACA 0024
dengan variasi jumlah sudu, yaitu empat sudu, tiga sudu, dan dua sudu diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :

a. Telah dibuat kincir angin model propeler NACA 0024 dengan variasi jumlah
sudu yaitu, empat sudu, tiga sudu, dan dua sudu yang telah digunakan dalam
penelitian ini.
b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kincir angin dengan variasi empat sudu
menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 12,458% pada tip speed ratio
optimal sebesar 2,754. Kincir angin dengan variasi tiga sudu menghasilkan
koefisien daya maksimal sebesar 11,278% pada tip speed ratio optimal
sebesar 2,814. Sedangkan kincir angin dengan variasi dua sudu menghasilkan
koefisien daya sebesar 8,220% pada tip speed ratio optimal sebesar 2,732.
c. Hasil penelitian dari ketiga variasi jumlah sudu yang telah diuji menunjukkan
bahwa, kincir angin dengan variasi empat sudu menghasilkan unjuk kerja
terbaik dibandingkan dengan variasi tiga sudu dan dua sudu.

5.2. Saran
Setelah dilakukan penelitian, ada beberapa hal yang menjadi saran untuk
penelitian selanjutnya :

a. Lakukan penelitian dengan model NACA lain dan perbanyak variasi jumlah
sudu yang diuji.
b. Lakukan penelitian dengan mengubah sudut kemiringan sudu (pitch angle).
c. Memperhatikan pemasangan sudu harus presisi agar kincir angin dapat
bekerja dengan baik.

59
d. Memperhatikan alat uji yang akan digunakan dalam penelitian dalam kondisi
normal agar penelitian berjalan dengan lancar.

60
DAFTAR PUSTAKA

Nakhoda, Yusuf Ismail, dan Chorul Saleh. 2015. “Rancang Bangun Kincir Angin
Sumbu Vertikal Pembangkit Tenaga Listrik Portabel”. Seminar Nasional
Sains dan Teknologi Terapan III 2015, ISBN : 978-602-98569-1-0. Institut
Teknologi Adhi Tama, Surabaya.

Aryanto, Firman, Imade Mara, dan Made Nuarsa. 2013. “PENGARUH


KECEPATAN ANGIN DAN VARIASI JUMLAH SUDU TERHADAP
UNJUK KERJA TURBIN ANGIN POROS HORIZONTAL”. Dinamika
Teknik Mesin, Volume 3 No. 1 Januari 2013, ISSN: 2088-088X. Jurusan
Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Mataram.

Nurmaulita. 2010. “ Pengaruh Orieentasi Serat Kelapa Dengan Resin Polyester


Terhadap Karakteristik Papan Lembaran”. Tesis. Program Pascasarjana,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera
Utara.

Daniarsyah, Adrian. 2021. “ Apa itu Komposit? Berikut Definisi dan Contoh
Penggunaan Lengkapnya”. https://wira.co.id/category/referensi/amp/.
Diakses 5 Juli 2022.

Fachri, Muhammad Rizal, dan Hendrayana. 2017. “Analisa Potensi Energi Angi
Dengan Distribusi Weibull Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)
Banda Aceh”. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, Vol.1, No.1
[Februari 2017] 1-8. ISSN : 2549-3698.

Laempasa, Darwin Ravel. 2013. “Pengaruh Jumlah Sudu Terhadap Unjuk Kerja
Kincir Angin Propeler Dari Bahan Pipa PVC”. Tugas akhir. Program Studi
Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru,


Terbarukan, dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE). (Sabtu, 30 Januari

61
2021). Energi Angin. Potensi Energi Angin Indonesia 2020.
https://p3tkebt.esdm.go.id/pilot-plan-project/energi_angin/potensi-energi-
angin-indonesia-2020. Diakses 5 Juli 2022.

Gibson, Ronald F. 1994. Principles Of Composite Material Mechanic, Fourth


Edition. New York : CRC Press.

Umanand, Prof. L., 2007, Non-Conventional Energy Systems. Bangalore : Indian


Institute of Science Bangalore.

Sulistyono. 2012. Pemanasan Global (Global Warming) dan Hubungannya


Dengan Penggunaan Bahan Bakar Fosil. Swara Patra: Majalah Ilmiah
PPSDM Migas, Vol.2, No.2.

Daryanto, Y., 2007, Kajian Potensi angin Untuk Pembangkit Listrik Tenaga
Bayu. Yogyakarta: BALAI PPTAGG – UPT-LAGG.

62

Anda mungkin juga menyukai