Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Survey dan
Informasi Spasial yang di ampu :
Novika Candra Fertilia, ST., MT
Kelompok 1
Disusun Oleh :
Dita Yuniar 41118320001
Reza Sigit Arishandy 41118320003
Galang Yudhi Wibisono 41118320006
Andi Dwi Julianto 41118320012
M. Iqbal 41118320013
Aldhy Oktafiyanto 41118320014
Muhamad Sunandar 41118320016
Herna Sukmaning Tyastantri 41118320018
Achmad Fahmi 41118320019
Sritina Mawar 41118320026
1
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulisan laporan ini selesai. Penulisan
laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktikum Survey dan Informasi Spasial.
Dalam laporan ini kami menjelaskan tentang alat Total Station.
i
LEMBAR PENGESAHAN
Persetujuan Pembimbing
Disusun oleh :
Dita Yuniar 41118320001
Reza Sigit Arishandy 41118320003
Galang Yudhi Wibisono 41118320006
Andi Dwi Julianto 41118320012
M. Iqbal 41118320013
Aldhy Oktafiyanto 41118320014
Muhamad Sunandar 41118320016
Herna Sukmaning Tyastantri 41118320018
Achmad Fahmi 41118320019
Sritina Mawar 41118320026
Fakultas : Teknik
Program Studi : Teknik Sipil (S1)
Disetujui tanggal : 20 April 2019
Menyetujui ,
Dosen Pembimbing, Asisten Dosen,
Mengetahui,
Sekretaris Program Studi
Muhammad Isradi,ST,MT
iii
DAFTAR ISI
LAMPIRAN …………………………………………………………….……… 35
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
sudah menjadi tradisi bahwa pengukuran tanah menekankan pada baik buruknya
keseksamaan pekerjaan tangan maupun keseksamaan hitungan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dalam melakukan pengukuran sipat datar dikenal adanya tingkat-tingkat ketelitian
sesuai dengan tujuan proyek yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan pada setiap
pengukuran akan selalu terdapat kesalah-kesalahan. Fungsi tingkat-tingkat ketelitan
tersebut adalah batas toleransi kesalahan pengukuran yang diperbolehkakan. Untuk itu
perlu diantisipasi kesalah tersebut agar di dapat suatu hasil pengukuran untuk memenuhi
batasan toleransi yang telah ditetapkan.
Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu:
1. Garis Vertikal
Garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap sama dengan
garis unting-unting.
2. Bidang Mendatar
Bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap titik. Bidang horizontal
berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
3. Datum
Bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk ketinggian,
misalnya permukaan laut rata-rata.
4. Elevasi
Jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.
5. Banch Mark (BM)
Titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya terhadap datum yang
dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah sekelilingnya.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbuteropong
horizontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horizontal adalah Nivo. yang
berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.
Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1. Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
2. Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I.
3. Benang silang horizontal harus tegak lurus sumbu.
4
Pada penggunaan alat ukur waterpass selalu harus disertai dengan rambu ukur
(baak). Yang terpenting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-betul
teliti untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di samping itu cara
memegangnya pun harus betul-betul tegak (vertikal). Agar letak rambu ukur berdiri
dengan tegak, maka dapat digunakan nivo rambu, Jika nivo rambu ini tidak tersedia, dapat
pula dengan cara menggoyangkan rambu ukur secara perlahan-lahan ke depan, kemudian
ke belakang, kemudian pengamat mencatat hasil pembacaan rambu ukur yang minimum.
Pada saat pembacaan rambu ukur harus selalu diperhatikan bahwa
2BT = BA + BB
5
2. Statis
`
Gambar Sumber : http://suryaputrabangsa.blogspot.com
3. Baak Ukur
4. Jalon
6
5. Patok Kayu
6. Unting – unting
7. Payung
7
8. Meter Gulung
8
2.2.3 Gambar dan Bagian-Bagian Waterpass
9
1. Syarat dinamis : sumbu I vertical
2. Syarat statis, antara lain :
Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo
Garis arah nivo tegak lurus sumbu I
Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I
10
Penentuan beda tinggi dengan sipat datar
Keterangan gambar :
A dan B : titik di atas permukaan bumi yang akan diukur beda tingginya.
a dan b : bacaan atau tinggi garis mendatar di titik A dan B.
Ha dan Hb : ketinggian titik A dan B di atas bidang referensi.
ΔhAB : beda tinggi antara titik A dan B.
