KELOMPOK 1
ANGGOTA KELOMPOK:
Irwan Punguan Alpian Hutagaol A060323002
Naufal Azmi Fikdanie A060323005
Ahmad Fawwaz Fadhillah A060323007
Muhammad Silalahi A060323013
Intan Septiani A060323022
Ahmad Nazvi As-Sabiq A060323027
Dengan memanjatkan puji serta syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada saat ini, kami selaku
tim dari kelompok 1 telah berhasil menyelesaikan suatu projek berupa pengukuran
poligon dan titik detail pada sebagian area Politeknik Negeri Banjarmaisn dan
juga telah berhasil menyelesaikan laporan dari projek tersebut pada waktunya.
Pada kesempatan ini, kami selaku dari tim kelompok 1 mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada para dosen mata kuliah Praktek Survey
Terestris yang telah memberi kesempatan untuk melaksanakan projek tersebut
kepada kami. Diharapkan infomrasi dan materi yang terdapat dalam laporan
projek ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan terima
kasih banyak atas bantuan serta bimbingannya dalam pembuatan laporan ini
kepada:
1. Dosen pengampu, bapak Adib Muhammad Shodiq dan ibu Ucu
Syauqi, S. ST.
2. Rekan-rekan mahasiswa/i Program Studi D4 Teknologi Rekayasa
Geomatika dan Survey yang ikut serta membantu dan memberikan
dukungan sehingga dapat terselesaikannya projek dan laporan dari
projek tersebut.
3. Serta pihak-pihak lain yang sengaja maupun tidak sengaja telah
membantu dalam kegiatan penelitian serta kegiatan penulisan laporan
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Didalam penyusunan laporan ini, kami sangat menyadari sepenuhnya bahwa
laporan projek ini memiliki beberapa kekurangan. Maka dari itu, berbagai bentuk
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar pada kesempatan
selanjutnya menjadi lebih baik.
Akhirnya, semoga laporan yang telah kami susun ini dapat memberi
manfaat kepada rekan-rekan yang telah menjadi bagian dari projek ini.
Kelompok 1
HALAMAN PENGESAHAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengukuran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
suatu ukuran pada objek yang belum mempunyai ukuran terhadap objek yang
sudah mempunyai skala ukuran. Salah satu jenis pengukuran adalah pengukuran
jarak. Jarak dapat berupa sebuah panjang dan lebar. Alat yang paling sering
digunakan untuk mengukur suatu jarak dari suatu benda adalah penggaris dan
meteran (meteran saku atau roll meter).
Alat ukur jarak dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu alat ukur jarak secara
langsung dan alat ukur jarak secara tidak langsung. Alat ukur jarak langsung
merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur jarak suatu benda yang
mana alat tersebut bisa secara langsung menunjukkan hasil ukuran benda terebut.
Macam-macam alat ukur jarak secara langsung adalah penggaris, roll meter,
meteran saku, dan lain-lain.
Sedangkan, alat ukur jarak secara tidak langsung merupakan alat ukur yang
dimana jika ingin mengetahui sebuah jarak suatu benda tersebut, maka harus
dihitung lagi secara manual. Contoh alat ukur jarak tidak langsung adalah seperti,
waterpass (sipat datar) dan theodolit.
Dalam geomatika, ada istilah ilmu yang mengajarkan tentang pengukuran
yaitu ilmu ukur tanah yang membahas tentang pengukuran tanah pada daratan.
Ilmu ukur tanah adalah suatu ilmu yang membahas tentang pengukuran yang
dilakukan untuk mendapatkan suatu hasil berupa horizontal (jarak dan sudut) dan
vertikal (elevasi). Orang yang melakukan pengukuran tersebut adalah berupa
seorang surveyor.
Seorang surveyor biasanya melakukan pengukuran untuk mendapatkan
suatu data yang dapat berupa sebuah titik, garis ataupun poligon yang mana
kemudian diolah menjadi sebuah peta. Peta tersebut dapat berupa peta 2D, 3D,
topografi, dan lain-lain. Selain itu, tugas lain dari seorang surveyor dapat berupa
seperti penentuan batas daerah/wilayah, batas tanah, batas penggunaan lahan, dan
lain-lain. Ada beberapa instrumen yang seorang surveyor gunakan seperti,
waterpass, theodolit, dan total station.
