Anda di halaman 1dari 32

TUGAS

BETON
PRATEGANG DAN
PRECAST
OLEH :
REZA SYAHPUTRA (100404130)
DICKY ARYA DHARMA (100404156)
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page 1


A. BETON PRATEGANG (PRESTRESSED CONCRETE)

1. Sejarah

Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap tekan, tetapi
sebaliknya mempunyai kekuatan relative sangat rendah terhadap tarik.Beton tidak selamanya
bekerja secara efektif didalam penampang-penampang struktur beton bertulang, hanya bagian
tertekan saja yang efektif bekerja, sedangkan bagian beton yang retak dibagian yang tertarik tidak
bekerja efektif dan hanya merupakan beban mati yang tidak bermanfaat. Hal inilah yang
menyebabkan tidak dapatnya diciptakan srtuktur-struktur beton bertulang dengan
bentang yang panjang secara ekonomis, karena terlalu banyak beban mati yang tidak efektif.
Disampimg itu, retak-retak disekitar baja tulangan bisa berbahaya bagi struktur karena merupakan
tempat meresapnya air dan udara luar kedalam baja tulangan sehingga terjadi karatan. Putusnya
baja tulangan akibat karatan fatal akibatnya bagi struktur.
Dengan kekurangan-kekurangan yang dirasakan pada struktur beton bertulang seperti
diuraikan diatas, timbullah gagasan untuk menggunakan kombinasi-kombinasi bahan beton secara
lain, yaitu dengan memberikan pratekanan pada beton melalui kabel baja (tendon) yang ditarik
atau biasa disebut beton pratekan. Beton pratekan pertama kali ditemukan oleh Eugene Freyssinet
seorang insinyur Perancis. Ia mengemukakan bahwa untuk mengatasi rangkak,relaksasi dan slip
pada jangkar kawat atau pada kabel maka digunakan beton dan baja yang bermutu tinggi.
Disamping itu ia juga telah menciptakan suatu system panjang kawat dan system penarikan yang
baik, yang hingga kini masih dipakai dan terkenal dengan system Freyssinet.
Dengan demikian, Freyssinet telah berhasil menciptakan suatu jenis struktur baru sebagai
tandingan dari strktur beton bertulang. Karena penampang beton tidak pernah tertarik, maka
seluruh beban dapat dimanfaatkan seluruhnya dan dengan system ini dimungkinkanlah penciptaan
struktur-struktur yang langsing dan bentang-bentang yang panjang. Beton pratekan untuk pertama
kalinya dilaksanakan besar-besaran dengan sukses oleh Freyssinet pada tahun 1933 di Gare
Maritime pelabuhan LeHavre (Perancis). Freyssenet sebagai bapak beton pratekan segera diikuti
jejaknya oleh para ahli lain dalam mengembangkan lebih lanjut jenis struktur ini,seperti:
a) Yves Gunyon
Yves Gunyon adalah seorang insinyur Perancis dan telah menerbitkan buku Masterpiecenya
Beton precontraint (2 jilid) pada tahun 1951. Beliau memecahkan kesulitan dalam segi
perhitungan struktur dari beton pratekan yang diakibatkan oleh gaya-gaya tambahan
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page 2


disebabkan oleh pembesian pratekan pada struktur yang mana dijuluki sebagai Gaya
Parasit maka Guyon dianggap sebagai yang memberikan dasar dan latar belakang ilmiah
dari beton pratekan
b) T.Y. Lin
T.Y. Lin adalah seorang insinyur kelahiran Taiwan yang merupakan guru besar di California
University, Merkovoy. Keberhasilan beliau yaitu mampu memperhitungkan gaya-gaya
parasit yang tejadi pada struktur. Ia mengemukakan teorinya pada tahun 1963 tentang
Load Balancing. Dengan cara ini kawat atau kabel prategang diberi bentuk dan gaya yang
sedemikian rupa sehingga sebagian dari beban rencana yang telah datetapkan dapat
diimbangi seutuhnya pada beban seimbang ini. Didalam struktur tidak terjadi lendutan dan
karenanya tidak bekerja momen lentur apapun, sedangkan tegangan beton pada
penampang struktur bekerja merata. Beban-beban lain diluar beban seimbang (beban
vertikal dan horizontal) merupakan inbalanced load, yang akibatnya pada struktur dapat
dihitung dengan mudah dengan menggunakan teori struktur biasa. Tegangan akhir dalam
penampang didapat dengan menggunakan tegangan merata akibat balanced dan tegangan
lentur akibat unbalanced load. Tanpa melalui prosedur rumit dapat dihitung dengan
mudah dan cepat. Gagasan ini telah menjurus kepada pemakaian baja tulangan biasa
disamping baja prategang, yaitu dimana baja prategang hanya diperuntukkan guna
memikul akibat dari inbalanced load.
Teori inbalanced load telah mengakibatkan perkembangan yang sangat pesat dalam
menggunakan beton pratekan dalam gedung-gedung bertingkat tinggi. Struktur flat slab,
struktur shell, dan lain-lain. Terutama di Amerika dewasa ini boleh dikatakan tidak ada
gedung bertingkat yang tidak menggunakan beton pratekan didalam strukturnya.
T.Y. Lin juga telah berhasil membuktikan bahwa beton pratekan dapat dipakai dengan aman
dalam bangunan-bangunan didaerah gempa, setelah sebelumnya beton pratekan dianggap
sebagai bahan yang kurang kenyal (ductile) untuk dipakai didaerah-daerah gempa, tetapi
dikombinasikan dengan tulangan baja biasa ternyata beton pratekan cukup kenyal,
sehingga dapat memikul dengan baik perubahan-perubahan bentuk yang diakibatkan oleh
gempa.
c) P.W. Abeles
P.W. Abeles adalah seorang insinyur Inggris, yang sangat gigih mendongkrak aliran full
prestressing, karena penggunaanya tidak kompetitif terhadap penggunaan beton bertulang
biasa dengan menggunakan baja tulangan mutu tinggi. Penggunaan full prestressing ini
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page 3