11
2.2.4.4 Lembaran Rumus Yang Dipakai Dalam Perhitungan W1
1) Perhitungan Beda Tinggi (elevasi)
Rumus : Elevasi titik n = Titik BM di A + Δh (A-B)
Δh (n-m) = Tinggi Alat di A – BT titik
12
BAB III
PELAKSANAAN & PENGOLAHAN DATA
13
3.2 Langkah Kerja
Berikut adalah langkah-langkah yang akan dilakukan pada saat praktikum waterpass:
1. Membuat situasi daerah, lapangan atau areal yang akan menjadi titik acuan.
2. Menentukan dua titik patok untuk tempat berdirinya alat yaitu A dan B.
3. Menentukan 6 titik disekeliling pesawat waterpass.
4. Mendirikan statif lalu mengunci sekrup pengunci setelan kepala
statifdiatursedatar mungkin, keadaan kaki kira-kira membentuk segitiga sama
kaki, lalu kaki statif diinjak ketanah hingga kaki statif kokoh.
5. Memasang unting-unting pada pengunci pesawat kira-kira 0,5 cm – 1 cm dari
titik agar diketahui secara kasar bahwa pesawat berada pada titik yang telah
ditentukan.
6. Lalu instrumen penyipat datar dipasang diatas statif sekrup pengunci
dikuncikan sekedarnya, supaya pesawat mudah di geser saat disetel.
7. Sekrup pengunci pesawat dikencangkan dengan hati-hati supaya kedudukan
pesawat tidak berubah lagi.
8. Mengatur teropong sejajar dengan dua sekrup pengatur penyetel nivo, (Sekrup A
dan B) kemudian sekrup pengunci dikecangkan.
9. Sumbu pertama harus vertical.
10. Garis bidik teropong harus sejajar garis nivo.
11. Benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu pertama.
12. Setelah pesawat memenuhi syarat diatas maka pengukuran sudah dapat. Di mulai
namun terlebih dahulu baak ukur kita letakkan tegak lurus pada patok - patok
yang telah ditentukan.
13. Membidik teropong mulai dari titik yang pertama, baca : Ba, Bt, Bb. Pada waktu
melakukan pembacaan baak ukur dilakukan pengontrolan bacaan. Kemudian
pindah ketitik 2 ,membaca kembali nilai-nilai Ba, Bt, Bb.
14. Demikian seterusnya sampai titik 6.
15. Pindahkan alat untuk penempatan kedua.
Pesawat disetel kembali untuk siap dioprasikan.
14
3.2 Rumus Data dan Proses Perhitungan
TITIK TINGGI
PEMBACAAN BAK UKUR SUDUT
NO BIDIK ALAT
AZIMUTH
(meter) BA BT BB
1 Titik 1 1.382 1.344 1.259 1.171 56°
A . Beda Tinggi
∆h = Tinggi Alat - Benang Tengah Target
Tempat Alat Di A
15
Tinggi Alat Titik 2 = 1.480 m
2-3 = Tinggi Alat - Benang Tengah Titik 3
= 1.480 – 2.398
= -0.918 m
16
Tinggi Alat Titik 10 = 1.560 cm
10 – 11= Tinggi Alat - Benang Tengah Titik 11
= 1.560 – 0.595
= 0.965 m
Elevasi Titik Di A
Elevasi Di Titik A (BM) = +0.00 ( m )
17
Elevasi Di Titik 4 = Elevasi Titik 3 + ∆A-4
= -0.683 + -0.756
= -1.439 m
18
Elevasi Di Titik 14 = Elevasi Titik 13 + ∆A -14
= -2.274 + 1.360
= -0.914 m
Rumus :
d = (Ba - Bb) x 100
Titik 1
dA-1 = (Ba - Bb) x 100
= (1.344 – 1.171) x 100
= 17.30 m
Titik 2
D1-2 = (Ba - Bb) x 100
= (1.384 – 1.180) x 100
= 20.40 m
Titik 3
D2-3 = (Ba - Bb) x 100
= (2.536 – 2.258) x 100
= 27.80 m
Titik 4
D3-4 = (Ba - Bb) x 100
= (2.245 – 1.950) x 100
= 29.50 m
Titik 5
D4-5 = (Ba - Bb) x 100
= (1.586 – 1.378) x 100
= 20.80 m
Titik 6
D5-6 = (Ba - Bb) x 100
= (3.496 – 3.400) x 100
= 9.60 m
19
Titik 7
D6-7 = (Ba - Bb) x 100
= (3.568 – 3.349) x 100
= 21.90 m
Titik 8
D7-8 = (Ba - Bb) x 100
= (3.835 – 3.580) x 100
= 25.50 m
Titik 9
D8-9 = (Ba - Bb) x 100
= (0.315 – 0.045) x 100
= 27.00 m
Titik 10
D9-10 = (Ba - Bb) x 100
= (0.365 – 0.235) x 100
= 13.00 m
Titik 11
D10-11 = (Ba - Bb) x 100
= (0.665 – 0.525) x 100
= 14.00 m
Titik 12
D11-12 = (Ba - Bb) x 100
= (0.215 – 0.020) x 100
= 19.50 m
Titik 13
D12-13 = (Ba - Bb) x 100
= (0.310 – 0.205) x 100
= 10.50 m
20
Titik 14
D13-14 = (Ba - Bb) x 100
= (0.315 – 0.220) x 100
= 9.50 m
Rumus : 𝐵𝑎+𝐵𝑏
Benang Tengah =
2
Titik 1.
