SKRIPSI
181106021226
Konsentrasi Energi
2022
ANALISA PERPINDAHAN PANAS PADA SISTEM FLUIDA
SKRIPSI
181106021226
Konsentrasi Energi
2022
HALAMAN KEASLIAN SKRIPSI
Benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
i
LEMBAR PENGESAHAN
FLUIDA
NPM : 181106021226
Disetujui oleh :
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
iii
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas nikmat, rahmat, dan kekuatan yang
telah diberikan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih yang seikhlas-iklhasnya, penulis ucapkan kepada Dr.Hablinur
Alkindi,S.T.P.,M.Si. dan Dr.Edi Sutoyo,S.T.P.,M.Si selaku dosen pembimbing
skriksi yang telah sudi meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk, saran, dan
bimbingan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada:
2. Dekan Fakultas;
6. Semua pihak yang telah memberikan saran dan/atau masukan pada saat penulis
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor berhak
menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasi skripsi saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
v
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
BAB II .....................................................................................................................4
vi
2.6 Landasan Teori ...........................................................................................11
2.7 Perancangan Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube ..............................11
BAB IV ..................................................................................................................29
4.2 Data Alat Penukar Kalor Jenis Shell And Tube ..............................................32
BAB V....................................................................................................................58
5.1 Kesimpulan.................................................................................................59
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 4. 13 Grafik Kecepatan Fluida Panas ...................................................... 46
Gambar 4. 14 Data untuk perhitungan kecepatan fluida panas ............................. 47
Gambar 4. 15 Grafik bilang reynold Fluida panas ............................................... 48
Gambar 4. 16 Grafik Nilai NU fluida panas ......................................................... 50
Gambar 4. 17 Grafik Nilai Koefesien konveksi .................................................... 51
Gambar 4. 18 Grafik niilai Resistensi termal Aliran dalam shell ........................ 53
Gambar 4. 19 Grafik Nilai Resistensi termal Aliran dalam shell ........................ 55
Gambar 4. 20 Koefisien perpindahan kalor menyeluruh bagian dari Water-to-
water heat exchanger ........................................................................................... 55
Gambar 4. 21 LMTD Counter flow (Aliran Berlawanan Arah) ........................... 56
Gambar 4. 22 Grafik Nilai LMTD (ΔTlmtd) ........................................................... 58
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR NOTASI
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kinerja shell and tube heat exchanger dipengaruhi oleh beberapa
parameter yaitu diantaranya adalah efektivitas dan koefisien perpindahan panas,
(Ariwibowo, dkk, 2016). Untuk meningkatkan hal tersebut, dapat menggunakan
tipe baffle, variasi jumlah baffle, jenis fluida, laju aliran, temperatur, dimensi
shell (selongsong) dan tube (pipa) pada shell and tube heat exchanger.
2
1.6 Sistematika Penulisan
1. BAB I Pendahuluan
Bagian ini menjelaskan tentang mengenai dasar teori yang relevan dengan
tema penelitian.
Bagian ini menjelaskan mengenai perhitungan dan hasil yang diperoleh dari
kegiatan penelitian skripsi tugas akhir ini.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Heat exchanger adalah alat untuk proses berpindahnya suatu energy (kalor),
menggunakan media fluida baik gas,panas, maupun dingin, dari suatu daerah
ke daerah lain karena adanya perbedaan temperatur dan suhu. Heat exchanger
type pipa ganda yang bisa di jadikan untuk suatu penelitian. Yang mana alat
tersebut sangat penting untuk menunjang proses belajar atau praktikum uji
prestasi. Tetapi alat tersbut (heat exchanger) tidak bisa di oprasikan dikarnakan
banyak komponen-komponen yang rusak sehingga di butuhkan perbaikan dan
penggantian alat- alat yang tidak bisa di pakai lagi. setelah mesin tersebut di
perbaiki dan bisa beroprasi semula, maka di lakukan analisa untuk mencari ni
lai koefisien perpindahan kalor menyeluruh (U), laju aliran massa (m), laju
aliran panas (Q), dan nilai efektivitas dari heat exchanger tersebut.
