Anda di halaman 1dari 7

BAB II

MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI

2.1 Pendahuluan
Sejarah manajemen proyek konstruksi di dunia dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Mulai dikenal tahun 1950-an di Eropa dan Amerika Serikat.
b. Tahun 1981 terbentuk PMI (Project Management Institutes) di Amerika Serikat dan Eropa yang merupakan organisasi profesi yang mengelola
manajemen proyek.
c. PMI menyusun PMBOK (Project Management Body of Knowledge) yang mengatur standar kerja manajemen proyek.
Sedangkan sejarah manajemen proyek konstruksi di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Mulai dikenal di Indonesia tahun 1970-an karena banyaknya PMA.
b. SK Dirjen Cipta Karya No.104/KPTS/CK/1982 tentang Pedoman Operasional Pengisian dan Pelaksanaan DIP Proyek Gedung Pemerintah dan
Perumahan Dinas tentang perlunya konsultan MK (Manajemen Konstruksi) untuk proyek di atas Rp 500 juta.
c. UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi tentang hubungan kemitraan yang menunjang efisiensi dengan adanya jasa di luar perencanan & pelaksana,
yaitu manajemen konstruksi.

2.2 Pengertian Proyek


Proyek adalah suatu kegiatan atau sekuen yang unik, kompleks, dan seluruh aktivitas di dalamnya memiliki satu tujuan, yang harus diselesaikan tepat
waktu, tepat sesuai anggaran, dan sesuai dengan spesifikasi. Proyek memiliki beberapa karakteristik, diantaranya karakteristik utama proyek adalah:
a. Memiliki satu sasaran yang jelas dan telah ditentukan, yaitu menghasilkan suatu produk akhir dalam lingkup ( scope) tertentu: seperti bangunan,
software, gambar perencanaan, dan lain-lain.
b. Bersifat sementara dengan titik awal dan akhir yang jelas.
c. Biasanya terdiri atas aktivitas yang kompleks dan saling terkait.
d. Di dalamnya terdapat suatu tim yang memiliki banyak disiplin ilmu serta terdiri atas banyak departemen.
e. Mengerjakan sesuatu yang belum pernah dikerjakan sebelumnya atau sekali lewat atau memiliki sifat yang berubah-ubah atau non-rutin (unik).
f. Jenis dan intensitas kegiatan cepat berubah dalam kurun waktu yang relatif pendek.
g. Anggota organisasi bersifat multisasaran yang seringkali berbeda.
h. Terdapat jangka waktu, biaya, dan persyaratan mutu yang pasti.
i. Memiliki kadar resiko tinggi.

2.3 Kegiatan Proyek dan Operasional


Kegiatan proyek telah dikenal sejak dahulu. Apakah itu membuat rumah sederhana untuk tempat berteduh, ataupun membangun gedung raksasa. Dalam
dunia modern dewasa ini proyek makin beraneka ragam, canggih, dan kompleks.
Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumberdaya tertentu dan
dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Tugas tersebut dapat berupa membangun pabrik, membuat produk baru,
atau melakukan penelitian dan pengembangan. Jenis-jenis kegiatan yang termasuk kategori kegiatan proyek:
a. Proyek Engineering-Construction (membangun konstruksi):
pembangunan rumah tinggal, jembatan,jalan, dan lain-lain.
b. Proyek Engineering-Manufacture (menghasilkan produk baru):
pembuatan pembangkit listrik, pabrik, mobil tenaga surya, dan lain-lain.
c. Proyek Research & Development (R&D) atau penelitian & pengembangan (litbang) untuk menghasilkan produk/temuan baru:
pengujian kuat tekan beton dengan tambahan aditif, dan lain-lain
d. Proyek Pelayanan Manajemen:
perancangan sistem informasi, pembuatan program, dan lain-lain
e. Proyek Kapital: berkaitan dengan penggunanaan dana kapital untuk investasi, seperti halnya pembebasan tanah, penyiapan lahan, pembelian material
dan peralatan, dan lain-lain.