Seorang surveyor dapat melakukan sebuah pengukuran dengan bantuan
sebuah patok, dimana patok tersebut dapat berupa patok sementara atau patok
yang telah mempunyai sebuah referensi seperti koordinat x dan y serta elevasi
atau yang disebut dengan BM (benchmark).
c. Poligon Bercabang
Poligon bercabang merupakan poligon yang mana titik poligon
tersebut mempunyai satu atau lebih titik simpul.
Gambar 2. 3. Poligon Bercabang
d. Poligon Kombinasi
Poligon kombinasi merupakan gabungan dari ketiga poligon yang
telah disebutkan tadi, yaitu poligon terbuka, tertutup dan bercabang.
2.2. Detail
Detail merupakan beberapa objek yang terletak pada area pengukuran.
Objek tersebut dapat berupa objek alamiah, seperti sungai, lembah, bukit, alur,
dan rawa dan objek buatan seperti jalan, selokan, pagar, bangunan,
jembatan/titian, dan lain-lain yang merupakan buatan manusia.
Pengukuran titik detail merupakan suatu kegiatan pengukuran yang dimana
detail-detail yang ada diwilayah tersebut akan dibuat didalam peta.
Gambar 2. 7. Waterpass
2.3.2. Theodolite
Theodolite merupakan alat ukur optis yang digunakan untuk mengukur
jarak, sudut, dan juga elevasi atau beda tinggi. Theodolite memiliki beberapa
tingkat ketelitian seperti rendah, menengah, dan tinggi.
Theodolite yang memiliki tingkat ketelitian yang rendah memiliki
tingkat bacaan terkecil, yaitu ≥ 20”, theodolite tingkat menengah memiliki
tingkat bacaan ≥ 1”, dan theodolite tingkat ketelitian yang tinggi memiliki
tingkat bacaan < 1”. Bagian-bagian alat theodolite terdiri dari visir, nivo kotak
dan tabung, penggerak halus horizontal dan vertikal, sekrup nivo abc, lensa
okuler, lensa obyektif, dan beberapa bagian lainnya.
Gambar 2. 8. Gambar Theodolite
2.4.3. Kompas
Kompas merupakan alat ukur yang digunakan untuk menentukan arah
mata angin dengan cara melihat arah
jarum magnet kompas. Kompas ini
digunakan pada saat pengukuran/pemetaan untuk mencari arah utara untuk
mendapatkan sudut azimuth.
2.5.1. Tripod
Tripod merupakan alat penompang alat-alat ukur optis atau sebagai
tempat meletakkan alat-alat ukur optis. Tripod terdiri dari 3 (tiga) kaki yang
mana masing-masing kaki mempunyai kunci yang dapat diputar untuk bisa
digunakan. Kemudian, ada juga kunci pada plat datar tripod yang digunakan
untuk mengunci alat agar tidak jatuh.
2.5.3. Unting-unting
Unting-unting merupakan alat penunjang yang digunakan agar alat bisa
sejajar secara vertikal terhadap titik yang ditempati. Pada
pengukuran/pemetaan, unting-unting ini biasanya dipakai pada alat yang tidak
mempunyai lensa vertikal, seperti waterpass.
2.5.4. Prisma
Prisma merupakan alat penunjang yang digunakan untuk mendapatkan
data jarak, sudut, beserta elevasi. Fungsi prisma hampir sama dengan rambu
ukur. Namun, yang membedakan adalah prisma didesain untuk digunakan
oleh alat ukur optis digital yaitu total station, karena total station mempunyai
laser yang dapat menembakkan ke prisma tersebut dan langsung mendapatkan
hasilnya.
