Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN

Proposal Penelitian

ANALISA FAKTOR LAJU KOROSI

Diajukan oleh :

Nama : Abdi Dzil Ikram Anshary

NPM : 197023118

Kelas : B1

USULAN PENELITIAN
Diajukan untuk menyusun proposal
Jurusan Teknik Mesin

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
2022
PERSETUJUAN

Proposal Penelitian Mahasiswa

Abdi Dzil Ikram Anshary


197023118

Dengan Judul

ANALISA FAKTOR LAJU KOROSI


Telah disetujui untuk diseminarkan pada tanggal,

Mengetahui,
Dosen Mata Studi :

Marsius Ferndnian,S.T,, M.S


NIK. 010003014

PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul faktor
laju korosi. Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.) pada Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri Universitas Balikpapan.
Dalam melakukan penelitian dan penyusunan proposal skripsi ini penulis
telah mendapatkan banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terima kasih
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu semua jenis saran, kritik dan masukan yang bersifat membangun
sangat diharapkan. Akhir kata, semoga proposal ini dapat memberikan manfaat
dan memberikan wawasan tambahan bagi para pembaca dan khususnya bagi
penulis sendiri.

Balikpapan,

Abdi Dzil Ikram Anshary

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat Rahmat-Nya
saya dapat menyelesaikan dan menyusun proposal skripsi yang dilakukan di
tempat saya bekerja.

Dalam penyusunan dan penulisan proposal ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang

Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan


penulis terima dengan senang hati. Akhir kata, penulis berharap semoga proposal
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Balikpapan, 6 Juni 2022

Abdi Dzil Ikram Anshary


DAFTAR ISI

PERSETUJUAN................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR....................................................................................... iii

PRAKATA ……………………………………………………………………. iv

DAFTAR ISI...................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii

BAB I........................................................................................................

PENDAHULUAN....................................................................................

1.1 Latar Belakang.............................................................................

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................

1.4 Batasan Masalah..........................................................................

1.5 Manfaat penelitian………………………………………………

1.6 Sistem penelitian………………………………………………..

BAB II.......................................................................................................

TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………......

Korosi..........................................................................................

Faktor yang di mempengaruhi laju korosi...................................

Jenis-jenis korosi.........................................................................

Metode pengcegahan

korosi………………………………………………….
Prinsip proteksi

katodik………………………………………………………….

BAB III.....................................................................................................

METODE PENELITIAN………………………………………………

Tempat Dan Waktu Penelitian.....................................................

Objek Penelitian..........................................................................

Metode penelitian........................................................................

Alat dan bahan.............................................................................

Prosedur penelitian......................................................................

Variable penelitian……………………………………………… ….

.....................................................................................................

BAB V PENUTUP.........................................................................................

5.1 Kesimpulan..................................................................................

5.2 Saran............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 korosi pada permukan logam

Gambar 2.3 korosi merata

Gambar 2.4 korosi sumuran

Gamaba 2,5 korosi antar butir

Gamabr 2.6 korosi erosi

Gamabr 2.7 korosi galvanik

Gamabar 2.8 korosi celah

Gmabr 2.9 logam yang terkotosi

Gamabr 2.10 prinsip proteksi

Gambar 2.11 potensi korosi

Gamabr 2.12 potensi proteksi

Gambar 2.13 baja diproteksikan kantodik dengan anoda korban

Gamabr 2.14 baja diproteksi dengan arus tanding

Gambar 2.15 sistem pengukuran potensial


Gambar 3.1 floating jetty passenger

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 nilai potensi stndar NACE

Tabel 2.2 aplikasi anoda Mg, Zn, Al

Tabel 2.3 perhitungan desain proteksi katodik (ICCP)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam penggunaan logam yangakan dipakai pada industri perminyakan

antara lain baja karbon dan seng haruslah memenuhi syarat teknis, mekanis dan

ekonomis seperti kemampuan dan ketahanan. Salah satu penyebab ketahanan

logam menurun adalah terjadinya proses korosi pada logam tersebut. Korosi

menyebabkan penurunan mutu suatu logam sehingga sangat merugikan dan

membahayakan keselamatan hidup manusia. Laju korosi ditentukan oleh

lingkungan sekitar logam tersebut berada, sehingga laju korosi tertinggi terjadi

pada logam yang berada didaerah air laut. Dari segi biaya dan kekuatan,

penggunaan besi dan baja untuk bangunan floating Jetty Passenger memang

cukup memadai tetapi besi dan baja sangat reaktif dan mempunyai kecenderungan

yang besar untuk terserang korosi. Korosi merupakan suatu proses degradasi dari

suatu logam yang dikarenakan terjadinya reaksi kimia antara logam tersebut

dengan lingkungannya. Pada dasarnya korosi adalah peristiwa pelepasan elektron-

elektron dari logam (besi atau baja) yang berada didalam larutan elektrolit. Pada

daerah leg pile ini bagian bawah air ataupun daerah atas air rentan terkena korosi.

