Oleh:
Oleh:
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
2
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTIK DI PT.
XX: ANALISIS KEROPOS AREA PIVOT PADA PRODUK
CASTING CRANK CASE
Oleh:
Mengetahui/Menyetujui
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. karena atas rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan laporan kerja praktik yang berjudul “Laporan Kerja Praktik
di PT. XX: Analisis Keropos Area Pivot Pada Produk Casting Crank Case”
serta melaksanakan kerja praktik dengan tepat waktu. Laporan tertulis yang
didasarkan hasil kerja praktik yang telah dilakukan oleh penulis di bagian
Quality Control Operation – Casting pada tanggal 1 – 30 Juli 2019.
Kerja praktik lapangan ini merupakan syarat wajib yang harus ditempuh
dalam program studi Teknik Metalurgi Institut Teknologi dan Sains Bandung.
Kerja praktik yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
segi akademik dan pengalaman yang tidak didapatkan saat kuliah. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan yang ada di dalam laporan kerja praktik
ini, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sehingga dapat dijadikan pembelajaran bagi penulis maupun orang lain.
Dalam penyusunan laporan hasil kerja praktik lapangan ini, penulis mendapat
bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan rasa
terima kasih kepada:
1. Dr. Eng. Akhmad Ardian Korda, ST., MT. selaku ketua prodi Teknik
Metalurgi Institut Teknologi dan Sains Bandung.
2. Prof. Ir. Syoni Soepriyanto, M.Sc, Ph.D., selaku dosen pembimbing Mata
Kuliah Kerja Praktik sekaligus dosen Program Studi Teknik Metalurgi
Institut Teknologi dan Sains Bandung yang telah memberi masukan dan
saran kepada penulis.
3. Departement Head EPP, selaku pembimbing pabrik dan Section Head
QCO, selaku pembimbing lapangan yang telah membantu serta
membimbing penulis dalam melaksanakan Kerja Praktik.
4
4. Karyawan QCO Section, yang telah memberi banyak masukan saran dan
motivasi selama kerja praktik.
5. Teman – teman penulis yang saling memotivasi satu sama lain dan berbagi
pengetahuan.
6. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan dukungan baik
moril maupun materil kepada penulis selama kerja praktik berlangsung.
7. Dan masih banyak lagi yang lainnya yang tidak dapat disebutkan. Penulis
benar-benar mengucapkan rasa terima kasih banyak atas bantuannya
selama kerja praktik dilaksanakan baik masukan, kritikan, motivasi dan
lainnya. Selebihnya penulis mohon maaf atas kekurangannya selama kerja
praktik ini.
Akhir kata, semoga laporan kerja praktik ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.
Penulis
5
DAFTAR ISI
6
3.2.5 Quenching........................................................................... 28
3.2.6 Trimming............................................................................. 28
3.2.7 Final Inspection.................................................................. 29
BAB 4 STUDI KASUS
4.1 Latar Belakang Masalah...............................................................29
4.2 Komposisi Aluminium Paduan....................................................31
4.3 Visual Examination......................................................................32
4.4 Metodologi Penelitian..................................................................34
4.5 Analisis Masalah...........................................................................35
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................38
LAMPIRAN.....................................................................................................40
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21. Skema HPDC ............................................................................ 14
Gambar 2.2 Skema LPDC............................................................................. 15
Gambar 2.3 Diagram fasa Al-Si.....................................................................18
Gambar 2.4 Cacat Misrun...............................................................................21
Gambar 2.5 Cacat Cold Shot..........................................................................22
Gambar 4.1 Grafik Kategori Reject Crank Case PT. XX Bulan Juni 2019...29
Gambar 4.2 Grafik pembagian Area Keropos pada Produk Crank Case......30
Gambar 4.3 Grafik Keropos per Dies untuk Produk Crank Case.................31
Gambar 4.4 Cacat keropos pada produk Crank Case PT. XX.......................33
Gambar 4.5 Keropos area Pivot dilihat menggunakan Mikroskop 2D...........33
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sifat fisik Aluminium.....................................................................16
Tabel 4.1 Komposisi Paduan Aluminium untuk Produk Crank Case PT. XX...32
Tabel 4.2 Verifikasi part keropos area Pivot...................................................36
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel kategori Reject Part Crank Case bulan Juni 2019........41
Lampiran 2 Tabel Area Keropos Pada Crank Case...................................41
Lampiran 3 Tabel Persentase Keropos Pada Crank Case per Dies............41
7
BAB 1
PENDAHULUAN
8
Dalam pembuatan produk terdapat sisa-sisa logam (scrap) dari proses
yang dilalui sampai proses akhir. Scrap tersebut diperoleh dari proses
pengecoran (gating system dan part reject) dan proses machining. Scrap
ini jumlahnya relatif banyak, sehingga perlu dimanfaatkan dengan cara
dilebur kembali menjadi feed bersama ingot standar dan diharapkan dapat
mengurangi penggunaan ingot standar dengan tidak mengurangi kualitas
yang dipersyaratkan.
