BAB I
PENDAHULUAN
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan. Terkadang, satu atau
lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik
tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu
pengerasan. Seperti substansi-substansi
substansi -substansi mirip batuan lainnya, beton memiliki kuat
tekan yang tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah. Beton pratekan adalah suatu
kombinasi antara beton dan baja dimana tulangan baja berfungsi menyediakan kuat
tarik yang tidak dimiliki beton biasa.
Beton mempunyai sifat yang bagus, yaitu mempunya kapasitas tekan yang
tinggi. Akan tetapi, beton juga mempunyai sifat yang buruk, yaitu lemah jika
dibebani tarik. Sedangkan baja mempunyai kapasitas yang tinggi terhadap beban
tarik, tetapi mempunyai kapasitas tekan yang rendah karena bentuknya yang
langsing (akan mudah mengalami tekuk terhadap beban tekan). Namun, dengan
menempatkan baja dibagian beton yang mengalami tegangan tarik akan
mengeliminasi kekurangan dari beton terhadap beban tarik.
Beton Pratekan adalah beton pratekan yang telah diberikan tegangan tekan
dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja.
MUKTI 1
STRUKTUR BETON PRATEGANG
menyebabkan gaya dalam yang berlawanan dengan gaya luar dan mengurangi atau
bahkan menghilangkan lendutan secara signifikan pada struktur.
Beton yang digunkan dalam beton pratekan adalah mempunyai kuat tekan
yang cukup tinggi dengan nilai f’c
f’c min K-300, modulus elastis yang tinggi dan
mengalami rangkak ultimit yang lebih kecil, yang menghasilkan kehilangan
pratekan yang lebih kecil pada baja. Kuat tekan yang tinggi ini diperlukan untuk
menahan tegangan tekan pada serat tertekan, pengangkuran tendon, mencegah
terjadinya keretakan.
MUKTI 2
STRUKTUR BETON PRATEGANG
BAB II
PEMBAHASAN
Penerapan pertama dari beton prategang dimulai oleh P.H. Jackson dari
California, Amerika Serikat. Pada tahun 1886 telah dibuat hak paten dari kontruksi
beton prategang yang dipakai untuk pelat dan atap. Pada waktu yang hampir
bersamaan yaitu pada tahun 1888, C.E.W. Doehting dari Jerman memperoleh hak
paten untuk
untuk memprategang pelat beton dari kawat baja. Tetapi gaya prategang yang
diterapkan dalam waktu yang singkat menjadi hilang karena rendahnya mutu dan
kekuatan baja. Untuk mengatasi hal tersebut oleh G.R. Steiner dari Amerika Serikat
pada tahun 1908 mengusulkan dilakukannya penegangan kembali. Sedangkan J.
Mandl dan M. Koenen dari Jerman menyelidiki identitas
identit as dan besar kehilangan gaya
Sumber : www.phillyhistory.org
MUKTI 3
STRUKTUR BETON PRATEGANG
MUKTI 4
STRUKTUR BETON PRATEGANG
dihitung dengan mudah dan cepat. Gagasan ini telah menjurus kepada pemakaian
baja tulangan biasa disamping baja prategang,
prate gang, yaitu dimana baja prategang
prate gang hanya
diperuntukkan guna memikul akibat dari inbalanced load.
l oad.
Teori “inbalanced load” telah mengakibatkan perkembangan yang sangat
pesat dalam menggunakan beton pratekan
pratekan dalam gedung-gedung bertingkat tinggi.
Struktur flat slab, struktur shell, dan lain-lain. Terutama di Amerika dewasa ini
boleh dikatakan tidak ada gedung bertingkat yang tidak menggunakan beton
pratekan didalam strukturnya.
T.Y. Lin juga telah berhasil membuktikan bahwa beton pratekan dapat
dipakai dengan aman dalam bangunan-bangunan didaerah gempa, setelah
sebelumnya beton pratekan dianggap sebagai bahan yang kurang kenyal (ductile)
untuk dipakai didaerah-daerah gempa, tetapi dikombinasikan dengan tulangan baja
biasa ternyata beton pratekan cukup kenyal, sehingga dapat memikul dengan baik
perubahan-perubahan bentuk yang
yang diakibatkan oleh gempa.
