Anda di halaman 1dari 26

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip-Prinsip Dasar Beton Prategang

Beton adalah material yang kuat dalam kondisi tekan, tapi lemah dalam

kondisi tarik. Kuat tariknya bervariasi dari 8 sampai 14 persen dari kuat tekannya.

Karena rendahnya kapasitas tarik tersebut, maka retak lentur terjadi pada taraf

pembebanan yang masih rendah. Untuk mengurangi atau mencegah berkembangnya

retak tersebut, gaya konsentris atau eksentris diberikan dalam arah longitudinal

elemen struktural. Gaya ini mencegah berkembangnya retak dengan cara

mengeliminasi atau sangat mengurangi tegangan tarik di bagian tumpuan dan daerah

kritis pada kondisi beban tersebut. Penampang dapat berperilaku elastis, dan hampir

semua kapasitas beton dalam memikul tekan dapat secara efektif dimanfaatkan

diseluruh tinggi penampang beton pada saat semua beban bekerja di struktur

tersebut.

Gaya longitudinal yang diterapkan seperti di atas disebut gaya prategang,

yaitu gaya tekan yang memberikan prategangan pada penampang di sepanjang

bentang suatu elemen struktural sebelum bekerjanya beban mati dan beban hidup

transversal atau beban hidup horizontal transien.Jenis pemberian gaya prategang,

bersama besarnya, ditentukan terutama berdasarkan jenis sistem yang dilaksanakan

dan panjang bentang serta kelangsingan yang dikehendaki. Karena gaya prategang

diberikan secara longitudinal di sepanjang atau sejajar dengan sumbu komponen

struktur, maka prinsip-prinsip prategang dikenal sebagai pemberian prategang linier.

Universitas Sumatera Utara


Prategang pada dasarnya
dasarnya merupakan suatu beban yang menimbulkan

tegangan dalam awal sebelum pembebanan luar dengan besar dan distribusi tertentu

bekerja sehingga tegangan yang dihasilkan dari beban luar dilawan sampai tingkat

yang diinginkan. Gaya pratekan dihasilkan dengan menarik


menarik kabel tendon yang

ditempatkan pada beton dengan alat penarik. Setelah penarikan tendon mencapai

gaya/tekanan yang direncanakan, tendon ditahan dengan angkur, agar gaya tarik

yang tadi dikerjakan tidak hilang. Penarikan kabel tendon dapat dilakukan baik

sebelum beton dicor (pre-tension) atau setelah beton mengeras (post-tension).

Gambar 2.1 Ilustrasi Cara Mendasar Pemberian Prategang

Gambar diatas mengilustrasikan , dengan cara mendasar, aksi pemberian

prategang pada beberapa buku. Buku buku diatas dianggap


dianggap sama seperti blok blok

beton yang bekerja sama sebagai sebuah balok akibat pemberian gaya prategang

tekan yang besar. Meskipun mungkin blok blok tersebut bisa tergelincir dalam arah

vertikal, namun pada kenyataannya tidak demikian karena adanya gaya longitudinal

tekan tersebut yang mencegah gelinciran.

Salah satu definisi terbaik mengenai beton prategang diberikan oleh Komisi

ACI dalam Beton Prategang.

Beton Prategang berdasarkan ACI yaitu beton yang mengalami tegangan

internal dengan besar dan distribusi


distribusi sedemikian rupa sehingga tegangan itu dapat

mengimbangi sampai batas tertentu tegangan yang terjadi akibat beban

eksternal.Pada elemen-elemen beton bertulang,sistem prategang biasanya dilakukan

dengan menarik tulangannya.

Universitas Sumatera Utara


Ada 3 konsep yang berbeda-beda yang dapat dipakai untuk menjelaskan dan

menganalisis sifat-sifat dasar dari beton prategang.Hal ini penting bagi seorang

perencana untuk mengerti ketiga konsep tersebut agar dapat mendesain beton

prategang dengan sebaik dan seefisien mungkin.Ketiga konsep tersebut sebagai

berikut.

Konsep Pertama:Sistem Prategang untuk Mengubah Beton menjadi Bahan

yang Elastis. Beton yang tidak mampu menahan tarikan dan kuat memikul tekanan

(umumnya dengan baja mutu tinggi yang ditarik) sedemikian rupa sehingga bahan

yang getas dapat memikul tegangan tarik. Dari konsep inilah lahir kriteria “tidak ada

tegangan tarik”pada beton. Umumnya telah diketahui bahwa jika tidak ada tegangan

tarik pada beton, berarti tidak terjadi retak dan beton tidak merupakan bahan yang

getas lagi, melainkan berubah menjadi bahan yang elastis.

