Anda di halaman 1dari 32

KEGAGALAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI

(Studi Kasus di Wilayah Pantai Utara Kalimantan Barat)

Nama : Fadror Rahman


NIM : D1111211014
Abstrak

Bangunan pelindung pantai di pantai utara Kalimantan Barat adalah


bangunan penting yang bermanfaat untuk melindungi garis pantai,
infrastruktur dan pemukiman di tepi pantai. Untuk itu, inventarisasi dan
analisis kerusakan serta kegagalan bangunan pelindung pantai sangat
penting untuk diteliti faktor-faktor penyebabnya, jenis kerusakan yang
terjadi, dan rekomendasi terhadap pencegahan kerusakan bangunan pantai.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey lapangan,
melakukan observasi dan analisa data hidrodinamika: angin, tinggi
gelombang rencana, stabilitas bangunan struktur, dimensi armour bangunan
pelindung pantai, jenis kerusakan yang terjadi, dan analisis. Ada lima
analisis yang dilakukan yaitu, analisis faktor alam (parameter angin dan
gelombang), faktor kualitas/mutu bangunan/bahan, faktor desain dan tata
letak, faktor usia bangunan pelindung, penilaian tingkat kerusakan.
PENDAHULUAN

Bangunan pengaman atau pelindung pantai merupakan salah satu jenis


bangunan bidang teknik sipil yang dirancang untuk melindungi,
mengamankan pantai dari erosi/abrasi, dan banjir pantai/rob, menjaga
stabilitas muara untuk mendukung lalu lintas navigasi, serta revitalisasi
kawasan pantai. Terdapat beberapa macam bangunan pantai yaitu
pemecah gelombang (breakwater), groin, jeti, tembok laut (seawall),
pengisian pasir (beach nourishment/beachfill), tanggul laut (sea dike)
dan revetment. (USACE, 2000).
Beberapa bangunan pelindung pantai sering mengalami kerusakan, baik
kerusakan/kegagalan kecil maupun kerusakan/kegagalan besar atau
parah/kegagalan total.
PENDAHULUAN

Contoh kerusakan kecil adalah terlemparnya beberapa unit pelindung pantai,


sedangkan contoh kerusakan besar adalah terlemparnya sebagian besar unit
bangunan pelindung pantai, seperti batu alam, kubus beton, dan tetrapod.
Kegagalan terjadi disamping karena faktor alami, juga karena kegagalan
struktur bawah (terjadi settlement) akibat berat sendiri bangunan/struktur
bangunan, mutu beton, dan stabilitas struktur.
Disamping dua jenis kegagalan struktur pelindung di atas, kegagalan struktur
juga bisa terjadi akibat kesalahan desain atau tata letak bangunan.
PENDAHULUAN

Abrasi pantai merupakan salah satu permasalahan utama di Kalbar. Sebagai contoh
adalah wilayah pesisir Kecamatan Sungai Raya Kepulauan Kabupaten Bengkayang.
Wilayah pesisir ini pernah mengalami abrasi yang cukup besar, yang bahkan sudah
menggerus areal perkebunan warga yang ada di wilayah pesisir hingga membahayakan
rumah-rumah penduduk. (http://www.kalbarprov.go.id/berita.php?id=3501)
Demikian pula halnya dengan wilayah pantai Kabupaten Mempawah. Akibat abrasi,
Pulau Penibung yang tadinya menyatu dengan wilayah daratan/pantai, sejak tahun
1970-an yang lalu mulai terpisah dari daratan, padahal potensi wisata di pulau ini
cukup besar. Menyatukan kembali pulau ini dengan daratan dengan membangun
jembatan tentu memerlukan biaya yang cukup besar, baik untuk pembangunan maupun
operasi dan perawatannya.
PENDAHULUAN

