OLEH
KELOMPOK 1
KELAS 1C
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan laporan yang berjudul Pengujian
Beton dan Aspal.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Tuhan YME
2. Dr. Akhmad Suryadi, BS., M.T. selaku dosen pembimbing laboratorium
uji bahan serta instruktur yang telah membantu
3. Orang tua kami yang telah mendukung kami
4. Rekan-rekan kelas 1C D-III Teknik Sipil
5. Serta semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporam ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga laporan ini memberikan informasi yang berguna dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
LAPORAN....................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................xii
LAMPIRAN.............................................................................................................156
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................162
ix
DAFTAR TABEL
1
volume yang besar sehingga dengan berat sama akan dibutuhkan aspal yang
banyak dan sebaliknya.
Agregat dengan kadar pori besar akan membutuhkan jumlah aspal yang
lebih banyak karena banyak aspal yang terserap akan mengakibatkan aspal
menjadi lebih tipis.Penentuan banyak pori ditentukan berdasarkan air yang dapat
terarbsorbsi oleh agregat. Nilai penyerapan adalah perubahan berat agregat
karena penyerapan air oleh pori-pori dengan agregat pada kondisi kering.
Pada standar peraturan BS 812 : 1975 ini adalah determination of relative dan
water arbsorbsi :
1. Ukuran nominal butiran yang dipakai adalah untuk ukuran besar dari
10 mm.
2. Ukuran butiran antara 40 mm – 50 mm menggunakan metode gasjar.
3. Ukuran nominal butiran kecil dari 10 mm menggunakan metode
piknometer.
Kondisi agregat dilapangan akibat oleh air dibagi atas 4 macam yaitu :
1. Keadaan kering oven atau mutlak
Yaitu kondisi dimana agregat setelah dioven selama 24 jam dengan suhu
110 ±5’C.
2. Keadaan kering udar
Yaitu apabila kondisi agregat yang memiliki air didalam pori tetapi mkering
permukaanya.
3. Keadaan jenuh kering muka (SSD)
Yaitu bila semua pori berisi air dalam keadaan jenuh sedangkan kering
kondisi ini dinamakan dalam keadaan SSD.
4. Keadaan basah atau penuh
Yaitu dimana seluruh permukaan agregat tersebut berisi air yang biasanya
disebut air permukaan.
Agregat halus
Gambar 1.6 BU 2
Gambar 1.7 air
1.5 Prosedur Pengujian
1. Briefing untuk persiapan bahan sehari sebelum pengujian
1.6.1 Data I:
Berat cawan I = 71.5 g
Berat benda uji (pasir merah) = 500 g
Berat cawan I+pasir (sudah oven) = 539 g
Berat pasir merah+air+piknometer B1 = 1006 g
Berat piknometer+ air B3 = 697.5 g
1.6.2 Data II:
1.7 Pembahasan
1.7.1 Perhitungan Data I:
Berat benda uji B2 = (Berat pasir+cawan (kering))-(Berat cawan)
= 539 − 71.5 = 467.5 𝑔𝑟
𝐵2 467,5
𝑩𝑱 𝑩𝒖𝒍𝒌 = = 2,441
= (𝐵3 + 500 − (697,5 + 500 −
𝐵1) 1006)
500 500
𝑩𝑱 𝑱𝑷𝑲/𝑺𝑺𝑫 = = 2,610
= (𝐵3 + 500 − (697,5 + 500 −
𝐵1) 1006)
𝐵2 467,5
𝑩𝑱 𝑨𝑷𝑷 = = 2,940
= (𝐵3 + 𝐵2 − 𝐵1) (697,5 + 467,5 −
1006)
500 − 500 −
𝑷𝑬𝑵𝒀𝑬𝑹𝑨𝑷𝑨𝑵 𝐵2 𝑋 100% 467,5 𝑋 100%
= =
𝐵2 467,5
= 6,95%
𝐵2 468,5
𝑩𝑱 𝑩𝒖𝒍𝒌 = = 2,325
= (𝐵3 + 500 − (700 + 500 −
𝐵1) 998,5)
500 500
𝑩𝑱 𝑱𝑷𝑲/𝑺𝑺𝑫 = = = 2,481
(𝐵3 + 500 − 𝐵1) (200 + 500 − 998,5)
𝐵2 468,5 998,5)
𝑩𝑱 𝑨𝑷𝑷 =
= (𝐵3 + 𝐵2 − (700 + 468,5 −
𝐵1)
= 2,755
500 − 500 −
𝑷𝑬𝑵𝒀𝑬𝑹𝑨𝑷𝑨𝑵 𝐵2 𝑋 100% 468,5 𝑋 100
= =
𝐵2 468,5
= 6,723%
Tabel 1.2 Hasil perhitungan berat jenis dan
penyerapan pasir
Benda Uji
NO Perhitungan Rerata
I II
1. 2,441 2,325 2,383
1.8 Penutup
1.8.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1) Berat jenis bulk = 2,383 gr
2) Berat jenis SSD = 2,546 gr
3) Berat jenis semu = 2,848 gr
4) Penyerapan =6,837%
1. Agregat yang diuji termasuk golongan agregat normal berdasarkan
berat jenisnya.
2. Agregat tersebut tidak memenuhi standar yang ditetapkan dan dapat
digunakan sebagai bahan dalam campuran beton.
1.8.2 Saran-saran
Dalam praktikum disarankan untuk berhati-hati dalam menggunakan
alat yang mudah pecah seperti piknometer. Untuk menghindari hal
tersebut, dalam praktikum harus serius dan menaati prosedur.
