Oleh:
Oleh:
Dosen Pemimbing
Mengetahui,
Oleh:
Mengetahui / Menyetujui
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan laporan kerja praktek dengan judul “Analisis Penyebab Keropos
Camboring Produk Casting Cylinder Head pada PT ESC” serta melaksanakan kerja
praktek dengan tepat waktu. Laporan tertulis yang didasarkan hasil kegiatan kerja praktek
yang telah dilakukan oleh penulis dibagian casting enginerring pada 1 Juli sampai 31 Juli
2018.
Kerja Praktek lapangan ini merupakan salah satu syarat wajib yang harus ditempuh dalam
program studi Teknik Metalurgi dan Material Institut Teknologi dan Sains Bandung. Kerja
praktek yang dilakukan dapat memberikan banyak manfaat dari segi akademik maupun
pengalaman yang tidak dapat penulis temukan saat berada dibangku kuliah. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan yang ada didalam laporan kerja praktek ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat
dijadikan pembelajaran khususnya bagi penulis maupun orang lain.
Dalam penyusunan laporan hasil kerja praktek lapangan ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih
kepada :
1. Dr.Eng.Akhmad Ardian Korda. ST., M.T. selaku ketua prodi Teknik Metalurgi dan
Material Institut Teknologi dan Sains Bandung.
3. Bapak kepala seksi divisi casting engineering process yang telah membantu serta
membimbing penulis dalam pelaksanaan kerja praktek lapangan di PT ESC
6. Tak lupa juga penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih semua pihak terkait
lainnya yang telah membantu baik untuk pelaksanaan kerja praktek lapangan maupun
dalam penyelesaian laporan kerja praktek ini.
Akhir kata, semoga laporan kerja praktek lapangan ini dapat memberikan banyak manfaat
bagi kita semua.
Juli 2018
Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................................1
1.2 Tujuan Kerja Praktek Lapangan...............................................................................................2
1.3 Tempat dan Waktu Kerja Praktek............................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup..............................................................................................................................2
1.5 Metodologi Penelitian.................................................................................................................2
1.6 Sistematika Penelitian ……………………………………………………….. 3
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 49
Gambar 3.9 Flow Proses Cylinder Head ESC setelah proses casting.............................34
Gambar 4.1 Grafik 5 Besar Rejection Rate Cylinder Head ESC Juni 2018 PT ESC . 35
Gambar 4.5 Keropos Part Cylinder Head dilihat Dengan Mikroskop 2D....................40
Gambar 4.6 Keropos Part Cylinder Head Dilihat Dengan Mikroskop 3D...................41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Rejection Rate Cylinder Head PT ESC bulan Juni 2018...............49
Lampiran 2Data Rejection Keropos Cylinder Head PT ESC bulan Juni 2018.........49
Lampiran 3Data Rejection Rate akibat Keropos pada Cylinder Head PT ESC.......49
PENDAHULUAN
Maksud diadakan kerja praktek lapangan ini adalah agar para mahasiswa dapat memiliki
wawasan tentang dunia kerja yang akan digelutinnya, serta memberikan gambaran
penerapan ilmu-ilmu teknik yang selama ini diberikan dalam kuliah, mengingat adanya
beberapa perbedaan antara teori kuliah dengan praktek. Dengan diadakannya kerja praktek
lapangan diharapkan pengetahuan dasar mahasiswa sudah cukup baik sehingga mahasiswa
mampu menyerap pengetahuan dan pengalaman dari kerja praktek lapangan ini.
Kerja praktek lapangan ini dilaksanakan di PT ESC yang merupakan pabrik pembuatan
motor ESC. Sebagian besar dari komponen motor berbahan dasar paduan Alumunium,
seperti komponen cylinder head. Pembuatan komponen ini dilakukan dengan metode Low
Pressure Die Casting (LPDC).
Pengecoran (casting) adalah proses pencetakan logam, yaitu dengan menuangkan logam
cair ke dalam suatu cetakan (die), kemudian didinginkan sehingga mengalami pembekuan,
sehingga diperoleh logam padatan dengan bentuk sesuai wadah cetaknya. Cetakan
berfungsi sebagai pembentuk dimensi dari suatu produk. Logam cair sebagai bahan dasar
benda yang akan dicor.
Dalam pembuatan produk, terdapat sisa-sisa logam (scrap) dari proses yang dilalui sampai
produk akhir. Scrap tersebut diperoleh dari proses pengecoran (gating system dan part
reject) dan dari proses machining. Scrap ini jumlahnya relative banyak, sehingga perlu
dimanfaatkan dengan cara dilebur kembali menjadi feed bersama ingot standard dan
Tujuan khusus dari pelaksanaan kerja praktek lapangan pada PT ESC adalah untuk
mengetahui penyebab keropos pada Cylinder Head yang diproduksi melalui proses LPDC.
2. Studi lapangan adalah pengamatan langsung di tempat kerja praktek. Studi lapangan
meliputi pengambilan data, pengamatan proses secara langsung, dan wawancara dengan
pihak yang berkaitan.
Untuk penulisan laporan kerja praktek ini, materi-materi yang tertera pada laporan ini
dikelompokan menjadi beberapa bab dengan sistematika penyampaian sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.