Prisma tersebut dibagi menjadi 2 (dua), yaitu ada prisma yang tidak
mempunyai tribach, dengan kata lain hanya diletakkan pada pole atau tongkat
khusus yang telah dibuat untuk prisma tersebut dan prisma yang mempunyai
tribach, yang mana prisma tersebut dapat diletakkan pada tripod. Prisma
dengan tribach inilah yang paling cocok jika ingin mendapatkan nilai
koordinat sebuah titik poligon.
Gambar 2. 16. Prisma dengan tribach Gambar 2. 17. Prisma tanpa tribach
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1. Lokasi Pengerjaan
Lokasi untuk melakukan praktikum ini adalah diwilayah Politeknik Negeri
Banjarmasin area jurusan bisnis dan akutansi.
PERALATAN
NAMA ALAT JUMLAH
Total Station Sokkia 1
Meteran Saku 1
Pita Ukur 1
Tripod Sokkia 2
Pole Prisma 1
Palu 1
Papan Data 1
3.3.2. Bahan
BAHAN
NAMA BAHAN JUMLAH
Kertas Kosong 6 (Secukupnya)
Pada gambar tersebut, dapat diketahui bahwa 9 titik poligon tersebut adalah
BM 8, BM 10, P1, P2, P3, BM, P4, BM 11, dan P0, dengan titik BM 8
mempunyai koordinat fiktif, yaitu 1000,1000 (x, y). Kemudian, ada juga untuk
data-data seperti sudut horizontal, sudut vertikal, dan jarak datar yang telah
didapatkan. Berikut adalah data poligon tersebut.
Gambar 4. 2. Data Poligon
Pada tabel ini, ditemukan satu sudut horizontal yang baru yaitu pada titik
BM 8 dan BM 10 bernilai 100°33’24”. Sudut tersebut didapatkan dari 2 sudut
azimuth BS (P0) dan FS (BM 10) dengan cara sudut satu lingkaran penuh (360)
dikurang dengan azimuth BS (backsight), kemudian ditambah dengan sudut
azimuth FS (foresight).
Jika pengukuran dilakukan dengan berjalan searah jarum jam, maka sudut yang
dihasilkan adalah sudut luar. Rumus syarat sudut luar adalah sebagi berikut.
Σβ Syarat = (n+2)*180°
Σβ Syarat = (n-2)*180°
*Dimana: n = jumlah sudut
Setelah diperiksa, ternyata pengukuran yang dilakukan adalah berlawanan
arah jarum jam. Maka, sudut yang dihasilkan dalam pengukuran ini adalah sudut
dalam.
Σβ Syarat = (n – 2)*180°
= (9 – 2)*180°
= 7 *180° = 1260°0’0”
Maka, syarat jumlah sudut horizontalnya adalah 1260°0’0”.
Syarat jumlah sudut tersebut kemudian dikurangkan dengan jumlah sudut
horizontal yang telah didapatkan yaitu 1260°4’30” untuk mendapatkan selisih
yang akan menjadi koreksi keseluruh sudut.
fs = 1260°0’0” - 1260°4’30”
= -0°04’30”
Maka didapat selisihnya adalah -4’30” (4 menit 30 detik).
Kemudian, nilai selisih tersebut dicek nilai kesalahan penutup sudutnya,
dengan tingkat kesalahannya yaitu 10"√n. Hal ini dilakukan apakah kesalahan
dalam pengukuran ini masuk dalam toleransi yang diberikan.
10"√n = 10" √9=10"*3 = 30"
fs Toleransi 10”√n
Deg Min Sec Deg Min Sec
0 -4 -30 0 0 30
Maka, nilai toleransi yang didapat adalah 0°0’30” atau 30 detik. Dengan
mengabaikan tanda negatif, jika nilai selisih lebih kecil dari nilai toleransi, maka
pengukuran tersebut dapat dikatakan hampir sempurna. Namun, jika nilai selisih
lebih besar dari nilai toleransi, maka pengukuran tersebut disarankan diulang
sampai nilai selisih lebih kecil. Terjadinya kesalahan sudut melebihi toleransi
dikarenakan alat yang tidak center pada patok dengan tepat.
Kemudian, nilai selisih sudut tersebut dibagi dengan banyaknya titik untuk
dijadikan sebagai pengoreksi sudut poligon.
