Anda di halaman 1dari 7

Forensic Engineering adalah seseorang atau team yang harus sesuai dengan

bidangnya seperti teknik struktur, teknik geoteknik, teknik hidro, teknik transportasi
dan lain sebagainya yang mampu memberikan saran-saran perbaikan. Oleh karena
itu agar dapat diperoleh dan diketahui penyebab suatu kerusakan bangunan
ataupun sturktur konstruksinya maka perlu dikembangkan suatu bidang ilmu yang
tampaknya sangat diperlukan diamasa-masa mendatang yaitu Teknik Forensic dan
repair pada bangunan dan konstruksi bangunan yang disebabkan oleh kerusakan
akibat bencana alam murni ( natural disaster) atau kerusakan diakibatkan oleh
tangan manusia (artificial disaster).

Tujuan bidang ilmu Forensic ini adalah untuk membuka wawasan pemerintah,
masyarakat, praktisi dalam bidang asuransi, lembaga pengambil keputusan dalam
permasalahan yang terjadi berdasarkan teknik Forensic.

Faktor penyebab kerusakan bangunan

Bangunan sejak awal perencana, pelaksana hingga masa pemakaiannya


berkemungkinan untuk mengalami kerusakan akibat beberapa faktor :

a) Faktor Umur Bangunan

Dengan bertambahnya usia bangunan terjadi penurunan kualitas dan


kemampuan untuk menahan beban, bila tidak dilakukan pemeliharaan secara
teratur, maka secara singkat dapat dikatakan bahwa kerusakan bangunan
tergantung pada waktu (time dependent). Penurunan kualitas dapat dipengaruhi oleh
gaya yang bekerja dari luar atau dari dalam komponen itu sendiri. Pengaruh gaya
dalam bentuk jangka panjang dapat menimbulkan proses rangkak ( Creep),

b) Faktor Kondisi Tanah dan Air Tanah

Penempatan seluruh bangunan berdiri diatas tanah, kecuali bangunan


tradisional yang dikenal bangunan panggung atau rumah diatas air yang sering
dengan pondasi tapak. Sifat tanah berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya
walaupun dalam satu lokasi yang sekecil apapun prilaku tanahpun berbeda,
perbedaan tanah tersebut akibat mekanisme pembentukannya. Bila hendak
mendirikan bangunan harus dilakukan penelitian yang intensif untuk mendapat sifat
fisis dan mekanisnya.
Semua ini tujuan untuk memilih pondasi yang tepat untuk bangunan tersebut
sehingga getaran yang terjadi dapat menimbulkan kelelahan atau fatigue, pengaruh
radiasi matahari dan hujan silih berganti dapat menimbulkan dekarbonisasi pada
bahan bangunan, pengaruh gaya gempa dapat mengakibatkan kerusakan pada
komponen non struktural dan struktural. penurunan yang terjadi dapat dihindari
terutama sekali penurunan tidak seragam (differential settlement) yang menimbulkan
tegangan ekstra pada komponen bangunan lain

Air tanah juga dapat memberikan permasalahan pada bangunan.


Adabeberapa pengaruh akibat air tanah yang tinggi antara lain : pelumutan,
perembesan pada komponen bangunan dan dapat mengangkat akibatnya terjadi
tekanan pada dinding atau lantai basement terjadinya daya angkat ( up lift) dan
ketika terjadi perubahan kadar air tanah akibat perubahan musim. Tanah dengan
kemampuan mengambang (swelling) dan menyusut ( shrinkage) sangt tinggi dapat
menimbulkan tegangan ekstra yang besar terhadap komponen struktur bawah ( Sub
Structure Component).

c) Faktor Angin

Angin sangat dibutuhkan manusia dalam kehidupan namun angin dapat juga
merupakan ancaman bagi manusia, angin kencang sering mengakibatkan
kerusakan pada bangunan. Untuk itu pula perlu diketahui prilaku angin disuatu
daerah dan diperhitungkan terhadap bangunan dengan bentuk tertentu dan
bangunan dengan ketinggian tertentu, angin dapat menimbulkan daya isap ataupun
daya tekan dan juga pada bangunan asimetris dapat mengakibatkan efek gaya
punter / torsi (torsion).

