Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengendalian Mutu

Kendali dalam istilah industri dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk
mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang untuk kegiatan manajemen sambil
tetap menggunakan cara-cara untuk menjamin hasil yang memuaskan (Feigenbaum,
1992).
Prosedur untuk mencapai sasaran mutu industri karenamya diistilahkan
kendali mutu, seperti membahas prosedur-prosedur untuk mencapai sasaran biaya dan
produksi masing-masing diistilahkan sebagai kendali biaya dan kendali produksi.
Pada umumnya ada empat langkah dalam kendali tersebut:
2.1.1 Menetapkan standar
Menentukan standar mutu-biaya, standar mutu-prestasi kerja, standar mutu-
keamanan, dan standar kualitas-keterandalan yang dibutuhkan untuk produk tersebut
2.1.2 Sesuai standar.
Membandingkan kesesuain dari produk yang dibuat terhadap standar-standar ini.
2.1.3 Bertindak bila perlu.
Mengkoreksi masalah dan penyebabnya melalui faktor-faktor yang mencakup
pemasaran, perancangan, rekayasa, produksi, dan pemeliharaan yang mempengaruhi
kepuasan pemakai.
2.1.4 Merencanakan perbaikan.
Mengembangkan suatu upaya yang kontinu untuk memperbaiki standar-standar
biaya, prestasi, keamanan, dan keterandalan.
Sekarang ini kendali yang efektif adalah persyaratan pokok untuk tercapainya
manajemen yang berhasil. Jika kendali ini gagal, akan menjadi penyebab utama
bertambahnya biaya perusahaan dan semakin berkurangnya pendapatan perusahaan.
Kegagalannya juga menjadi penyumbang utama bagi munculnya masalah liabilitas
produk, keamanan produk, dan penarikan kembali produk yang menambah dimensi
baru bagi perundingan manajemen

2.2. Tujuan Pengendalian Mutu

Tujuan pengendalian mutu atau kualitas memperbaiki kualias yang dihasilkan


dan penurunan kualitas keseluruhan. Keadaan fungsi misalya perbaikan terhadap
cara penyimpangan bahan baku, produk, atau pegendalian proses produksi yang
sedang berlangsung. Dengan demikian pengendaliann sudah harus dimulai dari saat
menerima bahan baku hingga produk tersebut siap untuk dipasarkan kepada kosumen
sehingga apabila ada ketidaksesuaian pada tahap pengendalian tersebut dapat diambil
tindakan-tindakan yang diperlukan.

Pengendalian kualitas dibagi menjadi dua, yaitu :

2.2.1 Pengendalian terhadap proses


Pengendalian terhadap proses biasanya menggunakan peta kontrol yang bertujuan
agar dapat segera mendeteksi apabila terjadi keadaan yang tidak sesuai, sebab
perubahan proses yang tidak sesuai akan berpotensi untuk menghasilkan produk yang
jelek bahkan rusak.
2.2.2 Pengendalian terhadap produk
Pengendalian terhadap produk biasanya diłakukan dengan menggunakan Metoda
Acceptance Sampling, dimana bertujuan untuk menjamin agar produk yang
dihasilkan dari suatu proses yang terkendali adalah memang benar-benar keadaan
produk yang baik.
2.3 Gambaran Umum PT. Wijaya Karya Beton Pasuruan

Di Indonesia pada umumnya konstruksi menggunakan bahan utama beton,


sehingga menuntut terciptanya perusahaan yang memproduksi beton pracetak yang
mampu mendukung dunia konstruksi saat ini.
Maka PT. Wijaya Karya (WIKA) yang merupakan Badan Usaha Mililk
Negara mendirikan anak penusahaan yaitu PT. Wijaya Karya Beton. Berawal dari
Divisi Perdagangan dan Industri yang dibentuk tahun 1974 yang merupakan embrio
PT. Wijaya Karya Beton.
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan guna mencapai sasaran
perusahaan, Divisi Perdagangan dan Industri dipecah menjadi dua divisi yakni Divisi
Perdagangan, Divisi Produk Beton dan Metal pada tahun 1980. Pada tahun 1982
dipisahkan lagi menjadi Divisi Produk Beton dan Divisi Produk Metal. Sedangkan
pada tangal 11 Maret 1997 Divisi Produk Beton dijadikan anak perusahaan yang
terpisah dari induk PT. Wijaya Karya.
Di bawah ini akan disebutkan visi dan misi PT. Wjaya Karya Beton -PB
Pasuruan scbagai acuan perusahaan dar antaranya