Korosi pada leg pile dapat mengakibatkan turunnya kekuatan dan umur pakai

floating jetty passenger, mengurangi kemampuan dari floating jetty passenger

tersebut serta mengurangi jaminan keselamatan dan keamanan manusia dan

barang Khusus untuk leg pile pada floating jetty passenger yang telah beroperasi

dari tahun 2008 ( 7 Tahun ) sebagai sarana penunjang transportasi di SPU Camp

maka dilakukan proteksi korosi dengan menggunakan sistem arus tanding (

1
2

Impressed Current Cathodic Protection ) dengan sistem yang terpasang yaitu 1

Transformer Rectifier dengan kapasitas 50 Volt, 100 Ampere dan 8 buah anoda

MMO ( Mixed Metal Oxide ).

Pada saat ini pada bagian tripod sisi sebelah timur jetty passenger

tegangan proteksi tidak tercapai yaitu di bawah -800 mVolt DC untuk lingkungan

air laut sehingga perlu dilakukan analisis yang mendalam agar sistem proteksi

kembali bekerja normal dan bagus sesuai desain.

1.2 Rumusan Masalah

Diharapkan penelitian ini dapat menjawab pertanyaan yang dirumuskan

sebagai berikut:

a. Apakah sistem proteksi arus tanding yang terpasang sudah mampu

mencegah korosi pada leg pile baja S355 (API 5L grade X52) ?

b. Mengapa nilai potensial pada pada tripod sisi sebelah timur sangat rendah

dibawah -800 mV DC ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari tugas akhir ini adalah :

a. Mengetahui sistem kerja katodik proteksi dengan metode arus tanding.

b. Mengetahui kelayakan sistem proteksi katodik yang digunakan untuk

melindungi leg pile baja pada jetty passenger dari korosi.

c. Menganalisa dan mengetahui penyebab turunnya nilai potensial leg pile di

tripod sisi timur jetty passenger.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini yaitu:


3

a. Katodik proteksi yang digunakan adalah sistem proteksi dengan memberi

arus tanding pada leg pile baja S355 di floating jetty passenger.

b. Melakukan pengujian ketebalan pipa menggunakan alat ultrasonic

thickness 38 DL.

c. Batas tegangan yang sesuai dengan rekomendasi NACE yaitu minimalnya

-800 mVolt DC sampai dengan maksimalnya -1150 mVolt Dc.

Khusus
1. Memperdalam pengetahuan mahasiswa dengan mengenal dan

mempelajari secara langsung aplikasi bidang Teknik terutama

pada bidang analisis berbagai kemungkinan yang menyebabkan

over load

1.5 Manfaat Penelitian

Secara detail manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kerja praktek di PT.

JMI untuk berbagai pihak adalah sebagai berikut:

Mahasiswa

1. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri dalam

kondisi kerja sesungguhnya, membangun etos kerja dan sikap

profesional, serta mendapat gambaran dunia kerja.

2. Mampu mengaplikasikan dan mengembangkan pengetahuan di

bidang analisa kegagalan dan pencegahan dengan kondisi

operasional.

3. Memenuhi satuan kredit semester (SKS) mata Kuliah Kerja Praktek

yang diwajibkan Program Studi Teknik Mesin Universitas

Balikpapan, sebagai prasyarat program sarjana.

Universitas Balikpapan (UNIBA)


4

1. Menjalankan tugas pokok UNIBA sebagai Instansi pendidikan untuk

wilayah Kalimantan.

2. Membangun dan menjalankan hubungan baik antara perguruan tinggi

dengan pelaku bisnis (PT.JMI)

PT. JMI

1. Mensukseskan tujuan pendidikan nasional dalam rangka meningkatkan

kualitas sumber daya manusia melalui program praktik kerja lapangan.

2. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa Universitas Balikpapan

untuk mengembangkan diri, mengasah kemampuan akademik, etos

kerja dan sikap profesional.

3. Membangun hubungan yang sinergis antara PT JMI sebagai pelaku

bisnis dengan Universitas Balikpapan sebagai pelaku bidang riset dan

akademi.

1.6 Sistem Penulisan

Hasil penelitian ini, selanjutnya disusun dengan sistematika penulisan

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan di dalam

penelitian yang dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang Penelitian yang Relevan, landasan teori, Hipotesis/

Pertanyaan Penelitian (Optional) yang berhubungan dengan penelitian yang

akan dilakukan.
5

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang Waktu dan Tempat Penelitian, Objek Penelitian, Teknik

Pengumpulan Data, Alat dan Bahan, Prosedur Penelitian, Variabel Penelitian

dan Diagram Alir Penelitian, Langkah-langkah ini harus disesuaikan dengan

fokus permasalahan penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini menyajikan hasil-hasil yang diperoleh dan cara pencapaiannya.

Uraian harus komprehensif namun tetap ringkas dan padu. Pembahasan hasil

penelitian meliputi kelebihan dan kekurangan, termasuk pengujian.

