2.1 Pendahuluan
Sejarah manajemen proyek konstruksi di dunia dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Mulai dikenal tahun 1950-an di Eropa dan Amerika Serikat.
b. Tahun 1981 terbentuk PMI (Project Management Institutes) di Amerika Serikat dan Eropa yang merupakan organisasi profesi yang mengelola
manajemen proyek.
c. PMI menyusun PMBOK (Project Management Body of Knowledge) yang mengatur standar kerja manajemen proyek.
Sedangkan sejarah manajemen proyek konstruksi di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Mulai dikenal di Indonesia tahun 1970-an karena banyaknya PMA.
b. SK Dirjen Cipta Karya No.104/KPTS/CK/1982 tentang Pedoman Operasional Pengisian dan Pelaksanaan DIP Proyek Gedung Pemerintah dan
Perumahan Dinas tentang perlunya konsultan MK (Manajemen Konstruksi) untuk proyek di atas Rp 500 juta.
c. UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi tentang hubungan kemitraan yang menunjang efisiensi dengan adanya jasa di luar perencanan & pelaksana,
yaitu manajemen konstruksi.
Disamping kegiatan proyek juga dikenal pula program yang mempunyai sifat yang sama dengan proyek. Perbedaannya terletak pada kurun waktu
pelaksanaan dan besarnya sumberdaya yang diperlukan. Program memiliki skala lebih besar dari proyek. Umumnya program dapat dipecah menjadi lebih dari satu
proyek, atau suatu program merupakan kumpulan dari bermacam-macam proyek.
Sedangkan kegiatan operasional mempunyai banyak perbedaan dengan kegiatan proyek. Perbedaan yang sangat mendasar adalah kegiatan operasi
didasarkan pada suatu konsep mendayagunakan system yang telah ada, apakah berbentuk pabrik, gedung atau fasilitas yang lain, secara terus menerus dan
berulang-ulang. Sedangkan kegiatan proyek bermaksud mewujudkan atau membangun system yang belum ada. Dengan demikian urutannya adalah system
(fasilitas atau produk) dibangun atau diwujudkan dulu oleh proyek baru kemudian dioperasikan. Contoh kegiatan operasional (non-proyek), misalnya:
II - 1
Kegiatan memproduksi semen di pabrik semen
Kegiatan merakit mobil di bengkel
Kegiatan keluar masuknya barang di gudang toko swalayan (inventori)
Kegiatan masak-memasak dan penjualan makanan di restoran
Kegiatan sewa-menyewa mobil di perusahaan persewaan kendaraan
Untuk memberikan gambaran lebih jauh, pada tabel 2.1 diperlihatkan perbandingan antara kegiatan proyek dan kegiatan operasional (Soeharto, 2001).
Awal timbulnya suatu proyek dapat berasal dari beberapa sumber berikut:
a. Rencana pemerintah:
Misalnya proyek pembangunan prasarana, seperti jalan, jembatan, bendungan, saluran irigasi, pelabuhan, lapangan terbang. Tujuannya dititikberatkan pada
kepentingan umum dan masyarakat.
b. Permintaan pasar:
Hal ini terjadi bila suatu ketika pasar memerlukan kenaikan suatu macam produk dalam jumlah besar. Permintaan ini dipenuhi dengan jalan membangun
sarana produksi baru.
c. Dari dalam perusahaan yang bersangkutan:
Hal ini dimulai dengan adanya desakan keperluan dan setelah dikaji dari segala aspek menghasilkan keputusan untuk merealisasikannya menjadi proyek.
Misalnya proyek yang bertujuan meningkatkan efisiensi kerja dan memperbaharui perangkat dan system kerja lama agar lebih mampu bersaing.
d. Dari kegiatan penelitian dan pengembangan:
Dihasilkan produk baru yang diperkirakan akan banyak manfaat dan peminatnya, sehingga mendorong dibangunnya fasilitas produksi. Misalnya komoditi
obat-obatan dan bahan kimia lainnya.
MELIBATKAN
ORGABISASI
MEMBUTUHKAN
SUMBERDAYA
UNIK
PROYEK
KONSTRUKSI
TEPAT MUTU
TEPAT WAKTU
TEPAT BIAYA
PROYEK
KONSTRUKSI
Dengan ciri-ciri tersebut menyebabkan industri konstruksi berbeda dengan industri lainnya, misalnya manufaktur. Ketiga kendala tersebut harus
diselesaikan secara simultan, dan merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Ketiga kendala
tersebut bersifat tarik menarik. Artinya jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan
menaikkan mutu, yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus
berkompromi dengan mutu atau jadwal.