2.3.1 Visi
"Menjadi Perusahaan terbaik dalam Industri Beton Pracetak"

2.3.2 Misi

1) Memimpin pasar beton pracetak Indonesia.


2) Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan kesesuaian
mutu, ketepatan waktu penyerahan, dan harga yang bersaing atas produk yang
dihasilkan.
3) Menerapkan sistem manajemen dan toknologi yang dapat memacu
peningkatan efisiensi, konsisten mutu, keselamatan, dan kesehatan kerja yang
berwawasan lingkungan.
4) Tumbuh dan berkembang bersama mitra kerja secara sehat dan
berkesinambungan.
5) Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai.
2.4 Prosedur Mutu PT. Wijaya Karya Beton Pasuruan

2.4.1 Terlaksananya evaluasi dan perhitungan atas semua faktor atau aspek yang
berkaitan dengan mutu dan kepuasan pemberi kerja atau pelanggan sebelum
proposal atau surat penawaran dibuat dan disampaikan kepada calon pemberi
kerja alau pelanggan
2.4.2 Terlaksananya keterlibatan semua pihak yang terkait dalam proses evaluasi
persyaratan atan spesifikasi yang dimnta oleh calon pemberi kerja.
2.4.3 Terlaksananya evaluasi sesuai dengan lingkup pekerjaa tertuang dalam surat
perjanjian atas aspek-aspek:
1) Teknis
2) Produksi
3) Kcuangan
4) Administrasi dan Hukum (legal)
5) Distribusi dan Instalasi
2.4.4 Terlaksananya proses produksinya yang meliputi alokasi, pengadaan material
atau sumber daya yang diperlukan dan jadwal produksi yang dapat memenuhi
tuntutan atau persyaratan atau kepuasan pemberi kerja atau pelanggan serta
perundang-undangan dan regulasi yang berlaku.
2.4.5 Menjamin mutu produk yang dihasilkan sesuai yang disepakati bersama
antara PT. Wijaya Karya Beton dengan pemberi kerja
2.4.6 Terlaksananya proses instalasi atau penycrahan meliputi alokasi dan
pengadaan sumber daya. Metode kerja serta jadwal instalasi atau penyerahan
sesuai dengan tuntutan atau persyaratan pemberi kerja serta perundang-
undangan dan regulasi yang berlaku.
2.4.7 Terlaksananya upaya-upaya untuk menekan atau mengurangi atau
menghilangkan kerusakan produk beton selama proses instalasi atau distribusi
sehingga produk beton dapat diserahkan kepada pemberi kerja sesuai
kesepakatan.
2.4.8 Terlaksananya penyerahan produk beton berkategori baik kepada pemberi
kerja sesuai kesepakatan
2.4.9 Terlaksananya umpan balik dari pemberi kerja dalam peningkatan perbaikan
proses bisnis di perusahaan
2.4.10 Terlaksananya evaluasi kepuasan pemberi kerja terhadap produk yang
dihasilkan perusahaan
2.4.11 Terlaksananya kegiatan penanganan keluhan pelanggan yang muncul secara
sesuai tanggap dan efektif.
2.4.12 Terlaksananya kegiatan penagihan dengan kelengkapan dokumen
persyaratannya.
2.4.13 Terlaksananya monitoring pembayaran dengan proses penyerahan produk
kepada pelanggan

2.5 Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008

2.5.1 Pengertian ISO 9001:2008

ISO 9001:2008 adalah Sistem Manajemen Mutu, yaitu Sistem Manajermen


untuk mengarahkan dan mengontrol organisasi berkaitan dengan mutu.

