Anda di halaman 1dari 40

STRUKTUR BETON PRATEGANG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan. Terkadang, satu atau
lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik
tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu
pengerasan. Seperti substansi-substansi
substansi -substansi mirip batuan lainnya, beton memiliki kuat
tekan yang tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah. Beton pratekan adalah suatu
kombinasi antara beton dan baja dimana tulangan baja berfungsi menyediakan kuat
tarik yang tidak dimiliki beton biasa.

Beton mempunyai sifat yang bagus, yaitu mempunya kapasitas tekan yang
tinggi. Akan tetapi, beton juga mempunyai sifat yang buruk, yaitu lemah jika
dibebani tarik. Sedangkan baja mempunyai kapasitas yang tinggi terhadap beban
tarik, tetapi mempunyai kapasitas tekan yang rendah karena bentuknya yang
langsing (akan mudah mengalami tekuk terhadap beban tekan). Namun, dengan
menempatkan baja dibagian beton yang mengalami tegangan tarik akan
mengeliminasi kekurangan dari beton terhadap beban tarik.
Beton Pratekan adalah beton pratekan yang telah diberikan tegangan tekan
dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja.

Beton pratekan pada dasarnya adalah beton di mana tegangan-tegangan internal


dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa sehingga
tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh beban-beban luar dilawan sampai suatu
tingkat yang diinginkan. Pratekan meliputi tambahan gaya tekan pada struktur
untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan gaya tarik internal dan dalam hal ini
retak pada beton dapat dihilangkan. Pada beton pratekan, pratekan pada umumnya
diberikan dengan menarik baja tulangan. Gaya tekan disebabkan oleh reaksi baja
tulangan yang ditarik, mengakibatkan berkurangnya retak, elemen beton pratekan
akan jauh lebih kokoh dari elemen beton pratekan biasa. Pratekanan juga

MUKTI 1
STRUKTUR BETON PRATEGANG

menyebabkan gaya dalam yang berlawanan dengan gaya luar dan mengurangi atau
bahkan menghilangkan lendutan secara signifikan pada struktur.
Beton yang digunkan dalam beton pratekan adalah mempunyai kuat tekan
yang cukup tinggi dengan nilai f’c
f’c min K-300, modulus elastis yang tinggi dan
mengalami rangkak ultimit yang lebih kecil, yang menghasilkan kehilangan
pratekan yang lebih kecil pada baja. Kuat tekan yang tinggi ini diperlukan untuk
menahan tegangan tekan pada serat tertekan, pengangkuran tendon, mencegah
terjadinya keretakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah beton prategang ?
2. Apakah itu beton Prategang ?
3. Konsep dasar beton Prategang?
4. Jenis-jenis struktur beton Prategang?
5. Material balok post-tension?
6. Metode pelaksanaan balok post tension?
7. Metode pembuatan?

1.3 Maksud dan Tujuan


Makalah ini di buat bertujuan untuk mengetahui informasi tentang beton
prategang baik dari sejarah, pengertian, perbedaan maupun cara mendesain.
mendesain.

MUKTI 2
STRUKTUR BETON PRATEGANG

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Beton Prategang

Penerapan pertama dari beton prategang dimulai oleh P.H. Jackson dari
California, Amerika Serikat. Pada tahun 1886 telah dibuat hak paten dari kontruksi
beton prategang yang dipakai untuk pelat dan atap. Pada waktu yang hampir
bersamaan yaitu pada tahun 1888, C.E.W. Doehting dari Jerman memperoleh hak
paten untuk
untuk memprategang pelat beton dari kawat baja. Tetapi gaya prategang yang
diterapkan dalam waktu yang singkat menjadi hilang karena rendahnya mutu dan
kekuatan baja. Untuk mengatasi hal tersebut oleh G.R. Steiner dari Amerika Serikat
pada tahun 1908 mengusulkan dilakukannya penegangan kembali. Sedangkan J.
Mandl dan M. Koenen dari Jerman menyelidiki identitas
identit as dan besar kehilangan gaya

prategang. Eugen Freyssonet dari Perancis yang pertama-tama menemukan


pentingnya kehilangan gaya
gaya prategang dan usaha untuk mengatasinya.
mengatasinya. Berdasarkan
pengalamannya membangun jembatan pelengkung pada tahun 1907 dan 1927,
maka disarankan untuk memakai baja dengan kekuataan yang sangat tinggi dan
perpanjangan yang besar. Kemudian pada tahun 1940 diperkenalkan sistem
prategang yang pertama dengan bentang 47 meter di Philadelphia (Walnut Lane
Bridge) seperti gambar dibawah ini :

Gambar 1.1 Jembatan Walnut Lane, Philadelphia

Sumber : www.phillyhistory.org

MUKTI 3
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Setelah Fresyssinnet para sarjana lain juga menemukan metode-metide


prategang. Mereka adalah G.Magnel (Belgia), Y.Guyon (Perancis), P. Abeles
(Inggris), F. Leonhardt (Jerman), V.V. Mikhailov (Rusia), dan T.Y. Lin (Amerika
Serikat). Sekarang telah dikembangkan banyak sistim dan teknik prategang. Dan
beton prategangan sekarang telah diterima dan banyak dipakai, setelah melalui
banyak penyempurnaan hampir pada setiap elemen beton prategang, misalnya pada
jembatan, komponen bangunan seperti balok, pelat dan kolom, pipa dan tiang
panjang, terowongan dan lain sebagainya. Dengan beton prategang dapat dibuat
betang yang besar tetapi langsing.

a). Yves Gunyon


Yves Gunyon adalah seorang insinyur Perancis dan telah menerbitkan buku
Masterpiecenya “ Beton precontraint” (2 jilid) pada tahun 1951. Beliau
memecahkan kesulitan dalam segi perhitungan struktur dari beton pratekan yang
diakibatkan oleh gaya-gaya tambahan disebabkan oleh pembesian pratekan pada
struktur yang mana dijuluki sebagai “Gaya
“Ga ya Parasit” maka Guyon dianggap sebagai
yang memberikan dasar dan latar belakang ilmiah dari beton pratekan.

b). T.Y. Lin


T.Y. Lin adalah seorang insinyur kelahiran Taiwan yang merupakan guru
besar di California University, Merkovoy. Keberhasilan beliau yaitu mampu
memperhitungkan gaya-gaya parasit yang tejadi pada struktur. Ia mengemukakan
teorinya pada tahun 1963 tentang “ Load Balancing”. Dengan cara ini kawat atau
kabel prategang diberi bentuk dan gaya yang sedemikian rupa sehingga sebagian
dari beban rencana yang telah datetapkan dapat diimbangi seutuhnya pada beban
seimbang ini. Didalam struktur tidak terjadi lendutan dan karenanya tidak bekerja
momen lentur apapun, sedangkan tegangan beton pada penampang struktur bekerja
merata. Beban-beban lain diluar beban seimbang (beban vertikal dan horizontal)
merupakan “inbalanced load”, yang akibatnya pada struktur dapat dihitung
dihit ung dengan
mudah dengan menggunakan teori struktur biasa. Tegangan akhir dalam
penampang didapat dengan menggunakan tegangan merata akibat “balanced” dan
tegangan lentur akibat “unbalanced load”. Tanpa melalui
melalui prosedur rumit dapat