Cara kerja heat exchanger type pipa ganda tersebut adalah dengan
menggunakan fluida panas untuk pipa yang besar, dan pipa yang dingin
menggunakan pipa kecil di dorong menggunakan pompa secara berlawanan
arah sehingga setelah bersinggungan akan menghasilkan perbedaan temperatur
dan suhu.
2.2 Penelitian Sebelumnya Yang Relevan
4
Gaos, Sorimuda Harahap pada tahun 2018 di IIndonesia yang menceritakan
tentang efek pendinginan yang dihasilkan dalam sistem refrigransi tergantung
dari efektifitas kinerja kondensor sementara, kinerja kondensor semakin lama
akan menurun seiring terjadinya pengotoran pada dinding pipa. Pada penelitian
ini dilakukan analisa optimasi sistem termal pada sebuah kondensor shell and
tube sebagai alat penukar kalor atau yang kita sering sebut (APK) dari hasil
optimasi kondensor shell and tube dengan menggunakan analisis full factorial
yang di validasikan dengan sofwareHead Transfer Research Inc (HTRI) dan
disimulasikan dengan Computational Fluid Dynamics (CFD). Hasil yang
optimum adalah diameter shell 0.98 mm, jumlah tube 19 buah dengan diameter
tube 12.7 mm, panjang tube 1,27 m, dan koefisien perpindahan panas secara
menyeluruh adalah 50247.26 W/m K dengan penentuan diameter temperatur
desain kondensor dan mempertimbangkan desain kondensor yang akar panas
diserap lebih besar dan alat bisa bekerja lebih optimal sehingga pendinginan
ruangan lebih maksimal bekerjanya.
5
meningkatkan efektivitas penukar panas shell and tube. Akibatnya, efektivitas
telah ditingkatkan dari 0,61 menjadi 0,664. Pada fase kontrol, strategi kontrol
direkomendasikan untuk mempertahankan perbaikan dalam penukar panas shell
and tube.
6
dengan software HTRI versi 7 berlisensi. Hasil optimasi full factorial
didapatkan nilai koefisien perpindahan kalor bersih (Uc) dan desain (Ud)
tertinggi masing-masing sebesar 44,93 W/m2K dan 55.45 W/m2K dengan luas
permukaan APK sebesar 4.25 m2, diameter luar pipa 0,0127 m, susunan pipa
45o, jarak antara pipa PR adalah 2.4 dan panjang pipa 2,6 m. Alat penukar kalor
shell and tube ini memiliki kapasitas maksimum memindahkan panas sebesar
13.77 kW dengan laju aliran massa chilli sauce sebesar 0,167 kg/detik dengan
batasan overdesign sebesar 25%. Hasil validasi HTRI diperoleh penyimpangan
kontruksi dengan luas area perpindahan panas sebesar 11,05% dan koefisien
perpindahan panas sebesar 14,8-22,8% lebih rendah dari data hitungan manual.
7
perancangan air pendingin sekarang diketahui bahwa suhu air pada air
pendingin adalah 28°C dan setelah melewati suhu air didinginkan menjadi 32°C
kenaikan suhu karena penyerapan panas air sehingga suhu air menjadi 42°C
yang semula masuk menjadi 36,3°C. Sedangkan diameter tabung pada water
cooler adalah 17 mm, jumlah tabung 56, panjang 2.503 m, jumlah lintasan 2
dengan laju aliran massa 10,414 kg/s. Setelah desain dibalik diperoleh dengan
menggunakan metode Taguchi dimana beberapa karakteristik yang terjadi drop
pressure tidak jauh berbeda antara teori dan laju aliran aktual yang terjadi antara
tubeside, shell shide dan Channel.
8
lainnya, mengalir dalam arah yang sama. Karakter dari jenis penukar panas ini
adalah bahwa suhu energi yang menyediakan cairan akan selalu lebih tinggi
daripada yang menerima energi dari saat memasuki penukar panas sampai
keluar, seperti tergambar pada gambar 2.2.
9
3. Cross flow (Aliran Silang)
Crross-flow atau sering disebut dengan aliran silang pada gambar 2.4
adalah apabila fluida-fluida yang mengalir sepanjang permukaan bergerak
dalam arah saling tegak lurus.
