Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI DAN INFORMASI SPASIAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Survey dan
Informasi Spasial yang di ampu :
Novika Candra Fertilia, ST., MT

Kelompok 1
Disusun Oleh :
Dita Yuniar 41118320001
Reza Sigit Arishandy 41118320003
Galang Yudhi Wibisono 41118320006
Andi Dwi Julianto 41118320012
M. Iqbal 41118320013
Aldhy Oktafiyanto 41118320014
Muhamad Sunandar 41118320016
Herna Sukmaning Tyastantri 41118320018
Achmad Fahmi 41118320019
Sritina Mawar 41118320026

UNIVERSITAS MERCU BUANA


FAKULTAS TEKNIK / TEKNIK SIPIL
BEKASI
2019

1
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulisan laporan ini selesai. Penulisan
laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktikum Survey dan Informasi Spasial.
Dalam laporan ini kami menjelaskan tentang alat Total Station.

Penulis menyadari amatlah terbatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki


penulis untuk menciptakan karya tanpa cela. Tentulah masih jauh dari kata sempurna,oleh
karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan dan akan diterima dengan kerendahan hati agar menjadi koreksi pada penulis ,
sehingga kelak penulis mampu menghasilkan sebuah karya yang jauh lebih baik dan
penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bekasi , 20 April 2019

i
LEMBAR PENGESAHAN
Persetujuan Pembimbing

Judul Laporan : Laporan Praktikum Survey dan Informasi Spasial

Disusun oleh :
Dita Yuniar 41118320001
Reza Sigit Arishandy 41118320003
Galang Yudhi Wibisono 41118320006
Andi Dwi Julianto 41118320012
M. Iqbal 41118320013
Aldhy Oktafiyanto 41118320014
Muhamad Sunandar 41118320016
Herna Sukmaning Tyastantri 41118320018
Achmad Fahmi 41118320019
Sritina Mawar 41118320026

Fakultas : Teknik
Program Studi : Teknik Sipil (S1)
Disetujui tanggal : 20 April 2019

Menyetujui ,
Dosen Pembimbing, Asisten Dosen,

Novika Candra Fertilia, ST,MT Nur Azizah

Mengetahui,
Sekretaris Program Studi

Muhammad Isradi,ST,MT

iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………….. ……………………………. i

Lembar Pengesahan ……………………………………………………………. ii

Daftar Isi …………………………………………………………………..…… iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….... 1


1.1 Latar Belakang …………………………………………………..………… 1
1.2 Maksud dan Tujuan …………………………………..………………….. 2
1.3 Ruang Lingkup ………………………….…………………..……………. 2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………..………..…… 3


2.1 Dasar Teori …………………………………………………..……..…….. 3
2.2 Bagian – Bagian Waterpass dan Fungsinya ………..……………………. 5
2.2.1 Peralatan ……………………………………………..…………….. 5
2.2.2 Fungsi Peralatan ……………………………………..…………….. 7
2.2.3 Gambar dan Bagian-Bagian Waterpass ………………….……….. 8
2.2.4 Prosedur Langkah Kerja Pengukuran …………………….………. 8
2.2.4.1 Syarat Penggunaan Waterpass ………………….…………… 8
2.2.4.2 Sipat Datar Profil Memanjang …………………………….…. 9
2.2.4.3 Sipat Datar Profil Melintang …………………………….…… 10
2.2.4.4 Lembaran Rumus Yang Dipakai Dalam Perhitungan W1 ….. 10

BAB III PELAKSANAAN & PENGOLAHAN DATA …………………….... 12


3.1 Jadwal Pelaksanaan …………………………………………………...…. 12
3.2 Langkah Kerja …………………………………………………….……… 13
3.3 Rumus Data dan Proses Perhitungan ………………………………..…… 14
3.4 Grafik Gambar Waterpass ……………………………………………..…. 32

BAB IV PENUTUP ……………………………………………………….…… 33


4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………..….. 33
4.2 Saran …………………………………………………………………..…… 33