BAB V PENUTUP

Bagian ini berisi kesimpulan dan saran, kesimpulan merupakan rangkuman

hasil yang dicapai dan merupakan jawaban rumusan masalah, sedangakn saran

Bagian ini menguraikan saran-saran yang perlu diperhatikan berdasarkan

keterbatasan yang ditemukan dan asumsi yang dibuat, termasuk saran untuk

pengembangan lebih lanjut.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Korosi

Korosi merupakan penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia

dengan lingkungannya. Secara umum korosi meliputi hilangnya logam pada

bagian yang terpapar. Korosi pada logam terjadi karena adanya aliran arus listrik

dari satu bagian pada ke bagian yang lain di permukaan logam. Aliran arus ini

akan menyebabkan hilangnya metal pada bagian dimana arus dilepaskan ke

lingkungan (oksidasi atau reaksi anoda). Proteksi terjadi di titik dimana arus

kembali ke permukaan logam (reaksi katoda). Terdapat empat unsur pokok yang

harus dipenuhi agar korosi dapat terjadi, Jika salah satunya hilang maka korosi

tidak dapat terjadi. Empat unsur pokok tersebut antara lain:

a. Anoda, tempat terjadinya reaksi oksidasi.

b. Katoda, tempat terjadinya reaksi reduksi.

c. Elektrolit, Lingkungan tempat katoda dan anoda terpapar.

d. Sambungan logam, katoda dan anoda harus disambung dengan menggunakan

sambungan logam agar arus listrik dapat mengalir

6
7

Pada logam yang sama, salah satu bagian permukaannya dapat menjadi

anoda dan bagian permukaan lainnya menjadi katoda. Hal ini bisa saja terjadi

karena kemungkinan logam terdiri dari phase yang berbeda, karena permukaan

logam dilapisi dengan kondisi coating yang berbeda, atau karena di permukaan

logam terdapat lebih dari satu macam elektrolit. Logam dapat dicelupkan pada

elektrolit atau permukaan logam dapat digenangi oleh elektrolit dan membentuk

lapisan tipis. Laju korosi bergantung pada konduktifitas listrik elektrolit.

Gambar 2.2 Korosi pada permukaan logam

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Laju Korosi

Umumnya masalah korosi disebabkan oleh air, tetapi ada beberapa faktor

selain air yang juga mempengaruhi laju korosi diantaranya :

1. Faktor Gas Terlarut

d. Oksigen (O2)

Adanya oksigen yang terlarut akan menyebabkan korosi pada metal seperti

laju korosi pada mild steel alloys akan bertambah dengan meningkatnya

kandungan oksigen.
8

e. Gas asam (CO2 dan H2S)

Jika karbondioksida dilarutkan dalam air maka akan terbentuk asam karbonat

yang dapat menurunkan PH air dan meningkatkan korosifitas, begitu juga H2S

akan memicu terbentuknya asam sulfat yang bersifat korosif berupa ikatan yang

secara umum reaksinya adalah :

CO2 + H2O H2CO3

Fe2+ + H2CO3 FeCO3 + H2

2. Faktor Temperatur

Penambahan temperatur umumnya menambah laju korosi walaupun

kenyataannya kelarutan oksigen berkurang dengan meningkatnya temperatur.

3. Faktor pH

pH netral adalah 7, sedangkan pH < 7 bersifat asam dan korosif, sedangkan

untuk pH > 7 bersifat basa juga korosif. Tetapi untuk besi, laju korosi rendah pada

pH antara 7 sampai 13. Laju korosi akan meningkat pada pH < 7 dan pH > 13.

4. Faktor Bakteri Pereduksi atau Sulfat Reducing Bacteria (SRB)

Adanya bakteri pereduksi sulfat akan mereduksi ion sulfat menjadi gas H 2S,

yang mana jika gas tersebut kontak dengan besi akan menyebabkan terjadi korosi.

5. Faktor Padatan Terlarut

a. Klorida (Cl)

Klorida menyerang lapisan mild steel dan lapisan stainless steel. Proses

korosi juga dapat disebabkan oleh kenaikan konduktiviti larutan garam, dimana

larutan garam yang lebih konduktif, laju korosinya juga akan lebih tinggi.

b. Karbonat (CO3)
9

Kalsium karbonat sering digunakan sebagai pengontrol korosi dimana film

karbonat diendapkan sebagai lapisan pelindung permukaan metal, tetapi dalam

produksi minyak hal ini cenderung menimbulkan masalah scale.

c. Sulfat (SO4)

Ion sulfat ini biasanya terdapat dalam minyak. Dalam air, ion sulfat juga

ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi dan bersifat kontaminan maka

oleh bakteri SRB sulfat diubah menjadi sulfida yang korosif.

6. Faktor Lingkungan

a. Lokasi

Tergantung pada lokasi logam atau pipa berada, di daerah yang basah atau

kering, panas atau dingin, kondisi air tawar atau air laut, di permukaan atau di

bawah tanah, memiliki potensi bahan kimia, produksi minyak, dan apakah

mengandung uap atau gas.

b. Perlakuan pada material

Kondisi pipa atau logam mendapatkan stress (tekanan), mengalami fatigue

(tekanan), terjadi pemindahan, dan lain-lain.