tidak ekonomis, menurut berbagai penelitian biaya struktur dengan beton pratekan dan full
prestressing dapat sampai 3,5 atau 4 kali lebih mahal dari pada struktur yang sama tetapi
dari beton bertulang biasa dengan menggunakan tulangan baja mutu tinggi. Dengan
demikian timbullah gagasan baru yang dikemukakan oleh P.W. Abeles untuk
mengkombinasikan prinsip pratekan dengan prinsip penulangan penampang atau dikenal
dengan nama partial prestressing. Yang mana didalam penampang diijinkan diadakannya
bagi tulangan, lebar retak dapat dikombinasikan dengan baik. Partial prestressing telah
disetujui oleh Chief Engineers Departement untuk digunakan pada jembatan-jembatan
kereta api di Inggris, dimana tegangan tarik boleh terjadi sampai 45 kg/cm2 dengan lebar
retak yang dikendalikan dengan memasang baja tulangan biasa. Freyssinet sendiri
menjelang akhir karirnya telah mengakui juga bahwa partial prestressing
mengembangkan struktur-struktur tertentu. Begitupun dengan teori load balancing dari
T.W. Lin yang ikut mendorong dipakainya partial prestressing karena pertimbangannya
kecuali segi ekonomis juga segi praktisnya bagi perencanaan.

2. Perbedaan Antara Beton Prategang dengan Beton Konvensional

Beton bertulang atau beton konvensional adalah beton yang di dalamnya terkandung
batang tulangan yang direncanakan berdasarkan anggapan bahwa kedua bahan tersebut
bekerja sama dalam memikul beban (PBI 1971).
Pada beton bertulang seluruh pembebanan dipikul bersama - sama oleh
penampang beton tertekan dan tulangan tarik. Akan tetapi apabila pada daerah tertarik
beton konvensional mengalami retak, daerah ini tidak akan dapat lagi berfungsi untuk
memikul beban. Sehingga seluruh beban akan dipikul oleh penampang beton tertekan yang
masih utuh bersama tulangan tarik yang berfungsi mengambil alih tegangan tarik yang sudah
tidak dapat lagi dipikul oleh beton. Dan transfer tegangan tarik dari beton ke tulangan pada
beton konvensional tercipta karena adanya ikatan antara tulangan dan beton.
Sedangkan definisi yang diberikan oleh Komisi ACI (American Concrete Institute)
mengenai beton prategang yaitu Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan
internal dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai
batas tertentu tegangan yang terjadi akibat beban eksternal.

BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page 4


3. PRINSIP DASAR

Teknologi beton prategang yang dikembangkan dari beton konvensional juga
berdasarkan bahwa beton sangat kuat menahan gaya tekan dan memiliki tegangan tekan
hancur sangat tinggi namun sangat lemah dalam menahan gaya tarik. Pada beton
prategang rendahnya kapasitas kuat tarik tersebut diatasi dengan mengkombinasikan beton
berkekuatan tinggi dan baja mutu-tinggi secara aktif dengan cara menarik baja tersebut
dan menahannya ke beton sehingga membuat beton dalam keadaan tertekan. Penarikan baja
tersebut dilakukan sebelum beban mati dan beban hidup bekerja pada beton sehingga pada
awalnya(pra) beton dalam keadaan tertekan yang bertujuan untuk mengimbangi tegangan
tarik yang ditimbulkan oleh beban beban tersebut supaya dapat dieliminir atau bahkan
dihilangkan sama sekali, oleh karena itu disebut prategang(Prestressed).
Jadi pada beton konvensional maupun beton prategang memiliki prinsip utama
yang sama yaitu bahwa tulangan ditempatkan pada daerah yang nantinya akan mengalami
tegangan tarik akibat beban. Hanya saja pada beton konvensional tulangan berfungsi
mengambil alih tegangan tarik yang sudah tidak dapat lagi dipikul oleh beton, sedangkan
pada beton prategang tulangan (tendon) berfungsi menciptakan tegangan awal yang
nantinya harus mengimbangi tegangan tarik akibat beban.


Gambar 2.1 Balok persegi panjang dengan beban



BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page 5


Gambar 2.2 Balok diberi gaya prategang awal sebesar T





Gambar 2.3 Tegangan yang terjadi pada balok akibat beban hidup + beban mati





Gambar 2.4 Tegangan akibat gaya prategang awal

4. SISTEM PEMBERIAN PRATEGANG

Pada prestressed concrete, sistem pemberian gaya prategang atau transfer gaya prategang dari
tendon kepada beton ada dua macam, yaitu Pretensioned Prestressed Concrete (pra tarik)
dan Post-tensioned Prestress Concrete (pasca tarik).
i. Pretensioned Prestressed Concrete (pra tarik)
Adalah sistem pemberian gaya prategang pada beton pratekan dengan menarik baja
prategang (tendon) terlebih dahulu sebelum dilakukannya pengecoran. Cara
ini sering digunakan di laboratorium atau pabrik beton pracetak (PreCast Prestressed
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page 6


Concrete) dimana terdapat lantai penahan tarikan yang tetap atau di lapangan dimana
dinding penahan dapat dibuat secara ekonomis. Langkah langkah sistem pemberian
gaya prategang secara pratarik yaitu :
a. Tendon diregangkan diatas landasan (stressing bed) pracetak
berupa slab beton dengan lay out yang disesuaikan menurut perencanaan
dan dipasang atau diangker ke dinding penahan (bulkhead) yang didesain
untuk menahan gaya prategang yang besar. Tegangan ijin maksimum terhadap
gaya prategang yang diberikan pada tendon menurut peraturan ACI dan
AASHTO adalah sebesar 94 % dari kuat leleh tendon tetapi tidak lebih
besar daripada yang terkecil antara 80 % kuat tariknya dengan nilai
maksimum yang disarankan oleh pembuat jangkar atau tendon prategang.
b. Kemudian beton dicor dengan menuangkan adukan beton yang telah
disiapkan sesuai dengan spesifikasi dan mutu yang direncanakan ke dalam
bekisting yang mengelilingi tendon.
c. Setelah beton mengeras dan mencapai tingkat kekuatan
tertentu, pada umumnya sekitar 1@2 hari, baru tendon dipotong pada kedua
ujungnya. Pada kondisi awal ini beton harus mampu memikul tegangan yang
diakibatkan oleh gaya prategang, sedangkan tegangan akibat berat
sendiri gelagar pada umumnya tidak terlalu berpengaruh dikarenakan
konstruksi ini dikerjakan di pabrik dan balok bertumpu pada seluruh
bentangnya. Ketika tendon dipotong, transfer (peralihan) gaya prategang dari
tendon kepada beton terjadi karena ikatan atau lekatan (bond) antara
tendon dengan beton. Keadaan ini merupakan keadaan yang paling kritis
yang dihadapi oleh beton maupun tendon karena keduanya memikul
tegangan tertinggi yang akan terjadi selama waktu manfaat struktur tersebut.
Gaya prategang yang diberikan mengakibatkan beton dalam keadaan
tertekan dan memendek jika letak tendon konsentris yaitu berada pada titik
berat penampang beton (cgc-center gravity of concrete) atau cenderung
melengkung apabila tendon diletakkan diatas atau dibawah titik berat
penampang (eksentris).
d. Dan setelah memenuhi persyaratan serta cukup kuat untuk
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page 7