Suatu rangkaian kegiatan dalam proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kegiatan rutin dan kegiatan proyek konstruksi. Kegiatan rutin
adalah suatu rangkaian kegiatan yang terus menerus, berulang, dan berlangsung lama. Sedangkan kegiatan proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu
kali dilaksanakan dan umumnya berlangsung dalam jangka waktu pendek. Oleh karena itu, suatu kegiatan proyek mempunyai awal dan akhir kegiatan yang jelas
serta hasil kegiatan yang bersifat unik, sebagaimana diilustrasikan pada gambar 2.3 berikut:
II - 3
SUMBERDAYA SUMBERDAYA SUMBERDAYA
PROYEK PROYEK PROYEK
I P O
N R U
P O T
U S P
T E U
S T
Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan, yaitu:
1. Bangunan gedung: rumah, kantor, pabrik, mall, dan lain-lain
Ciri-ciri kelompok bangunan gedung adalah:
a. proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tempat tinggal
b. pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relative sempit dan kondisi pondasi umumnya sudah diketahui
c. dibutuhkan manajemen terutama untuk progressing pekerjaan.
2. Bangunan sipil: jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnya.
Ciri-ciri kelompok bangunan sipil adalah:
a. proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna bagi kepentingan manusia.
b. pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.
c. manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan
Kedua kelompok bangunan tersebut sebenarnya saling tumpang tindih, tetapi pada umumnya kedua bangunan kelompok tersebut direncanakan dan
dilaksanakan oleh disiplin ilmu perencana dan pelaksana yang berbeda.
II - 4
MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
TEKNOLOGI
MODERN
Manajemen pengelolaan setiap proyek konstruksi meliputi delapan fungsi dasar manajemen, yaitu:
1. Penetapan tujuan (goal setting)
2. Perencanaan (planning)
3. Pengorganisasian (organizing)
4. Pengisian staf (staffing)
5. Pengarahan (directing)
6. Pengawasan (supervising)
7. Pengendalian (controlling)
8. Koordinasi (coordinating)
Setiap fungsi merupakan tahap yang harus dipenuhi. Pengelolaan proyek akan berhasil dengan baik jika semua fungsi manajemen dijalankan secara
efektif. Hal ini dicapai dengan cara menyediakan sumberdaya yang dibutuhkan dan menyediakan kondisi yang tepat sehingga memungkinkan orang-orang
melaksanakan tugasnya masing-masing.
Delapan fungsi dasar manajemen tersebut dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga kelompok kegiatan, sebagai berikut:
1. Kegiatan perencanaan:
penetapan tujuan (goal setting)
perencanaan (planning)
pengorganisasian (organizing)
II - 5
2. Kegiatan pelaksanaan
pengisian staf (staffing)
pengarahan (directing)
3. Kegiatan pengendalian
pengawasan (supervising)
pengendalian (controlling)
koordinasi (coordinating)
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai peramalan masa yang akan datang dan perumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan. Bentuk perencanaan dapat berupa: gambar rencana, perencanaan prosedur, perencanaan metode kerja, perencanaan standar pengukuran
hasil, perencanaan anggaran biaya, perencanaan program (rencana kegiatan dan jadwal).
3. Pengorganisasian:
Kegiatan ini bertujuan melakukan pengaturan dan pengelompokan kegiatan proyek konstruksi agar kinerja yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
Tahap ini menjadi sangat penting karena jika terjadi ketidaktepatan pengaturan dan pengelompokan kegiatan, bias berakibat langsung terhadap tujuan
proyek.
Pengelompokan kegiatan dapat dilakukan dengan cara menyusun Work Breakdown Structure (WBS). Kemudian dilanjutkan dengan menetapkan pihak yang
nantinya bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan tersebut. Proses ini disebut dengan Organization Breakdown Structure (OBS).
4. Pengisian Staf
Tahap ini merupakan tahap awal dalam perencanaan personel yang akan ditunjuk sebagai pengelola pelaksanaan proyek.sukses tidaknya proyek sangat
ditentukan oleh kecermatan dan ketepatan dalam memposisikan seseorang pada keahliannya.
Definisi dari pengisian staf adalah pengerahan, penempatan, pelatihan, dan pengembangan tenaga kerja dengan tujuan dihasilkan kondisi personil yang tepat
(right people), tepat posisi (right position), tepat waktu (right time).
5. Pengarahan:
Jika penempatan staf telah dilakukan dengan tepat, maka tim harus diberi penjelasan tentang lingkup pekerjaan serta kapan pekerjaan tersebut harus dimulai
dan harus diselesaikan. Dalam organisasi proyek, tugas kepala proyek adalah memberikan perintah kepada stafnya untuk melakukan kegiatan sesuai rencana.
Tahap pengarahan dapat didefinisikan sebagai kegiatan mobilisasi sumberdaya yang dimiliki agar bergerak secara satu kesatuan sesuai rencana, termasuk
didalamnya melakukan motivasi dan koordinasi terhadap seluruh stafnya.
6. Pengawasan:
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai interaksi langsung antara individu-individu dalam organisasi untuk mencapai kinerja dalam tujuan organisasi. Proses
ini berlangsung secara kontinu guna mendapatkan keyakinan pelaksanaan kegiatan sesuai prosedur yng ditetapkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Dalam kenyataannya, kegiatan ini dilakukan oleh pelaksana konstruksi dengan tujuan untuk mendapatkan hasil sesuai keinginan pemilik, juga dilqaukan oleh
pihak pemilik dengan tujuan untuk memperoleh keyakinan bahwa apa yang akan diterimanya sesuai dengan apa yang dikehendaki seperti yang tertuang
dalam spesifikasi.
7. Pengendalian:
Pengendalian adalah proses penetapan apa yang telah dicapai, evaluasi kinerja, dan langkah perbaikan bila diperlukan. Proses ini dapat dilakukan jika
perencanaan telah ada, karena esensi pengendalian adalah membandingkan apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang telah terjadi. Instrument
pengendalian yang biasa digunakan adalah diagram batang (bar chart) beserta kurva “S”.
Pemantauan kegiatan dilapangan dilakaukan secara kontinu, dan hasilnay dibandingkan dengan rencana. Jika realisasi prestasi lebih cepat dari rencana, maka
dikatakan bahwa proyek dalam keadaan lebih cepat (up-schedule). Demikian pula sebaliknya, maka dikatakan bahwa proyek terlambat (behind schedule).
Harapan dari pengelola proyek konstruksi adalah proyek selesai lebih cepat.
II - 6
8. Koordinasi:
Pemantauan prestasi kegiatan pengendalian akan digunakan sebagai bahan untuk melakukan langkah perbaikan, baik proyek terlambat atau lebih cepat.
Semua permasalahan dalam proyek harus diselesaikan bersama antar pihak terlibat dala proyek sehingga diperlukan agenda acara yang mempertemukan
semua unsure. Kegiatan ini dinamakan langkah koordinasi.
Koordinasi dilakukan pada waktu tertentu, umumnya satu minggu sekali. Namun tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan lebih sering (tergantung dari
urgensinya). Koorinasi dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Koordinasi internal dilakukan untuk mengevaluasi diri terhadap kinerja staf yang telah
dilakukan. Koordinasi eksternal adalah proses evaluasi kinerja pihak-pihak terlibat dalam proyek ( kontraktor, konsultan, pemilik proyek), digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang timbul selama proses konstruksi terjadi.
Sedangkan system manajemen proyek dapat dilukiskan seperti pada gambar 2.5 berikut:
HA SIL AK H IR
PROY E K (5 M )
Soal-Soal Latihan:
1. Jelaskan definisi proyek!
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis proyek!
3. Jelaskan perbedaan kegiatan proyek dan kegiatan operasional!
4. Jelaskan definisi proyek konstruksi!
5. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis proyek konstruksi!
6. Jelaskan pengertian manajemen proyek konstruksi (MPK)!
7. Mengapa dalam pelaksanaan proyek konstruksi diperlukan MPK?
8. Jelaskan sumberdaya proyek konstruksi!
9. Jelaskan tentang batasan-batasan proyek konstruksi!
10. Jelaskan ciri-ciri proyek konstruksi!
11. Jelaskan fungsi manajemen proyek konstruksi!
II - 7