BUKU AJAR
FISIKA BANGUNAN 2
Disusun oleh:
Dr. Ir. Eddy Prianto, CES., DEA.
i
BUKU AJAR
FISIKA BANGUNAN 2
Disusun oleh:
Dr. Ir. Eddy Prianto, CES., DEA.
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk
apapun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi,
merekam, atau dengan sengaja menggunakan sistem penyimpanan lainnya,
tanpa seizin tertulis dari Penulis.
Diterbitkan oleh:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Jl. Prof. Sudarto, SH – Kampus Tembalang, Semarang
ii
KATA PENGANTAR
iii
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada Jajaran Dekanat
Fakultas Teknik yang telah memfasilitasi penyelenggaraan
bimbingan Buku Ajar tahun 2022 dan Dr.rer.nat Thomas Triadi
Putranto, ST.,M.Eng yang berkenan mereviewnya serta semua pihak
yang telah membantu.
iv
ANALISIS PEMBELAJARAN
v
DAFTAR ISI
vii
BAB IV PARAMETER DISAIN AKUSTIK BANGUNAN ........ 77
1. Pendahuluan.......................................................................... 77
1.1. Deskripsi Singkat .............................................................. 77
1.2. Relevansi ............................................................................ 77
1.3. Kompetensi ........................................................................ 77
2. Penyajian .............................................................................. 78
2.1. Uraian ................................................................................. 78
2.2. Latihan ................................................................................ 91
3. Penutup ................................................................................. 92
3.1. Rangkuman ........................................................................ 92
3.2. Tes Formatif....................................................................... 94
3.3. Umpan Balik ...................................................................... 94
3.4. Tindak Lanjut .................................................................... 94
3.5. Kunci Jawaban Tes Formatif ........................................... 94
Daftar Pustaka ................................................................................ 96
Senarai ............................................................................................ 97
viii
BAB VI PERHITUNGAN MATEMATIS DAN APLIKASI
SIMULASI DENGAN SOFTWARE .......................................... 111
1. Pendahuluan........................................................................ 111
1.1. Deskripsi Singkat ............................................................ 111
1.2. Relevansi .......................................................................... 111
1.3. Kompetensi ...................................................................... 111
2. Penyajian ............................................................................ 113
2.1. Uraian ............................................................................... 113
2.2. Latihan .............................................................................. 130
3. Penutup ............................................................................... 131
3.1. Rangkuman ...................................................................... 131
3.2. Tes Formatif..................................................................... 132
3.3. Umpan Balik .................................................................... 133
3.4. Tindak Lanjut .................................................................. 133
3.5. Kunci Jawaban Tes Formatif ......................................... 133
Daftar Pustaka .............................................................................. 135
Senarai .......................................................................................... 137
ix
Senarai .......................................................................................... 164
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 3.6. Solusi disain mengatasi cacat akustik echo
pada ruang panggung/kelas .................................... 69
Gambar 4.1. Ruangan yang memiliki RT panjang dan RT
pendek .................................................................... 81
Gambar 4.2. Ruangan yang dijadikan untuk penelitian
Anechoic Chamber ................................................. 82
Gambar 4.3. Prinsip penggandaan massa dinding akan
meningkatkan kinerja insulasi. ............................... 85
Gambar 4.4. Prinsip penghambatan suara pada elemen
dinding/plafon/lantai. ............................................. 86
Gambar 4.5. Ilustrasi airborne insulation yang buruk. ................ 88
Gambar 4.6. Tuntutan bangunan bertingkat yang
membutuhkan insulasi yang baik ........................... 89
Gambar 5.1. Nilai optimal Waktu Dengung (RT) pada
beragam fungsi bangunan menurut Egan. ............ 106
Gambar 5.2. Nilai Waktu Dengung (RT) yang
direkomendasikan pada beragam fungsi
bangunan menurut terkait variabel volume
bangunan (m3) ...................................................... 107
Gambar 6.1. Penggunaan Grafik Kurva Waktu dengung
untuk bangunan bervolume 1000 m3 ................... 115
Gambar 6.2. Contoh gambar denah eksiting, lengkap
dengan furniture dari obyek pengukuran. ............. 119
Gambar 6.3. Contoh gambar interior kondisi eksisting dan
kondisi perancangan dengan asumsi full
penghuni. .............................................................. 120
Gambar 6.4. Langkah evaluasi nilai RT pada Grafik Waktu
Dengung ............................................................... 122
Gambar 6.6. Visualisasi alat ukur acoustic camera ................... 125
Gambar 6.7. Contoh hasil simulasi project akustik dengan
software ECOTECT ............................................. 126
Gambar 6.8. Contoh hasil simulasi project akustik dengan
software BIM REVIT ........................................... 127
xiii
Gambar 6.9. Contoh hasil simulasi project akustik dengan
software SoundPLAN........................................... 128
Gambar 6.10. Contoh hasil simulasi project akustik dengan
software Noise at Work ........................................ 128
Gambar 6.11. Contoh hasil simulasi project akustik dengan
software SONarchitect & INSUL......................... 129
Gambar 6.12. Contoh hasil simulasi project akustik dengan
software ZORBA .................................................. 130
Gambar 7.1. Contoh formasi rancangan eksterior dan
interior bangunan .................................................. 142
Gambar 7.2. Contoh formasi project akustik Home Teather .... 148
Gambar 7.3. Konsep soundscape terkait studi interdisiplin ...... 150
Gambar 7.4. Lingkungan dengan kualitas akustik optimal ....... 151
Gambar 7.5. Tampilan dokumentasi foto project soundwalks
di kota Aachen ...................................................... 155
Gambar 7.6. Project mapping kebisingan 2D di Dublin-
Irlandia dan mapping 3D di Hongkong. ............... 155
Gambar 7.7. Ragam contoh project dari konsultan
profesional akustik di Indonesia ........................... 156
xiv
TINJAUAN MATA KULIAH
1
gambar teknik arsitektur, panel, maket bahkan
memungkinkan paparan film ataupun artikel ilmiah yang
telah siap dipublikasikan.
3. Capaian Pembelajaran
3.1. Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL)
Secara prinsip pemahaman Capaian Pembelajaran Lulusan
(CPL) adalah kemampuan yang diperoleh melalui internalisasi
pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan akumulasi
pengalaman kerja. Istilah Capaian Pembelajaran kerapkali digunakan
bergantian dengan Kompetensi, meskipun memiliki pengertian yang
berbeda dari segi ruang lingkup pendekatannya. 8 (delapan) CPL
yang menyangkut baik aspek Kognitif (Pengetahuan), Psikomotorik
dan Kompetensi pada Departement Arsitektur Fakultas Teknik
Program Strata-01 adalah :
CPL-01 Pengetahuan yang memadai tentang budaya, sejarah,
teori arsitektur, dan ilmu manusia.
CPL-02 Pengetahuan tentang seni rupa yang mempengaruhi
kualitas desain arsitektur terkait dengan organisasi,
bentuk, dan tatanan ruang.
CPL-03 Pengetahuan yang memadai tentang iklim lokal dan
desain arsitektur berkelanjutan.
CPL-04 Pengetahuan dalam memahami desain struktural,
konstruksi, dan masalah teknik yang terkait dengan
2
desain bangunan.
CPL-05 Kemampuan merancang dengan mempertimbangkan
hubungan antara manusia, bangunan, dan lingkungan.
CPL-06 Kemampuan untuk membuat laporan arsitektur
sebagai dasar untuk proyek desain.
CPL-07 Ketrampilan merancang bangunan mengenai faktor
biaya, manajemen proyek dan peraturan bangunan.
CPL-08 Pengetahuan dalam memahami etika profesi dan peran
arsitek dalam masyarakat.
Sedangkan khusus untuk mata kuliah Fisika Bangunan 02
memiliki 3 (tiga) CPL sebagaimana tersusun dalam diagram matrik
pada semester 4 (lihat pada tabel dibawah).
CPMK Keterangan
CPMK 03-1 Pada akhir pembelajaran mata kuliah ini,
mahasiswa akan mampu memetakan (C3) dan
menganalisis (C4) profil Ragam Kenyamanan
dengan menggunakan kedua strategi analisis
kuantitative dan kualitatis.
CPMK 03-2 Pada akhir pembelajaran mata kuliah ini,
mahasiswa akan mampu memetakan (C3) dan
menganalisis (C4) performa Kenyamanan
Akustik dengan menggunakan kedua strategi
analisis kuantitative dan kualitatis.
CPMK 05 Pada akhir pembelajaran mata kuliah ini,
mahasiswa akan mampu menghitung (C4) dan
mengukur serta menilai (C5) indeks kenyamanan
akustik dengan menggunakan persamaan matematis
dengan benar sesuai standart SNI
CPMK 07 Pada akhir pembelajaran mata kuliah ini,
mahasiswa akan mampu menilai (C5) dan
mengusulkan rancangan (C6) suatu rancangan
bangunan dengan mempertimbangkan ragam
kenyamanan dengan analisis kuantitatif dan
kualitatif dari suatu STUDI KASUS proyek PA.
4
3.3. Sub-Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub-CPMK)
Mampu menjelaskan (C2) definisi umum suatu kenyamanan
penghuni untuk suatu aktifitas atau tuntutan fungsi bangunan.
Mampu menjelaskan (C2) klasifikasi Kenyamanan para ahli
Mampu menjelaskan (C2) ragam Acuan Baku Kenyamanan
Mampu menjelaskan (C2) perbedaan pemahaman solusi
disain dampak dari kebisingan dan kenyamanan akustik.
Mampu menjelaskan (C2) perbedaan pemahaman solusi
disain dampak dari kebisingan dan kenyamanan akustik.
Mampu menjelaskan (C2) ragam sumber bising dan tingkat
kebisingan
Mampu menjelaskan (C2) strategi disain pengendalian
kebisingan dalam suatu bangunan
Mampu menjelaskan (C2) mengenai akustik bangunan
Mampu menjelaskan (C2) mengenai ragam fenomena akustik
dalam ruangan tertutup.
Mampu menjelaskan (C2) kriteria akustik dalam disaian
akustika ruangan.
Mampu menjelaskan (C2) ragam cacat akustik ruangan.
Mampu menjelaskan (C2) 3 (tiga) parameter prinsipal dalam
disain akustik bangunan
Mampu menjelaskan (C2) pemahaman hingga teknik
pengukuran waktu dengung
Mampu menjelaskan (C2) 5 (lima) prinsip dasar insulasi
suara.
Mampu menjelaskan (C2) konsep dan aplikasi bahan
bangunan yang absobsi terhadap suara.
Mampu menjelaskan (C2) menjelaskan subtansi utama SNI-
03-6386-200 dan Kepmen KLH no.48 tahun 1996
Mampu memetakan (C3) standart baku tingkat kebisingan
pada ragam jenis fungsi bangunan
Mampu menghitung (C4) dan penggunaan Grafik Kurva RT
5
Mampu menjelaskan (C2) acuan metode pengukuran
lapangan
Mampu menjelaskan (C2) ragam alat ukur lapangan dan
aplikasi software untuk simulasi kebisingan
Mampu menghitung (C4) prinsip Waktu Dengung dengan
persaamaan matematis.
Mampu menghitung (C4) permasalahan tngkat tekanan
bungi dengan persaamaan matematis.
Mampu memetakan (C3) ragam formasi elemen akustik dari
suatu projek studi kasus
Mampu Menganalis (C4) ragam formasi elemen akustik dari
suatu projek studi kasus
Mampu mengusulkan rancangan (C6) suatu ruangan atau
bangunan respond terhadap permasalahan kebisingan, termal
dan penerangan alami serta buatan secara parsial maupun
komprehensif.
6
BAB I
MENGENAL RAGAM KENYAMANAN
1. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Materi ini mendeskripsikan definisi kebisingan dan
kenyamanan Akustik, kriteria tingkat kebisingan dan sumber bising,
serta dampak negatif bagi kesehatan manusia hingga strategi
pengendalian kebisingan pada bangunan.
1.2. Relevansi
Dengan mengetahui pemahaman dasar kebisingan (definisi,
tingkat kebisingan, sumber bising dan dampak negatif kebisingan
serta strategi pengendalian kebisingan, baik untuk manusia,
bangunan dan lingkungan, maka fungsi bangunan akan didapatkan
sesuai karakter aktifitasnya dan pada akhirnya apa yang disebut
kenyamanan akustik akan didapatkan bagi pengguna bangunan
tersebut.
1.3. Kompetensi
1.3.1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
Pada akhir pemberian pokok bahasan mengenai Ragam
Kenyamanan ini, mahasiswa Teknik Arsitektur semester 4 akan
mampu memetakan (C3) dan menganalisis (C4) profil Ragam
Kenyamanan.
7
• Mampu menjelaskan (C2) definisi umum suatu kenyamanan
penghuni untuk suatu aktifitas atau tuntutan fungsi
bangunan.
• Mampu menjelaskan (C2) klasifikasi kenyamanan para ahli
• Mampu memetakan (C3) ragam kenyamanan serta acuan
standartnya
2. Penyajian
2.1. Uraian
2.1.1. Pemahaman Kenyamanan dalam Arsitektur
Kenyamanan dalam bahasa Perancis (definisi dari kamus
Larouse) adalah
1). Qui procure le confort, qui contribue au bien-être,
2). Familier. Qui est bien installé, à l'aise,
3). Qui procure une certaine aisance, dan
4). Qui est exempt de soucis, de préoccupations.
Dimana keempatnya mengandung pemahaman 1). Sesuatu
yang menyenangkan, 2). Pada tempat/ kebiasannya, 3). Kemudahan,
3). Bebas dari kekuatiran atau aman. memberikan nyaman/
menyenangkan (Larousse, 2022). Dalam Kamus Besar Bahasa
8
Indonesia (KBBI), nyaman memiliki arti sebagai segar, sehat
sedangkan kenyamanan memiliki arti keadaan nyaman, kesegaran,
kesejuk (KBBI, 2022a). Sedangkan menurut Dictionary.Cambridge
“a pleasant feeling of being relaxed and free from pain” (Cambridge,
2022).
Dan dalam Merriam Webster (Merriam, 2022), pemahaman
confort :
Strengthening aid:Assistance support accused of giving aid
and comfort to the enemy, and consolation in time of trouble
or worry. 2). A feeling of relief or encouragement, contented
well-being. 3) A satisfying or enjoyable experience and 4).
one that gives or brings comfort all the comforts of home.
9
(Kenyamanan adalah suatu kondisi perasaan dan sangat
tergantung pada orang yang mengalami situasi tersebut. Kita tidak
dapat mengetahui tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh orang
lain secara langsung atau dengan observasi; kita harus menanyakan
pada orang tersebut untuk memberitahukan pada kita seberapa
nyaman diri mereka, biasanya dengan menggunakan istilah-istilah
seperti agak tidak nyaman, menganggu, sangat tidak nyaman, atau
mengkhawatirkan). Ditegaskannya bahwa dalam membentuk
kenyamanan sebuah produk atau rancangan, perhatian pada faktor
berperan penting dalam mencipta desain ergonomi yang nantinya
menciptakan kenyamanan bagi penggunanya.
12
Pemandangan alam yang indah
Warna panas, warna dingin
Seharum mawar merekah
Bau masakan dapur
Daging sapi yang segar
Suasana pedesaan yang nyaman
Heningnya malam
Indahnya lantunan lagu
Kebersihan lingkungan
13
daerah urban, rata-rata melewati waktunya lebih dari 80% waktu
setiap harinya berada di dalam ruangan. Tentunya keadaan ini akan
memberikan pengaruh tuntutan terhadap fisik dan psikologis
manusia terhadap pentingnya rancangan dalam ruangan (indoor)
agar tercipta rasa nyaman yang komprehensif.
Ragam kenyamanan yang patut dipertimbangkan dalam
ranah disaian bangunan arsitektur dan lingkungan adalah:
a) Kenyamanan Termal
Sensasi termal merupakan wujud rasa dingin atau rasa panas
yang dirasakan oleh tubuh manusia ketika melaksanakan aktifitas
hingga tercipta rasa nyaman. Misal kondisi yang lebih cenderung
panas dari pada di sekeliling tempat beraktifitas dapat
mengakibatkan rasa letih, mengantuk, ataupun mengurangi
konsentrasi kerja, hal ini dapat dikatakan kondisi tidak nyaman.
Menurut Fanger, terdapat 2 faktor yang mempengaruhi kenyamanan
termal, yaitu faktor iklim setempat, dan faktor individu. Faktor iklim
dipengaruhi oleh kondisi temperatur udara, kecepatan udara, dan
kelembaban pada daerah setempat. Sedangkan faktor individu
dipengaruhi oleh pakaian yang sedang dikenakan serta aktivitas yang
sedang dikerjakan (van Hoof, 2008).
Acuan standart yang digunakan untuk Kenyamanan Termal
diantaranya adalah SNI-03-6572-2001 tentang Tata Cara
Perencanaan Sistem Ventilasi Dan Pengkondisian Udara Pada
Bangunan Gedung.
b) Kenyamanan Akustik
Kenyamanan Akustik adalah karakter ruangan yang
ditentukan oleh tingkat kebisingan yang diterima oleh penghuninya.
Aspek kenyamanan akustik sangat berhubungan dengan jenis
aktifitas penghuninya. Bila kebisingan melampaui atau kurang dari
batas fungsi dari suatu lingkungan binaan yang ditentukan, maka
terjadilah rasa ketidak kenyamanan. Dan masing-masing fungsi
bangunan memiliki ambang batas kebisingan.
14
Standart acuan yang dapat digunakan untuk aspek
Kenyamanan Akustik diantaranya adalah SNI-03-6575-2001 dan
SNI-16-7063-2004 tentang Nilai ambang batas iklim kerja (panas),
kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di
tempat kerja. Dan SNI-16-7061-2004 tentang Pengukuran
Kebisingan.
c) Kenyamanan Visual
Kenyamanan Visual adalah kondisi dimana manusia merasa
tidak terganggu dengan kondisi sekeliling yang diterima oleh indra
penglihatannya. Pada umumnya terkait intensitas cahaya yang ada di
sekitarnya. Aspek penerangan ini berupa penerangan alami maupun
buatan yang keduanya berpengaruh terhadap terciptanya
kenyamanan visual.
Standart acuan yang dapat digunakan untuk aspek
Kenyamanan Visual diantaranya adalah SNI-03-6575-2001 tentang
Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan
Gedung.(SNI 03-6575-2001), n.d.)
d) Kenyamanan Odour/ Kualitas Udara
Kualitas Udara ditentukan oleh ketersediaan sirkulasi
penghawaan yang cukup di dalam ruangan. Kita bisa
mengidentifikasi dengan mudah dari adanya bau dan asap. Mengutip
UCAR Center for Science Education, kualitas udara atau air quality
merupakan kadar kandungan udara berdasarkan konsentrasi polutan
di lokasi tertentu. kualitas udara ini disesuaikan dengan Indeks
Kualitas Udara atau Air Quality Index (AQI) (Pasaribu, 2021)
(Katadata.co.id, 2021).
Standart acuan yang digunakan untuk Kenyamanan Odour
diantaranya adalah Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. KEP50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan
dinyatakan bahwa paramater kebauan meliputi lima jenis senyawa
tunggal, dan SNI-03-6572-2001 tentang Tata Cara Perencanaan
Sistem Ventilasi Dan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Gedung.
15
e) Kenyamanan Aerolique
Kuantitas gerakan udara, sejauh ini digunakan tolok ukur
dengan menggunakan skala Beaufort, merupakan skala empiris yang
digunakan untuk mengetahui kecepatan angin berdasarkan keadaan
yang terjadi di darat maupun laut. Skala Beaufort dikembangkan
pertama kali oleh ahli hidrografi Irlandia, Sir Francis Beaufort, pada
tahun 1805 (“Skala Beaufort,” 2022) Skala ini terdiri dari 13 kelas
dengan rentang dari 0 hingga 12 (Lihat tabel di bawah). Mencermati
kriteria dalam tabel tersebut, sering orang awam mengatakan suatu
metode pengukuran kecepatan udara tanpa membutuhkan ujut alat
ukur. Sedangkan acuan dalam suatu Rumah Tinggal terkait
optimalisasi sirkulasi udara telah dipandu dalam buku “Dasar-dasar
Rumah Sehat” dari Kepmen PUPR tahun 2017.
16
Untuk mengukur tingkat kenyamanan dibutuhkan tolok ukur
yang berlaku bagi kebanyakan orang. Adapun variabel-variabel
kenyamanan tersebut biasanya telah tertuang dala SNI ataupun
Peraturan lainnya. Dan secara detail masing-masing kenyamanan
akan dibahas pada materi berikutnya.
2.2. Latihan
Soal No.01 :
Berilah contoh element disain ruangan dan bangunan yang
memperlihatkan usaha dalam mendapatkan 5 kenyamanan
bagi penghuninya.
Jawaban Soal No.01:
Untuk menjelaskan soal tersebut diperlukan suatu suatu
contoh disain interior seperti gambar tersebut dibawah ini:
17
Kenyamanan Termal, terkait dengan rasa nyaman penghuni
terhadap suhu udara ruangannya. Pada disain tersebut
menunjukan pemakaian element furniture dan pilihan warna
apakah benar membuat rungan terasa dingin. Hal inipun
perlu di cek suhu rungannya.
Kenyamanan akustik, terkait dengan rasa bising dan tidaknya
ruangan tersebut. Bilamana dilihat dalam disain tersebut,
beberapa pemakaian bahan yang berpori, adalah salah satu
element mengurangi kebisingan.
Kenyamanan Aerolique, terkait dengan rasa ada tidaknya
aliran udara alami dalam ruangan. Dan bila dilihat dari disain
interior tersebut, demens jendela dengan penggunaan korden
kain, menunjukan adanya gerakan udara alami yang masuk
kedalam ruangan. Pengamatan besaran udara bisa digunakan
dengan tabel skala beufort.
Kenyamanan Odour, terkait dengan rasa kualitas udara
dalam ruangan atau bau-bauan yang menyamankan, hal ini
ditunjukan dengan penempatan beberapa tanaman dalam
ruangan, serta alangka baiknya bila tanaman tersebut
berbunga yang mengeluarkan bebauan yang wangi.
Soal No.02:
Deskripsikan beberapa pemahaman dan kriteria kenyamanan
menurut beberapa ahli.
Jawaban Soal No. 02:
Pertama, Oborne, dalam bukunya “Ergonomics at Work:
Human Factors in Design and Development”, bahwa konsep
kenyamanan adalah lebih merupakan penilaian respondentif
individu dan menurutnya seseorang tidak dapat
mendefinisikan atau mengukur kenyaman secara pasti
Kedua, Sanders dan McCormick, bahwa konsep
kenyamanan adalah suatu kondisi perasaan dan sangat
tergantung pada orang yang mengalami situasi tersebut
18
Ketiga, Katherine Kolcaba, bahwa konsep kenyamanan
adalah sebagai suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yang bersifat individual dan holistik. sejahtera
pada diri individu tersebut.