Tujuan khusus dari kerja praktek di PT. XX ini adalah untuk mengetahui
penyebab keropos pada Crank Case yang diproduksi melalui proses
HPDC.
9
1.3 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan laporan kerja
praktik antara lain:
1. Studi literatur, adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data-data
atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat
dalam suatu penelitian. Studi literatur bisa didapat dari berbagai
sumber, seperti jurnal, buku, dokumentasi, internet dan pustaka.
1. BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.
2. BAB 2 TINJAUAN LAPANGAN
Pada bab ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan kerja praktik
3. BAB 3 ALUR PROSES PRODUKSI CRANK CASE
Pada bab ini berisi tentang alur proses produksi dan teori-teori yang
berkaitan dengan proses produksi.
4. BAB 4 STUDI KASUS
Pada bab ini terdiri dari analisis data mengenai masalah yang dianalisis
pada waktu kerja praktik.
5. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan kesimpulan dari laporan dan saran dari penulis
untuk perusahaan yang dapat diaplikasikan dari kerja praktik yang
telah dilakukan di PT. XX.
10
BAB 2
TINJAUAN LAPANGAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai perusahaan tempat penulis melakukan
kerja praktik dan juga tinjauan pustaka yang menjadi acuan mengenai
masalah yang diangkat menjadi studi kasus.
11
(thermal conductivity), mampu tarik panas (hot yield strength), ketahanan
terhadap proses tempering (temper resistant), dan keuletan (ductility).
Penerapan metode die casting sangat cocok pada pembuatan produk
berdinding tipis, berukuran presisi, dan benda dengan kualitas permukaan
yang baik. Die casting memberikan beberapa keuntungan dari segi teknis
dan ekonomis, tidak hanya karena daya manufaktur yang tinggi, tetapi
juga waktu proses yang sangat singkat antara bahan baku dengan produk.
(Surdia, 1995).
Kekurangan:
12
a. High Pressure Die Casting
High Pressure Die Casting merupakan proses paling banyak digunakan
dalam dunia industri. Prinsip dasar metode ini adalah pemberian tekanan
pada logam cair sehingga masuk ke dalam rongga cetakan. Dies dipasang
pada plat dasar mesin yang dapat ditutup dan dibuka dengan mudah.
Untuk membuat produk, diperlukan cetakan tetap terbuat dari logam yang
terdiri dari bagian dasar (cetakan tangkup). Cetakan ini dipasang pada
mekanis penggerak cetakan pada mesin (die closing unit) yang terdiri dari
bagian tetap dan bagian bergerak. Bagian tetap dipasang belahan pada
cetakan yang akan berhubungan dengan silinder pengisi cairan. Pada
bagian bergerak dipasang belahan cetakan yang mempunyai bagian ejector.
Silinder pengisi logam cair disemprotkan ke dalam cetakan yang tertutup
(Surdya, 1995).
Karena proses injeksi sangat cepat, maka dapat digunakan untuk mengecor
benda-benda yang tipis dengan bentuk yang rumit. Waktu yang diperlukan
singkat, sehingga proses ini ekonomis dan efisien.