B
AB II
PENGUJIAN
KADAR AIR
PASIR
Gambar 2.6 Menimbang berat cawan dan benda uji setelah dioven
2.7 Pembahasan
W3 bu1 = W2-W1
= 144,5 – 28
= 116,5
W3 bu2 = W2-W1
= 144,5 – 30,5
= 114
W5 bu1 = W4-W1
= 132,5 – 28
= 104,5
W5 bu2 = W4-W1
= 132,5– 30,5
= 102
Kadar air
1
(𝒘𝟑 − 𝒘𝟓)
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝒘𝟓
(𝟏𝟏𝟔, 𝟓 − 𝟏𝟎𝟒, 𝟓)
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝟏𝟎𝟒, 𝟓
= 𝟏, 𝟎𝟑𝟎%
Kadar air
2
(𝒘𝟑 − 𝒘𝟓)
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝒘𝟓
(𝟏𝟏𝟒 − 𝟏𝟎𝟐)
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝟏𝟎𝟐
= 𝟏, 𝟎𝟓𝟐%
Kadar air rata-rata
(𝒌𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒂𝒊𝒓 𝟏 + 𝐤𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐚𝐢𝐫 𝟐)
=
𝟐
𝟏, 𝟎𝟑𝟎 % + 𝟏, 𝟎𝟓𝟐𝟐 %
=
𝟐
= 𝟏, 𝟎𝟒𝟏%
Tabel 2.2 hasil perhitungan kadar air
(𝒘𝟑−𝒘𝟓)
kadar air = 𝒙𝒔 1,030% 1,052 %
𝟏𝟎𝟎%
𝒘𝟓
Kadar air rata-rata 1,041 %
2.8 Penutup
2.8.1 Kesimpulan
Kadar air pada agregat sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang
terkandung dalam agregat. Semakin besar selisih antara berat agregat semula
dengan berat agregat setelah kering oven maka semakin banyak pula air yang
dikandung oleh agregat tersebut dan sebaliknya. Karena besar kecilnya kadar
air berbanding lurus dengan jumlah air yang terkandung dalam agregat maka
semakin besar jumlah air yang terkandung dalam agregat maka semakin besar
pula kadar air agregat itu dan sebaliknya. Akan tetapi bila berat kering oven
besar maka kadar air akan semakin kecil dan sebaliknya. Standart spesifikasi
kadar air dalam ASTM C 555-97 adalah 0,55-2,0%.
2.8.2 Saran-saran
Untuk pengujian kadar air pada saat menimbang berat benda uji
setelah dioven sebaiknya menunggu hingga suhu nya mencapai suhu ruangan
karena berpengaruh pada nilai ditimbangan. Lebih teliti dalam pencatatan data
hasil percobaan dan pengolahan data agar mendapatkan hasil akhir yang
memenuhi standar.
BAB III
PENGUJIAN BERAT ISI PASIR
Tabel 3.6 Data perhitungan pengujian berat isi dengan cara lepas
Tabel 3.8 Data perhitungan pengujian berat isi dengan cara goyang
BENDA UJI (KG)
PEMERIKSAAN
I II
3.8.2 Saran-saran
Dalam setiap pengujian dibutuhkan pembagian tugas agar cepat
terselesaikan, namun dalam pembagian tugas diperlukan pula kerjasama antar
anggota yang lain agar tidak ada yang terlewatkan atau tidak
didokumentasikan. Jangan lupa tetap fokus dan mengikuti prosedur yang
berlaku.
BAB IV
PENGUJIAN GRADASI PASIR MERAH
Gambar 4.7 Menimbang berat ayakan dan pasir merah setelah digetarkan
4.6 Hasil Pengujian
4.6.1 Berat kosong cawan = 118,0 gram
4.7 Pembahasan
4.7.1 Berat pasir awal = 500 – 118,0 = 382 gram
× 100% = 29,204
× 100% = 4,275
1.7.4 Tertinggal
% 𝑘𝑜𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 = 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 + % 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
1. 0+0,280 = 0,280
2. 0,280 + 0,759 = 1,039
3. 1,039 + 2,078 = 3,117
4. 3,117 + 5,953 = 9,07
5. 9,07 + 57,451 = 66,521
6. 66,521 + 29,204 = 95,725
7. 95,725 + 4,275 = 100
1.7.5 Tembus
% 𝑘𝑜𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑡𝑒𝑚𝑏𝑢𝑠 = 𝑡𝑒𝑚𝑏𝑢𝑠 − % 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
1. 100 -0,28 = 99,72
2. 99,72 – 0,759 = 98,961
3. 98,961 – 2,078 = 96,883
4. 96,883 – 5,953 = 90,93
5. 90,93 – 57,451 = 33,479
6. 33,479 – 29,204= 4,275
7. 4,275 – 4,275 = 0
= 2,76
1.8 Penutup
4.8.1 Kesimpulan
DIAMETER SARINGAN (mm)
BB DATA BA
4.8.2 Saran-saran
Dalam praktikum seharusnya lebih diperhatikan dalam penimbangan berat
benda uji karena berpengaruh dalam hasil akhir diperhitungan
BAB V
PENGUJIAN KADAR ORGANIK PASIR
5.7 Pembahasan
5.7.1 Botol 1
Rata –rata Rata –rata
= total tebal pasir : 4 = total tebal lumpur :4
= 8,4 : 4 = 1,7 : 4
= 2,1 cm = 0,425 cm
5.7.2 Botol 2
Rata –rata Rata –rata
= total tebal pasir :4 = total tebal lumpur : 4
= 11,75 : 4 = 2,4 : 4
= 2,96 cm = 0,6cm
5.7 Penutup
5.8.1 Kesimpulan
Setelah 24 jam warna
pada larutan sama dengan warna
tingkat 2 dan 3 pada Standar
Color Taster, sehingga dapat
disimpulkan bahwa agregat halus
mempunyai kandungan organic
yang tinggi dan tidak aman untuk
digunakan sebagai material
bangunan
5.8.2 Saran-saran
Pengujian ini perlu
dilakukan untuk mengetahui
kadar organik pada setiap pasir
ya
ng
di
gu
na
ka
n
un
tu
k
ca
m
pu
4
ra 3
n
be
to
n
ag
ar
m
en
gh
as
ilk
an
ku
at
te
ka
n
ya
ng
m
ak
si
m
BAB VI
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
KERIKIL
1. Agregat Ringan adalah agregat yang dalam keadaan kering dan gembur
mempunyai berat 1100 kg/m3 atau kurang.
44
2. Agregat Halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi _alami_ bantuan
atau pasir yang dihasilkan oleh inustri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir terbesar 5,0 mm.
