Anda di halaman 1dari 16

BETON PRATEGANG

STRUKTUR BETON LANJUT

KARTINI RADLIAH PRATIWI


F 112 21 032
Beton prategang adalah bentuk beton yang digunakan dalam konstruksi yang
pada dasarnya dikompresi selama proses produksinya, dengan cara memperkuatnya terhadap
gaya tarik saat digunakan.
Kompresi ini dihasilkan oleh tarikan kekuatan tinggi "tendon" yang terletak di dalam
atau berdekatan dengan beton dan dilakukan untuk meningkatkan kinerja beton. Tendon
dapat terdiri dari satu kawat, multi-tali kawat atau batang berulir yang paling sering terbuat
dari baja karbon, serat karbon atau serat aramid. Inti dari beton prategang adalah bahwa
sekali kompresi awal telah diterapkan, bahan yang dihasilkan memiliki karakteristik beton
bermutu tinggi bila dikompresi dan baja bermutu tinggi menjadi lebih ulet bila terkena gaya
tarikan. Hal ini dapat menghasilkan peningkatan kapasitas struktural dan/atau kemampuan
layan dibandingkan dengan beton bertulang konvensional. Dalam suatu komponen struktur
beton prategang, tegangan-tegangan internal dimasukkan secara terencana sehingga
tegangan-tegangan yang dihasilkan dari beban-beban yang ditumpangkan ditahan hingga
tingkat yang diinginkan.
Beton prategang banyak digunakan dalam berbagai bangunan dan struktur sipil.
Peningkatan kinerjanya memungkinkan untuk menghasilkan bentang yang lebih panjang,
mengurangi ketebalan struktural, dan penghematan material dibandingkan dengan beton
bertulang sederhana. Penggunaannya yang umum termasuk gedung bertingkat, pelat untuk
perumahan, sistem fondasi, jembatan, bendungan, silo, tank, trotoar industri dan bangunan
pengungkung nuklir.
Pertama kali digunakan pada akhir abad kesembilan belas, beton prategang telah
berkembang melebihi pra-tarik termasuk pasca-tarik, yang terjadi setelah beton dicor. Sistem
pengencangan dapat dikategorikan sebagai monostrand, yaitu setiap untai atau kawat tendon
diberi tegangan satu per satu atau dinamakan multi-untai, ketika semua untaian atau kawat di
dalam tendon ditekan bersamaan. Tendon dapat ditempatkan baik di dalam volume beton
(prategang internal) maupun seluruhnya di luar (prategang eksternal). Sedangkan beton pra-
tarik menggunakan tendon yang terikat langsung ke beton, beton pasca-tarik dapat
menggunakan tendon terikat atau tidak terikat.
Pada tahun 1872, P.H. Jackson seorang insinyur dari California
mendapatkan paten untuk sistem struktural yang menggunakan tie road untuk membuat balok
atau pelengkung dari blok-blok. Pada tahun 1888, C. W. Doering dari Jerman memperoleh
paten untuk pemberian prategang pada slab dengan kawat-kawat metal. Akan tetapi, upaya
awal untuk pemberian prategang itu tidak benar-benar sukses karena hilangnya prategang
seiring berjalannya waktu. J. Lud dari Norwegia dan G. Universitas Sumatera Utara R.
Steiner dari Amerika Serikat telah berupaya memecahkan masalah ini pada abad kedua
puluh, namun tidak berhasil. Sesudah selang waktu yang sangat panjang, kemajuan dalam
dunia prategang tidak terlalu pesat karena sulitnya mendapatkan baja dengan kekuatan tinggi
untuk mengatasi kehilangan energi pada beton prategang.