2.3 Jenis Korosi

Berdasarkan bentuk dan tempat terjadinya, korosi terbagi dalam beberapa

jenis antara lain; korosi merata, korosi sumuran, korosi antar butir, korosi erosi,

korosi galvanik dan korosi celah dan masih banyak lainnya.

1. Korosi Merata

Korosi merata atau general corrosion merupakan bentuk korosi yang paling

sering terjadi. Korosi yang muncul terlihat merata pada seluruh


10

permukaan logam dengan intensitas yang sama. Salah satu contohnya adalah

efek dari korosi atmosfer pada permukaan logam. Korosi merata terjadi apabila

seluruh bagian logam memiliki komposisi yang sama. Korosi jenis ini biasanya

dapat diatasi dengan cara melapisi (mengecat) permukaan logam.

Gambar 2.3 Korosi Merata

2. Korosi Sumuran

Korosi sumuran merupakan korosi yang muncul dan terkonsentrasi pada

daerah tertentu. Bentuk korosi ini biasanya disebabkan oleh klorida. Korosi

sumuran akan mengakibatkan permukaan logam menjadi kasar. Korosi sumuran

terjadi karena komposisi material yang tidak homogen, rusaknya lapisan

pelindung, adanya endapan dipermukaan material, serta adanya bagian yang cacat

pada material.
11

Gambar 2.4 Korosi Sumuran

3. Korosi Antar Butir

Korosi antar butir atau interglanular corrosion merupakan korosi yang terjadi

pada batas butir sebuah logam atau alloy.

Gambar 2.5 Korosi antar butir

Korosi tipe ini biasanya disebabkan karena adanya impuritas atau pengotor pada

batas butir dan terjadi secara lokal disepanjang batas butir pada logam paduan.

4. Korosi Erosi

Korosi erosi merupakan gabungan dari kerusakan elekrokimia dan kecepatan

fluida yang tinggi pada permukaan logam. Korosi erosi dapat pula terjadi karena

adanya aliran fluida yang sangat tinggi melewati benda yang diam atau statis dan
12

bisa juga terjadi karena sebuah objek bergerak cepat di dalam fluida yang diam,

misalnya baling-baling kapal laut.

1.2 Pengertian Suspensi

Menurut manual book service Nissan Diesel, suspensi adalah salah satu bagian

dari chasis yang terletak diantara bodi kendaraan dan roda – roda , berfungsi

untuk menyerap kejutan dan putaran dari permukaan jalan yang tidak rata,

sehingga menambahn kenyamanan bagi pengendara dan penumpang. Berikut

beberapa fungsi suspensi diantaranya:

1. Selama kendaraan berjalan, suspensi bersama- sama dengan roda menyerap

getaran dan kejutan dari permukaan jalan.

2. Menghubungkan bodi kendaraan dengan roda – roda.


13

Gambar 2.6 Korosi Erosi

Bagian permukaan logam yang terkena korosi biasanya relatif lebih bersih

jika dibandingkan dengan permukaan logam yang terkena korosi jenis lain.

5. Korosi Galvanik

Korosi galvanik terjadi apabila dua buah logam yang jenisnya berbeda

dipasangkan dan direndam dalam cairan yang sifatnya korosif. Logam yang lebih

aktif atau anoda akan terkorosi, sementara logam yang lebih pasif atau katoda

tidak akan terkorosi.

Gambar 2.7 Korosi Galvanik

6. Celah

Korosi celah terjadi karena adanya larutan atau elektrolit yang terperangkap

di dalam celah atau lubang, misalnya pada sambungan dua permukaan logam

yang sejenis, permukaan logam yang retak, baut dan tapal.


14

Gambar 2.8 Korosi Celah

Elektrolit yang terperangkap pada lubang akan menimbulkan beda konsentrasi

oksigen, sehingga terbentuk sel korosi.

2.4 Metode Pencegahan Korosi

Lima macam metode yang digunakan untuk mengontrol korosi adalah

pelapisan atau coating, perlakuan lingkungan, pemilihan material, desain berlebih

dan proteksi katodik.

a. Pelapisan

Pelapisan merupakan cara yang paling umum dilakukan untuk melindungi logam

dari serangan korosi. Pada dasarnya pelapis-pelapis ini berfungsi untuk

melindungi logam dari reaksi yang tidak menguntungkan dengan lingkungan, oleh

karena itu pelapis ini harus bersifat mudah

dilapiskan, memiliki daya adhes yang baik, tahan lama, tahan terhadap

temperatur tinggi, tahan air, dan lain sebagainya.

b. Perlakuan Lingkungan

Perlindungan terhadap korosi dapat juga dilakukan dengan mengusahakan

lingkungan menjadi tidak korosif.