dipindahkan, beton dilepas dari bekistingnya dan landasan kerja siap untuk
digunakan lagi.

Batasan yang diberikan ACI terhadap tegangan atau tegangan ijin maksimum
yang terjadi sesaat setelah transfer gaya prategang pada bagian serat terluar yang mengalami
tegangan tekan adalah sebesar 0,6 f
ci
dan pada bagian serat terluar yang mengalami
tegangan tarik sebesar 3f
ci
kecuali pada ujung balok yang ditumpu sederhana sebesar
6f
ci
. Apabila tegangan tarik yang dihitung melebihi nilai yang tercantum, maka
penulangan lekatan tambahan baik non prategang ataupun prategang harus digunakan untuk
menahan gaya tarik total yang dihitung dengan asumsi penampang tak retak.

ii. Post-tensioned Prestress Concrete (pasca tarik)

Adalah sistem pemberian gaya prategang pada beton yang metodenya dilakukan dengan cara
menarik baja prategang (tendon) setelah balok dicor dan mencapai sebagian besar dari
kuat betonnya. Adapun langkah langkah pemberian gaya prategang secara pasca tarik
dibagi menjadi beberapa tahap :
a. Bekisting untuk beton prategang dipasang bersama dengan pipa
saluran (duct) yang akan digunakan untuk menempatkan tendon dan di
susun sedemikian rupa agar tata letak atau lay out pipa saluran tersebut
membentuk desain tertentu sesuai dengan momen lawan yang akan
diciptakan.
b. Kemudian beton dicor dengan menuangkan adukan beton yang telah
disiapkan sesuai dengan spesifikasi dan mutu yang direncanakan ke dalam
bekisting, dan pipa saluran dijaga agar tidak kemasukan adukan
tersebut. Setelah itu dilakukan perawatan terhadap beton selama beberapa
waktu hingga mencapai sebagian besar kekuatan betonnya.
c. Tendon dimasukkan ke dalam pipa saluran (duct) yang telah
disiapkan sebelumnya dan diangkur mati pada salah satu ujungnya, lalu tendon
ditarik dengan menggunakan dongkrak hidrolik pada ujung yang lain untuk
mendapatkan gaya prategang pada tendon sesuai dengan besar gaya prategang
yang direncanakan. Pemberian gaya prategang pada konstruksi ini
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page 8


dilakukan di lapangan dan transfer (peralihan) tegangan dari tendon ke
beton terjadi karena penjangkaran pada ujung penampang beton. Di kondisi
awal ini beton harus mampu memikul tegangan yang diakibatkan oleh gaya
prategang dan berat sendiri gelagar. Pada sistem pasca tarik kehilangan
tegangan sudah terjadi sejak penarikan tendon dimulai yang diakibatkan
oleh angkur slip, geekan antara tendon dengan pipa saluran (duct), dan
perpendekan elastis beton jika terdapat lebih dari satu tendon dengan
penarikan yang dilakukan secara berurutan. Tegangan ijin maksimum yang
diberikan sama dengan tegangan tegangan ijin maksimum pada beton
prategang pratarik baik pada saat transfer tegangan maupun pada saat kondisi
beban kerja setelah semua kehilangan tegangan terjadi.
d. Pada pipa saluran tempat tendon diletakkan masih terdapat
rongga di sekeliling tendon, oleh karena itu perlu diisi dengan bahan
suntikan semen (grouting) yang sesuai untuk memberikan proteksi
permanent dan meningkatkan lekatan antara tendon dengan beton di
sekelilingnya. Dan jika tidak direkatkan dengan grouting perlindungan pada
tendon pasca tarik harus dilakukan dengan melapisinya dengan bahan
pelindung seperti minyak atau bahan bahan lainnya.
Metode pemberian prategang seperti ini dapat dipakai pada elemen elemen baik
beton pracetak (precast) yang dibuat di pabrik maupun beton yang dicetak ditempat (cast in
place) Akan tetapi banyak juga yang menggunakan kombinasi antara kedua sistem
tersebut dengan jalan membuat konstruksi secara segmental atau terpisah menggunakan
sistem pracetak baru kemudian menyatukannya di lapangan dan pemberian gaya
prategangnya dilakukan dengan metode pasca tarik.