13
b. Low Pressure Die Casting
Pada proses Low Pressure Die Casting, proses pengisian dilakukan dengan
pemberian tekanan rendah terhadap permukaan tungku, sehingga cairan
akan masuk ke dalam rongga cetakan (John R. Brown, 1999). Pada bagian
bawah dari alat ini terdapat holding furnace yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan logam cair yang akan dicor. Cetakan logam berada pada
bagian atas. Adanya tekanan menyebabkan logam cair di bagian holding
furnace mengalir keatas menuju cetakan dan akhirnya logam cair mengisi
cetakan, bagian cetakan memiliki dua bagian, yaitu moving platen and fix
platen, dimana bagian moving platen dapat bergerak keatas untuk
membuka cetakan sehingga produk cor dapat dikeluarkan.
14
• Beberapa bentuk tidak dapat dibuat dengan metode ini, karena
lokasi parting line, undercut, atau kesulitan dalam pengeluaran
produk dari cetakan.
• Coating diperlukan untuk melindungi cetakan dari serangan logam
cair.
2.2.2 Aluminium
Aluminium merupakan unsur yang paling banyak setelah oksigen yaitu
sekitar 7,45%. Aluminium dan aluminium paduan merupakan logam yang
cukup banyak dipergunakan di dunia industri setelah penggunaan baja dan
besi cor. Aluminium murni yang didapatkan dari bauksit dengan cara
elektrolisa mempunyai kemurnian antara 99% - 99,99%. Aluminium
murni mempunyai sifat dasar yang lunak, tahan korosi, penghantar panas
dan listrik yang baik. Lima sifat dasar aluminium yang penting untuk
diketahui yaitu:
Ringan; berat jenisnya hanya 2,7 g/cm3 dibandingkan dengan baja yang
memiliki berat jenis 7,8 g/cm3 dan tembaga yang memiliki berat jenis
8,8 g/cm3. Konduktivitas listrik sekitar 60% dari tembaga.
Konduktivitas panas tinggi, yaitu 2,09 J/cm.s.K dibandingkan dengan
Baja yang hanya memiliki konduktivitas panas 0,67 J/cm.s.K. Tahan
korosi, Aluminium merupakan logam yang sangat reaktif terhadap
oksigen di udara dan air serta hasil dari reaksinya membentuk suatu
senyawa yang sangat stabil, sangat keras dan lapisan pelindung
transparan yang sangat kuat yang disebut Aluminium Oksida (Al2O3),
sehingga membuat Aluminium tahan terhadap korosi, tahan terhadap
asam tetapi kurang tahan terhadap alkali kuat. Afinitas terhdap oksigen
yang sangat besar, sifat ini banyak dimanfaatkan sebagai deoksidasi
pada pembuatan baja.
Berikut sifat-sifat fisik alumunium ditunjukan pada tabel 2.1
15
Tabel 2.1 Sifat-Sifat Fisik Aluminium (Surdia,Tata & Saito,
Shinroku,1992).
16
6%. Tembaga dapat mengurangi ketahanan retak panas pada paduan
Aluminium. Akan tetapi penambahan unsur paduan tembaga dalam
Alumunium dapat mengurangi castability karena menurunkan fluiditas
dan menurunkan ketangguhan.
17
yaitu dengan paduan Si <12%. Dari diagram fasa Al-Si,dapat dilihat pada
paduan Al dengan Si <12% terbentuk struktur hypoeutectic Al/Al/Si.
Crank Case adalah salah satu komponen sepeda motor yang biasanya
terbuat dari bahan Aluminium paduan dengan proses die casting. Crank
Case ini terletak persis dibawah silinder dan umumnya komponen ini
adalah bagian yang ditautkan dalam rangka sepeda motor. Adapun
beberapa fungsi dari Crank Case tersebut antara lain adalah sebagai
berikut :
Sebagai komponen yang berfungsi untuk rumah atau tempat dari berbagai
komponen yang ada di dalamnya, yakni komponen seperti :
18
a. Casting Defect (Cacat Pengecoran)
Cacat pengecoran ini juga ditemui dalam proses HPDC yang dilakukan
dibagian die casting PT. XX. Pengecekan cacat yang dilakukan pada
proses pengecoran ini merupakan pengecekan secara visual, adapun untuk
pengecekan lebih lanjut akan dilakukan pada tahap machining dibagian
lain.