Mengingat pentingnya peranan bangunan pelindung pantai di daerah


Kalimantan Barat (Kalbar), dan sangat minimnya kajian tentang permasalahan
kerusakan/kegagalan bangunan pantai di daerah ini, maka perlu dilakukan
inventarisasi bangunan-bangunan pelindung pantai yang ada di wilayah
pesisir/pantai utara Kalbar, terhadap tingkat kerusakan/kegagalan yang terjadi.
Tujuannya adalah menginventarisir jenis kerusakan/kegagalan
bangunan/struktur bangunannya; mengidentifikasi dan melakukan observasi
jenis kerusakan/kegagalan bangunan/ struktur bangunannya; dan mempelajari
penyebab utama kerusakan/kegagalan bangunan/struktur bangunan yang terjadi.
Dari hasil kajian ini, diberikan saran kepada pihak terkait guna penyempurnaan
disain, dan mencegah atau mengurangi terjadinya kegagalan yang sejenis di
masa akan datang.
METODOLOGI

Alur penelitian untuk mencapai tujuan Peninjauan lokasi dilakukan di pantai-pantai


sebagaimana diuraikan di atas, disajikan pada Kabupaten Mempawah, Kabupaten
diagram alir(flow chart) berikut ini;
Bengkayang, Kota Singkawang (Pantai Pasir
Panjang), dan Kabupaten Sambas (Kota
Pemangkat). Adapun untuk keperluan analisis
dilakukan untuk Pantai Pasir Panjang.
Analisis Kerusakan Bangunan dibagi menjadi
dua sebab, yaitu sebab dari luar (eksternal)
dan sebab dari dalam (internal). Sebab dari
luar adalah gelombang besar, dan kondisi
karakteristik tanah, sedangkan sebab dari
dalam atau dari badan bangunan/ struktur
utama, dengan mengkaji mutu bahan
bangunan, dan mutu persyaratan disain
(termasuk tata letak bangunan).
METODOLOGI

Identifikasi Kerusakan Struktur dilakukan dengan merujuk pada Cong, Mai Van,
et al.(2007), dimana terdapat 10 jenis kerusakan struktur, yaitu : Toe erosion,
Berm erosion, Erosion/breakage of armour, overtopping, subsoil settlement, core
settlement, filter instability, sliding, dan tilting of caping wall.
Analisis Penyebab Kegagalan Struktur (Desain), dilakukan dengan mengkaji
Hubungan bagian-bagian struktur pelindung terhadap 12 mekanisme kegagalan
struktur (Cong, Mai Van, et al. 2007), yakni : kerusakan mercu bangunan
(breakage, sliding, tilting of capping wall), melimpas (Overtopping), Instabilitas
lapis pelindung (armor layer instability), Instabilitas lokal, rembesan (Seepage),
piping, penurunan pondasi (Settlement), Instabilitas Mikro, gaya angkat
(Heave), erosi sisi luar dan dalam, sliding, instabilitas pondasi struktur.
METODOLOGI

Dua belas jenis kegagalan tersebut


dapat dibuat skema seperti pada
Gambar di samping ini, yang dibagi
menjadi dua besar berdasarkan jenis
pelindung pantai, yaitu pelindung
pantai yang memiliki sisi miring
pada bagian depannya (Sloping-front
structure Failure Modes) dan
pelindung pantai sisi tegak (Vertical
-front structure Failure Modes).
METODOLOGI

Analisis tinggi gelombang(hindcasting) untuk mengetahui kekuatan atau


kestabilan struktur dan dimensi lapis lindung, dilakukan dengan
mengikuti metoda dalam SPM 1984 (Shore Protection Manual 1984)
dengan bagan alir sebagaimana dapat dilihat pada Gambar
METODOLOGI
Keterangan :
HS= tinggi gelombang signifikan (m)
TP = perioda gelombang (s)
F = panjang fetch efektif (m)
UA = wind stress factor (ke. angin yang
dimodifikasi)
t = durasi angin
PEMBAHASAN

Faktor-faktor penyebab kerusakan dan dampaknya dilakukan terhadap


lima faktor.
▪ a. Analisis Faktor Alam: parameter : data tinggi gelombang Signifikan
dan Maksimum. Data kecepatan angin yang diperoleh, dianalisis
kembali untuk mendapatkan kecepatan angin maksimum (meter/detik)
tiap bulan untuk tiap tahunnya dari tahun 2007-2014.
Kondisi angin dicek untuk dua kondisi:
▪ a. kondisi Fetch Limited, dicek lagi apakah terjadi kondisi Angin Laut
Terkembang Penuh (Fully Arisen Sea) ataukah tidak, untuk
menentukan rumus yang dipakai;
▪ b. kondisi Duration Limited ; dibatasi oleh durasi (t), terjadi jika t<t
minimum, dimana t minimum dihitung dengan persamaan
PEMBAHASAN