MUKTI 5
STRUKTUR BETON PRATEGANG
tertentu. Begitupun dengan teori “load balancing” dari T.W. Lin yang ikut
mendorong dipakainya “partial prestressing” karena pertimbangannya kecuali segi
ekonomis juga segi praktisnya bagi perencanaan.
MUKTI 6
STRUKTUR BETON PRATEGANG
ditransformasikan dari bahan yang getas menjadi bahan yang elastis dengan
memberikan tekanan (desakan) terlebih dahulu (pratekan) pada bahan tersebut.
Dari konsep ini lahirlah kriteria ”tidak ada tegangan tarik” pada beton. Pada
umumnya telah diketahui bahwa jika tidak ada tegangan
tega ngan tarik pada beton, berarti
tidak akan terjadi retak, dan beton tidak merupakan bahan yang getas lagi
melainkan berubah menjadi bahan yang elastis.
Dalam bentuk yang paling sederhana, ambillah balok persegi panjang yang
diberi gaya prategang oleh sebuah tendon sentris (cgs berimpit cgc), lihat
Gambar 1.1. Akibat gaya prategang F, akan timbul tegangan tekan merata
sebesar :
F
= ............................................
...................................................................
.............................................
...............................
......... (1.1)
A
Jika M adalah momen eksternal pada penampang akibat beban dan berat sendiri
balok, maka tegangan pada setiap titik sepanjang penampang
penampang akibat M adalah :
M v
= ..........................................
.................................................................
.............................................
...............................
......... (1.2)
I
dimana y adalah jarak dari sumbu yang melalui titik berat dan I adalah momen
inersia penampang. Jadi distribusi tegangan yang dihasilkan adalah:
F M v
= ± .............................................
...................................................................
..........................................
.................... (1.3)
A I
MUKTI 7
STRUKTUR BETON PRATEGANG
F e v
b. Konsep kedua, Sistem prategang untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan
beton. Konsep ini mempertimbangkan beton prategang sebagai kombinasi
(gabungan) dari baja dan beton, seperti pada beton bertulang, dimana baja
menahan tarikan dan beton menahan tekanan, dengan demikian kedua bahan
membentuk kopel penahan untuk melawan momen eksternal (Gambar 1.3).
1.3).
Pada beton prategang, baja mutu tinggi dipakai dengan jalan menariknya
sebalum kekuatannya dimanfaatkan sepenuhnya. Jika baja mutu tinggi ditanam
pada beton, seperti pada beton bertulang biasa, beton disekitarnya akan menjadi
retak berat sebelum seluruh kekuatan baja digunakan (Gambar 1.4).
1.4). oleh karena
itu, baja perlu ditarik sebelumnya (pratarik) terhadap
terhada p beton. Dengan menarik dan
menjangkarkan ke beton dihasilkan tegangan dan regangan yang diinginkan
pada kedua bahan, tegangan dan regangan
r egangan tekan pada beton ser
serta
ta tegangan dan
regangan pada baja. Kombinasi ini memungkinkan pemakaian yang aman dan
ekonomis dari kedua bahan dimana hal ini tidak dapat dicapai jika baja hanya
ditanamkan dalam bentuk seperti pada beton bertulang biasa.
MUKTI 8
STRUKTUR BETON PRATEGANG
MUKTI 9
STRUKTUR BETON PRATEGANG
Uraian secara lebih mendetail tentang ketiga konsep diatas akan dibahas pada
bab-bab selanjutnya.
Dengan konsep ini dimensi Balok bisa menjadi lebih kecil walaupun dengan
bentangan balok yang cukup panjang.
Sistem pra-tegang yang akan digunakan harus dipilih dengan memenuhi semua
peraturan yang dipakai di Indonesia.