MUKTI 4
STRUKTUR BETON PRATEGANG

dihitung dengan mudah dan cepat. Gagasan ini telah menjurus kepada pemakaian
baja tulangan biasa disamping baja prategang,
prate gang, yaitu dimana baja prategang
prate gang hanya
diperuntukkan guna memikul akibat dari inbalanced load.
l oad.
Teori “inbalanced load” telah mengakibatkan perkembangan yang sangat
pesat dalam menggunakan beton pratekan
pratekan dalam gedung-gedung bertingkat tinggi.
Struktur flat slab, struktur shell, dan lain-lain. Terutama di Amerika dewasa ini
boleh dikatakan tidak ada gedung bertingkat yang tidak menggunakan beton
pratekan didalam strukturnya.
T.Y. Lin juga telah berhasil membuktikan bahwa beton pratekan dapat
dipakai dengan aman dalam bangunan-bangunan didaerah gempa, setelah
sebelumnya beton pratekan dianggap sebagai bahan yang kurang kenyal (ductile)
untuk dipakai didaerah-daerah gempa, tetapi dikombinasikan dengan tulangan baja
biasa ternyata beton pratekan cukup kenyal, sehingga dapat memikul dengan baik
perubahan-perubahan bentuk yang
yang diakibatkan oleh gempa.

c). P.W. Abeles


P.W. Abeles adalah seorang insinyur Inggris, yang sangat gigih mendongkrak
aliran ”full prestressing”, karena penggunaanya tidak kompetitif terhadap
penggunaan beton bertulang biasa dengan menggunakan baja tulangan mutu tinggi.
tinggi.
Penggunaan full prestressing ini tidak ekonomis, menurut berbagai penelitian biaya
struktur dengan beton pratekan dan full prestressing dapat sampai 3,5 atau 4 kali
lebih mahal dari pada struktur yang sama tetapi dari beton bertulang biasa dengan
menggunakan tulangan baja mutu tinggi. Dengan demikian timbullah
ti mbullah gagasan baru
yang dikemukakan oleh P.W. Abeles untuk mengkombinasikan prinsip pratekan
dengan prinsip penulangan penampang atau dikenal dengan nama “partial
prestressing”. Yang mana didalam penampang diijinkan diadakannya bagi
tulangan, lebar retak dapat dikombinasikan dengan baik.
“Partial prestressing” telah disetujui oleh Chief Engineer’s Departement
untuk digunakan pada jembatan-jembatan kereta api di Inggris, dimana tegangan
tarik boleh terjadi sampai 45 kg/cm2 dengan lebar retak yang dikendalikan dengan
memasang baja tulangan biasa. Freyssinet sendiri menjelang akhir karirnya telah
mengakui juga bahwa “partial prestressing” mengembangkan struktur -struktur

MUKTI 5
STRUKTUR BETON PRATEGANG

tertentu. Begitupun dengan teori “load balancing” dari T.W. Lin yang ikut
mendorong dipakainya “partial prestressing” karena pertimbangannya kecuali segi
ekonomis juga segi praktisnya bagi perencanaan.

2.2 Definisi Beton Prategang


Prategang
Definisi beton prategang menurut beberapa peraturan adalah sebagai berikut:
a. Menurut PBI – 1971
Beton prategang adalah beton bertulang dimana telah ditimbulkan tegangan-
tegangan intern dengan nilai dan pembagian yang sedemikian rupa hingga
tegangan-tegangan akibat beton-beton dapat dinetralkan sampai suatu taraf
yang diinginkan.
b. Menurut Draft Konsensus Pedoman Beton 1998
Beton prategang adalah beton bertulang dimana telah diberikan tegangan dalam
untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton
b eton akibat pemberian beban
yang bekerja.
c. Menurut ACI
Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal dengan besar
dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas
tertentu tegangan yang terjadi akibat beban eksternal.
Dapat ditambahkan bahwa beton prategang, dalam arti seluas-luasnya, dapat
juga termasuk keadaan (kasus) dimana tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh
regangan-regangan internal diimbangi sampai batas tertentu, seperti pada
konstruksi yang melengkung (busur). Tetapi dalam tulisan ini pembahasannya
dibatasi dengan beton prategang yang memakai tulangan baja yang ditarik dan
dikenal sebagai tendon.

2.3 Konsep Dasar Beton Prategang


Ada tiga konsep yang berbeda-beda yang dapat dipakai untuk menjelaskan
dan menganalisis sifat-sifat dasar dari beton prategang:
a. Konsep pertama: Sistem prategang untuk mengubah beton menjadi bahan yang
elastis. Ini merupakan buah pemikiran Eugene Freyssinet yang
memvisualisasikan beton prategang pada dasarnya adalah beton yang

MUKTI 6
STRUKTUR BETON PRATEGANG

ditransformasikan dari bahan yang getas menjadi bahan yang elastis dengan
memberikan tekanan (desakan) terlebih dahulu (pratekan) pada bahan tersebut.
Dari konsep ini lahirlah kriteria ”tidak ada tegangan tarik” pada beton. Pada
umumnya telah diketahui bahwa jika tidak ada tegangan
tega ngan tarik pada beton, berarti
tidak akan terjadi retak, dan beton tidak merupakan bahan yang getas lagi
melainkan berubah menjadi bahan yang elastis.
Dalam bentuk yang paling sederhana, ambillah balok persegi panjang yang
diberi gaya prategang oleh sebuah tendon sentris (cgs berimpit cgc), lihat
Gambar 1.1. Akibat gaya prategang F, akan timbul tegangan tekan merata
sebesar :
F
 = ............................................
...................................................................
.............................................
...............................
......... (1.1)
A

Jika M adalah momen eksternal pada penampang akibat beban dan berat sendiri
balok, maka tegangan pada setiap titik sepanjang penampang
penampang akibat M adalah :
M v
 = ..........................................
.................................................................
.............................................
...............................
......... (1.2)
I

dimana y adalah jarak dari sumbu yang melalui titik berat dan I adalah momen
inersia penampang. Jadi distribusi tegangan yang dihasilkan adalah:
F M v
 = ± .............................................
...................................................................
..........................................
.................... (1.3)
A I

Gambar 2.1 Distribusi tegangan beton prategang sentris

MUKTI 7
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Bila tendon ditempatkan eksentris (sebesar e), maka distribusi tegangannya


(lihat Gambar 1.2) menjadi :
F F e v M v
 = + + .........................................
...............................................................
.............................(1.4)
.......(1.4)
A I I

F e v

dimana I adalah tegangan akibat momen eksentris.