3. Agregat Kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan atau
berupabatu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir ntara 5-40 mm. Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran
butiran butiran lebih lebih besar besar dari dari saringan saringan No.88 (2,36
mm)
4. Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum 75%
lolos saringan no. 30 (0,06 mm)
Agregat dengan berat jenis kecil mempunyai volume yang besar sehingga
membutuhkan jumlah bahan perekat yang banyak. Nilai berat jenis yang
disarankan adalah > 2,50 dan penyerapan < 3% berat. Untuk penyerapan agregat
hanya dilakukan pada agregat kasar karena nilai berat jenis agregat kasar dan
halus tidak jauh berbeda. Berat jenis agregat adalah perbandingan antara volume
agregat dan berat volume air.
Pemeriksaan terhadap berat jenis agregat dapat dilakukan dengan cara:
1. Berat jenis (bulk spesific gravity)
2. Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated suturated surface dry
spesifific gravity).
3. Berat jenis semu (apparent spesific gravity)
4. Penyerapan (absorpsi)
Tabel 6.1 Standart pengujian berat jenis dan penyerapan kerikil
Pengujian Standart Pengujian Spesifikasi
Agregat Kasar
Berat Jenis SNI 03-1970-1990 Min. 2,5 gr/cm³
SSD SNI 03-1970-1990 Min. 2,5 gr/cm³
Berat Jenis Semu SNI 03-1970-1990 Min. 2,5 gr/cm³
Penyerapan SNI 03-1970-1990 Maks. 3%
Los Angles /Abrasi SNI 03-2417-1991 Maks. 40%
6.4 Peralatan dan Bahan
6.4.1 Peralatan Pengujian
Data II:
Berat cawan I B0 41,0 gr
Berat benda uji SSD 500 gr
Berat tabung ukur + benda uji + air B1 119 gr
Berat tabung ukur + air B3 1195,5 gr
Berat cawan + benda kering oven B4 534 gr
6.7 Pembahasan
𝑩𝟐 (
Perhitungan Data II: 𝑩𝑱 𝑩𝒖𝒍𝒌 𝑩
=
𝟑 + 𝟓𝟎𝟎 − 𝑩𝟏)
493
= 2,701
(1195,5 + 500 −
1513)
𝑱𝑷𝑲 𝟓𝟎𝟎 500
𝑩𝑱 = = = 2,739
𝑺𝑺𝑫 (𝑩𝟑 + 𝟓𝟎𝟎 − 𝑩𝟏) (1195,5 + 500 − 1513)
𝑩𝟐 493
𝑩𝑱 𝑨𝑷𝑷 = = 2,809
= (𝑩𝟑 + 𝑩𝟐 − (1195,5 + 493 −
𝑩𝟏) 1513)
𝟓𝟎𝟎 − 500 −
𝑷𝑬𝑵𝒀𝑬𝑹𝑨𝑷𝑨𝑵 𝑩𝟐 𝑿 𝟏𝟎𝟎% 493 𝑋 100%
= =
𝑩𝟐 493
= 1,419%
Rerata :
𝑩𝒋 𝑩𝒖𝒍𝒌 𝟏 + 𝑩𝑱 𝒃𝒖𝒍𝒌 2,672 +
𝑩𝒋 𝑩𝒖𝒍𝒌 𝟐 = 2,68
= = 2,701
𝟐 2
𝑩𝒋 𝑱𝑷𝑲 𝟏 + 𝑩𝑱 𝑱𝑷𝑲 𝟐 2,711 +
𝑩𝒋 𝑱𝑷𝑲/𝑺𝑺𝑫 = = 2,725
𝟐 2,739
=
2
𝑩𝒋 𝑨𝑷𝑷 𝟏 + 𝑩𝑱 2,77 +
𝑩𝒋 𝑨𝑷𝑷 𝑨𝑷𝑷 𝟐 2,809 = 2,789
= =
𝟐 2
𝑷𝒆𝒏𝒚𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂𝒏 𝟏 + 𝑷𝒆𝒏𝒚𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂𝒏 𝟐
𝑷𝑬𝑵𝒀𝑬𝑹𝑨𝑷𝑨𝑵
= 𝟐
1,419% + 1,419%
= = 1,419%
2
Tabel 6.2 Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan kerikil
Benda Uji
NO Perhitungan I II Rerata
6.8 Penutup
6.8.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berat jenis bulk = 2,68 gr
2. Berat jenis SSD = 2,725 gr
3. Berat jenis semu = 2,789 gr
4. Penyerapan = 1,419 %
5. Agregat kasar yang diuji termasuk golongan agregat normal
berdasarkan berat jenisnya.
6. Agregat kasar tersebut memenuhi standar yang ditetapkan dan dapat
digunakan sebagai bahan dalam campuran beton.
6.8.2 Saran-saran
Pada saat pencucian kerikil sebaiknya dicuci bersih agar tanah / pasir tidak
ikut dan waktu pengelapan kerikil dilakukan dengan sungguh-sungguh agar
kerikil kering secara maksimal
BAB VII
PENGUJIAN KADAR AIR KERIKIL
1,583 +
𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒂𝒊𝒓 𝒓𝒂𝒕𝒂 − 𝒓𝒂𝒕𝒂 = 1,305 = 1,444
1,305 1,583
kadar air =
Kadar air rata-rata 1,444
Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa rata rata kadar air pengujian
tersebut adalah 1,444%.
7.8 Penutup
7.8.1 Kesimpulan
Kadar air pada agregat sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang
terkandung dalam agregat. Semakin besar selisih antara berat agregat semula
dengan berat agregat setelah kering oven maka semakin banyak pula air yang
dikandung oleh agregat tersebut dan sebaliknya.