Keempat, Fanger, bahwa konsep kenyamanan pada
prinsipnya suatu kenyamanan termal hanya dapat dicapai
bila penghuni memiliki kontrol yang efektif atas lingkungan
termal mereka sendiri (suatu area yang memiliki kondisi
lingkungan termal yang dapat diterima setidaknya 80%
penghuninya).
Keempat, Eddy Prianto, bahwa konsep kenyamanan adalah
kondisi perasaan secara kuantitative dan kualitatif yang
ditangkap panca indra terhadap respond faktor
lingkungannya pada situasi neutral. Untuk itu
dikelompokanlah menjadi menjadi 5 (lima) : Kenyamanan
Termal, Kenyamanan Akustik, Kenyamanan Visual,
Kenyamaan Odour dan Kenyamanan Aerolique
Kelima, Prastowo Satwiko, bahwa konsep kenyamanan
adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap
lingkungannya.
Keenam, Rustam Hakim, bahwa konsep terciptanya
kenyamanan lingkungan bilamana ditentukan oleh beberapa
unsur pembentuk dalam perancangan yakni sirkulasi, daya
alam/iklim, kebisingan, aroma/bau-bauan, bentuk,
keamanan, kebersihan, keindahan dan penerangan.
3. Penutup
3.1. Rangkuman
Dalam bagian ini ada 4 (empat) point yang dipaparkan, yaitu
Pertama, definisi Kebisingan dan Kenyamanan Akustik. Kedua,
tingkat Kebisingan dan Sumber Bising. Ketiga, dampak negatif
kebisingan bagi kesehatan manusia, dan Keempat, strategi
pengendalian kebisingan pada bangunan.
19
Beberapa referensi yang dapat dijadikan acuan secara detail
dalam memahami bagian ini dapat disimak beberapa buku referensi
seperti : (Bruneau, 2013; Fanger, 1970; Parsons, 2019; Vigran,
2008)
𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑥 2
Tingkat penguasaan = ( )%
100
20
aspek lingkungannya (faktor iklim). Jadi keduanya masih
menitik beratkan bahwa semua rancangan, aspek human
factor tetap menjadi variabel yang penting dan utama.
Artinya masih sangat terbuka lebar ranah penelitian terkait
kenyamanan, karen pupulasi di dunia ini sangatlah beragam.
Jawaban Soal no.02 Test Formatif :
Model Kenyamanan Fanger, yang dibuat pada akhir 1960-an
mendasarkan modelnya pada mahasiswa usia kuliah untuk
digunakan dalam kondisi lingkungan yang tidak berubah di
gedung-gedung ber-AC di zona iklim termal sedang. Hingga
tahun 2008 dalam penelitiannya Van Hoof, menegaskan
kembali bahwa model tersebut masih relevan buat semua
manusia. Dan ke 7 parameter persamaan Fanger tediri dari
aspek Iklim (Kecepatan Udara, Suhu udara, Kelembaban dan
Suhu rata-rata ruangan) serta aspek manusinya yang terdiri
dari tingkat aktifitas (Metabolisme) dan kriteria pakaiannya
(cloting).
21
Daftar Pustaka
ADEME. (2022a). Guide d’aide à la conception bioclimatique de
logements collectifs en Nouvelle-Calédonie. La librairie
ADEME. https://librairie.ademe.fr/urbanisme-et-
batiment/4653-guide-d-aide-a-la-conception-bioclimatique-
de-logements-collectifs-en-nouvelle-caledonie.html
ADEME. (2022b). Guide méthodologique pour la réhabilitation
bioclimatique de l’habitat collectif. La librairie ADEME.
https://librairie.ademe.fr/urbanisme-et-batiment/88-guide-
methodologique-pour-la-rehabilitation-bioclimatique-de-l-
habitat-collectif.html
ASHRAE. (2010). ANSI/ASHRAE Standard 55-2010. 44.
Cambridge, D. (2022, Pebruari). Comfort-dictionary.cambridge.
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/comfort
Fanger, P. O. (1970). Thermal Comfort: Analysis and Applications
in Environmental Engineering. Danish Technical Press.
Hakim, R. (2014). KOMPONEN PERANCANGAN
ARSITEKTUR LANSEKAPPRINSIP-UNSUR DAN
APLIKASI DESAIN. BUMI AKSARA.
Katadata.co.id, H. M. (2021, September 27). Kualitas Udara:
Parameter dan Cara Mengeceknya—Nasional
Katadata.co.id.
https://katadata.co.id/safrezi/berita/6151630daa2c8/kualitas-
udara-parameter-dan-cara-mengeceknya
KBBI. (2022a, Pebruari). Arti kata nyaman—KBBI (Online).
https://kbbi.web.id/nyaman
Kolcaba, K. (2018, September 9). Kolcaba’s Comfort Theory.
Nursology. https://nursology.net/nurse-theories/kolcabas-
comfort-theory/
Larousse, D. (2022, pebruari). Confort- Larousse.
https://www.larousse.fr/dictionnaires/francais/confortable/1
48
Merriam, W. (2022, pebruari). Comfort—Merriam Webster.
https://www.merriam-webster.com/dictionary/comfort
22
Oborne, D. J. (1995). Ergonomics at Work: Human Factors in
Design and Development. Wiley.
Parsons, K. (2019). Human Thermal Comfort. CRC Press.
Pasaribu, N. (2021). Formulasi Indeks Kenyamanan Ruang di
Kantor Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/106981
Prianto, E. (2002). ALTERNATIF DISAIN ARSITEKTUR
DAERAH TROPIS LEMBAB DENGAN PENDEKATAN
KENYAMANAN THERMAL. DIMENSI (Journal of
Architecture and Built Environment), 30(1), Article 1.
https://doi.org/10.9744/dimensi.30.1.%p
Prianto, E. (2004). Modul Kuliah Fisika Bangunan 02 pada Jurusan
Arsitektur FT Undip.
Prianto, E., & Depecker, P. (2003). Optimization of architectural
design elements in tropical humid region with thermal
comfort approach. Energy and Buildings, 35(3), 273–280.
Sanders, M. S., & McCormick, E. J. (1987). Human Factors in
Engineering and Design (Sixth Edition). McGraw-Hill.
Satwiko, P. (2009). Fisika Bangunan 2. CV ANDI Yogyakarta.
Skala Beaufort. (2022). In Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Skala_Beaufort&
oldid=2085943
BSN (2002), SNI 03-6575-2001
van Hoof, J. (2008). Forty years of Fanger’s model of thermal
comfort: Comfort for all? Indoor Air, 18(3), 182–201.
https://doi.org/10.1111/j.1600-0668.2007.00516.x
Wicaksono, B., Hidayatullah, M. I., & Prianto, E. (2021). Kajian
Ragam Kenyamanan pada Ruang Tamu Rumah Tinggal di
Semarang di Era Pandemi COVID-19. Prosiding SNST
Fakultas Teknik, 1(1),
23
Senarai
AQI Indeks Kualitas Udara atau Air Quality Index
ASHRAE American Society of Heating, Refrigerating
and Air-Conditioning Engineers.
Merupakan suatu organisasi Internasional
yang dioperasikan untuk tujuan eksklusif
memajukan seni dan ilmu dari HVAC.
Ergonomics Ilmu tentang hubungan di antara manusia,
mesin yang digunakan, dan lingkungan
kerjanya
Predicted Mean Model kenyamanan termal, yang dibuat oleh
Vote (PMV) Fanger
Skala Beaufort Skala empiris yang digunakan untuk
mengetahui kecepatan angin
24
BAB II
KEBISINGAN DAN KENYAMANAN
AKUSTIK
1. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Materi ini mendeskripsikan definisi kebisingan dan
kenyamanan Akustik, kriteria tingkat kebisingan dan sumber bising,
serta dampak negatif bagi kesehatan manusia hingga strategi
pengendalian kebisingan pada bangunan.
1.2. Relevansi
Dengan mengetahui pemahaman dasar kebisingan ( definisi,
tingkat kebisingan, sumber bising dan dampak negatif kebisingan
serta strategi pengendalian kebisingan, baik untuk manusia,
bangunan dan lingkungan, maka fungsi bangunan akan didapatkan
sesuai karakter aktifitasnya dan pada akhirnya apa yang disebut
kenyamanan akustik akan didapatkan bagi pengguna bangunan
tersebut.
1.3. Kompetensi
1.3.1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
Pada akhir pemberian pokok bahasan pemahaman
kebisingan dan kenyamanan ini, mahasiswa Teknik Arsitektur
semester 4, akan mampu mampu memetakan (C3) dan menganalisis
(C4) tuntutan kebisingan dan kenyamanan akustik, tingkat
kebisingan dan sumber bisingnya hingga strategi pengendalian
kebisingan pada bangunan dengan menggunakan kedua strategi
analisis kuantitative dan kualitatis..
25
1.3.2. Sub-Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
Jika diberikan materi tersebut diatas yang dilengkapi dengan
praktek pengamatan pola-pola ragam kebisingan serta dampak
negatif dari kebisingan higga strategi pengendaliannya, maka
mahasiswa Teknik Arsitektur semester 4 akan mampu :
Mampu menjelaskan (C2) perbedaan pemahaman solusi
disain dampak dari kebisingan dan kenyamanan akustik.
Mampu menjelaskan (C2) ragam sumber bising dan tingkat
kebisingan
Mampu menjelaskan (C2) strategi disain pengendalian
kebisingan dalam suatu bangunan
2. Penyajian
2.1. Uraian
2.1.1.
Definisi Kebisingan dan Kenyamanan Akustik
a) Definisi & Pengertian Kebisingan
Dalam ilmu fisika, bunyi atau suara adalah getaran yang
merambat sebagai gelombang akustik, melalui media transmisi
26
seperti gas, cairan atau padat. Dan dalam fisiologi dan psikologi
manusia, suara adalah penerimaan gelombang dan persepsi mereka
oleh otak. Hanya gelombang akustik yang memiliki frekuensi antara
20 Hz dan 20 kHz, rentang frekuensi audio, yang menimbulkan
persepsi pendengaran pada manusia. Di udara pada tekanan
atmosfer, ini mewakili gelombang suara dengan panjang gelombang
17 meter (56 kaki) hingga 1,7 sentimeter (0,67 in). Gelombang suara
di atas 20 kHz dikenal sebagai ultrasonik dan tidak terdengar oleh
manusia. Gelombang suara di bawah 20 Hz dikenal sebagai
infrasonik. Spesies hewan yang berbeda memiliki rentang
pendengaran yang bervariasi.
Noise atau kebisingan menurut Undang- Undang
Enviromental Protection Act adalah getaran setiap frekuensi yang
dipancarkan oleh udara ataupun medium lainnya (Nova Scotia,
2005) (Queensland DES, 2020). Kebisingan hadir disetiap aktivitas
manusia dan diklasifikasikan menjadi kebisingan kerja dan
kebisingan lingkungan yang dapat memepengaruhi kesejahteraan
manusia (WHO, 2021). Sedangkan berdasarkan Professor Colin H
Hasen, noise adalah suara yang tidak menyenangkan dan tidak
diinginkan, noise dihasilkan dari variasi tekanan atau osilasi pada
medium elastis (air, udara, dan benda padat) akibat permukaan yang
bergetar ataupun aliran turbulence (Kinsler, 2000)
Menurut Kepmen LH no.48 tahun 1996 yang dimaksud
kebisingan adalah (KEPMEN LH_48,1996)
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha
atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan.
Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang
dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat dB;
27
Sumber : (ecobati, 2017)
28
dengan bunyi yang bervariasi terhadap waktu dan diukur
dalam selang waktu pengukuran 60 detik.
Waktu dengung dari ruang tertutup pada pita frekuensi
tertentu adalah waktu yang dibutuhkan oleh kerapatan energi
bunyi rata-rata di dalam ruang tertutup untuk seluruh sebesar
10 G dari nilai awal ( setara 60 dB ) setelah susber bunyi
berhenti.
Yang dimaksud kriteria desain secara spesifik dalam ruang
hunian, adalah tingkat bunyi ambien yang direkomendasikan
memperhitungkan fungsi ruangan dan berlaku untuk tingkat bunyi
yang terukur dalam ruangan yang belus dihuni tetapi siap untuk
dihuni. Spesifikasi ini digunakan untuk bunyi seperti bising yang
berasal dari sistem tata udara dan lalu lintas kendaraan yang kontinu.
Waktu dengung yang direkomendasikan adalah waktu dengung
untuk ruang tertutup dalam keadaan dihuni.
Untuk bangunan auditorium atau studio, penghilangan bunyi
selain dari bunyi utama sangat penting untuk pemanfaatan fungsi
ruang secara optimal. Pada ruang yang lain, tingkat bunyi ambien
dapat mempengaruhi pernbicaraan atau pada kondisi ekstrim
mempengaruhi efektifitas sistem pemberitahuan dengan pengeras
suara. Pengendalian tingkat bunyi ambien diperlukan untuk
memperoleh suatu kondisi berkomunikasi yang baik. Dilain pihak
untuk mane, kantor dan restoran, bunyi ambien yang kontinu dapat
menguntungkan karena mendukung dalam memberikan privasi
antar kelompok orang yang bersebelahan atau mengurangi gangguan
pada orang yang sedang berkonsentrasi.
Spesifikasi ini tidak mengesampingkan praktek yang ada
untuk keperluan penyamar akustik, bunyi ambien yang kontinu
dapat dengan sengaja diberikan pada tingkat tertentu. Kondisi yang
mempengaruhi penggunaan penyamar akustik dan untuk bangunan
yang terietak di dekat bandara, diatur dalam ketentuan tersendiri.
Spesifikasi ini juga dimaksudkan untuk diterapkan pada pemilihan
dan pengkajian bahan, peralatan yang digunakan dalam ruangan
termasuk komponen bangunan yang dapat menahan bising dari luar
29
dan bising dari dalam bangunan (bising peralatan bangunan).
Dan yang dimaksud pengaruh bising tambahan dari mesin-
mesin yang ada didalam ruang yang sama dan ruang yang
berdekatan. Tipe dan jumlah keseluruhan sumber bising yang
diizinkan harus ditentukan dalam pemilihan peralatan dan rancangan
ruang bangunan (BSN, 2000). Jadi berdasarkan definisi dan paparan
tersebut diatas, kebisingan adalah suara yang tidak dinginkan dan
menggangu yang dihasilkan dari suatu aktivitas yang mengakibatkan
getaran.
30
Aplikasi akustik ditemukan di hampir semua aspek
masyarakat modern, subdisiplin termasuk aeroacoustics,
pemrosesan sinyal audio, akustik arsitektur, bioacoustics, akustik-
elektro, kebisingan lingkungan, akustik musik, pengontrol
kebisingan, psikoacoustics, percakapan, ultrasound, akustik bawah
air, dan getaran.
31
Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
dijelaskan pengertian akustik sebagai berikut:(KBBI, 2022b)
Mengenai atau berhubungan dengan organ pendengar, suara,
atau ilmu bunyi: saraf –;
Rancangan dan sifat khusus ruang rekaman, pentas,
auditorium, dan sebagainya.;
Tempat rekaman atau reproduksi suara dilaksanakan;
Keadaan ruang yang dapat mempengaruhi mutu bunyi.
Dari kedua definisi tersebut diatas, maka dapat di simpulkan
pemahaman kenyamanan akustik adalah kondisi rasa nyaman,
merasa aman dan senang dari seseorang dalam suatu space (ruang
tertutup maupun terbuka) yang tercipta adanya suatu mutu bunyi
yang berkenaan, yang diperoleh dari suara asli atau bantuan alat
hingga disain envelope bangunannya.
Salah satu faktor penentu kenyamanan adalah kenyamanan
pendengaran. Kenyamanan pendengaran merupakan salah satu
faktor yang krusial agar suatu informasi dapat diterima dengan baik,
juga agar otak dapat bekerja secara maksimal. Jika diabaikan, maka
gangguan dari kebisingan dalam memberi efek buruk pada
kesehatan, kesejahteraan, dan kualitas hidup secara umum. Dalam
pemenuhan hal ini, maka pemahaman terkait akustik suatu bangunan
sangat diperlukan agar rancangan desain sebuah bangunan dapat
mengakomodasi kebutuhan kita akan kenyamanan pendengaran.
32
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki
karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga
menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan manusia. Bunyi
atau suara ini merupakan gangguan fisik dalam suatu medium udara
berlangsung melalui pola mampatan dan renggangan molekul-
molekul udara yang dilalui. Dan bunyi itu merambat lebih cepat
pada benda padat daripada di udara. Sebagai contoh bunyi di dalam
pasangan batu bata adalah berkisar 11 kali lebih cepat daripada
kecepatan bunyi di udara.
Variasi tekanan udara ini dapat terjadi melalui
ditimbulkannya mekanisme oleh (Jacobsen et al., 2011). (UNESCO,
2020) :
1). Arus udara,
2). Tumbukan arus udara dengan penghalang dan
3). Vibrasi permukaan.
Desain tingkat bunyi yang dianjurkan untuk berbagai jenis
hunian di dalam bangunan diatur dalam SNI 03-6386-2000 dan
UNESCO menyebutkan sumber kebisingan dapat berasal dari
mesin-mesin industri, konstruksi bangunan, radio, televisi,
kendaraan, kegiatan manusia, ataupun peralatan rumah tangga.
Secara tampilan visual sumber-sumber bising dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
33
Sumber : (ADEME, 2022a; ecobati, 2017)
Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis akibat kebisingan
tergantung pada intensitas, frekuensi,
perioda, saat dan lama kejadian,
kompleksitas spektrum/kegaduhan dan
ketidakteraturan kebisingan. Seperti
kejengkelan, kecemasan, dan ketakutan.
a) Gangguan (Annoyance)
Gangguan ini didefinisikan sebagai keadaan emosional
akibat ketidaksenangan dari kondisi yang terjadi oleh seseorang atau
kelompok yang dapat mengganggu. Kebisingan pada frekuensi
rendah dengan tingkat kekerasan yang tinggi lebih menganggu dan
akan mempengaruhi perilaku seseorang baik secara langsung
34
maupun tidak langsung. Gangguan ini dapat mengakibatkan
timbulnya sifat agresif dan defensif pada seseorang, sifat agresif
yang terjadi yaitu menjadikan seseorang menjadi cepat marah dan
berperilaku kasar. Sifat defensif tersebut menjadikan seseorang
menjadi sulit menerima kritik atau masukan dari orang lain, kritik
dan masukan tersebut dianggap hanya sebagai serangan suara yang
masuk ke telinga. Sedangkan efek lainnya adalah berkurangnya
ketenangan dan menikmati waktu sendiri.
b) Speech Interference
Paparan kebisingan dapat mengurangi kemampuan dalam
berkomunikasi. Efek kebisingan ini cenderung untuk meredam
suara, sehingga menganggu percakapan (Goodwin, 2020). Speech
interference dapat menghasilkan kesalahpahaman, akibat adanya
suara yang tidak diinginkan sehingga informasi yang disampaikan
dapat mempengaruhi pendengar.
Gangguan Percakapan
Kebisingan bisa mengganggu percakapan
sehingga mempengaruhi komunikasi yang
sedang berlangsung (tatap muka/via
telepon). Tingkat kenyaringan suara yang
dapat menganggau percakapan perlu
diperhatikan secara seksama karena suara
yang mengganggu percakapan sangat
tergantung pada konteks suasana.
35
Sumber : (Prianto, 2004)
Gangguan Tidur
Kebisingan bisa menyebabkan gangguan
dalam bentuk perubahan tahap tidur.
Gangguan yang terjadi dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain motivasi
bangun, kenyaringan, lama kebisingan,
fluktuasi kebisingan dan umur manusia
disamping karakteristik individual. EPA
menetapkan secara tentatif bahwa tingkat
kebisingan harian rerata 45 dBA cukup
untuk melindungi seseorang karena tidak
bisa tidur.
c) Sleep Disturbance
Sleep disturbance (gangguan tidur) adalah salah satu efek
dari kebisingan. Tidur adalah kebutuhan yang mendasar bagi
manusia, National Sleep Foundation, lembaga nirlaba yang fokus
pada kebutuhan tidur mengeluarkan daftar lama kebutuhan tidur
manusia sesuai usia. Berikut daftarnya (Widiyani, 2014)
Dewasa usia 18 ke atas: 7-9 jam
Remaja 11-17 tahun: 8,5-9,5 jam
36
Anak usia sekolah 5-10 tahun: 10-11 jam
Anak usia prasekolah 3-5 tahun: 11-13 jam
Batita 1-3 tahun: 12-14 jam
Bayi 3-11 bulan: 14-15 jam
Bayi baru lahir 0-2 bulan: 12-18 jam
Jika waktu tidur tidak terpenuhi dimalam harinya maka akan
menganggu konsentrasi dan menurunnya energi hingga beberapa
hari. Paparan kebisingan yang dirasakan juga dapat menurunkan
kualiatas tidur, suasana hati (mood), dan kinerja seseorang. Paparan
kebisingan selama terus-menerus menurut World Health
Organization (WHO) 1999, didalam ruangan tidur tidak boleh lebih
dari 30 dB untuk menghindari efek negatif dari tidur. Efek dari
kurangnya tidur dapat mengakibatkan berkurangnya fungsi kognitif
dan dapat menyebabkan efek psikologi pada seseorang.
Alat pendengaran yang berbentuk telinga berfungsi sebagai
fonoreseptor yang mampu merespon suara pada kisaran antara 0-140
dB tanpa menimbulkan rasa sakit. Frekuensi yang dapat direspon
telinga manusia antara 20-20000 Hz dan sangat sensitive pada
frekuensi antara 1000-4000Hz.
37
d) Human Activity Performance
Kebisingan dapat memepengaruhi performa aktivitas
manusia secara langsung dan tidak langsung. Dalam jurnal yang
ditulis oleh Muhammad Attique dalam Peak Journal of Physical and
Environmental Science Research, disebutkan bahwa kegiatan
seseorang yang membutuhkan konsentrasi lebih seperti melakukan
analisis dan membaca, akan terganggu akibat efek kejut dari
kebisingan impuls. Sedangkan kebisingan yang terus menerus akan
mengakibatkan hilangnya memori otak. Performa aktivitas manusia
dalam menyelesaikan pekerjaan akan menjadi lebih lambat ketika
terpapar kebisingan lebih lama.(Jamatia et al., 2014)
3) Gangguan Lingkungan
Selain berdampak pada manusia, kebisingan juga berdampak
pada lingkungan sekitar, salah satu contoh kebisingan lingkungan
adalah pengeboran minyak lepas pantai (offshore exploration).
