TINJAUAN PUSTAKA
Kendali dalam istilah industri dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk
mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang untuk kegiatan manajemen sambil
tetap menggunakan cara-cara untuk menjamin hasil yang memuaskan (Feigenbaum,
1992).
Prosedur untuk mencapai sasaran mutu industri karenamya diistilahkan
kendali mutu, seperti membahas prosedur-prosedur untuk mencapai sasaran biaya dan
produksi masing-masing diistilahkan sebagai kendali biaya dan kendali produksi.
Pada umumnya ada empat langkah dalam kendali tersebut:
2.1.1 Menetapkan standar
Menentukan standar mutu-biaya, standar mutu-prestasi kerja, standar mutu-
keamanan, dan standar kualitas-keterandalan yang dibutuhkan untuk produk tersebut
2.1.2 Sesuai standar.
Membandingkan kesesuain dari produk yang dibuat terhadap standar-standar ini.
2.1.3 Bertindak bila perlu.
Mengkoreksi masalah dan penyebabnya melalui faktor-faktor yang mencakup
pemasaran, perancangan, rekayasa, produksi, dan pemeliharaan yang mempengaruhi
kepuasan pemakai.
2.1.4 Merencanakan perbaikan.
Mengembangkan suatu upaya yang kontinu untuk memperbaiki standar-standar
biaya, prestasi, keamanan, dan keterandalan.
Sekarang ini kendali yang efektif adalah persyaratan pokok untuk tercapainya
manajemen yang berhasil. Jika kendali ini gagal, akan menjadi penyebab utama
bertambahnya biaya perusahaan dan semakin berkurangnya pendapatan perusahaan.
Kegagalannya juga menjadi penyumbang utama bagi munculnya masalah liabilitas
produk, keamanan produk, dan penarikan kembali produk yang menambah dimensi
baru bagi perundingan manajemen
2.3.1 Visi
"Menjadi Perusahaan terbaik dalam Industri Beton Pracetak"
2.3.2 Misi
2.4.1 Terlaksananya evaluasi dan perhitungan atas semua faktor atau aspek yang
berkaitan dengan mutu dan kepuasan pemberi kerja atau pelanggan sebelum
proposal atau surat penawaran dibuat dan disampaikan kepada calon pemberi
kerja alau pelanggan
2.4.2 Terlaksananya keterlibatan semua pihak yang terkait dalam proses evaluasi
persyaratan atan spesifikasi yang dimnta oleh calon pemberi kerja.
2.4.3 Terlaksananya evaluasi sesuai dengan lingkup pekerjaa tertuang dalam surat
perjanjian atas aspek-aspek:
1) Teknis
2) Produksi
3) Kcuangan
4) Administrasi dan Hukum (legal)
5) Distribusi dan Instalasi
2.4.4 Terlaksananya proses produksinya yang meliputi alokasi, pengadaan material
atau sumber daya yang diperlukan dan jadwal produksi yang dapat memenuhi
tuntutan atau persyaratan atau kepuasan pemberi kerja atau pelanggan serta
perundang-undangan dan regulasi yang berlaku.
2.4.5 Menjamin mutu produk yang dihasilkan sesuai yang disepakati bersama
antara PT. Wijaya Karya Beton dengan pemberi kerja
2.4.6 Terlaksananya proses instalasi atau penycrahan meliputi alokasi dan
pengadaan sumber daya. Metode kerja serta jadwal instalasi atau penyerahan
sesuai dengan tuntutan atau persyaratan pemberi kerja serta perundang-
undangan dan regulasi yang berlaku.
2.4.7 Terlaksananya upaya-upaya untuk menekan atau mengurangi atau
menghilangkan kerusakan produk beton selama proses instalasi atau distribusi
sehingga produk beton dapat diserahkan kepada pemberi kerja sesuai
kesepakatan.
2.4.8 Terlaksananya penyerahan produk beton berkategori baik kepada pemberi
kerja sesuai kesepakatan
2.4.9 Terlaksananya umpan balik dari pemberi kerja dalam peningkatan perbaikan
proses bisnis di perusahaan
2.4.10 Terlaksananya evaluasi kepuasan pemberi kerja terhadap produk yang
dihasilkan perusahaan
2.4.11 Terlaksananya kegiatan penanganan keluhan pelanggan yang muncul secara
sesuai tanggap dan efektif.