Atas dasar pandangan ini, beton divisualisasikan sebagai benda yang

mengalami dua sistem pembebanan, gaya internal prategang dan beban eksternal

dengan tegangan tarik akibat gaya eksternal dilawan oleh tegangan tekan akibat gaya

prategang. Begitu juga retak pada beton akibat gaya elastisnya dicegah atau

diperlambat dengan pratekan yang dihasilkan oleh tendon.

Konsep Kedua,Sistem Prategang merupakan kombinasi Baja Mutu Tinggi

dengan Beton.Pada beton prategang,baja mutu tinggi dipakai dengan jalan

menariknya sebelum kekuatannya dimanfaatkan sepenuhnya.Jika baja mutu tinggi

ditanamkan pada beton seperti pada beton bertulang biasa,beton sekitarnya akan

mnejadi retak sebelum kekuatan baja digunakan .Oleh karena itu,baja perlu ditarik

sebelumnya terhadap beton.Dengan menarik dan menjangkarkan baja ke

beton,dihasilkan tegangan dan regangan tekan pada beton dan tegangan dan regangan

Universitas Sumatera Utara


tarik apa baja.Kombinasi ini memungkinkan pemakaian atau perencanaan yang aman

dan ekonomis dari kedua bahan tersebut di mana hal ini tidak akan tercapai jika baja

hanya ditanamkan pada beton saja seperti beton bertulang

Konsep ketiga,Sistem Prategang untuk mencapai Perimbangan

Beban.Konsep ini menggunakan prategang sebagai suatu usaha untuk membuat

seimbang gaya-gaya pada sebuah batang.

2.2 Riwayat Perkembangan Beton Prategang

1. Beton prategang bukan merupakan konsep baru, pada tahun 1872, pada saat

Jackson, seorang insinyur dari California, mendapatkan paten untuk sistem

struktural yang menggunakan tie rod untuk membuat balok atau pelengkung

dari blok-blok. Pada tahun 1888, C.W.Doehring dari Jerman memperoleh

paten untuk pemberian prategang pada slab dengan kawat-kawat metal. Akan

tetapi, upaya awal untuk pemberian tegangan tersebut tidak benar-benar

sukses karena hilangnya prategang dengan berjalannya waktu.

2. Sesudah selang waktu yang sangat lama, pada saat hanya ada sedikit

kemajuan karena sulitnya mendapatkan baja berkekuatan tinggi untuk

mengatasi masalah kehilangan prategang, Dill dari Alexandria, Nebraska,

mengetahui adanya pengaruh susut dan rangkak ( aliran material arah

transversal ) pada beton terhadap hilangnya prategang. Selanjutnya , ia

mengembangkan ide bahwa pemberian pascatarik batang berpenampang bulat

tanpa lekatan secara berturutan dapat mengganti kehilangan tegangan yang

bergantung pada waktu pada batang tersebut akibat berkurangnya panjang

komponen struktur yang ditimbulkan oleh rangkak dan susut. Pada awal

Universitas Sumatera Utara


tahun 1920-an.Hewett dari Minneapolis mengembangkan prinsip-prinsip

pemberian prategang melingkar. Ia memberikan tegangan melingkar

horisontal di sekeliling tangki beton dengan menggunakan trekstang untuk

mencegah retak akibat tekanan cairan internal. Setelah itu, pemberian

prategang pada tangki dan pipa berkembang pesat diAmerika Serikat, dengan

ribuan tangki penyimpan air, cairan dan gas dibangun dan banyak sekali pipa

tekanan prategang yang dibuat pada dua sampai tiga dekade setelah itu.

3. Pemberian prategang linier teruse berkembang di Eropa dan Prancis,

khususnya dikembangkan oleh Eugene Freyssinet, yang pada tahun 1926

sampai 1928 mengusulkan metode metode untuk mengatasi kehilangan

prategang dengan cara menggunakan baja berkekuatan tinggi dan

berdaktilitas tinggi. Pada tahun 1940, ia memperkenalkan sistem Freyssinet

yang sangat terkenal yang menggunakan jangkar konus untuk tendon 12

kawat.

4. Selama perang dunia II dan setelah itu, pembangunan kembali secara cepat

jembatan jembatan utama yang hancur selama perang menjadi suatu

kebutuhan. G Magnel dari Gghent, Belgia dan Guyon dari Paris

mengembangkan dan menggunakan konsep pemberian prategang untuk

desain dan pelaksanaan banyak jembatan di Eropa Barat dan Tengah. Sistem

Magnel juga menggunakan blok-blok untuk menjangkar kawat-kawat

prategang. Blok-blok tersebut berbeda dengan yang digunakan dalam sistem

Freyssinet dalam hal bentuknya yang datar, sehingga memungkinkan

pemberian tegangan pada dua kawat sekaligus.