Kegiatan pengeboran minyak lepas pantai ini menghasilkan getaran
suara yang cukup besar dari alat alat berat, suara yang dihasilkan
akan merambat ke dalam air. Hal ini mempengaruhi kehidupan laut
39
khususnya mamalia laut (paus, lumba-lumba dan sebagian ikan
lainnya) yang bergantung pada suara untuk mencari makan,
berkomunikasi dan berkembang biak. Jika efek ini terus berlanjut
maka spesies tersebut sulit menemukan makanan dan berkembang
biak dalam radius area 100.000 m2 sehingga banyak spesies akan
punah karena gangguan suara tersebut (Jasny, 2010)
40
Pengendalian kebisingan diluar bangunan adalah dengan
cara mengusahakan menghambat rambatan suara dari luar ruangan
sedemikian rupa sehingga intensitas suaranya menjadi lemah. Sejauh
ini ada 4 teknik, yaitu:
Pengurangan oleh Serapan Udara, artinya 1). Suara yang
merambat melalui udara sebagian kecil energi suaranya akan
di ekstraksi oleh udara dan diubah menjadi panas. 2).
Banyaknya energi yang diserap tergantung pada frekuensi ,
temperatur dan kelembaban udara, 3) Udarapun bertindak
sebagaimana penyerap bunyi, 4) Dan pengaruh tersebut
berlangsung pada jarak yang lebar/jauh dan pada frekuensi
yang tinggi.
Pengurangan oleh Hujan, kabut ataupun Salju. Artinya
dengan adanya element tersebut, partikulat debu yang
tersuspensi di atmosfer akan mengurangi tingkat kebisingan.
a)
b)
c)
Sumber : (Egan, 2007)
41
Pengurangan oleh vegetasi. Pengurangan kebisingan oleh
adanya vegetasi tergantung pada : kondisi tanah, jenis dan
struktur vegetasinya. Semak-semak dan deretan pepohonan
pada dasarnya tidak mengurangi bising pada frekuensi-
frekuensi rendah sedangkan pada frekuensi tinggi dapat
mereduksi sekitar 1-2 dB.
Ketidakhomogenan Atmospher. Maksudnya adalah bahwa
rambatan gelombang suara di atmosfer akan dibiaskan oleh
angin dan adanya gradien suhu atmosfer, yang pada akhirnya
pengaruh angin dan gradien suhu ini bisa mempengaruhi
intensitas bunyi yang didengar. Pengurangan kebisingan
akan terasa pada posisi dekat pada permukaan, untuk jarak
horizontal yang lebih besar dari 50 m.
b) Pengendalian Kebisingan Indoor
Pengendalian di dalam ruang sumber suara adalah usaha
menghambat rambatan suara kebisingan di dalam ruangan atau
gedung sehingga intensitas suara menjadi lemah. Karena gelombang
suara merambat ke segala arah maka apabila arah rambatan terdapat
halangan, maka sebagian suara akan dipantulkan dan sebagian lagi
akan diserap dan sebagian lagi akan diteruskan. Jadi upaya
pengendalian dalam ruangan adalah dengan pengisolasian bunyi.
Ada 3 (tiga) trik pengisolasian bunyi adalah :
Isolasi terhadap sumber bunyi itu sendiri, artinya
pengurungan/ pemisahan sumber bunyi agar tidak menjalar
keluar, atau paling sedikit seminimum mungkin. Isolasi Aktif
dengan cara mempersukar jalan-jalan penjalaran bunyi.
Sedangkan Isolasi pasif dengan cara melindungi diri (benda/
manusia) terhadap gelombang-gelombang bunyi gangguan
tersebut.
42
Isolasi terhadap jalan-jalan yang dilalui bunyi
(penyerapan). Artinya, bahwa setiap penyerapan bunyi pada
hakekatnya adalah gejala pengubahan sebagian energi bunyi
dari bentuk yang satu (energi mekanis) ke bentuk energi
mekanis yang lain atau ke bentuk energi kalor, sehingga
bentuk energi semula seolah-olah ‘menghilang’ atau
‘ditelan’. Tetapi pada dasarnya berubah kedalam bentuk
energi lain.
Isolasi pada benda atau ruang yang harus dilindungi
terhadap gangguan bunyi. Maksudnya bahwa energi bunyi
yang masuk kedalam dinding sebagian diserap oleh dinding
dan menghilang (absorpsi) dan sebagian lagi dihantar oleh
dinding dan merambat terus kemana-mana (hantaran) dan
ada yang keluar lagi dan dibawa udara lain di luar dinding.
Dalam hal ini beberapa faktor yang mempengaruhi seperti
sifat bahan dinding, tebal bahan, susunan lapisan-lapisan
dinding, keadaan kelembaban dan sebagainya.
Menurut Joko Sarwono (Sarwono, 2013), pengendalian
medan suara dalam ruangan (indoor) secara garis besar dapat dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu:
Pengendalian medan suara dalam ruangan (sound field
control) Pengendalian medan suara dalam ruang akan sangat
tergantung pada fungsi utama ruangan tersebut. Ruang yang
digunakan untuk fungsi percakapan saja, akan berbeda
dengan ruang yang digunakan untuk mengakomodasi
aktifitas terkait musik, serta akan berbeda pula dengan ruang
yang digunakan untuk kegiatan yang melibatkan percakapan
dan musik.
Pengendalian intrusi suara dari/ke ruangan (noise control).
43
Sumber :(Bies et al., 2017) (Prianto, 2004)
Gambar 2.9. Grafik acuan baku Noise control dan Acuan untuk
aplikasinya pada fungsi bangunan
44
pelat tipis dengan ruang udara atau bahan lunak
dibelakangnya.
3. Elemen Penyebar (Diffusor)
Elemen ini diperlukan apabila tidak diinginkan adanya
pemantulan spekular atau bila diinginkan energi yang datang
ke permukaan disebarkan secara merata atau acak atau
dengan pola tertentu, dalam level di masing-masing arah
yang lebih kecil dari pantulan spekularnya.
Ciri utama elemen ini adalah permukaannya yang secara
akustik tidak rata. Ketidakrataan ini secara fisik dapat berupa
permukaan yang tidak rata (beda kedalaman, kekasaran acak,
dsb) maupun permukaan yang secara fisik rata tetapi tersusun
dari karakter permukaan yang berbeda beda (dalam formasi
teratur ataupun acak). Energi gelombang suara yang datang
ke permukaan ini akan dipantulkan secara no spekular dan
menyebar (level energi terbagi ke berbagai arah). Elemen ini
juga memiliki karakteristik penyerapan.
Bila elemen pemantulan menutup 100 % permukaan, ruang
tersebut disebut ruang dengung (karena seluruh energi suara
dipantulkan kembali ke dalam ruangan). Medan suara yang terjadi
adalah medan suara dengung. Sebaliknya, apabila seluruh
permukaan dalam tertutup oleh elemen penyerap, ruang tersebut
menjadi ruang tanpa pantulan (anechoic), karena sebagian besar
energi suara yang datang ke permukaan diserap oleh elemen ini.
Medan suara yang terjadi disebut medan suara langsung. Medan
suara ruang selain kedua ruang itu dapat diciptakan dengan mengatur
luasan setiap elemen, sesuai dengan fungsi ruang. Untuk pemakaian
pengendalian medan suara dalam ruang yang lebih detail, sebuah
elemen bisa dirancang sekaligus memiliki fungsi gabungan 2 atau 3
elemen tersebut.
45
2.2. Latihan
Soal No.01 :
Deskripsikan pengertian Kebisingan yang ditetapkan dalam
SNI 03-6386-2000
Jawaban Soal No.01:
Pengertian Kebisingan yang ditetapkan dalam SNI 03-6386-
2000 adalah :
• Tingkat tekanan bunyi — bobot A adalah tingkat tekanan
bunyi berdasarkan pembobotan frekuensi seperti yang diukur
oleh alat ukur tingkat bunyi yang terintegrasi berdasarkan
IEC 804 atau alat ukur tingkat bunyi pembobotan waktu
berdasarkan IEC 651
• Nilai Tingkat Reduksi Bising, adalah nilai yang didapat dari
tingkat tekanan bunyi dalam satu set pita oktaf sengikuti
Prosedur yang diberikan dalam AS 1469
• Tingkat Tekanan Bunyi Bobot A Kontinu Setara 60 Detik,
maksudnya adalah nilai tingkat tekanan bunyi bobot A dari
bunyi yang mempunyai tekanan kuadrat rata-rata setara
dengan bunyi yang bervariasi terhadap waktu dan diukur
dalam selang waktu pengukuran 60 detik.
• Waktu dengung dari ruang tertutup pada pita frekuensi
tertentu adalah waktu yang dibutuhkan oleh kerapatan energi
bunyi rata-rata di dalam ruang tertutup untuk seluruh sebesar
10 G dari nilai awal ( setara 60 dB ) setelah susber bunyi
berhenti.
Soal No.02 :
Sebutkan 4 (empat) gangguan psikologi akibat kebisingan .
Jawaban Soal No.02:
Pertama, Gangguan (Annoyance). Gangguan ini
didefinisikan sebagai keadaan emosional akibat
ketidaksenangan dari kondisi yang terjadi oleh seseorang
atau kelompok yang dapat mengganggu.
46
Kedua, Speech interference. Efek kebisingan ini cenderung
untuk meredam suara, sehingga memberi effek
kesalahpahaman, karena akibat adanya suara yang tidak
diinginkan sehingga informasi yang disampaikan dapat
mempengaruhi pendengar.
Ketiga, Sleep disturbance (gangguan tidur) adalah salah satu
efek dari kebisingan.
Keempat, Human Activity Performance. Kebisingan dapat
memepengaruhi performa aktivitas manusia secara langsung
dan tidak langsung
3. Penutup
3.1. Rangkuman
Dalam bagian ini ada 4 (empat) point yang dipaparkan, yaitu
Pertama, definisi Kebisingan dan Kenyamanan Akustik. Kedua,
tingkat Kebisingan dan Sumber Bising. Ketiga, dampak negatif
kebisingan bagi kesehatan manusia, dan Keempat, strategi
pengendalian kebisingan pada bangunan.
Bagian Pertama. Salah satu pemahaman kebisingan suara
yang tidak menyenangkan dan tidak diinginkan. Kebisingan
dihasilkan dari variasi tekanan atau osilasi pada medium elastis (air,
udara, dan benda padat) akibat permukaan yang bergetar ataupun
aliran turbulence. Dan gangguan ini dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Sedangkan
pemahaman kenyamana akustik adalah kondisi rasa nyaman, merasa
aman dan senang dari seseorang dalam suatu space (ruang tertutup
maupun terbuka) yang tercipta adanya suatu mutu bunyi yang
berkenaan, yang diperoleh dari suara asli atau bantuan alat hingga
disain envelope bangunannya.
Bagian Kedua. Desain tingkat bunyi yang dianjurkan untuk
berbagai jenis hunian di dalam bangunan diatur dalam SNI 03-6386-
2000 dan UNESCO menyebutkan sumber kebisingan dapat berasal
dari mesin-mesin industri, konstruksi bangunan, radio, televisi,
kendaraan, kegiatan manusia, ataupun peralatan rumah tangga.
47
Besaran tingkat kebisingan dapat dicermati pada gambar diatas.
Bagian Ketiga. Ada 3 (tiga) dampak negatif akibat
kebisingan terhadap manusia, yaitu gangguan psikologi, gangguan
fisiologi dan gangguan terhadap lingkungan dimana manusia berada.
Bagian Keempat. Strategi pengendalian kebisingan dapat
berupa pengendalian outdoor dan pengendalian Indoor, dimana
terdaat 3 (tiga) element bangunan yang harus diperankan secara
optimal, yaitu elemen yang berperan baik sebagai pemantul
(reflektor), element penyerap (absorber) dan element sebagai
penyebar (diffusor). Beberapa referensi yang dapat dijadikan acuan
secara detail dalam memahami bagian ini dapat disimak beberapa
buku referensi seperti : (Crocker & Arenas, 2021; Farina & Gage,
2017; Ginn, 1978; Jasny, 2010; Kryter, 2013; Rindel, 2017)
𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑥 2
Tingkat penguasaan = ( )%
100
48
3.5. Kunci Jawaban Tes Formatif
Jawaban Soal no.01 Test Formatif :
Yang dimaksud gangguan Fisiologi akibat kebisingan adalah
gangguan akibat kebisingan yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan pada pendengaran. Beberapa gangguan
tersebut adalah pertama, pelemahan pendengaran bahkan
hilangnya pendengaran (hearing loss) merupakan salah satu
gangguan fisiologi yang banyak terjadi akibat paparan
kebisingan. Kedua, menurut beberapa penelitian gangguan
yang terjadi dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan
stroke.
Jawaban Soal no.02 Test Formatif :
3 (tiga) strategi pengisolasian bunyi adalah : Pertama, Isolasi
terhadap sumber bunyi itu sendiri, artinya pengurungan/
pemisahan sumber bunyi agar tidak menjalar keluar, atau
paling sedikit seminimum mungkin. Kedua, pengsolasian
terhadap jalan-jalan yang dilalui bunyi (penyerapan). Dan
Ketiga, pengsolasian terhadap benda atau ruang yang harus
dilindungi terhadap gangguan bunyi.
49
Daftar Pustaka
Alex Justian, A. (2012). Analisis pengaruh kebisingan terhadap
performa siswa sekolah dasar di ruang kelas = Analysis of
noise effect at elementary student performance in class room.
Universitas Indonesia Library. https://lib.ui.ac.id
BSN. (2000). SNI 03-6386-2000
https://www.scribd.com/document/354781069/SNI-03-
6386-2000
Crocker, M. J., & Arenas, J. P. (2021, January). Engineering
Acoustics: Noise and Vibration Control | Wiley. Wiley.Com.
https://www.wiley.com/en-
us/Engineering+Acoustics%3A+Noise+and+Vibration+Con
trol-p-9781118496428
Dupont, J. P. (Ed.). (2012). Hearing Loss: Classification, Causes
and Treatment (1st edition). Nova Science Publishers.
Farina, A., & Gage, S. H. (Eds.). (2017). Ecoacoustics: The
Ecological Role of Sounds (1st edition). Wiley.
Farooqi, Z. U., Sabir, M., Latif, J., Aslam, Z., Ahmad, H., Ahmad,
I., Imran, M., & Ilić, P. (2020). Assessment of noise pollution
and its effects on human health in industrial hub of Pakistan.
Environmental Science and Pollution Research, 27, 1–10.
https://doi.org/10.1007/s11356-019-07105-7
Ginn, K. B. (1978). Architctural acoustics (2. Aufl). Brüel & Kjaer.
Goodwin, M. (2020, Desember). Noise pollution health effects:
Impact on mental and physical health.
https://www.medicalnewstoday.com/articles/noise-
pollution-health-effects
Jacobsen, F., Poulsen, T., Rindel, J., Gade, A., & Ohlrich, M. (2011).
Fundamentals of Acoustics and Noise Control.
Jamatia, A., Chakraborty, S., Chakrabarti, S., & Das, D. M. K.
(2014). Assessment of Ambient Noise Quality in Jirania
Brick Industries Cluster: A Case Study. International Journal
of Engineering Research & Technology, 3(9).
https://www.ijert.org/research/assessment-of-ambient-
50
noise-quality-in-jirania-brick-industries-cluster-a-case-
study-IJERTV3IS090397.pdf,
https://www.ijert.org/assessment-of-ambient-noise-quality-
in-jirania-brick-industries-cluster-a-case-study
Jasny, M. (2010, June 7). Boom, Baby, Boom: The Environmental
Impacts of Seismic Surveys. NRDC.
https://www.nrdc.org/resources/boom-baby-boom-
environmental-impacts-seismic-surveys
K. Wang, Pereira, & Tse Hung. (2005). Advanced Air and Noise
Pollution Control. Springer link.
https://link.springer.com/book/10.1007/978-1-59259-779-6
KBBI. (2022, March 3). Arti kata akustik—Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Online. https://kbbi.web.id/akustik
KEPMEN LH_48 (1996). (n.d.). Retrieved May 27, 2022, from
https://ditppu.menlhk.go.id/portal/uploads/laporan/1593658
749_
Kinsler, L. E. (2000, January). Fundamentals of Acoustics, 4th
Edition | Wiley. Wiley.Com.
https://www.wiley.com/enus/Fundamentals+of+Acoustics%
2C+4th+
Kryter, K. D. (2013). The Effects of Noise on Man (D. H. K. Lee,
E. W. Hewson, & C. F. Gurnham, Eds.). Academic Press.
Kumar, A. (2015). THEMATIC ISSUE: Noise impacts on health
Environment Science for Environment Policy.
https://www.academia.edu/35228601/THEMATIC_ISSUE_
Noise_impacts_on_health_Environment_Science_for_Envir
onment_Policy
Layliyyah, A. N. (2016, June 4). Noise Atau Kebisingan Serta
Dampak Negatif Bagi Manusia Dan Lingkungan | PDF.
Scribd. https://id.scribd.com/document/366726957/Noise-
Atau-Kebisingan-Serta-Dampak-Negatif-Bagi-Manusia-
Dan-Lingkungan
51
Nova Scotia. (2005). Guidelines for Environmental Noise
Measurement and Assessment. 4.
Queensland DES. (2020). Noise Measurement Manual. 33.
Rindel, J. H. (2017). Sound Insulation in Buildings. CRC Press.
UNESCO. (2020, January 1). UNESCO Week of Sound. UNESCO.
https://en.unesco.org/events/unesco-week-sound
WHO. (2021). Protection of the Human Environment. WHO |
Regional Office for Africa. https://www.afro.who.int/health-
topics/protection-human-environment
Widiyani, R. (2014, March 26). Kebutuhan Tidur Sesuai Usia.
https://health.kompas.com/read/2014/03/26/1808574/Kebut
uhan.Tidur.Sesuai.Usia.
Wikipedia. (2022). Bunyi. In Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas.
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bunyi&oldid=21
162066
52
Senarai
Absorber Elemen Penyerap. Ciri utama elemen ini
adalah secara fisik permukaannya
lunak/berpori.
Akustik Ilmu yang terkait atau berhubungan dengan
organ pendengar, suara, atau ilmu bunyi:
Bunyi Getaran yang merambat sebagai gelombang
akustik, melalui media transmisi seperti gas,
cairan atau padat.
Diffusor Elemen Penyebar. Ciri utama elemen ini
adalah permukaannya yang secara akustik
tidak rata.
Fisiologi Fisiologi berhubungan dengan fisik pada
makhluk hidup. Gangguan fisiologi akibat
kebisingan dapat menyebabkan gangguan
kesehatan pada pendengaran.
Gelombang Suatu gejala fisika dalam medium (gas, zat,
suara cair atau padat) yang dapat dideteksi oleh
telinga manusia - tidak akan dapat merambat
melalui ‘vacuum’ atau hampa udara.
Infrasonik Gelombang suara di bawah 20 Hz.
Gelombang inilah yang bisa ditangkap oleh
manusia. Frekuensi yang dapat direspon
telinga manusia antara 20-20000 Hz
Kebisingan bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau
kegiatan dalam tingkat dan waktu
NC Tingkat bising maksimum yang
diperbolehkan yang direkomendasi dalam
berbagai peruntukan bangunan.
Noise control Pengendalian intrusi suara dari/ke ruangan
Psikologi sifat kejiwaan ditinjau dari segi kejiwaan
yang berkaitan dengan stimulus dan respon
seseorang bertingkah laku.
53
Reflector Elemen Pemantul, Ciri utama elemen ini
adalah secara fisik permukaannya keras
Sleep Gangguan tidur
disturbance
SNI Standat Nasional Indonesia
Sound field Pengendalian medan suara dalam ruangan
control
Ultrasonik Kriterio gelombang suara yang tidak dapat
ditangkap oleh telinga manusia. Dengan
panjang gelombang diatas 20 kHz
WHO World Health Organization yang merupakan
Organisasi Kesehatan Dunia
54
BAB III
AKUSTIK BANGUNAN ARSITEKTUR
1. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Materi ini mendeskripsikan pemahaman Akustik bangunan,
beberapa fenomena dibutuhkan pertimbangan akustik dalam
ruangan tertutup hingga beberapa Cacat akustik dalam dan atau
diluar bangunan.
1.2. Relevansi
Dengan mengetahui pemahaman akustik bangunan, yang
meliputi fenomena akustik dalam ruangan tertutup ataupun terbuka,
kriteria disain akustik hingga cacat akustik dalam bangunan, maka
ketepatan disain bangunan yang tanggap terhadap kebisingan
internal dan eksternal dapat diantisipasi atau diminimalisirkan cacat-
cacat akustik yang mengganggu kenyamanan penghuni.
1.3. Kompetensi
1.3.1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
Pada akhir pemberian pokok bahasan lebih spesifik
mengenai Akustik Bangunan akan mampu memetakan (C3) dan
menganalisis (C4) kriteria akustik dalam disain akustika ruangan
dari contoh aplikasi dilapangan hingga solusi pilihan material dan
rancangannya.
55
dalam ruangan tertutup.
Mampu menjelaskan (C2) kriteria akustik dalam disaian
akustika ruangan.
Mampu menjelaskan (C2) ragam cacat akustik ruangan.
2. Penyajian
2.1. Uraian
2.1.1. Mengenal Akustik Bangunan
Bangunan merupakan tempat bagi penghuni melakukan
aktifitasnya dengan variasi durasi, maka sangat dibutuhkan
kenyamanan didalamnya. Sebagai contoh, bangunan untuk aktifitas
pembelajaran dimana lingkungannya sekitar terganggu oleh
kebisingan, maka hasil belajar pun menjadi tidak maksimal.
Akustik bangunan merupakan sebuah ilmu pengendalian
suara atau kebisingan pada bangunan, termasuk juga minimalisasi
bising yang ditransmisi dari satu ruang ke ruangan lainnya serta
pengendalian karakteristik suara dalam ruangan.(Rosmolen, 2018).
56
Akustik sebuah bangunan dapat dipengaruhi oleh:
Geometri dan volume ruang
Karakteristik absorpsi, transmisi, dan pantulan suara dari
permukaan yang menyelubungi atau berada di dalam
ruangan
Karakteristik absorpsi, transmisi, dan pantulan suara dari
material antar ruang
Suara yang ada di dalam atau di luar ruangan
Transmisi suara melalui udara (airborne sound)
Kebisingan akibat tumbukan (impact noise)
Sistem Akustik harus memiliki 3 komponen, yaitu: 1).
Sumber Suara, 2). Medium Penghantar Energi dan 3).Penerima
Suara.
Apabila salah satu dari 3 hal tersebut tidak ada, maka sistem
tidak bisa disebut sebagai sistem akustik. Misalnya saja, didalam
sebuah ruangan yang dirancang sedemikian hingga seluruh
permukaannya berfungsi secara akustik, tidak akan menjadi ruang
akustik apabila tidak ada sumber suara yang dimainkan dalam
ruangan tersebut atau tidak ada penonton atau sensor penerima
energi suara (microphone-red) yang berada didalam ruangan
tersebut.
57
Menurut Joko (Sarwono, 2012), Akustika Ruang merupakan
kondisi audial yang nilainya ditentukan oleh fungsi ruangan atau
space itu sendiri. Kondisi akustik diimplementasikan dalam bentuk :
Geometri ruangan
Material penyusun permukaan ruangan dan
Sumber suara.