5. KEHILANGAN SEBAGIAN PRATEGANG

Tegangan pada tendon dari sebuah beton prategang mengalami pengurangan
seiring berjalannya waktu. Maka perlu diperkirakan besarnya kehilangan gaya prategang
secara keseluruhan agar dapat menentukan gaya prategang efektif yang dibutuhkan
pada perencanaan. Penentuan besarnya kehilangan sebagian gaya prategang secara tepat
sulit dilakukan khususnya yang bergantung kepada waktu karena kehilangan tersebut
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page 9


bergantung kepada berbagai factor yang saling berkaitan. Contohnya relaksasi pada
tendon, secara terus menerus mengalami perubahan tegangan akibat factor factor lain,
seperti rangkak pada beton, lalu pada gilirannya laju dari rangkak pada beton diubah oleh
perubahan pada tegangan tendon. Setiap factor pada kondisi yang berbeda dari tegangan,
keadaan lingkungan pembebanan dan factor faktor lainnya yang tidak pasti juga ikut
mempengaruhi kehilangan sebagian gaya prategang pada tendon. Kehilangan sebagian gaya
prategang secara umum disebabkan oleh kontribusi sebagian atau seluruh factor berikut ini :
a. Kehilangan Prategang Jangka Pendek (Short Term Losses)
i. Perpendekan Elastis Beton (Elastic Shortening)
Terjadi karena beton mengalami perpendekan ketika diberikan gaya
prategang, dan pada saat yang sama tendon yang telah melekat pada beton
yang memendek tersebut juga kehilangan sebagian tegangannya.
ii. Angkur Slip (Anchorage Set)
Kehilangan tegangan karena angkur slip pada struktur pascatarik
disebabkan adanya blok blok pada angker pada saat gaya pendongkrak
ditranfer ke angker
iii. Gesekan (Friction)
Diakibatkan oleh adanya gesekan antara tendon dengan beton di
sekelilingnya.


b. Kehilangan Prategang Jangka Panjang (Long Term Losses)

i. Relaksasi baja (Relaxation of the Stressed Tendons)
Terjadi karena tendon mengalami beton mengalami kelelahan (fatigue)
sehingga gaya prategang akan berkurang secara perlahan lahan
tergantung kepada lamanya waktu.
ii. Susut (Shrinkage of Concrete)
Kehilangan tegangan yang terjadi secara berangsur angsur karena
penguapan air pada beton.
iii. Rangkak (Creep of Concrete)
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
10


Kehilangan yang terjadi akibat beban yang terus menerus selama riwayat
pembebanan suatu elemen structural atau deformasi akibat tegangan
longitudinal. Kehilangan tegangan yang dialami oleh beton prategang
dengan sistem pasca tarik terjadi akibat seluruh factor factor tersebut
kecuali kehilangan tegangan akibat perpendekan elastis beton apabila
tendon ditarik secara bersamaan. Sedangkan pada beton prategang sistem
pratarik tidak terdapat kehilangan tegangan yang diakibatkan oleh gesekan
dan angkur slip.

6. Aplikasi
Penggunaan sistem prategang pada elemen struktural linier adalah dengan memberikan
gaya konsentris atau eksentris dalam arah longitudinal. Gaya ini mencegah berkembangnya retak
dengan cara mengeliminasi atau sangat mengurangi tegangan tarik di bagian tumpuan dan daerah
kritis pada kondisi beban kerja, sehingga dapat meningkatkan kapasitas lentur, geser, dan torsional
penampang tersebut.



BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
11







Selain itu, pemberian tegangan (stressing) juga digunakan pada cerobong reaktor nuklir,
pipa, dan tangki cairan, yang pada dasarnya mengikuti prinsip-prinsip dasar yang sama dengan
pemberian prategang linier. Tegangan melingkar pada struktur silindris atau kubah menetralisir
tegangan tarik di serat terluar dari permukaan kurvilinier yang disebabkan oleh tekanan
kandungan internal.
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
12










Struktur beton prategang mempunyai beberapa keuntungan, antara lain :
a. Terhindarnya retak terbuka di daerah tarik, jadi lebih tahan terhadap
keadaan korosif.
b. Kedap air, cocok untuk pipa dan tangki.
c. Karena terbentuknya lawan lendut sebelum beban rencana bekerja,
maka lendutan akhirnya akan lebih kecil dibandingkan pada beton bertulang.
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
13


d. Penampang struktur lebih kecil/langsing, sebab seluruh luas penampang
dipakai secara efektif.
e. Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah berat
besi beton biasa.
f. Ketahanan gesek balok dan ketahanan puntirnya bertambah. Maka
struktur dengan bentang besar dapat langsing. Tetapi ini menyebabkan
Natural Frequency dari struktur berkurang, sehingga menjadi dinamis
instabil akibat getaran gempa/angin, kecuali bila struktur itu memiliki
redaman yang cukup atau kekakuannya ditambah.

Adapun kekurangan dari penggunaan beton prategang adalah :

a. Dengan ketahanan gesek balok dan ketahanan puntirnya bertambah,
maka struktur dengan bentang besar dapat langsing. Tetapi ini
menyebabkan natural frequency dari struktur berkurang, sehingga menjadi
dinamis instabil akibat getaran gempa/angin, kecuali bila struktur itu memiliki
redaman yang cukup atau kekakuannya ditambah.
b. Penggunaan bahan-bahan bermutu tinggi mengakibatkan harga satuan
pekerjaan menjadi lebih tinggi.
c. Pengerjaan membutuhkan menuntut ketelitian yang lebih tinggi dan
pengawasan yang lebih ketat dari pelaksana ahli.

7. Sifat-Sifat Bahan
a. Beton
Untuk beton pratekan diperlukan mutu beton yang tinggi (min K-300) karena
mempunyai sifat penyusutan dan rangkak yang rendah mempunyai modulus
elastisitas dan modulus tekan yang tinggi serta dapat menerima tegangan yang
lebih besar dibandingkan beton mutu rendah,. Sifat-sifat ini sangat penting untuk
menghindarkan kehilangan tegangan yang cukup besar akibat sifat-sifat beton
tersebut.
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
14


b. Baja Prategang
Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum dipakai pada struktur
beton prategang. Baja untuk beton prategang terdiri dari:
i. Kawat baja.
Kawat baja disediakan dalam bentuk gulungan, kawat dipotong
dengan panjang tertentu dan dipasang di pabrik atau lapangan.
Baja harus bebas dari lemak untuk menjamin rekatan antara
beton dengan baja prategang.


ii. Untaian kawat (strand)
Kekuatan batas strand ada 2 jenis yaitu 1720 MPa dan 1860 MPa,
yang lazim dipakai adalah strand dengan 7 kawat.

Tabel spesifikasi strand 7 kawat
Nominal (mm) Luas Nominal mm
2
Kuat Putus (kN)
6,35 23,22 40
7,94 37,42 64,5
9,53 51,61 89
11,11 69,68 120,1
12,70 92,9 160,1
15,24 139,35 240,2

iii. Batang Baja
Batang baja yang digunakan untuk beton prategang disyaratkan
pada ASTM A 322, kekuatan batas minimum adalah 1000 MPa.
Modulus elastisitas 1,72 10
5
1,93.10
5
MPa. Batang baja mutu
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
15


tinggi tersedia pada panjang sekitar 24 m. Batang-batang baja
tersedia sampai 34,9 mm.




B. BETON PRECAST

1. SEJARAH PERKEMBANGAN SISTEM PRACETAK
Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika dibandingkan
dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal ini bisa dimaklumi, karena bahan-bahan
pembentukannya mudah terdapat di Indonesia, cukup awet, mudah dibentuk dan harganya
relatif terjangkau. Ada beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian dalam sistem
beton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama dan kurang bersih,
kontrol kualitas yang sulit ditingkatkan serta bahan-bahan dasar cetakan dari kayu dan
triplek yang semakin lama semakin mahal dan langka.
Konstruksi beton pracetak telah mengalami perkembangan yang sangat pesat di dunia,
termasuk di Indonesia dalam dekade terakhir ini, karena sistem ini mempunyai banyak
keunggulan dibanding sistem konvensional. Khusus di bidang gedung bertingkat medium
seperti Rumah Susun Sederhana, Sistem Pracetak telah terbukti dapat mendukung
pembangunan rumah susun dan rumah sederhana yang berkualitas, cepat dan ekonomis.
Sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, peneliti, penemu, lembaga penelitian, dan
industri pada bidang ini telah menghasilkan puluhan sistem bangunan baru hasil karya putra-
putra bangsa yang telah dipatenkan dan diterapkan secara aktif (Nurjaman dan
Sidjabat,2010 dalam M. Abduh 2007).
Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era
millennium baru ini. Pada dasarnya sistem ini melakukan pengecoran komponen di tempat
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
16


khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi) untuk
disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan sistem ini, antara lain mutu
yang terjamin, produksi cepat dan massal, pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan
rapi dengan kualitas produk yang baik. Perbandingan kualitatif antara strutur kayu, baja
serta beton konvensional dan pracetak dapat dilihat pada tabel :








Tabel 2.1. Perbandingan Kualitatif antara Kayu, Baja, dan Beton


Aspek

KAYU

BAJA
BETON

Konvensional

Pracetak
Pengadaan Semakin terbatas Utamanya impor Mudah Mudah
Permintaan Banyak Banyak Paling banyak Cukup
Pelaksanaan Sukar, Kotor Cepat, bersih Lama, kotor Cepat, bersih
Pemeliharaan Biaya Tinggi Biaya tinggi Biaya sedang Biaya sedang
Kualitas Tergantung spesies Tinggi Sedangtinggi Tinggi
Harga Semakin mahal Mahal Lebih murah Lebih murah
Tenaga Kerja Banyak Banyak Banyak Banyak
Lingkungan Tidak ramah Ramah Kurang ramah Ramah

Standar
Ada
(sedang
diperbaharui)

Ada ( sedang
diperbaharui)

Ada ( sedang
diperbaharui )
Belum ada
(sedang disusun)
Sumber buku kuliah struktur dan konstruksi ( Rahman,2010 )

Sistem pracetak telah banyak diaplikasikan di Indonesia, baik yang sistem dikembangkan di
dalam negeri maupun yang didatangkan dari luar negeri. Biasanya sistem pracetak yang
berbentuk komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom plat pantai.

a. Perkembangan Sistem Pracetak di Dunia

BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
17


Sistem pracetak jaman modern berkembang mula-mula di Negara Eropa. Struktur pracetak
pertama kali digunakan adalah sebagai balok beton precetak untuk Casino di Biarritz,
yang dibangun oleh kontraktor Coignet, Paris 1891. Pondasi beton bertulang
diperkenalkan oleh sebuah perusahaan Jerman, Wayss & Freytag di Hamburg dan mulai
digunakan tahun 1906. Th 1912 beberapa bangunan bertingkat menggunakan sistem
pracetak berbentuk komponen- komponen, seperti dinding, kolom dan lantai yang
diperkenalkan oleh John.E.Conzelmann. Struktur komponen pracetak beton bertulang juga
diperkenalkan di Jerman oleh Philip Holzmann AG, Dyckerhoff & Widmann G Wayss &
Freytag KG, Prteussag, Loser dll.
Sistem pracetak tahan gempa dipelopori pengembangannya di Selandia Baru. Amerika
dan Jepang yang dikenal sebagai Negara maju di dunia, ternyata baru melakukan
penelitian intensif tentang sistem pracetak tahan gempa pada tahun 1991. Dengan
membuat program penelitian bersama yang dinamakan PRESS (Precast Seismic Structure
System).
b. Perkembangan Sistem Pracetak di Indonesia
Indonesia telah mengenal sistem pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang
pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an. Sistem pracetak
semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi seperti Sistem
Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing Wall (1997),
Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem Jasubakim (1999), Sistem Bresphaka (1999)
dan sistem T-Cap (2000). Di Indonesia bangunan pracetak sering digunakan untuk
pembangunan rumah susun sewa (rusunawa)
Sehubungan dengan adanya Program Percepatan Pembangunan Rumah Susun yang digagas
Pemerintah pada tahun 2006, para pihak yang terkait dengan industri pracetak pada tahun
2007 telah mengembangkan dan menguji tahan gempa sistem pracetak untuk rumah
susun sederhana bertingkat tinggi yang telah siap digunakan untuk mendukung program
tersebut.
Sistem pracetak telah terbukti dapat mendukung pembangunan rumah susun dan rumah
sederhana yang berkualitas, cepat dan ekonomis. Sinergi antara pemerintah, perguruan
tinggi, peneliti, penemu, lembaga penelitian, dan industri pada bidang ini telah
menghasilkan puluhan sistem bangunan baru hasil karya putra-putra bangsa yang telah
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
18