Universitas Sumatera Utara


5. Abeles dari Inggris memperkenalkan dan mengembangkan konsep pemberian

prategang parsial diantara tahun 1930-an dan 1960-an. Leonhardt dari

Jerman dan Mikhailov dari Rusia dan T.Y.Lin dari Amerika Serikat juga

memberikan kontribusi banyak pada seni dan ilmu pengetahuan tentang

desain beton prategang. Metode pemberian keseimbangan beban dari Lin ini

sangat dihargai. Perkembangan pada abad kedua puluh ini telah menjadikan

banyak penggunaan beton prategang di seluruh dunia, dan khususnya di

Amerika Serikat.

6. Dewasa ini, beton prategang digunakan pada gedung seperti apartemen

tingkat 40,bangunan industri, struktur bawah tanah menara TV, struktur lepas

pantai dan gudang apung, stasiun stasiun pembangkit, cerobong reaktor

nuklir, dan berbagai jenis sistem jembatan termasuk jembatan segmental dan

cable-stayed. Suksesnya perkembangan dan pelaksanaan semua struktur

terkanal di dunia ini adalah karena banyaknya kemajuan dalam teknologi

bahan, khususnya baja prategang, dan bertambahnya pengetahuan untuk

mengestimasi kehilangan jangka pendek dan panjang pada gaya prategang

2.3 Metode Pemberian Prategang

2.3.1 Metode Pratarik(Pre-Tension Method)

Kabel tendon dipersiapkan terlebih dahulu pada sebuah angkur yang mati

(fixed anchorage) dan sebuah angkur yang hidup (live anchorage). Kemudian live

anchorage ditarik dengan dongkrak (jack) sehingga kabel tendon bertambah panjang.

Jack biasanya dilengkapi dengan manometer untuk mengetahui besarnya gaya yang

ditimbulkan oleh jack. Setelah mencapai gaya yang diinginkan, beton kemudian

Universitas Sumatera Utara


dicor. Setelah beton mencapai umur yang cukup, kabel perlahan-lahan dilepaskan

dari kedua angkur dan dipotong. Kabel tendon akan berusaha kembali ke bentuknya

semula setelah pertambahan panjang yang diakibatkan oleh penarikan pada awal

pelaksanaan. Hal inilah yang menyebabkan adanya gaya tekan internal pada beton.

Pada cara ini tidak digunakan selongsong pada tendon.

Metode ini digunakan untuk beton-beton pracetak dan biasanya digunakan

untuk konstruksi-konstruksi kecil.

Gambar 2.2 Metode Pemberian Pratarik(Pretension)


(Sumber : Desain Beton Prategang.Lin,T.Y)

2.3.2 Metode Pascatarik(Post-Tensioning Method)

Mula-mula cetakan disediakan dan selongsong dimasukkan dalam cetakan

beton dengan salah satu ujungnya diberi angkur hidup(live anchorage) dan ujung

lainnya angkur mati(dead anchorage) atau kedua ujungnya dipasang angkur hidup

Posisi selongsong diatur sesuai dengan bidang momen strukturnya.Kemudian beton

Universitas Sumatera Utara


dicor di sekeliling selongsong(duct).Biasanya baja tendon tetap berada di dalam

selongsong selama pengecoran. Jika beton sudah mencapai kekuatan tertentu atau

beton sudah mengeras,tendon ditarik hingga mencapai gaya yang diinginkan. Untuk

mencegah kabel tendon kehilangan tegangan akibat slip pada ujung angkur terdapat

baji. Gaya tarik akan berpindah pada beton sebagai gaya tekan internal akibat reaksi

angkur.Gaya prategang ditransfer melalui penjangkaran ujung seperti chucks dari

supreme products. Setelah terjadi prategang penuh, kemudian selongsong tempat

dimasukkannya baja prategang tersebut disuntikkan dengan cairan beton ( di

grouting ).Adapun material yang disuntikkan adalah semen Portland yang memenuhi

spesifikasi ASTM C 150 tipe I,II,III, air yang layak minum,dan bahan tambahan

yang tidak mengandung bahan kimiawi yang dapat membahayakan semen dan baja

prategang itu sendiri.

Selongsong

Cetakan beton disiapkan dan beton dicor

Tendon ditarik dan gaya prategang ditransfer

Tendon diangkur dan cairan beton di grouting

Gambar 2.3 Metode Pemberian Pascatarik(Post-tension)


(Sumber : Desain Praktis Beton Prategang.Andri Budiardi)

Universitas Sumatera Utara


Gambar.2.4 Live dan Dead Angkur

Beton prategang yang diproduksi atau yang dicetak oleh pabrik-pabrik beton
prategang memiliki bentuk profil atau section properties yang beragam
pula.Tergantung pada kebutuhan daripada struktur yang direncanakan.Seperti untuk
jembatan beton biasanya section properties yang dipakai adalah bentuk I girder,U-
beam.M-beam.Untuk plat/slab prategang pada rumah tinggal tinggal biasanya
digunakan F slab ataupun T-beam.

