Abrasi pantai merupakan salah satu permasalahan utama di Kalbar. Sebagai contoh
adalah wilayah pesisir Kecamatan Sungai Raya Kepulauan Kabupaten Bengkayang.
Wilayah pesisir ini pernah mengalami abrasi yang cukup besar, yang bahkan sudah
menggerus areal perkebunan warga yang ada di wilayah pesisir hingga membahayakan
rumah-rumah penduduk. (http://www.kalbarprov.go.id/berita.php?id=3501)
Demikian pula halnya dengan wilayah pantai Kabupaten Mempawah. Akibat abrasi,
Pulau Penibung yang tadinya menyatu dengan wilayah daratan/pantai, sejak tahun
1970-an yang lalu mulai terpisah dari daratan, padahal potensi wisata di pulau ini
cukup besar. Menyatukan kembali pulau ini dengan daratan dengan membangun
jembatan tentu memerlukan biaya yang cukup besar, baik untuk pembangunan maupun
operasi dan perawatannya.
PENDAHULUAN
Identifikasi Kerusakan Struktur dilakukan dengan merujuk pada Cong, Mai Van,
et al.(2007), dimana terdapat 10 jenis kerusakan struktur, yaitu : Toe erosion,
Berm erosion, Erosion/breakage of armour, overtopping, subsoil settlement, core
settlement, filter instability, sliding, dan tilting of caping wall.
Analisis Penyebab Kegagalan Struktur (Desain), dilakukan dengan mengkaji
Hubungan bagian-bagian struktur pelindung terhadap 12 mekanisme kegagalan
struktur (Cong, Mai Van, et al. 2007), yakni : kerusakan mercu bangunan
(breakage, sliding, tilting of capping wall), melimpas (Overtopping), Instabilitas
lapis pelindung (armor layer instability), Instabilitas lokal, rembesan (Seepage),
piping, penurunan pondasi (Settlement), Instabilitas Mikro, gaya angkat
(Heave), erosi sisi luar dan dalam, sliding, instabilitas pondasi struktur.
METODOLOGI
di bawah ini adalah kontur batimetri dan lokasi kedalaman rencana bangunan
pemecah gelombang berdiri, yaitu pada kedalaman – 1.0 m hingga -1.5 m LWS.