dipatenkan dan diterapkan secara aktif.
Penerapan sistem pracetak untuk bangunan rusuna bertingkat tinggi pertama kali
dilakukan pada rusunami Pulogebang. Saat ini sudah ada rusunami bertingkat 16 lantai.
Pada kawasan Pulogebang juga dibangun Kawasan Sentra Timur dengan berpusat pada
hunian rusuna 20 24 lantai (Nurjaman dan Sidjabat,2000 dalam M. Abduh 2007).
Permasalahan mendasar dalam perkembangan sistem pracetak di Indonesia saat ini adalah :
i. Sistem ini relatif baru.
ii. Kurang tersosialisasikan jenisnya, produk dan kemampuan sistem pracetak yang
telah ada.
iii. Keandalan sambungan antar komponen untuk sistem pracetak terhadap beban
gempa.
iv. Belum adanya pedoman resmi mengenai tatacara analisis, perencanaan serta
tingkat kendalan khusus untuk sistem pracetak yang dapat dijadikan pedoman bagi
pelaku konstruksi.

2. Pengertian Beton Pracetak

Beton pracetak adalah teknologi konstruksi struktur beton dengan komponen-
komponen penyusun yang dicetak terlebih dahulu pada suatu tempat khusus (off site
fabrication), terkadang komponen-komponen tersebut disusun dan disatukan terlebih
dahulu (pre-assembly), dan selanjutnya dipasang di lokasi (installation), dengan demikian
sistem pracetak ini akan berbeda dengan konstruksi monolit terutama pada aspek
perencanaan yang tergantung atau ditentukan pula oleh metoda pelaksanaan dari
pabrikasi, penyatuan dan pemasangannya, serta ditentukan pula oleh teknis perilaku
sistem pracetak dalam hal cara penyambungan antar komponen join (Abduh,2007).
Beberapa prinsip yang dipercaya dapat memberikan manfaat lebih dari teknologi beton
pracetak ini antara lain terkait dengan waktu, biaya, kualitas, predictability, keandalan,
produktivitas, kesehatan, keselamatan, lingkungan, koordinasi, inovasi, reusability, serta
relocatability (Gibb,1999 dalam M. Abduh 2007)
Pelaksanaan bangunan dengan menggunakan metoda beton pracetak memiliki
kelebihan dan kekurangan. Hal tersebut disebabkan keuntungan metoda pelaksanaan
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
19


dengan mengunakan beton pracetak ini akan mencapai hasil yang maksimal jika pada
proyek konstruksi tersebut tercapai reduksi waktu pekerjaan dan reduksi biaya
konstruksi. Pada beberapa kasus desain propertis dengan metoda beton pracetak terjadi
kenaikkan biaya material beton disebabkan analisa propertis material tersebut harus
didesain juga terhadap aspek instalasi, pengangkatan, dan aspek transportasi sehingga
pemilihan dimensi dan kekuatan yang diperlukan menjadi lebih besar daripada desain
propertis dengan metoda cor ditempat. Selain itu pada proses instalasi elemen beton
pracetak memerlukan peralatan yang lebih banyak dari proses instalasi elemen beton cor
ditempat

3. Perbedaan Analisa Beton Pracetak dengan Beton Konvensional

Pada dasarnya mendesain konvensional ataupun pracetak adalah sama, beban-beban yang
diperhitungkan juga sama, faktor-faktor koefisien yang digunakan untuk perencanaan
juga sama, hanya mungkin yang membedakan adalah :
a. Desain pracetak memperhitungkan kondisi pengangkatan beton saat umur beton
belum mencapai 24 jam. Apakah dengan kondisi beton yang sangat muda saat
diangkat akan terjadi retak (crack) atau tidak. Di sini dibutuhkan analisa
desain tersendiri, dan tentunya tidak pernah diperhitungkan kalo kita menganalisa
beton secara konvensional.
b. Desain pracetak memperhitungkan metode pengangkatan, penyimpanan beton
pracetak di stock yard, pengiriman beton pracetak, dan pemasangan beton pracetak di
proyek. Kebanyakan beton pracetak dibuat di pabrik.
c. Pada desain pracetak menambahkan desain sambungan. Desain sambungan
di sini, didesain lebih kuat dari yang disambung.

4. Sistem Komponen Pracetak
Ada beberapa jenis komponen beton pracetak untuk struktur bangunan gedung dan
konstruksi lainnya yang biasa dipergunakan, yaitu :
a. Tiang pancang
b. Sheet pile dan dinding diaphragma.
c. Half solid slab (precast plank), hollow core slab, single-T, double-T, triple-T,
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
20


channel slabs dan lain-lain.
d. Balok beton pracetak dan balok beton pratekan pracetak (PC I Girder)
e. Kolom beton pracetak satu lantai atau multi lantai
f. Panel-panel dinding yang terdiri dari komponen yang solid, bagian dari
single-T atau double-T. Pada dinding tersebut dapat berfungsi sebagai
pendukung beban (shear wall) atau tidak mendukung beban
g. Jenis komponen pracetak lainnya, seperti : tangga, balok parapet, panel-
panel penutup dan unit-unit beton pracetak lainnya sesuai keinginan atau
imajinasi dari insinyur sipil dan arsitek.
Secara umum sistem struktur komponen beton pracetak dapat digolongkan sebagai berikut
(Nurjaman,2000 dalam M. Abduh 2007) :
a. Sistem struktur komponen pracetak sebagian, dimana kekakuan sistem
tidak terlalu dipengaruhi oleh pemutusan komponenisasi, misalnya
pracetak pelat, dinding di mana pemutusan dilakukan tidak pada balok dan
kolom/bukan pada titik kumpul
b. Sistem pracetak penuh, dalam sistem ini kolom dan balok serta pelat
dipracetak dan disambung, sehingga membentuk suatu bangunan yang
monolit.