d) Faktor Gempa

Gempa sebagaimana angin merupakan fenomena alam yang akan terjadi


pada tempat dan waktu tertentudan dapat berulang pada lokasi yang sama dengan
periode ulang tertentu. Pergerakan kulit bumi biasanya terjadi secara mendadak
yang diakibatkan terlepasnya energy yang ditahan oleh kulit bumi yang saling
bergesekan atau berbenturan. Energi yang dilepaskan dapat merambat keseluruh
penjuru dengan kecepatan rambat tergantung pada kedalaman dan jarak gempa
serta kondisi tanah dimana bangunan didirikan. Selain hal tersebut kerusakan pada
struktur tergantung pada jenis dan kualitas bangunan.
e) Faktor Longsor

Tanah longsor dapat terjadi akibat beberapa dampak seperti : banjir, curah
hujan yang tinggi, erosi tanah, pembebanan bangunan, getaran kendaraan beban,
gempa dan lain-lain. Peristiwa longsor dapat terjadi dimana saja bila keseimbangan
daya dukung tanah terganggu akibat hal-hal tersebut diatas.

f) Faktor Petir

Di beberapa daerah di Indonesia petir merupakan jenis bencana alam yang


sering terjadi. Sembaran petir sering mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan
pada bangunan serta peralatan listrik dalam bangunan.

g) Faktor Kualitas Bangunan

Suatu bangunan terbentuk dan tersusun dari berbagai macam dan jenis
bahan, apakah bahan alami atau bahan buatan, sehingga kualiatas dari masing-
masing bahan yang digunakan jelas.Pemilihan kualitas dari bahan bangunan yang
dipakai harus ditentukan dari berdasarkan tujuan pengguna yaitu apakah bangunan
sementara atau bangunan permanen atau bangunan dengan spesifik tertentu seperti
tahan terhadap zat reaktif, tahan terhadap kebakaran dan sebagainya.

h) Faktor Hama

Rayap adalah fauna jenis serangga yang paling banyak mengakibatkan


kerusakan pada bahan kayu, terutama sekali menyerang kayu yang tidak diawetkan
dengan membuat sarang didalam tanah dan berkumpul dalam koloni yang besar.
Serangan pada bahan kayu sering tidak terlihat dan baru disadari bila bahan telah
mengalami kerusakan berat. Kemampuan rayap untuk menghancurkan bahan kayu
sangat dahsyat, koloni rayap dengan 60.000 anggota mampu menghabisi kayu
pinus berukuran 40 m x 2 x 4 cmselama 118 s.d 157 hari. Sedangkan dengan
berkoloni 1-2 juta ekor akan menghabiskan kayu 1 m3 diperlukan waktu 9.000 s.d
21.000 hari bila penyerang berasal dari 1 koloni saja.

i) Faktor Kualitas Perencanaan

Daya tahan suatu bangunan sangat ditentukan berbagai unsure yang


mungkin mempengaruhi atau pemilihan bahan yang digunakan. Berdasarakan hal
tersebut maka dilakukan berbagai asumsi ataupun pendekatan yang diperlukan
dalam proses penentuan beban-beban yang mungkin bekerja. Selanjutnya
berdasarkan beban yangmungkin bekerja dilakukan analisis kekuatan-kekuatan
dengan asumsi-asumsi mekanika struktur yang dianggap sesuai. Tidak jarang
ditemukan bangunan yang mengalami kerusakan akibat kelalaian manusia yang
kurang tepat dalam mengambil asumsi atau pendekatan yang seharusnya
diperhitungkan akan mempengaruhi bangunan. Untuk itu perlu dipahami secara
jelas oleh perencana bahwa karakteristik suatu wilayah, bahan bangunan yang akan
dipakai dan philosopi mekanika struktur yang tepat perlu dipertimbangkan dengan
matangsebelum menentukan pilihannya dalam perencanaan. Kesalahan-kesalahan
dalam penentuan asumsi-asumsi akan mengakibatkan kerusakan bangunan.

j) Faktor Kesalahan Perencana

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian pada bangunan yang


mengalami kerusakan, banyak diantaranya yang kesalahan dalam pelaksanaan.
Kesalahan ini karena para pelaku pembangunan seperti pengawas dan pelaksana
tidak melaksanakan secara tepat sesuai aturan yang telah direncanakan dalam
spesifikasi oleh perencana, masalah lain ketidakmampuan pelaksana yang kurang
dalam memahami teknologi yang harus digunakan dalam pelaksanaan.

k) Faktor Perubahan Fungsi

Sering dijumpai suatu bangunan berubah fungsi dari fungsi awalnya seperti
bangunan perumahan menjadi bangunan perkantoran ataupun bangunan industry
ataupun bangunan yang direncanakan dua tingkat menjadi bangunan tiga tingkat.
Semua ini akan mengubah asumsi dasar perencanaan semula. Perubahan ini
semua akan mempengaruhi terhadap beban yang bekerja dan selanjutnya akan
mempengaruhi stabilitas atau usia layan bangunan.

l) Faktor Kebakaran

Kebakaran dapat terjadi kapan dan dimana saja, sehingga peristiwa ini dapat
terjadi pada semua jenis dan kualitas bangunan. Berdasarkan teori kebakaran dapat
terjadi bila terdapat 3 unsur yaitu :

-Benda/bahan bakar
-Sumber panas dan
-Oksigen
Kebakaran terjadi bila ketiga unsur sumber penyebab api tersebut mencapai titik
nyala. Kebakaran dapat terjadi akibat peristiwa alam seperti sambaran petir atau
dampak bencana gempa. Tetapi berdasarkan penelitian pada umumnya kebakaran
karena kesalahan manusia.

Jenis Dan Type Kerusakan Bangunan

Jenis kerusakan yang terjadi pada bangunan sangat bervariasi, tergantung


pada penyebab kerusakan yang mempengaruhi. Dari setiap klasifikasi jenis
kerusakan, masih dapat dibedakan atas berapa penyebab. Dari satu penyebab
kerusakan masih dapat menghasilkan lebih dari satu tipe kerusakan, maka secara
kelompok besar dapat dibagi beberapa tipe kerusakan menurut Syafei Amri, 2006 :

-Kerusakan komponen arsitektur


-Kerusakan komponen atas (Upper Structure)dan struktur bawah (Sub
Structure)
-Kerusakan komponen mekanikal dan elektrikal

CONTOH KASUS 

"Jembatan penyeberangan orang (JPO) di depan Robinson setelah jembatan


bawah tanah (underpass) kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, ambruk pada
Sabtu (24/9/2016) sekitar pukul 15.34 WIB. Jembatan penyebrangan orang di Pasar
Minggu ini dibangun oleh Dinas Perhubungan dengan sumber dana APBD pada
tahun 2002.JPO tersebut ambruk setelah diterpa hujan lebat sekitar pukul 15.20 WIB
dan menelan 10 korban. Tercatat, tiga orang tewas dan tujuh lainnya mengalami
luka-luka. " (sumber : okezone.com)

Pada kasus rubuhnya jembatan penyebrangan orang di Pasar Minggu,


analisa kejadian tersebut adalah: 

1. Pemasangan Papan Reklame Yang Tidak Sesuai Prosedur  

Pemasangan papan reklame pada bagian atas jembatan atau pada railing jembatan
seharusnya tidak dibolehkan karena JPO tak pernah diuji menahan terpaan angin
dalam kondisi ekstrem dengan sesuatu yang menempel di pagar. Akibat angin yang
terhambat di bagian reklame, sehingga kemudian JPO jadi roboh karena tak mampu
menahan dorongan angin yang terhambat tersebut. Soal reklame di pagar atas
jembatan, pihak Dinas Perhubungan mengklaim sudah berulang kali memberikan
rekomendasi pencabutan reklame ke Ketua Tim Penertiban Reklame di Satuan
Polisi Pamong Praja tetapi tidak digubris. Dan pihak Dishub DKI tidak bisa berbuat
apa-apa sebab kewenangan mencabut reklame ada di tim penertiban reklame
Satuan Pamong Praja.

Kondisi JPO Pasar Minggu Yang Rubuh Akibat Pemasangan Papan Reklame Yang
Tidak Sesuai Prosedur

2.  Umur JPO dan Masa Perawatan Yang Tidak Berjalan Semestinya

      Jembatan penyebrangan orang di Pasar Minggu ini dibangun pada tahun
2002 dan sudah berumur 14 tahun.  Perawatan terakhir dilakukan oleh Dinas
Perhubungan Jakarta Selatan pada tahun 2012. Sementara itu umur rencana JPO
adalah 10 tahun. Dari pihak Dinas Perhubungan DKI sebenarnya sudah mengirim
surat untuk merekomendasikan penggantian dan pembuatan JPO baru di Pasar
Minggu itu. Permohonan sudah dilakukan sejak Januari 2016 lalu tetapi sampai JPO
itu roboh belum juga ada persetujuan.
Material JPO Yang Sudah Korosi Akibat Kurangnya Pemeliharaan Terhadap JPO

Anda mungkin juga menyukai