Gambar 2.2 Distribusi tegangan beton prategang eksentris

b. Konsep kedua, Sistem prategang untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan
beton. Konsep ini mempertimbangkan beton prategang sebagai kombinasi
(gabungan) dari baja dan beton, seperti pada beton bertulang, dimana baja
menahan tarikan dan beton menahan tekanan, dengan demikian kedua bahan
membentuk kopel penahan untuk melawan momen eksternal (Gambar 1.3).
1.3).
Pada beton prategang, baja mutu tinggi dipakai dengan jalan menariknya
sebalum kekuatannya dimanfaatkan sepenuhnya. Jika baja mutu tinggi ditanam
pada beton, seperti pada beton bertulang biasa, beton disekitarnya akan menjadi
retak berat sebelum seluruh kekuatan baja digunakan (Gambar 1.4).
1.4). oleh karena
itu, baja perlu ditarik sebelumnya (pratarik) terhadap
terhada p beton. Dengan menarik dan
menjangkarkan ke beton dihasilkan tegangan dan regangan yang diinginkan
pada kedua bahan, tegangan dan regangan
r egangan tekan pada beton ser
serta
ta tegangan dan
regangan pada baja. Kombinasi ini memungkinkan pemakaian yang aman dan
ekonomis dari kedua bahan dimana hal ini tidak dapat dicapai jika baja hanya
ditanamkan dalam bentuk seperti pada beton bertulang biasa.

MUKTI 8
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Gambar 2.3 Momen penahan internal pada balok beton prategang


dan beton bertulang

Gambar 2.4 Balok beton menggunakan


menggunakan baja mutu
mutu tinggi

c. Konsep ketiga, Sistem prategang untuk mencapai perimbangan beban. Konsep


ini terutama menggunakan prategang sebagai suatu usaha untuk membuat
seimbang gaya-gaya pada sebuah batang (lihat Gambar 1.5 dan Gambar 1.6).
Penerapan dari konsep ini menganggap beton diambil sebagai benda bebas dan
menggantikan tendon dengan gaya-gaya yang bekerja pada beton sepanjang
beton.

Gambar 2.5 Balok prategang dengan tendon parabola

MUKTI 9
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Gambar 2.6 Balok prategang dengan tendon membengkok

Uraian secara lebih mendetail tentang ketiga konsep diatas akan dibahas pada
bab-bab selanjutnya.

Dengan konsep ini dimensi Balok bisa menjadi lebih kecil walaupun dengan
bentangan balok yang cukup panjang.

Sistem pra-tegang yang akan digunakan harus dipilih dengan memenuhi semua
peraturan yang dipakai di Indonesia.
Indonesia. Pada umumnya
umumnya tidak terdapat perubahan pada
pada
posisi sentroid gaya pra-tegang total sepanjang elemen dan pada besar gaya pra-
tegang efektif akhir sebagaimana yang direncanakan.

Tidak seperti beton konvensional, beton prategang mengalami beberapa tahap


pembebanan. Pada setiap tahap pembebanan harus dilakukan pengecekan atas
kondisi serat tekan dan serat tarik dari setiap penampang. Pada tahap tersebut
berlaku tegangan ijin yang
yang berbeda-beda sesuai kondisi beton dan tendon. Ada
Ada dua
tahap pembebanan pada beton prategang, yaitu transfer dan service.

1. Tahap transfer adalah tahap pada saat beton sudah mulai mengering dan
dilakukan penarikan kabel prategang. Pada saat ini biasanya yang bekerja
hanya beban mati struktur, yaitu berat sendiri struktur ditambah beban
pekerja dan alat. Pada saat ini beban hidup belum bekerja sehingga momen
yang bekerja adalah minimum, sementara gaya yang bekerja adalah
maksimum karena belum ada kehilangan gaya prategang.
2. Kondisi service (servis) adalah kondisi pada saat beton prategang
digunakan sebagai komponen struktur. Kondisi ini dicapai setelah semua
kehilangan gaya prategang dipertimbangkan. Pada saat ini beban luar pada
kondisi yang maksimum sedangkan gaya pratekan mendekati harga
minimum.

Beton Prategang ( Prestressed concrete ) mempunyai beberapa keunggulan bila


dibandingkan dengan beton konvensional biasa, antara lain:

MUKTI 10
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Kelebihan dari segi teknis :

 Terhindarnya retak terbuka didaerah tarik, sehingga beton prategang akan


lebih tahan terhadap korosi.
 Kedap air, bagus digunakan untuk proyek yang dekat dengan perairan.
perair an.
 Karena terbentuknya lawan lendut akibat gaya prategang sebelum beban
rencana bekerja, maka lendutan akhir setelah beban rencana bekerja, akan
lebih kecil dari pada beton bertulang biasa.
 Efisien karena dimensi penampang struktur akan lebih kecil atau langsing,
sebab seluruh luas penampang dipergunakan secara efektif.
 Jumlah penggunaan baja jauh lebih sedikit dari pada jumlah berat besi
penulangan pada konstruksi beton konvensional
konvensional biasa.
 Ketahanan terhadap geser dan ketahanan terhadap puntirnya meningkat.

kelebihan dari segi teknis ini akan mempengaruhi biaya untuk memproduksi beton
prategang itu sendiri, dan dari segi ekonomis beton prategang juga memiliki
beberapa kelebihan antara lain :

 Volume beton yang digunakan untuk produksi beton prategang lebih sedikit
 Jumlah baja/besi yang digunakan untuk produksi beton prategang sedikit.

Beton prategang akan lebih menguntungkan jika dibuat dalam jumlah besar
 beton prategang
prate gang hampir tidak memerlukan biaya
bia ya pemeliharan, lebih tahan
lama karena, dapat membuat balok dengan bentang yang lebih panjang.

Dengan menggunakan beton prategang bisa menghemat waktu pelaksanaan


konstruksi.