Pada bab ini berisi mengenai teori-teori yang berhubungan dengan kerja praktek.
Pada bab ini berisi tentang flow proses produksi dan teori-teori yang berkaitan dengan
proses produksi.
Pada bab ini terdiri dari analisis data mengenai masalah yang dianalisis pada waktu kerja
praktek.
Pada bab ini merupakan kesimpulan dari laporan dan saran dari penulis untuk perusahaan
yang dapat diaplikasikan dari kerja praktek yang telah dilakukan di PT ESC.
Pada bab ini akan dibahas mengenai perusahaan tempat kami melakukan kerja praktek dan
juga tinjauan pustaka yang menjadi acuan mengenai masalah yang diangkat menjadi studi
kasus.
PT ESC adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, perakitan dan
distributor sepeda motor. PT ESC merupakan sinergi keunggulan teknologi dan jaringan
pemasaran di Indonesia. Keunggulan teknologi motor ESC diakui di seluruh dunia dan
telah dibuktikan dalam berbagai kesempatan, baik di jalan raya maupun di lintasan balap.
Motor ESC pun mengembangkan teknologi yang mampu menjawab kebutuhan pelanggan
yaitu mesin yang berkualitas dan irit bahan bakar.
Die casting memiliki keuntungan dan kerugian yang dapat dilihat sebagai berikut :
Keuntungan :
Dapat membuat benda berdinding tipis dan berukuran presisi
Kualitas permukaan yang baik
Ukuran yang berlebihan dapat dihindari
Waktu proses yang sangat singkat
Menghasilkan kecepatan alir yang tinggi
Gambar 2.1 Skema High Pressure Die Casting (Arifin, Bustanul, dkk,2007).
2.2.2 Aluminium
Alumunium merupakan unsur yang paling banyak di alam setelah oksigen yaitu sekitar
7,45%. Alumunium dan alumunium paduan merupakan logam yang cukup banyak
dipergunakan di dunia industri setelah penggunaan Baja dan Besi cor. Alumunium murni
yang didapatkan dari bauksit dengan cara elektrolisa mempunyai kemurnian antara 99 % -
99,99 %. Aluminium murni mempunyai sifat dasar yang lunak, tahan korosi, penghantar
panas dan listrik yang baik. Lima sifat dasar alumunium yang sangat penting untuk
diketahui, yaitu :
Ringan; berat jenisnya hanya 2,7 g/cm3 dibandingkan dengan baja yang memiliki berat
jenis 7,8 g/cm3 dan tembaga yang memiliki berat jenis 8,8 g/cm3. Konduktivitas listrik
sekitar 60% dari tembaga. Konduktivitas panas tinggi, yaitu 2,09 J/cm.s.K dibandingkan
dengan Baja yang hanya memiliki konduktivitas panas 0,67 J/cm.s.K. Tahan korosi,
3
Massa jenis pada wujud 2,375 gram/cm
cair
933,47 K,
o
Titik lebur 660,32 C,
oF
1220,58
2792 K, 2519
o o
Titik didih C, 4566 F
o
Kalor jenis (25 C) 24,2 J/mol K
o
Resistansi listrik (20 C) 28.2 nΩ m
o
Pemuaian termal (25 C) 23.1 µm/m K
Dengan memilih paduan yang benar akan menghasilkan sifat-sifat paduan seperti:
kekuatan, keuletan, pembentukan, dan ketahanan terhadap korosi. Kekuatan dan daya tahan
Aluminium mempunyai variasi yang besar sehingga dapat digunakan sebagai paduan
khusus dalam proses manufaktur.
Base material dari Cylinder Head adalah AC4B, yakni AL dengan paduan Si<1 2%. Dari
diagram fasa Al-Si,dapat dilihat pada paduan Al dengan Si Si<12% terbentuk struktur
hypoeutectic Al/Al/Si
Pada saat ini banyak engine yang kepala silindernya terbuat dari paduan Aluminium.
Cylinder Head yang terbuat dari paduan Aluminium memiliki kemampuan pendinginan
lebih besar di Banding dengan yang terbuat dari besi tuang. Fungsi dari kepala silinder
diantaranya :
Mekanisme katup pada kepala silinder terdapat terdiri dari beberapa komponen, seperti
katup, spring, valve guide, valve seat, dan lain sebagainya. Ada beberapa macam
mekanisme katup yang digunakan pada mobil-mobil saat ini, seperti ohv, ohc, dohc dan lain
sebagainya.
Cylinder head ESC didesain khusus untuk motor sport. Terdapat dua ruang pembakaran
yang membuat energi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar pun lebih besar.