Indonesia. Pada umumnya
umumnya tidak terdapat perubahan pada
pada
posisi sentroid gaya pra-tegang total sepanjang elemen dan pada besar gaya pra-
tegang efektif akhir sebagaimana yang direncanakan.
1. Tahap transfer adalah tahap pada saat beton sudah mulai mengering dan
dilakukan penarikan kabel prategang. Pada saat ini biasanya yang bekerja
hanya beban mati struktur, yaitu berat sendiri struktur ditambah beban
pekerja dan alat. Pada saat ini beban hidup belum bekerja sehingga momen
yang bekerja adalah minimum, sementara gaya yang bekerja adalah
maksimum karena belum ada kehilangan gaya prategang.
2. Kondisi service (servis) adalah kondisi pada saat beton prategang
digunakan sebagai komponen struktur. Kondisi ini dicapai setelah semua
kehilangan gaya prategang dipertimbangkan. Pada saat ini beban luar pada
kondisi yang maksimum sedangkan gaya pratekan mendekati harga
minimum.
MUKTI 10
STRUKTUR BETON PRATEGANG
kelebihan dari segi teknis ini akan mempengaruhi biaya untuk memproduksi beton
prategang itu sendiri, dan dari segi ekonomis beton prategang juga memiliki
beberapa kelebihan antara lain :
Volume beton yang digunakan untuk produksi beton prategang lebih sedikit
Jumlah baja/besi yang digunakan untuk produksi beton prategang sedikit.
Beton prategang akan lebih menguntungkan jika dibuat dalam jumlah besar
beton prategang
prate gang hampir tidak memerlukan biaya
bia ya pemeliharan, lebih tahan
lama karena, dapat membuat balok dengan bentang yang lebih panjang.
MUKTI 11
STRUKTUR BETON PRATEGANG
External Prestressing
MUKTI 12
STRUKTUR BETON PRATEGANG
Strand
a) Untaian kawat (strand) pra-tegang harus terdiri dari 7 kawat (wire) dengan kuat
tarik tinggi, bebas tegangan, relaksasi rendah dengan panjang menerus tanpa
sambungan atau kopel sesuai dengan AASHTO M203 – 90. Untaian kawat tersebut
harus mempunyai kekuatan leleh minimum sebesar 16.000 kg/cm2 dan kekuatan
batas minimum dari 19.000 kg/cm2.
kg/cm2.
c) Batang logam campuran dengan kuat tarik tinggi harus bebas tegangan kemu-
dian diregangkan secara dingin minimum sebesar 9.100 kg/cm2.
Setelah peregangan dingin, maka sifat fisiknya akan menjadi sebagai berikut :
Kekuatan batas tarik minimum : 10.000 kg/cm2. Kekuatan leleh minimum, diukur
dengan per- panjangan 0,7% menurut metode pembebanan tidak boleh kurang dari:
9.100 kg/cm2. Modulus elastisitas minimum : 25.000.000 kg/cm2 Pemuluran
(elongation) min. setelah runtuh (rupture) dihitung rata-rata terhadap 20 batang : 4
%. Toleransi diamater : + 0,76 mm dan – 0,25 mm
MUKTI 13
STRUKTUR BETON PRATEGANG
DUCT
Duct atau sering juga disebut sebagai selongsong ini berfungsi sebagai
seba gai pembungkus
strand. Selongsong yang disediakan untuk kabel post tension harus dibentuk
dib entuk dengan
bantuan selongsong berusuk yang lentur atau selongsong logam bergelombang
yang digalvanisasi. Bahan dasarnya adalah ”galvaized zinc’ yang berupa pipa
berulir, dan harus cukup kaku untuk
untuk mempertahankan profil yang diinginkan antara
antara
titik-titik penunjang selama pekerjaan penegangan. Ujung selongsong harus dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan gerak bebas pada ujung jangkar.