JENIS-JENIS STRUKTUR BETON PRATEGANG

1. Menurut waktu penarikan baja prategang: Pra Penarikan (Pre Tension)

Pre stressing dilakukan terlebih dahulu baru dilakukan pengecoran

Penarikan Purna (Post Tension)

MUKTI 11
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Stressing dilakukan setelah pengecoran

2. Letak baja prategang: Internal Prestressing

Komponen Pra tegang ada didalam struktur

External Prestressing

Komponen Pra tegang ada di luar Struktur

MUKTI 12
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Materiall Balok POST TENSION STRAND


Materia

Strand

a) Untaian kawat (strand) pra-tegang harus terdiri dari 7 kawat (wire) dengan kuat
tarik tinggi, bebas tegangan, relaksasi rendah dengan panjang menerus tanpa
sambungan atau kopel sesuai dengan AASHTO M203 – 90. Untaian kawat tersebut
harus mempunyai kekuatan leleh minimum sebesar 16.000 kg/cm2 dan kekuatan
batas minimum dari 19.000 kg/cm2.
kg/cm2.

b) Kawat (wire) pra-tegang harus terdiri dari kawat dengan ku


kuat
at tarik tinggi
tinggi dengan
panjang menerus tanpa sambungan atau kopel dan harus sesuai dengan AASHTO
M204 – 89.

c) Batang logam campuran dengan kuat tarik tinggi harus bebas tegangan kemu-
dian diregangkan secara dingin minimum sebesar 9.100 kg/cm2.

Setelah peregangan dingin, maka sifat fisiknya akan menjadi sebagai berikut :

Kekuatan batas tarik minimum : 10.000 kg/cm2. Kekuatan leleh minimum, diukur
dengan per- panjangan 0,7% menurut metode pembebanan tidak boleh kurang dari:
9.100 kg/cm2. Modulus elastisitas minimum : 25.000.000 kg/cm2 Pemuluran
(elongation) min. setelah runtuh (rupture) dihitung rata-rata terhadap 20 batang : 4
%. Toleransi diamater : + 0,76 mm dan – 0,25 mm

Spesifikasi strand yang digunakan adalah sebagai berikut :

Material : Sevenwire stress-relieve uncoated strand


Type & grade : Nominal diameter 12.7 mm
Nominal steel area 98.71 mm2
Minimum ultimate tension strength 183.7 kN
Minimum yield tension strength 156.1 kN
Specification : ASTM A416-90 (Grade 270) – Low relaxation

MUKTI 13
STRUKTUR BETON PRATEGANG

DUCT

Duct, tempat untuk Strand

Duct atau sering juga disebut sebagai selongsong ini berfungsi sebagai
seba gai pembungkus
strand. Selongsong yang disediakan untuk kabel post tension harus dibentuk
dib entuk dengan
bantuan selongsong berusuk yang lentur atau selongsong logam bergelombang
yang digalvanisasi. Bahan dasarnya adalah ”galvaized zinc’ yang berupa pipa
berulir, dan harus cukup kaku untuk
untuk mempertahankan profil yang diinginkan antara
antara
titik-titik penunjang selama pekerjaan penegangan. Ujung selongsong harus dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan gerak bebas pada ujung jangkar.
Sambungan antara ruas-ruas selongsong harus benar-benar merupakan
me rupakan sambungan
logam dan segera harus ditutup sampai rapat dengan menggunakan lakban tahan air
untuk mencegah kebocoran adukan.

Sambungan antar Duct

Selongsong harus bebas dari belahan, retakan, dan sebagainya. Sambungan harus
dibuat dengan hati-hati dengan cara sedemikian hingga saling mengikat rapat
dengan adukan. Selongsong yang rusak harus dikeluarkan dari tempat kerja.
Lubang udara harus disediakan pada puncak dan pada tempat lainnya dimana
diperlukan sedemikian hingga penyuntikan adukan semen dapat mengisi semua
rongga sepanjang seluruh panjang selongsong sampai penuh.

MUKTI 14
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Tabel Diameter Duct dan Jumlah Strand

ANGKUR

Angkur Hidup

Penjangkaran harus mampu menahan paling sedikit 95% kuat tarik minimum baja
pra-tegang, dan harus memberikan penyebaran tegangan yang merata dalam beton
pada ujung kabel pra-tegang. Perlengkapan harus disediakan untuk perlindungan
jangkar dari korosi.

Perkakas penjangkaran untuk semua sistem pasca-penegangan (post-tension) akan


dipasang tepat tegak lurus terhadap semua arah sumbu kabel untuk pasca-
penegangan. Jangkar harus dilengkapi dengan selongsong atau penghubung yang
cocok lainnya untuk memungkinkan penyuntikan (grouting).

MUKTI 15
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Angkur Mati Tipe H

Angkur Mati Tipe U

Ada 2 tipe angkur yang digunakan, yaitu angkur hidup dengan tipe S dan angkur
mati dengan tipe H dan tipe U. Angkur yang digunakan adalah angkur sistem VSL.

Tabel Jenis Angkur yang dipakai dan Jumlah Strand

MUKTI 16
STRUKTUR BETON PRATEGANG

BETON

Beton yang digunakan mempunyai kekuatan karakteristik fc’ = 40 Mpa. Kekuatan


hancur beton minimum saat penarikan adalah 80 % dari kekuatan beton
karakteristik, yaitu sebesar 320 kg/cm2. Kekuatan beton prestress minimum
disyaratkan pada umur 28 hari = 400 kg/cm2.

GROUTING

Komposisi bahan grouting yang digunakan adalah :

Semen : Tipe I 50 kg ( 1 zak )


Air : (40-45) % berat semen; 20-22,5 liter per zak semen
Additives : Cebex – 100 0.45 % dari berat semen; 225 gram per zak semen.

MUKTI 17
STRUKTUR BETON PRATEGANG

SUPPORT BAR

Support bar menggunakan besi dengan diameter 13 mm

Support Bar dipasang di dalam balok dan berfungsi sebagai dudukan duct agar
sesuai dengan elevasi yang tertera pada gambar kerja. Support bar menggunakan
besi dengan diameter 13 mm dan panjangnya
panjangnya disesuaikan dengan lebar balok.

BURSTING STEEL

Dipasang di belakang angkur hidup berfungsi sebagai tambahan


t ambahan perkuatan
tulangan pada saat stressing

Bursting steel dipasang di belakang angkur hidup berfungsi sebagai tambahan


perkuatan tulangan pada saat stressing. Ukuran, bentuk dan jarak disesuaikan
dengan gambar kerja.

MUKTI 18
STRUKTUR BETON PRATEGANG

SPIRAL

Berfungsi sebagai tambahan perkuatan tulangan pada saat stressing

Spiral hampir sama fungsinya dengan bursting steel tetapi spiral dipasang di depan
angkur mati. Berfungsi sebagai tambahan perkuatan tulangan pada saat stressing.
Ukuran, bentuk dan jarak disesuaikan dengan gambar kerja.

CASTING

Casting merupakan bagian dari angkur hidup

Casting merupakan bagian dari angkur hidup dan pemasangannya disesuaikan


dengan koordinat yang ada pada gambar kerja.

ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK BALOK POST TENSION

Hydraulic Jack 12 S

MUKTI 19
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Kapasitas 200 ton

Hydarulic Jack 12 S berfungsi sebagai alat untuk stressing strand. Alat ini hanya
bisa melakukan stressing maksimum dalam tendon berisi 12 strand.