R. E. Dill dari Alexandria, Nebraska mengetahui bahwa susut dan rangkak pada beton
memiliki pengaruh pada kehilangan prategang. Selanjutnya ia mengembangkan ide bahwa
pemberian pascatarik batang berpenampang bulat tanpa lekatan secara berurutan dapat
mengganti kehilangan tegangan yang bergantung pada waktu pada batang tersebut akibat
berkurangnya panjangkomponen struktur yang ditimbulkan oleh rangkak dan susut. Pada
awal tahun 1920-an, W. H. Hewett dari Minneapolis mengembangkan prinsip-prinsip
pemberian prategang melingkar. Ia memberikan tegangan melingkar horizontal di sekeliling
tangki beton dengan menggunakan trekstang untuk mencegah retak akibat tekanan cairan
internal. Setelah itu, pemberian prategang pada tangki dan pipa berkembang pesat di Amerika
Serikat. Pemberian prategang linier terus berkembang di Eropa dan Perancis, khususnya
dikembangkan oleh Eugene Freyssinet, yang pada tahun 1926 sampai 1928 mengusulkan
metode-metode untuk mengatasi kehilangan prategang dengan cara menggunakan baja
berkekuatan tinggi dan berdaktilitas tinggi.

Pada tahun 1940, ia memperkenalkan system Freyssinet yang sangat terkenal yang
menggunakan jangkar konus untuk tendon 12 kwat. P. W. Abeles dari Inggris
memperkenalkan dan mengembangkan konsep pemberian prategang parsial di antara tahun
1930-an dan 1960-an. F. Leonhardt dari Jerman, V. Mikhailov dari Rusia, dan T. Y. Lin dari
Amerika Serikat juga Universitas Sumatera Utara memberikan kontribusi banyak pada seni
dan ilmu pengetahuan tentang desain beton prategang. Metode pemberian keseimbangan
beban dari Lin sangat dihargai. Perkembangan pada abad kedua puluh ini telah menjadikan
banyak penggunaan beton prategang di seluruh dunia, dan khususnya Amerika Serikat.
Dewasa ini, beton prategang digunakan pada gedung, struktur bawah tanah, menara TV,
struktur lepas pantai dan gudang apung, stasiun-stasiun pembangkit, cerobong reactor nuklir,
dan berbagai jenis jembatan termasuk segmental dan cable- stayed.

Penggunaan beton prategang banyak digunakan pada beberapa konstrulsi besar di


dunia. Beberapa konstruksi besar yang terkenal dan menggunakan beton prategang antara lain
:

1. Bay Area Rapid Transit, San Fransisco dan Oakland, California. Jalan penuntun
terdiri atas girder box pracetak prategang yang ditumpu sederhana dengan panjang
70 ft dan lebar 11 ft.
2. Jembatan Chaoco-Corientes, Argentina, jembatan girder box cable-stayed beton
prategang pracetak.
3. Gedung parkir, Tulsa, Oklahoma.
4. Pusat Eksekutif, Honolulu, Hawaii.
5. Anjungan pengeboran lepas pantai Stratford “B”, Norwegia.
6. Jembatan Suramadu, Surabaya, Indonesia.
(Bay Area Rapid Transit, San Fransisco) (Jembatan Chaoco-Corientes, Argentina)

(Gedung Parkir, Tulsa, Oklahoma) (Anjungan Pengeboran Lepas Pamtai Stratford “B”, Norwegia)

(Jembatan Suramadu, Surabaya, Indonesia)

Suksesnya perkembangan dan pelaksanaan semua struktur terkenal tersebut adalah


karena banyaknya kemajuan dalam teknologi bahan, khususnya beton prategang, dan
bertambahnya pengetahuan untuk mengestimasi kehilangan jangka pendek dan panjang pada
gaya prategang. Universitas Sumatera Utara Namun demikian perkembangan teknologi beton
prategang di Indonesia juga mengalami peningkatan. Dari tahun ke tahun penggunaan beton
prategang juga mengalami peningkatan baik untuk struktur balok pada gedung, jembatan,
pondasi dan struktur lainnya. Penguasaan teknologi ini sudah sewajarnya dikuasai oleh
bangsa Indonesia, sehingga peningkatan Sumber Daya Manusia SDM di bidang teknik beton
prategang harus tetap dilakukan.