Merupakan cacat casting dimana ada bagian dari parts yang dicetak terdapat suatu
bagian yang seakan-akan “tidak terisi”, umumnya pada bagian tepi
dari parts. Cacat jenis ini terbentuk pada saat saat proses injeksi molten ke dalam cavity
dilakukan, yang terbentuk ketika molten yang mengalir di dalam cavity mulai membeku
lebih dulu sebelum berhasil mencapai atau mengisi bagian tepi dari parts yang
bersangkutan, pembekuan yang dimaksud disini tidak selalu dalam wujud padat melainkan
juga dalam wujud molten yang relatif kental
“menghalangi” aliran molten lain untuk mengisi bagian yang masih “kosong” tersebut,
sehingga ketika parts tersebut telah selesai mengalami proses casting, parts yang dihasilkan
akan tetap menyisakan bagian tersebut dalam keadan “tidak terisi”. Peristiwa ini
disebabkan oleh parameter-parameter sebagai berikut :
Cold shot
Merupakan jenis cacat casting dimana part yang dihasilkan tidak utuh ,
terjadinya cacat ini disebabkan oleh mekani sme yang mirip dengan mis run,
Gambar 2.5 Cacat Cold Shot (Sumber : Neff, David. 2011 . Casting Defects Handbook:
Aluminum & Aluminum Alloys . Schaumburg : American Foundrymen’s Society)
Under cut
Merupakan jenis cacat dimana pada bagian permukaan dari parts ada yang seakan-akan
"terkelupas", cacat ini terjadi ketika parts dilepaskan dari dies. Cacat ini terjadi akibat
masih terdapatnya molten pada bagian tepi parts yang masih belum mengalami pembekuan
dengan sempurna, sehingga ketika proses selesai dan parts diangkat, bagian yang belum
membeku tersebut akan tertinggal atau malah menempel pada permukaan cavity dies,
peristiwa terbentuknya cacat ini disebabkan oleh parameter sebagai berikut :
Shrinkage
Merupakan jenis cacat berupa retakan pada part yang diakibatkan oleh “penyusutan” dari
molten ketika proses pembekuan terjadi. Shrinkage ini sebetulnya hal terjadi pada saat
suatu logam mengalami proses pembekuan, sehingga secara teknis sulit atau bahkan
mungkin tidak mungkin untuk dihindari, persentase penyusutan yang terjadi dapat dapat
berbeda untuk masing-masing logam, untuk aluminium sendiri persentase penyusutanya
adalah sekitar 7%, untuk mengatasi terjadinya shrinkage ini umumnya ditambahkan suatu
Pin Hole
Merupakan jenis cacat yang berupa lubang-lubang (seperti telah ditusuktusuk dengan
jarum) yang dapat terlihat pada permukaan part, jenis cacat ini terjadi akibat keberadaan
gas-gas yang terjebak di dalam molten yang mengalir ke permukaan parts ketika proses
pembekuan molten terjadi, sehingga ketika parts yang membeku tersebut telah mengeras,
akan tersisa bekas gelembung gas yang berupa seperti lubang-lubang tersebut. Cacat jenis
ini disebabkan oleh parameter sebagai berikut :
Porosity atau keropos adalah cacat berupa sekelompok rongga-rongga kecil pada produk
casting bisa disebabkan oleh gas atau penyusutan. Porosity dapat mengakibatkan kebocoran
pada cylinder head.
Gas porosity adalah lubang atau rongga dengan permukaan halus, baik berkilat maupun
teroksidasi. Hampi selalu berbentuk bulat dan penyebarannya yang luas. Kadang-kadang
diikuti dengan terak ataupun oksida lainnya.
Ukuran maupun sebaran dari rongga yang terbentuk sangat bervariasi, mulai dari rongga
tunggal ataupun akumulasi dari beberapa rongga kecil sampai dengan rongga-rongga mikro
yang menyebar. Cacat yang paling sering terjadi akibat gas porosity adalah pin hole atau
blister.
Gas porosity disebabkan karena terperangkapnya gas dalam molten metal pada waktu
proses pengecoran, adanya air dicetakan, dan temperatur melting terlalu tinggi. Pencegahan
yang dapat dilakukan adalah memastikan coating, core, dan dies haruus kering lembab atau
ada tetesan air, gas vent harus dalam kondisi yang baik, dan dilakukan degassing.
Pada bab ini akan dibahas mengenai proses pembuatan Cylinder Head ESC yang dilakukan
oleh PT ESC.
3.1 Pendahuluan
Di PT ESC, Terdapat dua macam proses die casting, yakni Low Pressure Die Casting
(LPDC) dan High Pressure Die Casting (HPDC). Low Pressure Die Casting adalah proses
pengecoran logam cair dengan cara diinjeksikan ke dalam rongga cetakan (die) dengan
menggunakan tekanan yang tidak terlalu tinggi (sekitar 2-15 psi). High Pressure Die
Casting (HPDC) adalah proses dimana logam cair diinjeksikan ke dalam rongga cetakan
(die) dengan kecepatan dan tekanan yang tinggi, yakni sekitar 200 bar.
Produk yang menjadi topik dalam laporan ini adalah Cylinder Head ESC yang diproses
LPDC. Material dasar untuk membuat Cylinder Head ESC yang di produksi di PT ESC
adalah ingot Aluminium AC4B.
Sand Blasting pada Dies adalah proses pembersihan dies dari bekas coating ataupun molten
metal yasng menempel pada dies dari proses produksi sebelumnya. Dies di blassting
dengan menggunakan glass beads.
Gambar 3.2 Sleeve yang akan di blasting (sumber: Casting Engineering PT ESC)
Dies di-coating terlebih dahulu sebelum molten metal di injeksikan ke dies cavity. Coating
dies adalah barrier antara molten metal dengan cetakan.
Coating dengan cara menyemprotkan HLP ke cavity dies yang akan berkontak langsung
dengan molten metal dengan menggunakan spray gun hingga ketebalan tertentu dicapai.