Interaksi ketiga komponen akustik ini ditunjukkan dengan
sebuah fenomena yang disebut sebagai transmisi, absorpsi, refleksi
dan difraksi gelombang suara yang dihasilkan sumber suara.
Dari fenomena akustik tersebut muncullah istilah-istilah
seperti level suara (SPL), waktu dengung (RT), intelligibility (D50),
Clarity (C80), spaciousness (IACC, LF, ASW, dsb). Nilai-nilai
parameter itulah yang kemudian dikenal sebagai Kondisi Akustik
Ruang, yang kembali ditegaskan merupakan kondisi mendengar
SESUAI dengan fungsi ruangan. Sumber suara yang terlibat disini
bisa berupa suara natural dari sumber suara apapun (percakapan
manusia, alat musik, dsb) atau dari komponen Sound System yang
kita kenal dengan nama Loudspeaker.
Sound System disisi lain, pada dasarnya merupakan sebuah
sistem yang pada awalnya dirancang untuk mengatasi KURANG
nya energi suara yang sampai ke pendengar karena besarnya volume
space atau jauhnya jarak pendengar dari sumber. Itu sebabnya
mengapa disebut sebagai Sound Reinforcement System sebagai
nama dasarnya, dan disingkat sebagai Sound System. Pada saat
sebuah sound system diaplikasikan di dalam ruangan atau space, dia
berfungsi untuk meningkatkan energi suara yang dihasilkan oleh
sumber suara natural dan mendistribusikan energinya kepada
seluruh pendengar di dalam space atau ruangan tersebut.
Faktor pendengar di dalam ruangan atau space menjadi kunci
dalam menjawab pertanyaan awal. Telinga manusia yang berada
dalam ruangan atau space akan menerima 2 komponen akustik dari
sumber suara, yaitu suara langsung (energi suara yang menempuh
jalur langsung dari sumber ke telinga) serta suara pantulan (energi
58
suara yang sampai telinga setelah menumbuk satu atau lebih
permukaan di dalam ruangan). Interaksi 2 komponen ini yang akan
menentukan nyaman tidaknya kondisi mendengar di telinga
pendengar tadi. Bila suara langsung dan suara pantulan bercampur
dengan baik (misalnya tidak ada delay yang berlebihan), maka
pendengar akan nyaman merasakan medan akustik di sekitar
telinganya.
Suara pantulan ini tidak boleh lebih dominan dari suara
langsung. Itu sebabnya level energi suara dari sumber memegang
peranan penting bagi pendengar. Apabila level suara sumber
memungkinkan untuk mencapai seluruh bagian ruangan (atau
seluruh posisi pendengar) maka ruangan tersebut pada dasarnya
TIDAK MEMERLUKAN Sound System, karena problemnya
adalah bagaimana perancang ruangnya mendesain karakteristik
pemantulan yang dihasilkan permukaan dalam ruangan untuk
memperkaya suara langsung yang sampai ke telinga pendengar.
Sedangkan bila level energi suara dari sumber TIDAK
MUNGKIN MENGCOVER seluruh area pendengar, pada saat
itulah diperlukan Sound System. Dalam kondisi ini, problemnya
bergeser dari perancangan karakterisasi pantulan ruang menjadi
perancangan posisi sumber suara non-natural. Jadi, Sound System
memerlukan Akustik Ruangan yang minimal baik untuk bekerja
secara optimal, dan Akustik Ruangan memerlukan Sound System
bila energi sumber suara natural tidak mencukupi levelnya.
Sebagai ilustrasi, mengapa seluruh permukaan didalam
bioskop bersifat menyerap energi suara (pantulan minimum)?
Karena pendengar yang masuk ke dalam ruangan tersebut memang
diminta untuk mendengarkan suara “langsung” yang dihasilkan oleh
Sound Systemnya, sembari menikmati tayangan visual tentunya.
Mana yang lebih penting Sound System nya atau Akustika
Ruangannya? Keduanya penting, karena kalau Sound Systemnya
buruk, penonton (pendengar) akan merasa tidak nyaman secara
audial. Sebaliknya, bila kondisi akustik ruangan buruk (misalnya ada
pantulan berlebihan atau ada kebocoran suara dari luar), maka
59
kondisi mendengar medan suara yang dihasilkan oleh Sound System
akan terganggu.
60
Sumber : (Jacobsen et al., 2011)
62
Absorber Reflektor Diffusor
63
Yang termasuk dalam parameter type spatial-binaural adalah
LEF dan IACC. LEF didapatkan dengan membantingkan
pengukuran Impulse Response ruangan menggunakan 2
buah microphone yang diletakkan secara berdekatan, satu
microphone dengan patern omnidirectional dan yang lainnya
berpola Figure of Eigth. Sedangkan IACC didapatkan
dengan pengukuran impulse response menggunakan 2
microphone yang ditanamkan dalam 2 telinga manusia (atau
kedua telinga tiruan kepala manusia, dummy head).
b) Parameter yang bersifat temporal monoaural
Parameter ini yang bisa dirasakan dengan menggunakan satu
telinga saja (atau diukur dengan menggunakan single
microphone)
Yang termasuk dalam parameter tipe temporal-monoaural
diantaranya adalah:
Waktu dengung (T atau RT), yaitu waktu yang diperlukan
energi suara untuk meluruh (sebesar 60 dB) sejak sumber
suara dimatikan. Parameter ini merupakan parameter akustik
yang paling awal digunakan dan masih merupakan parameter
yang paling populer dalam desain ruangan tertutup. Waktu
dengung yang digunakan dalam desain misalnya RT60, T20,
T30 (subscript menunjukkan rentang decay yang digunakan
untuk mengestimasi peluruhan energinya) dan EDT (yang
berbasis pada peluruhan pada 10 dB awal). Parameter
terakhir lebih sering digunakan karena mengandung
informasi yang signifikan dari medan suara yang diamati.
Harga parameter ini akan dipengaruhi oleh fungsi ruangan,
volume dan luas permukaan ruangan serta berbeda-beda
untuk setiap posisi pendengar. Misalkan untuk ruangan
studio perlu < 0.3 s, ruang kelas 0.7 s, ruang konser 1.6 – 2.2
s, masjid 0.7 – 1.1 s, katedral 2 s dsb.
64
Clarity, yaitu perbandingan logaritmik energi suara pada
awal 50 atau 80 ms terhadap energi suara sesudahnya.
Diwujudkan dalam parameter C80 untuk musik dan C50
untuk speech. Parameter ini berkaitan dengan tingkat
kejernihan sinyal suara yang dipersepsi oleh pendengar
dalam ruangan. (standard yang digunakan berharga -2 sd 8
dB)
Intelligibility, yaitu perbandingan energi awal 50 ms
terhadap energi totalnya. Biasa dinyatakan sebagai D50 dan
lebih banyak digunakan untuk menyatakan kejelasan suara
pengucapan (speech). Harga yang disarankan adalah > 55%.
Intimacy, yang ditunjukkan dengan perbedaan waktu datang
suara langsung dengan pantulan awal pada setiap titik
pendengar. Dinyatakan dalam Initial Time Delay Gap
(ITDG). Harga yang disarankan secara umum adalah < 35 ms
(yang paling disukai 15-20 ms).
Dari kedua parameter ini dapat diturunkan parameter
envelopment dan lebar staging/sumber (apparent source width).
Konsep diatas biasanya lebih banyak diterapkan dalam ruangan
besar. Untuk ruangan kecil seperti studio, sebuah parameter lagi
perlu diperhatikan yaitu distribusi modes (frekuensi resonansi)
ruangan terutama pada frekuensi-frekuensi rendah.
65
yang diperlukan untuk sebuah ruangan, tentu saja akan bergantung
pada fungsi ruangan tersebut. Ruang untuk konser symphony
misalnya, memerlukan waktu dengung 1.7 – 2.2 detik, sedangkan
untuk ruang percakapan antara 0.7 – 1 detik.
2. Intimacy
Kriteria ini menunjukkan persepsi seberapa intim kita
mendengar suara yang dibunyikan dalam ruangan tersebut. Secara
objektif, kriteria ini berkaitan dengan waktu tunda (beda waktu)
datangnya suara langsung dengan suara pantulan awal yang datang
ke suatu posisi pendengar dalam ruangan. Makin pendek waktu
tunda ini, makin intim medan suara didengar oleh pendengar.
Beberapa penelitian menunjukkan harga waktu tunda yang
disarankan adalah antara 15 – 35 ms.
3. Fullness vs Clarity
Kriteria ini menunjukkan jumlah refleksi suara (energi
pantulan) dibandingkan dengan energi suara langsung yang
dikandung dalam energi suara yang didengar oleh pendengar yang
berada dalam ruangan tersebut. Kedua kriteria berkaitan satu sama
lain. Bila perbandingan energi pantulan terhadap energi suara
langsung besar, maka medan suara akan terdengar penuh (full).
Dalam kasus ruangan digunakan untuk kegiatan bermusik, kriteria
C80 menunjukkan hal ini. (D50 untuk speech).
4. Warmth vs Brilliance
Kedua kriteria ini ditunjukkan oleh spektrum waktu dengung
ruangan. Apabila waktu dengung ruangan pada frekuensi-frekuensi
rendah lebih besar daripada frekuensi mid-high, maka ruangan akan
lebih terasa hangat (warmth). Waktu dengung yang lebih tinggi di
daerah frekuensi rendah biasanya lebih disarankan untuk ruangan
yang digunakan untuk kegiatan bermusik. Untuk ruangan yang
digunakan untuk aktifitas speech, lebih disarankan waktu dengung
yang flat untuk frekuensi rendah-mid-tinggi.
66
5. Texture
Kriteria ini menunjukkan seberapa banyak pantulan yang
diterima oleh pendengar dalam waktu-waktu awal (< 60 ms)
menerima sinyal suara. Bila ada paling tidak 5 pantulan terkandung
dalam impulse response di awal 60 ms, maka ruangan tersebut
dikategorikan memiliki texture yang baik.
6. Blend dan Ensemble
Kriteria Blend menunjukkan bagaimana kondisi mendengar
yang dirasakan di area pendengar. Bila seluruh sumber suara yang
dibunyikan di ruangan tersebut tercampur dengan baik (dan dapat
dinikmati tentunya), maka kondisi mendengar di ruangan tersebut
dikatakan baik. Hal ini berkaitan dengan kriteria bagaimana suara di
area panggung diramu (ensemble). Contoh, apabila ruangan
digunakan untuk konser musik symphony, maka pemain di
panggung harus bisa mendengar (ensemble) dan pendengar di area
pendengar juga harus bisa mendengar (blend) keseluruhan
(instruments) symphony yang dimainkan.
67
b. Echoe (pantulan berulang dan kuat): Problem ini
seringkali dibahasakan sebagai gema, yang menurut saya
pribadi adalah terjemahan yang kurang tepat. Echoe
disebabkan oleh permukaan datar yang sangat reflektif atau
permukaan hyperbolic reflektif (terutama pada dinding yang
terletak jauh dari sumber). Pantulan yang diakibatkan oleh
permukaan-permukaan tersebut bersifat spekular dan
memiliki energi yang masih besar, sehingga (bersama
dengan delay time yang lama) akan mengganggu suara
langsung.
68
Sumber: (Egan, 2007)
Gambar 3.6. Solusi disain mengatasi cacat akustik echo pada ruang
panggung/kelas
69
Konsep pengendaliannya berkaitan dengan desain insulasi
(sistem kedap suara). Pada ruangan-ruangan yang critical
fungsi akustiknya, biasanya secara struktur ruangan
dipisahkan dari ruangan disekelilingnya, atau biasa disebut
box within a box concept.
5. Doubled RT (Waktu dengung ganda): Problem ini
biasanya terjadi pada ruangan yang memiliki koridor
terbuka/ruang samping atau pada ruangan playback yang
memiliki waktu dengung yang cukup panjang.
Kesemua cacat tersebut dapat diminimumkan apabila sudah
dipertimbangkan dengan seksama pada saat ruangan tersebut
didesain. Untuk strategi redisain, maka solusi yang biasanya diambil
adalah mengubah karakteristik permukaan dalam ruangan, misalnya
dari yang semula reflektif menjadi absorptif ataupun difusif.
2.2. Latihan
Soal No.01 :
Apa definisi Akustik Bangunan dan element-elemen apa saja
yang mempengaruhinya?
Jawaban Soal No.01:
Definisi akustik bangunan menurut Rosmolen adalah sebuah
ilmu pengendalian suara atau kebisingan pada bangunan,
termasuk juga minimalisasi bising yang ditransmisi dari satu
ruang ke ruangan lainnya serta pengendalian karakteristik
suara dalam ruangan. Sedangkan elemen-elemen yang
mempengaruhinya adalah
• Geometri dan volume ruang
• Karakteristik absorpsi, transmisi, dan pantulan suara dari
permukaan yang menyelubungi atau berada di dalam ruangan
• Karakteristik absorpsi, transmisi, dan pantulan suara dari
material antar ruang
• Suara yang ada di dalam atau di luar ruangan
• Transmisi suara melalui udara (airborne sound)
• Kebisingan akibat tumbukan (impact noise)
70
3. Penutup
3.1. Rangkuman
Akustik bangunan merupakan sebuah ilmu pengendalian
suara atau kebisingan pada bangunan, termasuk juga minimalisasi
bising yang ditransmisi dari satu ruang ke ruangan lainnya serta
pengendalian karakteristik suara dalam ruangan. Hal ini diantaranya
dipengaruhi oleh geometri dan volume ruangan, karakteristik materil
element lantai, dinding dan plafond, sumber suara dari dalam dan
luar ruangan serta suara-suara akibat tumbukan.
Fenomena akustik dalam ruangan tertutup, disebabkan oleh
komponen suara dan karakteristik permukaan element pembentuk
ruangannya (lantai, dinding dan plafond. Untuk komponen suara
terdapat komponen suara langsung dan komponen suara pantul. Tiga
karakteristik akustik permukaan element ruangan tersebut adalah
bahan Penyerap Suara (Absorber), Bahan Pemantul Suara (reflektor)
dan Bahan pendifuse/penyebar suara (Diffusor).
Sedangkan ragam cacat akustik disebabkan karena disain
ruangan yang tidak sesuai dengan fungsi aktifitas yang diharapkan
seperti Focusing of Sound (Pemusatan Suara), Echoe (pantulan
berulang dan kuat), Resonance (Resonansi), External Noise (Bising)
dan Doubled RT (Waktu dengung ganda). Beberapa referensi yang
dapat dijadikan acuan secara detail dalam memehami akustik
ruangan dapat simak buku-buku seperti Architectural Acoustics
karya KB Giin, Architectural Acoustics karya David Egan, Building
Acoustics karya Tor Eric Virgan, Engineering Noise Control karya
Bies et all. (Bies et al., 2017; Crocker & Arenas, 2021; Ermann,
2015; Ginn, 1978; Mommertz, 2012; Vigran, 2008)
71
3.3. Umpan Balik
Untuk menilai penguasaan materi mahasiswa dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑥 2
Tingkat penguasaan = ( 100
)%
72
Daftar Pustaka
M. J. Crocker and J. P. Arenas, “ Engineering Acoustics: Noise and
Vibration Control | Wiley,” Wiley.com, Jan. 2021.
https://www.wiley.com/en-
us/Engineering+Acoustics%3A+Noise+and+Vibration+Con
trol-p-9781118496428 (accessed May 28, 2022).
K. B. Ginn, Architectural Acoustics, 2. Aufl. Naerum: Brüel &
Kjaer, 1978.
M. Rosmolen, “Pengenalan Akustik Bangunan,” Geonoise
Indonesia, mei 2018. https://www.konsultasi-
akustik.com/pengenalan-akustik-bangunan/ (accessed May
26, 2022).
J. Sarwono, “Sound System vs Akustik Ruang | Joko Sarwono:
Dunia Akustik,” Jun. 06, 2012.
https://blogs.itb.ac.id/jsarwono/2012/08/06/sound-system-
vs-akustik-ruang/ (accessed May 26, 2022).
J. Sarwono, “Fenomena Akustik dalam Ruang Tertutup | Joko
Sarwono: Dunia Akustik,” Apr. 12, 2008.
https://blogs.itb.ac.id/jsarwono/2008/04/12/fenomena-
akustik-dalam-ruang-tertutup/ (accessed May 26, 2022).
E. Arvidsson, E. Nilsson, D. B. Hagberg, and O. J. I. Karlsson, “The
Effect on Room Acoustical Parameters Using a Combination
of Absorbers and Diffusers—An Experimental Study in a
Classroom,” Acoustics, vol. 2, no. 3, Art. no. 3, Sep. 2020,
doi: 10.3390/acoustics2030027.
C. Rpginc, “Acoustic Panels,” Sep. 24, 2021.
http://www.rpginc.com/ (accessed May 26, 2022).
J. Sarwono, “Kriteria Akustik dalam Desain Akustika Ruangan |
Joko Sarwono: Dunia Akustik,” Apr. 06, 2009.
https://blogs.itb.ac.id/jsarwono/2009/04/06/karakteristik-
akustik-dalam-desain-akustika-ruangan/ (accessed May 26,
2022).
73
J. Sarwono, “Problem dalam Desain Akustika Ruangan | Joko
Sarwono: Dunia Akustik,” Apr. 06, 2009.
https://blogs.itb.ac.id/jsarwono/2009/04/06/problem-dalam-
desain-akustika-ruangan/ (accessed May 26, 2022).
D. A. Bies, C. Hansen, and D. Howard, “ Engineering Noise
Control,” Routledge & CRC Press, Nopember 2017.
https://www.routledge.com/Engineering-Noise-
Control/Bies-Hansen-Howard/p/book/9781498724050
(accessed May 28, 2022).
M. Ermann, Architectural Acoustics Illustrated. John Wiley &
Sons, 2015.
E. Mommertz, Acoustics and Sound Insulation: Principles,
Planning, Examples. Birkhäuser, 2012. doi:
10.11129/detail.9783034614733.
T. E. Vigran, Building Acoustics. CRC Press, 2008.
Senarai
Akustik Sebuah ilmu pengendalian suara atau kebisingan
bangunan pada bangunan, termasuk juga minimalisasi
bising yang ditransmisi dari satu ruang ke
ruangan lainnya serta pengendalian karakteristik
suara dalam ruangan
Akustika Suatu kondisi audial yang nilainya ditentukan
Ruang oleh fungsi ruangan atau space itu sendiri.
Anechoic (Ruang anechoic) Seluruh permukaan element
chamber pembentuk ruangan bersifat sangat menyerap
Blend Kondisi yang menunjukkan bagaimana kondisi
mendengar yang dirasakan di area pendengar.
Bila seluruh sumber suara yang dibunyikan di
ruangan tersebut tercampur dengan baik
Clarity Parameter ini berkaitan dengan tingkat
kejernihan sinyal suara yang dipersepsi oleh
pendengar dalam ruangan. (standard yang
74
digunakan berharga -2 sd 8 dB
Echoe (pantulan berulang dan kuat): lebih familier
dikenal dengan istilah gema
External Kebisingan karena sumber bisiang dari eksternal,
Noise seperti suatu ruangan yg perletakannya di sekitar
sistem-sistem yang lain. Misalnya, sebuah ruang
konser berada pada bangunan yang berada di tepi
jalan raya dan jalan kereta api.
Focusing of (Pemusatan Suara) : kondisi dimana adanya
Sound bidang dinding/permukaan cekung (concave)
yang bersifat reflektif, baik di daerah panggung,
dinding belakang ruangan, maupun di langit-
langit (kubah atau jejaring kubah).
Fullness Situasi yang menunjukan jumlah refleksi suara
(energi pantulan) dibandingkan dengan energi
suara langsung yang dikandung dalam energi
suara yang didengar oleh pendengar yang berada
dalam ruangan tersebut.
Intelligibility Menyatakan kejelasan suara pengucapan
(speech). Harga yang disarankan adalah > 55%.
Intimacy Situasi yang ditunjukkan dengan perbedaan
waktu datang suara langsung dengan pantulan
awal pada setiap titik pendengar.
Intimacy Situasi yang ditunjukkan dengan perbedaan
waktu datang suara langsung dengan pantulan
awal pada setiap titik pendengar.
Suatu kondisi yang menunjukkan persepsi
seberapa intim kita mendengar suara yang
dibunyikan dalam ruangan tersebut
Liveness Ruangan yang live, biasanya berkaitan dengan
waktu dengung yang panjang, dan ruangan yang
death berkaitan dengan waktu dengung yang
pendek
75
Resonance (Resonansi): Seperti halnya echoe problem ini
juga diakibatkan oleh dinding paralel, terutama
pada ruangan yang berbentuk persegi panjang
atau kotak.
Reverberation (Ruang dengung) Seluruh permukaan bersifat
chamber sangat memantulkan
Spatial Parameter ini yang hanya bisa dideteksi dengan 2
binaural telinga secara simultan (atau diukur
menggunakan 2 microphone secara simultan).
Suara Komponen suara yang sampai ke telinga
langsung pendengar langsung dari sumber
Suara pantul Komponen suara yang sampai ke telinga
pendengar setelah suara berinteraksi dengan
permukaan ruangan disekitar pendengar
(dinding, lantai dan langit-langit).
Temporal Parameter ini yang bisa dirasakan dengan
monoaural menggunakan satu telinga saja (atau diukur
dengan menggunakan single microphone)
Texture Kriteria yang menunjukkan seberapa banyak
pantulan yang diterima oleh pendengar dalam
waktu-waktu awal (< 60 ms) menerima sinyal
suara
Waktu Waktu yang diperlukan energi suara untuk
dengung meluruh (sebesar 60 dB) sejak sumber suara
dimatikan.
Warmth Situasi yang menunjukan spektrum waktu
dengung ruangan.
Apabila waktu dengung ruangan pada frekuensi-
frekuensi rendah lebih besar daripada frekuensi
mid-high, maka ruangan akan lebih terasa hangat
76
BAB IV
PARAMETER DISAIN AKUSTIK
BANGUNAN
1. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Materi ini mendeskripsikan 3 (tiga) parameter dalam disain
akustik bangunan, hingga dilanjutkan penjabaran detail tentang
Waktu Dengung, Insulasi Suara dan Absorbsi suara.
1.2. Relevansi
Secara bertahap kita akan mengetahui 3 (tiga) parameter
utama dalam disain akustik bangunan, yang meliputi Waktu
dengung, Insulasi suara dan Absorbsi suara. Langkah berikutnya,
pemahaman dari masing-masing parameter tersebut akan dijabarkan
secara detail, dari persamaan hingga element pengukuran untuk
waktu dengung, hingga adanya 5 (lima) prinsip dalam mengatasi
insulasi serta banhan penyerap suara. Kesemuanya itu menunjang
terciptanya akustika bangunan yang optimal.