Hydraulic Jack SA 519/ ZPE 19 (19 S)

Kapsitas 300 ton

Hydarulic Jack 19 S berfungsi sebagai alat untuk stressing strand. Alat ini hanya
bisa melakukan stressing maksimum dalam tendon berisi 19 strand.

MUKTI 20
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Hydarulic Jack TCH

Kapasitas 20 Ton

Hydarulic Jack TCH berfungsi sebagai alat untuk stressing strand. Alat ini hanya
bisa melakukan stressing 1 strand.

Hydraulic Pump PE 550 ( 1 Phase )

Max. Pressure : 10.000 Psi Kapasitas 9 Liter

Hydraulic Pump PE 550 ( 1 Phase ) berfungsi sebagai


s ebagai alat untuk mmberikan tenaga
dan menggerakkan Hydraulic jack. Alat ini menggunakan listrik 1 fase.

Hydraulic Pump PQ 1204 ( 3 Phase )

MUKTI 21
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Max. Pressure : 10.000 Psi Kapasitas 18 Liter

Hydraulic Pump PQ 1204 ( 3 Phase ) berfungsi sebagai alat untuk mmberikan


tenaga dan menggerakkan Hydraulic jack. Alat ini menggunakan listrik 3 fase.

Hydraulic Pump EHPS ¾

Hydraulic Pump EHPS ¾ berfungsi sebagai alat untuk mmberikan tenaga dan
menggerakkan Hydraulic jack.

Grout Pump

MUKTI 22
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Delivery 40 Liter/menit

Grout pump berfungsi sebagai mesin untuk memompakan semen grouting.

Alur Kerja Pekerjaan Balok Post Tension

MUKTI 23
STRUKTUR BETON PRATEGANG

METODE PELAKSANAAN BALOK POST TENSION

1. Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Kontraktor harus menyerahkan rincian sistim, peralatan dan bahan yang hendak
digunakan dalam operasi pra-tegang. Rincian tersebut harus meliputi metode dan
urutan penegangan, rincian lengkap untuk baja pra-tegang, perkakas penjangkaran,
penja ngkaran,
jenis selongsong dan setiap data relatif lainnya untuk operasi pra-tegang. Malahan
rincian tersebut harus menunjukkan setiap susunan dari baja tulangan yang bukan
pra-tegang seperti yang ditunjukkan dalam gambar kerja.
b) Bilamana sistim pra-tegang yang diusulkan oleh Kontraktor memerlukan
modifikasi dalam jumlah, bentuk atau ukuran baja tulangan, maka Kontraktor harus
menyerahkan gambar dan perhitungan yang cukup terinci untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Baja tulangan yang disediakan tidak boleh
kurang dari yang ditunjukkan dalam gambar kerja.

MUKTI 24
STRUKTUR BETON PRATEGANG

c) Suatu sertifikat persetujuan (perjanjian) resmi untuk sistim pra-tegang harus


diserahkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum penempatan setiap kabel
prategang. Sertifikat persetujuan ini harus dikeluarkan oleh suatu lembaga
pengujian yang resmi. Sebaliknya Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan
sedemikian hingga diperoleh suatu sertifikat persetujuan dari laboratorium pilihan
Direksi Pekerjaan atas biaya Kontraktor. Semua peraturan yang berhubungan
dengan sertifikat persetujuan ini selanjutnya harus tunduk pada persetujuan dari
Direksi Pekerjaan.
d) Untuk setiap jenis elemen pra-tegang Kontraktor harus menyerahkan 2 set semua
detil gambar kerja, disiapkan secara khusus untuk Kontrak, kepada Direksi
Pekerjaan untuk peninjauan ulang. Setelah peninjauan ulang, 3 set harus diserahkan
kepada Direksi Pekerjaan, untuk digunakan selama pelaksanaan. Detil gambar kerja
harus meliputi judul pekerjaan, nama struktur seperti ditunjukkan dalam Gambar,
dan nomor Kontrak. Kontraktor tidak boleh mengecor setiap elemen yang akan
dipra-tegangkan sebelum peninjauan ulang detil gambar kerja terinci selesai.
selesa i.

2. Penempatan Bahan

Strand dalam Gulungan

Kawat baja kuat tarik tinggi atau


at au batang baja kuat tarik ti
tinggi
nggi yang akan digunakan
dalam pekerjaan pra-tegang harus dipasok dalam gulungan berdiameter cukup besar
agar dapat mempertahankan sifat-sifat yang disyaratkan dan akan tetap lurus bila
dibuka dari gulungan tersebut. Bahan harus dalam kondisi baik, tidak tertekuk atau
bengkok. Strand didatangkan dalam bentuk gulungan, di mana setiap gulungan
merupakan satu potong strand dengan panjang yang sesuai dengan panjang yang
sesuai dengan panjang tendon pada bentang tersebut. Kabel harus disimpan dalam
kelompok-kelompok menurut ukuran dan panjangnya, diikat dan diberi labell abel yang
menunjukkan ukuran kabel dalam gulungan.

Penempatan strand pada ruang yang terlindung terhadap cuaca, memiliki sirkulasi
udara yang baik, serta diletakkan di atas balok penumpu. Bahan kabel, kawat,
batang baja, jangkar, selongsong harus disimpan di bawah atap yang kedap air,
diletakkan terpisah dari permukan tanah dan harus dilindungi dari setiap
kemungkinan kerusakan.

MUKTI 25
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Bahan tersebut harus bebas dari karat, kotoran, bahan lain yang lepas, minyak,
gemuk, cat, lumpur atau bahan-bahan lainnya yang tidak dikehendaki tetapi juga
tidak licin karena digosok.

penempatan Duct tidak bersentuhan dengan tanah

Duct didatangkan dalam bentuk batangan dengan panjang 4 m. Duct dan komponen
angkur disimpan dalam ruangan yang terlindung terhadap cuaca, memiliki sirkulasi
udara yang baik, serta diletakkan di atas beberapa tumpuan balok kayu.

3. Fabrikasi Strand

Strand dipotong sesuai dengan panjang lay out kabel


ka bel ditambah ± 0.8 m untuk
balok

Strand dipotong sesuai dengan panjang lay out kabel ditambah ± 0.8 m untuk balok
(sesuai dengan panjang alat stressing / jack yang dipakai) sebagai stressing length
untuk tiap angkur hidup.

Pemotongan dilakukan di lokasi proyek setelah tersedia areal yang cukup. Panjang
area yang dibutuhkan sama dengan panjang strand yang terpanjang yang akan
dipasang. Fabrikasi strand dilakukan dekat dengan areal lantai yang akan dipasang.