Lalu di bagian gate dan sleeve diolesi LNO menggunakan kuas. Ketebalan dari coating
diukur menggunakan thickness meter.
HLP adalah coating-an dasar yang memiliki fungsi utama untuk menjaga temperatur,
menjaga fluiditas cairan, dan menjaga dies agar tidak mudah terdeformasi atau terkorosi.
LNO diaplikasikan hanya dibagian gate dan sleeve karena fungsi utamanya adalah untuk
memperbaiki mampu alir aluminium cair agar dapat naik ke daerah cavity dengan mudah
dan mempertahankan panas .
Coating HLP dilakukan pada temperatur 180°C-220°C sedangkan LNO pada temperatur
50°C-70°C. Lifetime coating standarnya bertahan hingga 6 shift sebelum dimasukan
blasting dies dan setting dies kembali.
3.2.3 Melting
Melting adalah proses peleburan ingot atau scrap menjadi logam cair menggunakan
furnace. Kapasitas dari tungku yang digunakan adalah 3,5 ton.Temperatur pelelehan yang
digunakan kurang lebigh 750°C.
AC4B
Si 8,5 - 11,00
Fe 0,85 max
Cu 1,00 - 2,50
Mn 0,30 max
Mg 0,25 max
Ni 0,30 max
Zn 1,00 max
Pb -
Sn -
Flux dursalite ditambahkan ke molten metal, yang bertujuan untuk memisahkan pengotor
dari molten metal dan melindungi molten metal dari lingkungan sekitar agar terhindar dari
Dalam proses melting, dilakukan proses Gas Bubbling Floatation (GBF). Gas Bubbling
Floatation merupakan proses pengambilan gas hydrogen yang terkandung pada molten
dengan menggunakan gas Nitrogen. Hidrogen harus dipisahkan dari Aluminium karena jika
tidak dipisahkan akan mengakibatkan gelembung-gelembung yang menyebabkan porositas
atau keropos. Fungsi proses ini adalah untuk mengangkat kotoran dan mencegah terjadinya
kebocoran pada produk.
d. Gerakkan Graphite Rod secara merata keseluruh bagian sisi holding furnace
Hasil proses GBF (Good or Not Good) dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu :
Untuk mengecek adanya udara yang terperangkap dalam molten metal atau tidak digunakan
proses vaccum porosity. Sampel molten metal dalam crucible divakum selama 240 detik.
Jika hasilnya cekung, maka molten metal dalam kondisi bagus,dan begitu pula sebaliknya.
Bila hasilya cembung, maka molten metal dalam keadaan tidak bagus. Dilakukan
pembelahan terhadap sampel hasil vacuum porosity untuk melihat ada atau tidaknya udara
yang terperangkap.
Pemeriksa kebersihan molten metal, adanya inklusi atau tidak, dilakukan dengan pengujian
Kmol. Sampel molten metal di cetak berbentuk seperti coklat batangan lalu dipatahkan.
Dari patahan dapat terlihat ada atau tidaknya inklusi di molten metal.
Jika komposisi, temperatur,dan vaccum porosoty dari molten metal sudah sesuai standar,
maka molten metal siap dijadikan material untuk pengecoran Cylinder Head ESC dan
dipindahkan menggunakan ladle ke masin injection.
Core adalah inti yang akan membentuk rongga pada produk cor. Parameter yang harus
diperhatikan dalam pembuatan core adalah temperatur dies, tekanan, dan waktu.
Port core dibuat dengan Resin Coated Sand (RCS) BP820 dengan % resin sebesar 20%.
Pemasukan rongga yang dihasilkan dengan menggunakan RCS tersebut akan halus. Proses
pembuatan part core adalah dengan menyemprotkan RCS ke catakan lalu menyedotnya
dengan sistem vakum dan dipanaskan suhu tinggi, yakni sekitas 200°C - 320°C. Terdapat
dua jenis port core, yakni port core in dan port core ex. Port core in bertujuan untuk
membuat rongga sebagai tempat jalan masauknya bahan bakar ke ruang combustion
chamber pada produk cylinder head. Port core ex bertujuan untuk membuat rongga sebagai
tempat jalan keluarnya gas-gas hasil pembakaran yang selanjutnya akan dikeluarkan
melalui knalpot.
2. Jacket Core
Jacket core adalah inti yang akan membentuk rongga sebagai tempat water cooling
system pada part yang dicor. Material jacket core yang digunakan adalah RCS B1715DH
dengan %resin sebesar 15%.
Injection Low Pressure Die Casting (LPDC) adalah proses logam cair diinjeksikan ke
dalam rongga cetakan (die) dengan menggunakan tekanan yang tidak terlalu tinggi (sekitar
2-15 psi). Dies yang telah di-coating dan di-setting dipasang ke mesin LPDC. Lalu dies di
pre-heat menggunakan burner hingga temperatur dies berkisar 300°C. Port core dan Jacket
core dipasang di dies, lalu ditiupkan angin untuk menghilangkan kontaminan di-dies.
Setelah semua siap, mesin sudah sesuai dengan parameter standartnya, maka mesin
dioprasikan.