Material dalam Beton prategang


1. Beton
Beton adalah material campuran antara pasir, kerikil, semen, serta air yang memiliki
kekuatan pd umur tertentu. Beton yang digunakan memiliki mutu yg cukup tinggi,
lebih tinggi dari kebutuhan beton bertulang
• fc’ > 28 - 55 Mpa (Amerika)
• fc’ > 35 Mpa ( Eropa )
Guna :
• Ekonomis, hemat biaya pengangkuran
• Tarik dan geser tinggi
• Retak kecil
• Modulus elastisitas tinggi, regangan rangkak kecil shg lossing kecil
Kekuatan tekan pada beton yang disyaratkan oleh beberapa peraturan diantaranya
adalah 40 MPa untuk Pratarik & 30 MPa untuk pascatarik. Untuk dapat mewujudkan
beton mutu tinggi beberapa hal yg harus diperhatikan :
1. Kadar semen : 300 – 360 & max 530 kg/m3
2. Kadar air : serendah mungkin
3. Proses pemadatan

Beberapa Hal yg perlu diperhatikan untuk mewujudkan beton yg berkualitas :


• Susut Beton Perubahan deformasi beton krn kehilangan kelembaban yg bertahap.
• Rangkak Beton Seiring perjalanan waktu.
• Karakteristik Tegangan & Regangan Berhubungan dengan kekuatan beton dalam
menerima beban. Berhubungan dengan Modulus Elastisitas.
Karakteristik Deformasi Beton
• Karakteristik tegangan dan regangan pada beton akibat pembebanan perlu
diperhatikan
• Modulus Elastisitas yang akan berubah akibat perubahan hubungan diagram
tegangan regangan Ec = 4800 √fc N/mm
Syarat – Syarat Tegangan Beton
Tegangan yang diijinkan terjadi pada serat beton ditentukan di dalam berbagai
peraturan. Seperti ACI, ASHTO, SNI, dan lain-lain. Salah satu di antaranya menurut
ACI yakni :
- Saat transfer
Tekan : 0,6 x kekuatan silinder transfer
Tarik : √ kekuatan silinder transfer
- Beban Kerja
Tekan : 0.45 kekuatan silinder
Tarik : √ kekuatan silinder
2. Baja
Untuk sistem prategang digunakan baja mutu tinggi. Dimana baja mutu tinggi ini
biasanya memiliki Kndungan karbon yang cukup tinggi. Baja mutu tinggi diharapkan
mampu menerima kekuatan tarik yang cukup tinggi untuk mampu menghasilkan gaya
prategang yang cukup besar.
Kekuatan tarik ultimate baja bermutu tinggi bervariasi menurut diameter kawat atau
tendon. Kekuatan tariknya agak berkurang untuk diameter kawat yang semakin
membesar
Ex : Dim 3, fy = 1900 N/mm2 Dim 4, fy = 1750 N/mm2.
Baja yang diijinkan digunakan adalah baja mutu tinggi dengan tegangan ijin
diantaranya adalah ( Krishna Raju tab 2.6)
Syarat tegangan ijin yg diperlukan ditetapkan oleh beberapa peraturan. Di antaranya
ACI sebagai berikut :
 Awal : 80 % kuat tarik ultimit
 Transfer : 70 % kuat tarik ultimit
 Beban Kerja : -

Hal – hal yg harus diperhatikan untuk mewujudkan baja mutu tinggi :


 Relaksasi tegangan baja berkurangnya tegangan baja pada regangan konstan
 Karat tegangan peristiwa korosi yang dapat menurunkan tegangan baja
 Kerapuhan oleh hidrogen akan mengakibatkan retak yang merapuhkan baja
Jenis – jenis tendon
 Kawat :
Ukuran : 3, 4, 5, 7, 8 mm
Macam : Kawat polos, dan bergigi
Kekuatan karakteristik : 1400 – 1900 MPa
 Batang Baja
Ukuran : 10 - 40 mm
Kekuatan karakteristik : 1000 MPa
 Untaian Kawat Baja (Strand)
Ukuran : 2 – 15 mm
Beban Patah : 13 - 230 KN