4. Pemasangan Strand

MUKTI 26
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Pada dasarnya pemasangan strand mengikuti pekerjaan pembesian balok

Kabel pra-tegang harus dirakit sesuai dengan petunjuk yang diikutsertakan dalam
sertifikat persetujuan pabrik. Sebelum perakitan, maka permukaan baja pra-tegang
harus diperiksa terhadap korosi. Karat lepas harus dibuang dengan tangan, yaitu
dengan lap kain guni atau wol baja halus dan setiap jenis minyak harus dibers
dibersihkan
ihkan
dengan menggunakan deterjen. Suatu lapisan karat yang tipis tidak dianggap
merusak asalkan baja tersebut tidak nampak keropos setelah dibersihkan dari karat.

Baja yang sangat berkarat atau baja yang keropos harus ditolak dan dikeluarkan
dari tempat kerja. Benda asing yang melekat pada baja harus dihilangkan setelah
pra-tegang atau sebelum penempatan dalam selongsong.
selongsong.

Profil Strand di dalam balok

Pada dasarnya pemasangan strand mengikuti pekerjaan pembesian balok. Pekerjaan


pertama pemasangan duct. Pekerjaan didahului oleh pemasangan pembesian
pembesi an arah
memanjang dan pemasangan besi web (sengkang). Selanjutnya dipasang support
bar sebagai dudukan duct pada tiap jarak 1 m (atau mengikuti gambar kerja).

MUKTI 27
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Selanjutnya duct diletakkan di atas support bar dan diikat dengan kawat ikat pada
setiap support bar. Karena panjang duct hanya 4 m, maka diperlukan duct dengan
diameter lebih besar 3 mm sepanjang 20 cm untuk menyabung duct tersebut. Pada
setiap sambungan dililit dengan masking tape.

Potongan Posisi Strand Tiap Section Balok

Pada tiap support bar harus diperiksa ketinggiannya terhadap bekisting bawah dan
harus sesuai dengan elevasi yang tertera pada gambar kerja. Selanjutnya
pemasangan strand dilakukan dengan cara menusuk tiap satuan strand ke dalam
duct dengan cara menusuk dari satu arah ke dalam duct satu persatu.

5. Pemasangan Angkur

Pemasangan Angkur Mati

Pemasangan angkur dilakukan setelah pemasangan strand ke dalam duct selesai.


Pemasangan bagian angkur hidup (casting) disesuaikan dengan koordinat yang ada
pada gambar kerja. Angkur dibaut atau dipaku pada box bekisting dan sambungan
antara angkur dengan duct dibalut dengan masking tape untuk mencegahnya
masuknya air semen ke dalam duct.

Di belakang angkur dipasang bursting steel sebagai tambahan perkuatan tulangan


pada saat stressing. Ukuran, bentuk dan jarak disesuaikan dengan gambar kerja.
Pada angkur mati juga dipasang bursting steel (spiral) sebagai tambahan perkuatan
tulangan pada saat stressing.

MUKTI 28
STRUKTUR BETON PRATEGANG

gambar Detail Pemasangan Angkur

Untuk selanjutnya setelah pemasangan duct, strand dan angkur selesai, maka
dilakukan pengecekan terakhir terhadap elevasi tendon secara keseluruhan.

6. Pekerjaan Stressing

Operasi penarikan kabel harus dikerjakan oleh tenaga yang terlatih dan
berpengalaman di bidangnya. Gaya pra
pra-tegang
-tegang harus diberikan dan dilepas secara
se cara
bertahap dan merata.
merata. Gaya awal harus diberikan untuk menghitung pemuluran yang
yang
diperlukan. Kabel harus ditandai untuk pengukuran pemuluran setelah tegangan
awal diberikan.

Bilamana terjadi slip pada salah satu kelompok kabel yang ditarik secara bersama-
sama, maka tegangan pada seluruh kabel harus dikendorkan, kabel-kabel diatur lagi
la gi
dan kelompok kabel tersebut ditarik kembali. Sebagai alternatif, jika kabel yang
slip tidak lebih dari dua, penarikan kelompok kabel dapat diteruskan sampai selesai
dan kabel yang kendor ditarik kemudian.

Gaya pra-tegang
pra-tegang segeraharus dipindahkan
setelah dari dongkrak
gaya yang diperlukan (ataupenarik ke abutment
pemuluran) landasan
dalam kabel telah
tercapai, dan tekanan dongkrak
dongkrak harus dilepas sebelum setiap operasi berikutnya
dimulai.

Pekerjaan ini dilaksanakan setelah mutu beton mencapai mutu seperti yang
ditetapkan oleh perencana. Sebelumnya akan dikirimkan proposal perhitungan
jacking force yang mencakup perhitungan elongation, data pembacaan manometer
dan kalibrasi peralatan stressing jack yang digunakan. Pekerjaan stressing ini akan
dilakukan bila kontrakator telah mengeluarkan surat perintah stressing dan setelah
proposal stressing mendapat persetujuan.

MUKTI 29
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan stressing adalah :

1. Anchor head/barrel ini dipasang dengan cara memasukkan ujung stressing


length ke lobang pada anchor head/barrel dan mendorongnya ke arah
casting sedekat mungkin. Selanjutnya wedges dipasang sesuai dengan
jumlah strand yang ada.
2. Stressing jack dipasang dan dirapatkan ke arah casting sehingga posisi
casting, anchor head/barrel dan stressing head rapat. Selanjutnya stressing
dapat dilaksanakan.
3. Selama stressing dicatat pembacaan manometer dan perpanjangan strand
yang terjadi pada formulir stressing.
4. Data yang tercatat dibandingkan dengan perhitungan teoritis dan ada
batasan bahwa deviasi terhadap teoritis tidak boleh lebih (+) atau
ata u kurang (-
) dari 7 %.
5. Jika terjadi deviasi kurang dari (-) 7 % , maka langsung diadakan penarikan
ulang tanpa melepas/menghilangkan gaya yang sudah ada. Dan jika terjadi
deviasi lebih besar dari (+) 7 %, maka hasil stressing akan digambarkan
pada sebuah grafik untuk melihat penyebab terjadinya penyimpangan
tersebut.
6. Hasil pencatatan stressing akan diserahkan kepada pihak konsultan
pengawas untuk dievaluasi dan pekerjaan selanjutnya baru dapat
dilaksanakan setelah pekerjaan stressing disetujui dan diterima oleh
perencana.
7. Pekerjaan selanjutnya adalah menutup anchor block/barrel dengan adukan
semen untuk persiapan pekerjaan grouting.