Untuk menghitung stabilitas bangunan pelindungterhadap gaya


gelombang, digunakan rumus empiris Hudson;guna menghitung dimensi
dan tipe armor pelindung, dan untuk mendapatkan stabilitas struktur.
▪ b. Analisis mutu/bahan bangunan; dicek berdasarkan ketentuan dalam
Permen PU No 01/SE/M/2011 tentang Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Bangunan Pengaman Pantai. Berdasarkan ketentuan,
mutu beton minimal adalah K-300. Hasil cek di lokasi, mutu beton
terpasang (lokasi Pasir Panjang) adalah K-225, lebih kecil sebesar
25% dari persyaratan minimal. Mutu beton yang dipakai dianjurkan K-
400.
PEMBAHASAN

▪ c. Analisis faktor disain dan tata letak bangunan; bahwa kerusakan


bangunan pelindung pantai dapat disebabkan oleh faktor desain dan
tata letak bangunan.
Faktor Disain yang perlu diperhatikan adalah kemiringan (slope) lereng
breakwater Shore Protection Manual adalah 1:2. Untuk Pasir Panjang,
faktor ini hanya 1:1, tidak memenuhi standar SPM.
Faktor Tata Letak Bangunan; ditinjau berdasar -kan pada tiga parameter
yaitu: batimetri, elevasi muka air laut dan elevasi mercu breakwater.
Kota Singkawang

Bangunan-bangunan bangunan pengaman pantai terdapat di kawasan


pantai Pasir Panjang di kota Singkawang adalah:
▪ a. Breakwater : mengalami kerusakan akibat settlement dan armour
layer instability karena hantaman gelombang di bulan Desember-
Januari 2015; material kubus beton terlempar oleh gelombang.
Penyebab kerusakan pemecah gelombang tersebut yang paling tidak
terdapat tiga hal utama: Lokasi pemecah gelombang adalah berada
tepat di daerah gelombang pecah; struktur tanah lunak dan cerucuk
serta anyaman bambu yang tidak cukup kuat; dimensi kubus beton
yang kurang memadai.
Kota Singkawang

Kerusakan breakwater di Pantai Pasir Panjang dengan


tingkat kerusakan adalah rusak berat.
Kota Singkawang

▪ b. Revetmen bentuk Bronjong: kerusakan bangunan ini disebabkan


oleh: scouring atau gerusan pada kaki bangunan atau pondasi atau toe
area; tidak ada penulangan pada revetment. Kelemahan bronjong
karena hanya dibangun atau dibuat dengan kawat biasa yang
didalamnya diisi dengan batu pecah.
Kota Singkawang

Kondisi kerusakan struktur revetment bentuk bronjong yang mengalami


settlement dan gerusan pada daerah pondasi oleh serangan gelombang.
PANTAI PASIR PANJANG

Gambar di samping ini menunjukkan elevasi


pasang surut rencana, dimana elevasi muka air
maksimum berada pada kedalaman 1.59 m

Batimetri Pantai Pasir Panjang


(Sumber : BWSK I, 2013)
PANTAI PASIR PANJANG

di bawah ini adalah kontur batimetri dan lokasi kedalaman rencana bangunan
pemecah gelombang berdiri, yaitu pada kedalaman – 1.0 m hingga -1.5 m LWS.

Lokasi kedalaman Batimetri untuk letak breakwater di Pantai Pasir Panjang


PANTAI PASIR PANJANG

Elevasi mercu breakwater di Pantai Pasir Panjang


KABUPATEN MEMPAWAH

Lokasi kerusakan bangunan pengaman pantai terdapat di Desa Mendal di


Pantai Penibungan, Mempawah Hilir. Kerusakan terjadi akibat
settlement, serta pengaruh hantaman gelombang (run up dan run down
gelombang). Material kubus beton terlempar oleh gelombang sebagai
akibat terjadinya Gaya-gaya angkat, geser/seret, apung dan gaya inersia,
serta gaya hidrostatik; yang menyebabkan ketidakstabilan struktur
pemecah gelombang secara keseluruhan.
KABUPATEN MEMPAWAH