7.8.2 Saran-saran
Untuk praktikum selanjutnya harus teliti agar hasil akhir yang didapat
sesuai dengan prosedur
BAB VIII
PENGUJIAN BERAT ISI KERIKIL
60
4. Menusuknya sebanyak 25 kali
Gambar 8.11 Mengisi mould hingga penuh dan melanjutkan proses penusukan
6. Timbang mould + kerikil tusukan
Gambar 8.12 Menimbang berat mould berisi kerikil yang telah ditusuk
8.5.3 Pengujian berat isi dengan cara goyang
1. Menimbang mould kosong
61
2. Mengisinya dengan kerikil 1/3 bagian
Gambar 8.20 Menimbang berat mould berisi kerikil yang telah digoyang
8.7 Pembahasan
8.7.1 Pengujian berat isi dengan cara lepas
Tabel 8.3 Data perhitungan pengujian berat isi dengan cara lepas
Pengujian Pertama (kg) Kedua (kg)
Berat benda uji (W3)
3536 – 866,5 = 2669,5 gr 3496 – 866,5 = 2629,5 gr
W3 = W2 – W1
Volume mould (V)
2724 – 866,5 = 1857,5 gr 2703 – 866,5 = 1836,5 gr
V = W4 – W1
2669,5 2629,5
= 1,437 𝑔𝑟 = 1,432 𝑔𝑟
Berat isi agregat 1857,5 1836,5
W3 = W2 –
Berat benda uji 2514,5 gr 2495,5 gr
W1
V = W4 –
Berat air / volume mould 1857,5 gr 1836,5 gr
W1
8.8 Penutup
8.8.1 Kesimpulan
Dari pecobaan yang telah dilakukan pada agregat, pada agregat halus
diperoleh berat isi lepas sebesar 1,4345 kg/liter, berat isi tusuk sebesar 1,359
kg/liter, dan berat isi goyang sebesar 1,3565 kg/liter.
8.8.2 Saran-saran
Agar hasil yang didapat lebih akurat perlu diperhatikan dalam proses
penusukan dan proses penggoyangan. Proses penusukan harus sesuai langkah
kerja , begitu juga proses penggoyangan jangan sampai kerikil tumpah
BAB IX
PENGUJIAN GRADASI KERIKIL
Gambar 9.7 Menimbang berat ayakan dan benda uji setelah digetarka
9.6 Hasil Pengujian
9.6.1 Berat kosong ayakan :
1. #37,5 = 586,5 gram
2. #19 = 583,0 gram
3. #9,5 = 547,0 gram
4. PAN = 467,0 gram
Tertahan % Komulatif
Diameter Lubang
Saringan (mm) Individu (gr) Individu (%) Tertinggal Tembus
37,5 0 0 0 100
9.7 Pembahasan
9.7.1 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑘𝑖𝑙 𝑎𝑤𝑎 = 2623 – 123 = 2500 𝑔𝑟𝑎𝑚
9.7.2 Berat kerikil setelah diayak selama 5 menit :
1. 547,3 – 547,3 = 0 𝑔𝑟𝑎𝑚
2. 844,3 – 582,9 = 261,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
3. 1966,4 – 566,5 = 1399,9 𝑔𝑟𝑎𝑚
4. 1281,8 – 443,3 = 838,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
5. 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ = 2499,8 𝑔𝑟𝑎𝑚
9.7.3 Individu (%)
0
3072,5
× 100% = 0
530
3072,5
2008,5 × 100% = 17,250
3072,5
534 × 100% = 65,370
3072,5
× 100% = 17,380
9.7.4 Tertinggal
1. #37,5 =
0
2. #37,5 − 19 = 10,457
3. #19 − 9,5 = 10,457 + 56 = 66,457
4. PAN = 66,457 + 33,543 = 100
120
100
100 95
82.75
8070
60
40
35
40
17.38
20 10
0
9.5 19 37.5
DIAMETER SARINGAN (mm)
9.8.2 Saran-saran
Sebaiknya melakukan pengujian sesuai dengan prosedur pengujian. Dari
pengujian yang telah dilakukan pembagian tugas sangatlah diperlukan.
Terlepas dari hal itu semua anggota kelompok juga harus mengerti prosedur –
prosedur dari semua percobaan yang dilakukan. Setelah melakukan pengujian,
data hasil pengujian dan semua peralatan harus dicek terlebih dahulu agar
terhindar dari kekeliruan data dan kehilangan peralatan pengujian.
BAB X
PENGUJIAN KEKERASAN KERIKIL
2. Saringan 5. Penusuk
3. Silinder 6. Timbangan
Gambar 10.6 Silinder dan benda uji dimasukkan ke dalam mesin tekan
5. Benda uji dikeluarkan dari silinder, kemudian disaring dengan saringan
ukuran 2,36 mm, dan timbang berat material yang tertahan pada
saringan tersebut.
10.7 Pembahasan
10.7.1 Berat benda uji semula = 2,51 – 2,096 = 0,414 𝑘𝑔 (𝐴)
𝟎,𝟒𝟏𝟒−𝟎,𝟑𝟗𝟏
10.7.2 Kekerasan agregat = 𝑨−𝑩 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = = 𝟎, 𝟎𝟓𝟓
𝑨 𝟎,𝟒𝟏𝟒
BENDA UJI
PEMERIKSAAN (GRAM)
Berat silinder + plat alas C 2,096
Berat silinder + benda uji + plat alas D 2,51
Benda uji semula A=D-C 0,414
Berat benda uji tertahan saringan 2,63mm B 0,391
0,055
Kekerasan Agregat =
10.8 Penutup
10.8.1 Kesimpulan
Kekerasan agregat adalah daya tahan agregat terhadap kerusakan
akibat penggunaan dalam konstruksi. Sifat – sifat kekerasan agregat penting
untuk diketahui bila agregat akan digunakan sebagai material bahan bangunan
dan jalan. Nilai kekerasan agregat kasar untuk beton yang digunakan sebagai
bahan perkerasan jalan tidak boleh lebih dari 30% dan tidak boleh lebih dari
45% untuk beton yang digunakan pada keperluan lain. Pada percobaan ini
nilai kekerasannya adalah 0,055%.
10.8.2 Saran-saran
Pengujian menjadi lama karena setiap kelompok harus menunggu alat
yang digunakan kelompok lain karena alat untuk praktek hanya satu.