19
b. Faktor Penyebab Terjadinya Cacat
Crack
Crack adalah cacat yang berupa retakan di part yang dapat disebabkan
oleh penyusutan atau akibat tegangan sisa. Hal ini bisa disebabkan karena
proses pembekuan yang tidak seimbang. Pencegahan yang dapat dilakukan
adalah menyeragamkan proses pembekuan dengan memanfaatkan chill
secara maksimal.
Misrun
Merupakan cacat casting dimana ada bagian dari part yang dicetak
terdapat suatu bagian yang seakan-akan “tidak terisi”, umumnya pada
bagian tepi dari part. Cacat jenis ini terbentuk pada saat saat proses injeksi
molten kedalam cavity dilakukan, yang terbentuk ketika molten yang
mengalir didalam cavity mulai membeku lebih dulu sebelum berhasil
mencapai atau mengisi bagian tepi dari part yang bersangkutan,
pembekuan yang dimaksud disini tidak selalu dalam wujud padat
20
melainkan juga dalam wujud molten yang relatif kental (sebagai akibat
proses pembekuan yang mulai terjadi), yang kemudian “menghalangi”
aliran molten lain untuk mengisi bagian yang masih “kosong” tersebut,
sehingga ketika part tersebut telah selesai mengalami proses casting, part
yang dihasilkan akan tetap menyisakan bagian tersebut dalam keadan
“tidak terisi”. Peristiwa ini disebabkan oleh parameter-parameter sebagai
berikut :
- Temperatur molten dibawah standar
- Temperatur dies dibawah standar
- Kecepatan injection kurang
- Sisa cairan spray pada dies
Gambar 2.4 Cacat Misrun (Sumber : Neff, David. 2011 . Casting Defects
Handbook: Aluminum & Aluminum Alloys . Schaumburg : American
Foundrymen’s Society)
Cold shot
Merupakan jenis cacat casting dimana part yang dihasilkan tidak utuh ,
terjadinya cacat ini disebabkan oleh mekanisme yang mirip dengan
misrun, namun untuk cacat ini bagian yang tidak terisi lebih ekstrim
dibandingkan dengan misrun, yang dimana pada misrun bagian yang
tidak terisi hanya pada bagian ujung-ujungnya, sedangkan pada cacat
ini yang tidak terisi adalah salah satu bagian dari part, sehingga menjadi
21
tidak utuh, peristiwa terbentuknya cacat jenis ini disebabkan oleh
parameter-parameter sebagai berikut :
- Tempratur molten dibawah standar
- Temperatur dies dibawah standar
- Kecepatan injection kurang
Under cut
Merupakan jenis cacat dimana pada bagian permukaan dari part ada
yang seakan-akan "terkelupas", cacat ini terjadi ketika part dilepaskan
dari dies. Cacat ini terjadi akibat masih terdapatnya molten pada bagian
tepi part yang masih belum mengalami pembekuan dengan sempurna,
sehingga ketika proses selesai dan part diangkat, bagian yang belum
membeku tersebut akan tertinggal atau malah menempel pada
permukaan cavity dies, peristiwa terbentuknya cacat ini disebabkan oleh
parameter sebagai berikut :
22
Shrinkage
Merupakan jenis cacat berupa retakan pada part yang diakibatkan oleh
“penyusutan” dari molten ketika proses pembekuan terjadi. Shrinkage
ini sebetulnya hal terjadi pada saat suatu logam mengalami proses
pembekuan, sehingga secara teknis sulit atau bahkan mungkin tidak
mungkin untuk dihindari, persentase penyusutan yang terjadi dapat
dapat berbeda untuk masing-masing logam, untuk aluminium sendiri
persentase penyusutanya adalah sekitar 7%, untuk mengatasi terjadinya
shrinkage ini umumnya ditambahkan suatu riser dalam desain casting