LPDC dipilih dalam pembuatan Cylinder Head ESC karena dalam proses pengecoran
Cylinder Head ESC terdapat core dengan bentuk rumit. Jika dibuat dengan proses High
Pressure Die Casting (HPDC) yang bertekanan tinggi, maka akan dapat merusak core yang
ada.
Yang menjadi parameter penting didalam proses LPDC adalah temperatur dies, tekanan
injeksi, dan kecepatan injeksi.
Pada proses ini, pertama-tama mesin LPDC dipasang dies yang telah di-coating dan di-
setting. Lalu dies dipastikan permukaannya bersih. Kemudian dies dipanaskan dengan
burner. Saat dies dan molten metal telah siap, dies akan tertutup dan molten metal akan
diinjeksikan. Molten metal akan membeku terlebih dahulu pada bagian yang terkena
dinding dies, dan diharapkan akan membeku terakhir dibagian gate.
3.2.6 Chipping
Chipping adalah proses perontokan core. Untuk mempermudah pelepasan core , sebelum di
chipping part dikalsinasi terlebih dahulu dengan suhu 400°C. Chipping pertama dilakukan
secara manual menggunakan alat bernama impact wrench yang akan melemahkan core
sehingga mempermudah chipping dengan mesin. Setelah itu di chipping menggunakan
mesin hammer.
Pada proses chipping, dapat menghasilkan part NG ysng diakibatkan karena mesin hammer
mengenai part yang menyebabkan deformasi pada part.
3.3.7 Cutting
Proses cutting adalah proses pemotongan gate. Pemotongan akan menyisakan kurang lebih
dua milimeter dari permukaan gate. Cutting pada Cylinder Head ESC dilakukan secara
horizontal dengan menggunakan head saw dan dialiri air agar tidak terjadi perubhan
mikrosttruktur. Jika pemotongan gate menyisakan kurang dari 2 mm, maka part tersebut
akan dinyatakan sebagai part NG.
Trimming adalah proses penghilangan sisa-sisa material yang tidak diperlukan pada produk
(burry). Trimming dapat dilakukan di part-part seperti sirip, gumpalan,dan material yang
masih menutup lubang. Proses Trimming dilakukan secara manual dengan bantuan alat oleh
operator.
Terdapat tiga proses trimming, yaitu super hand trimming, annaloy trimming, dan grinding
trimming. Super hand trimming adalah alat kikir berbentuk bulat dan ukurannya kecil,
superhand digerakan dengan menggunakan angin yang berasal dari kompresor yang
didalamnya terdapat 2 buah per kecil yang berfungsi untuk menggerakan poros agar dapat
menggerakan kikir tersebut. Penggunaan kikir super hand digerakan secara vertikal.
Annaloy trimming menggunakan mata alat trimming berupa buffing dan digunakan pada
daerah yang sulit terjangkau oleh super hand trimming, sedangkan grinding trimming
menggunakan alat trimming bermata gerinda.
Heat treatment adalah proses perlakuan panas yang bertujuan untuk meningkatkan
kekuatan/kekerasan, menstabilkan sifat mekanik, dan mengurangi residual stress.
Peningkatan sifat mekanik dapat terjadi karena proses heat treatment dapat menyebabkan
pembentukan endapan fasa kedua yang merupakan fasa penguat.
T10 -Didinginkan dari temperatur tinggi, pengerjaan dingin dan di-artificial aging.
Dalam proses pembuatan Cylinder Head ESC, Heat treatment yang dilakukan adalah T6.
1. Solution treatment
Part dipanaskan hingga T0 (480-580°C), lalu ditahan selama rentang waktu tertentu agar
terjadi pelarutan fasa.
3. Artificial aging
Part dipanaskan kembali ke T2 (250°C) dan didiamkan selama 7 jam. Pada proses ini
terjadi difusi sehingga terbentuk endapan fasa kedua berukuran halus. Endapan fasa kedua
ini akan menghambat pergerakan dislokasi yang membuat kekuatan/kekerasan dari produk
meningkat.
1. Solution Treatment
Dalam bahasa indonesia solution treatment berarti perlakuan larutan. Larutan yang
dimaksud adalah larutan yang terbentuk dari pencampuran Aluminium dengan unsur-unsur
paduannya seperti Silikon (Si), Tembaga (Cu), Magnesium (Mg), Besi (Fe), dan unsur
paduan lain. Perlakuan larutan ini diberikan kepada paduan Aluminium untuk merubah
struktur endapan dari unsur paduan dalam Aluminium sehingga merubah sifat-sifat
mekaniknya seperti kekerasan, kekuatan tarik, dan lain-lain.
Dilakukan setelah proses solution treatment untuk memperoleh struktur solid solution
(larutan padat) yang homogen pada temperatur kamar.solid solution yang terbentuk selama
solution treatment didinginkan secara cepat untuk membentuk super saturated solid
solution (SSSS) atau larutan padat super jenuh. Berikut adalah penjelasan mengenai apa
yang terjadi pada saat dan setelah proses pencelupan (quenching).
Pembentukan larutan padat super jenuh (SSSS) yang disertai dengan terbentuknya
banyak vacancies (ruang kosong antar kisi kristal). Terbentuk vacancy karena
pendinginan sangat cepat sehingga kekosongan terperangkap
Yang terjadi pada proses aging adalah pembentukan endapan halus. Difusi fasa terlarut
keluar dari larutan jenuh membentuk endapan (presipitat) pada vacancies. Pengendapan
fasa juga akan memperkuat material. Heat treatmen di PT ESC dilakukan oleh robot.