Tipikal Section properties beton Pracetak Prategang yang diproduksi Pabrik

Universitas Sumatera Utara


2.4 Tahap Pembebanan

Tidak seperti beton bertulang,beton prategang mengalami beberapa tahap

pembebanan.Pada setiap tahap pembebanan,harus dilakukan pengecekan atas kondisi

serat tertekan dan serat tertarik dari setiap penampang.Pada tahap tersebut berlaku

tegangan ijin yang berbeda-beda sesuai kondisi beton dan tendon.Ada dua tahap

pembebanan pada beton prategang,yaitu kondisi transfer dan service.

2.4.1 Transfer

Tahap transfer adalah tahap pada saat beton sudah mulai mengering dan

dilakukan penarikan kabel prategang.Pada saat ini biasanya yang bekerja hanya

beban mati struktur saja,yaitu berat sendiri dan beban pekerja ditambah alat.Pada saat

ini belum bekerja beban hidup sehingga momen yang bekerja adalah

minimum,sementara gaya yang bekerja adalah maksimum karena belum ada

kehilangan gaya prategang.

2.4.3 Servis

Kondisi servis(service) adalah kondisi pada saat beton prategang digunakan

sebagai komponen struktur.Kondisi ini dicapai setelah semua kehilangan gaya

prategang diperhitungkan.Pada saat ini beban laur pada kondisi yang maksimum

sedangkan gaya prategang mendekati harga minimum karena sudah terjadi

kehilangan sebagian gaya prategang.

Pada setiap tahapan diatas,ditentukan hasil analisis untuk dievaluasi.Hal ini

tentunya sangat penting dalam perencanaan karena kekuatan daripada beton

prategang itu sendiri tidak sepenuhnya lagi bekerja akibat kehilangan sebagian gaya

prategang.Sehingga dalam perencanaan struktur yang akan digunakan nantinya

Universitas Sumatera Utara


adalah gaya prategang efektif yaitu gaya prategang awal(kondisi transfer) setelah

dikurangi kehilangan sebagian gaya prategang.

Pada tahap transfer maupun servis,ditetapakan tegangan ijin beton prategang

untuk melihat apakah tegangan yang terjadi melampaui tegangan ijin beton

prategang itu sendiri.Tegangan ijin ini sendiri berbeda antara serat atas beton

prategang maupun serat bawah beton prategang sendiri.

2.5 Material Beton Prategang

2.5.1 Beton

Beton adalah material campuran antara semen,pasir,air dan agrerat serta suatu

bahan tambahan.Setelah beberapa jam dicampur,bahan-bahan tersebut akan langsung

mengeras sesuai bentuk pada waktu basahnya.Tipikal campuran beton yang

digunakan untuk beton prategang adalah 44% agregat kasar,31% agregat halus,18%

semen,dan 7% air.Kekuatan beton ditentukan oleh kuat tekan karakteristik pada usia

28 hari atau f’c.Kuat tekan karakteristik adalah tegangan yang melampaui 95% dari

pengukuran kuat tekan uniaksial yang diambil dari tes penekanan standard,yaitu

dengan kubus 15x15 cm,atau silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

Pengukuran kekuatan dengan kubus adalah lebih tinggi daripada dengan

silinder.Kekuatan kubus beton yang digunakan untuk beton prategang di Eropa

ditentukan kira-kira sebesar 450kg/cm2,berdasarkan atas ukuran kubus 10,15,20

cm.Jika diambil kekuatan kubus 1,25 kali kekuatan silinder,maka untuk kekuatan

silinder beton didapat 450/1,25 = 360 kg/cm2= 35,5 MPa kekuatan silinder.Angka ini

adalah angka yang umum dipakai.

Universitas Sumatera Utara


Beton yang digunakan untuk desain beton prategang adalah yang mempunyai

kekuatan tekan yang cukup tinggi dengan nilai f’c antara 30-45Mpa.Kuat tekan ini

diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada serat tertekan,pengangkuran

tendon,mencegah retak,mempunyai modulus


modulus elastisitas yang tinggi dan mengalami

rangkak yang lebih kecil.Tipikal diagram tegangan-regangan beton dapat dilihat pada

grafik berikut.

Gambar 2.5 Tipikal Diagram Tegangan Regangan Beton

Kuat tarik beton memiliki harga yang cukup jauh dengan kuat tekannya.

Untuk tujuan desain kuat tarik beton ditetapkan sebagai berikut :

fctm = 0.30 fck(2/3) (Eurocode 2),

Dengan fctm adalah kuat tarik beton

fck adalah kuat tekan beton.

Atau nilai kekuatan tarinya dapat dilihat dari tabel 3.1 Eurocode 2

berdasarkan kelas kekuatan silinder beton yang digunakan.