2.4.12 Terlaksananya kegiatan penagihan dengan kelengkapan dokumen
persyaratannya.
2.4.13 Terlaksananya monitoring pembayaran dengan proses penyerahan produk
kepada pelanggan
Pengendalian mutu tidak hanya tergantung pada tes akhir tetapi harus
dilakukan pemilihan awal bahan, pengecekan bahan, perencanaan, proses produksi
pengecoran berlangsung, pemadatan, dan pengetesan benda uji. Berikut beberapa
variasi yang disediakan yaitu, material, mesin, peralatan, dan proses produksi
pelaksanaan pengujian.
Apabila diperlukan untuk memnstikan keabsahan hasil ukur, alat ukur harus:
1) Dikalibrasi atau diverifikasi pada selang waktu tertentu atau sebelum dipakai
terhadap kalibrator yang telah distandarisasi ke standar pengukuran nasional
maupun internasional, bila kalibrator tidak ada dasar yang dipakai untuk
kalibrasi atau verifikasi harus direkam.
2) Disetel atau disetel ulang secukupnya
3) Diidentifikasi untuk memungkinkan status kalibrasinya ditetapkan.
4) Dijaga dari penyetelan yang akan membuat hasil pengukurannya tidak sah
5) Dilindungi dari kerusakan dan penurunan mutu selama penanganan,
perawatan, dan penyimpanan.
Badan usaha haras memeriksa dan merekam keabsahan hasil pengukuran
sebełumnya bila peralatan ditemukan tidak memermhi persyaratan. Badan usaha
harus melakukan tindakan yang sesuai pada peralatan dan produk manapun yang
terpengaruh. Rekaman hasil kalibrasi harus dipelihara dan diarsipkan (LPJK, 2005)
Badan usaha dalam hal ini harus mengidentifikasi semua pengukuran yang
dilakukan selama pelaksanaan produksi yaitu, pengukuran panjang, pengukuran
sudut, pengukuran beda tinggi, pengukuran berat, pengukran tekanan, dan
pengukuran temperatur.
Kalibrasi ini sangat terkait untuk memberikan bukti kesesuaian spesifikasi teknis.
Kebutuhan pengukuran memerlukan alat ukur yang sesuai dan atas azas dengan
persyaratan pemantauan dan pengukuran. Taat azas dalam arti bahwa alat ukur yang
digunakan harus disesuaikan dengan level ketelitian yang disyaratkan untuk
memastikan keabsahan hasil ukur, maka alat harus dikalibrasi atau diverifikasi setiap
periode tertentu sebelum dipakai dan harus diberi tanggal agar bisa dilacak status
kalibrasinya.
Alat ukur harus dipelihara agar tidak terjadi perubahan dan dijaga dari penyetelan
yang meryebabkan perubahan. Alat nkur harus dilindungi dari debu, embun, dan
kelembaban yang dapat menyebabkan penurunan kualitas.
Pada saat adukan beton telah selesai, diambil sampel yang dibuat
adukan secara manual, dan dimasukkan ke dałam cetakan silinder kerucut
dengan ukuran tinggi 30 cm, diameter bawah 20 cm, dan diameter atas 10
cm. Adukan beton di dalam cetakan mengalami proses pengujian di mana
akhir dari proses pengujian tersebut adalah adukan beton yang membentuk
cetakan. Tinggi adukan diukur dari dasar adukan, selisih antara tinggi
adukan yang ditentukan dan tinggi cetakan disebut sebagai nilai slump
(kekentalan). Nilai slump yang dizinkan maksimal 5 cm.
2.7 Tiang Pancang Beton Prategang Bulat Berongga (PC Spun Piles)
Tiang pancang haras dicor dan dirawat untuk memperoleh kekuatan yang
diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan, penanganan, dan tekanann akibat
pemancangan tanpa kerusakan. Tiang pancang berongga harus digunakan bila
panjang tiang pancang yang luar biasa diperlukan. Produk ini merupakan produk
precast yang menggunakan sitem prategang, yaitu tulangan pokok beton bertulang
yang diberi gaya terlebih dahulu agar lendutan yang dihasilkan dapat diminimalisir.
