Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak dibutuhkan,
dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer
mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada
jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh sistem vena dan diekskresikan
melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat. Ginjal merupakan bagian
tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion
hidrogen, dan asam.
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi volume
darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga
berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan
kandungan produk sampah didalam urin.
Usus mengeluarkan feses dan beberapa cairan dari tubuh. Pengeluaran feses melalui
evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan dalam kebutuhan eliminasi urin ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mempelajari eliminasi urin


1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Menjelaskan anatomi fisiologisistem perkemihan
1.3.2.2 Menjelaskan konsep pemenuhan kebutuhan eliminasi urine
1.3.2.3 Menjelaskan proses perkemihan
1.3.2.4 Menjelaskan masalah eliminasi urin
1.3.2.5 Menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi urine
1.3.2.6 Menjelaskan asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan urin
1.4 Manfaat
Mengetahui dan dapat memahami konsep kebutuhan eliminasi urin beserta anatomi fisiologi
sistem perkemihan dan proses perkemihan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urin

2.1.1 Anatomi fisiologi Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat
yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Susunan Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang
membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU),
tempat urin dikumpulkan, dan d) satu uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

Ginjal (Ren)

Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini
terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior)
ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal kanan biasanya terletak
sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.

Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal
dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu
meredam goncangan.

Fungsi ginjal
a. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
b. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
c. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
d. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.

Struktur Ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex
renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang
berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang
disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang
kecil disebut papilla renalis.

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh
darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin
yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-
masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.

Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal.
Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus
proximal, angsa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.

Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya
25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan
sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari:

1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)


2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke
dalam kandung kemih.

Vesika Urinaria (Kandung Kemih)


Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir
(kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat
mengembang dan mengempis seperti balon karet.

Dinding kandung kemih terdiri dari:

1. Lapisan sebelah luar (peritoneum).


2. Tunika muskularis (lapisan berotot).
3. Tunika submukosa.
4. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Uretra

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar.

Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari :

1. Urethra pars Prostatica


2. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
3. Urethra pars spongiosa.

Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter uretra
terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai saluran
ekskresi.

Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan:

1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung jaringan
elastis dan otot polos. Sphincter uretra menjaga agar uretra tetap tertutup.
2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
3. Lapisan mukosa.

Urin (Air Kemih)

Sifat fisis air kemih, terdiri dari:

1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan faktor
lainnya.
2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
5. Berat jenis 1,015-1,020.
6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur menyebabkan
reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

Komposisi air kemih, terdiri dari:

1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.


2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan kreatinin.
3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
4. Pagmen (bilirubin dan urobilin).
5. Toksin.
6. Hormon.

Mikturisi

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi
melibatkan 2 tahap utama, yaitu:

1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat melampaui
nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan
mencetuskan tahap ke 2).
2. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih.

Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar
pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari latih. Sistem saraf simpatis :
impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax
dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor
berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).

Ciri-Ciri Urin Normal

1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk.
2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

2.1.2 Proses Berkemih

1. Proses Filtrasi ,di glomerulus

Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang
tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat,
bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang disaring disebut filtrate glomerulus.
2. Proses Reabsorbsi

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida,
fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di
tubulus proximal.

Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila
diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan
pada papilla renalis.

3. Proses sekresi.

Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis
selanjutnya diteruskan ke luar.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine


1. Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine (jumlah
urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat
meningkatkan pembentukan urine.
2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak
tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.
3. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya
terhadap tersedianva fasilitas toilet.
4. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini
karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter.
Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun
dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
6. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut
dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang
air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.
7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
8. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada
masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
9. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih dengan
melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
10. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung
kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan
pengeluaran urine.
11. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan
-proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan
pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
12. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya
prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY
(intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi
urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat
mengganggu pengeluaran urine.