Kekerasan yang diperoleh setelah proses heat treatment adalah 60-70 HRB.
Repair welding adalah proses perbaikan bagian part NG dari proses sebelumnya yang
dimensinya tidak sesuai dengan desain standar (biasanya terdapat cacat visual seperti
misrun diarea yang tidak kritis) tetapi masih dapat digunakan jika di repair welding. Repair
welding dilakukan oleh operator menggunakan metoda Gas Tungsten Arc Welding (GTAW).
GTAW adalah proses las busur yang menggunakan busur antara elektroda Tungsten (non
konsumsi) dan titik pengelasan. Proses ini dilakukan dengan perlindungan gas dan tanpa
penerapan tekanan. Proses ini dapat dilakukan dengan atau tanpa filler metal. Dalam kasus
repair welding. GTAW dilakukan dengan menggunakan perlindungan gas argon dan filler
metal Platinum 56.
Proses shot blasting disini berbeda dengan proses blasting di-sand blasting pada dies.
Blasting kali ini dilakukan pada produk Cylinder Head ESC. Proses Shot Blasting pada
produk Cylinder Head ESC adalah proses penyemprotan produk dengan menggunakan
steel ball yang bertujuan menyamarkan scratch bekas trimming dan menyamakan warna.
Proses blasting menggunakan steel ball dengan ukuran 0,6 mm.
Final inspection dilakukan diakhir proses produksi untuk mengontrol kualitas produk yang
dihasilkan. Metode pengecekan yang digunakan adalah pengecekan secara visual. Berikut
ini adalah standar kualitas produk Cylinder Head ESC :
Bebas dari crack, misrun, cold shut, flow line, gompal, burrs, blow hole, dan pin
hole.
Bebas dari crack, misrun, cold shut, flow line, gompal, dan burrs.
Bebas dari crack, misrun, cold shut, flow line, gompal, burrs, blow hole, dan pin
hole.
Bebas dari crack, misrun, cold shut, flow line, gompal, burrs, blow hole, dan pin
hole.
Pin Ejector
Bebas dari misrun, cold shut, repair welding, burrs, blow hole, dan pin hole.
Areal Chamber
Bebas dari crack, misrun, cold shut, flow line, gompal, burrs, blow hole, pin hole,
repair welding, dan pasir gugur.
Area Port In
Bebas dari crack, misrun, cold shut, flow line, gompal, burrs, blow hole, pin hole,
repair welding, dan pasir rontok.
Area Port Ex
Bebas dari crack, misrun, cold shut, flow line, gompal, burrs, blow hole, pin hole,
repair welding, dan pasir rontok.
Bebas dari crack, misrun, cold shut, gompal, burrs, dan tidak buntuk.
Parting Line
Gambar 3.9 Flow Proses Cylinder Head ESC Setelah Proses Casting.
STUDI KASUS
Pada bab ini akan dibahas mengenai masalah yang terjadi di PT ESC yang penulis angkat
menjadi studi kasus dalam pengerjaan laporan kerja praktek.
Gambar 4.1 Grafik 5 Besar Rejection Rate Cylinder Head ESC Juni 2018 PT ESC
Dari grafik yang ditunjukan pada gambar 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa keropos
merupakan masaslah utama yang terjadi pada produksi Cylinder Head ESC pada bulan Juni
2018 di PT ESC. Keropos yang terjadi dalam produksi ini diberbagai area yakni seat ring,
cam room, milling upper & lower, water jacket ,area busi, dan camboring. Berikut rejectio
rate keropos cylinder head PT ESC.
Keropos yang paling sering terjadi pada bulan juni 2018 adalah keropos di area camboring
dengan presentase keropos sebesar 0,65% disusul oleh keropos pada Camboring dengan
presentase sebesar 0,24%. Oleh sebab itu, penulis mengangkat “Analisis Penyebab Keropos
Camboring Produk Casting pada Cylinder Head ESC di PT ESC“ menjadi tema dari studi
kasus ini.
Dari pihak PT ESC, kami diminta untuk mengidentifikasi penyebab keropos pada area
Camboring yang menyumbangkan persentase reject sebesar 0,24%.
= Rp 31.250.000,00
S Safety OK OK
Terdapat keropos pada Cynlinder Head ESC yang diproduksi pada tanggal 1 Juli 2018 shif
satu. Target dari kerja praktek di PT ESC yang penulis laksanakan adalah dapat
mengidentifikasi penyebab keropos pada Cylinder Head ESC. Diketahui juga Cylinder
Head adalah salah satu komponen utama mesin dimana proses pembakaran terjadi,
Camboring yang terdapat pada Cylinder Head merupakan rumah atau tempat untuk cam
shaft atau yang lebih dikenal dengan poros. Dimana cam shaft berfungsi sebagai sistem
masuk dan keluarnya bahan bakar maupun gas, sehingga ketika poros dapat tekanan dan
berputar maka pada daerah Camboring tidak diizinkan terdapat keropos yang akan
berpotensi membbuat Shaft macet/seret.