Ks = fs/n = (-4'30")/9 = -30”
fs
0° -4’ -30”
Ks
0° 0’ -30”
Maka, nilai koreksi dari seluruh sudut yang akan didapat adalah -0°0’30” (negatif
tiga puluh detik).
Setelah diketahui besar nilai koreksinya, jumlahkan nilai koreksi tersebut ke
seluruh sudut dan pastikan saat sudut yang terkoreksi tersebut dijumlahkan
kembali, jumlahnya sama dengan jumlah syarat sudut.
Σβ Σ Koreksi β Σ β Terkoreksi
1260 4 30 0 -4 -30 1260 0 0
*Σ β Terkoreksi = Σβ Syarat
Setalah semua sudut horizontal telah dihitung, kini waktunya untuk
menghitung sudut azimuth. Tapi sebelum itu, semua data jarak yang telah
didapatkan juga harus dimasukkan lalu dijumlah semua jarak tersebut.
Setelah data jarak sudah di input, lanjutkan mengisi data sudut azimuth.
Sudut azimuth hanya didapat pada titik awal, untuk titik poligon lainnya, dihitung
secara manual. Rumus menghitung sudut azimuth adalah sebagai berikut.
d d
Kor. Absis = * (- Kor. Ordinat = * (-
∑d ∑d
Dimana: α = Azimuth
β = Sudut betha terkoreksi
d d
Kor. Absis = * (- Kor. Ordinat = * (-
∑d ∑d
Dimana:
d = Jarak
∑d = Jumlah Jarak
fx, fy = jumlah absis dan ordinat
Syarat Absis = ∑ ΔX = 0, Syarat Ordinat = ∑ ΔY = 0
ΔX Kor. ΔY Kor.
Titik Jarak
(m) ΔX (m) ΔY
BM8-BM10 93.956 62.346 0.005 70.290 0.013
BM10-P1 49.196 -40.382 0.002 28.099 0.007
P1-P2 40.856 -30.208 0.002 -27.508 0.006
P2-P3 57.594 -49.239 0.003 29.876 0.008
P3-BM 25.216 -17.967 0.001 -17.693 0.003
BM-P4 48.713 38.910 0.002 -29.309 0.007
P4-BM11 33.477 -24.358 0.002 -22.965 0.005
BM11-P0 40.742 37.203 0.002 -16.609 0.006
P0-BM8 27.626 23.674 0.001 -14.238 0.004
BM8-BM10 93.956 62.346 0.005 70.290 0.013
Σd Fx Σ Kor. ΔX fy Σ Kor. ΔX
417.376 -0.021 0.021 -0.057 0.057
*Sel bewarna biru tidak perlu dijumlahkan 2 kali
Absis dan ordinar tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan koordinat
titik-titik yang tidak diketahui koordinatnya. Jika koordinat titik yang diketahui
adalah titik awal yaitu BM8 dengan koordinat lokal 1000,1000, maka rumus
untuk mencari koordinat selanjunya adalah sebagai berikut.
Koor. XBM10 = ΔXBM8 + Kor. X BM8 + Koor. X BM8
Koor. Y BM10 = ΔYBM8 + Kor. Y BM8 + Koor. Y BM8
Untuk perhitungan koordinat selanjutnya, dilanjutkan dari koordinat
sebelumnya. BM8 dengan BM10, BM10 dengan P1, dan seterusnya.
Untuk koordinat terakhir, harus sama dengan koordinat awal. Karena titik
awal berada pada titik BM8, pastinya titik terakhir akan kembali ke titik BM8.
Maka dari itu, koordinatnya harus sama. Jika koordinat terakhir tidak sama seperti
koordinat awal, maka hal tersebut bisa dikarenakan dari hasil perhitungan atau
pengukurannya. Berikut hasil template gabungan dari semua hitungan yang baru
saja dilakukan.
4.3.
tersebut. Jadi, tidak ada perhitungan manual, hanya membuat data dari TS tersebut
Gambar 4. 5. Hasil titik detail
ke software Topcon Link. Berikut hasil data dengan menggunakan software
tersebut.