MUKTI 30
STRUKTUR BETON PRATEGANG

7. Pekerjaan Grouting

Prsoses Grouting

Pekerjaan ini adalah mengisi rongga udara antara strand dengan duct dan rongga
pada bagian dalam casting
casti ng dengan bahan grout. Tujuannya adalah untuk menjaga
bahaya korosi juga untuk mengikat strand dengan beton di sekelilingnya
s ekelilingnya menjadi
satu kesatuan. Digunakan campuran semen dengan air dan ditambahkan non
shrinkage additive. Bahan grout ini dimasukkan ke dalam duct dengan pompa
grouting dengan tekanan sebesar 5 kg/cm2. bahan ini dimasukkan dari salah satu
titik angkur (inlet) sampai keluar di ujung lainnya (outlet).

Lubang penyuntikan harus disediakan pada jangkar, pada titik atas dan bawah profil
kabel dan pada titk-titik lainnya yang cocok. Jumlah dan lokasi titik-titik ini harus
disetujui oleh Direksi Pekerjaan tetapi tidak boleh lebih dari 30 meter pada bagian
dari panjang selongsong. Lubang penyuntikan dan lubang pembuangan udara
paling tidak harus berdiameter 10 mm dan setiap lubang harus ditutup dengan katup
atau perlengkapan sejenis yang mampu menahan tekanan 5 kg/cm2 tanpa
kehilangan air, suntikan atau udara.

Kabel harus disuntik dalam waktu 24 jam sesudah penarikan kabel selesai
dilakukan kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan. Lubang penyuntikan
harus diuji dengan diisi air bertekanan 8 kg/cm2 selama satu jam sebelum
penyuntikan. Selanjutnya selongsong harus dibersihkan dengan air dan udara
bertekanan.

Peralatan pencampur harus dapat menghasilkan adukan semen dengan kekentalan


yang homogen dan harus mampu memasok secara menerus pada peralatan
penyuntikan. Peralatan penyuntikan tersebut harus mampu beroperasi secara
menerus dengan sedikit variasi tekanan dan harus mempunyai sistim untuk
mengalirkan kembali adukan bila-mana penyuntikan sedang tidak dijalankan.
Udara bertekanan tidak boleh digunakan. Peralatan tersebut harus mempunyai
tekanan tetap yang tidak melebihi 8 kg/cm2. Semua pipa yang disambungkan ke
pompa penyuntikan harus mempunyai suatu lengkung minimum, katup dan
sambungan penyesuai antar diameter. Semua pengatur arus ke pompa harus disetel
dengan saringan 1,0 mm. Semua peralatan, terutama pipa, harus dicuci sampai
bersih dengan air bersih setelah setiap rangkaian operasi dan pada akhir operasi
setiap hari.

MUKTI 31
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Interval waktu antar pencucian tidak boleh melebihi dari 3 jam. Peralatan tersebut
harus mampu mempertahankan tekanan pada selongsong yang telah disuntik
sampai penuh dan harus dilengkapi dengan katup yang dapat terkunci tanpa
kehilangan tekanan dalam selongsong. Pertama-tama air dimasukkan ke dalam alat
pencampur, kemudian semen. Bilamana telah dicampur sampai merata, jika
digunakan, maka aditif akan ditambahkan. Pengadukan harus dilanjutkan sampai

diperoleh suatumenurut
melebihi 0,45 kekentalan yang
takaran merata.
berat Rasio
kecuali air semenlain
ditentukan pada campuran
oleh tidak akan
Dir eksi Pekerjaan.
Direksi
Pencampuran tidak boleh dilakukan secara manual. Penyuntikan harus dikerjakan
dengan cukup lambat untuk menghindari timbulnya segregasi adukan. Cara
penyuntikan adukan harus sedemikian hingga dapat menjamin bahwa seluruh
selongsong terisi penuh dan penuh di sekeliling kabel. Grouting harus dapat
mengalir dari ujung bebas selongsong sampai kekentalannya ekivalen dengan
grouting yang disuntikkan. Lubang masuk harus ditutup dengan rapat. Setiap
lubang grouting harus ditutup dengan cara yang serupa secara berturut-turut dalam
arah aliran. Setelah suatu jangka waktu yang semestinya, maka penyuntikan
selanjutnya harus dilaksanakan untuk mengisi setiap rongga yang mungkin ada.

Setelah semua lubang ditutup, tekanan penyuntikan harus dipertahankan pada 5


kg/cm2 paling tidak selama satu menit. Selongsong penyuntikan tidak boleh
terpengaruh oleh goncangan atau getaran dalam waktu 1 hari setelah penyuntikan.
Tidak kurang dari 2 hari setelah penyuntikan, permukaan adukan dalam
penyuntikan dan lubang pembuangan udara harus diperiksa dan diperbaiki
sebagaimana diperlukan.

Kabel tidak boleh dipotong dalam waktu 7 hari setelah penyuntikan. Ujung kabel
harus dipotong sedemikian rupa sehingga minimum terdapat selimut beton setebal
3 cm pada ujung balok (end block).

Contoh Pencatatan Pekerjaan Stressing

Penarikan dari satu arah Tahap pertama diberikan gaya dengan pembacaan
manometer sebesar 5 Mpa /50 bar
ba r dan selanjutnya diukur perpanjangan strand yang

terjadi dan dicatat pada formulir stressing.


Tahap berikutnya dicatat tiap kelipatan 5 Mpa /50 bar sampai pembacaan
maksimum yang ditentukan.

MUKTI 32
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Data Pencatatan Stressing

Maximum pressure manometer = 490 bar


Maximum pressure manometer = 490 bar
Summary = 103 x (490/(490-50)) = 114.7 mm
Calculation = 110 mm
Deviation = ((114.7-110)/110) x 100 % = + 4.27 % < + 7 % (OK)

MUKTI 33
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Keuntungan dan Kerugian Beton Prategang


a. Keuntungan
Beton prategang memberikan keuntungan-keuntungan teknis besar
dibandingkan dengan konstruksi lainnya (beton bertulang biasa) seperti :

 Terhindarnya retak terbuka di daerah beton tarik, jadi lebih tahan terhadap
korosif.
Pada beton bertulang,

Pada beton prategang,

 Penampang struktur lebih kecil/langsing, sebab seluruh penampang dipakai


secara efektif.
Pada beton bertulang,

MUKTI 34
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Pada beton prategang,

Terlihat bahwa kekuatan penampang beton pratekan enam kali lebih besar jika
dibandingkan dengan beton bertulang.

 Ketahanan geser balok bertambah, yang disebabkan oleh pengaruh pratekan


yang mengurangi tegangan tarik utama (akan di bahas lebih lanjut pada
tegangan geser beton prategang). Pemakaian kabel yang melengkung,
khususnya dalam untuk bentang panjang membantu mengurangi gaya geser
yang timbul pada penampang tempat tumpuan.
 Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan dengan berat baja
tulangan biasa (1/5 – 1/3), sehingga berkurangnya beban mati yang diterima
pondasi.
 Biaya pemeliharaan beton prategang lebih kecil, karena tidak adanya retak-
retak pada kondisi beban kerja (terhindar dari bahaya korosi).

b. Kerugian
 Dituntut kwalitas bahan yang lebih tinggi
tin ggi (pemakaian beton dan baja mutu yang
lebih tinggi), yang harganya lebih mahal.
 Dituntut keahlian dan ketelitian yang lebih tinggi.