Pada aliran ini, besarnya beda temperatur rata-rata adalah besarnya LMTD
aliran berlawanan dikalikan besarnya faktor koreksi. Besarnya faktor koreksi
diberikan sesuai dengan bentuk dari kontruksi saluran dimana dua fluida yang
berbeda temperatur mengalir.
10
2.6 Landasan Teori
Energi berpindah dari dan ke sistem, perpindahan ini terjadi karena ada
perbedaan antara sistem dan sekeliling. Perpindahan energi dapat terjadi dalam
bentuk panas dan kerja. Proses peripindahan energi akan terus berlangsung
selama belum terjadi keseimbangan, baik tekanan, temperatur ataupun
parameter termodinamika lainnya.
Energi akan berpindah sebagai panas, bila ada beda temperatur diantara
sistem dan sekeliling/ diantara dua sistem dan perpindahan ini akan terus
berlangsung sampai terjadi kesetimbangan, dimana temperatur kedua sistem
sama. Ini terjadi karena sistem dengan temperatur lebih tinggi melepaskan
panas sebesar Q dan sistem yang bertemperatur lebih rendah menyerap panas
sebesar yang dilepaskan. Dengan demikian kesetimbangan sistem akan terjadi
bila :
Qlepas = Qserap
Sebelum mendesain alat penukar kalor, dibutuhkan data dari laju aliran
(flow rate), temperatur masuk dan temperatur keluar, dan tekanan operasi
kedua fluida. Data ini dibutuhkan terutama untuk fluida gas jika densitas gas
11
tidak diketahui. Untuk fluida berupa cairan (liquid), data tekanan operasi tidak
terlalu dibutuhkan karena sifat - sifatnya tidak banyak berubah apabila
tekanannya berubah. Langkah – langkah yang biasa di lakukan dalam
merencanakan atau mendisain alat penukar kalor adalah :
1. Penentuan heat duty yang diperlukan Penukar kalor yang direncanakan
harus memenuhi atau melebihi syarat ini.
2. Menentukan ukuran ( size ) alat penukar kalor dengan perkiraan yang masuk
akal untuk koefisien perpindahan kalor keseluruhannya.
3. Menentukan fluida yang akan mengalir di sisi tube atau shell. Biasanya sisi
tube di rencanakan untuk fluida yang bersifat korosif, beracun, bertekanan
tinggi, atau bersifat mengotori dinding. Hal ini dilakukan agar lebih mudah
dalam proses pembersihan atau perawatannya.
dimana:
Faktor koreksi
Faktor koreksi dipengaruhi oleh jumlah fase dan suhu masuk dan
keluar. Dari hasil perhitungan, didapat bahwa tidak nilai faktor koreksi.
Hal ini ini disebakan karena perbedaan suhu dalam shell lebih besar
dibandingkan perbedaan suhu dalam pipa.
Faktor koreksi F dipengaruhi oleh jumlah pass untuk shell dan jumlah pass
untuk tube dengan:
R = (T1 – T2)/(t2 – t1)
P = (t2 – t1)/(T1 – t1) .........………..………..………..persamaan 2.1
12
Dimana : T1 : Suhu panas fluida masuk
T2 : Suhu panas fluida keluar
t1 : Suhu dingin fluida masuk
t2 : Suhu dingin fluida keluar
Bilangan Reynold Aliran Dalam Pipa
Untuk aliran laminer dan turbulen terdapat rumus yang berbeda.
Sebagai patokan apakah suatu aliran itu laminer atau turbulen, dipakai
bilangan Reynolds:
Rei =
𝑉 𝑥 𝜌𝑥 𝐷
………..…......................……..………..persamaan 2.2
Re
13
Koefesien pindah konveksi dalam pipa
Koefisien perpindahan panas digunakan dalam perhitungan perpindahan
panas konveksi atau perubahan wujud antara cair dan padat. Koefisien perpindahan
panas banyak dimanfaatkan dalam ilmu termodinamika dan mekanika serta teknik
kimia.
ℎ𝑖 =
𝐾
𝑁𝑢………..………..….............................................……..persamaan 2.4
𝐷
K : Conductivity termal
NU : Nusselt Number
𝑅𝑖 =
1
………..………..…….............................................…..persamaan 2.5
ℎ𝑖 𝑥 𝐴𝑖
14
Resistensi termal Konduksi
Resistensi termal Konduksi Aliran dalam pipa didapat dari persamaan di bawah
ini :
𝑅𝑠 =
𝑟
𝐼𝑛 ( 𝑜⁄𝑟𝑖 )
………..………..………..........................................persamaan 2.6
2𝜋 𝑥 𝑘
Reo =
𝑉 𝑥 𝜌𝑥 𝐷
………..…….......................................…..………..persamaan 2.7
Re
15
kalor (heat exchanger)/APK, Perpindahan panas berlangsung secara konduksi
dan konveksi.
Pada alat penukar kalor, keseimbangan energi harus terjadi, yaitu panas
yangdilepaskan dari fluida panas sama dengan panas yang diterima oleh fluida
dingin.
16
Resistensi termal Aliran dalam shell pipa
𝑅𝑜 =
1
………..….........................................……..………..persamaan 2.10
ℎ𝑜 𝑥 𝐴𝑜
1
U= ………..……........................................persamaan 2.11
𝐴𝑢 (𝑅𝑜+𝑅𝑖+𝑅𝑠)
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
18
Alat digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini :
1. Pompa air
Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu
cairan dari satu tempat ke tempat yang lain alat ini dapat di lihat pada
gambar 3.2 ,dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut, kenaikan
tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan
pengaliran, hambatan-hambatan pengaliran itu dapat berupa perbedan
tekanan berbeda.
19
Menggunakan pompa air listrik merk Shimizu , frekensi 50 Hz , Hs
maks 9 meter.
2. Pressure gauge
Pressure Gauge dapat di lihat pada gambar 3.3 yang merupakan alat
ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat tekanan dalam suatu
cairan atau gas.
20
4. Tabung heat exchanger
Tabung heat exchanger dengan ukuran 2” yang akan di lalui air panas.
21
Gambar 3. 7 Pipa PVC
6. Tangki penampungan air
22
7. Flow meter
Flow Meter Sensor Flow meter adalah alat ukur yang dipakai untuk
mengukur laju aliran atau Jumlah sebuah fluida yeng bergerak mengalir
dalam sebuah pipa tertutup atau drainase terbuka laksana channel atau
sungai atau parit atau gorong-gorong.
23
9. Temperatur digial controller
24
3.3.Hasil Data Pengujian
Dan adapun hasil dari data yang di dapat dari hasil pengujian tersebut terdapat
pada penjelasan dari Tabel 3.2 di bawah ini.
25 Jumlah shel 1 -
26 Susunan tube Horizontal
25
27 Bahan tube Steel Galvanis
28 Jumlah pass tube 1 -
29 Massa jenis air 997 Kg/m3
30 Massa jenis fluida panas 990 Kg/m3
31 Pressure air 1,05/0,80/0,53 m2/s
32 Pressure fluida panas 3,5/2,6/1,7 m2/s
26
3.5. Alur Penelitian
Sebelum dilakukan pembuatan alat tentunya dilakukan langkah awal
berupa pengumpulan studi literatur yang membahas tentang perpindahan
panas, khususnya analisa perpindahan panas pada alat penukar kalor tipe pipa
ganda.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen secara langsung, dengan tahapan-tahapan penelitian sebagai
berikut:
MULAI
STUDI LITERATUR
SIMULASI DAN
PENGAMBILAN DATA
PERHITUNGAN DATA
TIDAK
YA
SELESAI
27
3.6. Jadwal Kegiatan Penelitian
Berikut adalah jadwal kegiatan untuk perancangan analisa head losses
pada circulating fluida air dalam pipa terhadap 2 jenis pipa berbeda.
28
BAB IV
29
Bukaan Katup 75%
30
Bukaan katup 75%
Penelitian ini mencari nilai resistensi termal total (U) dan panas yang
berpindah dengan menggunakan metode LMTD. Pindah panas yang terjadi dalam
penukar panas adalah konveksi dan konduksi. Konveksi terjadi di aliran dalam pipa
dan aliran dalam shell, sedangkan konduksi terjadi pada dinding pipa. Nilai
resistensi termal total (U) didapat dengan menjumlahkan semua nilai resistensi
termal (R).
31
4.2 Data Alat Penukar Kalor Jenis Shell And Tube
Dari hasil analisis yang kami dapatkan yaitu Nilai dari Suhu Temperature
panas keluar sebesar sebesar dengan bukaan katup 100% = 70℃, bukaan
katup 75% =70℃ , bukaan katup 50% = 70℃ .
32
3. Nilai dari Suhu Temperature air keluar
33
5. Nilai dari Pressure Gauge
A. Faktor koreksi F
Faktor koreksi dipengaruhi oleh jumlah fase dan suhu masuk dan
keluar. Dari hasil perhitungan, didapat bahwa tidak nilai faktor koreksi.
Hal ini ini disebakan karena perbedaan suhu dalam shell lebih besar
dibandingkan perbedaan suhu dalam pipa.
34
Faktor koreksi F dipengaruhi oleh jumlah pass untuk shell dan jumlah pass
untuk tube dengan:
Untuk bukaan katup 100%
R = (T1 – T2)/(t2 – t1) = (70 – 68) / (29 – 28) = 2℃
P = (t2 – t1)/(T1 – t1) = (29 – 28) / (70 – 28) = 0,023℃
Hal ini membuktikan bahwa dalam kasus ini tidak terdapatnya faktor
koreksi di karenakan perbedaan suhu tube In dan Out terlalu kecil.
35
2,5
2 2
Temperature (℃)
1,5
0,5
0,5
𝑉 = 𝑄/𝐴
32.1 𝐿
Q= = 5.35 x 10−4 m³/s
60 𝑚
5.35 𝑥 10−4 m³/s.
V=
1
µ𝑟²
4
5.35 𝑥 10−4 m³/s
V= = 1.05 m/s
1
𝑥 0.14 (0.0254)²𝑚²
4
24,5 𝐿
Q= = 4.08 x 10−4 m³/s
60 𝑚
4.08 x 10−4 m³/s
V=
1
µr²
4
36
4.08 𝑥 10−4
V= = 0.8 m/s
1
𝑥 0.14 (0.0254)²𝑚²
4
Mencari kecepatan aliran pipa pada bukaan katup 50%
16.2 𝐿
Q= = 2.7 x 10−4 m³/s
60 𝑚
2.7 𝑥 10−4 m³/s.
V=
1
µ𝑟²
4
0.27 m³/s
V= = 0.53 m/s
1
𝑥 0.14 (0.0254)²𝑚²
4
1,2
1,05
1
Kecepatan (m/s)
0,8
0,8
0,6 0,53
0,4
0,2
0
50% 75% 100%
37
Aliran dalam pipa umumnya bersifat turbulen hal ini dikarenakan
adanya pompa sebagai penambah tekanan yang mengalirkan air dalam
pipa. Nilai bilangan reynold mencerminkan sifat dari aliran. Dari hasil
perhitugan didapat nilai bilangan reynold sebesardengan bukaan katup
100% = 29.842, 75% = 22.737 , 50% = 15.063, yang bersifat turbulen.
Nilai bilangan Reynold dengan bukaan katup 100%
𝑉 𝑥 𝜌𝑥 𝐷 1,05𝑥 997 𝑥 0,0254
Re = =
Re 0,891 𝑥 10−4
= 29.842(𝑡𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑛)
= 22.737(𝑡𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑛)
= 15.063(𝑡𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑛)
38
35
29,842
30
Reynold (Re) 25 22,737
20
15,063
15
10
5
0
50% 75% 100%
39
Tabel 4. 6 Menunjukkan sifat air pada fluida dingin (28.5/28,5/29℃) dan fluida
panas (69/69/69,5℃).