Hal ini menunjukkan bahwa beton itu sangat lemah terhadap tarik.Kekuatan

tarik beton dapat menjadi nol apabila terjadi retak-retak sebagai akibat dari susut

Universitas Sumatera Utara


ataupun lainnya.Sementara untuk kuat gesernya jarang digunakan dalam

desain/perencanaan.

Nilai modulus elastisitas beton adalah nilai perbandingan antara tegangan dan

regangan yang dihasilkan oleh beton ketika beton itu diberi beban.Eurocode 2

menetapkan sendiri harga Ec atau modulus elastisitas beton prategang

Berdasarkan Eurocode 2 nilai modulus elastisitas

Ec = 9.5(fck + 8 )(1/3)

Dengan Ec dalam satuan KN/mm2

fck = kuat tekan beton dalam satuan N/mm2

Atau nilai Modulus elastisitasnya dapat dilihat dari tabel 3.2 Eurocode

2,berdasarkan kelas kekuatan silinder beton yang digunakan.

Perubahan bentuk(deformation) pada beton ada dua yaitu perubahan langsung

dan tergantung waktu(time dependent).Pada beban tetap,perubahan bentuk

bertambah dengan waktu dan jauh lebih besar dibandingkan harga langsungnya.

Perubahan regangan sepanjang waktu disebabkan oleh rangkak(shrinkage) dan

susut(creep).Perubahan bentuk langsung(regangan elastis) adalah perubahan bentuk

beton pada saat gaya prategang bekerja padanya.Regangan langsung(deformasi

langsung) dapat dituliskan sebagai berikut :


 =

di mana adalah tegangan yaitu gaya prategang awal dibagi luas penampang beton.

Ec adalah Modulus elastisitas beton.

Sementara susut terjadi karena akibat berkurangnya air dari beton selama proses

pengeringan beton.Dan rangkak adalah perubahan bentuk yang diakibatkan

bekerjanya tegangan.Susut dan rangkak menyebabkan perubahan bentuk tegangan

Universitas Sumatera Utara


lokal antara baja dan beton serta redistribusi aksi internal pada struktur statis tak

tentu.Susut dan rangkak juga bisa mengakibatkan keretakan yang dapat

mempengaruhi kemampuna layan dan keawetan struktur.

2.5.1.1 Susut

Susut pada beton adalah kontraksi akibat pengeringan dan perubahan kimiawi

yang tergantung pada waktu dan keadaan kelembaban


kelembaban tetapi tidak pada tegangan.

Pada dasarnya ada dua jenis susut yaitu,susut plastis dan susut pengeringan.Susut

plastis terjadi selama beberapa jam pertama sesudah pengecoran beton segar di

cetakan.Dalam hal ini,kandungan air mengalir dari lapisan-lapisan bawah elemen

beton.Sementara susut pengeringan adalah berkurangnya volume elemen beton

apabila terjadi kehilangan kandungan air akibat penguapan.Susut pengeringan terjadi

sesudah beton mengering dan sebagian besar proses hidrasi kimiawi di pasta semen

telah terjadi.

Susut pada beton dapat meningkatkan defleksi pada balok sehingga balok

mengalami kehilangan gaya prategang.

Gambar 2.6 Kurva susut-terhadap waktu(umur beton)

Rumus susut pada beton secara umum dapat dituliskan :

SH = cs.Es

di mana Es = Elastisitas baja.

Universitas Sumatera Utara


εcs = regangan susut sisa total

εcs = 300x10-6 unruk pratarik


εcs = untuk pascatarik dan t adalah usia beton setelah
 

transfer gaya prategang dalam hari.

2.5.1.2 Rangkak

Rangkak merupakan peningkatan regangan terhadap waktu akibat beban yang

terus menerus bekerja.Regangan tambahan akibat beban yang sama yang terus

menerus bekerja disebut regangan rangkak.

Gambar 2.7 Kurva regangan-waktu.

Dari grafik tersebut tampak bahwa laju rangkak berkurang terhadap waktu

seperti kasus pada susut.Rangkak sangat berkaitan dengan susut dan secara

umum,betony nag menahan susut juga cenderung mengalami sedikit rangkak.Dengan

demikian,rangkak pada beton dipengaruhi oleh komposisi campuran beton,kondisi

lingkungan dan ukuran benda uji,tetapi secara prinsip rangkak bergantung pada

pembebanan sebagai fungsi dari waktu.Seperti pada susut,rangkak juga dapat

mengakibatkan defleksi pada balok dan menyebabkan kehilangan prategang.

Secara umum rumus untuk menghitung rangkak adalah


CR = Kcr (fci-fcd).

Universitas Sumatera Utara


di mana: Kcr = koefisien rangkak, 1,6 untuk pasca tarik dan 2,0 untuk pratarik

fci = tegangan beton pada level baja sesaat setelah transfer.

fcd = tegangan beton akibat beban mati pada pusat berat tendon.

Maka,deformasi total atau regangan total pada beton adalah regangan

langsung ditambah regangan akibat susut ditambah regangan akibat rangkak.Dalam

bentuk rumus dapat dituliskan  =  +   + .

2.5.2 Baja Prategang

Sementara baja merupakan material yang memiliki kekuatan tarik yang tinggi

tetapi sangat lemah terhadap tekan.Akibatnya,tegangan tekan yang timbul akibat

suatu momen lentur dapat mengakibatkan struktur tersebut melentur dengan defleksi

yang besar.Demikian juga,material baja mengalami masalah tekuk yang merupakan

fungsi dari kelangsingan suatu penampang.Maksudnya pada bentang yang

panjang,material baja akan mengalami tekuk.Sehingga untuk bentang yang tinggi

ataupun panjang,penggunaan baja akan mengalami masalah tekuk akibat fungsi

kelangsingan material baja tersebut.Maka dari itu,untuk perencanaan masalah tekuk

akan dikontrol atau diperhatikan dengan baik.Itulah sebabnya,dalam perencanaan

beton prategang baja yang dipakai adalah baja mutu tinggi yang memiliki nilai

tegangan tarik yang tinggi.

Baja yang dipakai untuk prategang dalam praktik ada 4 macam yaitu,

1. Kawat tunggal(wire) biasanya digunakan untuk baja prategang sistem

pratarik dan biasanya tidak menggunakan selongsong.

2. Untaian kawat(Strand) biasanya digunakan untuk baja prategang sistem

pascatarik.

Universitas Sumatera Utara


3. Kawat batangan(bar) juga digunakan biasanya untuk sistem pratarik.

4. Tulangan biasa,sering digunakan untuk tulangan non-prategang(tidak ditarik)

seperti tulangan memanjang,sengkang,tulangan untuk pengangkuran dll.

Menurut Eurocode 2 baja prategang menurut tingkat relaksasinya dibagi menjadi 3

bagian yaitu :

• Kelas 1 wires dan strand relaksasi tinggi.

• Kelas 2 wires dan strand relaksasi rendah

• Kelas 3 bars

Kawat-kawat tunggal(wires)yang dipakai untuk sistem prategang adalah yang

sesuai dengan spesifikasi ASTM(American Standard for Testing Materials) A 421

Amerika Serikat.Ukuran dari kawat tunggal bervariasi dengan diameter antara 3-8

mm dengan tegangan tarik (fp) antara 1500-1700 Mpa dengan modulus

elastisitasnya,Ep=200x103Mpa.Untuk tujuan desain, nilai tegangan lelehnya dapat

diambil 0.85 dari tegangan tariknya.

Untaian kawat(strand) banyak digunakan untuk beton prategang dengan

sistem pascatarik.Untaian kawat yang dipakai harus memenyhi syarat ASTM A

416.Untaian kawat yang banyak dipakai adalah untaian tujuh kawat dengan dua

kualitas Grade 250 dan Grade 270(seperti di Amerika Serikat).Diameter untaian

kawat bervariasi antara 7,9-15,2 mm.Tegangan tariknya(fp) berkisar antara 1750-

1860 Mpa..Untuk tujuan desain,nilai tegangan lelehnya dapat diambil 0.85 dari

tegangan tariknya.

Selain tipe wires dan strands,,untuk baja prategang juga digunakan kawat

batangan(bars) dari bahan alloy yang sesuai dengan spesifikasi ASTM A 722.Baja

batangan ini tersedia dengan diameter antara 8-35 mm.Tegangan tarik(fp) baja

Universitas Sumatera Utara


batangan ini antara 1000-1100 Mpa.. Untuk tujuan desain,tegangan leleh diambil

0,85 dari tegangan tariknya.

Gambar 2.8 Strands prategang 7 kawat.(a).Penampang strands standard.


(b).Penampang strands yang dipadatkan.

(1) (2)

Gambar 2.9 Bentuk Kawat Batangan(Bars).(1).Bars Ulir.(2).Bars Polos

Sementara berdasarkan Eurocode 2 1991-1 untuk keperluan perencanaan

nilai modulus elastisitas baja prategang Ep untuk kawat tunggal(wires) dan kawat

batangan(bars) dapat diasumsikan 200 Gpa.Sementara nilai aktualnya memiliki

range dari 195-205 Gpa.

Selain baja prategang yang ditarik,beton prategang juga menggunakan

tulangan non-prategang,yang terdiri dari bentuk batang,kawat atau jalinan kawat

yang dilas yang dibuat berdasarkan standard ASTM.Jika tendon berfungsi untuk

menahan bagian utama beban,mengurangi defleksi,dll,maka tulangan non-prategang

Universitas Sumatera Utara


berfungsi untuk menahan terjadinya retak,menambah kekuatan ultimit serta

menambah kekuatan terhadap beban yang tidak diharapkan.

Gambar 2.10 Diagram tegangan-regangan baja prategang.