Sambungan antara ruas-ruas selongsong harus benar-benar merupakan
me rupakan sambungan
logam dan segera harus ditutup sampai rapat dengan menggunakan lakban tahan air
untuk mencegah kebocoran adukan.
Selongsong harus bebas dari belahan, retakan, dan sebagainya. Sambungan harus
dibuat dengan hati-hati dengan cara sedemikian hingga saling mengikat rapat
dengan adukan. Selongsong yang rusak harus dikeluarkan dari tempat kerja.
Lubang udara harus disediakan pada puncak dan pada tempat lainnya dimana
diperlukan sedemikian hingga penyuntikan adukan semen dapat mengisi semua
rongga sepanjang seluruh panjang selongsong sampai penuh.
MUKTI 14
STRUKTUR BETON PRATEGANG
ANGKUR
Angkur Hidup
Penjangkaran harus mampu menahan paling sedikit 95% kuat tarik minimum baja
pra-tegang, dan harus memberikan penyebaran tegangan yang merata dalam beton
pada ujung kabel pra-tegang. Perlengkapan harus disediakan untuk perlindungan
jangkar dari korosi.
MUKTI 15
STRUKTUR BETON PRATEGANG
Ada 2 tipe angkur yang digunakan, yaitu angkur hidup dengan tipe S dan angkur
mati dengan tipe H dan tipe U. Angkur yang digunakan adalah angkur sistem VSL.
MUKTI 16
STRUKTUR BETON PRATEGANG
BETON
GROUTING
MUKTI 17
STRUKTUR BETON PRATEGANG
SUPPORT BAR
Support Bar dipasang di dalam balok dan berfungsi sebagai dudukan duct agar
sesuai dengan elevasi yang tertera pada gambar kerja. Support bar menggunakan
besi dengan diameter 13 mm dan panjangnya
panjangnya disesuaikan dengan lebar balok.
BURSTING STEEL
MUKTI 18
STRUKTUR BETON PRATEGANG
SPIRAL
Spiral hampir sama fungsinya dengan bursting steel tetapi spiral dipasang di depan
angkur mati. Berfungsi sebagai tambahan perkuatan tulangan pada saat stressing.
Ukuran, bentuk dan jarak disesuaikan dengan gambar kerja.
CASTING
Hydraulic Jack 12 S
MUKTI 19
STRUKTUR BETON PRATEGANG
Hydarulic Jack 12 S berfungsi sebagai alat untuk stressing strand. Alat ini hanya
bisa melakukan stressing maksimum dalam tendon berisi 12 strand.
Hydarulic Jack 19 S berfungsi sebagai alat untuk stressing strand. Alat ini hanya
bisa melakukan stressing maksimum dalam tendon berisi 19 strand.
MUKTI 20
STRUKTUR BETON PRATEGANG
Kapasitas 20 Ton
Hydarulic Jack TCH berfungsi sebagai alat untuk stressing strand. Alat ini hanya
bisa melakukan stressing 1 strand.
MUKTI 21
STRUKTUR BETON PRATEGANG
Hydraulic Pump EHPS ¾ berfungsi sebagai alat untuk mmberikan tenaga dan
menggerakkan Hydraulic jack.
Grout Pump
MUKTI 22
STRUKTUR BETON PRATEGANG
Delivery 40 Liter/menit
MUKTI 23
STRUKTUR BETON PRATEGANG
a) Kontraktor harus menyerahkan rincian sistim, peralatan dan bahan yang hendak
digunakan dalam operasi pra-tegang. Rincian tersebut harus meliputi metode dan
urutan penegangan, rincian lengkap untuk baja pra-tegang, perkakas penjangkaran,
penja ngkaran,
jenis selongsong dan setiap data relatif lainnya untuk operasi pra-tegang. Malahan
rincian tersebut harus menunjukkan setiap susunan dari baja tulangan yang bukan
pra-tegang seperti yang ditunjukkan dalam gambar kerja.
b) Bilamana sistim pra-tegang yang diusulkan oleh Kontraktor memerlukan
modifikasi dalam jumlah, bentuk atau ukuran baja tulangan, maka Kontraktor harus
menyerahkan gambar dan perhitungan yang cukup terinci untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Baja tulangan yang disediakan tidak boleh
kurang dari yang ditunjukkan dalam gambar kerja.