yang akan dilakukan yang berfungsi untuk mengakomodir penyusutan
yang terjadi, namun cacat shrinkage (dalam hal ini berupa retakan) data
tetap terjadi dalam suatu kondisi-kondisi tertentu yang menyebabkan
molten pada riser tidak dapat mengakomodir penyusutan yang terjadi,
seperti misalnya karena ada bagian yang menghalangi aliran molten dari
riser ke dies atau sejenisnya, adapun parameter yang terkait dengan
terjadinya cacat ini secara umum adalah sebagai berikut :
Pin Hole
Merupakan jenis cacat yang berupa lubang-lubang (seperti telah
ditusuk-tusuk dengan jarum) yang dapat terlihat pada permukaan part,
jenis cacat ini terjadi akibat keberadaan gas-gas yang terjebak didalam
molten yang mengalir ke permukaan part ketika proses pembekuan
molten terjadi, sehingga ketika part yang membeku tersebut telah
mengeras, akan tersisa bekas gelembung gas yang berupa seperti
lubang-lubang tersebut. Cacat jenis ini disebabkan oleh parameter
sebagai berikut :
23
- Desain saluran udara yang kurang tepat
- Setting yang kurang tepat
Porosity
Porosity atau keropos adalah cacat berupa sekelompok rongga-rongga
kecil pada produk casting bisa disebabkan oleh gas atau penyusutan.
Porosity dapat mengakibatkan kebocoran pada Crank Case.
Gas porosity adalah lubang atau rongga dengan permukaan halus, baik
berkilat maupun teroksidasi. Hampir selalu berbentuk bulat dan
penyebarannya yang luas. Kadang-kadang diikuti dengan terak ataupun
oksida lainnya.
24
BAB 3
3.1 Pendahuluan
Di PT. XX terdapat 2 macam proses die casting, yaitu High Pressure
Die Casting (HPDC) dan Low Pressure Die Casting (LPDC). High
Pressure Die Casting adalah proses pengecoran logam cair dengan cara
diinjeksikan kedalam rongga cetakan (die) dengan menggunakan
tekanan berkisar 49 – 70 MPa. Sedangkan pada Low Pressure Die
Casting menggunakan tekanan rendah, yaitu berkisar 0,06 MPa.
Produk yang menjadi topik dalam laporan ini adalah Crank Case yang
dibuat oleh PT. XX dengan metode HPDC. Material dasar untuk
membuat Crank Case adalah Aluminium paduan.
25
3.2.1 Melting
Melting adalah proses peleburan ingot atau scrap menjadi logam cair
menggunakan furnace. Kapasitas dari tungku peleburan yang digunakan
adalah 2,7 ton dengan temperatur peleburan berkisar 730°C.
Bahan baku yang dilebur tidak 100% ingot, melainkan dicampur dengan
skrap. Maksimal skrap yang diijinkan yaitu maksimal 45%. Yang
dimaksud skrap yaitu return dari produk yang berupa part yang
mengalami reject ataupun gating system. Ingot yang dilebur untuk
produk crank case yaitu Aluminium dengan komposisi sebagai berikut:
26
bushing merupakan area yang menjadi bantalan bearing pada motor.
Apabila terjadi kerusakan pada bagian bushing, maka berpotensi Crank
Case menjadi longgar dan motor tidak nyaman digunakan.
3.2.5 Quenching
Merupakan proses pendinginan dengan cepat (quench). Pada proses,
HPDC, quenching bertujuan untuk meratakan pendinginan pada part.
3.2.6 Trimming
Setelah quenching, dilakukan proses trimming, yaitu proses
penghilangan sisa-sisa material yang tidak diperlukan pada produk
(burry). Trimming dapat dilakukan di part-part seperti sirip,
gumpalan,dan material yang masih menutup lubang. Proses trimming
dilakukan secara manual dengan bantuan alat oleh operator.