Sebaiknya ditambah agar proses praktikum cepat
BAB XI
PENGUJIAN KEAUSAN KERIKIL
Latar Belakang
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketahanan aus
kerikil/batu pecah dengan menggunakan alat mesin Los Angeles. Pengujian
ketahanan aus kerikil dengan cara ini memberikan gambaran yang berhubungan
dengan kekerasan dan kekuatan kerikil, serta kemungkinan terjadinya pecah
butir- butir kerikil selama penumpukan, pemindahan maupun selama
pengangkutan. Kekerasan kerikil berhubungan pula dengan kekuatan beton yang
dibuat. Nilai yang diperoleh dari hasil pengujian ketahanan aus ini berupa
prosentase antara berat bagian yang halus (lewat lubang ayakan 2 mm) setelah
pengujian dan berat semula sebelum pengujian. Makin banyak yang aus makin
kurang tahan keausannya. Pada umumnya kerikil disyaratkan bagian yang
aus/hancur tidak lebih dari 10% setelah diputar 10 kali, dan tidak boleh lebih
dari 40% setelah diputar 100 kali.
Tujuan Pengujian
11.2.1 Menentukan abrasi butiran agregat kasar dan agregat halus sesuai dengan
nomor ayakannya.
11.2.2 Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian gradasi butiran agregat kasar
dan agregat halus.
11.2.3 Menggunakan peralatan Los Angel dengan terampil.
11.2.4 Mengisi form pengujian beton
3. Timbangan 6. Cawan
11.4.2 Bahan-bahan Pengujian
Gambar 11.12 Menuangkan benda uji yang ada didalam mesin Los Angeles
11. Mengayak hasil kerikil yang telah di uji menggunakan ayakan no 12.
Hasil Pengujian
11.6.1 Kerikil tertahan pada ayakan :
1. #12,5 = 2,500 𝑔𝑟𝑎𝑚
2. #0,5 = 2.500 𝑔𝑟𝑎𝑚
11.6.2 Berat total material = 2,500 + 2,500 = 5,000 𝑔𝑟𝑎𝑚 (𝐴)
11.6.3 Berat material yang tertahan ayakan #12 = 4,036 𝑔𝑟𝑎𝑚 (𝐵)
Pembahasan
5000−4046
11.7.1 Keausan agregat = 𝐴−𝐵 𝑥 100 % = 𝑥 100% = 19,08
𝐴 5000
Gradasi Pemeriksa
Berat material
Ukuran Saringan (mm) (gram)
Lewat Tertahan
19,0 12,5 2500
12,5 9,5 2500
Berat total material (A) 5000
Berat material tertahan saringan no. 12 (B) 4046,0
19,08
Keausan agregat =
Penutup
11.8.1 Kesimpulan
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan ketahanan agregat kasar
terhadap keausan yang dapat membatasi kekuatan beton. Nilai ketahanan
agregat terhadap keausan pada hasil pengujian diatas adalah 19,08%.
11.8.2 Saran-saran
Lebih berhati-hati dalam penggunaan alat terutama pada saat proses
di mesin Los angeles karena mesin tersebut mengeluarkan suara bising dan
harus memakai alat pelindung telinga.
BAB XII
PENGUJIAN BETON
Tujuan Pengujian
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
- Mengetahui cara pembuatan beton dengan kualitas dan kuantitas yang baik
- Menghitung jumlah kebutuhan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan
beton
Prosedur Pengujian
1. Menyiapkan bahan berupa kerikil dan pasir yang dimasukkan ke dalam
karung
Pembahasan
Tabel 12.2 Komposisi campuran beton perhitungan
Kg / m2
K.air 170
K.semen 340
K.pasir 635,25
K.kerikil 1289,75
BIB 2435
Tabel 12.3 Komposisi campuran beton koreksi
Kg / m2
K.air 128,98
K.semen 340
K.pasir 650,49
K.kerikil 1315,53
BIB 2435
3,1
𝑃𝑦𝑝 𝑥 635 = 19,685
= 100
4,2
𝑥 1289 = 54,138
𝑃𝑦𝑘 100
= 5,5
𝐾𝐴𝑃 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑥 635 = 34,925 𝐾𝑔
= 100
6,2
𝑥 1289 = 79,918 𝐾𝑔
𝐾𝐴𝐾 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 100
=
𝐾𝐴 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = 𝐾𝐴 − 𝐾𝐴𝑃 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 + 𝑃𝑦𝑝 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = 128,98
𝐾𝑝 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = 𝐾𝑝 + 𝐾𝐴𝑃 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 − 𝑃𝑦𝑝 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
= 635,214 + 34,925 – 19,685 = 650,49
𝐾𝑘 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = 𝐾𝑘 + 𝐾𝐴𝐾 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 − 𝑃𝑦𝑘 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
= 1289,75 + 79,918 – 54,138 = 1315,53
Penutup
12.1.8.1 Kesimpulan
Dari pengujian yang telah dilakukan kita dapatkan campuran beton
yang sesuai dan juga mengetahui kebutuhan dari pembuatan beton melalui
benda uji secara proporsional.
12.1.8.2 Saran-saran
Saat pengujian berlangsung lebih ditekankan faktor keamanan dan
ketertiban di laboratorium agar pengujian lebih terkondisikan.
12.2.1.8 Penutup
12.2.1.8.1 Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan/percobaan Slump seperti yang sudah
dilakukan diatas,di dapat nilai Sump Rata – rata = 23 cm. Sementara nilai
Slump rencana adalah 3,00 - 6,00 cm. Nilai Slump pada pemeriksaan ini
diperoleh nilai Slump sesuai rencana.
12.2.1.8.2 Saran-saran
Pada saat pengujian slump sebaiknya dilakukan secara teliti
terutama saat proses penusukan disertai pemukulan di sisi kerucut
terpancung agar dihasilkan slump yang memenuhi perhitungan
2. Tongkat pemadat
3. Pompa tangan/ compresor
4. Sendok cekung atau spesi
12.2.2.7 Pembahasan
2,2 % − 2,2% −
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 2,1% = 2,167%
=
3
(memenuhi syarat kadar udara berdasarkan ACI 211.1 – 91 yaitu antara 0,2 – 3%)
12.2.2.8 Penutup
12.2.2.8.1 Kesimpulan
12.2.3.7 Pembahasan
Adapun hal-hal yang mempengaruhi bobot isi beton antara lain adalah:
12.2.3.7.1 Pemeriksaan bahan-bahan campuran beton seperti semen, pasir,
kerikil dan terutama air, semakin teliti kita melakukannya, maka
keadaan bahan-bahan campuran tersebut akan kita ketahui.