15

c. Pemilihan Material

Pencegahan korosi dengan memilih material dilakukan dengan menggunakan

material logam ataupun paduannya yang bersifat tahan korosi, misalnya titanium

ataupun baja tahan karat.

d. Desain Berlebih dan Perbaikan Desain

Pencegahan korosi dengan menggunakan desain berlebih dilakukan dengan

cara menambah ukuran material yang sebenarnya, agar umur pakainya dapat

diperpanjang sesuai dengan kebutuhan.

e. Proteksi Katodik

Proteksi katodik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan

anoda korban (sacrificial anode) dan arus tanding (ICCP).

2.5 Prinsip Proteksi Katodik

d. Proteksi Katodik

Korosi terjadi di mana arus listrik meninggalkan logam menuju elektrolit, dan

sebaliknya korosi tidak terjadi di mana arus listrik masuk ke dalam logam.

logam.

Tidak terkorosi
K

A Terkorosi
16

Gambar 2.9 Logam yang terkorosi

Dari gejala tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa jika kita dapat

memperlakukan logam secara keseluruhan sebagai katoda, maka logam tersebut

tidak akan terkorosi. Perlakuan ini berarti kita harus memindahkan atau

memisahkan bagian yang bersifat sebagai anoda tadi ke tempat lain yang masih

berada dalam lingkungan elektrolit sama


e dan dihubungkan secara elektrikal dengan

logam tadi. Ini berarti kita harus menciptakan suatu anoda tambahan baru, yang

secara skematik dapat digambarkan seperti terlihat pada gambar 2.10. Daerah

anodik sekarang terisolasi, dan logam tidak terkorosi lagi. Dengan mengisolasi

anoda dengan anoda baru ini, maka seluruh logam sekarang bersifat sebagai katoda

dan tidak terkorosi.

Anod

Katod

Gambar 2.10 Prinsip proteksi

Dalam keadaan terproteksi katodik, logam yang diproteksi dialiri arus listrik

melalui anoda dan lingkungan menuju logam, atau logam dibanjiri dengan

elektron.
17

e. Potensial Katodik

Logam yang terkorosi

dalam lingkungan basah,

mempunyai suatu nilai potensial

tertentu, yang merupakan potensial campuran antara potensial anodik dan

katodiknya pada rangkaian terbuka. Pada nilai potensial ini umumnya logam akan

terkorosi, dan nilai potensial tersebut dinamakan potensial korosi. Dengan

memperlakukan struktur sebagai katoda (memproteksi katodik), mengakibatkan

potensial logam turun menjadi lebih rendah dari potensial korosinya.

Gambar 2.11 Potensial Korosi

pada gambar 2.11. Apabila potensial suatu logam diturunkan, maka logam akan

cenderung bertahan sebagai logam, karena ia lebih stabil, dan sebaliknya bila

potensial dinaikkan logam akan cenderung menjadi ion (ion stabil) atau terkorosi.
18

Pengertian dari uraian tersebut di atas adalah bahwa setiap penurunan

potensial dari potensial korosi berarti sudah suatu perlakukan proteksi katodik,

dimana logam cenderung lebih stabil dan laju korosinya berkurang. Makin besar

arus listrik dialirkan, makin besar penurunan potensialnya dan logam makin stabil

atau tingkat laju korosinya makin rendah. Dalam praktek kita tidak dapat

menurunkan potensial secara sembarangan. Oleh karena itu ada suatu kriteria

proteksi yang perlu diketahui dan diperhatikan. Kriteria proteksi ini umumnya

berbeda untuk tiap logam dan lingkungan.

f. Kriteria Proteksi Katodik

Proteksi katodik akan menurunkan laju korosi, secara teoritis sampai nol,

yaitu apabila potensial logam diturunkan sampai potensial anodik rangkaian

terbuka (open circuit potential), dimana teknik polarisasi ini diilustrasikan pada

gambar 2.12.

Gambar 2.12 Potensial Proteksi

Berdasarkan teori polarisasi pada potensial tersebut terjadi suatu kondisi

setimbang, rapat arus anoda sama dengan rapat arus katodik, dan terjadi
19

pertukaran rapat arus, sehingga korosinya sama dengan nol. Tabel 2.1 Nilai

Potensial standar NACE

Lingkungan : Tanah netral / Air

Elektroda referensi Minimum (batas positif ) Maximum (batas negatif)

Cu/CuSO4 -0,85 V -1,20 V

Ag/AgCl -0,80 V -1,15 V

Zinc +0,25 V -0,10 V

g. Sumber Arus Proteksi

Memproteksi katodik diperlukan arus yang dialirkan melalui elektrolit ke arah

logam yang diproteksi, agar potensial logam turun dan logam menjadi lebih stabil.

Untuk menurunkan potensial dari logam/paduan yang akan diproteksi diperlukan

sumber arus listrik searah. Sumber arus searah ini dapat diperoleh dari suatu

reaksi galvanik atau dari sumber arus listrik searah dari luar. Proteksi katodik

dengan reaksi galvanik ini disebut metoda galvanik atau metoda anoda korban

(sacrificial anode method), yang dapat digambarkan pada gambar 2.13. Pada

metoda ini logam yang lebih aktif akan bersifat sebagai anoda dan terkorosi, dan

elektron yang ditinggalkan pada logam akan mengalir melalui konduktor ke

logam yang diproteksi atau katoda. Tingkat proteksi ditentukan oleh besarnya arus

listrik yang dapat diberikan oleh anoda. Makin besar arus listrik yang dihasilkan

anoda makin tinggi tingkat proteksinya. Secara prinsip, arus listrik akan makin

besar bila. anoda makin besar atau beda potensial antara logam yang diproteksi

dan anoda makin besar.