Prinsip Kerja Beton Prategang


Dapat dikatakan bahwa kelemahan-kelemahan yang dimilki oleh beton bertulang
akhirnya menuntun pengembangan ide pemakaian prinsip beton pratekan saat ini. Prinsip
kerjanya ialah pemberian tekanan pada penampang beton sebelum adanya tarikan karena
beban luar. Karena hal inilah, maka tarikan bisa tereduksi sebagian atau seluruhnya.
Pada perhitungannya, maka struktur beton prategang ini tidak lepas dari bebrapa
proses. Yang pertama ialah dengan melakukan desain pendahuluan atau disebut
dengan preliminary design. Lalu diikuti proses berulang guna memperoleh desain yang pasti
atau fix design. Karenanya, dalam semua proses tersebut diperlukan pengetahuan dan
pengalaman khususnya dalam desain.

Dalam prosesnya, maka dibutuhkan jenis baja yang spesifik. Beberapa jenis baja yang
sering dipakai ialah :

 Kawat tunggal atau wires, digunakan untuk beton prategang sistem pratarik


 Untaian kawat atau strand, digunakan untuk beton prategang sistem pratarik
 Kawat batangan atau bars, dipakai untuk beton prategang sistem pratarik
 Tulangan biasa, digunakan sebagai tulangan non-prategang
Jenis baja yang dipilih harus pula memenuhi beberapa spesifikasi. Salah satunya
ialah kawat tersebut merupakan baja tulangan kekuatan tinggi. Dengan demikian,
beton ini dapat memenuhi tujuan konstruksi yang diinginkan

Selain baja prategang diatas, beton prategang masih memerlukan penulangan biasa
yang tidak diberi gaya prategang, seperti tulangan memanjang, sengkang, tulangan untuk
pengangkuran dan lain-lain.

Jenis-jenis lain tendon yang sering digunakan untuk beton prategang pada sitem pre-
tension adalah seven-wire strand dan single-wire. Untuk seven-wire ini, satu bendel kawat
teriri dari 7 buah kawat, sedangkan single wire terdiri dari kawat tunggal.
Sedangkan untuk beton prategang dengan sistem post-tension sering digunakan
tendon monostrand, batang tunggal, multi-wire dan multi-strand. Untuk jenis post-tension
method ini tendon dapat bersifat bonded (dimana saluran kabel diisi dengan material
grouting) dan unbonded saluran kabel di-isi dengan minyak gemuk atau grease. Tujuan utama
dari grouting ini adalah untuk :
 Melindungi tendon dari korosi

 Mengembangkan lekatan antara baja prategang dan beton sekitarnya.

Material grouting ini biasanya terdiri dari campuran semen dan air dengan w/c ratio
0,5 dan admixe (water reducing dan expansive agent)
Proses pemberian tegangan berupa gaya konsentris pada beton prategang dapat dilaksanakan
melalui 2 cara yaitu :

1. Pre-Tensioned Prestressed
Metode pelaksanaan beton prategang pratarik (pre-tensioned) dilakukan
melalui pemberian tegangan pada saat kondisi beton belum terlalu mengeras dan
belum dicor. Selanjutnya gaya konsentris yang ada di tegangan tetap
dipertahankan sampai beton tersebut mengering dan kondisinya benar-benar
mengeras.

Jadi kabel tendon akan diikat pada 2 buah angkur yakni angkur hidup dan
angkur mati. Kemudian angkur hidup yang telah ditanam di beton akan ditarik
menggunakan dongkrak. Tujuannya agar kabel tendon di dalamnya menjadi
semakin panjang. Dari sinilah gaya konsentris muncul dan memperkuat beton
tersebut.

2. Post-Tensioned Prestressed
Pemberian tegangan pada metode pelaksanaan beton prategang pasca tarik
(post-tensioned) dilaksanakan ketika kondisi beton sudah mengeras dengan
sempurna. Cara ini umumnya diaplikasikan pada konstruksi bangunan bentang
menengah sampai bangunan bentang lebar.