12.2.3.7.2 Jenis agregat yang dipakai tergantung dari kehalusan butirannya,
yang memiliki ukuran dan kehalusan butiran akan
mengakibatkan perbedaan pada bobot isi. Pemadatan jangan
berlebihan, bila pemadatan dilakukan dengan baik maka bobot
isi akan sesuai dengan rencana. Bobot isi rencana dan bobot isi
pemeriksaan, maka diadakan koreksi dengan mengalikan harga
semula yang diperoleh dari perencanaan dengan suatu factor
yaitu “ angka perbandingan berat jenis sama dengan berat jenis
hasil pemeriksaan campuran dibagi dengan berat jenis semula”.
Apabila hasil bobot isi dalam percobaan lebih kecil dari bobot
isi dalam mix design, maka kebutuhan bahan haruslah dikoreksi
kembali, sehingga akan didapat kebutuhan bahan
yang sebenarnya.
12.2.3.8 Penutup
12.2.3.8.1 Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Bobot Isi Pelaksanaan rata = 2,285 kg
Bobot Isi rencana = 2,435 kg
Setelah dikoreksi maka pada pemakaian bahan semakin ekonomis dan
ini akan baik dalam perencanaan mix design nanti kedepannya.
12.2.3.8.2 Saran-saran
Dalam perhitungan perencanaan beton seharusnya dilakukan dengan
teliti agar dihasilkan beton yang bermutu baik dan memiliki nilai kuat
tekan yang besar
Beton adalah campuran dari semen, air, pasir, kerikil, dan bahan
tambah dengan perbandingan tertentu. Campuran antara semen dan air
membentuk pasta, pasta dan pasir secara bersama-sama membentuk mortar,
dan mortar ditambah kerikil akan membentuk beton. Untuk mendapatkan
sifat-sifat tertentu, beton segar diberi bahan tambah.
Bahan-bahan ini dicampur dengan perbandingan tertentu, kemudian
dimasukkan ke dalam suatu cetakan/begesting. Setelah dua jam beton segar
ini akan mulai mengeras, makin lama semakin keras dan semakin besar kuat
tekannya. Kualitas beton dapat dievaluasi dari kuat tekannya, dan ini sangat
tergantung dari kualitas bahan pembentuknya, serta perbandingan dari
komposisi bahan tersebut . Tentang rancang campur beton ini telah diatur
dalam SK SNI T 15-1990-03.
Peralatan Pengujian
a. Cetakan silinder atau kubus dengan ukuran sebagai berikut :
- Silinder : diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
- Kubus : 15 x 15 x 15 cm.
- Kubus : 20 x 20 x 20 cm.
b. Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh.
c. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, bagian
ujung dibulatkan dan sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
d. Bak pengaduk beton yang kedap air atau MesinPengaduk/ Mollen.
e. Mesin Tekan, dengan kapasitas sesuai kebutuhan.
f. Satu set alat pelapis/ capping.
g. Peralatan tambahan : ember, sekop, sendok spesi, perata/ spatula dan
talam.
h. Satu set alat pemeriksaan slump dan bobot isi beton.
110
12.3.1.5 Prosedur pelaksanaan
1. Mengangkat beton dari tempat perendaman
111
5. Menambahkan lempengan agar jarak antar penumbuk tidak terlalu
besar
12.3.1.7 Pembahasan
12.3.1.8.1 Kesimpulan
12.3.1.8.2 Saran-saran
1. Uji kuat tekan beton kubus dengan ukuran 15x15x15 cm3 sebaiknya di
lakukan berkala yaitu mulai umur 7 hari, 15 hari, 21 hari dan 28 hari
untuk mengetahui perkembangan kekuatan tekan berkala
yangakhirnya tercapai kekuatan rencana sebesar 30 mpa setelah
berumur 28 hari.
2. Agregat halus maupun agregat kasar seharusnya dilakukan
pemeriksaan labolatorium bahan bangunan agar bisa tercapai setandart
yang berlaku
3. Komposisi campuran beton di lakukan seteliti mungkin dan di
timbang dalam keadaan kering kemudian di aduk dampai pulen.
BAB XIII
PENGUJIAN SIFAT FISIK ASPAL/BITUMEN
Berat jenis bitumen keras dan ter adalah perbandingan berat jenis
bitumen atau ter terhadap berat jenis air dengan isi yang sama pada suhu
tertentu. Berat jenis dari bitumen sangat tergantung pada nilai penetrasi dan
suhu dari bitumen itu sendiri. Pengujian ini perlu dilakukan karena sangat
berpengaruh untuk perkerasan jalan dalam menentukan berat jenis bitumen
keras apakah sudah memenuhi syarat dan standar yang sudah ditentukan.
Tujuan khusus :
Berat jenis bitumen keras dan ter adalah perbandingan berat jenis
bitumen atau ter terhadap berat jenis air dengan isi yang sama pada suhu
tertentu yaitu dilakukan dengan cara menggantikan berat air dengna berat
bitumen dalam udara yang sama. Berat jenis dari bitumen sangat tergasntung
pada nilai penetrasi dan suhu dari bitumen itu sendiri.
Mencari berat jenis dapat dilakukan dengan perbandingan penentuan
berat jenis suatu material sebenarnya bisa dilakukan secara kualitatif dan
visualisasi yaitu dengan cara membandingkan berat jenis air.
1. Penetration grade bitumen dengan berat jenis antara 1,010 sampai dengan
1,040.
2. Bitumen yang telah teroksidasi dengan berat jenis berkisar antara 1,015
– 1,035.