2.7 Material
a. Beton
Beton berkekuatan tinggi adalah perlu di dalam
dal am beton prategang oleh karena
materialnya memberikan tahanan yang tinggi dalam tegangan tarik, geser,
pengikatan dan dukungan.
dukungan.

MUKTI 35
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Dalam daerah angker, yang tegangan-tegangan dukungnya menjadi lebih


tinggi, beton berkekuatan tinggi selalu lebih disukai untuk menghindarkan
pengangkuran yang khusus, sehingga dapat memperkecil biaya.

Pada beton prategang penting untuk mengetahui diagram tegangan-

regangan untuk memperkirakan kehilangan gaya prategang dan juga untuk analisis
penampang.

Untuk lebih memahami sifat-sifat dan karakteristik dari beton mutu tinggi, pembaca
hendaknya mempelajari dari peraturan-peraturan tentang beton yang berlaku.

Gambar 2.12 Diagram tegangan-regangan beton menurut Hognestad

b. Baja
Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum untuk menghasilkan gaya
prategang dan mensuplai gaya tarik
tar ik pada beton prategang.
prate gang. Yang menjadi penting
juga dalam baja prategang adalah diagram tegangan-regangannya. Diagram
tegangan-regangan baja prategang (mutu tinggi) berbeda dengan baja beton biasa

(lihat Gambar 1.13).


1.13).

MUKTI 36
STRUKTUR BETON PRATEGANG

 Pada baja prategang diagram tegangan regangannya tidak tetap, tergantung


ter gantung dari
diameter baja dan bentuknya.
 Sedangkan pada baja biasa, mempunyai diagram tegangan-regangan yang tetap
untuk setiap diameter.

Gambar 2.13
2.13 Diagram tegangan-regangan baja

2.8 Perbedaan Beton Bertulang dan Beton Prategang

Tabel 2.1 Perbedaan Beton Bertulang dan Beton Prategang


Beton Bertulang Konvensional Beton Prategang
 Beton dan tulangan baja  Beton dan baja mutu tinggi
normal
 Penampang tidak efektif  Penampang efektif bekerja
 Mengalami retak  Tanpa retak
 Gaya geser yang besar >  Sengkang tidak menentukan >
sengkang dapat dipikul oleh
kelengkungan kabel
 Penampang gemuk / lebar >  Penampang ramping > ringan
berat
 Struktur lebih berat  Berat menjadi lebih ekonomis
 Penggunaan beton mutu tinggi  Beton mutu tinggi & baja mutu
> menghasilkan tulangan yang tinggi menghasilkan struktur
banyak yang ekonomis akibat berat yg
berkurang
 Tulangan tidak memberikan  Gaya prategang memberikan
kontribusi terhadap lendutan kontribusi terhadap perlawanan

MUKTI 37
STRUKTUR BETON PRATEGANG

lendutan akibat beban mati dan


hidup
 Korosi terjadi akibat retak  Tanpa retak >> tidak terjadi
beton korosi
 Beban repetisi tidak  Beban repetisi mempengaruhi
mempengaruhi tulangan pada tulangan prategang dan umur
umur struktur struktur
 Proses produksi >>  Proses produksi >> metoda
konvensional, lebih murah, khusus / rumit, lebih mahal,
penggunaan alat serta pekerja penggunaan alat dan skill
lebih sedikit dan supervisi pekerja khusus dan supervisi
yang konvensional yang ketat, tingkat ketelitian
yang tinggi
 Keruntuhan struktur tanpa  Keruntuhan struktur sebelum
peringatan batas runtuh dapat terdeteksi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

MUKTI 38
STRUKTUR BETON PRATEGANG

Beton prategang cukup banyak digunakan dalam konstruksi di Indonesia


karena penggunaan struktur beton prategang dinilai mempunyai banyak
keuntungan antara lain :
1. Strukur lebih ringan, langsing dan kaku.

2. Gaya prategang dapan mencegah atau mengurangi retak yang selanjutnya


dapat mencegah terjadinya korosi pada baja sehingga struktur lebih tahan
terhadap lingkungan yang korosif.
3. Lintasan tendon dapat diatur agar berkontribusi dalam menahan gaya
lintang.
4. Penghematan maksimum dapat dicapai pada struktur bentang panjang yang
akan lebih ekonomis bila dibandingkan dengan struktur beton bertulang
biasa dan struktur baja.
5. Dapat digunakan untuk struktur pracetak yang dapat memberikan jaminan

kualitas yang lebih baik kemudian dan kecepatan dalam pelaksanaan


konstruksi serta biaya awal yang lebih rendah.

3.2 Saran
Beton Prategang merupakan kontruksi yang memiliki banyak keuntungan
dan sudah banyak di aplikasikan di Indonesia namun Beton Prategang juga
memiliki kerugian. Untuk itu harus di persiapkan perencanaan yang matang agar
tidak terjadi kegagalan konstruksi.

DAFTAR PUSTAKA

 Sancrot Wordpress, Beton pratekan,

https://sancrot.wordpress.com/kuliah/beton-pratekan/

MUKTI 39
STRUKTUR BETON PRATEGANG

di akses pada tanggal 26 Oktober 2018


 Beton Prategang, Pengertian Beton Prategang, (2009 April)
http://betonprategang.blogspot.co.id/2009/04/pengertian-beton-
prategang.html

diakses pada tanggal 26 Oktober 2018


 Academia.edu, Perkembangan Beton Prategang
https://www.academia.edu/9476775/PERKEMBANGAN
https://www.academia.edu/9476775/PERKEMBANGAN_BETON_PRATE
_BETON_PRATEGA
GA
NG
diakses pada tanggal 28 Oktober 2018
 Konstruksi Bangunan, Jenis-jenis Beton dalam Konstruksi, (2013 Maret)
http://kontruksibangunan-kb1.blogspot.co.id/2013/03/jenis-jenis-beton-
dalam-konstruksi.html
diakses pada tanggal 28 Oktober 2018

My Zaviere, Sejarah Perkembangan Beton, (2009 Mei)
http://myzavier.blogspot.com/2009/05/sejarah-perkembangan-beton-
prategang.html
diakses pada tanggal 28 Oktober 2018
 Teknik Sipil Blog006, Makalah Beton Prategang, (2016 Oktober 2)
https://tekniksipilblog006.wordpress.com/2016/10/02/makalah-beton-
prategang/
diakses pada tanggal 28 Oktober 2018

MUKTI 40

Anda mungkin juga menyukai