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 34

LAMPIRAN …………………………………………………………….……… 35

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran tanah adalah salah satu seni paling tua dan terpenting yang dipraktekkan
manusia sejak dahulu kala sudah dirasakan perlunya menandai batas-batas dan pemetaan
tanah. Pengukuran tanah terus memainkan peranan yang sangat penting dalam banyak
cabang rekayasa. Sebagai contoh, pengukuran diperlukan untuk merencanakan, membangun, dan
memelihara jalan raya, jalan baja, sistem-sistem perhubungan cepat, bangunan, jembatan,
tempat peluncuran proyektil, tempat peluncuran roket, stasiun pelacak, terowongan
tambang, terusan, saluran irigasi, bendungan, saluran pembuangan air, pengkaplingan tanah-tanah
perkotaan, sistem persediaan dan pembuangan saluran limbah, jalur pipa, dan terowongan
tambang. Pengukuran tanah atau metode pengukuran, biasa dipakai dalam perancangan
jalur perakitan dan alat jepit antar pembuatan dan penempatan alat besar, menyediakan
titik kontrol untuk pemotretan udara, dan dalam banyak hal yang berkaitan dalam
agronomi, arkeologi, astronomi, kehutanan, geografi, geologi, dan sismologi, tetapi
khususnya dalam rekayasa militer dan sipil.
Semua insinyur harus tahu batas-batas ketelitian yang mungkin dalam konstruksi,
rancangan dan perencanan pabrik, dan proses-proses pengkhalakan (manufacturing).
Walaupun pengukuran sebenarnya dapat dikerjakan orang lain. Khususnya juru ukur dan
insinyur sipil yang bertugas merancang dan merencanakan pengukuran harus mempunyai
pengertian menyeluruh tentang metode dan instrument yang dipakai, termasuk
kemampuan dan keterbatasannya. Pengetahuan ini paling baik didapat dengan melakukan
pengukuran dengan menggunakan peralatan yang digunakan dalam praktek untuk memperoleh
konsep yang tepat mengenai teori alat, dan selisih– selisih kecil tetapi yang dapat
ditemukan yang terjadi dalam kuantitas-kuantitas yang diamati.
Disamping menekankan perlunya batas-batas ketelitian yang wajar, pengukuran
tanah menitikberatkan nilai pada angka-angka yang terpakai. Para juru ukur dan insinyur
harus tahu kapan harus bekerja sampai perseratusan foot dan bukan persepuluhan atau
perseribuan, atau barang kali foot terdekat, serta sejauh mana keseksamaan data lapangan
yang perlu sebagai pembenaran pelaksanaan hitungan hingga sejumlah angka di belakang koma
yang dikehendaki. Dengan pengalaman mereka mempelajari bagaimana peralatan dan petugas
yang tersedia menentukan prosedur dan hasil yang akan didapat nantinya.
Sketsa dan hitungan yang rapi adalah pertanda pikiran teratur, yang selanjutnya
merupakan petunjuk adanya latar belakang dan kecakapan rekayasa yang kuat. Membuat
catatan lapangan dalam segala jenis keadaan adalah persiapan yang amat baik untuk pencatatan
dan pembuatan sketsa macam apa yang diharapkan dari semua. Latihan tambahan yang
bernilai lanjut diperoleh dalam penyusunan hitungan yang benar. Para insinyur yang merancang
gedung, jembatan, peralatan dan sebagainya sudah beruntung jika taksiran beban yang dapat
didukung adalah benar dalam batas 5%. Selanjutnya diterapkan faktor keamanan 2 atau lebih.
Namun kecuali untuk pekerjaan topografik, hanya alat–-alat yang teramat kecil dapat
ditoleransikan dalam pengukuran tanah, dan tidak ada faktor keamanan. Oleh karena itu

1
sudah menjadi tradisi bahwa pengukuran tanah menekankan pada baik buruknya
keseksamaan pekerjaan tangan maupun keseksamaan hitungan.

1.2 Maksud dan Tujuan


Mengetahui dan memahami cara penggunaan alat ukut tanah yaitu total station dan
waterpass.

1.3 Ruang Lingkup


Praktikum ini dilakukan meliputi Plane Surveying adalah melakukan suatu kelas
pengukuran di mana permukaan bumi dianggap sebagai bidang datar, artinya adanya
faktor kelengkungan bumi tidak diperhitungkan. Geodetic Surveying adalah melakukan
suatu kelas pengukuran di mana permukaan bumi dianggap sebagai bola, artinya faktor
kelengkungan bumi harus diperhitungkan Ruang Lingkup Ilmu Ukur Tanah,meliputi :
5 Pengukuran mendatar (Horizontal) adalah penentuan posisi suatu titik secara
mendatar.
6 Pengukuran tinggi (Vertikal) adalah penentuan beda tinggi antar titik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar Teori


Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk
mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi tersebut ditentukan
dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditunjukan ke rambu-rambu
ukur yang vertical.
Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat ini disebut
dengan Levelling atau Waterpassing. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan
tinggi suatu titik yang akan ditentukan ketinggiannya berdasarkan suatu system referensi
atau bidang acuan.
Alat waterpass dapat digunakan untuk mengetahui jarak, sudut horizontal dan beda
tinggi. Alat ini kurang cocok untuk pengukuran daerah terjal. Hal itu dikarenakan
waterpass tidak dapat mengukur sudut vertikal.
Sistem referensi atau acaun yang digunakan adalah tinggi muka air laut rata-rata
atau Mean sea Level (MSL) atau system referensi lain yang dipilih. Sistem referensi ini
mempunyai arti sangat penting, terutama dalam bidang keairan, misalnya: Irigasi,
Hidrologi, dan sebagainya. Namun demikian masih banyak pekerjaan-pekerjaan lain
yang memerlukan system referinsi.
Untuk menentukan ketinggian suatu titik di permukaan bumi tidak selalu tidak selalu
harus selalu mengukur beda tinggi dari muka laut (MSL), namun dapat dilakukan dengan
titik-titik tetap yang sudah ada disekitar lokasi pengukuran. Titik-titik tersebut umumnya
telah diketahui ketinggiannya maupun kordinatnya (X,Y,Z) yang disebut Banch
Mark (BM). Banch mark merupakan suatu tanda yang jelas (mudah ditemukan) dan
kokoh dipermukaan bumi yang berbentuk tugu atau patok beton sehingga terlindung dari
faktor-faktor pengrusakan.
Manfaat penting lainnya dari pengukuran Levelling ini adalah untuk kepentingan
proyek-proyek yang berhubungan dengan pekerjaan tanah (Earth Work) misalnya untuk
menghitung volume galian dan timbunan. Untuk itu dikenal adanya pengukuran sipat
datar profil memanjang (Long section) dan sipat datar profil melintang (Cross section).

3
Dalam melakukan pengukuran sipat datar dikenal adanya tingkat-tingkat ketelitian
sesuai dengan tujuan proyek yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan pada setiap
pengukuran akan selalu terdapat kesalah-kesalahan. Fungsi tingkat-tingkat ketelitan
tersebut adalah batas toleransi kesalahan pengukuran yang diperbolehkakan. Untuk itu
perlu diantisipasi kesalah tersebut agar di dapat suatu hasil pengukuran untuk memenuhi
batasan toleransi yang telah ditetapkan.
Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu:
1. Garis Vertikal
Garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap sama dengan
garis unting-unting.
2. Bidang Mendatar
Bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap titik. Bidang horizontal
berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
3. Datum
Bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk ketinggian,
misalnya permukaan laut rata-rata.
4. Elevasi
Jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.
5. Banch Mark (BM)
Titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya terhadap datum yang
dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah sekelilingnya.

Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbuteropong
horizontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horizontal adalah Nivo. yang
berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.
Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1. Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
2. Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I.
3. Benang silang horizontal harus tegak lurus sumbu.

4
Pada penggunaan alat ukur waterpass selalu harus disertai dengan rambu ukur
(baak). Yang terpenting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-betul
teliti untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di samping itu cara
memegangnya pun harus betul-betul tegak (vertikal). Agar letak rambu ukur berdiri
dengan tegak, maka dapat digunakan nivo rambu, Jika nivo rambu ini tidak tersedia, dapat
pula dengan cara menggoyangkan rambu ukur secara perlahan-lahan ke depan, kemudian
ke belakang, kemudian pengamat mencatat hasil pembacaan rambu ukur yang minimum.
Pada saat pembacaan rambu ukur harus selalu diperhatikan bahwa

2BT = BA + BB

BT = Bacaan benang tengah waterpass


BA = Bacaan benang atas waterpass
BB = Bacaan benang bawah waterpass
Bila hal diatas tidak terpenuhi, maka kemungkinan salah pembacaan atau pembagian
skala pada rambu ukur tersebut tidak benar.