1.3. Kompetensi
1.3.1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
Pada akhir pemberian pokok bahasan mengenai (tiga)
parameter dalam disaian akustik bangunan, mahasiswa Teknik
Arsitektur semester 4, mampu memetakan (C3) dan menganalisis
(C4) parameter-parameter prinsipal akustik dalam disain ruangan
ataupun bangunan dengan menggunakan kedua strategi analisis
kuantitative dan kualitatis
1.3.2. Sub-Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
Jika diberikan materi tentang konsep dan parameter aspek
kebisingan dalam disain bangunan, maka mahasiswa Teknik
Arsitektur semester 4 akan mampu :
77
Mampu menjelaskan (C2) 3 (tiga) parameter prinsipal dalam
disain akustik bangunan
Mampu menjelaskan (C2) pemahaman hingga teknik
pengukuran waktu dengung
Mampu menjelaskan (C2) 5 (lima) prinsip dasar insulasi
suara.
Mampu menjelaskan (C2) konsep dan aplikasi bahan
bangunan yang absobsi terhadap suara
2. Penyajian
2.1. Uraian
2.1.1. Parameter dalam Disain Akustik Bangunan
Terdapat setidaknya 3 (tiga) parameter yang perlu
diperhatikan dalam Desain atau Redisain Akustik Bangunan, yakni
Waktu Dengung, Absorpsi Suara, dan Insulasi Suara (Egan, 2007;
Rindel, 2017; Vigran, 2008)
78
1) Waktu Dengung
Waktu dengung (Reverberation Time – RT).adalah waktu
yang diperlukan oleh suatu gelombang bunyi untuk meluruh sebesar
60 dB dimulai saat sumber suara dihentikan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi waktu dengung suatu ruangan yaitu koefisien
absorpsi dari material yang ada dalam ruang. Waktu dengung sebuah
ruangan dapat mengubah persepsi suara dari sumbernya dan dapat
memberi efek pada kejelasan informasi akustik. Waktu dengung
tinggi dapat menyebabkan suara lebih sayu, keras, dan berisik.
Ruangan yang didesain untuk aktivitas bicara biasanya memiliki
waktu dengung yang rendah, sedangkan waktu dengung yang lebih
tinggi dapat memberi kesan lebih pada musik.
2) Insulasi Suara
Insulasi adalah proses penyekatan atau penghambatan untuk
mencegah perpindahan arus listrik, panas, bunyi, dan sebagainya.
Sedangkan insulator adalah benda atau materi yang memiliki
kemampuan insulasi. Insulasi bersinonim dengan isolasi, tetapi
memiliki perbedaan. Jika insulasi terbatas pada materi dan
gelombang elektromagnetik, maka isolasi juga hal lain diluar hal-hal
tersebut, seperti hewan, manusia, pulau, dan lain-lain. Insulasi dapat
mengacu pada beberapa hal berikut (Wikipedia, 2021) :
Insulasi bangunan, ditambahkan ke bangunan untuk
meningkatkan efisiensi energi dan kenyamanan
Insulasi akustik, material yang berguna untuk mengurangi
intensitas suara
Insulasi termal, material untuk mengurangi laju perpindahan
panas dan Insulasi listrik, material untuk mencegah aliran
listrik
Transmisi suara dapat dicegah atau diminimalisasi dengan
insulasi suara dan memblokir jalur udara. Insulasi suara dari material
berbahan tunggal dipengaruhi massa dan redaman. Insulasi suara
dari konstruksi kantor yang baik biasanya pada orde 45 dB. Hal ini
berarti jika tingkat suara pada ruangan sumber adalah 65 dB (tingkat
79
suara saat bicara), maka tingkat suara pada ruang di sebelahnya,
yakni ruang penerima, yakni sekitar 20 dB (nyaris tak terdengar).
3) Absorpsi Suara
Absorpsi suara merupakan fenomena hilangnya energi suara
saat gelombang suara berinteraksi dengan material absorptif, seperti
plafon, dinding, lantai, dan objek lainnya, sehingga suara tidak
dipantulkan kembali. Absorpsi akustik dapat dimanfaatkan untuk
mengurangi waktu dengung.
80
Salah satu formulasi perhitungan waktu dengung yang paling
banyak digunakan para desainer ruangan adalah rumusan waktu
dengung yang diformulasikan oleh Sabine. Dalam formulasi yang
diturunkan berdasarkan percobaan empiris, Sabine menyatakan
bahwa waktu dengung (T60) berbanding lurus dengan Volume
Ruangan (V) dan berbanding terbalik dengan Luas Permukaan
Ruangan (S) dan rata-rata Koefisien Absorpsi permukaan ruangan
(alpha). Formulasi ini sampai saat ini masih sering digunakan orang,
terutama di dalam proses awal desain dan penentuan material
finishing ruangan, sesuai dengan fungsi ruangannya. Nilai waktu
dengung yang ideal akan bergantung kepada fungsi dan besar
volume dari ruangan itu sendiri. Semakin besar volume ruangan,
maka kebutuhan akan waktu dengung juga semakin panjang. Berikut
adalah rekomendasi nilai waktu dengung untuk beberapa jenis
ruangan.
81
RT pada umumnya dipengaruhi oleh jumlah energi pantulan
yang terjadi dalam ruangan. Semakin banyak energi pantulan,
semakin panjang RT ruangan, dan sebaliknya. Jumlah energi
pantulan dalam ruangan berkaitan dengan karakteristik permukaan
yang menyusun ruangan tersebut. Ruangan yang dominan disusun
oleh material permukaan yang bersifat memantulkan energi suara
cenderung memiliki RT yang panjang, sedangkan ruangan yang
didominasi oleh material permukaan yang bersifat menyerap energi
suara akan memiliki RT yang pendek.
Ruangan yang keseluruhan permukaan dalamnya bersifat
menyerap energi suara (RT sangat pendek) disebut ruang anti
dengung (anechoic chamber),
Ruangan yang keseluruhan permukaan dalamnya bersifat
memantulkan suara (RT sangat panjang) disebut ruang
dengung (reverberation chamber).
82
Element persiapan dalam pengukuran Waktu Dengung:
a. Sumber Suara
Perlu diketahui sumber suara yang hendak diukur dimana
sumber suara harus menghasilkan tingkat tekanan suara/ Sound
Pressure Level (SPL) yang cukup kuat untuk mendapatkan kurva
peluruhan dengan rentang dinamis minimum yang diperlukan, tanpa
kontaminasi /gangguan /intervensi dari kebisingan latar belakang
(background noise).
Posisi sumber suara pengukuran harus di tempatkan sesuai
dengan sumber suara alami berada. Dalam pengukuran ini, minimal
dua posisi sumber suara dibutuhkan dengan ketinggian 1,5 m di atas
lantai.
b. Microphones, recording and analysis equipment
Dalam pengukuran waktu dengung, dipergunakan pula
mikrofon yang dapat dihubungkan melalui langsung ke amplifier,
filter set dan sistem untuk menampilkan kurva peluruhan atau
peralatan analisis untuk mendapatkan (deriving) respons impuls,
atau melalui perekam sinyal untuk dianalisa kemudian.
Posisi mikrofon harus berada pada area yang mewakili posisi
pendengar berada. Disarankan bahwa, penentuan posisi mikrofon
harus mewakili pengukuran sampel seluruh ruang. Posisi antar
mikrofon setidaknya harus setengah kali dari panjang gelombang,
sekitar 2 m untuk rentang frekuensi yang biasa digunakan.
Sedangkan, jarak mikrofon ke permukaan bidang pantul, termasuk
lantai, setidaknya harus berjarak seperempat kali dari panjang
gelombang atau sekitar 1 m. Posisi mikrofon tidak boleh terlalu
dekat dengan posisi sumber apa pun, untuk menghindari pengaruh
dari suara langsung. Pengukuran di ruangan untuk fungsi
pidato/bicara (speech) dan musik, ketinggian mikrofon di atas lantai
harus 1,2 m, sesuai dengan tinggi telinga pendengar rata-rata ketika
duduk.
83
c. Alat Perekam
Jika peluruhan suara pada awalnya direkam menggunakan
magnetic tape atau alat perekam digital. Waktu perekaman setiap
peluruhan harus cukup lama untuk mendapatkan tingkat background
level setelah peluruhan; waktu perekaman minimum yang
direkomendasikan adalah lima detik ditambah waktu dengung yang
diharapkan.
d. Volume ruangan
Volume ruangan dapat dianggap sebagai ruang tunggal jika
tidak ada bagian dari area lantai yang garis pandangnya terhalang ke
bagian lain ruangan yang lebih dari 10% dari total volume ruangan.
Jika kondisi ini tidak terpenuhi, maka ruangan cenderung
menunjukkan waktu gema yang berbeda, dan ini harus diselidiki dan
diukur secara terpisah.
e. Prosedur Pengukuran
Berdasarkan ISO 3382, secara prinsip rentang frekuensi hasil
pengukuran akan bergantung pada tujuan dari pengukuran.
Untuk tujuan survei, frekuensi setidaknya berada di rentang
250 Hz – 2,000 Hz,
Untuk tujuan keteknikan atau hasil yang lebih presisi,
frekuensi setidaknya berada di rentang 125 Hz – 4,000 Hz
(octave bands) atau 100 Hz – 5,000 Hz (one-third octave
bands).
84
dari bahan mineral wool/glasswool saja. Alih-alih ingin
menghalangi suara tidak keluar ruangan, yang terjadi adalah suara
keluar ruangan dengan bebasnya. Apa yang harus kita lakukan
apabila kita ingin membuat ruangan yang terisolasi secara akustik
dari lingkungannya atau dalam bahasa sehari-hari ruangan yang
kedap suara. Ada lima prinsip yang harus diperhatikan, yaitu
:(Sarwono, 2008) : 1). Massa, 2). Dekopling Mekanik atau isolasi
mekanik, 3). Absorpsi atau penyerapan suara, 4). Resonansi dan 5).
Konduksi
Prinsip 1: Massa
Prinsip massa ini berkaitan dengan perilaku suara sebagai
gelombang. Apabila gelombang suara menumbuk suatu permukaan,
maka dia akan menggetarkan permukaan ini. Semakin ringan
permukaan, tentu saja semakin mudah digetarkan oleh gelombang
suara dan sebaliknya. Secara teoritis, dengan menggandakan massa
dinding (tanpa rongga udara), akan meningkatkan kinerja insulasi
sebesar 6 dB. Misalnya konstruksi dinding drywall gypsum dengan
single stud, maka setiap penambahan layer gypsum akan
memberikan tambahan insulasi 4-5 dB.
85
Prinsip 2: Dekopling Mekanik
Prinsip dekopling ini adalah prinsip yang paling umum
dikenal dalam konsep insulasi. Sound clips, resilient channel,
staggered stud, dan double stud adalah beberapa contoh aplikasinya.
Pada prinsipnya dekopling mekanik dilakukan untuk menghalangi
suara merambat dalam dinding, atau menghalangi getaran merambat
dari permukaan dinding ke permukaan yang lain. Energi
suara/getaran akan “hilang” oleh material lain atau udara yang ada
diantara 2 permukaan.
Prinsip 5: Konduksi
Berangkat dari pemahaman dasar bahwa suara adalah
gelombang mekanik, maka posisi dinding terhubung secara mekanik
dari kedua sisinya, maka suara akan dengan mudah merambat dari
satu sisi ke sisi lainnya. Maka untuk mengendalikannya pada
element pembentuk ruangan, yaitu dengan cara memotong hubungan
mekanis antara sisi satu dengan sisi yang lain:
Dengan dilatasi antar sisi,
Menyisipkan bahan lain yang berkarakter isolasi lebih tinggi.
Menggunakan studs dengan cara zigzag.
87
penerima. Salah satu standar yang mengatur pengukuran ini
adalah ISO 140-4.
Impact insulation adalah insulasi suara pada saat suara
diproduksi akibat adanya hentakan pada struktur.
Pengukuran akustik impact dilakukan dengan membuat
impact pada sebuah ruangan. Impact tersebut dapat
bersumber dari tapping machine ataupun impact ball.
Kemudian tingkat tekanan suara diukur pada ruangan
dibawahnya. Salah satu standar yang mengatur pengukuran
impact insulation ini adalah ISO 140-7.
88
airborne dan impact yang baik adalah bangunan vertikal (apartemen,
hotel, perkantoran), rumah tinggal, tempat belajar (sekolah,
perguruan tinggi, dsb.) ruang olahraga (terutama jika tidak di lantai
dasar), dan bangunan lainnya.
89
a) Koefisien penyerapan suara dari bahan yang berbeda.
Penyerapan suara pada material tidak hanya terkait dengan
sifat-sifat lainnya, ketebalannya, dan kondisi permukaan (lapisan
dan ketebalan udara), tetapi juga terkait dengan sudut datang dan
frekuensi gelombang suara. Koefisien penyerapan suara akan
berubah sesuai dengan frekuensi tinggi, menengah, dan rendah.
Untuk mencerminkan properti penyerap suara dari satu bahan secara
komprehensif, enam frekuensi (125Hz, 250Hz, 500Hz, 1000Hz,
2000Hz, 4000Hz) diatur untuk menunjukkan perubahan koefisien
penyerapan suara. Jika rasio rata-rata dari keenam frekuensi tersebut
lebih dari 0,2, maka material tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
material penyerap suara (lihat bab VI-Tabel absobsi pada persamaan
matematis). Material-material dalam tabel berikut ini dapat
digunakan sebagai insulasi suara pada dinding, lantai, dan langit-
langit gedung konser, bioskop, auditorium, dan studio penyiaran.
Dengan menggunakan bahan penyerap suara dengan benar,
transmisi gelombang suara dalam ruangan dapat ditingkatkan untuk
menciptakan efek suara yang lebih baik.
b) Bahan Penyerap Suara (Absorption Material)
Bahan penyerap suara seringkali disebut sebagai material
kedap suara. Dalam sebuah konsep akustik ruangan, harus dibedakan
antara fungsi kedap (sound proofing) dan fungsi pengendalian
(sound controling), dimana kedua tuntutan fungsi tersebut
diperlukan bahan penyerap suara ini.
Ada dua tipe utama bahan penyerap suara, yaitu:
1. Bahan Penyerap Suara Berpori (Porous Absorber).
Bahan berpori seperti karpet, korden, foam, glasswool,
rockwool, cellulose fiber, dan material lunak lainnya,
menyerap energi suara melalui energi gesekan yang terjadi
antara komponen kecepatan gelombang suara dengan
permukaan materialnya. Bahan penyerap suara tipe ini akan
menyerap energi suara lebih besar di frekuensi tinggi.
90
2. Bahan Penyerap Suara type Resonansi (Resonant
Absorber). Bahan penyerap suara tipe resonansi seperti panel
kayu tipis, menyerap energi suara dengan cara mengubah
energi suara yang datang menjadi getaran, yang kemudian
diubah menjadi energi gesek oleh material berpori yang ada
di dalamnya (misal oleh udara, atau material berpori). Ini
berarti, material tipe ini lebih sensitif terhadap komponen
tekanan dari gelombang suara yang datang, sehingga lebih
efektif apabila ditempelkan pada dinding. Bahan penyerap
tipe ini lebih dominan menyerap energi suara ber frekuensi
rendah. Frekuensi resonansi bahan ini ditentukan oleh
kerapatan massa dari panel dan kedalaman (tebal) rongga
udara dibaliknya .Typikal kurva karakteristik penyerapan
energi suaranya sebagai fungsi frekuensi, dapat dilihat pada
gambar berikut: (D. Howard & Angus, 2009)
2.2. Latihan
Soal no.01 :
Sebutkan dan berilah contoh material untuk 5 (lima) prinsip
dasar Insulasi suara.
Jawaban Soal No.01:
5 (lima) prinsip dasar Insulasi Suara adalah :
Pertama, Massa: Semakin ringan permukaan, tentu saja
semakin mudah digetarkan oleh gelombang suara dan
sebaliknya.
Kedua, Dekopling mekanik. Secara prinsip adalah usaha
untuk menghalangi suara merambat dalam dinding, atau
menghalangi getaran merambat dari permukaan dinding ke
permukaan yang lain.
Ketiga, Absobi. Secara prinsip penggunaan bahan penyerap
suara dengan cara disisipkan dalam system dinding insulasi
akan meningkatkan kinerja insulasi.
91
Keempat, Resonansi. Resonansi prinsip kerjanya
bertentangan dengan prinsip-prinsip sebelumnya, karena
justru resonansi bersifat memudahkan terjadinya getaran.
Kelima, Konduksi. Secara prinsip adalah cara memotong
hubungan mekanis dari suatu aliran gelombang suara. Yaitu
diantaranya dengan cara dilatasi antar sisi, menyisipkan
bahan lain yang berkarakter isolasi lebih tinggi dan
menggunakan studs dengan cara zigzag.
Soal No.02:
Apa yang dimaksud Dekopling Mekanik dalam Insulasi
Suara?
Jawaban Soal No.02:
Prinsip dekopling ini adalah prinsip yang paling umum
dikenal dalam konsep insulasi. Sound clips, resilient
channel, staggered stud, dan double stud adalah beberapa
contoh aplikasinya. Pada prinsipnya dekopling mekanik
dilakukan untuk menghalangi suara merambat dalam
dinding, atau menghalangi getaran merambat dari
permukaan dinding ke permukaan yang lain. Energi
suara/getaran akan “hilang” oleh material lain atau udara
yang ada diantara 2 permukaan.
3. Penutup
3.1. Rangkuman
3 (tiga) parameter prinsip yang harus diperhatikan dalam
disain akustik bangunan adalah aspek Waktu Dengung, aspek
Insulasi Suara dan aspek Absobrsi Suara. Pertama aspek Waktu
Dengung. Waktu dengung merupakan salah satu parameter yang
sering digunakan untuk mengetahui kualitas akustik sebuah ruangan.
Watu dengung atau Reverberation Time = RT) adalah suasana
dimana sebuah ruangan dapat mengubah persepsi suara dari
sumbernya dan dapat memberi efek pada kejelasan informasi
akustik. Sedangkan kedua adalah aspek Insulasi adalah proses
92
penyekatan atau penghambatan untuk mencegah perpindahan
rambatan bunyi. Dan yang ketiga adalah aspek Absorpsi suara yang
memegaskan fenomena hilangnya energi suara saat gelombang suara
berinteraksi dengan material absorptif.
Ruangan yang keseluruhan permukaan dalamnya bersifat
menyerap energi suara (RT sangat pendek) disebut ruang anti
dengung (anechoic chamber), sedangkan ruangan yang keseluruhan
permukaan dalamnya bersifat memantulkan suara (RT sangat
panjang) disebut ruang dengung (reverberation chamber). Protokol
pengukuran RT dibutuhkan beberapa element, seperti adaya Sumber
Suara, Peralatan untuk pengukuran ( microphone, recording dan
analysis equeipmen), Alat perekam (seyogyanya digunakan alat
perekam digital), dan perlu diketahuinya volume ruang.
Bilamana kita menghendaki suatu tatanan ruangan terisolasi
secara akustik dari lingkungannya (ruangan yang kedap suara), maka
5 (lima) prinsip yang harus diperhatikan, adalah :
1) Massa,
2) Dekopling Mekanik atau isolasi mekanik,
3) Absorpsi atau penyerapan suara,
4) Resonansi dan
5) Konduksi.
Dalam suatu ruangan bersebeahan atau ruangan dalam suatu
bangunan bermasa besar, terjadi Insulasi airborne dan Insulasi
Impact. Insulasi airborne adalah insulasi suara pada saat suara
tersebut diproduksi di udara, sedangkan Impact insulation adalah
insulasi suara pada saat suara diproduksi akibat adanya hentakan
pada struktur. Beberapa referensi yang dapat dijadikan acuan secara
detail dari pemahaman teori dan praktek terhadap 3 parameter
kebisingan dalam disain bangunan dapat simak buku-buku
diantaranya “Engineering Noise Control” karya Bies David,
“Fundamentals of Acoustics” karya Michel Bruneu, “Engineering
Acoustics: Noise and Vibration Control” karya Crocker (Bies et al.,
2017; Bruneau, 2013; Crocker & Arenas, 2021; Dupont, 2012; Egan,
2007; Ermann, 2015; Vigran, 2008)
93
3.2. Tes Formatif
Soal no.01 :
Sebutkan 3 (tiga) parameter disaian akustika bangunan dan
berilah secara singkat penjelasnnya.
Soal no.02 :
Sebutkan dua kriteria rentang frekwensi yang lazim
digunakan untuk tujuan suatu pengukuran.
𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑥 2
Tingkat penguasaan = ( )%
100
94
Jawaban Soal no.02 Test Formatif :
Berdasarkan ISO 3382, secara prinsip rentang frekuensi hasil
pengukuran akan bergantung pada tujuan dari pengukuran.
Pertama, untuk tujuan survei, frekuensi setidaknya berada di
rentang 250 Hz – 2,000 Hz, dan Kedua untuk tujuan bidang
keteknikan atau hasil yang lebih presisi, frekuensi setidaknya
berada di rentang 125 Hz – 4,000 Hz atau 100 Hz – 5,000
Hz.
95
Daftar Pustaka
Bies, D. A., Hansen, C., & Howard, D. (2017, Nopember).
Engineering Noise Control. Routledge & CRC Press.
https://www.routledge.com/Engineering-Noise-
Control/Bies-Hansen-Howard/p/book/9781498724050
Bruneau, M. (2013). Fundamentals of Acoustics. John Wiley &
Sons.
Crocker, M. J., & Arenas, J. P. (2021, January). Engineering
Acoustics: Noise and Vibration Control | Wiley. Wiley.Com.
https://www.wiley.com/en-
us/Engineering+Acoustics%3A+Noise+and+Vibration+Con
trol-p-9781118496428
Dupont, J. P. (Ed.). (2012). Hearing Loss: Classification, Causes
and Treatment (1st edition). Nova Science Publishers.
Egan, D. (2007). Architectural Acoustics (Illustrated edition). J.
Ross Publishing.
Ermann, M. (2015). Architectural Acoustics Illustrated. John Wiley
& Sons.
Hendrayani, A. P., & Andika Citraningrum, S. (2018). Pengaruh
Pola Pelapis Dinding dari Kulit Jagung Terhadap Penurunan
Kebisingan Ruang Kelas (Studi Kasus: SD Negeri Polowijen
1 Malang) [Sarjana, Universitas Brawijaya].
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/162186/
Howard, D., & Angus, J. (2009). Acoustics and Psychoacoustics
(4th edition). Focal Press.
Noise, G. (2022). Insulasi. Geonoise Indonesia.
https://www.konsultasi-akustik.com/insulasi/
Sarwono, J. (2008a, April 5). 5 Prinsip Dasar Insulasi Suara
(Soundproofing) | Joko Sarwono: Dunia Akustik.
https://blogs.itb.ac.id/jsarwono/2008/04/05/lima-prinsip-
dasar-insulasi-suara-soundproofing/
Sevenbel. (2022). Acoustic Cameras: A Beginner’s Guide.
https://www.sevenbel.com/en/blog/knowledge/acoustic-
cameras-a-beginners-guide
96
Soundproofing, C. (2018, December 13). Resilient Channel Walls.