20

Gambar 2.13 Baja diproteksi katodik dengan anoda korban

Apabila sumber arus proteksi diperoleh dari luar, metoda proteksinya disebut

metoda arus tanding atau impressed current. Arus proteksi dari luar ini dapat

diperoleh dari berbagai sumber misalnya, penyearah arus (rectifier), aki, solar

cell, generator gas dan lain-lainnya. Sebagai anoda, pada prinsipnya semua logam

dapat digunakan untuk anoda dengan metoda arus tanding. Tetapi karena arus

listriknya besar, anodanya harus mempunyai sifat yang khas supaya dapat

berfungsi dalam jangka waktu proteksi. Sifat-sifat tersebut misalnya kapasitas

arus besar, konsumsinya rendah, dan sebagainya. Dalam metoda arus tanding,

arus proteksi dapat diatur sesuai dengan keperluan, berbeda dengan metoda anoda

korban yang pengaturannya tidak mudah. Pada gambar 2.14 memperlihatkan

proteksi katodik dengan metoda arus tanding secara skematik, di mana arus luar

diperoleh dari transformer rectifier.


21

Gambar 2.14 Baja diproteksi dengan sistem arus tanding

c. Sistem Anoda Korban

Sistem anoda korban secara alami menghasilkan arus DC yang dihasilkan

dari pasangan galvanik antara logam harus dilindungi dan anoda korban itu

sendiri. Material yang akan digunakan untuk anoda korban adalah logam yang

secara alami memiliki potensial yang lebih negatif (lebih aktif), misalnya untuk
22

melindungi struktur baja dapat menggunakan (1) Magnesium alloy, (2) paduan

Aluminium, (3) paduan Seng. Anoda korban untuk terhubung langsung ke

struktur baja dilindungi, baik dengan pengelasan, dibaut, atau menggunakan

kabel, dan keduanya harus digabungkan.kedalam elektrolit yang sama. Anoda

korban (lebih elektronegatif) menjadi bertindak sebagai anoda dan akan

dikonsumsi karena reaksi oksidasi logam menjadi ion (bentuk lebih lanjut

tergantung pada jenis lingkungan). Reaksi ini akan digabungkan dengan reaksi

reduksi pada permukaan baja yang dilindungi, yang menghambat/ mengganti

reaksi korosi sebelumnya. Massa anoda korban akan dikonsumsi untuk. mencegah

baja menjadi berkarat. Tingkat konsumsi anoda tergantung pada jenis paduan

anoda, perbandingan luas permukaan aktif antara anoda dan struktur dilindungi,

dan juga kekorosifan lingkungan.

Ditinjau dari kondisi lingkungan dan sifat-sifatnya, penggunan dari ketiga

jenis anoda tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2 bahwa anoda Mg umumnya hanya

digunakan untuk lingkungan tanah, anoda Al hanya untuk lingkungan laut, sedang

anoda Zn dapat untuk kedua lingkungan.

Tabel 2.2 Aplikasi anoda Mg, Zn, Al

Resistivitas Anoda
(Ohm-cm) Mg Zn Al
Air laut - Zn Al
0-500 Mg (-1,5V) Zn -
500-1500 Mg (-1,5V) Zn dengan backfill -
1500-4000 Mg (-1,5V) dengan backfill - -
4000-6000 Mg (-1,7V) dengan backfill - -
23

b. Sistem Arus Tanding

Di dalam sistem arus tanding, arus listrik disuplai dari sumber daya luar

dengan arus DC, biasanya menggunakan transformator penyearah yang

mengkonversi satuan daya input AC menjadi output DC yang disesuaikan dengan

keperluan yang diinginkan. Sebagai bahan anoda biasanya menggunakan inert

(non-consumable/low rate consumable material). Anoda terhubung ke terminal

positif unit penyearah transformator, sementara struktur pipa yang untuk

dilindungi dihubungkan ke terminal negatif. Tegangan DC yang berbeda pada unit

transformator rectifier akan menyebabkan mengalir arus DC dari anoda ke

permukaan struktur yang dilindungi melalui elektrolit.