3. Hard grades bitumen dengan berat jenis berkisar antara 1,045 – 1,065.
4. Cut back grades bitumen dengan berat jenis berkisar antara 0,992 – 1,007.
Standar pengujian untuk berat jenis bitumen keras dan tr menurut SK SNI m
30 – 1990 – f, berkisar antara 1,015 – 1,035
𝐶−𝐴
BJ =
(𝐵 − 𝐴) − (𝐷
− 𝐶)
Keterangan :
2. Corong
3. Kaki 3
4. Ceret
5. Kompor
1. Aspal
2. Air bersih / Air Suling
120
Gambar 13.15 Mengisi air ke pikno 2
15. Menimbang pikno 1 + tutup + aspal + air(D1)
121
13.1.6 Hasil Pengujian
Berdasarkan pengujian diperoleh data :
Tabel 13.1 Hasil pengujian berat jenis
BENDA UJI
PEMERIKSAAN
I II
Berat Piknometer + tutup (A) 25,5 gr 29,0 gr
75,90 79,60
Berat Piknometer + tutup + air (B)
Gr gr
Berat Piknometer + tutup + aspal (C) 61,5 gr 68,0 gr
Berat Piknometer + tutup + aspal + air (D) 76,8 gr 80,7 gr
BJ = (𝐵−𝐴)−
𝐶−𝐴 1,025 1,029
(𝐷−𝐶)
13.1.7 Pembahasan
BJ I = 𝐶−𝐴
(𝐵 − 𝐴) − (𝐷
− 𝐶)
68 − 29
=
(79,6 − 29) − (80,7 − 68)
36
=
50,4 − 15,3
= 1,025
𝐶−𝐴
BJ II =
(𝐵 − 𝐴 ) − (𝐷 − 𝐶)
61,5 − 25,5
=
(75,90 − 25,5) − (76,8 − 61,5)
39
=
50,6 − 12,7
= 1,029 2
Rerata BJ = 𝐵𝐽 𝐼 + 𝐵𝐽
𝐼𝐼 2
= 1,025 +
1,029
= 1,027
13.1.8 Penutup
13.1.8.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian kami, didapatkan nilai berat jenis rata-rata
dari 2 benda uji yaitu 1,027. Menurut standar SK SNI M–30 –1990–F
yang mensyaratkan berat jenis bitumen berkisar antara 1,015 – 1,035
maka berat jenis bitumen dari pengujian kelompok kami telah
memenuhi standar.
13.1.8.2 Saran-saran
Saat mengeringkan piknometer dari air pastikan benar benar
kring agar ketika sudah dimasukkan aspal dan ditimbang benar benar
berat aspal dan piknometer beserta tutup tidak tertambahi butiran air.
Lalu setelah menggunakan corong segera cuci corong dengan
mencelupkan corong didalam aspal yang dipanaskan serta pastikan
corong bersih dan tidak menyumbat. Ikuti prosedur yang telah
dijelaskan oleh dosen, jika merasa kesulitan segera tanyakan kepada
pengawas lab atau dosen yang sedang mengawasi jalannya pengujian.
1. Tujuan Umum :
2. Tujuan khusus
a. Dapat memahami prosedur pelaksanaan pengujian penetrasi bahan –
bahan bitumen
b. Dapat terampil menggunakan peralatan pengujian penetrasi aspal
dengan baik dan benar.
c. Dapat melakukan pencatatan dan analisa data pengujian yang diperoleh
d. Dapat menyimpulan besarnya nilai aspal yang diuji berdasarkan standar
yang diacu
Nilai Toleransi 2 4 6 8
Hasil Pengujian
Tabel 13.3 Hasil pengujian penetrasi
Pembacaan jarum
No
I (digital) II (manual)
1 53 77
2 42 97
3 94 112
4 61 82
5 58 79
6 68 82
7 62 90
8 56 86
9 54 91
10 65 75
Pembahasan
Rerata benda I = 𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 1
53 + 42 + 94 + 61 + 58 + 68 + 62 + 56 + 54 + 65
=
10
545
= = 54,5
10
Rerata benda II = 𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 2
77 + 97 + 112 + 82 + 79 + 82 + 90 + 86 + 91 + 75
=
10
871
= = 87,1
10
Rerata benda I dan II = 𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 1 𝑑𝑎𝑛 2
54,5 + 87,1
=
2
708
= = 70,8
2
Penutup
13.2.8.1 Kesimpulan
Dari pengujian ini, dihasilkan data berupa nilai rata-rata masuknya
jarum pada 10 titik benda uji disetiap alat penetrometer yang digunakan.
Pada penetrometer digital (Benda Uji I) didapatkan nilai rata-rata 54,5 dan
penetrometer manual (Benda Uji II) sebesar 87,1 dengan rata rata 70,8.
Berdasarkan nilai rata-rata tersebut diketahui bahwa benda uji I dan II
termasuk dalam aspal pen 60/70 sehingga, aspal yang kami uji cocok jika
digunakan untuk daerah panas dan lalu lintas dengan volume tinggi.
13.2.8.2 Saran-saran
Setelah memasukkan jarum pada benda uji, lap jarum dengan minyak
tanah dengan benar supaya aspal hasil penetrasi sebelumnya tidak
mempengaruhi hasil penetrasi titik selanjutnya.
Usahakan saat menguji dengan alat manual stopwatch dengan
turunnya jarum bersama sama, karena jika salah satu lebih dulu tidak akan
akurat. Jika merasa kesulitan segera tanyakan kepada pengawas lab atau
dosen yang sedang mengawasi jalannya pengujian.
130
13.3.4 Peralatan dan Bahan
13.3.4.1 Peralatan Pengujian
131
2. Menuangkan air es pada gelas beaker
13.3.7 Pembahasan
Rerata suhu saat bola jatuh = 46+46,5
2
= 46,25 °𝐶
13.3.8.2 Saran-saran
Saat melakukan percobaan ini, bagi tugas setiap anggota ada yang
mendokumentasikan, mencatat hasil, mengambil es batu, melihat stopwatch
dan lain-lain. Ikuti prosedur yang ada, jika mengalami kebingungan segera
tanyakan pada pengawas lab atau dosen yang sedang mengawasi jalannya
praktikum.