Kondisi kerusakan struktur pemecah gelombang


yang mengalami settlement dan material kubus
beton yang terlempar oleh gelombang.
KABUPATEN BENGKAYANG

▪ Kerusakan bangunan pelindung pantai di wilayah ini adalah sama


kondisinya dengan kerusakan bangunan pelindung pantai di wilayah
Kota Singkawang (Pasir Panjang) dan Kabupaten Mempawah, terjadi
akibat settlement dan pengaruh hantaman gelombang.
▪ Terlemparnya material kubus dikarenakan material tersebut tidak
cukup berat untuk melawan hanataman gelombang. Settlement
terjadi diperkirakan karena jumlah cerucuk dan anyaman bambu
yang kurang memadai.
KABUPATEN BENGKAYANG

Kerusakan offshore breakwater kubus beton akibat settlement


KALIMANTAN BARAT

Pada dasarnya pola terjadinya kerusakan bangunan pelindung pantai


adalah sangat komplek. Namun setidaknya ada tiga penyebab
kerusakan/kegagalan pelindung pantai yaitu : akibat hantaman
gelombang yang menyebabkan ketidakstabilan struktur, terjadinya
tekanan hidrostatik akibat adanya perbedaan elevasi muka air yang
dihasilkan dari proses run up dan rundown gelombang terhadap struktur
beakwater, dan settlement pondasi bangunan.
KESIMPULAN

Dari hasil analisis dan bahasan mengenai kegagalan bangunan pelindung


pantai untuk studi kasus di wilayah Pantai Utara Kalimantan Barat, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
▪ a. Penyebab kerusakan bangunan pemecah gelombang adalah faktor-
faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah akibat disain
pondasi untuk tanah lunak yang tidak memadai, pemilihan bentuk
lapis lindung, dimensi lapis lindung yang tidak memadai, tata letak
dan posisi bangunan pemecah gelombang yang kurang tepat. Adapun
faktor eksternalnya adalah akibat faktor pengaruh tinggi gelombang
dan tanah lunak.
KESIMPULAN

▪ b. Tingkat kegagalan yang terjadi adalah kegagalan ringan hingga


sedang, yaitu settlement dan terlemparnya beberapa kubus beton.
Tingkat kegagalan terkategori berat hanya terjadi satu kali saja yaitu di
PantaiPasir Panjang.
▪ c. Jenis kegagalan yang terjadi berupa penurunan pondasi (settlement),
perubahan elevasi mercu, dan susunan kubus beton yang berantakan.
Dalam hal revetment, kegagalan yang dialami adalah gerusan pondasi
(scouring of toe structure).
KESIMPULAN

▪ d. Settlement yang cukup parah disebabkan tidak cukup kuatnya


pondasi (cerucuk) terpasang, dan tidak memadainya dimensi anyaman
bambu yang dipergunakan.
▪ e. Kerusakan cukup parah umumnya dialami oleh pemecah gelombang
dari jenis lepas pantai (offshore breakwater) dengan dimensi kubus
beton 40 cm x 40 cm x 40 cm dan slope lereng yang menghadap laut
1:1. sedangkan untuk jenis revetment dan groin dengan kubus beton
tidak mengalami kerusakan yang berarti.
▪ f. Faktor usia bangunan tidak ada hubungannya dengan tingkat
kegagalan yang terjadi. bangunan. Kegagalan lebih banyak disebabkan
oleh faktor internal dan eksternal.
SARAN

Sehubungan dengan simpulan di atas, disarankan hal-hal sebagai berikut :


▪ a. Bangunan pelindung pantai supaya didisain/dianalisis lebih cermat,
termasuk dalam penentuan lokasi perletakan pemecah gelombang yang
relative lebih tepat;
▪ b. Jenis material dan bentuk lapis lindung agar dipilih lebih tepat tanpa
harus mengabaikan kekuatan dan kestabilan struktur, dalam upaya
menghemat biaya bangunan;
SARAN

▪ c. Slope atau kemiringan lereng yang menghadap ke laut minimal


harus 1:2;
▪ d. Pondasi bangunan agar dirancang sedemikian rupa sehingga tidak
mengalami penurunan (settlement) yang mengakibatkan perubahan
cukup berarti pada struktur atasnya.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai