PENDAHULUAN
i
BAB II
BETON PRATEGANG
a. YvesGunyon
Yves Gunyon adalah seorang insinyur Perancis dan telah menerbitkan buku
Masterpiecenya “ Beton precontraint” (2 jilid) pada tahun 1951. Beliau
memecahkan kesulitan dalam segi perhitungan struktur dari beton pratekan yang
diakibatkan oleh gaya-gaya tambahan disebabkan oleh pembesian pratekan pada
struktur yang mana dijuluki sebagai “Gaya Parasit” maka Guyon dianggap sebagai
yang memberikan dasar dan latar belakang ilmiah dari beton pratekan.
b. T.Y.Lin
T.Y. Lin adalah seorang insinyur kelahiran Taiwan yang merupakan guru besar di
California University, Merkovoy. Keberhasilan beliau yaitu mampu
memperhitungkan gaya-gaya parast yang tejadi pada struktur. Ia mengemukakan
teorinya pada tahun 1963 tentang “ Load Balancing”. Dengan cara ini kawat atau
kabel prategang diberi bentuk dan gaya yang sedemikian rupa sehingga sebagian
i
dari beban rencana yang telah ditetapkan dapat diimbangi seutuhnya pada beban
seimbang ini.. Beban-beban lain diluar beban seimbang (beban vertikal dan
horizontal) merupakan “inbalanced load”, yang akibatnya pada struktur dapat
dihitung dengan mudah dengan menggunakan teori struktur biasa. Tegangan akhir
dalam penampang didapat dengan menggunakan tegangan merata akibat
“Balanced” dan tegangan lentur akibat “Unbalanced Load”. Tanpa melalui
prosedur rumit dapat dihitung dengan mudah dan cepat. Gagasan ini telah
menjurus kepada pemakaian baja tulangan biasa disamping baja prategang, yaitu
dimana baja prategang hanya diperuntukkan guna memikul akibat dari Inbalanced
Load. T.Y. Lin juga telah berhasil membuktikan bahwa beton pratekan dapat
dipakai dengan aman dalam bangunan-bangunan didaerah gempa, setelah
sebelumnya beton pratekan dianggap sebagai bahan yang kurang kenyal (ductile)
untuk dipakai didaerah-daerah gempa, tetapi dikombinasikan dengan tulangan
baja biasa ternyata beton pratekan cukup kenyal, sehingga dapat memikul dengan
baik perubahan-perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa.
c. P.W.Abeles
P.W. Abeles adalah seorang insinyur Inggris, yang sangat gigih mendongkrak
aliran” Full Prestressing”, karena penggunaanya tidak kompetitif terhadap
penggunaan beton bertulang biasa dengan menggunakan baja tulangan mutu
tinggi. Penggunaan Full Prestessing ini tidak ekonomis, menurut berbagai
penelitian biaya struktur dengan beton pratekan dan Full Prestressing dapat
sampai 3,5 atau 4 kali lebih mahal dari pada struktur yang sama tetapi dari beton
bertulang biasa dengan menggunakan tulangan baja mutu tinggi. Dengan
demikian timbullah gagasan baru yang dikemukakan oleh P.W. Abeles untuk
mengkombinasikan prinsip pratekan dengan prinsip penulangan penampang atau
dikenal dengan nama “Partial Prestressing”. Yang mana didalam penampang
diijinkan diadakannya bagi tulangan, lebar retak dapat dikombinasikan dengan
baik. “Partial Prestrssing” telah disetujui oleh Chief Engineer’s Departement
untuk digunakan pada jembatan-jembatan kereta api di Inggris, dimana tegangan
tarik boleh terjadi sampai 45 kg/cm2 dengan lebar retak yang dikendalikan dengan
memasang baja tulangan biasa. Freyssinet sendiri menjelang akhir karirnya telah
mengakui juga bahwa “Partial Prestressing” mengembangkan struktur-struktur
tertentu. Begitupun dengan teori “Load Balancing” dari T.W. Lin yang ikut
i
mendorong dipakainya “Partial Prestressing” karena pertimbangannya kecuali
segi ekonomis juga segi praktisnya bagi perencanaan.
Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal dengan besar
dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu
tegangan yang terjadi akibat beban eksternal. (ACI).
Dalam definisi lain, beton prategang merupakan beton bertulang yang telah
diberikan tegangan tekan dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam
akibat beban kerja. (SNI 03-2847-2002).
Beton prategang juga dapat didefinisikan sebagai beton dimana tegangan
tariknya pada kondisi pembebanan tertentu dihilangkan atau dikurangi sampai batas
aman dengan pemberian gaya tekan permanen, dan baja prategang yang
digunakan untuk keperluan ini ditarik sebelumbeton mengeras (pratarik) atau setelah
beton mengeras (pascatarik).