Terdapat tiga proses trimming, yaitu kikir, super hand trimming, dan
grinding trimming. Kikir merupakan alat trimming yang berbentuk
setengah lingkaran yang digunakan untuk membuang sisa-sisa material
yang berlebih dengan cara dipukulkan kearah sisa-sisa material tersebut
hingga terlepas dari produk, super hand trimming adalah alat kikir
berbentuk bulat dan ukurannya kecil, super hand digerakan dengan
menggunakan angin yang berasal dari kompresor yang didalamnya
terdapat 2 buah per kecil yang berfungsi untuk menggerakan poros agar
dapat menggerakan kikir tersebut. Penggunaan kikir super hand
digerakan secara vertikal. Sedangkan grinding trimming menggunakan
alat trimming bermata gerinda.
27
3.2.7 Final Inspection
Final inspection dilakukan diakhir proses produksi untuk mengontrol
kualitas produk yang dihasilkan. Metode pengecekan yang digunakan
adalah pengecekan secara visual. Berikut ini adalah standar kualitas
produk Crank Case, yaitu :
28
BAB 4
STUDI KASUS
1.5%
1.0%
0.7%
0.5% 0.3%
0.2%
0.1%
0.0%
Keropos Flowline Gompal Retak Misrun
Gambar 4.1 Grafik Kategori Reject Crank Case PT. XX Bulan Juni
2019
Dari grafik pada Gambar 4.1 yang ditunjukkan diatas, dapat dilihat
bahwa keropos yang menjadi masalah utama pada produk Crank Case
PT. XX. Oleh karena itu, penulis mengangkat masalah tersebut sebagai
studi kasus pada kerja praktik yang penulis lakukan.
29
Pembagian Area Keropos Crank Case
Bulan Juni 2019
2 9 3
Pivot
19 Crank Shaft
Joint R
67
Face Milling
Face Component
Gambar 4.2 Grafik pembagian Area Keropos pada Produk Crank Case
30
Persentase Keropos per Dies
0.35%
0.30%
0.30%
0.25%
0.20%
0.15% % Keropos
0.11%
0.09% 0.08%
0.10% 0.07%
0.05%
0.01%
0.00%
#33-0 #81-0 #82-0 #85-0 #35-0 #68-0
Gambar 4.3 Grafik Keropos Per Dies Untuk Produk Crank Case
Berdasarkan grafik diatas, terdapat keropos per dies pada Crank Case
yang diproduksi pada tanggal 1 Juli 2019 pada all shift. Target dari
kerja praktek di PT XX yang penulis laksanakan adalah dapat
mengidentifikasi penyebab keropos pada Crank Case PT XX. Diketahui
juga Crank Case adalah komponen sepeda motor yang menjadi wadah
atau rumah bagi komponen yang ada di dalamnya, seperti gigi transmisi,
penampungan oli, Crank Shaft, dan sebagainya. Sehingga, apabila
mengalami keropos maka Crank Case akan mengalami kebocoran oli
dan mengakibatkan kerusakan yang cukup serius pada motor.
Bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam suatu proses
produksi, karena dari bahan baku tersebut itulah produk akan dibuat,
sehingga kesalahan yang berasal dari bahan baku ini tentu dapat
berakibat fatal terhadap proses produksi yang dilakukan. Bahan baku
yang dipergunakan dalam suatu proses produksi tentu tidak sama antara
satu dengan yang lainnya. Pemilihan bahan baku ini dipilih khususnya
berdasarkan pertimbangan jenis produk yang akan dibuat besarta
31
dengan proses apa yang dipergunakan dalam pembuatannya, bagaimana
kualitas yang diharapkan, dan juga termasuk pertimbangannya secara
ekonomis. Dalam proses produksi yang dilakukan di bagian HPDC PT
XX, bahan baku yang dipergunakan adalah paduan aluminium dengan
menggunakan standar PT. XX, adapun data mengenai paduan tersebut
ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Komposisi Paduan Aluminium untuk Produk Crank Case PT.