MUKTI 24
STRUKTUR BETON PRATEGANG
2. Penempatan Bahan
Penempatan strand pada ruang yang terlindung terhadap cuaca, memiliki sirkulasi
udara yang baik, serta diletakkan di atas balok penumpu. Bahan kabel, kawat,
batang baja, jangkar, selongsong harus disimpan di bawah atap yang kedap air,
diletakkan terpisah dari permukan tanah dan harus dilindungi dari setiap
kemungkinan kerusakan.
MUKTI 25
STRUKTUR BETON PRATEGANG
Bahan tersebut harus bebas dari karat, kotoran, bahan lain yang lepas, minyak,
gemuk, cat, lumpur atau bahan-bahan lainnya yang tidak dikehendaki tetapi juga
tidak licin karena digosok.
Duct didatangkan dalam bentuk batangan dengan panjang 4 m. Duct dan komponen
angkur disimpan dalam ruangan yang terlindung terhadap cuaca, memiliki sirkulasi
udara yang baik, serta diletakkan di atas beberapa tumpuan balok kayu.
3. Fabrikasi Strand
Strand dipotong sesuai dengan panjang lay out kabel ditambah ± 0.8 m untuk balok
(sesuai dengan panjang alat stressing / jack yang dipakai) sebagai stressing length
untuk tiap angkur hidup.
Pemotongan dilakukan di lokasi proyek setelah tersedia areal yang cukup. Panjang
area yang dibutuhkan sama dengan panjang strand yang terpanjang yang akan
dipasang. Fabrikasi strand dilakukan dekat dengan areal lantai yang akan dipasang.
4. Pemasangan Strand
MUKTI 26
STRUKTUR BETON PRATEGANG
Kabel pra-tegang harus dirakit sesuai dengan petunjuk yang diikutsertakan dalam
sertifikat persetujuan pabrik. Sebelum perakitan, maka permukaan baja pra-tegang
harus diperiksa terhadap korosi. Karat lepas harus dibuang dengan tangan, yaitu
dengan lap kain guni atau wol baja halus dan setiap jenis minyak harus dibers
dibersihkan
ihkan
dengan menggunakan deterjen. Suatu lapisan karat yang tipis tidak dianggap
merusak asalkan baja tersebut tidak nampak keropos setelah dibersihkan dari karat.
Baja yang sangat berkarat atau baja yang keropos harus ditolak dan dikeluarkan
dari tempat kerja. Benda asing yang melekat pada baja harus dihilangkan setelah
pra-tegang atau sebelum penempatan dalam selongsong.
selongsong.
MUKTI 27
STRUKTUR BETON PRATEGANG
Selanjutnya duct diletakkan di atas support bar dan diikat dengan kawat ikat pada
setiap support bar. Karena panjang duct hanya 4 m, maka diperlukan duct dengan
diameter lebih besar 3 mm sepanjang 20 cm untuk menyabung duct tersebut. Pada
setiap sambungan dililit dengan masking tape.
Pada tiap support bar harus diperiksa ketinggiannya terhadap bekisting bawah dan
harus sesuai dengan elevasi yang tertera pada gambar kerja. Selanjutnya
pemasangan strand dilakukan dengan cara menusuk tiap satuan strand ke dalam
duct dengan cara menusuk dari satu arah ke dalam duct satu persatu.
5. Pemasangan Angkur
MUKTI 28
STRUKTUR BETON PRATEGANG
Untuk selanjutnya setelah pemasangan duct, strand dan angkur selesai, maka
dilakukan pengecekan terakhir terhadap elevasi tendon secara keseluruhan.