Disamping kegiatan proyek juga dikenal pula program yang mempunyai sifat yang sama dengan proyek. Perbedaannya terletak pada kurun waktu
pelaksanaan dan besarnya sumberdaya yang diperlukan. Program memiliki skala lebih besar dari proyek. Umumnya program dapat dipecah menjadi lebih dari satu
proyek, atau suatu program merupakan kumpulan dari bermacam-macam proyek.
Sedangkan kegiatan operasional mempunyai banyak perbedaan dengan kegiatan proyek. Perbedaan yang sangat mendasar adalah kegiatan operasi
didasarkan pada suatu konsep mendayagunakan system yang telah ada, apakah berbentuk pabrik, gedung atau fasilitas yang lain, secara terus menerus dan
berulang-ulang. Sedangkan kegiatan proyek bermaksud mewujudkan atau membangun system yang belum ada. Dengan demikian urutannya adalah system
(fasilitas atau produk) dibangun atau diwujudkan dulu oleh proyek baru kemudian dioperasikan. Contoh kegiatan operasional (non-proyek), misalnya:

II - 1
 Kegiatan memproduksi semen di pabrik semen
 Kegiatan merakit mobil di bengkel
 Kegiatan keluar masuknya barang di gudang toko swalayan (inventori)
 Kegiatan masak-memasak dan penjualan makanan di restoran
 Kegiatan sewa-menyewa mobil di perusahaan persewaan kendaraan
Untuk memberikan gambaran lebih jauh, pada tabel 2.1 diperlihatkan perbandingan antara kegiatan proyek dan kegiatan operasional (Soeharto, 2001).

Tabel 2.1 Perbandingan Antara Kegiatan Proyek Dan Kegiatan Operasional

Kegiatan Proyek Kegiatan Operasional

Dinamis, non-rutin Berulang-ulang, rutin


Siklus relatif pendek Siklus relatif panjang
Intensitas kegiatan berubah-ubah (naik-turun) Intensitas kegiatan relatif sama
Harus diselesaikan berdasarkan jadwal dan anggaran yang
Batasan anggaran dan jadwal tidak setajam proyek
telah ditentukan
Terdiri atas bermacam-macam kegiatan yang memerlukan
Macam kegiatan tidak terlalu banyak
berbagai disiplin ilmu
Macam dan volume keperluan sumberdaya relatif
Macam dan volume keperluan sumberdaya berubah-ubah
konstan

Awal timbulnya suatu proyek dapat berasal dari beberapa sumber berikut:
a. Rencana pemerintah:
Misalnya proyek pembangunan prasarana, seperti jalan, jembatan, bendungan, saluran irigasi, pelabuhan, lapangan terbang. Tujuannya dititikberatkan pada
kepentingan umum dan masyarakat.
b. Permintaan pasar:
Hal ini terjadi bila suatu ketika pasar memerlukan kenaikan suatu macam produk dalam jumlah besar. Permintaan ini dipenuhi dengan jalan membangun
sarana produksi baru.
c. Dari dalam perusahaan yang bersangkutan:
Hal ini dimulai dengan adanya desakan keperluan dan setelah dikaji dari segala aspek menghasilkan keputusan untuk merealisasikannya menjadi proyek.
Misalnya proyek yang bertujuan meningkatkan efisiensi kerja dan memperbaharui perangkat dan system kerja lama agar lebih mampu bersaing.
d. Dari kegiatan penelitian dan pengembangan:
Dihasilkan produk baru yang diperkirakan akan banyak manfaat dan peminatnya, sehingga mendorong dibangunnya fasilitas produksi. Misalnya komoditi
obat-obatan dan bahan kimia lainnya.