2.2 Bagian – Bagian Waterpass dan Fungsinya


2.2.1 Peralatan
1. Waterpass

5
2. Statis

`
Gambar Sumber : http://suryaputrabangsa.blogspot.com

3. Baak Ukur

Gambar Sumber : https://www.siliwangisurvey.com

4. Jalon

Gambar Sumber : http://jual-sewa-servicekalibrasi-alatsurvey.blogspot.com

6
5. Patok Kayu

Gambar Sumber : http://planesurveyinglabupnyk.blogspot.com

6. Unting – unting

Gambar Sumber : http://kontruksiin.blogspot.com

7. Payung

Gambar Sumber : https://www.tokopedia.com

7
8. Meter Gulung

Gambar Sumber : https://www.niagamas.com

2.2.2 Fungsi Peralatan


Berikut adalah fungsi dari peralatan yang digunakan saat praktikum waterpass:
1. Waterpass : Alat Ukur penyipat datar.
2. Statif : Tempat kedudukan dan berdirinya alat – alat waterpass.
3. Baak ukur : Alat pembantu Waterpass untuk menentukan Beda
tinggi, membaca Benang Atas, Benang Tengah dan Benang
Bawah.
4. Jalon / rambu ukur : Untuk membantu alat Waterpass dalam memperjelas
sasaran yang akan di bidik.
5. Patok kayu : Untuk menentukan letak titik yang akan di ukur.
6. Unting – unting : Untuk menyetel dasar ( untuk pendekatan ) sumbu
pertama terhadap patok tempat berdirinya alat .
7. Payung : Untuk melindungi alat Waterpass dari pengaruh cuaca.
8. Meter gulung : Untuk mengukur tinggi alat dan jarak pegas.

8
2.2.3 Gambar dan Bagian-Bagian Waterpass

1. Cermin nivo : Untuk memantulkan bayangan nivo.


2. Nivo : Untuk mengetahui kedataran alat.
3. Visir bidikan : Untuk mengarahkan arah bidikan.
4. Teropong skrup fokus benang : Untuk memfokuskan benang bidikan.
5. Lensa bidik : Untuk melihat bidikan.
6. Sekrup penggerak horisontal : Untuk menggerakan secara halus arah
bidikan horizontal teropong.
7. Sekrup leveling : Untuk me-level-kan(mendatarkan) alat.
8. Plat dasar : Untuk landasan alat ke statis.
9. Sekrup fokus obyek : Untuk memfokuskan obyek bidikan.
10. Rumah lensa depan : Untuk tempat lensa depan.
11. Skala gerakan sudut horisontal : Untuk mengetahui besar gerakan sudut
horizontal.
12. No seri alat : Untuk identifikasi alat.

2.2.4 Prosedur Langkah Kerja Pengukuran


2.2.4.1 Syarat Penggunaan Waterpass

9
1. Syarat dinamis : sumbu I vertical
2. Syarat statis, antara lain :
 Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo
 Garis arah nivo tegak lurus sumbu I
 Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I

Urutan persyaratan statis memang demikian. Namun agar pengaturannya lebih


sistematis dan tidak berulang-ulang, urutan pengaturannya dibalik dari poin 3 ke 1.
 Mengatur Garis Mendatar Diafragma Tegak Lurus Sumbu I
Pada umumnya garis mendatar diafragma (benang silang mendatar) telah dibuat
tegak lurus sumbu I oleh pabrik yang memproduksi alat ukur.
 Mengatur Garis Arah Nivo Tegak Lurus Sumbu I
Pada alat ukur waterpass tipe semua tetap tanpa skrup ungkit, syarat ini penting
sekali. Namun pada alat dengan skrup ungkir, syarat ini agak sedikit longgar
karena apabila ada sedikit pergeseran nivo dalam pengukuran, dapat
diseimbangkan dengan skrup ungkir ini.
Adapun maksud dari persyaratan ini adalah apabila sumbu I telah dibuat vertikal,
kemana pun teropong diputar, gelembung nivo akan tetap seimbang. Ini berarti
garis bidik selalu mendatar karena garis bidik telah dibuat sejajar dengan garis
arah nivo.
 Membuat Garis Bidik Sejajar Garis Arah Nivo
Pada alat ukur waterpass, yang diperlukan adalah garis bidik mendatar. Untuk
mengetahui apakah garis bidik sudah betul-betul mendatar atau belum, digunakan
nivo tabung. Jika gelembung nivo seimbang, garis arah nivo pasti mendatar.
Dengan demikian, jika kita bisa membuat garis bidik sejajar dengan garis arah
nivo, garis arah nivo pasti mendatar.

10
Penentuan beda tinggi dengan sipat datar
Keterangan gambar :
A dan B : titik di atas permukaan bumi yang akan diukur beda tingginya.
a dan b : bacaan atau tinggi garis mendatar di titik A dan B.
Ha dan Hb : ketinggian titik A dan B di atas bidang referensi.
ΔhAB : beda tinggi antara titik A dan B.

2.2.4.2 Sipat Datar Profil Memanjang


Tujuan dari pengukuran ini adalah untuk mengetahui profil suatu jalur (trace) secara
memanjang, misalnya utk profil memanjang saluran atau jalan.