2.1.4 Masalah Eliminasi Urin


Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara umum. Salah satu yang
tersering ialah gangguan urine.
Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara lain :
a. Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan ketidaksanggupan
kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.
Kemungkinan penyebabnya :
1. Operasi pada daerah abdomen bawah.
2. Kerusakan ateren
3. Penyumbatan spinkter.
Tanda-tanda retensi urine :
1. Ketidak nyamanan daerah pubis.
2. Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
3. Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
4. Meningkatnya keinginan berkemih.
5. Enuresis

b. Eniorisis
Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam hari.
Kemungkinan peyebabnya :
1. Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.
2. Kandung kemih yang irritable
3. Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan
4. ISK atau perubahan fisik atau revolusi.

c. Inkontinensia
Inkontinesia Urine ialah bak yang tidak terkontrol.
Jenis inkotinensia
Inkontinensia Fungsional/urgensi
Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkontine karena kesulitan
dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih.
Faktor Penyebab:
1. Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.
2. Penurunan tonur kandung kemih
3. Kerusakan moviliasi, depresi, anietas
4. Lingkungan
5. Lanjut usia.
Inkontinensia Stress
Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran urine segera pada
peningkatan dalam tekanan intra abdomen.
Faktor Penyebab:
1. Inkomplet outlet kandung kemih
2. Tingginya tekanan infra abdomen
3. Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
4. Lanjut usia.

Inkontinensia Total
Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine terus menerus
yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab:
1. Penurunan Kapasitas kandung kemih.
2. Penurunan isyarat kandung kemih
3. Efek pembedahan spinkter kandung kemih
4. Penurunan tonus kandung kemih
5. Kelemahan otot dasar panggul.
6. Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih
7. Perubahan pola
8. Frekuensi
9. Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan.
10. Urgency
11. Perasaan seseorang harus berkemih.

2.2 Asuhan Keperawatan dengan Pemenuhan Kebutuhan Urin


2.2.1 Pengkajian
1. Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebiasaan berkemih serta hambatannya. Frekuensi berkemih
bergantung ada kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang berkemih setiap hari pada waktu
bangun tidur dan tidak memerlukan waktu berkemih pada malam hari.
2. Pola berkemih
Frekuensi berkemih
Frekuensi berkemih menentukan berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam.
Urgensi
Perasaan sesorang untuk berkemih seperti seseorang sering ke toilet karena takut mengalami
inkontinensia jika tidak berkemih.
Disruria
Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. Keadaan demikianlah dapat ditemukan pada
striktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada vesika urinaria, dan uretra.
Poliuria
Keadaan produksi urin yang abnormal pada jumlah yang besar tanpa adanya peningkatan asupan
cairan.
Urinaria supresi
Keadaan produksi urin yang berhenti secara mendadak.
3. Volume Urin
Volume urin menentukan berapa jumlah urin yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam.
4. Faktor yang mempengaruhi kebiasaaan buang air kecil
a. Diet
b. Gaya hidup
c. Stres psikologis
d. Tingkat aktivitas
5. Karakteristik urin
Warna
Normal : pucat, kekuningan, kuning coklat.
Merah gelap : perdarahan diginjal / ureter
Merah terang : perdarahan KK atau uretra
Coklat gelap : peningkatan bilirubin akibat disfungsi hati bila dikocok busa kuning.

Kejernihan
Normal : transparan
Peningkatan protein : keruh atau berbusa
Bakteri : pekat dan akeruh.
Bau : Amonia
Urin berbau buah : DM dan kelaparan akibat aseton dan asam asetoasetik.

Pemeriksaan urin
Urinalisis
Berat jenis urin
Kultur urin
Pemeriksaan Urin (pengumpulan urin)
Acak
Bersih tapi tidak harus steril
Untuk urinalisis/ mengukur BJ, PH, kadar glukosa
Cara : klien berkemih dalam wadah urin yg bersih
Klien berkemih sebelum defekasi.
Spesimen midstream
Memperoleh spesimen yg relatif bebas mikroorganisme
Untuk kultur dan sensitivitas urin
Bersihkan genetalia dengan benar
Urin pertama jgn ditampung baru pertengahan ditampung
Spesimen steril
Diambil mll kateter

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri berhubungan dengan
Inflamasi uretra
Obstruksi pd uretra
Defisit perawatan diri: toileting yg berhubungan dengan
Keterbatasan mobilitas
Kerusakan integritas kulit / resiko kerusakan integritas kulit b.d
Inkontinensia urin
Perubahan eliminasi urin
Kerusakan sensorik motorik
Resiko infeksi berhubungan dengan
Higiene personal yg tidak baik
Insersi kateter uretra
b. Inkontinensia fungsional berhubungan dengan
Terapi deuretik
Keterbatasan mobilitas
c. Inkontinensia refleks berhubungan dengan
Penggunaan anestesi untuk pembedahan
Inkontinensia stress berhubungan dengan
Peningkatan tekanan intraabdominal
Kelemahan otot panggul
Inkontinensia urgensi
Iritasi mukosa kendung kemih
Penurunan kapasitas kandung kemih
Retensi urin
Obstruksi leher kandung kemih

2.2.3 Intervensi
Tingkatkan kesehatan untuk memelihara serta melindungi fungsi sistem kemih yang sehat
Penyuluhan klien
Tingkatkan perkemihan normal
Wanita jongkok / duduk
meningkatkan kontraksi otot panggul dan intra abdomen.
yang membantu mengontrol sfingter serta membantu kontraksi kandung kemih.
Laki-laki berdiri.
Stimulus sensori : suara air yang mengalir, menepuk paa bagian dalam, meletakkan tangan dlm
panci berair.
Mempertahankan kebiasaan eliminasi
Mempertahankan asupan cairan yg adekuat
mengekskresikan partikel yg dapat berkumpul dlm sistem perkemihan.
2000 s.d 2500 ml / hari, but 1200 s.d 1500 biasanya adekuat.
Hindari minum 2 jam sebelum tidur nokturia
Meningkatkan pengosongan kandung kemih secara lengkap.
Pencegahan infeksi
Pemeliharaan pirenium yang baik
Asupan cairan yang adekuat
meningkatkan pengeluaran urin & mikroorganisme dari uretra
Mengasamkan urin
menghambat pertumbuhan bakteri
Mempertahankan kebiasaan eliminasi
Obat-obatan (merelaksasikan kandung kemih, menstimulasi kontraksi kandung kemih,
merelaksasi otot polos prostat.
Perawatan Akut
Kateterisasi
Memasukkan selang plastik aau karet mll uretra ke kandung kemih.
Tipe kateter.
Indweling/intemiten kateter lurus sekali pakai
Kateter menetap/ foley kateter menetap untuk periode waktu tertentu
Kateter caude ujungnya melengkung, untuk pria yang mengalami pembesaran prostat
Indikasi pemasangan kateter intermiten
Meredakan rasa tidak nyaman akibat distensi kandung kemih
Mengambil spesimen urin steril
Mengkaji residu urin setelah pengosongan kandung kemih
Penatalaksanaan jangka panjang klien yang mengalami cidera medula spinalis
Indikasi pemasangan kateter meneta sementara
Obstruksi pd aliran urin (pembesaran prostat)
Perbaikan kandung kemih, uretra dan struktur disekeliling mll embedahan
Mencegah obstruksi uretra akibat adanya bekuan darah
Mengukur haluran urin
Irigasi kandung kemih
Keteter menetap jangka panjang
Retensi urin berat
Ruam kulit, ulkus dan iritasiakibat kontak dgn urin
Penderita penyakit terminal
Perawatan restorasi
Menguatkan otot panggul
Kegel exercise meningkatkan kontraksi otot dasar panggul.
Mempertahankan integritas kulit
Cuci kulit yg teriritasi urin dgn sabun dan air hangat
Pakai pelembabBila sudah teriritasi dokter dpt meresepkan salep steroid.
Bladder training
Melatih kembali kandung kemih untuk mengembalikan pola normal perkemihan dengan
menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih.

Melakukan Kateterisasi

Pada wanita Pada Pria

a. Pengertian
Katerisasi merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung
kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan sebagai
pengambilan bahan pemeriksaan. Pelaksanaan katerisasi dapat dilakukan melalui dua cara :
intermiten (straight kateter) dan indwelling (foley kateter).

Indikasi
Tipe Intermiten
Tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi
Retensi akut setelah trauma uretra
Tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgestik
Cedera pada tulang belakang
Degenerasi neuromuskular secara progresif
Pengeluaran urin residual

Tipe Indwelling
Obstruksi aliran urin
Pascaoperasi uretra dan struktur di sekitarnya
Obstruksi uretra
Inkontinensia dan disorientasi berat

a. Tujuan
Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
Untuk pengumpulan spesimen urine
Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan

b. Alat
a. Tromol steril berisi
b. Gass steril
b. Deppers steril
c. Handscoen
d. Cucing
e. Neirbecken
f. Pinset anatomis
g. Doek
h. Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan
i. Tempat spesimen urine jika diperlukan
j. Urobag
k. Perlak dan pengalasnya
l. Disposable spuit
m. Selimut

c. Prosedur kerja
Untuk Pasien Pria
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Atur ruangan / pasang sampiran
4. Pasang perlak / alas
5. Gunakan sarung steril
6. Pasang duk steril
7. Pegang penis dengan tangan sebelah kiri, lalu preputium ditarik sedikit ke pangkalnya dan
bersihkan dengan kapas sublimat / savlon.
8. Beri minyak pelumas atau jeli pada ujung kateter (kurang lebih 12,5-17,5 cm), lalu masukkan
pelan-pelan (kurang lenih 17,5-20 cm) sambil anjurkan untuk menarik napas.
9. Jika tertahan jangan dipaksa/tegangkan
10. Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya untuk yang dipasang
tetap, dan bila tidak dipasang tetap tarik kembali sambil pasien disuruh napas dalam.
11. Sambung kateter dengan urobag dan fiksasi ke arah atas paha / abdomen
12. Rapikan alat
13. Cuci tangan

Untuk Pasien Wanita


1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Atur ruangan / pasang sampiran
4. Pasang perlak / alas
5. Gunakan sarung steril
6. Pasang duk steril\
7. Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas ke bawah (kurang lebih 3 kali hingga bersih)
8. Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri lalu bersihkan bagian dalam
9. Beri minyak pelumas atau jeli pada ujung kateter (kurang lebih 2,5-5 cm), lalu masukkan pelan-
pelan sambil anjurkan untuk menarik napas (kurang lenih 2,5-5 cm) atau hingga urin keluar.
10. Setelah selesai, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya menggunakan spuit
untuk yang dipasang tetap dan bila tidak dipasang tetap tarik kembali sambil suruh pasien untuk
napas dalam.
11. Sambung kateter dengan urobag dan fiksasi ke arah samping
12. Rapikan alat
13. Cuci tangan

2.2.4 Evaluasi
Klien mampu berkemih secara normal tanpa mengalami gejala-gejala ggn perkemihan
Karakteristik urin : kekuningan, jernih, tidak mengandung unsur yg abnormal
Mampu mengidentifikasi faktor-faktor yg mempengaruhi eliminasi
Tidak terjadi komplikasi akibat perubahan pola eliminasi
BAB III
PENUTUP
2.3 Kesimpulan
1. Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Urin dikeluarkan melalui paru-
paru, kulit, ginjal dan pencernaan.
2. Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, dua ureter yang
membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satu vesika urinaria (VU), tempat
urin dikumpulkan, dan satu uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
3. Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine yaitu diet dan asupan (intake), respons keinginan
awal untuk berkemih, gaya hidup, stres psikologis, tingkat , aktivitas, tingkat
perkembangankondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan seseorang, tonus otot, pengobatan, dan
pemeriksaan diagnostik

2.4 Saran
1. Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi uri dalam kehidupan kita sehari-hari.
2. Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit Salemba Mediak.
Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta : EGC.
Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC
Teguh Subianto. 2011. Prosedur Pemasangan Kateter Kandung Kemih.
http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/prosedur-pemasangan-kateter-kandung.html. Diakses
tanggal 10 Maret 2012 Pukul 21.11
I

Anda mungkin juga menyukai