Di dalam metode ini, tidak diharuskan pemakaian kabel tendon yang diikat ke
angkur hidup dan angkur mati. Tetapi syarat utamanya yaitu beton wajib
dikeringkan sampai kondisinya benar-benar keras sesuai dengan umur yang telah
ditentukan. Setelah itu, dongkrak dipasang di angkur untuk menarik kabel tendon
hingga mencapai tegangan yang sudah direncanakan.

Berikut ini tahap-tahap metode pelaksanaan beton prategang menggunakan


cara post-tensioned yang meliputi :

1. Siapkan bekisting sebagai cetakan beton. Pastikan bekisting tersebut sudah


memiliki lubang untuk pemasangan kabel tendon. Lubang ini dibuat secara
melengkung sesuai bidang momen balok. Barulah kemudian beton tersebut
dicor.
2. Setelah kondisi beton yang dicor sudah kering dan mampu memikul beban
sendiri, selanjutnya kabel tendon dimasukkan ke dalam lubang yang tersedia.
Berikutnya kabel tendon diikat di 2 buah angkur. Lalu tarik salah satu angkur
agar beton mendapatkan gaya prategang. Namun ada pula yang menarik
kedua angkur ini secara bersama-sama. Kemudian dilakukan grouting pada
lubang angkur tersebut.
3. Beton yang sudah diangkur akan tertekan oleh gaya prategang. Hal ini
menandakan kalau gaya konsentris telah berhasil diteruskan ke beton. Gaya
konsentris dari kabel tendon memberikan beban merata ke seluruh bidang
beton yang arahnya ke atas karena kabel tendon tersebut dipasang
melengkung. Ini pula yang mengakibatkan bentuk balok menjadi
melengkung ke atas.
Kesimpulan
Sebagai material yang paling banyak digunakan untuk mendirikan suatu bangunan,
beton telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Kini sudah banyak tercipta jenis-
jenis beton yang baru dari pengembangan beton konvensional. Salah satunya yaitu beton
prategang. Ini merupakan beton khusus yang telah diberi gaya prategang untuk meningkatkan
kekuatannya terhadap gaya tarik. Beton prategang dikembangkan dari beton bertulang.

Beton prategang dibuat untuk mengatasi kekurangan dari beton biasa yang sangat
lemah dari gaya tarik. Inilah penyebab utamanya mengapa beton mengalami keretakan yang
membuat strukturnya menjadi lemah. Meski masalah ini sudah berhasil diatasi oleh beton
bertulang, tetapi material yang dibutuhkan untuk membangun beton bertulang sangat banyak.
Hal ini membuat biaya pembangunannya pun menjadi banyak sekali. Beton prategang adalah
beton yang memiliki kekuatan untuk menahan tekanan berat dan tekanan tarik sekaligus.
Beton ini diberi tegangan-tegangan internal supaya mampu mengurangi atau menghilangkan
gaya tarik di dalamnya.

Tegangan internal yang didapatkan beton prategang dihasilkan oleh tulangan baja.
Mengapa dipilih tulangan dari baja? Karena baja mempunyai kekuatan yang sangat baik
terhadap gaya tarik. Oleh sebab itu, kita memanfaatkan kemampuan dari baja tersebut untuk
memperkuat beton. Kombinasi antara beton dan baja yang dibentuk sedemikian rupa ini lalu
menghasilkan material baru yang bernama beton prategang.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Beton_prategang, diakses 5 Oktober 2022

https://www.builder.id/beton-prategang/, diakses 5 Oktober 2022

https://text-id.123dok.com/document/oy8n7e80y-sejarah-perkembangan-beton-
prategang.html, diakses 5 Oktober 2022

https://arafuru.com/sipil/metode-pelaksanaan-beton-prategang.html#:~:text=Metode
%20pelaksanaan%20beton%20prategang%20pratarik,dan%20kondisinya%20benar
%2Dbenar%20mengeras. , diakses 5 Oktober 2022

Anda mungkin juga menyukai