Sistem metoda arus tanding dapat dilihat pada gambar 2.14 dimana arus

listrik dialirkan dari sumber listrik (rectifier) melalui anoda dan lingkungan ke

struktur yang diproteksi. Saat ini ada beberapa anoda untuk sistem proteksi arus

tanding, misalnya high silicon chrome cast iron, mixed metal oxide, lead silver,

platinized titanium. Ada banyak pilihan anoda yang dapat digunakan untuk sistem

arus tanding, dan pemilihannya tergantung dari banyak faktor, di antaranya :

besarnya arus yang diperlukan, lingkungan, efisiensi, umur proteksi, ekonomi, dan

lain-lain.

h. Pengukuran potensial stuktur

Potensial alami baja karbon dalam air, tanah netral umumnya bernilai

sekitar (-0,5 V - -0,7 V) diukur dengan menggunakan elektroda standar Cu/CuSO 4

(Tembaga/Copper Sulfat). Baja umumnya mempunyai potensial lebih positif,


24

menunjukkan tingkat tahan korosi yang lebih tinggi atau kondisi permukaan

terkorosi lebih tinggi.

Gambar 2.15 Sistem pengukuran potensial.

Jika arus DC yang akan dialirkan ke baja (pada dasarnya harus diberikan dengan

elektron), potensial logam menjadi bergeser menjadi lebih negatif. Nilai potensial

digunakan untuk kriteria perlindungan katodik.

i. Baja dianggap mempunyai tingkat perlindungan yang cukup tercapai jika

potensi baja dapat menurun sampai minimum -850 mV Cu/CuSO4, Angka ini

setara dengan -800 mV Ag/AgCl jika diukur dengan menggunakan Ag/AgCl

(Silver/Perak klorida) elektroda referensi atau setara dengan +250 mV Zn jika

diukur dengan menggunakan elektroda referensi seng kemurnian tinggi.

Resistivitas (Tahanan) elektrolit


25

Tahanan elektrolit biasanya merupakan faktor penting dalam menentukan

laju korosi, ini merupakan karakteristik tak terkendali dari tanah atau air

(elektrolit). Definisi elektrolit adalah bahan yang akan memungkinkan ion untuk

berpindah, dan tahanan adalah tingkat di mana memungkinkan ion untuk

berpindah. Tahanan adalah kebalikan dari konduktivitas dan diukur dalam

ohmcentimeters (Ωcm).

Tabel 2.3 Tingkat korosivitas lingkungan

Resistivitas (Ωcm) Tingkat korosivitas


0 – 700 Sangat korosif
700 – 2000 Korosif
2000 – 5000 Korosif sedang
5000 – 10000 Korosif ringan
>10000 Tidak korosif

2.6 Perhitungan Desain Proteksi Katodik (ICCP)

1. Luas permukaan yang diproteksi

Pada pile yang terpendam dalam air, luas permukaan yang hendak

dilindungi adalah luas permukaan pile seperti buried, splash, dan submerged yang

kontak langsung dengan elektrolit.

Untuk mengetahui luas permukaan yang akan di proteksi dari korosi,

menggunakan rumus berikut :

SA = π x OD x L .....................................................................(2.1)

Dimana :

OD = Diameter luar pile (m)


26

L = Panjang pile (m)

π = 3.14

SA = Luas permukaan yang diproteksi (m2)

1. Kebutuhan arus proteksi

Arus perlindungan total yang diperlukan untuk melindungi pile dihitung

sesuai rumus berikut :

Ir = SA x Id ............................................................................(2.2)

Dimana :

Ir = Arus yang diperlukan (mA)

SA = Luas permukaan yang diproteksi (m2)

Id = Densitas arus proteksi (mA/m2)

Sehingga, It = Ʃ Ir

dan arus proteksi yang diperlukan dengan Nominal Current (NC) adalah:

I=It x NC

dengan NC = 1,5 sebagai nilai aman berdasarkan pedoman perusahaan tentang

korosi untuk arus searah pada sistem arus tanding. Faktor keamanan (NC) turut

dilibatkan dalam perhitungan untuk memberikan penyesuaian terhadap

penambahan luas permukaan. Dalam sistem proteksi katodik arus tanding,

densitas arus (Id) merupakan aliran muatan pada suatu luas penampang tertentu di

suatu titik penghantar, mengacu pada arus per satuan luas permukaan (A/m2).
27

Nilai tersebut diperbaiki dengan coating breakdown factor agar mencapai umur

desain selama 20 tahun.

1. Anoda yang diperlukan

Sejak awal proses perencanaan telah ditetapkan bahwa anoda yang

digunakan berbentuk seperti pipa (tubular) jenis Mixed Metal Oxide Titanium

dengan spesifikasi sebagai berikut :

Material : Mixed Metal Oxide (MMO)


coated Titanium

Substrat : Titanium (ASTM B338 Grade I / Grade II)

Tipe : (LIDA) - Tubular MMO

Dimensi : Diameter 25 mm x 500 mm panjang

Densitas arus : 600 A/m2 untuk umur pakai 30 tahun

Berat : ± 0,17 kg

Luas permukaan : 0,039 m2

Arus anoda : 600 A/m2 x 0.039 m2 =23,4 A


( air laut, suhu diatas 10°C )

Dalam penggunaan MMO ini perusahaan Total E&P Indonesie hanya

menggunakan keluaran maksimum arus anoda sebesar 15 A dari setiap anoda.