6. Pekerjaan Stressing
Operasi penarikan kabel harus dikerjakan oleh tenaga yang terlatih dan
berpengalaman di bidangnya. Gaya pra
pra-tegang
-tegang harus diberikan dan dilepas secara
se cara
bertahap dan merata.
merata. Gaya awal harus diberikan untuk menghitung pemuluran yang
yang
diperlukan. Kabel harus ditandai untuk pengukuran pemuluran setelah tegangan
awal diberikan.
Bilamana terjadi slip pada salah satu kelompok kabel yang ditarik secara bersama-
sama, maka tegangan pada seluruh kabel harus dikendorkan, kabel-kabel diatur lagi
la gi
dan kelompok kabel tersebut ditarik kembali. Sebagai alternatif, jika kabel yang
slip tidak lebih dari dua, penarikan kelompok kabel dapat diteruskan sampai selesai
dan kabel yang kendor ditarik kemudian.
Gaya pra-tegang
pra-tegang segeraharus dipindahkan
setelah dari dongkrak
gaya yang diperlukan (ataupenarik ke abutment
pemuluran) landasan
dalam kabel telah
tercapai, dan tekanan dongkrak
dongkrak harus dilepas sebelum setiap operasi berikutnya
dimulai.
Pekerjaan ini dilaksanakan setelah mutu beton mencapai mutu seperti yang
ditetapkan oleh perencana. Sebelumnya akan dikirimkan proposal perhitungan
jacking force yang mencakup perhitungan elongation, data pembacaan manometer
dan kalibrasi peralatan stressing jack yang digunakan. Pekerjaan stressing ini akan
dilakukan bila kontrakator telah mengeluarkan surat perintah stressing dan setelah
proposal stressing mendapat persetujuan.
MUKTI 29
STRUKTUR BETON PRATEGANG
MUKTI 30
STRUKTUR BETON PRATEGANG
7. Pekerjaan Grouting
Prsoses Grouting
Pekerjaan ini adalah mengisi rongga udara antara strand dengan duct dan rongga
pada bagian dalam casting
casti ng dengan bahan grout. Tujuannya adalah untuk menjaga
bahaya korosi juga untuk mengikat strand dengan beton di sekelilingnya
s ekelilingnya menjadi
satu kesatuan. Digunakan campuran semen dengan air dan ditambahkan non
shrinkage additive. Bahan grout ini dimasukkan ke dalam duct dengan pompa
grouting dengan tekanan sebesar 5 kg/cm2. bahan ini dimasukkan dari salah satu
titik angkur (inlet) sampai keluar di ujung lainnya (outlet).
Lubang penyuntikan harus disediakan pada jangkar, pada titik atas dan bawah profil
kabel dan pada titk-titik lainnya yang cocok. Jumlah dan lokasi titik-titik ini harus
disetujui oleh Direksi Pekerjaan tetapi tidak boleh lebih dari 30 meter pada bagian
dari panjang selongsong. Lubang penyuntikan dan lubang pembuangan udara
paling tidak harus berdiameter 10 mm dan setiap lubang harus ditutup dengan katup
atau perlengkapan sejenis yang mampu menahan tekanan 5 kg/cm2 tanpa
kehilangan air, suntikan atau udara.
Kabel harus disuntik dalam waktu 24 jam sesudah penarikan kabel selesai
dilakukan kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan. Lubang penyuntikan
harus diuji dengan diisi air bertekanan 8 kg/cm2 selama satu jam sebelum
penyuntikan. Selanjutnya selongsong harus dibersihkan dengan air dan udara
bertekanan.
MUKTI 31
STRUKTUR BETON PRATEGANG
Interval waktu antar pencucian tidak boleh melebihi dari 3 jam. Peralatan tersebut
harus mampu mempertahankan tekanan pada selongsong yang telah disuntik
sampai penuh dan harus dilengkapi dengan katup yang dapat terkunci tanpa
kehilangan tekanan dalam selongsong. Pertama-tama air dimasukkan ke dalam alat
pencampur, kemudian semen. Bilamana telah dicampur sampai merata, jika
digunakan, maka aditif akan ditambahkan. Pengadukan harus dilanjutkan sampai
diperoleh suatumenurut
melebihi 0,45 kekentalan yang
takaran merata.
berat Rasio
kecuali air semenlain
ditentukan pada campuran
oleh tidak akan
Dir eksi Pekerjaan.