BA = 1.344
1.344+1.171
BT = 1.259 BT = = 1.259
2
BB = 1.171
Titik 2.
BA = 1.384
1.384+1.180
BT = 1.278 BT = = 1.278
2
BB = 1.180
Titik 3.
BA = 2.536
2.536+2.258
BT = 2.398 BT = = 2.398
2
BB = 2.258
Titik 4.
BA = 2.245
2.245+1.950
BT = 2.099 BT = = 2.099
2
BB = 1.950
Titik 5.
BA = 1.586
1.586+1.378
BT = 1.472 BT = = 1.472
2
BB = 1.378
21
Titik 6.
BA = 3.496
3.496+3.400
BT = 4.398 BT = = 4.398
2
BB = 3.400
Titik 7.
BA = 3.568
3.568+3.349
BT = 3.458 BT = = 3.458
2
BB = 3.349
Titik 8
BA = 3.835
3.835+3.580
BT = 3.710 BT = = 3.710
2
BB = 3.580
Titik 9
BA = 0.315
0.315+0.045
BT = 0.185 BT = = 0.185
2
BB = 0.045
Titik 10
BA = 0.365
0.365+0.235
BT = 0.300 BT = = 0.300
2
BB = 0.235
Titik 11.
BA = 0.665
0.665+0.525
BT = 0.595 BT = = 0.595
2
BB = 0.525
Titik 12.
BA = 0.215
0.215+0.020
BT = 0.125 BT = = 0.125
2
BB = 0.020
22
Titik 13.
BA = 0.310
0.310+0.205
BT = 0.260 BT = = 0.260
2
BB = 0.205
Titik 14
BA = 0.315
0.315+0.220
BT = 0.270 BT = = 0.270
2
BB = 0.220
23
PERHITUNGAN WATERPASS
+1.000
1 2 GRAFIK JARAK DAN ELEVASI
+0.000
-+1.000 3 14
4 5
-+2.000 13
-+3.000
ELEVASI
12
-+4.000
6
-+5.000 11
-+6.000 10
7
-+7.000
9
-+8.000
-+9.000 8
JARAK LANGSUNG
-+10.000
0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan maka dapat kami simpulkan
bahwa :
1. Waterpass adalah alat ruang yang digunakan untuk mengukur sudut jurusan, jarak
dan beda tinggi titik di permukaan tanah.
2. Polygon adalah rangkaian garis khayal diatas permukaan bumi yang merupakan
garis lurus yang menghubungkan titik-titik dan merupakan suatu obyek
pengukuran. Polygon juga bisa disebut sebagai rangkaian segi banyak untuk
pembuatan peta.
3. Untuk mendapatkan hasil yang benar maka hasil pengukuran sudut jurusan, jarak
dan beda tinggi titik harus mendapatkan koreksi dengan ketentuan tidak melebihi
batas toleransi.
4. Untuk mendapatkan tinggi titik di permukaan tanah guna penggambaran peta
kontur maka diperlukan pengukuran beda tinggi pada polygon.
4.2 Saran
1. Agar waktu pelaksanaan praktikum dapat dipercepat sehingga dalam pembuatan
laporan tidak terburu-buru.
2. Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang besar sebaiknya dalam
menjalankan praktikum, praktikum harus dibimbing sebaik-baiknya mengingat
praktikan baru pertama kali melakukan pengukuran seperti ini.
3. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan maksimal diperlukan tingkat ketelitian
yang sangat tinggi.
4. Pembimbing harus lebih paham tentang teori maupun praktek lapangan dengan
mempunyai satu prinsip/ketentuan.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
LAMPIRAN
27