2.4 Proyek Konstruksi


Proyek konstruksi adalah proses dimana desain diwujudkan menjadi bangunan (Barrie dan Paulson, 1992). Sedangkan menurut Ervianto (2004) proyek
konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, ada suatu
proses yang mengolah sumberdaya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan itu tentunya
melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek dibedakan atas
hubungan fungsional dan hubungan kerja. Dengan bayaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi, maka potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga
dapat dikatakan bahwa proyek konstruksi mengandung konflik yang cukup tinggi.
Proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang dapat dipandang secara tiga dimensi seperti yang tercantum pada gambar 2.1. Tiga karakteristik
tersebut adalah:
a. Bersifat unik:
Keunikan dari proyek konstruksi adalah:
1. Tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis (tidak ada proyek yang identik walaupun sejenis).
2. Proyek bersifat sementara.
3. Sselalu terlibat grup tenaga kerja yang berbeda-beda.
b. Dibutuhkan sumberdaya (resources)
Setiap proyek konstruksi membutuhkan sumberdaya yang dikenal dengan lima M, yaitu:
1. Tenaga kerja (man)
2. Biaya (money)
3. Bahan bangunan (material)
4. Peralatan (mechine)
5. Metode (method)
II - 2
Pengorganisasian semua sumberdaya dilakukan oleh manajer proyek. Dalam kenyataannya mengorganisasikan tenaga kerja lebih sulit dibandingkan
sumberdaya lainnya, apalagi pengetahuan yang dipelajari oleh manajer proyek bersifat teknis seperti mekanika rekayasa, fisika bangunan, komputer sains,
dan manajemen konstruksi. Pengetahuan tentang teori kepemimpinan secara tidak langsung dibutuhkan oleh manajer proyek dan harus dipelajarinya.
c. Dibutuhkan organisasi:
Setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan dimana didalamnya terlibat sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi, perbedaan ketertarikan,
kepribadian yang bervariasi, dan ketidakpastian. Langkah awal yang harus dilakukan oleh manajer proyek adalah menyatukan visi menjadi satu tujuan yang
ditetapkan oleh organisasi.

MELIBATKAN
ORGABISASI
MEMBUTUHKAN
SUMBERDAYA
UNIK

PROYEK
KONSTRUKSI

Gambar 2.1 Three Dimentional


Objective
Proses penyelesaian proyek konstruksi harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain) seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2. Tiga kendala
tersebut yaitu mutu, waktu, dan an biaya.

TEPAT MUTU

TEPAT WAKTU

TEPAT BIAYA

PROYEK
KONSTRUKSI

Gambar 2.2 Triple Constrain

Dengan ciri-ciri tersebut menyebabkan industri konstruksi berbeda dengan industri lainnya, misalnya manufaktur. Ketiga kendala tersebut harus
diselesaikan secara simultan, dan merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Ketiga kendala
tersebut bersifat tarik menarik. Artinya jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan
menaikkan mutu, yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus
berkompromi dengan mutu atau jadwal.
Suatu rangkaian kegiatan dalam proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kegiatan rutin dan kegiatan proyek konstruksi. Kegiatan rutin
adalah suatu rangkaian kegiatan yang terus menerus, berulang, dan berlangsung lama. Sedangkan kegiatan proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu
kali dilaksanakan dan umumnya berlangsung dalam jangka waktu pendek. Oleh karena itu, suatu kegiatan proyek mempunyai awal dan akhir kegiatan yang jelas
serta hasil kegiatan yang bersifat unik, sebagaimana diilustrasikan pada gambar 2.3 berikut:

II - 3
SUMBERDAYA SUMBERDAYA SUMBERDAYA
PROYEK PROYEK PROYEK

I P O
N R U
P O T
U S P
T E U
S T

Gambar 2.3 Proyek Sebagai Suatu Sistem

Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan, yaitu:
1. Bangunan gedung: rumah, kantor, pabrik, mall, dan lain-lain
Ciri-ciri kelompok bangunan gedung adalah:
a. proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tempat tinggal
b. pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relative sempit dan kondisi pondasi umumnya sudah diketahui
c. dibutuhkan manajemen terutama untuk progressing pekerjaan.
2. Bangunan sipil: jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnya.
Ciri-ciri kelompok bangunan sipil adalah:
a. proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna bagi kepentingan manusia.
b. pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.
c. manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan
Kedua kelompok bangunan tersebut sebenarnya saling tumpang tindih, tetapi pada umumnya kedua bangunan kelompok tersebut direncanakan dan
dilaksanakan oleh disiplin ilmu perencana dan pelaksana yang berbeda.