Soundproofing Company.
https://www.soundproofingcompany.com/soundproofing-
solutions/soundproof-walls/resilient-channel-walls
Vigran, T. E. (2008). Building Acoustics. CRC Press.
Wikipedia. (2021, Oktober). Insulasi—Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Insulasi
Senarai
Absorpsi fenomena hilangnya energi suara saat
gelombang suara berinteraksi dengan
material absorptif
Absorption Bahan Penyerap Suara
Material
Impact Insulasi suara pada saat suara diproduksi
insulation akibat adanya hentakan pada struktur
Insulasi Adalah proses penyekatan atau
penghambatan untuk mencegah perpindahan
arus listrik, panas, bunyi, dan sebagainya.
Insulasi airborne Insulasi suara pada saat suara tersebut
diproduksi di udara.
Konduksi Prinsip merambatnya suara melalui elemnt
pembentuk ruangan (dinding, lantai ataupun
plafond)
Prinsip Prinsip yang paling umum dikenal dalam
dekopling konsep insulasi, dimana suaru proses untuk
menghalangi suara merambat dalam dinding,
atau menghalangi getaran merambat dari
permukaan dinding ke permukaan yang lain
Resonans Prinsip yang bersifat memudahkan terjadinya
getaran
97
Resonant Bahan menyerap energi suara dengan cara
Absorber mengubah energi suara yang datang menjadi
getaran, yang kemudian diubah menjadi
energi gesek oleh material berpori yang ada di
dalamnya
Reverberation Waktu yang diperlukan oleh suatu gelombang
Time (RT) bunyi untuk meluruh sebesar 60 dB dimulai
saat sumber suara dihentikan.
98
BAB V
STANDART BAKU TINGKAT
KEBISINGAN
1. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Materi ini mendeskripsikan secara detail dari tabel standart
Kriteria Kebisingan dari bangunan fungsi pendidikan, rumah tinggal
hingga fungsi kegiatan ekonomi dan rekomendasi penggunaan
Grafik Kurva Waktu Dengung yang sangat umum digunakan dalam
perhitungan maupun pengukuran.
1.2. Relevansi
Melalui peraturan yang terkait di Indonesia, kita
menggunakan SNI dan Kepmen Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
dimana didalamnya terdapat aturan standart baku tingkat kebisingan
dan Waktu Dengung. Dengan mengenal dan menyimak tabel
Standar dan Kriteria Kebisingan serta Grafik Kurva Waktu
Dengung, maka para perencana dapat mempersiapakan terciptanya
bangunan yang erespon kenyamanan akustik.
1.3. Kompetensi
1.3.1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
Pada akhir pemberian pokok bahasan mengenai Standat
Baku Tingkat Kebisingan ini, mahasiswa Teknik Arsitektur semester
4, akan mampu menganalisis (C4) dan Menghitung (C4) waktu
dengan menggunakan kedua strategi analisis kuantitative dan
kualitatis.
99
mahasiswa Teknik Arsitektur semester 4 akan mampu :
Mampu menjelaskan (C2) menjelaskan subtansi utama SNI-
03-6386-200 dan Kepmen KLH no.48 tahun 1996
Mampu Memetakan (C3) standart baku tingkat kebisingan
pada ragam jenis fungsi bangunan
Mampu Menghitung (C4) Grafik Kurva Waktu Dengung
2. Penyajian
2.1. Uraian
2.1.1. Tabel Standart Kriteria Kebisingan
Untuk menentukan pengaruh kebisingan terhadap manusia
diperlukan kriteria yang berhubungan dengan tingkat kebisingan
yang diperbolekan terhadap kesehatan manusia. Standart dan kriteria
kebisingan biasanya ditentukan berdasarkan pertimbangan pangaruh
kebisingan terhadap manusia.
Pertimbangan ditetapkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup tentang Baku Tingkat Kebisingan (KepmenLH,
1996), adalah pertama, menjamin kelestarian lingkungan hidup agar
100
dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya, setiap usaha atau kegiatan perlu melakukan upaya
pengendalian pencemaran dan atau perusakan lingkungan. Kedua,
bahwa salah satu dampak dari usaha atau kegiatan yang dapat
mengganggu kesehatan manusia, makhluk lain dan lingkungan
adalah akibat tingkat kebisingan yang dihasilkan.
101
Tabel 5.2. Tingkat Bunyi yang dianjurkan untuk Bangunan Rumah
Sakit dan Bangunan Industri
102
Tabel 5.3. Tingkat Bunyi yang dianjurkan untuk gedung OR, Kantor
dan Bangunan Umum
103
Tabel 5.4. Tingkat Bunyi yang dianjurkan untuk Bangunan Umum
104
Tabel 5.5. Tingkat Bunyi yang dianjurkan untuk Rumah Tinggal
105
2.1.2. Rekomendasi Grafik Kurva Waktu Dengung
` Architectural Acoustics karya Egan (Egan, 2007),
menjelaskan kondisi Waktu Dengung untuk ragam bangunan (lihat
gambar 5.6), hal ini diadop dalam SNI 03-6386-2000 yang
merekomendasikan baku mutu waktu dengung untuk beberapa
ragam gedung sesuai aktifitasnyak (BSN, 2000)
106
Sumber :(Egan, 2007)
2.2. Latihan
Soal no.01 :
Berapa tingkat bunyi yang dianjurkan untuk ruang parkir,
ruang operasi, Ruang Tidur dan ruang mesin?
Jawaban Soal No.01:
Tingkat bunyi yang dianjurkan untuk ruang parkir, ruang
operasi, Ruang tidur dan ruang mesin dapat kita simak tabel
berikut ini :
Tingkat bunyi yang dianjurkan
Jenis ruangan Baik (dBA) Maksimum (dBAI)
Ruang Parkir 40 45
Ruang operasi 30 35
Ruang mesin 50 70
Ruang Tidur 25 30
107
3. Penutup
3.1. Rangkuman
Salah satu pertimbangan diperlukan tentang Baku Tingkat
Kebisingan yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup, adalah pertama, menjamin kelestarian
lingkungan hidup agar dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya, setiap usaha atau kegiatan perlu
melakukan upaya pengendalian pencemaran dan atau perusakan
lingkungan. Kedua, bahwa salah satu dampak dari usaha atau
kegiatan yang dapat mengganggu kesehatan manusia, makhluk lain
dan lingkungan adalah akibat tingkat kebisingan yang dihasilkan.
Disain tingkat bunyi yang dianjurkan disusun berdasarkan jenis atau
type bangunannya berdasarkan aktifitasnya, berupa Jenis bangunan
untuk pendidikan, bangunan fasilitas kesehatan (Rumah sakit),
Bangunan Industri, bangunan Olah raga, Bangunan Perkantoran,
Bangunan Umum, Bangunan Rumah Tinggal dan bangunan
perbelanjaan. Sedangkan grafik Kurva Waktu Dengung yang
dijadikan standart baku pengendalian Suara di Indonesia diatur
dalam SNI 03-6386-2000.
108
3.4. Tindak Lanjut
Mahasiswa yang telah menguasai 80% materi bab ini dapat
melanjutkan ke bab berikutnya. Untuk mahasiswa yang penguasaan
materi bab ini kurang dari 80% diharapkan untuk mengulangi
pembelajaran bab ini terlebih dahulu.
109
Daftar Pustaka
BSN (2000), SNI 03-6386-2000. Spesifikasi Tingkat bunyi dan
waktu dengung dalam bangunan gedung dan perumahan
https://www.scribd.com/document/354781069/SNI-03-
6386-2000
Egan, D. (2007). Architectural Acoustics (Illustrated edition). J.
Ross Publishing.
KEPMEN LH (1996), Baku Tingkat Kebisingan, Retrieved May 27,
2022, from
https://ditppu.menlhk.go.id/portal/uploads/laporan/1593658
749_KEPMEN%20LH_48-1996.pdf
Senarai
dBA Tingkat Bunyi yang dianjurkan dengan
kriteria Baik
dBAI Tingkat Bunyi yang dianjurkan dengan
kriteria maksimum
Edetik Satuan Waktu Dengun
Jenis Hunian Pengelompokan bangunan berdasarkan
aktifitas utamanaya, seperti bangunan
Pendidikan, Bangunan Perkantoran,
Bangunan Umum, bangunan Rumah sakit
dan lain-lain
KepmenLH Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
SNI 03-6386-200 Standart Nasional Indonesia tentang
Tingkat bunyi dan waktu dengung dalarn
bangunan gedung dan perurnahan.
(Kriteria desain yang direkornendasikan).
110
BAB VI
PERHITUNGAN MATEMATIS DAN
APLIKASI SIMULASI DENGAN SOFTWARE
1. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Materi ini memaparkan langkah-langkah pengukuran
lapangan dan ragam alat ukur yang digunakan, deskripsi dan contoh
perhitungan matematis hingga pengenalan ragam aplikasi software
Akustik yang sangat familier digunakan para kalangan pendidikan
maupun profesional.
1.2. Relevansi
Dengan mengetahui prinsip acuan metode pengukuran lapangan
yang dilengkapi dengan ragam persamaan matematisnya, maka
solusi untuk mendapatkan bangunan yang respon terhadap
kebisingan akan didapatkan secara optimal. Langhah tersebut akan
lebih lengkap bila pengenalan alat ukur yang tidak sebatas alat ukur
manual pun diperkenalkan, bahkan di era industri 4.0, bahwa
digitalisasi pengukuran akan membantuk dalam melakukan simulasi
perencanaan yang lebih kreatif.
1.3. Kompetensi
1.3.1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
Pada akhir pemberian pokok bahasan perhitungan matematis
dan aplikasi simulasi software, mahasiswa Teknik Arsitektur
semester 4, pertama akan mampu menganalisis (C4) dan menghitung
(C4) serta menilai (C5) dengan penggunaan persamaan matematis
dalam menghitung aspek waktu dengung, serta trampil
menggukanan alat ukur dan aplikasi software.
111
1.3.2. Sub-Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
Jika diberikan materi tentang perhitungan matematis,
pengukuran dengan menggunakan alat ukur pengopasionalan
aplikasi software, mahasiswa Teknik Arsitektur semester 4, akan
mampu:
Mampu menjelaskan (C2) acuan metode pengukuran
lapangan
Mampu menjelaskan (C2) ragam alat ukur lapangan dan
aplikasi software untuk simulasi kebisingan
Mampu menghitung (C4) prinsip Waktu Dengung dengan
persaamaan matematis.
Mampu menghitung (C4) permasalahan tingkat tekanan
bungi dengan persaamaan matematis.
Mampu memetakan (C4) penggunaan software simulasi
akustik minimal 80% benar dan mampu secara kreatif
mengoperasionalkan software untuk dilakukan simulasi
secara kreatif dan inovatif.
112
2. Penyajian
2.1. Uraian
2.1.1. Acuan Metode Pengukuran Lapangan
Baku Tingkat Kebisingan, Metoda pengukuran, Perhitungan
dan Evaluasi tingkat kebisingan adalah sebagaimana tersebut dalam
Lampiran I dan Lampiran II dalam Keputusan Kepmen Lingkungan
Hidup. Dan ditetapkannya pula baku tingkat kebisingan untuk usaha
atau kegiatan di luar peruntukan kawasan/lingkungan kegiatan
sebagaimana telah memperhatikan masukan dari instansi teknis yang
bersangkutan ((PP) KEPMEN LH_48 (1996), n.d.)
Sedangkan secara detail metode pengukuran untuk bangunan
yang diatur pada SNI 03-6386-2000 (SNI-03-6386-2000, n.d.)
adalah sebagai berikut :....dimana prosedur pengukuran yang
digunakan untuk mendefinisikan besaran - besaran yang mempunyai
hubungan dengan besaran yang direkomendasikan dalam spesifikasi
ini, dan semberikan cara pemeriksaan pencapaian sasaran akhir
perancangan untuk bangunan yang sudah selesai.
Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua
cara : Cara Sederhana dan Cara Langsung.
1) Cara Sederhana, dengan sebuah sound level meter biasa
diukur tingkat tekanan bunyi dB (A) selama 10 (sepuluh)
menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5
(lima) detik.
2) Cara Langsung , dengan sebuah integrating sound level
meter yang mempunyai fasilitas pengukuran L dengan waktu
ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10
(sepuluh) menit. Waktu pengukuran dilakukan selama
aktifitas 24 jam (L) dengan cara pada :
Siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam
(LSM) pada selang waktu 06.00 – 22.00
dan aktifitas malam hari selama 8 jam (L) pada selang 22.00
– 06.00.
113
Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu
tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada
siang hari dan pada malam hari paling sedikit 3 waktu pengukuran,
sebagai contoh :
- L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 – 09.00
- L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 – 11.00
- L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 – 17.00
- L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 – 22.00
- L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 – 24.00
- L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 – 03.00
- L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 – 06.00
𝟎,𝟏𝟔𝟏 𝑽
𝐑𝐓 = ..................................................(1)
𝒂
a : Serapan total ruangan (m2)
T : Waktu Reverberasi (detik)
V : Volume ruangan (m3)
114
S1 𝛼1 + S2 𝛼2 +⋯+ S𝑛 𝛼𝑛
ᾱ= ..............................(3)
S1 +S2 +⋯…+S 𝑛
S1 𝛼1 + S2 𝛼2 +⋯+ S𝑛 𝛼𝑛 +(𝑚 S 𝛼𝑚 )
ᾱ= .....(4)
S1 +S2 +⋯…+S 𝑛
115
Tabel 6.1. Nilai Absobsi ragam material bangunan
116
3) Contoh Perhitungan Tingkat Tekanan Bunyi (Suryono,
2018)
Terdapat dua perhitungan tingkat tekanan bunyi, yang
didapatkan dari hasil pengukuran dengan alat ukur:
a) Pertama, Pengukuran dari Sumber Bising Tunggal,
Metode perhitungan ini dilakukan untuk hasil ukurnya
terbaca langsung pada SPL meter saat pengukuran.
b) Kedua, Pengukuran dan Perhitungan dari Sumber bising
jamak, Metode perhitungan ini untuk Kasus Penjumlahan,
maka dari masing masing pengukuran perlu dilakukan
perhitungan.
117
Contoh 02 (Sumber bising tunggal)
Soal : Suatu pabrik memiliki 1000 unit mesin dan diukur
dengan SPL meter mengeluarkan tekanan 98 dB.
Karena pabrik tsb berkembang maka akan ditambah
1000 unit dengan kapasitas tekanan suara sama
dengan mesin sebelumnya.
Pertanyaan : Hitunglah tingkat tekanan suara saat 1000 mesin baru
tsb ikut beroperasi.
Jawab : Hasil perhitungannya adalah
Lsum
= 10 log ( 10 0,1. 98+ 10 0,1. 98 ) dB
= 10 log ( 10 9.8 + 10 9.8) dB
= 10 log (2 .10 9.8) dB
= 10 . 10.1 dB
= 101 dB
118
L eg =
= 10 log ¼. (10 9.5 + 10 8 + 10 6 + 10 4.5)
= 10 log ¼. (3162277660 +100000000+1000000+31623)
= 10 log ¼ . 3263309283
= 10 log 815827320.75
= 10 . 8.91
= 89,1 dB
119
Sumber : (Prianto, 2004)
Jawaban :
Tampilan gambar dan data yang dibutuhkan adalah gambar
denag ruangan lengkap dengan ukuran, foto eksisting dari
beberapa sequent interior (dinding depan-belakang- samping
kanan-kiri) serta plafong dan lantai ruangan. Dan visual
gambar perencanaan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
a) Langkah pertama :
Perhitungan Waktu Dengung Eksisting Gedung A Lantai 3
dengan Frekuensi 125 Hz Tanpa Manusia/ ruangan kosong
120
Tabel 6.2. Perhitungan nilai absobsi untuk kondisi -01
121
Sumber : (Prianto, 2004) (Prianto, 2017)
b) Langkah Kedua :
Perhitungan Waktu Dengung Eksisting Gedung A Lantai 3
dengan Frekuensi 125 Hz Ada Penghuni/ Manusia
122
Tabel 6.3. Perhitungan nilai absobsi untuk kondisi-02
123
2.1.3. Mengenal Alat Ukur Kebisingan
Secara prinsipal, penggunaan Sound Level Meter adalah
sebagai berikut : Atur bobot frekuensi ke "A", dan atur waktu
pembobotan ke "F" (Cepat) atau "S" (Lambat), sesuai dengan jenis
suara yang akan diukur. Kemudian cermati nilai tingkat suaranya.
125
Sumber : (Istiadji & Binarti, 2007; Siska et al., 2021; Vasov et al., 2017; Yani, 2020)
126
Sumber : (COMSOL, 2020; Nik Bakht et al., 2021; Tan et al., 2019; VDC+BIM Rabi
Sidawi, 2010)
127
Sumber : (SoundPLAN, 2022), (ASIA, 2022)
128
e) Software SONarchitect ISO
SONarchitect ISO adalah software perhitungan kebisingan
yang dapat mengkalkulasi berbagai beragam tipe kebisingan
(insulasi suara airborne, impact, insulasi suara, emisi kebisingan dari
enclosure bising, dan Waktu Dengung. SONarchitect ISO memiliki
antarmuka multi-katalog dengan database material. SONmultilayer
engine yang ada di dalam software juga memungkinkan
dilakukannya prediksi insulasi suara untuk solusi dinding multilayer.
Selain itu, modul SONsolver menggunakan formula terpilih untuk
memodelkan insulasi suara dari material sesuai kebutuhan. Tentukan
material insulasi untuk atap, lantai, dinding, facade, pintu, jendela,
ventilasi, plafon, dan lain-lain. Berikan finishing absorpsi suara
untuk dinding, plafon, dan lantai untuk mengontrol waktu dengung.
Histogram detail performa yang interaktif juga disajikan untuk tipe
hubungan ruang apapun pada bangunan, sehingga mempercepat
akses dan inspeksi ruangan dalam kategori bising rata-rata, lebih
buruk dari rata-rata, lebih baik dari rata-rata, dan sebagainya.
f) Software INSUL
INSUL adalah program yang dikembangkan oleh Marshall
Day Acoustics, yang dirancang untuk melakukan prediksi insulasi
suara pada dinding, lantai, atap, ceiling dan jendela. Pada lantai dan
atap, INSUL juga dapat memprediksi impact sound dan tingkat suara
akibat hujan.
129
g) ZORBA
Zorba adalah software prediksi absorpsi material yang
dikembangkan oleh Marshall Day Acoustics. Perangkat lunak ini
didesain untuk menjadi alat bantu untuk profesional di bidang
Akustik untuk dapat dengan mudah dan cepat memodelkan sistem
absorpsi dan mendapatkan hasilnya. Berbagai jenis absorber seperti
porous absorber, slat absorber, perforated facing, slot absorber
ataupun panel dapat dikalkulasi menggunakan ZORBA. Pengguna
hanya perlu mendefinisikan karakteristik porous absorber
(ketebalan, flow resistivity – dapat diestimasi di dalam software
dengan memasukan jenis material dan density), dan juga tipe dari
facingnya.
2.2. Latihan
Soal no.01 :
Berilah contoh perhitungan matematis tingkat bunyi untuk
sumber bising jamak dalam lingungan kampus atau bangunan
pendidikan.
Jawaban Soal No.01:
Pengukuran tingkat kebisingan pada suatu kegiatan
pembelajaran, dapat berupa suara bising area parkir, musik,
keramaian cafe, studio musik dan lain-lain. Kebisingan dari
130
area parkir pada perbedaan waktu (pagi, siang, sore dan
malam) dapat kita hitung dengan gunakan persaman
Leq = 10 log 1/N Σ 10 0,1.Li dB
dimana N : jumlah data pengukuraan yang dilakukan
Kebisingan area parkir yang telah dilakukan pengukuran
misalnya 4 kali yaitu : Pagi = 95 dB, Siang= 80 dB, Sore= 60
dB, Malam= 45 dB.
Maka tingkat kebisingan rata-rata area parkir kampus ini
adalah
Leg = 10 log 1/N Σ (10 0,1 Ln ) dB
L eg =
= 10 log ¼. (10 9.5 + 10 8 + 10 6 + 10 4.5)
= 10 log ¼. (3162277660 +100000000+1000000+31623)
= 10 log ¼ . 3263309283
= 10 log 815827320.75
= 10 . 8.91
= 89,1 dB
3. Penutup
3.1. Rangkuman
Acuan Metode Pengukuran Lapangan terkait kebisingan
berupa Informasi Baku Tingkat Kebisingan, Metoda pengukuran,
Perhitungan dan Evaluasi tingkat kebisingan. Dimana metode
pengukuran untuk bangunannya menjelaskan bahwa pengukuran
yang digunakan untuk mendefinisikan besaran - besaran yang
mempunyai hubungan dengan besaran yang direkomendasikan
dalam spesifikasi tersebut memberikan cara pemeriksaan pencapaian
sasaran akhir perancangan untuk bangunan yang sudah selesai.
Dalam pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan cara
Sederhana dan cara Langsung.
Persamaan matematis Waktu Dengung tersusun dari variabel
Serapan total ruangan (a) dan Volume ruangan (V). Sedangkan
untuk perhitungan matematis Tingkat Tekanan Bunyi dapat
dilakukan dengan perhitungan dari pengukuran Tunggal dan
131
pengukuran Jamak. Secara prinsip alat ukur yang digunakan dalam
pengukuran tingkat kebisingan adalah Sound Level Meter, serta
kelengkapannya yang menyesuaikan tingkat kebutuhan, seperti
Qsources dan Sound Level Monitor.
Ragam aplikasi software yang digunakan untuk kegiatan ini,
baik yang dilakukan pada tingkat pengembangan ilmu pengetahuan
(dalam laboratoriu suatu instansi pendidkan, ataupun lingkungan
profesional (konsultan akustik), dapat digunakan software-software
seperti : ECOTECT, BIMREVIT SoundPLAN *, Noise at Work,
SONarchitect, INSUL dan ZORBA.
Beberapa referensi yang dapat dijadikan acuan dapat simak
buku dan artikelnya seperti “Acoustic Analyses Using Matlab® and
Ansys®” karya Howard& Cazzolato, “Buildings Designer: Building
Design Software” oleh Virtuosity, “ Guidelines for Environmental
Noise Measurement and Assessment” penelitiannya Nova Scotia (C.