Kali ini, gambar dari data pengukuran tersebut diminta dalam skala
1:250. Setelah dilakukan percobaan pada kertas A4, gambar tersebut tidak
dapat digambarkan sepenuhnya. Sampai pada percobaan pada ukuran kertas
A0, baru semua gambar yang diukur tersebut terlihat seluruhnya.
Kemudian, dalam layout terdiri dari keterangan skala, yaitu skala angka
dan skala batang, legenda, arah mata angin utara, grid, keterangan lokasi,
keterangan pembuat, dan juga lambang perusahaan (kampus) serta nama
perusahaan (kampus (Politeknik Negeri Banjarmasin)).
Berikut hasil gambar dengan skala 1:250 yang dilayout pada kertas A0.
5.1. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang didapat dalam hasil praktikum tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Dapat mengetahui koordinat lokal dari 9 titik patok poligon yang telah
terpasang. Dengan nama titik poligon dan koordinatnya masing-masing,
yaitu BM8 (1000, 1000), BM10 (1062.351, 1070.303), P1 (1021.972,
1098.409), P2 (991.765, 1070.907), P3 (942.529, 1100.790), BM
(924.564, 1083.101), P4 (963.476, 1053.799), BM11 (939.120, 1030.838),
dan P0 (976.324, 1014.235).
b. Dalam pengukuran tersebut, dapat diketahui berapa banyaknya titik detail
yang diambil. Jumlah titik detail yang bisa diambil adalah berjumlah 186
titik.
c. Dalam penggambaran peta menggunakan AutoCAD, dapat terlihat
beberapa bentuk dan warna yang beraneka ragam. Berikut penjelasannya.
1. Warna magenta melambangkan garis poligon, warna merah
melambangkan bangunan yang berada diwilayah tersebut yang dapat
dipetakan.
2. Warna hitam melambangkan bangunan kecil yang tidak dapat
ditembak oleh alat, namun hanya menggunakan pita ukur dan
menggunakan metode offset pada saat penggambaran.
3. Warna cyan (biru muda) melambangkan batas tepi sungai yang dapat
dipetakan.
4. Warna biru tua melambangkan selokan-selokan yang tersedia.
5. Warna merah namun bentuk ujungnya terbuka melambangkan
jalan/lorong.
6. Warna hijau melambangkan taman.
5.2. Saran
Beberapa saran yang perlu didapat dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut.
a. Selalu cek keadaan alat sebelum menggunakannya.
b. Selalu mengikuti arahan yang telah diberikan.
c. Jika waktu istirahat, pastikan setidaknya sediakan satu orang yang bersedia
untuk menjaga alat.
d. Jika dalam waktu istirahat, alat pengukuran sebaiknya disimpan sementara
lalu lanjut keluarkan lagi untuk melakukan pengukuran selanjutnya.
e. Usahakan titik poligon berada ditempat yang aman dari pengguna yang
tidak paham akan praktikum ini.
f. Diusahakan agar tidak terlalu banyak bercanda dalam melakukan
praktikum.
g. Usahakan tidak terlalu banyak istirahat yang dapat memakan waktu
praktikum, kecuali dalam keadaan atau kondisi tertentu.
h. Selalu lindungi alat dari bahaya yang akan menimpanya.
i. Disarankan untuk memakai alat pelindung diri, seperti topi untuk
menghindari dari panas matahari.
j. Jika langit telah terlihat sangat gelap dan angin telah bertiup kencang,
usahakan untuk merapikan alat karena ditakutkannya akan turun hujan.
k. Walaupun sudah membawa payung, tetap jangan dipaksakan alat dipakai
saat hujan. Payung digunakan hanya untuk sebatas melindungi alat dari
terik panas matahari.
l. Disarankan untuk tidak main-main dengan alat yang disediakan.
m. Jangan ceroboh dalam menjaga alat, apalagi bagian kecil dari alat tersebut.
n. Bawa minuman/makanan (cemilan) sendiri agar tidak haus atau harus
pergi ke kantin saat belum waktu istirahat.
LAMPIRAN