1) Definisi modern tentang mutu.

(1) Sesuai dengan persyaratan (conformance to requirements)


(2) Sesuai dengan pemakaian (fitness for use)
(3) Kepuasan pelanggan (user satisfaction)

2) Definisi mutu menurut ISO 9001:2008.

Mutu (quality) adalah derajat yang dicapai oleh karakteristik yang


inheren dalam memenuhi persyaratan (degree to which a set of inherent
characteristics fulfills requirements).Jadi dapat dikatakan bahwa mutu itu
bukan hanya berhubungan dengan mutu produk saja, tetapi juga dengan
persyaratan lain seperti ketepatan pengiriman , biaya yang rendah, pelayanan
yang memuaskan pelanggan, dan bisa dipenuhinya peraturan pemerintah yang
berhubungan dengan produk yang dipasarkan.
2.5.2 Manfaat Penerapan ISO 9001

1) Menghadapi era perdagangan bebas (AFTA) 2003, perusahaan sebaiknya


sudah menerapkan Sistem Manajemen Mutu agar membantu perusahaan
dalam meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalni
penyediaan jaminan mutu yang lebih baik.
2) Nilai kompetisi dan image perusahaan semakin meningkat dengan sertifikasi
ISO 9001:2008.
3) Penerapan ISO 9001:2008 akan meningkatkan produktifitas, efektifitas
operasional, dan mengurangi biaya yang ditimbulkan barang cacat atau barang
bermutu rendah dan limbah.
4) Membuat sistem kerja dalam suatu perusahaan menjadi standar kerja yang
terdomentasi dan mempunyai aturan kerja yang baik sehingga memudahkan
dalam pengendalian.
5) Dapat berfungsi sebagai standar kerja untuk melatih karyawan yang baru
6) Menjamin bahwa pmses yang dilaksanakan sesuai dengan Sistem Manajernen
Mutu yang ditetapkan
7) Akan memudahkan top management dalam pencapaian target karena sudah
dipersiapkan target yang terukur
8) Meningkatkan semangat dan moral karyawan karena adanya kejelasan tugas
dan wewenang (job description), serta hubungan antar bagian yang terkait
sehingga karyawan dapat bekerja dengan efisien dan efektif.
9) Dapat mengarahkan karyawan agar berwawasan mutu dalam memenuhi
permintaan pelanggan, baik internal maupun eksternal.
2.6 Pengendalian Mutu Beton

Pengendalian mutu tidak hanya tergantung pada tes akhir tetapi harus
dilakukan pemilihan awal bahan, pengecekan bahan, perencanaan, proses produksi
pengecoran berlangsung, pemadatan, dan pengetesan benda uji. Berikut beberapa
variasi yang disediakan yaitu, material, mesin, peralatan, dan proses produksi
pelaksanaan pengujian.

Ketelitian dari pengendalian mutu sangat dipengaruhi cara mengontrol


keempat hal tersebut yaitu:

2.6.1 Variasi karena material (standar mutu bahan).


Produk bermutu dan memiliki pelayanan yang baik merupakan usaha
perusahaan di dalam menjual produknya pada konsumen. Keberhasilan perusahaan
sangat tergantung dari seberapa jauh perusahaan dapat mengetahui, mengerti, dan
memahami permintaan pelanggan tersebut. Pengawasan mutu dilakukan terhadap
proses produksi yang ditujukan untuk menjaga konsistensi dari mutu produk dengan
mełakukan pemeriksaan yang selektif terhadap mutu bahan baku yang diterima.