Q. Howard & Cazzolato, 2014), (Acoustic Analyses Using Matlab®
and Ansys®, n.d.; ASIA, 2022; Nik Bakht et al., 2021; Queensland
DES, 2020; Sevenbel, 2022; Tan et al., 2019; VDC+BIM Rabi
Sidawi, 2010; Virtuosity, 2020)
132
3.3. Umpan Balik
Untuk menilai penguasaan materi mahasiswa dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑥 2
Tingkat penguasaan = ( 100
)%
133
Sehingga perbandingan serapan total antara ruangan
berdinding batu bata, betol dan gypsum adalah 0,1 : 0,15:
0,28 atau 1:1,5: 2,5
Jawaban Soal no.02 Test Formatif :
Jawaban singkatnya adalah ya, bahwa keberadaan penghuni
atau aktifitas penghuni dapat mempengaruhi nilai RT dalam
suatu ruangan. Untuk membuktikan hal ini, mahasiswa perlu
mengambil kasus yang kemudian dilakukan perhitungan
antara ruangan tanpa penghuni dan ruangan dengan
keberadaan penghuni. Untuk kasus ini, kita ambil contoh
perhitungan yang ada dalam materi di bagian A.2.5).
134
Daftar Pustaka
Acoustic Analyses Using Matlab® and Ansys®. (n.d.). Routledge &
CRC Press. Retrieved May 28, 2022, from
https://www.routledge.com/Acoustic-Analyses-Using-
Matlab-and-Ansys/Howard-
Cazzolato/p/book/9781138747487
ASIA, S. (2022). Soudplan Acoustics software. SoundPLAN Asia.
https://soundplan.asia/
COMSOL. (2020). Efficient Model Set-up via revit.
https://www.comsol.com/livelink-for-revit
ECOTECT. (2020). Autodesk Ecotect Analysis. Get the software
safely and easily. Software Informer. https://autodesk-
ecotect-analysis.software.informer.com/1.0/
Ermann, M. (2015). Architectural Acoustics Illustrated. John Wiley
& Sons.
GeoNoise. (2022). Noise at Work. Geonoise Indonesia.
https://www.konsultasi-akustik.com/noise-at-work/
Howard, C. Q., & Cazzolato, B. S. (2014). Acoustic Analyses Using
Matlab® and Ansys® (1st edition). CRC Press.
Howard, D., & Angus, J. (2009). Acoustics and Psychoacoustics
(4th edition). Focal Press.
indoakustik. (2021, July 29). Akustik Ruang dan Bising pada
Bangunan. INDOAKUSTIK.
https://indoakustik.co.id/en/akustik-ruang-dan-bising-pada-
bangunan/
Istiadji, A. D., & Binarti, F. (2007). STUDI SIMULASI ECOTECT
SEBAGAI PENDEKATAN REDESAIN AKUSTIK
AUDITORIUM. DIMENSI (Journal of Architecture and
Built Environment), 35(2), 107–116.
https://doi.org/10.9744/dimensi.35.2.pp
KEPMEN LH_48 (1996). (n.d.). Retrieved May 27, 2022, from
https://ditppu.menlhk.go.id/portal/uploads/laporan/1593658
749_KEPMEN%20LH_48-1996.pdf
135
Nik Bakht, M., Lee, J., & Hadian-Dehkordi, S. (2021). BIM-based
reverberation time analysis. Journal of Information
Technology in Construction, 26, 28–38.
https://doi.org/10.36680/j.itcon.2021.003
Prianto, E. (2017). Modul Kuliah Fisia Bangunan 02 DAFT
Universitas Diponegoro.
Prianto, E. (2004). Modul Kuliah Fisia Bangunan 02 Jurusan
Arsitektur FT Universitas Diponegoro.
Queensland DES. (2020). Noise Measurement Manual. 33.
Sevenbel. (2022). Acoustic Cameras: A Beginner’s Guide.
https://www.sevenbel.com/en/blog/knowledge/acoustic-
cameras-a-beginners-guide
Siska, D., Sofyan, S., Fasdarsyah, F., Mukhlis, M., Fauzan, M., &
Nayan, A. (2021). ANALISIS AKUSTIK RUANG
MENGGUNAKAN SOFTWARE ECOTEC PADA GOR
ACC CUNDA UNIVERSITAS MALIKUSSALEH. Jurnal
Teknologi Terapan and Sains 4.0, 2(2), Article 2.
https://doi.org/10.1976/tts
SNI-03-6386-2000. (n.d.).
SoundPLAN. (2022). SoundPLAN. Geonoise Indonesia.
https://www.konsultasi-akustik.com/soundplan/
Suryono. (2018). Fisika Bangunan dan Lingkungan.
Tan, Y., Fang, Y., Zhou, T., Gan, V. J. L., & Cheng, J. C. P. (2019).
BIM-supported 4D acoustics simulation approach to
mitigating noise impact on maintenance workers on offshore
oil and gas platforms. Automation in Construction, 100, 1–
10. https://doi.org/10.1016/j.autcon.2018.12.019
Transindotama, S. P. (2020). Mengukur tingkatan suara di lapangan
dengan mudah. PT. TRANSINDOTAMA SINAR
PERKASA. http://www.rion-
indonesia.com/application/easily-measure-sound-level-in-
the-field/
136
Vasov, M., Cvetkovic, D., Bogdanovic, V., & Bjelic, I. (2017).
Assessment of reliability predictions of the reverberation
time by using the architectonic software package Ecotect.
Facta Universitatis - Series: Architecture and Civil
Engineering, 15, 359–370.
https://doi.org/10.2298/FUACE170808022V
VDC+BIM Rabi Sidawi. (2010, August 17). Acoustic Analysis in
Early Concept Design—Ecotect Analysis 2011.
https://www.youtube.com/watch?v=lJXDWZnZ09g
Virtuosity. (2020). Buildings Designer: Building Design Software.
Virtuosity.
https://virtuosity.bentley.com/product/openbuildings-
designer/
Yani, Y. (2020). Penilaian Kualitas Akustik Masjid
Raudhaturrahman Padang Tiji Menggunakan Simulasi
Ecotect. Tadabbur: Jurnal Peradaban Islam, 2(2), 357–367.
https://doi.org/10.22373/tadabbur.v2i2.88
Senarai
BIM REVIT Perangkat lunak terkemuka untuk desain
arsitektur yang mendukung desain CAD dan
alur kerja Building Information Modeling
(BIM).
ECOTECT Perangkat lunak untuk mensimulasikan
bangunan kinerja dari tahap awal desain
konseptual. Alat ini menggabungkan fungsi
analisis dengan tampilan interaktif.
INSUL Perangkat lunak yang dirancang untuk
melakukan prediksi insulasi suara pada
dinding, lantai, atap, ceiling dan jendela.
137
Noise at Work Perangkat lunak yang didesain secara
khusus untuk membuat peta kebisingan
(noise map) dan melaporkan kebisingan
pada tempat bekerja.
QSources Alat ukur untk respon frekuensiyang lebar
(Qohm) (50Hz-16kHz) dan daya yang tinggi (122
dB)
SONarchitect Software perhitungan kebisingan yang dapat
mengkalkulasi berbagai tipe kebisingan
Sound Level Merupakan sistem monitoring tingkat suara
Monitor yang otomatis dan dapat dioperasikan dari
jarak jauh
Sound Level Alat prinsipal yang digunakan untuk
Meter pengukuran tingkat tekanan suara. Alat ini
dapat merespon frekuensi rendah dari 1-20
000 Hz
SoundPLAN Perangkat lunak yang didedikasikan untuk
memprediksi suara, khususnya kebisingan.
138
BAB VII
PRAKTEK DISAIN BANGUNAN
& LINGKUNGAN
1. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Materi ini mendeskripsikan formasi elemen akustik dalam
sebuah ruangan yang disesuaikan dengan fungsi bangunannnya
hingga empat contoh projek dalam menata, mengkaji dan
mengeksplorasi peran akustik.
1.2. Relevansi
Dalam praktek Disain Bangunan yang respond terhadap
kebisingan serta tercapainya tuntutan kenyamanan akustik, diawali
dengan mengetahui formasi Element Akustik dalam Ruangan.
Pemberian contoh hasil produk pengamatan berupa artikel secara
kajian teori maupun praktik akan membuka wawasan para
mahasiswa dalam mengembangankan disain bangunan dan
lingkungan berbasis kebisingan. Terdapat 4 projek yang
disampaikan sebagai awal pengenalan kenyamanan akustik dalam
bangunan secara teori maupun profesional.
1.3. Kompetensi
1.3.1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
Pada akhir pemberian pokok bahasan praktek disain
bangunan dan lingkungan yang respond terhadap kebisingan ini,
mahasiswa Teknik Arsitektur semester 4, akan mampu akan mampu
menganalisis (C4) dan berkreasi merancang (C6) dan solutif
menyelesaikan suatu rancangan disaian bangunan dan lingkungan
berbasis pertimbangan kebisingan, hingga mampu mengerjakan
projek studi kasus ataupun pembuatan laporan ilmiah.
139
1.3.2. Sub-Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
Jika diberikan materi tentang pemahaman contoh praktek
disain bangunan dan lingkungan yang respond terhadap kebisingan
ini dilengkapi dengan praktek merancang dari suatu kondisi
eksisting ataupun rancangan baru, mahasiswa Teknik Arsitektur
semester 4, akan mampu :
Mampu memetakan (C3) ragam formasi elemen akustik dari
suatu projek studi kasus
Mampu Menganalis (C4) ragam formasi elemen akustik dari
suatu projek studi kasus
Mampu mengusulkan rancangan (C6) suatu ruangan atau
bangunan respond terhadap permasalahan kebisingan, termal
dan penerangan alami serta buatan secara parsial maupun
komprehensif.
2. PENYAJIAN
2.1. Uraian
2.1.1. Pengantar : Formasi Elemen Akustik dalam Ruang
Formasi elemen akustik dalam sebuah ruangan akan
menentukan kinerja akustik ruang tersebut sesuai dengan fungsi nya
140
(Egan, 2007; Ermann, 2015; Mommertz, 2012; Sarwono, 2013).
Beberapa acuan perancangan formasi penempatan elemen akustik
pada ruang dengan fungsi tertentu adalah sebagai berikut:
Ruang Kelas dan Masjid: Secara prinsip fungsi utama
akustik ruang kelas dan masjid adalah untuk menciptakan
komunikasi dari depan menyebar ke audience. Maka elemen
Pemantul atau Penyebar pada dinding depan, samping serta
langit-langit depan. Elemen penyerap atau penyebar pada
dinding belakang serta langit-langit belakang. Lantai bisa
keramik atau parket atau karpet.
Ruang Auditorium: Fungsi komunikasi akustik utama di
auditorium sebenarnya tidak jauh beda dengan ruangan
sebelumnya. Dimana sumber suara dari arah stage ke
penonton, hanya saja bilamana menggunakan sound system,
harus diperhatikan type dan posisi, serta aiming sudut
pemasangan.
Ruang Konser Akustik/Philharmonik: Berbeda dengan
ruangan sebelumnya, pada ruangan jenis ini energi suara di
ruangan ini diharapkan bertahan selama mungkin dalam
batas intelligibility musik yang dimainkan ke seluruh bagian
ruangan, sehingga perlu dihindari pemakaian elemen
penyerap (diminimalisasi), dan dimaksimalkan penggunaan
pemantul dan penyebar pada seluruh bagian permukaan
dalam ruangan.
Ruang Studio: Medan suara langsung sangat diperlukan
dalam ruangan ini, dan medan suara pantulan diminimalisisr.
Formasi elemen akustik yang disarankan adalah perbanyak
penyerap di ruang kontrol (bisa dikombinasikan dengan
penyebar) dan kombinasi penyerap-penyebar di ruang live.
Kamar Tidur, Living Room, Ruang rawat inap: Kondisi
hening sangat diperlukan untuk ruangan-ruangan ini,
sehingga diperlukan kombinasi 3 elemen sesuai kondisi
bising dan kenyamanan individu.
141
Ruang rapat: Komponen utama yang diperlukan dalam
ruangan ini adalah intelligibility, sehingga disarankan
dinding kombinasi penyerap-penyebar, langit-langit dan
lantai berlawanan karakteristik (bila lantai penyerap, langit-
langit pemantul atau penyebar, dan sebaliknya)
Ruang Bioskop: Medan suara pantul sangat diminimalkan
dalam ruangan ini, penonton diminta untuk mendengarkan
medan suara langsung dari sistem tata suara terpasang,
sehingga mayoritas dilapisi elemen penyerap.
Gelanggang Olah Raga: lantai keras, langit-langit
kombinasi penyerap-penyebar, dinding kombinasi pemantul-
penyerap-penyebar (tergantung bentuk geometri nya).
142
2.1.2. Project 01: Akustik Bangunan Ibadah (Sarwono, 2013;
Yani, 2020)
Berikut kajian akustik yang dilakukan oleh Joko Sarwono
dari ITB. Dikatakan bahwa Masjid, dilihat dari fungsinya secara
akustik, dapat digolongkan sebagai ruangan yang didesain untuk
speech (percakapan). Semestinya, pada saat merancang masjid,
desain akustik tidak boleh dikesampingkan.
1) Pilihan material envelope.
Mewujudkan konsep Grande dan bersih, biasanya
dipergunakan material-material yang memiliki permukaan keras dan
berkesan bersih, seperti marmer, granit, GRC, keramik dsb. Apabila
sisi akustik tidak dipertimbangkan, maka material-material tersebut
berpotensi menyebabkan terjadinya cacat akustik seperti echoe,
flutter echoe, dan sound focusing, yang pada akhirnya akan
mengganggu intelligibility (kejelasan mendengar suara ucapan) di
dalam masjid.
2) Pengaruh Atap kubah/dome.
Sebuah penelitian di Teknik Fisika ITB menunjukkan bahwa
bentuk kubah (dome) cenderung memberikan gangguan akustik
yang lebih signifikan dibandingkan dengan bentuk kubah yang
lainnya. Sebuah masjid bisa memiliki kubah tunggal ataupun
banyak. Problem akustik utama yang diakibatkan oleh bentuk kubah
atau dome ini adalah adanya pemusatan suara, sehingga
mengakibatkan suara tidak tersebar merata ke seluruh ruangan
masjid. Beberapa tips yang berkaitan dengan bentuk kubah ini
adalah:
Usahakan titik focus kubah jatuh pada daerah diatas telinga
manusia ketika berdiri. (kubah sebaiknya tinggi). Bila titik
focus tepat pada ketinggian telinga manusia saat duduk,
sebenarnya akan menghemat pemakaian sistem tata suara,
karena suara khotib akan mudah didengar diseluruh bagian
tempat duduk jamaah. Hanya saja, konsekuensinya,
bilamana para jamaah ikut berbicara sendiri pada saat ada
khotbah, maka suara jamaah akan mengganggu jamaah lain
143
hingga ke arah khotib.
Bagian permukaan kubah yang menghadap ke dalam,
sebaiknya terbuat dari bahan yang lunak (menyerap energi
suara) atau memiliki permukaan yang tidak rata secara fisik
(misalnya dengan menggunakan ornament-ornamen timbul)
ataupun secara akustik (dengan diffuser atau menggunakan
variasi material keras dan lunak secara random)
Gunakan anti-dome atau anti kubah dari bahan transparan.
3). Cermat pada system tata suara.
Selain kubah, masalah utama akustik dalam masjid adalah
system tata suara (sound system). Pemasangan system tata suara
hanya boleh dilakukan apabila kondisi akustik natural ruang sudah
dicapai. Sistem tata suara (loudspeaker dan teman-temannya) adalah
alat bantu untuk menciptakan kondisi mendengar yang lebih baik,
tetapi dia BUKAN sistem untuk memperbaiki akustik ruangan. Bila
ruangan anda memiliki cacat akustik seperti echoe, flutter echoe,
sound focusing, dan dengung berlebihan, maka sebagus apapun
system tata suara anda tidak akan bisa memperbaiki hal itu.
4). Beberapa trik akustik untuk masjid.
Bila masjid sudah didominasi oleh permukaan yang keras
dan memiliki dome dan sudah tidak mungkin dilakukan
perubahan apapun, jangan gunakan sistem loudspeaker besar
dan terpusat dibagian mihrab, tetapi gunakan loudspeaker-
loudspeaker kecil yang terdistribusi merata. Sistem terpusat
akan cenderung diset untuk menghasilkan suara yang besar,
sehingga akan berinteraksi dengan dengung ruang dan
menyebabkan ketidakjelasan suara ucapan. Sistem
terdistribusi dapat diset sedemikian hingga volume system
diatur pada level secukupnya sesuai dengan daerah yang
dicover.
144
Hindari permukaan keras yang sejajar, karena akan
menyebabkan flutter echoe.
Hindari permukaan keras pada bagian dinding belakang
masjid, karena akan menyebabkan echoe, terutama untuk
masjid berukuran besar. Gunakan bahan yang lunak atau
diffusor.
Jika memungkinkan, selalu gunakan material yang berbeda
karakteristik keras-lunaknya secara akustik untuk menutup
permukaan yang berhadapan.
Khotib berbicara kepada jamaah dari posisi Mihrab, maka
sistem tata suara yang dipasang harus menghasilkan suara
yang berasal dari arah mihrab (arah sumber suara jangan
diposiskan dari samping atau bahkan dari belakang jamaah).
Untuk masjid dengan kondisi dengung yang tidak berlebihan,
bila jarak mihrab ke bagian paling belakang jamaah tidak
lebih dari 15-20 meter, posisikan loudspeaker pada bidang
dimana mihrab berada. Bila panjang masjid lebih dari 20 m,
tambahkan beberapa baris loudspeaker sesuai dengan
kebutuhan, jangan lupa mengatur waktu tunda (delay) pada
loudspeaker-loudspeaker tambahan itu sehingga kesan suara
tetap berasal dari mihrab.
Setiap loudspeaker memiliki kurva daerah cakupan
horizontal dan vertical yang akan menentukan posisi dan
jumlah yang harus dipasang dalam ruangan sesuai dengan
geometri ruang. Perhatikan karakteristik coverage tersebut
saat anda membeli loudspeaker untuk masjid, dan arahkan
pemasangannya sehingga titik tengah kurva coverage
(sumbu loudspeaker) itu jatuh pada daerah jamaah berada,
JANGAN memasang loudspeaker anda dengan sumbunya
mengarah pada dinding belakang masjid (karena yang ingin
mendengarkan suara adalah jamaah, bukan dinding!).
145
Clarity dan Intelligibility sangat dipengaruhi oleh frekuensi
menengah dan tinggi (> 250 Hz), jadi untuk keperluan di
masjid, aturlah equalizer sistem nya dengan mengoptimalkan
setting pada daerah frekuensi tersebut dan minimalkan level
pada frekuensi rendah.
Loudspeaker dengan harga yang mahal belum tentu akan
cocok dengan setiap masjid, karena kondisi dan karakteristik
pemantulan serta geometri masjid berbeda-beda.
Bila memungkinkan, pilih mikrofon yang paling bagus
sesuai dengan budget yang ada, karena kunci sistem tata
suara ada pada pemilihan mikrofon dan loudspeaker yang
digunakan, BUKAN pada sistem-sistem diantaranya.
Bila ada balkon, ceiling dibawah balkon sebaiknya dibuat
dari material yang lunak (terutama bila lantai terbuat dari
keramik/granit/marmer). Tambahkan loudspeaker kecil
untuk mengcover daerah bawah balkon.
Bila menggunakan jumlah loudspeaker yang cukup banyak
dan terdistribusi, sebaiknya dilakukan pengelompokan
(grouping), supaya bisa diatur penyalaannya sesuai dengan
jumlah jamaah yang hadir (bila ruang ibadah terisi penuh,
nyalakan semua group; bila hanya 3-5 shaft terdepan terisi,
nyalakan group yang mengcover 5 baris terdepan itu saja,
group yg lain dimatikan).
Hal lain yang seringkali mengganggu kondisi akustik dalam
masjid adalah bising latar belakang (noise). Hal ini
merupakan masalah umum yang sering dihadapi oleh
bangunan-bangunan di daerah tropis yang seringkali
menganut sistem semi-open room. Manajemen pengendalian
bising untuk masjid perlu di pertimbangkan pada saat
tahapan desain.
146
2.1.3. Project 02: Akustik Home Teather
Home theater adalah sebuah rangkaian yang menyerupai
bioskop dan dapat dirakit sendiri di rumah dengan kualitas yang
tidak kalah jauh dengan aslinya. Home Theater merupakan
kombinasi dari perancangan komponen elektronik untuk
menciptakan pengalaman menonton film dalam suatu ruang theater
yang mengasyikan yang ada didalam rumah (Arsitur, 2022).
1) Keuntungan Menggunakan Home Theater :
Salah satu perbedaan terbesar adalah pengalaman suara.
Komponen utama kedua bioskop adalah ukuran layar
film yang besar.
Menonton lebih nyaman karena dapat menonton semua
gambar maupun suara dengan baik.
2) Elemen-Elemen Minimum Home Theater :
Layar televisi yang besar (sekurang-kurangnya 27 inchi
diukur secara diagonal) dengan gambar yang jelas.
Sekurang-kurangnya menggunakan 4 speaker.
Peralatan player atau film broadcast dengan suara
surround, terutama dengan gambar yang
jernih.Pengalaman menonton di bioskop atau home
theater tidak lengkap tanpa sistem audio visual dari
ruangan tersebut.
3) Beberapa Prinsip Dasar Pertimbangan Disain :
Menyadari terciptanya kualitas suara diantaranya
hindari gema, karena suara dari speaker yang terus
memantul di sekitar ruang dan menyebabkan gema.
Permukaan panel akustik dapat menyerap gelombang
suara frekuensi menengah dan tinggi, sehingga
memberikan sistem suara yang efektif ke dalam
ruangan.
Meningkatkan kualitas sistem audio-visual.
Mengetahui jenis dan ragam jumlah suara yang
mungkin bocor dari ruangan.
147
Sumber :(Arsitur, 2022)
148
2.1.4. Project 03: Kreasi dalam Soundscape dan Soundwalk
Kehadiran studi mengenai soundscape menjadi sangat
penting dalam mengantisipasi hilangnya kepekaan dan kepedulian
terhadap peristiwa bunyi yang terjadi di lingkungan sekitar kita.
Soundwalk merupakan eksplorasi soundscape yang seringkali
dilakukan dengan (tanpa) bantuan teknologi perekaman audio, serta
melibatkan instruksi tertulis sebagai panduan untuk pendengar
dalam menelaah bunyi-bunyi sekitar atau yang tidak biasa selama
melakukan aktivitas berjalan.. Dalam praktiknya, metode ini dapat
menggunakan instruksi tertentu atau improvisasi dan
memungkingkan untuk dilakukan secara perorangan, duet, maupun
berkelompok.
Soundwalk adalah pengamatan sambil berjalan dengan fokus
mendengarkan suara disekelilingnya/lingkungan. Istilah ini pertama
kali digunakan oleh anggota World Soundscape Project di bawah
kepemimpinan komposer R. Murray Schafer di Vancouver pada
1970-an. Hildegard Westerkamp. Mereka adalah kelompok seniman
pendiri World Forum of Acoustic Ecology, mendefinisikan
soundwalking sebagai "... any excursion whose main purpose is
listening to the environment. It is exposing our ears to every sound
around us no matter where we are." (NADA, 2022)
Schafer sangat tertarik pada implikasi dari perubahan
soundscapes dalam masyarakat industri pada anak-anak, dan
hubungan anak-anak dengan dunia melalui suara. Dia adalah
pendukung pembersihan telinga (membersihkan telinga seseorang
secara kognitif), dan dia melihat soundwalking sebagai bagian
penting dari proses melibatkan kembali indera pendengaran kita
dalam menemukan tempat kita di dunia (Schafer & Bissell, 1969).