Keterangan : 100.000psi = 689.5 Mpa.
0.1 in = 2.54 mm,

Tabel.2.1 Tipikal Baja Prategang


Jenis Material Diameter(mm) Luas(mm2)Beban Putus Tegangan Tarik
(KN) (Mpa)
3 7.1 13.5 1900
Kawat Tunggal 4 12.6 22.1 1750
(Wires) 5 19.6 31.4 1600
7 38.5 57.8 1500
8 50.3 70.4 1400
Untaian kawat 9.3 54.7 102 1860
(Strands) 12.7 100 184 1840
15.2 143 250 1750
23 415 450 1080
Kawat 26 530 570 1080
Batangan(Bars) 29 660 710 1080
32 804 870 1080
38 1140 1230 1080
(Sumber Buku Desain Praktis Beton Prategang.Andri Budiardi)

Universitas Sumatera Utara


Baja memiliki sifat mekanis di antaranya relaksasi baja,pengaruh

temperatur,kelelahan (fatigue) dan korosi.Yang mana sifat-sifat mekanis ini dapat

mengurangi tegangan pada baja prategang sehingga kekuatannya tentu akan

berkurang.

2.5.2.1 Relaksasi Baja

Relaksasi baja adalah kehilangan prategang pada kawat atau strand akibat

regangan tetap.Hal ini identik dengan rangkak pada beton,perbedaannya adalah

rangkak merupakan perubahan regangan sementara relaksasi adalah kehilangan

tegangan pada baja.Relaksasi bertambah secara cepat dengan penambahan

temperatur pada baja Pengukuran terhadap relaksasi ini dinyatakan dalam persentase

nilai relaksasi dasar yang diukur pada periode 1000 jam pada temperature 20°

Kehilangan akibat relaksasi dapat dihitung dengan rumus

$%&  "#
 ! = "# [ − (. ,,]
'( ")

Di mana, fpi adalah tegangan awal tendon baja,t adalah waktu dan

fpy adalah kuat leleh baja.dengan ketentuan fpi/fpy ≥0.55.

2.5.2.2 Pengaruh Temperatur

Penambahan temperature biasanya mengurangi kekuatan,modulus elastisitas

dan relaksasi baja.Pengurangan temperatur akan berakibat kebalikannya serta

mengakibatkan berkurangnya daktilitas baja.

ۨ tidak terlalu
Perubahan temperature yang tidak signifikan(kurang dari 10◌C

ۨ
berpengaruh pada baja,tetapi apabila sudah mencapai 20-40◌C maka bisa

meningkatkan relaksasai baja.

Universitas Sumatera Utara


2.5.2.3 Kelelahan(Fatigue)

Kelelahan adalah ketahanan material baja terhadap perubahan dan

pengulangan tegangan.Tegangan yang berulang ini terjadi akibat bekerjanya beban

hidup pada struktur.Ketahanan baja terhadap kelelahan tentunya akan mengurangi

kekuatan baja dan dapat mengakibatkan kegagalan struktur.

2.5.2.4 Korosi

Pengaruh korosi pada baja prategang lebih berbahaya daripada pada baja non-

prategang.Hal ini disebabkan korosi dapat mengurangi luas penampang baja.Pada

baja prategang,pengurangan luas penampangnya lebih berbahaya karena tegangan

yang bekerja lebih tinggi daripada baja non-prategang.Hal ini mengakibatkan

pengurangan secara drastis kuat momen nominal penampang prategang yang dapat

menyebabkan kegagalan premature pada sistem structural.Pada komponen struktur

prategang,proteksi terhadap korosi diberikan oleh beton di sekeliling tendon,asalkan

ada selimut beton yang memadai.Pada pascatarik,proteksi dapat diperoleh dengan

penyuntikan penuh pada saluran sesudah pemberian prategang.

Universitas Sumatera Utara


2.6 Pembebanan pada Portal Single Beam

Berdasarkan Eurocode 2,adapun beban-beban yang diperhitungkan untuk

struktur adalah :

 Pembebanan Tetap/Permanent Action(G)

Pembebanan tetap adalah beban yang terus-menerus bekerja pada

struktur dan tidak tergantung waktu artinya sepanjang struktur itu

ada.Pembebanan tetap terdiri dari : Berat Sendiri struktur(bs),sambungan

dan alat-alat atau benda mati yang tidak dapat berubah

tempat.Pembebanan tetap sering juga beban mati(dead load).

 Pembebanan Sementara/Variable Action(Q).

Pembebanan sementara yaitu pembebanan yang tidak terus membebani

struktur atau tergantung waktu.Contohnya adalah beban hidup yang

diwajibkan (imposed load) ,beban angin(wind load) dan beban salju (snow

load).

