Menurut Skempton dan Mc Donald 1956; Bromhead 1984; Boscardin & Cording 1989; Fed &
Carper 1997 type kerusakan adalah sebagai berikut :
• Kerusakan arsitektural. Tipe kerusakan ini sangat berkaitan dengan retak-retak pada
bangunan gedung, lantai dan cat penutup. Retakan pada plester dinding > 0,5 mm lebar,
retak pada dinding pasangan batu > 1 mm lebar, perlu dipertimbangkan sebagai nilai
ambang untuk bangunan berpenghuni ( Burland dkk, 1997 ).
• Kerusakan fungsional. Berkaitan dengan penggunaan bangunan (pintu dan jendela macet,
retakan dinding luas dan plester berjatuhan, dinding atau lantai miring). Gerakan tanah
dapat sebagai penyebab kerusakan ini.
• Kerusakan struktural, merupakan kerusakan yang berkaitan dengan stabilitas bangunan (
runtuh dalam mendukung beban ), termasuk kerusakan total dari struktur.
• Kerusakan tersembunyi. Berkaitan dengan tidak dapat dilihat secara visual. Misalnya
penurunan mutu material pekerjaan. Hal ini baru dapat diketahui kalau ada review design,
uji standar bahan, dan lain-lain. Contoh pengaruh piping, creep yang terjadinya dalam
waktu cukup lama dan sulit untuk diteksi ( Greenspan dkk, 1989 ).
• Kerusakan yang terjadi berkaitan dengan membengkaknya biaya, biaya yang dikeluarkan
terlalu besar untuk kegiatan pekerjaan tersebut, kegagalan menyelesaikan pekerjaan
proyek tepat waktu. Tampak kegagalan struktur geoteknik dapat masuk kerusakan
fungsional dan struktural, namun tidak menutup kemungkinan pada kerusakan
tersembunyi ( latent ) dan membengkaknya biaya.
• Keperluan Ahli. Dari kondisi kerusakan yang terjadi perlu dicari penyebab kerusakan,
siapa yang bertanggung jawab, apakah dapat diajukan kepengadilan, ganti rugi yang
menjadi korban. Oleh karena itu dibutuhkan seorang Ahli sesuai dengan bidan keahliannya
guna memberikan jawaban tentang sebab terjadinya kerusakan akibat bencana, atau sebab-
sebab lain, dan siapa yang bertanggung jawab, serta memberikan rekomendasi
penanggulangan atau perbaikannya. Ahli ini harus mempunyai pengalaman, keahlian
dalam bidangnya atau dikeanal sebagai Ahli Teknik Forensik (Foren-sic Engineer).
Seorang Forensik Engineer mempunyai tugas :
a) Menyelidiki kerusakan, kekurangan atau keruntuhan suatu konstruksi,
b) Menentukan penyebab masalah tersebut (kerusakan, keruntuhan dsb),
c) Dalam banyak kasus memberikan rekomendasi tentang perbaikannya,
d) Menentukan siapa yang harus bertanggung jawab akan kerusakan atau kemunduran
suatu konstruksi.
Menurut ASCE (Greespan dkk, 1989) kualifikasi seorang Forensic Engineer adalah :
• Seorang expert dalam bidangnya,
• Mempunyai pengetahuan yang seksama pada subject yang diselidiki,
• Pengetahuan sebagai expert dapat juga bagi ahli teknik yang berpengalaman di bidangnya,
• Bila subject yang diselidiki tidak sesuai dengan bidangnya, pekerjaan tersebut harus
ditolak,
• Dan perlu dihindari sebagai seorang Forensic Engineer adalah konflik kepentingan,
prasangka, pembelaan (Carper, 1989)
• Seorang Forensic Engineering (FE) harus sampai pada final konklusi.
PEMBAHASAN
Jenis-Jenis Kerusakan Dini pada Bangunan
Adapun kerusakan pada bangunan dapat diketahui sedini mungkin pada beberapa bagian
seperti berikut :
a. Atap Bocor dan Bergeser
Umumnya, atap dirancang untuk bisa bertahan 15-20 tahun, jika menggunakan material
baha ringan bahkan mampu bertahan hingga 50 tahun. Sehingga jika ada masalah pada
atap sebelum waktunya, harus segera diperbaiki.
Sedangkan berdasarkan fungsinya, dapat dibedakan menjadi dinding struktural dan non
struktural. Dinding struktural merupakan bagian bangunan yang menjadi struktur tetap, kokoh,
dan stabil dalam menanggung beban. Dinding struktural itu sendiri dibagi menjadi tiga jenis.
Yaitu dinding bangunan, dinnding oembatas (boundary), serta dinding penahan (retairing).
Jika sebuah dinding struktural memikul beban, bahan harus cukup kaku dan kokoh. Sedangkan
dinding non struktural merupakan bagian bangunan yang tidak terkait secara langsung dengan
kekuatan struktur bangunan dan menjadi beban bagi elemen struktur. Biasanya dinding non
struktural akan mengalami kegagalan lebih awal dari struktur lain. Dinding non struktural
hanya mampu menahan beban sendiri, tidak dengan beban lain. Biasanya terbuat dari batu
alam, seng, aluminium, kayu (papan, triplek), atau kaca.
Dinding struktural mempunyai kekuatan yang diperlukan dalam menahan dan melawan gaya
lateral. Ketika dinsing struktural kuat, maka gaya akan ditransfer ke elemen struktur
selanjutnya. Kekakuan lateral yang diberikan oleh dinding struktural akan mencegah
pergerakan atau pergoyangan tidak seragam yang akan menyebabkan kerusakan pada struktur.
Serta dinding non struktural yang hanya dapat menahan beban sendiri dan tidak dapat menahan
beban dari luar, maka kekuatan dalam menahan gaya lateral akan sangat kecil dan akan
mengalami kegagalan jika terkena gaya lateral yang signifikan.
Dalam peranannya terhadap kekuatan struktur, dinding merupakan salah satu cara menambah
massa untuk menahan gaya lateral. Karena jika gaya lateralnya besar, dapat menyebabkan
perpindaha pada suatu bangunan. Untuk mengurangi kerusakan berlebih, maka harus dipasang
sistem penahan gaya lateral yang sesuai dengan keadaan daerahnya.
Dinding struktural termasuk ke dalam sistem aktif, yaitu instalasi penahan gaya gempa yang
terletak di dalam struktur dan menjadi suatu kesatuan yang menahan gaya lateral. Dinding yang
masuk dalam kategori sistem aktif berbentuk dinding struktural yang memiliki tebal lebih dan
lebih kaku serta lebih kuat. Contohnya shear wall, core wall, dan outtrugger.
Shear wall adalah suatu elemen struktur berupa dinding vertikal menerus dari beton bertulang
yang memiliki fungsi ganda yaitu pemikul beban lateral dan beban gravitasi. Core wall adalah
dinding geser yang terletak di wilayah inti pusat dalam gedung, yang biasanya diisi tangga atau
poros lift. Sedangkan outtrigger adalah sistem dinding geser yang memiliki bracing pada lantai
tertentu.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan dinding dalam sistem aktif bertujuan untuk
menambah massa struktur, mengurangi periode natural, dan menambah kekakuan bangunan.
Setelah mengetahui pentingnya peranan dinding struktural, kita juga perlu mengetahui potensi
kerusakan pada dinding tersebut. Sebab ada kalanya dinding sebagai salah satu elemen penting
dari sebuah rumah atau bangunan mengalami masalah antara lain munculnya keretakan pada
bagian tertentu dari dinding tersebut. Keretakan struktur pada dinding mengurangi kualitas dan
kekuatan bangunan sekaligus mengurangi estetika dari rumah atau bangunan tersebut. Secara
umum ada 2 jenis retakan yang terjadi pada dinding yaitu retak stuktur dan retak non struktur.
Dalam memperbaiki dinding retak struktur perlu memperhatikan dan mempertimbangkan dari
berbagai faktor agar pada saat proses perbaikan tidak timbul masalah baru. Berikut cara-
caranya:
1. Retak struktur akibat pondasi turun
• Membuat pondasi baru yang berdekatan.
• Melakukan pemadatan tanah di bawah pondasi baru tersebut.
• Buatlah kolom/tiang baru agar penyaluran beban dari sloff dan ringbalk dapat
terdistribusi dengan sempurna.
Saran
Meskipun dinding sering diperhitungkan sebagai komponen non struktural pada bangunan
sederhana, akan lebih baik untuk tetap mengikuti standar yang mengatur spesifikasi dan hal-
hal fundamental yang berlaku. Karena sebagai tempat bernaung, bangunan harus dibuat
seefisien mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/jagy222/dinding-struktural-dan-non-struktural, diakses 13
September 2022.