BAB XIV
PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL
Aspal = 6,5%
Volume cetakan = 1200 gr
Berat aspal = 6,5
100 × 1200 = 78 𝑔𝑟
Berat Agregat = 1200 − 78 = 1122 𝑔𝑟
Saringan diameter 19 mm = 5
100 × 1122 = 56,1 𝑔𝑟
Saringan diameter 12,7 mm = 20
100 × 1122 = 224,4 𝑔𝑟
Saringan diameter 9,5 mm = 30
100 × 1122 = 336,6 𝑔𝑟
40
Saringan diameter 2,6 mm =
100 × 1122 = 448,8 𝑔𝑟
Saringan diameter 0,075 mm = 5
100 × 1122 = 56,1 𝑔𝑟
Berat Plastik = 2
100 × 448,8 = 8,976 𝑔𝑟
Berat Agregat 2,6 = 448,8 − 8,976 = 439,824 𝑔𝑟
Aspal = 7,5%
Volume cetakan = 1200 gr
Berat aspal = 7,5
100 × 1200 = 90 𝑔𝑟
Berat Agregat = 1200 − 90 = 1110 𝑔𝑟
Saringan diameter 19 mm = 5
100 × 1110 = 55,5 𝑔𝑟
Saringan diameter 12,7 mm = 20
100 × 1110 = 222 𝑔𝑟
Saringan diameter 9,5 mm = 30
100 × 1110 = 333 𝑔𝑟
40
Saringan diameter 2,6 mm =
100 × 1110 = 444 𝑔𝑟
Saringan diameter 0,075 mm = 5
100 × 1110 = 55,5 𝑔𝑟
Berat Plastik = 2
100 × 444 = 8,88 𝑔𝑟
Berat Agregat 2,6 = 444 − 8,88 = 435,12 𝑔𝑟
Aspal = 8,5%
Volume cetakan = 1200 gr
Berat aspal = 8,5
100 × 1200 = 102 𝑔𝑟
Berat Agregat = 1200 − 102 = 1098 𝑔𝑟
Saringan diameter 19 mm = 5
100 × 1098 = 54,9 𝑔𝑟
Saringan diameter 12,7 mm = 20
100 × 1098 = 219,6 𝑔𝑟
Saringan diameter 9,5 mm = 30
100 × 1098 = 329,4 𝑔𝑟
40
Saringan diameter 2,6 mm =
100 × 1098 = 439,2 𝑔𝑟
Saringan diameter 0,075 mm = 5
100 × 1098 = 54,9𝑔𝑟
2
Berat Plastik =
100 × 439,2 = 8,784 𝑔𝑟
Berat Agregat 2,6 = 453,6 − 8,784 = 430,416 𝑔𝑟
14.1.5.1 Pelaksanaan pencampuran agregat dengan aspal
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menimbang berat wajan kosong
140
Gambar 14.8 menuangkan aspal hingga hasil settingan timbangan
10. Wajan + benda uji + aspal dipanaskan kembali hingga mencapai suhu
160°C
12. Angkat wajan yang berisi benda uji dan masukkan ke dalam mould
yang sebelumnya sudah diberi oli dan kertas semen dan ratakan
141
Gambar 14. 11 menuangkan adonan aspal ke cetakan
13. Setelah rata, beri kertas semen diatas mould
14.2.4.2 Bahan
1. Benda uji aspal hasil pemadatan job mix
150
Gambar 14.29 mengukur diameter benda uji
4. Mengukur ketebalan setiap benda uji menggunakan jangka sorong masing-
masing dikeempat sisi yang berbeda dan mencatatnya
151
7. Mengeluarkan benda uji dari bak perendam
Gambar 14.37 Hasil pengukuran tebal dan diameter dan uji marshall
14.2.6 Hasil Pengujian
Tabel 14.1 hasil pengujian marshall
Berat benda uji kering permukaan
benda uji berat
kadar benda dalam
aspal uji ke- gram
1 1156,0
5,5% 2 1161,4
1 1167,0
6,5% 2 1166,5
1 1175,9
7,5% 2 1158,5
1 1159,0
8,5% 2 1174,1
Tabel 14.2Diameter benda uji
Lampiran 1
Gambar Hasil Penimbangan Pengujian Kadar Pasir Air
Lampiran 2
Gambar Hasil Penimbangan Pengujian Berat Isi Pasir
Lampiran 3
Gambar Hasil Penimbangan Pengujian Gradasi Pasir
Lampiran 4
Lampiran 5
Gambar Hasil Penimbangan Pengujian Berat Jenis Kerikil
Lampiran 6
Gambar Hasil Penimbangan Pengujian Kadar Air Kerikil
Lampiran 7
Gambar Hasil Penimbangan Pengujian Berat Isi Kerikil
Lampiran 8
Gambar Hasil Penimbaangan Pengujian Gradasi Kerikil
Lampiran 9
Lampiran 10
Gambar hasil pengujian Marshall
160
Lampiran 11
161
DAFTAR PUSTAKA
Sugeng, Puri, dan Qomariah. 2000. Modul Pengujian Bahan Bangunan. Malang
Ridho. 2012. Laporan Praktikum Pemeriksaan Kadar Aspal Dengan Cara Ekstraksi.
http://em-ridho.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-pemeriksaan-kadar.html.
Diakses 3 Juli 2018
Anonym.2014. Laporan Beton. http://barusiap.blogspot.com/2014/11/laporan-
beton.html. Diakses 24 Juni 2018
Prayoga, Nanda. 2014. Laporan Praktikum Pengujian Kuat Tekan
Beton.
http://www.academia.edu/10198249/Laporan_Praktikum_Pengujian_Kuat_Tekan_B
eton. Diakses 3 Juli 2018
Yudhistira, Deni Dwi. 2015. Perencanaan Campuran Beton (Mix Design) Dan
Pengujian Kuat Tekan Beton K-250 Umur 7, 14, dan 28 Hari.
http://www.academia.edu/23788123/PERENCANAAN_CAMPURAN_BETON_MI
X_DESIGN_DAN_PENGUJIAN_KUAT_TEKAN_BETON_K-
250_UMUR_7_14_DAN_28_HARI. Diakses 1 Juli 2018
Agung. 2014. Laporan Praktikum Karakteristik Campuran Aspal Dan Agregat.
https://id.scribd.com/doc/189871775/Laporan-Praktikum-Karakteristik-Campuran-
Aspal-Dan-Agregat . Diakses 18 Juni 2018