2.2.4.3 Sipat Datar Profil Melintang


Tujuan dari pengukuran ini adalah untuk mengetahui profil melintang jalur (trace)
secara melintang (cross), misalnya utk profil melintang saluran atau jalan.

11
2.2.4.4 Lembaran Rumus Yang Dipakai Dalam Perhitungan W1
1) Perhitungan Beda Tinggi (elevasi)
Rumus : Elevasi titik n = Titik BM di A + Δh (A-B)
Δh (n-m) = Tinggi Alat di A – BT titik

2) Perhitungan Jarak Optis (d)


Rumus : d = (Ba – Bb) x 100

3) Kontrol Benang Tengah (Bt)


𝐵𝐴+𝐵𝐵
Rumus :
2

12
BAB III
PELAKSANAAN & PENGOLAHAN DATA

3.1 Jadwal Pelaksanaan


Hari/Tanggal : Rabu, 3 April 2019
Waktu : 09.00 – Selesai
Lokasi : Bukit Hambalang

Sketsa Denah Lokasi Praktikum


Sumber : AutoCAD 2010 Kel 2

13
3.2 Langkah Kerja
Berikut adalah langkah-langkah yang akan dilakukan pada saat praktikum waterpass:
1. Membuat situasi daerah, lapangan atau areal yang akan menjadi titik acuan.
2. Menentukan dua titik patok untuk tempat berdirinya alat yaitu A dan B.
3. Menentukan 6 titik disekeliling pesawat waterpass.
4. Mendirikan statif lalu mengunci sekrup pengunci setelan kepala
statifdiatursedatar mungkin, keadaan kaki kira-kira membentuk segitiga sama
kaki, lalu kaki statif diinjak ketanah hingga kaki statif kokoh.
5. Memasang unting-unting pada pengunci pesawat kira-kira 0,5 cm – 1 cm dari
titik agar diketahui secara kasar bahwa pesawat berada pada titik yang telah
ditentukan.
6. Lalu instrumen penyipat datar dipasang diatas statif sekrup pengunci
dikuncikan sekedarnya, supaya pesawat mudah di geser saat disetel.
7. Sekrup pengunci pesawat dikencangkan dengan hati-hati supaya kedudukan
pesawat tidak berubah lagi.
8. Mengatur teropong sejajar dengan dua sekrup pengatur penyetel nivo, (Sekrup A
dan B) kemudian sekrup pengunci dikecangkan.
9. Sumbu pertama harus vertical.
10. Garis bidik teropong harus sejajar garis nivo.
11. Benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu pertama.
12. Setelah pesawat memenuhi syarat diatas maka pengukuran sudah dapat. Di mulai
namun terlebih dahulu baak ukur kita letakkan tegak lurus pada patok - patok
yang telah ditentukan.
13. Membidik teropong mulai dari titik yang pertama, baca : Ba, Bt, Bb. Pada waktu
melakukan pembacaan baak ukur dilakukan pengontrolan bacaan. Kemudian
pindah ketitik 2 ,membaca kembali nilai-nilai Ba, Bt, Bb.
14. Demikian seterusnya sampai titik 6.
15. Pindahkan alat untuk penempatan kedua.
Pesawat disetel kembali untuk siap dioprasikan.