Untuk mengetahui area terjadinya keropos pada Cylinder Head ESC tersebut, maka ditest
Scanning Electron Microscopy. Agar lebih mudah membayangkan area camboring itu
terletak dimana, berikut ini adalah gambar ilustrasi keropos pada part :
Area yang
keropos
camboring
S
li
Lower
Bahan baku merupakan salah satu factor penting dalam suatu proses produksi, karena dari
bahan baku tersebut itulah produk akan dibuat, sehingga kesalahan yang berasal dari bahan
baku ini tentu dapat berakibat fatal terhadap proses produksi yang dilakukan. Bahan baku
yang dipergunakan dalam suatu proses produksi tentu tidak sama antara satu dengan yang
lainnya. Pemilihan bahan baku ini dipilih khususnya berdasarkan pertimbangan jenis
produk yang akan dibuat besarta dengan proses apa yang dipergunakan dalam
pembuatannya, bagaimana kualitas yang diharapkan, dan juga termasuk pertimbangannya
secara ekonomis. Dalam proses produksi yang dilakukan di bagian LPDC PT ESC, bahan
baku yang dipergunakan adalah paduan aluminium dengan kode 5202-10 (standar JIS),
adapun data mengenai paduan tersebut ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
AC4B
unsur kadar%
Cu 2,0-4,0
Si 7,0-10,0
Zn 1,0 max
Mn 0,50 max
Mg 0,50 max
Ni 0,35 max
Ti 0,20 max
Cr 0,20 max
Pb 0,20 max
Sn 0,1 max
Sebelum melakukan pengujian penulis melihat daerah camboring tanpa alat bantu.
Ditemukan permukaan yang kurang bersih pada camboring setelah masuk dalam proses
machining. Penulis melakukan pengujian terhadap 2 jenis sampel dari produk yang dibuat
di bagian Low Pressure Die casting Plant X PT ESC. Berdasarkan hasil pengujian yang
dilakukan, didapat sejumlah foto Cylinder Head yang keropos dengan pengujian Dino
lite, 3 Dimensi, dan EDS/SEM.
(a) (b)
Gambar 4.4 Hasil Dino Lite. (a) Sample Part 1, dan (b) Sample Part 2
Untuk memperjelas bahwa part ini keropos atau tidak, penulis melakukan pengujian
permukaan dengan melihat secara 2 Dimensi dan3 Dimesi dengan menggunakan mikroskop
beserta software.
Foto Cylinder Head keseluruhan dan letak reject penampakan atas 2 Dimensi dan 3
Dimensi.
(a) (b)
Gambar 4.6 Keropos Part Cylinder Head Dilihat Dengan Mikroskop 3D. (a) Part 1 3D
Lens100X, dan (b) Part 2 3D Lens 100X
Dari hasil pengujian permukaan diatas benar bahwa kedua sample tersebut mengalami
keropos, tetapi belum diketahui penyebab keropos tersebut. Oleh sebab itu penulis
melakukan pengujian Non-Destructive yaitu SEM (Scanning Electron Microscopy).
Dikarenakan cacat yang terjadi pada logam bisa saja dikarenakan Coating-annya, pasir
yang masih menempel, bahkan gas yang terjebak dalam molten metal . Keropos yang
terjadi bisa saja disebabkan oleh pengotor yang disebutkan diatas, maka hal ini termasuk
dalam cacat Inclusion Porosity.
Pengujian SEM untuk mengetahui pengotor apa saja yang terbawa ke molten metal
(a) (b)
Ketika ke dua sample sudah dilihat dan diuji penampakan permukaannya, ternyata ketika
uji SEM terdapat unsur Ti (Titanium) yang lumayan tinggi yaitu diatas 40% dimana jauh
dari standar yang ditetapkan JIS H-5202-10 yaitu Ti sebesar 0,2 %. Pada umumnya unsur
Titanium ditemukan pada material coating-an dikarenakan mempunyai sifat mampu
menahan panasnya lelehan logam atau tahan suhu tinggi, juga material coating-an ini
mampu memberikan kemampuan alir dengan mudah pada logam cair yang baru keluar dari
chamber/ladle menuju sleeve lalu diinjeksikan ke dies. Dari hal tersebut penulis semakin
yakin bahwa part yang keropos pada camboring terjadi disebabkan oleh coating-an yang
terbawa.
Dengan pernyataan diatas penulis melakukan SEM pada cairan LNO yang digunakan
sebagai coatingan sleeve, in gate, dan dies. Yang diduga cairan LNO ikut terbawa molten
metal.
Scanning Electron Microscopy Cairan LNO
Studi Lapangan
Identifikasi Masalah
Observasi Data
Pengumpulan Data
Kesimpulan
Penganggulangan
Part yang dianalisis adalah Cylinder Head ESC, parameter mesin telah sesuai dengan
standar sehingga tidak ditemukan masalah pada mesin. Dari hasil pengujian komposisi
kimia atau nama mesin uji Thermo Scientific juga telah sesuai dengan standar sehingga
tidak menjadi masalah.
Dari hasil pengujian dengan Dino lite, 3 Dimensi, dan EDS/SEM makin terlihat bahwa part
Cylinder Head ini terdapat cacat yang disebabkan oleh masuknya pengotor yang tidak
seharusnya terbawa dengan logam cair. Setelah ditelusuri part yang cacat ini mengalami
keropos, keropos terbesar dalam produksi bulan Juni ini adalah pada area Camboring.