Dari hasil perhitugan didapat nilai bilangan Nusslet number dan Nilai
bilangan Nusslet number berfungsi untuk menghitung nilai bilangan
Koefesien pindah konveksi dalam pipa.
Nilai bilngan NU pada bukaan katup 100%
NU = 0,023 x Re0.8 x 𝑃𝑟 1/3
= 178
= 143
= 103
40
Tabel 4. 7 Perbandingan Nilai Nusslet Number
Nusslet Number
Bukaan Katup (%) Reynold (Re)
(NU)
50% 15,063 103
75% 22,737 143
100% 29,842 178
200
178
180
160 143
Nusslet Number (NU)
140
120 103
100
80
60
40
20
0
50% 75% 100%
𝐾 0,607 𝑥 178
ℎ𝑖 = 𝑁𝑢 =
𝐷 0.0254
= 4.253 W/𝑚2 𝐶
41
Nilai Koefesien pindah konveksi dalam pipa bukaan katup 75%
𝐾 0,607 𝑥 143
ℎ𝑖 = 𝑁𝑢 =
𝐷 0.0254
= 3.417 W/𝑚2 𝐶
𝐾 0,607 𝑥 103
ℎ𝑖 = 𝑁𝑢 =
𝐷 0.0254
= 2.461 W/𝑚2 𝐶
4,5 4,254
4
Koefesien Konveksi (W/𝒎^𝟐 𝑪)
3,417
3,5
3
2,461
2,5
1,5
0,5
0
50% 75% 100%
42
Dari hasil perhitugan didapat nilai bilangan Resistensi termal Aliran
dalam pipa dan nilai bilangan Resistensi termal Aliran dalam pipa
berfungsi untuk menghitung nilai bilangan Nilai resistensi termal total (U).
Resistensi termal Aliran dalam pipa bukaan katup 100% didapat dari
persamaan di bawah ini :
1 1
𝑅𝑖 = =
ℎ𝑖 𝑥 𝐴𝑖 4.253 𝑥 (3,14 𝑥 0,0254)
= 2,9𝑥10−3
Resistensi termal Aliran dalam pipa bukaan katup 75% didapat dari
persamaan di bawah ini :
1 1
𝑅𝑖 = =
ℎ𝑖 𝑥 𝐴𝑖 3.417 𝑥 (3,14 𝑥 0,0254)
= 3,6𝑥10−3
Resistensi termal Aliran dalam pipa bukaan katup 50% didapat dari
persamaan di bawah ini :
1 1
𝑅𝑖 = =
ℎ𝑖 𝑥 𝐴𝑖 2.461 𝑥 (3,14 𝑥 0,0254)
= 5,09𝑥10−3
43
6
5,09
Resistensi Termal dalam pipa (Ri ) 5
4 3,6
2,9
3
0
50% 75% 100%
44
Resistensi termal Aliran dalam pipa berfungsi untuk menghitung nilai
bilangan Nilai resistensi termal total (U).
𝐼𝑛 (0,0254⁄0,0127)
= 2𝑥 3,14 𝑥 52
= 2,122 𝑥 10−3
Dari hasil perhitugan didapat nilai bilangan Kecepatan aliran fluida panas
(𝒗𝟐) dalam pipa dan nilai bilangan Kecepatan aliran fluida panas
berfungsi untuk menghitung nilai bilangan Reynold fluida panas.