Baja tulangan harus disediakan untuk menahan tegangan yang terjadi akibat
pengangkatan, penyusunan, dan pengangkutan tiang pancang maupun tegangan yang
terjadi akibat pemancangan dan beban-beban yang didukung. Selimut beton tidak
boleh kurang dari 40 mm dan bilamana tiang pancang terekspos terhadap air laut atau
pengaruh korosi lainnya, selimut tidak boleh kurang dari 50 mnn
Tiang pancang ini diproduksi dengan proses spinning. Tiang pancang bentuk
ini sering digunakan untuk pondasi bangunan bertingkat tinggi, jembatan, dermaga,
dan lain-lain. Berikut ini ditampilkan gambar dari tiang pancang beton prategang
bulat berongga
Cetakan di atas rolly dibawa ke bagian tulangan dan diangkut dengan hoist ke
trostel tulangan. Sebelum melanjutkan ke proses berikutnya, terlebih dahulu cetakan
dibersihkan dari kotoran/sisa adukan beton yang masih melekat dengan kape dan kuas
pembersih, lalu pada permukaan cetakan atau mal diolesi dengan minyak cetak secara
tipis dan merata. Minyak cetak terbuat dari minyak kelapa sawit ditambah solar yang
fungsinya agar campuran beton nantinya tidak lengket dan menghasilkan permukaaan
beton yang halus
1) Pengujian PC Bar
2) Sebelum digunakan terlehih dahulu PC Bar dapat diuji di laboratorium
independen untuk menguji tegangan tarik PC Bar yang sesuai dengan
diametemya.
3) Pemotongan PC Bar (Memotong)
4) Besi spiral, besi beton, dan PC Bar yang akan digunakan dipotong dengan
mal potong dengan ukuran panjang atau jumlah lilitan yang dibutuhkan
sesuai dengan jenis produk yang akan dibuat sesuai dengan yang diperlukan
pada spesifikasi tipe produk.
5) Pembuatan Heading PC Bar
6) Pembuatan heading ini adalah merupakan pembentukan ujung PC Bar yng
selah dipotong sesuai dengan ukuran yang dinginkan menjadi bulat
(berkepala) agar pada saat di stressing tidak lolos atau tersangkut pada plat
sambung. PC Bar dimasukkan ke ubang pengarah pada mesin headling lalu
mesin diopermaikan dengan menekan pedal mesin.
7) Pembuatan Spiral
8) Spiral digunakan sebagai tulangan derngan melilitkannya pada tulangan
prategangnya. Kawat spiral dipasang pada mesin penggulung dioperasikan
hingga jumiah lilian sesuai dengan Standar Spesifikasi Produksi (SSP) dan
dipotong dengan allat potong besi secara manual.
9) Pembuatan Cincin
Kawat spiral dibentuk menjadi cincin dengan menggunakan mal cincin
sesuai dengan SSP, kemudian diikat dengan kawat ikat atau dilas. Cinein
pada tulangan berfungsi untuk menahan PC Bar agar tidak melendut pada
saat merangkai tulangan dengan spiralnya.
10) Pembuatan Plat Sambung
11) Plat sambung yang telah dipasang keranjang dan secara manual plat
sambung dipasang pada kepala PC Bar, diameter dari plat sambung itu
sendiri disesuaikan dengan diameter produk yang akan dibuat.
2.8.3 Perakitan Tulangan dan Pemasangan Assessoris
1) Alat : Hopper, trolly,sendok semen, tebeng cor, kunci pas ring, Impact tool,
sapu,cetakan, internal vibrator
3) Urutan Kerja
(9) Pasang cetakan atas kemudian pasang klem cetakan dan kencangkan baut
dengan impact tool.
4) Syarat Kualitas
(1) Hal yang Diperiksa
a. Metode pengecoran
b. Volume/berat adukan.
c. Kebersihan bibir cetakan.
d. Kelengkapan dan kesempunaan pasang baut L
(2) Metode Pemeriksaan
a. Amati metode dan ketepatan volume pengecoran
b. Periksa kebersihan.
c. Periksa posisi baut dan penahan ujung pelat dan kesempumaan
pasing
(3) Ketentuan Penerimaan
a. Volume beton merata sepanjang cetakan.
b. Volume / berat sesuai standar campuran beton yang berlaku.
c. Cetakan kue bersih dari sisa beton.
d. Baut L harus lengkap dan dikencangkan menggunakan alat dampak.
4) Syarat kualitas
4) Persyaratan Kualitas