Pada dasarnya penerapan sistem pracetak penuh akan lebih mengoptimalkan manfaat
dari aspek fabrikasi pracetak dengan catatan bahwa segala aspek kekuatan (strength),
kekakuan,layanan (serviceability) dan ekonomi dimasukkan dalam proses perencanaan

5. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Beton Pracetak

Struktur elemen pracetak memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan
struktur konvensional, antara lain :
a. Penyederhanaan pelaksanaan konstruksi.
b. Waktu pelaksanaan yang cepat.
c. Waktu pelaksanaan struktur merupakan pertimbangan utama dalam
pembangunan suatu proyek karena sangat erat kaitannya dengan biaya
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
21


proyek. Struktur elemen pracetak dapat dilaksanakan di pabrik bersamaan
dengan pelaksanaan pondasi di lapangan.
d. Penggunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik.
e. Salah satu alasan mengapa struktur elemen pracetak sangat ekonomis
dibandingkan dengan struktur yang dilaksanakan di tempat (cast in-situ)
adalah penggunaan cetakan beton yang tidak banyak variasi dan biasa
digunakan berulang-ulang, mutu material yang dihasilkan pada umumnya
sangat baik karena dilaksanakan dengan standar-standar yang baku,
pengawasan dengan sistem komputer yang teliti dan ketat.
f. Penyelesaian finishing mudah.
g. Variasi untuk permukaan finishing pada struktur elemen pracetak dapat
dengan mudah dilaksanakan bersamaan dengan pembuatan elemen
tersebut di pabrik, seperti: warna dan model permukaan yang dapat
dibentuk sesuai dengan rancangan.
h. Tidak dibutuhkan lahan proyek yang luas, mengurangi kebisingan, lebih
bersih dan ramah lingkungan.
i. Dengan sistem elemen pracetak, selain cepat dalam segi pelaksanaan, juga
tidak membutuhkan lahan proyek yang terlalu luas serta lahan proyek
lebih bersih karena pelaksanaan elemen pracetaknya dapat dilakukan
dipabrik.
j. Perencanaan berikut pengujian di pabrik.
k. Elemen pracetak yang dihasilkan selalu melalui pengujian laboratorium di
pabrik untuk mendapatkan struktur yang memenuhi persyaratan, baik dari
segi kekuatan maupun dari segi efisiensi.
l. Sertifikasi untuk mendapatkan pengakuan Internasional. Apabila hasil
produksi dari elemen pracetak memenuhi standarisasi yang telah
ditetapkan, maka dapat diajukan untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9002 yang
diakui secara internasional.
m. Secara garis besar mengurangi biaya karena pengurangan pemakaian alat-
alat penunjang, seperti : scaffolding dan lain-lain
n. Kebutuhan jumlah tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
22


produksi.

Namun demikian, selain memilki keuntungan, struktur elemen pracetak juga memiliki
beberapa keterbatasan, antara lain :
i. Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang jumlahnya sedikit.
ii. Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar antara
elemen yang satu dengan elemen yang lain, sehingga tidak menyulitkan dalam
pemasangan di lapangan.
iii. Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan
kapasitas alat angkat dan alat angkut.
iv. Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan truk
adalah antara 150 sampai 350 km, tetapi ini juga tergantung dari tipe
produknya. Sedangkan untuk angkutan laut, jarak maksimum transportasi
dapat sampai di atas 1000 km.
v. Hanya dapat dilaksanakan didaerah yang sudah tersedia peralatan untuk
handling dan erection.
vi. Di Indonesia yang kondisi alamnya sering timbul gempa dengan kekuatan
besar, konstruksi beton pracetak cukup berbahaya terutama pada daerah
sambungannya, sehingga masalah sambungan merupakan persoalan yang
utama yang dihadapi pada perencanaan beton pracetak.
vii. Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan
sambungan pada beton pracetak.
viii. Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan (stock
yard)

6. Kendala dan Permasalahan Seputar Beton Pracetak

Yang menjadi perhatian utama dalam perencanaan komponen beton pracetak seperti
pelat lantai, balok, kolom dan dinding adalah sambungan. Selain berfungsi untuk
menyalurkan beban-beban yang bekerja, sambungan juga harus berfungsi menyatukan
masing-masing komponen beton pracetak tersebut menjadi satu kesatuan yang monolit
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
23


sehingga dapat mengupayakan stabilitas struktur bangunannya. Beberapa kriteria pemilihan
jenis sambungan antara komponen beton pracetak diantaranya meliputi:
a. Kekuatan (strength). Sambungan harus memilki kekuatan untuk dapat
menyalurkan gaya-gaya yang terjadi ke elemen struktur lainnya selama
waktu layan (serviceability), termasuk adanya pengaruh dari rangkak dan
susut beton.
b. Daktalitas (ductility)
c. Kemampuan dari sambungan untuk dapat mengalami perubahan bentuk
tanpa mengalami keruntuhan. Pada daerah sambungan untuk mendapatkan
daktilitas yang baik dengan merencanakan besi tulangan yang meleleh terlebih
dahulu dibandingkan dengan keruntuhan dari material betonnya.
d. Perubahan volume (volume change accommodation)
Sambungan dapat mengantisipasi adanya retak, susut dan perubahan
temperature yang dapat menyebabkan adanya tambahan tegangan yang
cukup besar.
e. Ketahanan (durability)
Apabila kondisi sambungan dipengaruhi cuaca langsung atau korosi
diperlukan adanya penambahan bahan-bahan pencegah seperti stainless
steel epoxy atau galvanized.
f. Tahan kebakaran (fire resistance)
Perencanaan sambungan harus mengantisipasi kemungkinan adanya
kenaikan temperatur pada sistem sambungan pada saat kebakaran,
sehingga kekuatan dari baja maupun beton dari sambungan tersebut tidak
akan mengalami pengurangan.

Mudah dilaksanakan dengan mempertimbangkan bagian-bagian berikut ini pada saat
merencanakan sambungan :
i. Standarisasi produksi jenis sambungan dan kemudahan tersedianya
material lapangan.
ii. Hindari keruwetan penempatan tulangan pada derah sambungan c. Hindari
sedapat mungkin pelubangan pada cetakan
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
24




iii. Perlu diperhatikan batasan panjang dari komponen pracetak dan
toleransinya
iv. Hindari batasan yang non-standar pada produksi dan pemasangan. f.
Gunakan standar hardware seminimal mungkin jenisnya
v. Rencanakan sistem pengangkatan komponen beton pracetak semudah
mungkin baik di pabrik maupun dilapangan
vi. Pergunakan sistem sambungan yang tidak mudah rusak pada saat
pengangkatan
vii. Diantisipasi kemungkinan adanya penyesuaian di lapangan.