𝑃1 𝑣12 𝑃2 𝑣22
+ 𝑧1 + = + 𝑧2 +
𝜑 2𝑔 𝜑 2𝑔
𝑣22
= 0,65 m ( Panjang keseluruhan pipa aliran panas dari titik z1
2𝑔
samapai z2)
𝑣2 = √0,65 𝑥 2 𝑥 9,81
𝑣2 = 3,5 𝑚/𝑠
45
Kecepatan aliran fluida panas dengan bukaan katup 75%
𝑣2 = 2.6 𝑚/𝑠
𝑣2 = 1.7 𝑚/𝑠
4
3,5
3,5
Kecepatan fluida panas (m/s)
3
2,6
2,5
2 1,7
1,5
0,5
0
50% 75% 100%
46
Gambar 4. 14 Data untuk perhitungan kecepatan fluida panas
𝑅𝑒 = 295 x 103
𝑅𝑒 = 219 x 103
47
Reynold fluida panas dengan bukaan katup 50 % di dapat dengan
persamaan di bawah ini :
𝑅𝑒 = 143 x 103
350
295
300
Reynold Fluida Panas (Re)
250
219
200
143
150
100
50
0
50% 75% 100%
5/8
0,62 𝑅𝑒 1/2 𝑃𝑟 1/3 𝑅𝑒
𝑁𝑢 = 0,3 + [1 + ( ) ]
0,4 2/3 282000
[1 + ( 𝑃𝑟 ) ]
48
5/8
0,62 𝑥 295 x 103 1/2 3,911/3 295 x 103
𝑁𝑢 = 0,3 + [1 + ( ) ]
0,4 2/3 282000
[1 + (3,91) ]
𝑁𝑢 = 326,44
5/8
0,62 𝑅𝑒 1/2 𝑃𝑟 1/3 𝑅𝑒
𝑁𝑢 = 0,3 + [1 + ( ) ]
0,4 2/3 282000
[1 + ( 𝑃𝑟 ) ]
5/8
0,62 𝑥 219 x 103 1/2 3,911/3 219 x 103
𝑁𝑢 = 0,3 + [1 + ( ) ]
0,4 2/3 282000
[1 + (3,91) ]
𝑁𝑢 = 306,33
5/8
0,62 𝑅𝑒 1/2 𝑃𝑟 1/3 𝑅𝑒
𝑁𝑢 = 0,3 + [1 + ( ) ]
0,4 2/3 282000
[1 + ( 𝑃𝑟 ) ]
5/8
0,62 𝑥 143 x 103 1/2 3,911/3 143 x 103
𝑁𝑢 = 0,3 + [1 + ( ) ]
0,4 2/3 282000
[1 + ( ) ]
3,91
𝑁𝑢 = 296,03
49
Tabel 4. 12 Nilai NU fluida panas
Bukaan Katup (%) Reynold (Re) Nusslet Number (NU)
50% 143 269,03
75% 219 306,33
100% 295 326,44
350 326,44
306,33
300
269,03
250
Nilai NU fluida Panas
200
150
100
50
0
50% 75% 100%
Koefesien pindah konveksi dalam shell pipa yang di aliri aliran air panas
dengan bukaan katup 100% di dapat dengan persamaan di bawah ini :
ℎ 𝑘
𝑜= 𝑥 𝑁𝑢
𝑤
ℎ 0,637
𝑜= 𝑥 326,44 = 4093,35 W/m2
0,0508
50
Koefesien pindah konveksi dalam shell pipa yang di aliri aliran air panas
dengan bukaan katup 75% di dapat dengan persamaan di bawah ini :
ℎ 𝑘
𝑜= 𝑥 𝑁𝑢
𝑤
ℎ 0,637
𝑜= 𝑥 306,33 = 3841.18 W/m2
0,0508
Koefesien pindah konveksi dalam shell pipa yang di aliri aliran air panas
dengan bukaan katup 50% di dapat dengan persamaan di bawah ini :
ℎ 𝑘
𝑜= 𝑥 𝑁𝑢
𝑤
ℎ 0,637
𝑜= 𝑥 296.03 = 3712.02 W/m2
0,0508
4200
4093,35
Koefesien Konveksi (W/m^2 C )
4100
4000
3900 3841,18
3800
3712,02
3700
3600
3500
50% 75% 100%
51
Dari hasil perhitugan didapat nilai bilangan Resistensi termal Aliran
dalam shell dalam pipa dan nilai bilangan Resistensi termal Aliran dalam
shell berfungsi untuk menghitung nilai bilangan Nilai resistensi termal
total (U)
Resistensi termal Aliran dalam shell pipa yang di aliri aliran air panas
pipa dengan bukaan katup 100% di dapat dari persamaan di bawah ini :
1 1
𝑅𝑜 = = = 1.53 x 10−3
ℎ𝑜 𝑥 𝐴𝑜 4093,35 𝑥 𝜋 0,0508
Resistensi termal Aliran dalam shell pipa yang di aliri aliran air panas