N1 = I / Io .................................................................................(2.3)

Dimana :
28

N1 = Jumlah anoda yang diperlukan

I = Arus proteksi yang diperlukan dengan Nominal Current Io

= Output Arus anoda maksimal

2.7 Menentukan Laju Korosi

Pada pengujian real time penentuan laju korosi di dasarkan pada perubahan

ketebalan pipa yang di dapat dari Ultrasonic Thickness Testing.

Laju korosi jangka panjang adalah laju korosi yang di tentukan dari hasil

pengukuran penipisan pipa dari awal pemakaian/baseline sampai pada saat

pengukuran sekarang di banding dengan total waktu pemakaian dalam tahun.

Rumus yang di gunakan adalah :

CR = (ti - ta) / TL ............................................................................................. (2.4)

Dimana :

TL = Tb - Ta

TL (Long Term) : Waktu pemakaian pipa antara ti ke ta (tahun)

Tb : Hari pada pengukuran Ti (baseline)

Ta : Hari pada pengukuran Ta (actual)

ti (initial) : Ketebalan pipa baseline (mm)

ta (actual) : Ketebalan pipa pada pengukuran sekarang (mm)


29
30
BAB III
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat Penelitian di lakukan pada bulan Juni 2022, di Site PT

DarmaHenwa Tbk, Kintap Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.

3.2 Objek Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah: Leg pile

baja pada floating jetty passenger yang terletak di sekitaran Sungai Satui dengan

menggunakan metoda arus tanding (ICCP). Leg pile baja pada bagian tripod sisi

sebelah timur nilai potensialnya dibawah dari nilai standar minimalnya (-800

mVolt DC ) sehingga diperlukan pencarian penyebab masalahnya.

Gambar 3.1 Floating Jetty Passenger

31
32

Berikut data struktur yang diproteksi dengan sistem katodik arus tanding :

Material pipa : Baja karbon rendah

Spesifikasi pipa : Seamless pipe pile BS EN S-355 KTO

API 5L grade X52

Diameter luar : 16 inchi = 0,4 meter

Panjang pile yang diproteksi : 107,4 meter

Tebal dinding : 12,7 milimeter

Tabel 3.1 Komposisi kimia baja S355

C (max) Si (max) Mn (max) S (max) P (max)

0,20% 0,55% 1,60% 0,025% 0,025%

Material pipa : Baja karbon rendah

Spesifikasi pipa : Seamless pipe

API 5L grade X65 ( S460 )

Diameter luar : 26 inchi = 0,66 meter

Panjang pile yang diproteksi : 87 meter

Tebal dinding

: 23,8 milimeter
33

Tabel 3.2 Komposisi kimia baja S460

C (max) Si (max) Mn (max) S (max) P (max)

0,18% 0,45% 1,70% 0,015% 0,025%

3.3 Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penyusun menggunakan beberapa metode yang

sudah umum untuk membahas masalah baik data maupun perhitungan. Adapun

metode yang di pakai antara lain :

a. Metode Literatur

Metode literatur merupakan metode penulisan dengan cara mempelajari buku-

buku referensi atau literatur yang menunjang penulisan skripsi terutama dalam

menggunakan rumus atau formula.

b. Metode Observasi / pengecekan

Metode observasi merupakan metode penulisan dengan cara melakukan

tinjauan langsung ke lapangan dalam hal ini floating jetty passanger di Kintap

Coal Project.

3.4 Alat dan Bahan

Untuk pengambilan data dari lapangan di perlukan alat-alat sebagai

berikut:

1. Digital Voltmeter & Clampmeter

2. Alat Uji UT 38 DL
34

3. Calibrated Reference Electrode

4. Elektroda referensi & kabel

5. Gambar layout instalasi

6. Data hasil pengukuran sebelumnya

3.5 Variabel Penelitian

Variabel yang yang mendukung dalam penelitian ini adalah:

1. Luas area yang diproteksi

2. Arus proteksi yang dibutuhkan

3. Jumlah anoda yang digunakan

4. Laju Korosi

5. Elektroda referensi
BAB V
5.1 KESIMPULAN

5.2 SARAN

35
36

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Manual book service Nissan Diesel Dump Truck CWA 260
MX. Jakarta.
.Daryono. 2009. Optimasi Desain Model Pegas Daun Suspensi. Bandung : Sinar
Kreatif
Gaya yang terjadi di Suspensi.http://winof.wordpress.com. Diakses tanggal 24
Maret 2020.
Muntaha, Ahmat. 2016. Tugas Akhir Pengaruh Pembebanan Overload
Terhadap Kekuatan Material Leaf Spring Pada Unit Dump Truck Fuso
FN 527 ML . Balikpapan : Universitas Balikpapan.
Pongsapan, Lia. 2013. Diktat Mekanika Kekuatan Material.
Spesifikasi Truck Nissan Diesel CWA 260 MX.http://hargaUD-
Trucks.wordpress.com. Diakses tanggal 24 Maret 2020.
Wospakrik, Hans J. 1996 . Mekanika Kekuatan Material. Cirebon : Gramedia

Anda mungkin juga menyukai