2.5 Manajemen Konstruksi


Pengertian Manajemen proyek menurut PMI (Project Management Instituts) adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengkoordinir
sumberdaya yang terdiri atas manusia dan material dengan menggunakan teknik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan (lingkup,
mutu, jadwal, biaya), serta memenuhi keinginan semua pihak yang terlibat.
Pemahaman tentang konstruksi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu teknologi konstruksi (construction technologi) dan manajemen konstruksi
(construction management). Kedua hal itu saling terkait dan bersinergi sehingga akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pengelolaan proyek.
Tehnologi konstruksi mempelajari metode atau teknik yang digunakan untuk mewujudkan bangunan fisik dalam lokasi proyek. Sedang manajemen
konstruksi adalah bagaimana sumberdaya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat.
Proyek konstruksi mempunyai karakteristik yang sifatnya unik dan tunggal. Proyek konstruksi selama masa pembangunannya bersifat dinamis, yang
ditunjukkan dengan selalu berubahnya jumlah dan jenis sumberdaya yang dibutuhkan. Perubahan ini sejalan dengan tahapan dari proyek itu sendiri, diawal
kebutuhan sumberdaya relative kecil dibandingkan tahap di tengah masa pelaksanaan. Diakhir proyek kebutuhan sumberdaya berangsur-angsur menurun dan pada
akhirnya tidak dibutuhkan lagi. Kondisi ini memerlukan rancangan dan program pembangunan tersendiri untuk mewujudkannya. Konsekuensi dari karakteristik
ini adalah dibutuhkannya suatu teknik atau manajemen yang lebih fleksibel agar dapat diaplikasikan dalam berbagai jenis proyek. Dengan demikian, teknik
manajemen harus disesuaikan untuk membentuk manajemen baru yang sesuai kondisi dan situasi masing-masing proyek.
Manajemen yang kaku dapat diaplikasikan dalam industri yang kebutuhan sumberdayanya relatif konstan, namun tidak pada proyek konstruksi karena
akan menjadi tidak efektif dan cenderung tidak efisien. Dengan demikian, manajemen yang dapat mengakomodasi peninjauan dan penyesuaian secara terus
menerus, setiap saat harus dirancang untuk menghadapi kebutuhan dan menyelesaikan pekerjaan yang sedang berjalan.
Tujuan manajemen konstruksi pada umumnya dipandang sebagai pencapaian suatu sasaran tunggal dan yang terdefinisikan secara jelas dengan
memperhatikan sasaran penting lainnya yang dikenal sebagai sasaran sekunder dan bersifat kendala. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut:

II - 4
MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI

SUMBERDAYA MENCAPAI SASARAN


MANAJEMEMEN Biaya
Mutu
Man Waktu
MPK Planning Material Kesel. kerja
Organizing Machine
Actuating
Money
Controlling
Method Memuaskan Semua Pihak
Yang Terlibat

TEKNOLOGI
MODERN

Gambar 2.4 Peran Manjemen Proyek Konstruksi

Dengan demikian manajemen proyek konstruksi menjadi sangat penting, karena :


a. Terdapat sejumlah metode baru untuk mendukung tercapainya sasaran proyek
b. Lebih cepat dalam menangani perubahan dibandingkan dengan menerapkan manajemen konvensional
c. Mempermudah fungsi perencanaan dan pengendalian, yaitu :
 dapat mengetahui rencana biaya, mutu, dan waktu proyek
 terdapat informasi prestasi yang terbaru (uptodate)
 dapat melakukan cek dan ricek
d. Ada penanggung jawab tunggal di proyek yang befungsi sebagai sumber informasi dan koordinator semua kegiatan dalam proyek
e. Sistem delegasi wewenang lebih baik (menjadi efektif)
f. Menciptakan iklim kerja yang baik
g. Mengembangkan reputasi perusahaan di mata pasar
Pelaksana proyek konstruksi berorientasi pada penyelesaian proyek dimana penggunaan sumberdaya secara optimum. Aspek penting ini dapat tercapai
melalui penggunaan teknik manajemen yang baik, yang mencakup:
1. Pembentukan situasi, dimana keputusan yang mantap dapat diambil pada tingkat manajemen yang paling rendah dan dideligasikan kepada mereka yang
mampu.
2. Memotivasi orang-orang untuk memberikan yang terbaik dalam batas kemampuannya dengan menerapkan hubungan manusiawi.
3. Pembentukan semangat kerjasama kelompok dalam organisasi sehingga fungsi organisasi dapat berjalan secara utuh.
4. Penyediaan fasilitas yang memungkinkan orang-orang yang terlibat dalam proyek meningkatkan kemampuannya dan cakupan kemampuannya.