Westerkamp menggunakan soundwalk untuk membuat beberapa
karya seni suara. "Cricket Voice", "A Walk Through the City", dan
"Beneath the Forest Floor" semuanya adalah karya yang terinspirasi
dari soundwalk. Sejak 2017, festival global tahunan dan acara
komunitas, Sound Walk September, merayakan segala jenis
Soundwalk.
149
1) Mengenal lebih jauh Soundscape
Soundscape adalah bunyi apapun yang berada pada ruang
akustik lingkungan tertentu yang dapat ditangkap oleh manusia,
melibatkan aspek-aspek persepsi manusia tentang bunyi dan
pendengaran. Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Östen
Axelsson, Catherine Guastavino dan Sarah R. Payne, berdasarkan
publikasi bagian satu dari ISO (International Organizations For
Standarization) seri 12913 dituliskan definisi terkait dengan
soundscape sebagai “lingkungan akustik yang dirasakan atau
dialami dan/atau dipahami oleh seseorang atau masyarakat.
150
Dalam pembahasan mengenai aktivitas berjalan dan
mendengar, terdapat dua metode yang memiliki kemiripan, jika
dilihat dari praktiknya. Dua metode tersebut adalah listening walk
dan soundwalk. R. Murray Schafer membedakan listening walk yang
merupakan sebuah aktivitas berjalan untuk mendengarkan secara
seksama dengan penuh konsentrasi, dan soundwalk yang merupakan
merupakan metode empiris untuk mengidentifikasi soundscape dan
komponen-komponen dari soundscape dalam berbagai lokasi.
Listening walk biasanya dilakukan dengan aturan tertentu dan hanya
berfokus pada aktivitas mendengarkan secara saksama. Soundwalk
merupakan eksplorasi soundscape yang seringkali dilakukan dengan
/tanpa bantuan teknologi perekaman audio, serta melibatkan
instruksi tertulis sebagai panduan untuk pendengar dalam menelaah
bunyi-bunyi sekitar atau yang tidak biasa selama melakukan
aktivitas berjalan.
151
Soundwalk dapat dilakukan baik secara perorangan, duet,
maupun berkelompok, tergantung dari apa tujuan dan keperluan
soundwalk tersebut dilakukan. Biasanya soundwalk digunakan
untuk keperluan riset ilmiah seperti dalam soundscape ecology dan
acoustic ecology, dilakukan secara berkelompok untuk memenuhi
keperluan ilmiah yang membutuhkan banyak data kuantitatif dan
kualitatif. Kemudian untuk kebutuhan artistik seperti apa yang
Hildegard Westerkamp lakukan di dalam proses kekaryaannya,
soundwalk dapat dilakukan secara perorangan.
3) Ragam Jenis Metode Soundwalk
Antonella Radicchi menuliskan kriteria-kriteria dan jenis-
jenis soundwalk yang berangkat dari contoh-contoh soundwalk yang
dilakukan oleh para praktisi sebelumnya . Perhatikan daftar pada
tabel dibawah ini:
152
KRITERIA JENIS SOUNDWALK
ditentukan sebelumnya
linear soundwalks sepanjang jalur bebasterbuka tanpa
ditentukan sebelumnya
POSISI terpisah, mencoba untuk tidak memberikandampak
PARAPARTISIPAN peristiwa bunyi lain pada soundscape
SOUNDWALK:
interaktif, mencoba untukberinteraksi/bermain dengan
lingkungan
DISKUSI silent soundwalks, dilanjutkan dengan diskusi-diskusi
BERSAMA GRUP: bersama grup pada akhir sesi soundwalk
commented soundwalks, dimana pemimpin partisipan dan
para partisipan membuat komentar-komentar terhadap
soundscape pada titik-titik pemberhentian yang dituju dan
pada akhir dari sesi soundwalk
commented city walks, dimana pemimpin partisipan dan
para partisipan membuat komentar-komentar terhadap
soundscape sepanjang sesi soundwalk
POIN-POIN silent soundwalks tanpa titik-titik evaluasi
EVALUASI:
silent soundwalks dengan titik-titik evaluasi mendengar
yang ditentukan sebelum sesi soundwalk
silent soundwalk dengan titik-titik evaluasi mendengar yang
ditentukan saat sesi soundwalk
soundwalks dengan titik-titik evaluasi kompleks yang telah
ditentukan sebelum soundwalk
soundwalks dengan titik-titik evaluasi kompleks yang
ditentukan saat sesisoundwalk
PENGHILANGAN blinded soundwalks, dipimpin oleh seseorang dengan
VISUAL: penutup mata yang memimpin partisipan dengan kondisi
mata tertutup
blinded soundwalks, dipimpin oleh seseorang tanpa penutup
mata yang memimpin partisipan dengan kondisi mata
tertutup
classic soundwalks tanpa penghilangan visual
KEBUTUHAN augmented soundwalk/audiowalks: dengan menggunakan
TEKNIS: headphones dan panduan audio yang menjadi panduan di
atas bebunyian lingkungan
recorded soundwalks dengan poin-poin evaluasi
pendengaran: stereo, perekam binaural dan ambisonic,
kamera foto, kamera video, dan aplikasi-aplikasi ponsel
recorded soundwalks dengan poin-poin evaluasi kompleks:
kadar kebisingan, stereo, perekam binaural dan ambisonic,
kamera foto, kamera video, dan aplikasi-aplikasi ponsel
Sumber : (Radicchi, 2017).
153
4) Mendesain Metode Soundwalk
Disamping banyaknya ragam metode soundwalk, desain dari
soundwalk seringkali mencakup beberapa parameter penting seperti
konteks tujuan, teknis pelaksanaan, dan area Konteks tujuan dapat
kita tentukan dengan terlebih dahulu memahami
permasalahanpermasalahan yang dirasa penting, sehingga metode
soundwalk perlu untuk dilakukan. Penentuan konteks tujuan dapat
mempermudah ketentuan dari persiapan teknis pelaksanaan yang
akan diterapkan dan juga jenis-jenis data yang dibutuhkan. Persiapan
ini biasanya mencakup penyediaan peralatan tulis, alat perekam
audio, headphone, kuesioner (apabila dilakukan secara
berkelompok), dan peta soundwalk.
Peralatan tulis seperti kertas dan pulpen berguna untuk
mencatat data-data yang didapatkan dari sesi soundwalk.
Alat perekam audio berfungsi untuk merekam soundscape
yang mengandung data-data yang dibutuhkan untuk
kemudian ditelaah kembali.
Headphone yang dipasang pada alat perekam audio berfungsi
sebagai alat bantu untuk mendengarkan secara detail
terhadap soundscape yang ada.
Kuesioner sangatlah berguna terlebih untuk soundwalk
berbasis ilmiah yang membutuhkan data kuantitatif dan
kualitatif. Hal ini sangatlah efektif apabila dipersiapkan
untuk pelaksanaan soundwalk yang dilakukan secara
berkelompok.
Peta soundwalk merupakan denah dari jalur soundwalk yang
akan dilalui. Biasanya dapat mengikutsertakan beberapa
titik-titik pemberhentian sebagai lokasi-lokasi untuk
menelaah soundscape.
154
Sumber: (Kang & Schulte-Fortkamp, 2016)
155
Sumber: (GeoNoise, n.d.; indoakustik, 2021; Teguh, 2022)
2.2. Latihan
Soal no.01 :
Carilah beberapa referensi artikel ilmiah terkait penelitian
soundwalk di lingkungan kampus
Jawaban Soal No.01:
Comparison between Sound Pressure Levels and
Perception: a Soundscape Application in a University
Campus
Acoustic Ecology and Sound Mapping the University of
Central Florida Main Campus
157
Gesture, Music and Computer: The Centro di Sonologia
Computazionale at Padova University, a 50-Year History
Research on Sustainability Research Discussed by
Researchers at University of Salerno (Soundwalk,
Questionnaires and Noise Measurements in a University
Campus: A Soundscape Study).
Survey and Study on the Soundscape of University Campus
Exploring the Multisensory Interaction between Luminous,
Thermal and Auditory Environments through the Spatial
Promenade Experience: A Case Study of a University
Campus in an Oasis Settlement.
Learning to listen: Tempe 'soundwalks' connect students with
nature
Soundscape University of B.C., A Soundwalk 13'45'
Bringing Earth Day to life across campus
Soal no.02 :
Sebutkan 3 (tiga) alternatif melakukan soundwalk
berdasarkan jumlah partisipasinya
Jawaban Soal No.02:
3 (tiga) alternatif melakukan soundwalk berdasarkan jumlah
partisipasinya adalah : Pertama : Solo soundwalks
(perorangan), Kedua : Duo soundwalks (biasanya
periset/seniman memimpin warga kota/ahli) dan Ketiga :
Group soundwalks (berkelompok)
3. Penutup
3.1. Rangkuman
Ditegaskan bahwa formasi akustik (penataan disain akustik)
sangat tergantung dari fungsi ruang/ bangunan. Misalnya ruangan
kelas dan masjid, formasinya adalah penyebaran suara dari
pembicara ke audience. Berbeda dengan ruangan konser, dimana
suara seyogyanya bertahan/ hindari banyak elemen penyerap-
158
perbanyak pemantul. Ruang studio justru harus diminimalis element
pemantul. Sedangkan ruangan rawat inap, living room, kamar tidur
sebagiknya digunakan kombinasi penyerap dan pemantulnya.
Dalam penganalisaan proyek arsitektur, seharusnya
dicermati dengan benar apakah disain akustiknya sangat
diutamakan. Beberapa fungsi bangunan yang benar-benar
mengutamakan disain akustik adalah seperti bangunan Ibadah,
Home theater, bangunan kesenian, Studio musik.
Kehadiran studi Soundscape dan soundwalk menjadi sangat
penting dalam mengantisipasi hilangnya kepekaan dan kepedulian
terhadap peristiwa bunyi yang terjadi di lingkungan sekitar kita.
Soundwalk dapat dilakukan baik secara perorangan, duet, maupun
berkelompok, tergantung dari apa tujuan dan keperluan soundwalk
tersebut dilakukan. Biasanya soundwalk digunakan untuk keperluan
riset ilmiah seperti dalam soundscape ecology dan acoustic ecology,
dilakukan secara berkelompok untuk memenuhi keperluan ilmiah
yang membutuhkan banyak data kuantitatif dan kualitatif. Kriteria
disain sondwalks telah dijabarkan dalam penelitiannya Antonella
Radicchi (lihat tabel diatas). Dan guna menambah kepekaan dan
wawasan disain bangunan dan lingkungan terhadap permasalahan
kebisingan pada ranah pendidikan arsitektur, silahkan simak
beberapa projek sebagaimana tertampil pada materi bab ini. Dan
beberapa referensi yang dapat dijadikan referensi penambah
wawasan dapat buku, artikel seperti: buku “A Pocket Guide to
Soundwalking. Some introductory notes on its origin, established
methods and four experimental variations” karya Antonella
Radicchi dan buku “Soundscape and the Built Environment” karya
Jian Kang, (GeoNoise, 2022; D. Howard & Angus, 2009;
indoakustik, 2021; Jacobsen et al., 2011; Kryter, 2013; Mommertz,
2012; Radicchi, 2017; Seow, 2021, 2021; UNESCO, 2020), (Kang
& Schulte-Fortkamp, 2016)
159
3.2. Tes Formatif
Soal no.01
Sebutkan beberapa fungsi soundcape?
Soal no.02
Terdapat 3 (tiga) motode jalur untuk melakukan soundwalk,
sebutkan dan jelaskan
Soal no.03
Jelaskan konsep dsan akustik untuk bangunan peribadatan
seperti masjid.
𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑥 2
Tingkat penguasaan = ( )%
100
160
berjalannya. Jalur sudah ditentukan sebelumnya), b). linear
soundwalks, sepanjang jalur yang sudah ditentukan
sebelumnya. Dan c). Jalur Linear, flexible soundwalks,
sepanjang jalur yang bebas terbuka tanpa ditentukan
sebelumnya.
Jawaban Soal no.03 Test Formatif :
Beberapa konsep disaian akustik sebuat banguan peribadatan
diantaranya adalah : a). Hindari permukaan keras yang
sejajar dan permukaan keras pada bagian dinding belakang
masjid, karena akan menyebabkan echoe, b). Hindari
penggunaan sistem loudspeaker besar dan terpusat dibagian
mihrab, tetapi gunakan loudspeaker-loudspeaker kecil yang
terdistribusi merata. c). Bila ada balkon, ceiling dibawah
balkon sebaiknya dibuat dari material yang lunak (terutama
bila lantai terbuat dari keramik/granit/marmer). Tambahkan
loudspeaker kecil untuk mengcover daerah bawah balkon.
161
Daftar Pustaka
Arsitur, S. (2022). Sistem Akustik Bangunan pada Home Teather
dan Bioskop. Arsitur Studio.
https://www.arsitur.com/2019/05/sistem-akustik-bangunan-
pada-home.html
GeoNoise. (n.d.). Laporan experimen via https://www.konsultasi-
akustik.com/artikel/. Geonoise Indonesia. Retrieved May 28,
2022, from https://www.konsultasi-akustik.com/artikel/
GeoNoise. (2022). Noise at Work. Geonoise Indonesia.
https://www.konsultasi-akustik.com/noise-at-work/
Hizkia, N. (2022, April 14). Propagasi suara di luar ruangan –
hubungan antara daya suara, intensitas suara dan tekanan
suara. Geonoise Indonesia. https://www.konsultasi-
akustik.com/artikel/
Howard, D., & Angus, J. (2009). Acoustics and Psychoacoustics
(4th edition). Focal Press.
Indoakustik. (2021, July 29). Akustik Ruang dan Bising pada
Bangunan. INDOAKUSTIK.
https://indoakustik.co.id/en/akustik-ruang-dan-bising-pada-
bangunan/
Indoakustik. (2022, mei). Laporan experimen via
https://indoakustik.co.id/en/artikel/. INDOAKUSTIK.
https://indoakustik.co.id/en/artikel/
Jacobsen, F., Poulsen, T., Rindel, J., Gade, A., & Ohlrich, M. (2011).
Fundamentals of Acoustics and Noise Control.
Kang, J., & Schulte-Fortkamp, B. (2016). Soundscape and the Built
Environment. Routledge & CRC Press.
https://www.routledge.com/Soundscape-and-the-Built-
Environment/Kang-Schulte-
Fortkamp/p/book/9781138893085
Kryter, K. D. (2013). The Effects of Noise on Man (D. H. K. Lee,
E. W. Hewson, & C. F. Gurnham, Eds.). Academic Press.
162
Mommertz, E. (2012). Acoustics and Sound Insulation: Principles,
Planning, Examples. In Acoustics and Sound Insulation.
Birkhäuser. https://doi.org/10.11129/detail.9783034614733
NADA, C. S. (2022). Sound Walk. Hildegard Westerkamp.
http://www.hildegardwesterkamp.ca/sound/installations/Na
da/soundwalk/index.html
Radicchi, A. (2017). A Pocket Guide to Soundwalking. Some
introductory notes on its origin, established methods and four
experimental variations.
Sarwono, J. (2012, June 6). Sound System vs Akustik Ruang | Joko
Sarwono: Dunia Akustik.
https://blogs.itb.ac.id/jsarwono/2012/08/06/sound-system-
vs-akustik-ruang/
Sarwono, J. (2013, Mei). Formasi Elemen Akustik dalam Ruang |
Joko Sarwono: Dunia Akustik.
https://blogs.itb.ac.id/jsarwono/2013/05/02/komposisi-
elemen-akustik-dalam-ruang/
Schafer, M., & Bissell, K. (1969). Ear Cleaning: Notes For An
Experimental Music Course.
Seow, K. Y. (2021, Agustus). Akustik dari Studio Kecil. Geonoise
Indonesia. https://www.konsultasi-akustik.com/akustik-dari-
studio-kecil/
Teguh, M. (2022). DESIGN INTERIOR – Acoustic Interior.
http://peredamsuara.web.id/designinterior/
UNESCO. (2020, January 1). UNESCO Week of Sound. UNESCO.
https://en.unesco.org/events/unesco-week-sound
163
Senarai
Bentuk kubah (dome) Cenderung memberikan gangguan akustik yang
lebih signifikan, karena terjadi catat akustik/
pemusatan pada area audience.
Day soundwalks dan Soundwalk yang dilakukan di siang hari dan Malam
Night soundwalks hari
Efek buzz Gema, gelombang suara yang kita rasakan pada
interval waktu yang berbeda. Hal ini terjadi karena
tidak adanya permukaan lunak atau permukaan
penyerap suara.
Philharmonik Ruang Konser Akustik, jenis ruangan ini
membutuhkan energi suara diharapkan bertahan
selama mungkin dalam batas intelligibility musik
yang dimainkan ke seluruh bagian ruangan,
sehingga perlu dihindari pemakaian elemen
penyerap (diminimalisasi),
Rural soundwalks dan Soundwalk yang dilakukan di lokasi pedesaan dan
Urban soundwalks perkotaan
Solo soundwalks, Duo Bentuk partisipan pelaksanaan soundwalk yang
soundwalks, Group dilakukan oleh perseorangan, berkelompok atau
soundwalks periset/seniman
Soundwalk Suatu eksplorasi soundscape yang dilakukan
dengan (tanpa) bantuan teknologi perekaman audio,
serta melibatkan instruksi tertulis sebagai panduan
untuk pendengar dalam menelaah bunyi-bunyi
sekitar atau yang tidak biasa selama melakukan
aktivitas berjalan
Soundwalk Pengamatan sambil berjalan dengan fokus
mendengarkan suara disekelilingnya/ lingkungan.
Soundwalks over time, Pelaksanaan sondwalk yang dilakukan secara
berangsur- angsur mengunjungi lokasi yang sama
di jam yang berbeda, pada hari-hari libur; dalam
musim-musim yang berbeda
Stationary Bentuk jalur pelaksanaan soundwalk secara tidak
soundwalks, linear bergerak atau mengikuti jalur jalan.
soundwalks
164
INDEKS
A E
Absorber · 61, 68, 80, 90, 91, 111, Echoe · 86, 90, 93
112, 118 External Noise · 87, 90, 93
absorpsi · 59, 72, 74, 97, 153, 154
Absorpsi Suara · 97, 98, 110, 116, F
184 Fanger · 21, 25, 32, 33, 34, 35, 36
airborne sound · 72 Focusing of Sound · 85, 90, 93
akuistik · 24 formula Sabine · 99
Akustik · 5, 16, 22, 26, 32, 37, 39, frekuensi · 39, 41, 48, 51, 57, 61,
43, 44, 64, 68, 70, 72, 73, 74, 83, 84, 94, 103, 104, 107, 111,
76, 83, 85, 88, 89, 92, 93, 97, 112, 117, 147, 148, 161, 171,
108, 118, 133, 149, 152, 154, 173
160, 161, 163, 164, 165, 166, Fullness · 84, 93
167, 172, 182, 184, 189, 190,
191 G
Akustika Ruang · 73, 93 gangguan fisiologi · 54, 65, 66
amplifier · 45, 103 gangguan psikologi · 63, 65
anechoic · 62, 77, 79, 93, 101, 114 Grafik Kurva Waktu Dengung ·
120, 121, 127
B H
background noise · 102 hearing loss · 54, 66
Beaufort · 12, 27, 28, 35, 36 Home Theater, · 78
BIM REVIT · 15, 150, 151, 161 human factor · 33
Blend · 85, 93
bunyi · 39, 40, 41, 42, 45, 46, 47, I
57, 58, 59, 64, 65, 66, 68, 69, Impact insulation · 108, 115, 118
97, 99, 114, 117, 118, 129, impact noise · 72
130, 131, 132, 136, 137, 140, Insulasi airborne · 108, 115, 118
155, 175, 176, 178, 180, 186, Insulasi akustik · 98
191 Insulasi bangunan · 98
Insulasi termal · 98
C intelligibility · 74, 166, 168, 191
Cacat akustik · 70 Intelligibility · 82, 93, 171
Clarity · 74, 82, 84, 93, 171 Intimacy · 82, 83, 93
D K
Dekopling Mekanik · 105, 106, Kecepatan Udara · 34
113, 115 Kelembaban · 24, 34
Desibel · 41 kenyamanan · ii, 1, 4, 5, 6, 13, 16,
Diffusor · 61, 68, 79, 80, 90 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24,
25, 26, 28, 29, 31, 32, 33, 36,
37, 38, 40, 41, 45, 46, 64, 70,
165
72, 98, 120, 163, 166, 184 sound level meter · 136
Kenyamanan · 2, 4, 5, 16, 18, 19, Sound Level Monitor · 148, 157,
20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 32, 161
34, 35, 39, 44, 45, 64 Sound Pressure Level · 102
Koefisien Absorpsi · 100 sound proofing · 111
Konduksi · 105, 107, 115, 118 Sound System · 74, 75, 76, 92, 190
SoundPLAN · 15, 152, 157, 160,
L 162
level suara · 74, 75 Soundproofing · 104, 106, 118
Liveness · 83, 94 Soundscape · 175, 176, 177, 186,
M 188, 190
Metabolisme · 34 Soundwalk · 175, 176, 177, 178,
microphone · 45, 73, 81, 94, 115 179, 181, 187, 190, 191
speech interference · 49
N Suhu udara · 24, 34
NC · 55, 69 Sumber Bising · 32, 46, 64, 140
noise control · 60 sumber bising jamak · 141
Sumber bising tunggal · 140, 141
P Sumber Suara · 73, 91, 102, 115
PMV · 21, 36
Predicted Mean Vote · 21, 36 T
Termal · 22, 25
R Texture · 84, 94
Reflector · 60, 69 Tingkat Bunyi · 12, 123, 124, 125,
Reflektor · 80, 174 126, 127, 132
Resonansi · 87, 90, 94, 105, 107, Tingkat Kebisingan · 46, 51, 121,
112, 115 122, 130, 132, 135, 156
reverberation chamber · 78, 101,
115 V
Reverberation Time · 61, 97, 98, Ventilasi · 26, 27
114, 118, 137 Visual · 22
S W
Serapan Udara · 56 waktu dengung · 6, 42, 74, 83, 84,
Sleep disturbance · 50, 69 88, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 103,
software ECOTECT · 15, 149, 150 104, 128, 132, 134, 153
sound controling · 111 Warmth · 84, 94
sound leakage · 149 WHO · 40, 51, 68, 69
166
BIOGRAFI PENULIS
167
HALAMAN COVER BELAKANG
168