Jenis sambungan antara komponen beton pracetak yang biasa dipergunakan
dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok sebagai berikut :
a. Sambungan kering (dry connection)
Sambungan kering menggunakan bantuan pelat besi sebagai penghubung
antar komponen beton pracetak dan hubungan antara pelat besi dilakukan
dengan baut atau dilas. Penggunaan metode sambungan ini perlu perhatian
khusus dalam analisa dan pemodelan komputer karena antar elemen
struktur bangunan dapat berperilaku tidak monolit




Gambar 2.1. Contoh Sambungan kering

b. Sambungan basah (wet connection)
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
25




Sambungan basah terdiri dari keluarnya besi tulangan dari bagian ujung
komponen beton pracetak yang mana antar tulangan tersebut dihubungkan
dengan bantuan mechanical joint, mechanical coupled, splice sleeve atau
panjang penyaluran. Kemudian pada bagian sambungan tersebut dilakukan
pengecoran beton ditempat. Jenis sambungan ini dapat berfungsi baik
untuk mengurangi penambahan tegangan yang terjadi akibat rangkak,
susut dan perubahan temperatur. Sambungan basah ini sangat dianjurkan
untuk bangunan di daerah rawan gempa karena dapat menjadikan masing-
masing komponen beton pracetak menjadi monolit.

7. Jenis-Jenis Sistem Pracetak

Beberapa jenis Pracetak yang sering dipakai Indonesia, antara lain :
a. Sistem Struktur Pracetak C-Plus
Sistem Pracetak struktur ini memiliki konsep struktur pracetak rangka
terbuka, komponen kolom plus dan balok persegi dengan stek tulangan
yang berulir. Sistem sambungan mekanis balok dan kolom, plat baja
berlubang dengan mur. Pertemuan sambungan pada titik kumpul
(poer/kepala) ditambah tulangan sengkang horizontal dan vertikal di cor
dengan beton menggunakan semen tidak susut (non shrinkage cement)
sehingga berperilaku wet joint.




BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
26


Gambar 2.2. Sistem Struktur Pracetak C-Plus

b. Sistem Struktur Pracetak Bresphaka
Bresphaka adalah suatu rekayasa konstruksi gedung dengan sistem struktur
pracetak model open frame yang terdiri dari elemen pracetak kolom, balok,
lantai, dinding, tangga dan elemen lainnya, dengan penggunaan bahan beton
ringan atau beton normal atau kombinasi keduanya.
i. Model struktur
a) Bersifat rangka terbuka, bentuk penampang elemen struktur
sesuai dengan desain dimodelkan dalam perhitungan program
struktur.
b) Sambungan utama di titik kumpul dan direncanakan bersifat
daktail penuh
c) Perencanaan memperhatikan stress control, pemodelan ditumpu
dengan perletakkan (restraints) pada kondisi beban pelaksanaan
struktur.
ii. Perencanaan sambungan
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
27


a) Shear connector pada balok, untuk menyatukan komponen
balok dan plat
b) Shear key pada plat, diterapkan khusus daerah gempa agar
plat dapat membentuk diafragma kaku.
c) Angkur balok pracetak ke joint, agar keruntuhan/sendi plastis
tidak terjadi di perbatasan balok joint.
d) Angkur kolom, untuk transfer gaya dari kolom atas ke kolom
bawah

Gambar 2.3. Sistem Struktur Pracetak Bresphaka (Pertemuan BalokKolom)

Gambar 2.4. Sistem Struktur Pracetak Bresphaka (Pertemuan KolomKolom)

BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
28


iii. Kelebihan dari sistem struktur pracetak jenis ini adalah :
a) Sistem BRESPHAKA dengan bahan beton mutu tinggi, selain akan
memperkecil dimensi struktur/volume beton, juga akan
mengurangi berat masa bangunan sehingga dimensi pondasi
lebih kecil.
b) Produktivitas tenaga kerja lebih tinggi, sehingga adanya
efisiensi biaya yang menjadikan proyek jadi lebih hemat.
c) Kontrol kualitas sistem pabrikasi lebih terjamin.
d) Akurasi ukuran dari elemen bresphaka, menjamin
pemasangan di
e) Lapangan lebih presisi dan hasil kerja lebih rapi.
f) Efisiensi terhadap waktu pelaksanaan.

c. Sistem Struktur Pracetak KML (Kolom Multi Lantai)
Sistim KML adalah Sistim beton pracetak yang memberikan percepatan
pelaksanaan, karena komponen precast kolom dapat dicetak dan
dierection langsung untuk 2 - 5 lantai, sehingga dapat menghemat waktu
dalam pelaksanaan erection komponen kolom.

BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
29









Gambar 2.5. Sistem Struktur Pracetak KML
Keunggulan utama dari sistim KML ini adalah:
i. Lebih terjaminnya kelurusan (ketegakan) as kolom
ii. Integritas antara komponen-komponen struktur lebih baik karena:
iii. Joint kolom-balok-slab yang cukup monolit karena pengecoran dilakukan
BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
30


pada saat topping
iv. Tulangan atas maupun bawah balok yang terletak disisi-sisi kolom dapat
dibuat menerus.

d. Sistem Struktur Pracetak JEDDS (Joint Elemen Dengan Dua Simpul) Konsep
dari sistem ini yaitu:
i. Penamaan DUA SIMPUL, Simpul Pertama yaitu transfer gaya
antar balok melalui besi tulangan yang diikat pada kuping
strand dengan bantuan pelat baja dan baut, sedangkan Simpul
Kedua yaitu lilitan strand yang menghubungkan kedua kuping strand
untuk mendukung gaya gempa
ii. Perkuatan tambahan pada joint melalui besi tulangan & begel arah
vertikal dan arah horisontal.


BETON PRATEGANG DAN PRECAST



Page
31



Gambar 2.6. Sistem Struktur Pracetak JEEDS(Pertemuan BalokKolom)

Anda mungkin juga menyukai