pipa dengan bukaan katup 75% di dapat dari persamaan di bawah ini :
1 1
𝑅𝑜 = = = 1.63 x 10−3
ℎ𝑜 𝑥 𝐴𝑜 3841.18 𝑥 𝜋 0,0508
Resistensi termal Aliran dalam shell pipa yang di aliri aliran air panas
pipa dengan bukaan katup 50% di dapat dari persamaan di bawah ini :
1 1
𝑅𝑜 = = = 1.68 x 10−3
ℎ𝑜 𝑥 𝐴𝑜 3712.02 𝑥 𝜋 0,0508
52
1,7 1,68
1,6
(Ro )
1,55 1,53
1,5
1,45
50% 75% 100%
Dari hasil perhitugan didapat nilai bilangan Nilai resistensi termal total
(U),dalam pipa sebesar 1901,77 W/m2 ℃, nilai bilangan Nilai resistensi
termal total (U) dalam shell dan tube berfungsi untuk menghitung nilai
bilangan Perbedaan temperature rata-rata (LMTD)
Resistensi termal Aliran dalam shell pipa yang di aliri aliran air panas pipa
dengan bukaan katup 100% didapat dari persamaan di bawah ini :
1
U = 𝐴𝑢 (𝑅𝑜+𝑅𝑖+𝑅𝑠)
1
U= = 909,77 W/m2 ℃
𝜋 𝑥 0,0508 (1.53 x 10−3 + 2.9𝑥10−3 +2,122 𝑥 10−3 )
53
Resistensi termal Aliran dalam shell pipa yang di aliri aliran air panas pipa
dengan bukaan katup 75% didapat dari persamaan di bawah ini :
1
U = 𝐴𝑢 (𝑅𝑜+𝑅𝑖+𝑅𝑠)
1
U= = 902,85 W/m2 ℃
𝜋 𝑥 0,0508 (1.63 x 10−3 + 3.6 𝑥10−3 +2,122 𝑥 10−3 )
Resistensi termal Aliran dalam shell pipa yang di aliri aliran air panas pipa
dengan bukaan katup 50% didapat dari persamaan di bawah ini :
1
U = 𝐴𝑢 (𝑅𝑜+𝑅𝑖+𝑅𝑠)
1
U= = 899,69 W/m2 ℃
𝜋 𝑥 0,0508 (1.68 x 10−3 + 5.09 𝑥10−3 +2,122 𝑥 10−3 )
50% 899,69
75% 902,85
100% 909,77
54
912
909,77
910
Resistensi termal total (𝐖/𝐦^𝟐
908
906
904 902,85
℃)
902
899,69
900
898
896
894
50% 75% 100%
55
G. Menentukan LMTD (ΔTlmtd)
41,00 − 40.00
∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 =
41,00
𝑙𝑛 ( )
40,00
1
∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 =
𝑙𝑛(1,025)
∆TLMTD = 0.975℃
56
Bukaan katup 75% :
(𝑇1 − 𝑡2 ) − (𝑇2 − 𝑡1 )
∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 =
𝑇 −𝑡
𝑙𝑛 (𝑇1 − 𝑡2 )
2 1
41,00 − 40.00
∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 =
41,00
𝑙𝑛 (40,00)
1
∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 =
𝑙𝑛(1,025)
∆TLMTD = 0.975℃
Bukaan katup 50% :
(𝑇1 − 𝑡2 ) − (𝑇2 − 𝑡1 )
∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 =
𝑇 −𝑡
𝑙𝑛 (𝑇1 − 𝑡2 )
2 1
40,00 − 41.00
∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 =
40,00
𝑙𝑛 (41,00)
1
∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 =
𝑙𝑛(0.975)
∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 = 1.025℃
Tabel 4.14 Nilai LMTD (ΔTlmtd)
50% 1,025
75% 0,975
100% 0,975
57
1,03 1,025
1,02
1,01
Niai LMTD (ΔTlmtd)
0,99
0,97
0,96
0,95
50% 75% 100%
58
BAB V
59
DAFTAR PUSTAKA
60