XX
INGOT Al PT. XX
Unsur Kadar (%)
Si 8,5 - 12
Cu 1,5 - 4,5
Mg 0,3 MAX
Fe 1,3 MAX
Mn 0,50 MAX
Ni 0,50 MAX
Sn 0,35 MAX
Zn 2,5 MAX
Pb 0,20 MAX
32
(a) (b)
Gambar 4.4 Cacat keropos pada produk Crank Case PT. XX, (a)
Bentuk keropos secara visual dari atas, (b) Bentuk keropos dari
samping etelah dilakukan test belah.
Pada kedua gambar diatas, didapatkan sebuah lubang yang berukuran
cukup besar dari atas, saat dilakukan test belah ditemukan lubang –
lubang tidak beraturan yang cukup banyak. Namun masih belum bisa
dipastikan penyebab keropos tersebut.
(a) (b)
33
Setelah itu dilakukan analisis penyebab terjadinya keropos. Keropos
dapat terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya
adalah shrinkage (cacat penyusutan). Hal ini dapat terjadi karena
penurunan volume molten selama proses solidifikasi.
Penyebab shrinkage yang sering terjadi yaitu karena:
1. High speed (kecepatan injeksi) terlalu lambat
2. Tekanan molten terlalu rendah
3. Temperatur dies terlalu tinggi
4. Buruknya kontrol temperatur molten
Perumusan Masalah
Penentuan Tujuan
Studi Pustaka
Analisis Data
Perancangan Percobaan
34
4.5 Analisis Masalah
Dari hasil pengujian dengan dino lite, dan foto makro terlihat bahwa
part Crank Case ini terdapat cacat berbentuk lubang – lubang yang
tidak beraturan. Setelah ditelusuri, ternyata pada saat proses solidifikasi
terjadi penyusutan volume molten selama proses tersebut berlangsung.
Berdasarkan data produk reject pada bulan Juni 2019 didapatkan
keropos merupakan penyebab utama dari reject part Crank Case
tersebut, terutama pada area Pivot.
35
Tabel 4.2 Verifikasi part keropos area Pivot
36
BAB 5
Pada bab ini akan dibagi menjadi dua sub bab, yakni kesimpulan dan
saran. Adapun saran dibagi lagi menjadi dua, yakni saran dari penulis
untuk PT XX untuk menghadapi masalah yang terjadi dan telah dibahas
pada bab 4, dan saran penulis terhadap laporan ini agar menjadi lebih
baik lagi.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapatkan dari hasil kerja praktik lapangan di PT.
XX ini adalah:
1. Terdapat beberapa perbedaan pada proses pengecoran antara
secara teori yang di dapatkan di perkuliahan dengan yang
dilakukan saat kerja praktik.
2. Penggunaan standar ketentuan pada proses casting.
3. Pembuatan Crank Case dengan menggunakan metode High
Pressure Die Casting (HPDC).
4. Cacat pada produk pengecoran tidak bisa di hindari. Namun,
dapat dikurangi. Salah satunya yaitu dengan cara perbaikan
pada proses pengecoran.
5. Pada produk Crank Case PT. XX , di dapatkan cacat keropos
yang menjadi masalah utama pada bulan Juni 2019.
6. Penyebab terjadinya cacat keropos akibat penyusutan salah
satunya yaitu karena temperatur dies yang tinggi. Sehingga
dilakukan perbaikan dengan cara pengeboran kedalaman lubang
cooling pada dies.
5.2 Saran
37
1. Penetapan standar ketebalan coating WFR pada cavity.
2. Penetapan standar temperatur pada dies yang siap digunakan.
3. Perlu dilakukan pengukuran kedalaman lubang cooling secara
berkala pada saat maintenance dies berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
38
7. Fellers, W.O., dan W.W Hunt. 1995. Manufacturing
Processes For Technology. Prentice-Hall.
39
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel kategori Reject Part Crank Case bulan Juni 2019
Keropos pivot
Dies % Keropos
#33-0 0,30%
#81-0 0,11%
#82-0 0,09%
#85-0 0,08%
#35-0 0,07%
#68-0 0,01%
40