Manajer logistik harus mełaksanakan seleksi pemasok lebih dulu berdasarkan


kriteria kemampuan yang ditetapkan dan dimasukkan dalam daftar pemasok
terseleksi. Pemilihan pemasok harus atas dasar daftar pemasuk terseleksi yang sudah
ditetapkan dan harus dievaluasi ulang pada periode tertentu. Rekaman yang harus
dipelihara yaitu:
1) Daftar kriteria seleksi pemasok
2) Datar pemasok terseleksi.
3) Evaluasi pemasok.
Manajer logistik juga harus menetapkan dan menerapkan kegiatan inspeksi
atau verifikasi pada saat menerima material untuk memastikan bahwa mateial yang
ada memenuhi persyaratan yang dispesifikasikan. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang
dilakukan di lokasi pemasok, maka sesuai perjanjian dapat dilakukan verifikasi di
lokasi pemasok. Pengaturan verifikasi harus dinyatakan dalam kontrak dengan
pemasok, termasuk metode penyerahan materialnya.
Dalam hal mutu tiang pancang telah ditentukan spesifikasi teknis. Kriteria
yang digunakan untuk memberi batasan pada mutu adalah untuk pasir, koral/split,
semen, PC Bar, besi beton, besi plat sambung, admixture, dan additive. Masing-
masing karakteristik tersebut erat kaitannya dengan barang yang akan dihasilkan.
Oleh sebab itu, spesifikasi mutu produk sanga menentukan aspek pasar bagi produk
itu sendiri.

2.6.2 Variasi karena mesin dan peralatan


Akurasi hasil pengukuran merupakan data faktual untuk pengambilan
keputusan. Untuk memperoleh data akurat, alat ukur yang dipakai harus dikalibrasi
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Pada alat ukur umumnya tercantum label
kalibrasi. Jika masa kalibrasi telah kadaluarsa, maka harus dikalibrasi ulang karena
sangat mempengarubi hasil pengukuran.

Apabila diperlukan untuk memnstikan keabsahan hasil ukur, alat ukur harus:

1) Dikalibrasi atau diverifikasi pada selang waktu tertentu atau sebelum dipakai
terhadap kalibrator yang telah distandarisasi ke standar pengukuran nasional
maupun internasional, bila kalibrator tidak ada dasar yang dipakai untuk
kalibrasi atau verifikasi harus direkam.
2) Disetel atau disetel ulang secukupnya
3) Diidentifikasi untuk memungkinkan status kalibrasinya ditetapkan.
4) Dijaga dari penyetelan yang akan membuat hasil pengukurannya tidak sah
5) Dilindungi dari kerusakan dan penurunan mutu selama penanganan,
perawatan, dan penyimpanan.
Badan usaha haras memeriksa dan merekam keabsahan hasil pengukuran
sebełumnya bila peralatan ditemukan tidak memermhi persyaratan. Badan usaha
harus melakukan tindakan yang sesuai pada peralatan dan produk manapun yang
terpengaruh. Rekaman hasil kalibrasi harus dipelihara dan diarsipkan (LPJK, 2005)
Badan usaha dalam hal ini harus mengidentifikasi semua pengukuran yang
dilakukan selama pelaksanaan produksi yaitu, pengukuran panjang, pengukuran
sudut, pengukuran beda tinggi, pengukuran berat, pengukran tekanan, dan
pengukuran temperatur.

Kalibrasi ini sangat terkait untuk memberikan bukti kesesuaian spesifikasi teknis.
Kebutuhan pengukuran memerlukan alat ukur yang sesuai dan atas azas dengan
persyaratan pemantauan dan pengukuran. Taat azas dalam arti bahwa alat ukur yang
digunakan harus disesuaikan dengan level ketelitian yang disyaratkan untuk
memastikan keabsahan hasil ukur, maka alat harus dikalibrasi atau diverifikasi setiap
periode tertentu sebelum dipakai dan harus diberi tanggal agar bisa dilacak status
kalibrasinya.

Alat ukur harus dipelihara agar tidak terjadi perubahan dan dijaga dari penyetelan
yang meryebabkan perubahan. Alat nkur harus dilindungi dari debu, embun, dan
kelembaban yang dapat menyebabkan penurunan kualitas.