14
3.2 Rumus Data dan Proses Perhitungan

TABEL PERCOBAAN WATERPASS


ALAT : WATERPASS 1

TITIK TINGGI
PEMBACAAN BAK UKUR SUDUT
NO BIDIK ALAT
AZIMUTH
(meter) BA BT BB
1 Titik 1 1.382 1.344 1.259 1.171 56°

2 Titik 2 1.390 1.384 1.278 1.180 87°

3 Titik 3 1.480 2.536 2.398 2.258 65°

4 Titik 4 1.343 2.245 2.099 1.950 86°

5 Titik 5 1.460 1.586 1.472 1.378 162°

6 Titik 6 1.420 3.496 4.398 3.400 140°

7 Titik 7 1.378 3.568 3.458 3.349 3°

8 Titik 8 1.450 3.835 3.710 3.580 90°

9 Titik 9 1.500 0.315 0.185 0.045 90°

10 Titik 10 1.750 0.365 0.300 0.235 90°

11 Titik 11 1.560 0.665 0.595 0.525 90°

12 Titik 12 1.570 0.215 0.125 0.020 162°

13 Titik 13 1.580 0.310 0.260 0.205 118°

14 Titik 14 1.630 0.315 0.270 0.220 134°

PENENTUAN BEDA TINGGI

A . Beda Tinggi
∆h = Tinggi Alat - Benang Tengah Target

Tempat Alat Di A

Tinggi Alat Titik A = 1.382 m


A-1 = Tinggi Alat - Benang Tengah Titik 1
=1.382 – 1.259
= 0.123 m

Tinggi Alat Titik 1 = 1.390 m


1-2 = Tinggi Alat - Benang Tengah Titik 2
= 1.390 – 1.278
= 0.112 m

15
Tinggi Alat Titik 2 = 1.480 m
2-3 = Tinggi Alat - Benang Tengah Titik 3
= 1.480 – 2.398
= -0.918 m

Tinggi Alat Titik 3 = 1.343 m


3-4 = Tinggi Alat - Benang Tengah Titik 4
= 1.343 – 2.099
= -0.756 m

Tinggi Alat Titik 4 = 1.460 m


4-5 = Tinggi Alat - Benang Tengah Titik 5
= 1.460 – 1.472
= -0.012 m

Tinggi Alat Titik 5 = 1.420 m


5-6 = Tinggi Alat - Benang Tengah Titik 6
= 1.420 – 4.398
= -2.978 m

Tinggi Alat Titik 6 = 1.378 cm


6-7 = Tinggi Alat - Benang Tengah Titik 7
= 1.378 – 3.458
= -2.080 m

Tinggi Alat Titik 7 = 1.450 m


7-8 = Tinggi Alat - Benang Tengah Titik 8
= 1.450 – 3.710
= -2.260 m

Tinggi Alat Titik 8 = 1.500 cm


8-9 = Tinggi Alat - Benang Tengah Titik 9
= 1.500 – 0.185
= 1.315 m

Tinggi Alat Titik 9 = 1.750 cm


9-10 = Tinggi Alat - Benang Tengah Titik 10
= 1.750 – 0.300
= 1.450 m

16
Tinggi Alat Titik 10 = 1.560 cm
10 – 11= Tinggi Alat - Benang Tengah Titik 11
= 1.560 – 0.595
= 0.965 m

Tinggi Alat Titik 11 = 1.570 cm


11-12 = Tinggi Alat - Benang Tengah Titik 2
= 1.570 – 0.125
= 1.445 m

Tinggi Alat Titik 12 = 1.580 cm


12-13 = Tinggi Alat - Benang Tengah Titik 2
= 1.580 – 0.260
= 1.320 m

Tinggi Alat Titik 13 = 1.630 cm


13-14 = Tinggi Alat - Benang Tengah Titik 2
= 1.630 – 0.270
= 1.360 m

PENENTUAN DAN PERHITUNGAN ELEVASI

Elevasi titik n = Titik BM di

Elevasi Titik Di A
Elevasi Di Titik A (BM) = +0.00 ( m )

Elevasi Di Titik 1 = Elevasi Titik A + ∆A-1


= 0.00 + 0.123
= +0.123 m

Elevasi Di Titik 2 = Elevasi Titik 1 + ∆A-2


= +0.123 + 0.112
= +0.235 m

Elevasi Di Titik 3 = Elevasi Titik 2 + ∆A-3


= +0.235 + (-0.918)
= -0.683 m

17
Elevasi Di Titik 4 = Elevasi Titik 3 + ∆A-4
= -0.683 + -0.756
= -1.439 m

Elevasi Di Titik 5 = Elevasi Titik 4 + ∆A-5


= -1.439 + (-0.012)
= -1.451 m

Elevasi Di Titik 6 = Elevasi Titik 5 + ∆A-6


= -1.451 + (-2.978)
= -4.429 m

Elevasi Di Titik 7 = Elevasi Titik 6 + ∆A-7


= -4.429 + (-2.080)
= -6.509 m

Elevasi Di Titik 8 = Elevasi Titik 7 + ∆A-8


= -6.509 + (-2.260)
= -8.769 m

Elevasi Di Titik 9 = Elevasi Titik 8 + ∆A-9


= -8.769 + 1.315
= -7.454 m

Elevasi Di Titik 10 = Elevasi Titik 90 + ∆A-10


= -7.454 + 1.450
= -6.004 m

Elevasi Di Titik 11 = Elevasi Titik 10 + ∆A-11


= -6.004 + 0.965
= -5.039 m

Elevasi Di Titik 12 = Elevasi Titik 11 + ∆A-12


= -5.039 + 1.445
= -3.594 m

Elevasi Di Titik 13 = Elevasi Titik 12 + ∆A-13


= -3.594 + 1.320
= -2.274 m

18
Elevasi Di Titik 14 = Elevasi Titik 13 + ∆A -14
= -2.274 + 1.360
= -0.914 m

PERHITUNGAN JARAK OPTIS (d)