Beton dan tulangan baja normal Beton dan baja mutu tinggi
Gaya geser yang besar > sengkang Sengkang tidak menentukan > dapat dipikul
oleh kelengkungan kabel
i
Penggunaan beton mutu tinggi > Beton mutu tinggi & baja mutu tinggi
menghasilkan tulangan yang banyak menghasilkan struktur yang ekonomis akibat
berat yg berkurang
Korosi terjadi akibat retak beton Tanpa retak >> tidak terjadi korosi
Proses produksi >> konvensional, lebih Proses produksi >> metoda khusus / rumit,
murah, penggunaan alat serta pekerja lebih lebih mahal, penggunaan alat dan skill pekerja
sedikit dan supervisi yang konvensional khusus dan supervisi yang ketat, tingkat
ketelitian yang tinggi
Untuk mengatasi ini pada beton diberi tekanan awal sebelum beban-beban
bekerja, sehingga seluruh penampang beton dalam keadaan tertekan seluruhnya,
inilah yang kemudian disebut beton pratekan atau beton prategang (prestressed
concrete).
Untuk memberikan memberikan gaya konsentris pada beton prategang bisa dilakukan
dengan dua cara yaitu :
i
b. Post-tensioned Prestressed Concrete (pasca tarik), adalah konstruksi dimana
setelah betonnya cukup keras, barulah dberikan gaya konsentris dengan menarik
kabel tendon.
Metode ini baja prategang diberi gaya prategang dulu sebelum beton dicor, oleh
karena itu disebut pretension method. Adapun prinsip dari Pratarik ini secara singkat
adalah sebagai berikut :
Tahap 1:
Siapkan bekisting (formwork) yang telah lengkap dengan lubang untuk kabel tendon
(tendon duct) yang dipasang melengkung sesuai bidang momen balok.
Tahap 2 :
Setelah beton di cor dan sudah bisa memikul berat sendiri, tendon atau kabel
prategang dimasukkan ke dalam Lubang Tendong (tendon duct), selanjutnya ditarik
untuk mendapatkan gaya prategang. Metode pemberian gaya prategang adalah dengan
i
cara mengikat salah satu angker, kemudian ujung angker lainnya ditarik (ditarik dari
satu sisi). Tetapi ada pula yang ditarik dikedua sisinya kemudiang diangker secara
bersamaan.
Tahap 3 :
Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya konsentris telah ditransfer
kebeton. Karena tendon dipasang melengkung, maka akibat gaya konsentris tendon
memberikan beban merata kebalok yang arahnya keatas.
DESAIN PENAMPANG
3.1 Konsep Umum, Disain Dengan Teori Elastik
Di sini perlu diuraikan terlebih dahulu tentang konsep dasar dari kopel penahan
pada penampang balok prategang. Dari hukum statistika, momen penahan pada balok
prategang, seperti pada beton bertulang, harus sama dengan momen eksternal. Momen
internal tersebut dapat diwakili oleh sebuah kopel C – T baik untuk penampang balok
beton prategang maupun untuk beton bertulang (Gambar 3.1 dan Gambar 3.2). T adalah titik
pusat gaya prategang atau gaya tarik pada baja; dan C adalah pusat tekanan atau
pusat desakan pada beton.
Akan tetapi, ada perbedaan pokok antara sifat penampang balok beton prategang
dan beton bertulang. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pada penampang balok beton bertulang, bila momen lentur bertambah, besarnya
gaya-gaya T dan C dianggap bertambang sebanding, sedangkan lengan momen jd
antara ketua gaya tersebut praktis tetap, tidak berubah (Gambar 3.2).
b. Pada penampang balok beton prategang akibat beban kerja, bila momen lentur
bertambah, besarnya C dan T praktis tetap konstan sementara lengan momen ( α )
bertambah besar hampir sebanding (Gambar 3.1). Pada penampang prategang, karena letak T
tetap, letak C akan berubah-ubah
sesuai dengan perubahan pada momen lentur. Untuk momen M yang diketahui, letak C
dapat ditentukan karena :
C α = T α = M ...............................................................................(3.1)
α .......................................................................................= M/C = M/T (3.2)
Jadi bila M = 0, maka α = 0 dan C harus berimpit dengan T, (Gambar 3.1 a).
Bila M kecil, maka α juga kecil, (Gambar 3.1 b). Bila M besar, α akan besar
i
c). Selanjutnya dapat dijelaskan hubungan dasar antara distribusi tegangan dan letak
C, sesuai dengan teori elastik, (Gambar 3.3). Bila C berimpit dengan titik inti (kern)
atas atau bawah, distribusi merupakan segitiga, dengan nol masing-masing pada serat
bawah atau serat atas. Bila C terletak di dalam kern, seluruh penampang akan
mengalami tekanan; bila di luar kern, sebagian penampang akan mengalami tarikan.
Bila C berimpit dengan c.g.c, tegangan akan merata di seluruh penampang beton.
i
2. Menghitung gaya prategang ( Ta dan T ).
3. Menghitung kembali luas penampang beton ( Ab ), apakah cocok dengan ( Ab )
pendahuluan, jika tidak cocok maka perhitungan di revisi.
4. Menghitung luas tendon ( Aα ).
5. Pemeriksaan penampang (menghitung tegangan-tegangan yang terjadi pada beton).
Pada perencanaan akhir ini ada 3 (tiga) kemungkinan persyaratan atau kriteria yang dapat diambil :
a. Tidak diizinkan tegangan tarik pada beton, baik dalam keadaan awal maupun akhir.
b. Diizinkan tegangan tarik pada beton, tetapi kekuatannya tidak diperhitungkan