2.6.3 Proses produksi.


1) Perakitan tulangan (reinforcement assembly)
2) Kontrol cetakan
3) Kontrol volume mortar saat pengecoran.
4) Curing / peravatan
5) Metode pengangkatan produk jadi

2.6.4 Pelaksanaan pengujian.

1) Pengujian kekentalan (slump test)

Pada saat adukan beton telah selesai, diambil sampel yang dibuat
adukan secara manual, dan dimasukkan ke dałam cetakan silinder kerucut
dengan ukuran tinggi 30 cm, diameter bawah 20 cm, dan diameter atas 10
cm. Adukan beton di dalam cetakan mengalami proses pengujian di mana
akhir dari proses pengujian tersebut adalah adukan beton yang membentuk
cetakan. Tinggi adukan diukur dari dasar adukan, selisih antara tinggi
adukan yang ditentukan dan tinggi cetakan disebut sebagai nilai slump
(kekentalan). Nilai slump yang dizinkan maksimal 5 cm.

2) Pengujian kuat tekan beton.

Pengujian kekuatan dimaksudkan untuk memeriksa kuat tekan beton


apakah sesuai dengan standar. Misalnya diketahui 1006 kN kuat tekan dan
luas permukaan kubus 225 cm2. Dapat dihitung dengan rumus P =F / A,
dengan F=gaya (kg), A=luas penampang kubus (m2), dan P=tekanan (kg /
m2).

2.7 Tiang Pancang Beton Prategang Bulat Berongga (PC Spun Piles)

Tiang pancang haras dicor dan dirawat untuk memperoleh kekuatan yang
diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan, penanganan, dan tekanann akibat
pemancangan tanpa kerusakan. Tiang pancang berongga harus digunakan bila
panjang tiang pancang yang luar biasa diperlukan. Produk ini merupakan produk
precast yang menggunakan sitem prategang, yaitu tulangan pokok beton bertulang
yang diberi gaya terlebih dahulu agar lendutan yang dihasilkan dapat diminimalisir.
Baja tulangan harus disediakan untuk menahan tegangan yang terjadi akibat
pengangkatan, penyusunan, dan pengangkutan tiang pancang maupun tegangan yang
terjadi akibat pemancangan dan beban-beban yang didukung. Selimut beton tidak
boleh kurang dari 40 mm dan bilamana tiang pancang terekspos terhadap air laut atau
pengaruh korosi lainnya, selimut tidak boleh kurang dari 50 mnn
Tiang pancang ini diproduksi dengan proses spinning. Tiang pancang bentuk
ini sering digunakan untuk pondasi bangunan bertingkat tinggi, jembatan, dermaga,
dan lain-lain. Berikut ini ditampilkan gambar dari tiang pancang beton prategang
bulat berongga

Gambar 2.1 Tiang Pancang Beton Prategang Bulat Berongga

2.8 Prosedur Pelaksanaan Produk Tiang Pancang

2.8.1 Persiapan Cetakan Beton

Cetakan di atas rolly dibawa ke bagian tulangan dan diangkut dengan hoist ke
trostel tulangan. Sebelum melanjutkan ke proses berikutnya, terlebih dahulu cetakan
dibersihkan dari kotoran/sisa adukan beton yang masih melekat dengan kape dan kuas
pembersih, lalu pada permukaan cetakan atau mal diolesi dengan minyak cetak secara
tipis dan merata. Minyak cetak terbuat dari minyak kelapa sawit ditambah solar yang
fungsinya agar campuran beton nantinya tidak lengket dan menghasilkan permukaaan
beton yang halus

2.8.2 Persiapan Tulangan

Adapun material yang akan dirakit dicetakan terlebih dahulu dipersiapkan di


workshop tulangan dengan proses sebagai berikut:

1) Pengujian PC Bar
2) Sebelum digunakan terlehih dahulu PC Bar dapat diuji di laboratorium
independen untuk menguji tegangan tarik PC Bar yang sesuai dengan
diametemya.
3) Pemotongan PC Bar (Memotong)
4) Besi spiral, besi beton, dan PC Bar yang akan digunakan dipotong dengan
mal potong dengan ukuran panjang atau jumlah lilitan yang dibutuhkan
sesuai dengan jenis produk yang akan dibuat sesuai dengan yang diperlukan
pada spesifikasi tipe produk.
5) Pembuatan Heading PC Bar
6) Pembuatan heading ini adalah merupakan pembentukan ujung PC Bar yng
selah dipotong sesuai dengan ukuran yang dinginkan menjadi bulat
(berkepala) agar pada saat di stressing tidak lolos atau tersangkut pada plat
sambung. PC Bar dimasukkan ke ubang pengarah pada mesin headling lalu
mesin diopermaikan dengan menekan pedal mesin.
7) Pembuatan Spiral
8) Spiral digunakan sebagai tulangan derngan melilitkannya pada tulangan
prategangnya. Kawat spiral dipasang pada mesin penggulung dioperasikan
hingga jumiah lilian sesuai dengan Standar Spesifikasi Produksi (SSP) dan
dipotong dengan allat potong besi secara manual.
9) Pembuatan Cincin
Kawat spiral dibentuk menjadi cincin dengan menggunakan mal cincin
sesuai dengan SSP, kemudian diikat dengan kawat ikat atau dilas. Cinein
pada tulangan berfungsi untuk menahan PC Bar agar tidak melendut pada
saat merangkai tulangan dengan spiralnya.
10) Pembuatan Plat Sambung
11) Plat sambung yang telah dipasang keranjang dan secara manual plat
sambung dipasang pada kepala PC Bar, diameter dari plat sambung itu
sendiri disesuaikan dengan diameter produk yang akan dibuat.
2.8.3 Perakitan Tulangan dan Pemasangan Assessoris

Perakitan Tulangan dan Pemasangan Assessoris tiang pancang dilakukan


dengan metode otomatis menggunakan wire caging machine. Proses tersebut
memiliki beherapa hal yang harus diperiksa, antara lain: jumlah dan posisi PC Bar,
jumlah liitan spiral, jarak, dan cara pengikatan spiral, serta jumlah dan posisi cincin
baut penahan plat sambung.

2.8.4 Pengecoran dan Penutupan Cetakan

1) Alat : Hopper, trolly,sendok semen, tebeng cor, kunci pas ring, Impact tool,
sapu,cetakan, internal vibrator

2) Material: Adukan beton segar

3) Urutan Kerja

(1) Letakkan cetakan di atas troily cor.


(2) Pasang tebeng cor pada kanan dan kiri cetakan bawah.
(3) Masukkan adukan ke dalam hopper, kemudian tuangkan ke dalam
cetakan (4) Penuangan dimulai 1 meter dari ujung atas, bergerak maju ke
arah ujung lainnya.
(5) Distribusikan adukan secara merata di sepanjang cetakan, rojok pada
bagian ujung menggunakan internal vibrator.
(6) Tempatkan cetakan ke lokasi penutup
(7) Lepaskan tebeng cor dan bersihkan bibir cetakar.
(8) Pasang tali rafia / spon pada bibir cetakan dan bagian pertemuan segmen
cetakan bila dipertukan.

(9) Pasang cetakan atas kemudian pasang klem cetakan dan kencangkan baut
dengan impact tool.

4) Syarat Kualitas
(1) Hal yang Diperiksa
a. Metode pengecoran
b. Volume/berat adukan.
c. Kebersihan bibir cetakan.
d. Kelengkapan dan kesempunaan pasang baut L
(2) Metode Pemeriksaan
a. Amati metode dan ketepatan volume pengecoran
b. Periksa kebersihan.
c. Periksa posisi baut dan penahan ujung pelat dan kesempumaan
pasing
(3) Ketentuan Penerimaan
a. Volume beton merata sepanjang cetakan.
b. Volume / berat sesuai standar campuran beton yang berlaku.
c. Cetakan kue bersih dari sisa beton.
d. Baut L harus lengkap dan dikencangkan menggunakan alat dampak.

2.8.5 Penarikan Besi Prategang

1) Alat : Mesin Stressing Simultan (MSS)


2) Bahan : Besi Prategang
3) Urutan Kerja
(1) Geser cetakan yang sudah selesai ditutup ke lokasi menekankan.
(2) Masukkan coupler ke batang cetakan dan kencangkan.
(3) Tutup pengukur tekanan hidrolik dan tekan tombol (otomatis berhenti
setelah jarum pemandu tentang jarum pembatas).
(4) Kencangkan cetakan
(5) Buka kembali kran hidrolik
(6) Lepaskan coupler dari cetakan batang.
(7) Alat pengukur tekanan tombel matikan.
(8) Geser mesin menekankan
4) Syarat kualitas
(1) Elongsi besi prategang sebesar ±5 mm/m panjang produk
(2) Besar tarikan besi prategang perbatang sesuai tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Gaya Penarukan
Dia 75 % 78%
(mm (kg) (kg)
)
PC Wire 7 4,463 4,641
9 6,900 7,176
PC Bar 7 4,350 4,524
9 6,960 7,238

2.8.6 Pemadatan Beton dengan Mesin Spinning

1) Alat : Mesin spinning


2) Material : Adukan beton
3) Urutan Kerja
(1) Setelah proses stressing, angkat cetakan ke lokasi mesin spinning
(2) Letakan cetakan di atas mesin spimning.
(3) Hidupkan mesin berputar melalui tabapanm yang Teknik dan Mutu,
dengan putaran akhir maksimal sebesar 40 G
(4)Buang / bersihkan limbah kemudian simpankun cctakan di bak cc
perawatan.
4) Ketentuan Kualitas
(1) Besar dan tahapan putaran spining
(2) Pembuangan limbah.

2.8.7 Perawatan Beton dengan Uap


1) Alat : Bak perawatan dan intalasi uap
2) Bahan : Produk beton yang masih dalam cetakan setelah dilakukan
pemadatan.
3) Urutan Kerja selesai proses pemadatan, pasang, dan susun cetakan di bak
uap

(1) Masukan dan susun cetakan di bak uap


(2) Pasang penutup bak uap.
(3) Setelah 2- 1 jam, buka kran uap.
(4) Monitor temperatur dalam bak uap 30 menit setelah kran dibuka untuk
memastikan temperatur uap diperoleh.
(5) Setełah waktu mencukupi, tutup kran uap.
(6) Buka tutup bak uap.

4) Syarat kualitas

(1) Hal yang Diperiksa


a. Waktu penguapan.
b. Suhu / temperatur dalam bak uap.
(2) Metode Pemeriksaan
a. Amati waktu efektif penguapan
b. Periksa suhu dalam bak

2.8.8 Pengeluaran Produk Beton

1) Alat : Impact rool, blander potong, mal penandaan


2) Bahan : LPG / gas, oksigen, cat
3) Urutan Kerja
(1) Setelah proses perawatan uap, angkat cetakan, dan letakkan pada trostel
(2) Kendorkan simultan (proses rilis), lepaskan baut penahan plat sambung
pada akhir piate.
(3) Kendorkan baut L dengan alat dampak.
(4) Lepaskan klem dan letakkan di atas cetakan atas.
(5) Lepaskan cetakan atas.
(6) Lakukan penandaan produk yang sesuai WB-PRD-PS-16-K06A.
(7) Untuk tiang pancang tipe bawah, potong besi pratekan pada sepatu
pancang dengan alat potong (blander), lepaskan baut plat sambung pada
pelat dalam
(8) Angkat cetakan bawah dan letakkan pada rolly / trostel buka, atur ponin
cetakan agar produk mudah dikeluarkan.
(9) Keluarkn produk dengan memiringkan / mengangkai
(10) Jika diperhukan putar baut dorong dengan mengginakam alat dampak 1
kunci hingga produk dilepaskan dari cetakan
(11) Produk diganjal agar tidak jatuh dari troly / trostef buka

4) Persyaratan Kualitas

(1) Hal yang Diperiksu


a. Produk visual.
b. Panjang produk.
(2) Metode P'emeriksaan
a. Amati permukaan produk (pemeriksaan apakah ada keretakan) dan
ketidaksempurmaan pada produk visual, misal: longkct kulit, burik.
b. Ukur panjang produk.
(3) Ketentuan Penerimaan
a. Visual produk secara keseluruhan terpilih, termasuk panjang produk
sesuai.

Anda mungkin juga menyukai