Rumus :
d = (Ba - Bb) x 100

Ket = Ba : Batas atas


Bb : Batas bawah

Titik 1
dA-1 = (Ba - Bb) x 100
= (1.344 – 1.171) x 100
= 17.30 m

Titik 2
D1-2 = (Ba - Bb) x 100
= (1.384 – 1.180) x 100
= 20.40 m

Titik 3
D2-3 = (Ba - Bb) x 100
= (2.536 – 2.258) x 100
= 27.80 m

Titik 4
D3-4 = (Ba - Bb) x 100
= (2.245 – 1.950) x 100
= 29.50 m

Titik 5
D4-5 = (Ba - Bb) x 100
= (1.586 – 1.378) x 100
= 20.80 m

Titik 6
D5-6 = (Ba - Bb) x 100
= (3.496 – 3.400) x 100
= 9.60 m

19
Titik 7
D6-7 = (Ba - Bb) x 100
= (3.568 – 3.349) x 100
= 21.90 m

Titik 8
D7-8 = (Ba - Bb) x 100
= (3.835 – 3.580) x 100
= 25.50 m

Titik 9
D8-9 = (Ba - Bb) x 100
= (0.315 – 0.045) x 100
= 27.00 m

Titik 10
D9-10 = (Ba - Bb) x 100
= (0.365 – 0.235) x 100
= 13.00 m

Titik 11
D10-11 = (Ba - Bb) x 100
= (0.665 – 0.525) x 100
= 14.00 m

Titik 12
D11-12 = (Ba - Bb) x 100
= (0.215 – 0.020) x 100
= 19.50 m

Titik 13
D12-13 = (Ba - Bb) x 100
= (0.310 – 0.205) x 100
= 10.50 m

20
Titik 14
D13-14 = (Ba - Bb) x 100
= (0.315 – 0.220) x 100
= 9.50 m

KOREKSI KONTROL BENANG TENGAH

Rumus : 𝐵𝑎+𝐵𝑏
Benang Tengah =
2

Titik 1.
BA = 1.344
1.344+1.171
BT = 1.259 BT = = 1.259
2
BB = 1.171

Titik 2.
BA = 1.384
1.384+1.180
BT = 1.278 BT = = 1.278
2
BB = 1.180

Titik 3.
BA = 2.536
2.536+2.258
BT = 2.398 BT = = 2.398
2
BB = 2.258

Titik 4.
BA = 2.245
2.245+1.950
BT = 2.099 BT = = 2.099
2
BB = 1.950

Titik 5.
BA = 1.586
1.586+1.378
BT = 1.472 BT = = 1.472
2
BB = 1.378

21
Titik 6.
BA = 3.496
3.496+3.400
BT = 4.398 BT = = 4.398
2
BB = 3.400

Titik 7.
BA = 3.568
3.568+3.349
BT = 3.458 BT = = 3.458
2
BB = 3.349

Titik 8
BA = 3.835
3.835+3.580
BT = 3.710 BT = = 3.710
2
BB = 3.580

Titik 9
BA = 0.315
0.315+0.045
BT = 0.185 BT = = 0.185
2
BB = 0.045

Titik 10
BA = 0.365
0.365+0.235
BT = 0.300 BT = = 0.300
2
BB = 0.235

Titik 11.
BA = 0.665
0.665+0.525
BT = 0.595 BT = = 0.595
2
BB = 0.525

Titik 12.
BA = 0.215
0.215+0.020
BT = 0.125 BT = = 0.125
2
BB = 0.020

22
Titik 13.
BA = 0.310
0.310+0.205
BT = 0.260 BT = = 0.260
2
BB = 0.205

Titik 14
BA = 0.315
0.315+0.220
BT = 0.270 BT = = 0.270
2
BB = 0.220

23
PERHITUNGAN WATERPASS

JARAK JARAK BEDA


TINGGI PEMBACAAN SUDUT ELEVASI
POSISI TITIK OPTIS LANGSUNG TINGGI
NO ALAT BAK UKUR AZIMUTH (meter)
BIDIK BIDIK (meter) (meter) ΔH
(meter)
BA BT BB
1 A Titik 1 1.382 1.344 1.259 1.171 56° 17.30 17.30 0.123 +0.123
2 Titik 1 Titik 2 1.390 1.384 1.278 1.180 87° 20.40 37.70 0.112 +0.235
3 Titik 2 Titik 3 1.480 2.536 2.398 2.258 65° 27.80 65.50 -0.918 -0.683
4 Titik 3 Titik 4 1.343 2.245 2.099 1.950 86° 29.50 95.00 -0.756 -1.439
5 Titik 4 Titik 5 1.460 1.586 1.472 1.378 162° 20.80 115.80 -0.012 -1.451
6 Titik 5 Titik 6 1.420 3.496 4.398 3.400 140° 9.60 125.40 -2.978 -4.429
7 Titik 6 Titik 7 1.378 3.568 3.458 3.349 3° 21.90 147.30 -2.080 -6.509
8 Titik 7 Titik 8 1.450 3.835 3.710 3.580 90° 25.50 172.80 -2.260 -8.769