Keropos yang terjadi pada Cyl Head bagian camboring teridentifikasi cacat
inklusi/pengotor dikarenakan masuknya bahan bukan logam ke dalam cairan logam akibat
reaksi kimia selama peleburan, penuangan atau pembekuan. Diketahui molten Aluminium
yang siap untuk dituang dan masuk kedalam proses pengecoran harus dalam keadaan
standar mulai dari temperatur penuangan sampai komposisi yang terkandung.
Ketika penuangan molten Aluminium yang akan di injeksikan kondisi sleeve/ penampungan
atau wadah molten metal yang akan diinjeksikan melalui in gate atau saluran masuknya
logam cair menuju die/cetakan harus dalam keadaan bersih dari scrap Aluminium cair
sebelumnya dan juga hasil coating-an yang kering disertai kerataan/ketebalan yang sesuai
standar. Semua bagian yang akan bersentuhan dengan molten Aluminium harus dilapisi
atau dilindungi dengan material coating-an agar logam yang turun dari ladle mudah
mengalir ketika diinjeksikan dan tidak membuat logam menjadi susah dicabut ketika sudah
solid/padat.
Keropos Camboring yang terjadi disebabkan proses coating yang belum sesuai standar.
Diketahui standar ketebalan coating pada area in gate adalah 1000µm. Sedangkan
aktualnya hanya setebal 400 µm. Banyak hal yang terjadi bila coating tipis, dimana panas
akan terlalu banyak diserap pada dies didaerah in gate sehingga pembekuan part menjadi
Pengolesan LNO/material coating oleh operator tidak sesuai aturan, yakni searah dengan
laju alir aluminium, dan pengkuasan dilakukan ketika part-part sudah kembali ke
temperatur normal/sudah dingin kembali. Hal tersebut akan menyebabkan adanya
gumpalan (tidak rata) yang dapat membuat coating lebih mudah terkikis saat molten metal
mengalir dan juga hal ini menyebabkan LNO kurang menempel pada sleeve dan gate
sehingga mudah terkikis dan ikut bersana molten Aluminium.
Dalam kondisi aktual perlu dilakukan repair coating yang dilakukan oleh teknisi, bukan
operator. Namun sementara kondisi dilapangan masih dikerjakan operator yang kurang
berpengalaman, terlihat dari saat dies masih terpasang di mesin LPDC dan pengolesan
LNO dimana dies masih panas.
Berikut adalah verifikasi part keropos camboring yang penulis temukan di lapangan:
STANDART ACTUAL
Pada bab ini akan dibagi menjadi dua sub bab, yakni kesimpulan dan saran. Adapun saran
dibagi lagi menjadi dua, yakni saran dari penulis untuk PT ESC untuk menghadapi masalah
yang terjadi dan telah dibahas pada bab 4, dan saran penulis terhadap laporan ini agar
menjadi lebih baik lagi.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kerja praktek yang dilakukan di PT ESC, yakni :
1. Pembuatan cylinder head dilakukan dengan metode Low Pressure Die Casting agar
tidak merusak core.
2. Proses coating harus sesuai standar.
3. Proses solidifikasi casting cylinder head harus merata.
4. Keropos pada Cylindedr Head ESC yang diproduksi diakibatkan oleh
inklusi/pengotor.
5. Material coating mempengaruhi silidifikasi logam.
6. Dies merupakan peralatan yang sangat penting dalam proses pengecoran, kesalahan
atau kerusakan pada alat ini dapat mempengaruhi kualitas parts yang dihasilkan.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan untuk PT ESC, yakni :
1. Ditetapkan standar viskositas dari cairan coating (LNO)
2. Penambahan Thickness meter untuk menjamin ketebalan coating setelah dilakukan
repair coating di area mesin LPDC.
3. Pembuatan metode repair coating yang baku.
1. Arifin, Bustanul, dkk. 2007. Cacat Aluminium Casting dan Pencegahannya. Depok.
2. Arifin, Bustanul, dkk. 2007. Karakteristik Aluminium Casting. Depok.
3. Arifin, Bustanul, dkk. 2007. Pengenalan Proses Aluminium Casting. Depok.
4. Brown,J. Modern Manufacturing Processes. Industrial Press, 1991.
5. Callister, William. J. 2010 . Material Science and Engineering : An Introduction
– Eighth Edition. New York :John Wiley and Sons Inc.
7. Fellers, W.O., dan W.W Hunt. 1995. Manufacturing Processes For Technology.
Prentice-Hall.
8. HAPLI.Porosity.https://hapli.wordpress.com/casting_defect_main/porosity/.
(Diakses 20 Agustus 2018 pukul 22.56)
10. Surdia, Tata & Saito, Shinroku. 1992. Pengetahuan Bahan Teknik. (edisi kedua).
Jakarta: Pradnya Paramita.
Juni
Reject Keropos 125 pcs
Reject Keropos Camboring 46 pcs
19416
Produksi
pcs
% Reject akibat Keropos 0,65%
% Reject akitab Keropos Camboring 0,24%
Lampiran 3 Data Rejection Rate Akbat Keropos pada Cylinder Head PT ESC