Manajemen pengelolaan setiap proyek konstruksi meliputi delapan fungsi dasar manajemen, yaitu:
1. Penetapan tujuan (goal setting)
2. Perencanaan (planning)
3. Pengorganisasian (organizing)
4. Pengisian staf (staffing)
5. Pengarahan (directing)
6. Pengawasan (supervising)
7. Pengendalian (controlling)
8. Koordinasi (coordinating)
Setiap fungsi merupakan tahap yang harus dipenuhi. Pengelolaan proyek akan berhasil dengan baik jika semua fungsi manajemen dijalankan secara
efektif. Hal ini dicapai dengan cara menyediakan sumberdaya yang dibutuhkan dan menyediakan kondisi yang tepat sehingga memungkinkan orang-orang
melaksanakan tugasnya masing-masing.
Delapan fungsi dasar manajemen tersebut dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga kelompok kegiatan, sebagai berikut:
1. Kegiatan perencanaan:
 penetapan tujuan (goal setting)
 perencanaan (planning)
 pengorganisasian (organizing)

II - 5
2. Kegiatan pelaksanaan
 pengisian staf (staffing)
 pengarahan (directing)
3. Kegiatan pengendalian
 pengawasan (supervising)
 pengendalian (controlling)
 koordinasi (coordinating)

Masing-masing fungsi manajemen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Penetapan tujuan:
Tahap yang harus ditentukan terlebih dahulu adalah menetapkan tujuan utama yang akan dicapai, dengan memperhatikan beberapa hal berikut:
 Harus realistis, artinya bahwa tujuan tersebut memungkinkan untuk dicapai.
 Harus spesifik, artinya tujuannya jelas.
 Harus terukur, artinya tujuan tersebut memiliki ukuran keberhasilan.
 Tujuan yang ditetapkan terbatas waktu, artinya untuk mencapai tujuan ada durasi pencapaian.
2. Perencanaan:
Agar proses ini berjalan dengan baik, maka sasaran utamanya harus ditentukan. Perencanaan sebaiknya mencakup penentuan berbagai cara yang
memungkinkan. Setelah itu baru menentukan salah satu cara yang tepat dengan mempertimbangkan semua kendala yang mungkin timbul.

Perencanaan dapat didefinisikan sebagai peramalan masa yang akan datang dan perumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan. Bentuk perencanaan dapat berupa: gambar rencana, perencanaan prosedur, perencanaan metode kerja, perencanaan standar pengukuran
hasil, perencanaan anggaran biaya, perencanaan program (rencana kegiatan dan jadwal).
3. Pengorganisasian:
Kegiatan ini bertujuan melakukan pengaturan dan pengelompokan kegiatan proyek konstruksi agar kinerja yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
Tahap ini menjadi sangat penting karena jika terjadi ketidaktepatan pengaturan dan pengelompokan kegiatan, bias berakibat langsung terhadap tujuan
proyek.

Pengelompokan kegiatan dapat dilakukan dengan cara menyusun Work Breakdown Structure (WBS). Kemudian dilanjutkan dengan menetapkan pihak yang
nantinya bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan tersebut. Proses ini disebut dengan Organization Breakdown Structure (OBS).
4. Pengisian Staf
Tahap ini merupakan tahap awal dalam perencanaan personel yang akan ditunjuk sebagai pengelola pelaksanaan proyek.sukses tidaknya proyek sangat
ditentukan oleh kecermatan dan ketepatan dalam memposisikan seseorang pada keahliannya.

Definisi dari pengisian staf adalah pengerahan, penempatan, pelatihan, dan pengembangan tenaga kerja dengan tujuan dihasilkan kondisi personil yang tepat
(right people), tepat posisi (right position), tepat waktu (right time).
5. Pengarahan:
Jika penempatan staf telah dilakukan dengan tepat, maka tim harus diberi penjelasan tentang lingkup pekerjaan serta kapan pekerjaan tersebut harus dimulai
dan harus diselesaikan. Dalam organisasi proyek, tugas kepala proyek adalah memberikan perintah kepada stafnya untuk melakukan kegiatan sesuai rencana.

Tahap pengarahan dapat didefinisikan sebagai kegiatan mobilisasi sumberdaya yang dimiliki agar bergerak secara satu kesatuan sesuai rencana, termasuk
didalamnya melakukan motivasi dan koordinasi terhadap seluruh stafnya.
6. Pengawasan:
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai interaksi langsung antara individu-individu dalam organisasi untuk mencapai kinerja dalam tujuan organisasi. Proses
ini berlangsung secara kontinu guna mendapatkan keyakinan pelaksanaan kegiatan sesuai prosedur yng ditetapkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Dalam kenyataannya, kegiatan ini dilakukan oleh pelaksana konstruksi dengan tujuan untuk mendapatkan hasil sesuai keinginan pemilik, juga dilqaukan oleh
pihak pemilik dengan tujuan untuk memperoleh keyakinan bahwa apa yang akan diterimanya sesuai dengan apa yang dikehendaki seperti yang tertuang
dalam spesifikasi.
7. Pengendalian:
Pengendalian adalah proses penetapan apa yang telah dicapai, evaluasi kinerja, dan langkah perbaikan bila diperlukan. Proses ini dapat dilakukan jika
perencanaan telah ada, karena esensi pengendalian adalah membandingkan apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang telah terjadi. Instrument
pengendalian yang biasa digunakan adalah diagram batang (bar chart) beserta kurva “S”.

Pemantauan kegiatan dilapangan dilakaukan secara kontinu, dan hasilnay dibandingkan dengan rencana. Jika realisasi prestasi lebih cepat dari rencana, maka
dikatakan bahwa proyek dalam keadaan lebih cepat (up-schedule). Demikian pula sebaliknya, maka dikatakan bahwa proyek terlambat (behind schedule).
Harapan dari pengelola proyek konstruksi adalah proyek selesai lebih cepat.

II - 6
8. Koordinasi:
Pemantauan prestasi kegiatan pengendalian akan digunakan sebagai bahan untuk melakukan langkah perbaikan, baik proyek terlambat atau lebih cepat.
Semua permasalahan dalam proyek harus diselesaikan bersama antar pihak terlibat dala proyek sehingga diperlukan agenda acara yang mempertemukan
semua unsure. Kegiatan ini dinamakan langkah koordinasi.

Koordinasi dilakukan pada waktu tertentu, umumnya satu minggu sekali. Namun tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan lebih sering (tergantung dari
urgensinya). Koorinasi dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Koordinasi internal dilakukan untuk mengevaluasi diri terhadap kinerja staf yang telah
dilakukan. Koordinasi eksternal adalah proses evaluasi kinerja pihak-pihak terlibat dalam proyek ( kontraktor, konsultan, pemilik proyek), digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang timbul selama proses konstruksi terjadi.

Sedangkan system manajemen proyek dapat dilukiskan seperti pada gambar 2.5 berikut:

T ent ukan t ujuan


Survey Sumberdaya
Susun St rat egi
(PERENC ANAAN)
SU M BE RDA Y A

HA SIL AK H IR
PROY E K (5 M )

Ukur pencapaian sasaran Alokasi sumberdaya


Pelaporan Pet unjuk pelaksanaan
Penyelesaian masalah Koordinasi
(PENGENDALIAN) Motivasi St aff
(PELAKSANAAN)

PRO SES MANAJEMEN

TIM PRO YEK

TAHAPAN PRO YEK

Penjelasan Disain Pengadaan Pelaksanaan

Gambar 2.5 Sistem Manajemen Proyek

Soal-Soal Latihan:
1. Jelaskan definisi proyek!
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis proyek!
3. Jelaskan perbedaan kegiatan proyek dan kegiatan operasional!
4. Jelaskan definisi proyek konstruksi!
5. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis proyek konstruksi!
6. Jelaskan pengertian manajemen proyek konstruksi (MPK)!
7. Mengapa dalam pelaksanaan proyek konstruksi diperlukan MPK?
8. Jelaskan sumberdaya proyek konstruksi!
9. Jelaskan tentang batasan-batasan proyek konstruksi!
10. Jelaskan ciri-ciri proyek konstruksi!
11. Jelaskan fungsi manajemen proyek konstruksi!

II - 7

Anda mungkin juga menyukai