9 Titik 8 Titik 9 1.500 0.315 0.185 0.045 90° 27.00 199.80 1.315 -7.454
10 Titik 9 Titik 10 1.750 0.365 0.300 0.235 90° 13.00 212.80 1.450 -6.004
11 Titik 10 Titik 11 1.560 0.665 0.595 0.525 90° 14.00 226.80 0.965 -5.039
12 Titik 11 Titik 12 1.570 0.215 0.125 0.020 162° 19.50 246.30 1.445 -3.594
13 Titik 12 Titik 13 1.580 0.310 0.260 0.205 118° 10.50 256.80 1.320 -2.274
14 Titik 13 Titik 14 1.630 0.315 0.270 0.220 134° 9.50 266.30 1.360 -0.914

3.3 Grafik Gambar Waterpass

+1.000
1 2 GRAFIK JARAK DAN ELEVASI
+0.000
-+1.000 3 14
4 5
-+2.000 13
-+3.000
ELEVASI

12
-+4.000
6
-+5.000 11
-+6.000 10
7
-+7.000
9
-+8.000
-+9.000 8
JARAK LANGSUNG
-+10.000
0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00

24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan maka dapat kami simpulkan
bahwa :
1. Waterpass adalah alat ruang yang digunakan untuk mengukur sudut jurusan, jarak
dan beda tinggi titik di permukaan tanah.
2. Polygon adalah rangkaian garis khayal diatas permukaan bumi yang merupakan
garis lurus yang menghubungkan titik-titik dan merupakan suatu obyek
pengukuran. Polygon juga bisa disebut sebagai rangkaian segi banyak untuk
pembuatan peta.
3. Untuk mendapatkan hasil yang benar maka hasil pengukuran sudut jurusan, jarak
dan beda tinggi titik harus mendapatkan koreksi dengan ketentuan tidak melebihi
batas toleransi.
4. Untuk mendapatkan tinggi titik di permukaan tanah guna penggambaran peta
kontur maka diperlukan pengukuran beda tinggi pada polygon.
4.2 Saran
1. Agar waktu pelaksanaan praktikum dapat dipercepat sehingga dalam pembuatan
laporan tidak terburu-buru.
2. Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang besar sebaiknya dalam
menjalankan praktikum, praktikum harus dibimbing sebaik-baiknya mengingat
praktikan baru pertama kali melakukan pengukuran seperti ini.
3. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan maksimal diperlukan tingkat ketelitian
yang sangat tinggi.
4. Pembimbing harus lebih paham tentang teori maupun praktek lapangan dengan
mempunyai satu prinsip/ketentuan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Farringto. 1997. Metode Pengukuran.http://kuliah6/IUT/membaca peta/htm.


Farringto. 1998. Pengukuran Tanah.http://kuliah6/IUT/membaca peta/htm.
Sosrodarsono. Suyono. 1983. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. PT
Pradnya
Paramita. Jakarta.
https://www.academia.edu/20056088/Laporan_Praktikum_IUTP_Waterpass?aut
o=download
https://www.academia.edu/12512098/Ilmu_Ukur_Tanah_Waterpass_dan_Theod
olit_http://share.its.ac.id/pluginfile.php/40471/mod_resource/content/2/4.4.2-
Prosedur%20langkah%20kerja%20pengukuran%20Waterpass.pdfhttps://dinarpr
oject.com/beranda/bagian-bagian-waterpass/
http://aryadhani.blogspot.com/2012/03/alat-ukur-waterpas-dalam-ilmu-
ukur.html

26
LAMPIRAN

27

Anda mungkin juga menyukai