Direksi
Pencampuran tidak boleh dilakukan secara manual. Penyuntikan harus dikerjakan
dengan cukup lambat untuk menghindari timbulnya segregasi adukan. Cara
penyuntikan adukan harus sedemikian hingga dapat menjamin bahwa seluruh
selongsong terisi penuh dan penuh di sekeliling kabel. Grouting harus dapat
mengalir dari ujung bebas selongsong sampai kekentalannya ekivalen dengan
grouting yang disuntikkan. Lubang masuk harus ditutup dengan rapat. Setiap
lubang grouting harus ditutup dengan cara yang serupa secara berturut-turut dalam
arah aliran. Setelah suatu jangka waktu yang semestinya, maka penyuntikan
selanjutnya harus dilaksanakan untuk mengisi setiap rongga yang mungkin ada.
Kabel tidak boleh dipotong dalam waktu 7 hari setelah penyuntikan. Ujung kabel
harus dipotong sedemikian rupa sehingga minimum terdapat selimut beton setebal
3 cm pada ujung balok (end block).
Penarikan dari satu arah Tahap pertama diberikan gaya dengan pembacaan
manometer sebesar 5 Mpa /50 bar
ba r dan selanjutnya diukur perpanjangan strand yang
MUKTI 32
STRUKTUR BETON PRATEGANG
MUKTI 33
STRUKTUR BETON PRATEGANG
Terhindarnya retak terbuka di daerah beton tarik, jadi lebih tahan terhadap
korosif.
Pada beton bertulang,
MUKTI 34
STRUKTUR BETON PRATEGANG
Terlihat bahwa kekuatan penampang beton pratekan enam kali lebih besar jika
dibandingkan dengan beton bertulang.
b. Kerugian
Dituntut kwalitas bahan yang lebih tinggi
tin ggi (pemakaian beton dan baja mutu yang
lebih tinggi), yang harganya lebih mahal.
Dituntut keahlian dan ketelitian yang lebih tinggi.
2.7 Material
a. Beton
Beton berkekuatan tinggi adalah perlu di dalam
dal am beton prategang oleh karena
materialnya memberikan tahanan yang tinggi dalam tegangan tarik, geser,
pengikatan dan dukungan.
dukungan.
MUKTI 35
STRUKTUR BETON PRATEGANG
regangan untuk memperkirakan kehilangan gaya prategang dan juga untuk analisis
penampang.
Untuk lebih memahami sifat-sifat dan karakteristik dari beton mutu tinggi, pembaca
hendaknya mempelajari dari peraturan-peraturan tentang beton yang berlaku.
b. Baja
Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum untuk menghasilkan gaya
prategang dan mensuplai gaya tarik
tar ik pada beton prategang.
prate gang. Yang menjadi penting
juga dalam baja prategang adalah diagram tegangan-regangannya. Diagram
tegangan-regangan baja prategang (mutu tinggi) berbeda dengan baja beton biasa
MUKTI 36
STRUKTUR BETON PRATEGANG
Gambar 2.13
2.13 Diagram tegangan-regangan baja
MUKTI 37
STRUKTUR BETON PRATEGANG
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
MUKTI 38
STRUKTUR BETON PRATEGANG
3.2 Saran
Beton Prategang merupakan kontruksi yang memiliki banyak keuntungan
dan sudah banyak di aplikasikan di Indonesia namun Beton Prategang juga
memiliki kerugian. Untuk itu harus di persiapkan perencanaan yang matang agar
tidak terjadi kegagalan konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA
https://sancrot.wordpress.com/kuliah/beton-pratekan/
MUKTI 39
STRUKTUR BETON PRATEGANG
MUKTI 40