 Pembebanan Tak Terduga/Accidental Action (A)

Pembebanan tak terduga yaitu pembebanan yang datang dan nilainya tidak

bisa dipastikan.Contohnya :Ledakan(explosions) atau dampak kendaraan

 Prestressing(P) gaya prategang adalah sebuah aksi tetap/permanent action

tetapi untuk alasan praktis hal ini dipisahkan atau tidak dikelompokkan

dengan pembebanan/aksi tetap.Gaya prategang dihasilkan oleh penarikan

kabel baja prategang.

Universitas Sumatera Utara


2.6.1 Faktor Beban(Safety Factor) dan Kombinasi Beban kondisi Ultimate

Limit States

Faktor beban adalah suatu angka keamanan yang digunakan dalam

perencanaan atau desain.Berdasarkan Tabel 2.2 Eurocode 2,nilai faktor keamanan

untuk beban dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Nilai Faktor Keamanan Untuk Beban Berdasarkan Eurocode 2


Aksi/beban Tetap/ Aksi/beban Gaya Prategang
(γG) Sementara(γQ) (γP)
Efek yang 1.0 1.5 0.9 atau 1.0
tidak terlalu
bahaya

Efek yang
ditimbulkan 1.35 1.5 1.2 atau 1.0
berbahaya

Sementara untuk faktor keamanan untuk material berdasarkan Tabel 2.3 Eurocode 2

adalah :

Tabel 2.3 Faktor Keamanan Untuk Material Berdasarkan Eurocode 2


Kombinasi Beton/Concrete Baja non-prategang/tendon
γc prategang γs

Fundamental 1.5 1.15

Aksi terburuk
(Kecuali gempa) 1.3 1.0

Universitas Sumatera Utara


Maka,nilai kombinasi beban untuk kondisi Ultimate Limit States berdasarkan

Eurocode 2 untuk Kombinasi dasar(fundamental combination) yaitu beban

tetap,beban sementara dapat dituliskan sebagai berikut

Ed = Σ(γG.GK) + γQ1.Qk,1 + Σ(γQ,i. ψ0 Qk,i)

i>1

 Untuk desain,apabila hanya ada satu beban sementara Qk1,maka kombinasi

bebannya dapat dituliskan :

Ed = Σ(γG.GK) + 1,5.Qk,1

 Untuk desain,bila ada dua atau lebih beban sementara Qk1,maka kombinasi

bebannya dapat dituliskan :

Ed = Σ(γG.GK) + 1,35.Σ
Σ ψ0Qk,1 i>1

Nilai ψ0 untuk :

1.Imposed load(semua jenis bangunan kecuali bertingkat) 0.7

2. Imposed load untuk bangunan bertingkat 1.0

2.Wind load 0.6

4.Snow load(beban salju) 0.6

 Apabila beban tak terduga/accidental action turut diperhitungkan berdasarkan

Eurocode 2 kombinasi beban dapat dituliskan sebagai berikut :

Ed = Σ(γGA.GK) + Ad +. ψ1Qk,1 + Σ( ψ2,i Qk,i)

i>1

Nilai ψ1 dan ψ2 bahkan ψ0 dapat dilihat dari tabel 1 Eurocode 2.

Universitas Sumatera Utara


2.6.2 Kombinasi Pembebanan Untuk Kondisi Serviceabilty Limit States

Ed ≤ Cd(Rd)

Ada 3 kombinasi untuk keadaan serviceability limit states yaitu :

1. Rare Combination

Ed = ΣGK,j (+P) + Qk,1 + Σ( ψ0,i Qk,i)

i> 1

2. Frequent Combination

Ed = ΣGK,j (+P) + ψ1,1 Qk,1 + Σ( ψ2,i Qk,i)

i> 1

3. Quasi permanent Combination

Ed = ΣGK,j (+P) + Σ( ψ2,i Qk,i)

i> 1

 Untuk desain,apabila hanya ada satu beban sementara Qk1,maka kombinasi

bebannya dapat dituliskan :

Ed = Σ GK,j (+P) + Qk,1

 Untuk desain,bila ada dua atau lebih beban sementara Qk1,maka kombinasi

bebannya dapat dituliskan :

Ed = ΣGK,j (+P) + 0.9 Qk,1

i>1

Di mana :

Ed = beban total yang bekerja

Cd = nilai kekuatan material

+P = Gaya Prategang.

Universitas Sumatera Utara


Gk = nilai karakteristik beban tetap

Qk,1= nilai karakteristik dari satu beban sementara

Qk,i = nilai karakteristik beban sementara yang lainnya(lebih dari satu

beban sementara).

Ad = nilai desain untuk beban tak terduga/accidental action

γG = faktor beban untuk beban tetap

γGA = faktor beban untuk beban tak terduga

γQ = faktor beban untuk beban sementara

ψ0,ψ1,ψ2 = koefisien untuk faktor beban sementara dapat dilihat dari

tabel 1 Eurocode 2

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai