INTISARI
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan yang terletak di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali,
saat ini mengalami permasalahan yang cukup serius. Yang pertama adalah pendangkalan alur pelayaran dan
kolam labuh yang disebabkan oleh masuknya sedimen menyusur pantai dengan net transpor yang besar.
Yang kedua adalah erosi yang terjadi pada pantai sebelah barat laut pelabuhan yang mengancam dan
merusak pemukiman penduduk, kawasan suci, tempat rekreasi dan lahan pertanian.
Maksud dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk melakukan evaluasi terhadap masalah pendangkalan
kolam labuh dan erosi pada pantai disekitar PPN Pengambengan dan menghasilkan solusi secara struktural
dan non struktural. Dalam melakukan analisis data untuk perencanaan bangunan pelindung pantai dibutuhkan
data-data sekunder antara lain data angin, pasang surut, bathimetri, dan penyelidikan tanah. Data-data
tersebut diolah untuk memperoleh arah dominan dan persentase angin, tinggi dan periode gelombang, dan net
transpor sedimen yang selanjutnya menjadi dasar dari perencanaan struktur bangunan dan menganalisis
kestabilan struktur bangunan.
Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa kecepatan angin yang berhembus mampu membangkitkan
gelombang ekstrim dengan kala ulang 50 tahunan mencapai ketinggian 2,597 m dengan periode 6,139 detik.
Faktor yang paling dominan menyebabkan terjadinya pendangkalan dan sedimentasi pada kolam labuh disebabkan
sedimen menyusur pantai dengan net transport sedimen sekitar 43.446,47 m3/tahun dengan arah sedimen ke barat.
Sehingga diusulkan penanganan secara struktur dengan membangun tembok laut menggunakan tumpukan batu
dengan elevasi dasar bangunan terletak pada +0,00 m, elevasi mercu +5,2 m, dan lebar mercu 2,15 m. Hasil dari
perhitungan stabilitas bangunan tembok laut adalah FS(daya dukung) = 9,23 > 3, FS(geser) = 15,18 > 1,5 dan settlement
= 9,58 cm. Penanganan secara non struktur dilakukan dengan metode sand by passing. Pelaksanaannya dapat
dilakukan dengan cara pemompaan atau pengerukan yang berkapasitas sand by passing sekitar 50.000 m3/tahun.
1
NASKAH SEMINAR Juni 2017
2
NASKAH SEMINAR Juni 2017
Tembok laut ini berbentuk tegak terbuat dari 2.3 Studi Perbandingan
beton dengan struktur massive. 1. Perencanaan Breakwater di Lamongan
c. Concrete stepped-face seawall Jawa Timur
Tembok laut ini terbuat dari beton bertangga Marines Febriani (2011) melakukan penelitian
yang dirancang untuk membatasi run up mengenai perencanaan pemecah gelombang ini
gelombang dan limpasan gelombang, dilakukan di Desa Kemantren, Kecamatan
biasanya digunakan untuk jenis gelombang Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
yang tidak terlalu besar. Perencanaan ini bertujuan untuk mengevaluasi lay
d. Concrete combination sstepped-face seawall out perencanaan dan kebutuhan dimensi pemecah
and curved-face seawall gelombang, merencanakan metode pelaksanaan
Tembok laut direnacang dengan yang efisien, serta menghitung rencana anggaran
menggabungkan bentuk dari sstepped-face biaya. Dengan dibangunnya pemecah gelombang
seawall dan curved-face seawall ini diharapkan dapat mengurangi pengantrian
kapal yang akan menggunakan fasilitas serupa di
2.2 Lokasi Penelitian Tanjung Perak Surabaya sehingga pengoperasian
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) kapal untuk mendukung kegiatan distribusi barang
Pengambengan merupakan pusat kegiatan melalui jalur laut dapat berjalan cepat, efektif serta
perikanan rakyat terbesar di Bali yang terletak efisien.
pada posisi 08o 23’ 46” Lintang Selatan dan 114o 2. Perencanaan Pemecah Gelombang
34’ 47” Bujur Timur, tepatnya di Desa (Breakwater) di Pelabuhan Merak
Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Febriansyah (2012) melakukan penelitian
Jembrana, Provinsi Bali. Kegiatan perikanan di mengenai perencanaan pemecah gelombang yang
PPN Pengambengan telah dimulai sejak tahun dilakukan di Pelabuhan Merak, Banten. Pelabuhan
1976. Merak kerap dilingkupi permasalahan dalam
Batas wilayah PPN Pengambengan adalah mobilitas kapal yang sering terganggu dan
sebagai berikut: menjadi lebih lama akibat kondisi perairan kurang
Sebelah Utara : Kabupaten Buleleng tenang. Rasio v/c saat ini bahkan sudah mencapai
Sebelah Timur : Kabupaten Tabanan 0,95. Oleh sebab itu perlu dibangun pemecah
Sebelah Selatan : Samudera Hindia gelombang yang dapat melindungi pelabuhan agar
Sebelah Barat : Selat Bali kondisi perairan menjadi lebih tenang. Tujuan dari
penelitian ini adalah merencanakan ulang tata
letak dan desain pemecah gelombang di
Pelabuhan Merak.
3. Evaluasi Perencanaan Pemecah
Gelombang Pelabuhan Perikanan Pantai
Glagah Kabupaten Kulonprogo,
Yogyakarta
Mik Wanul Khosiin (2013) melakukan penelitian
mengenai evaluasi perencanaan pemecah
gelombang ini dilakukan di Pelabuhan Perikanan
Pantai Glagah, Yogyakarta. Di pantai Glagah saat
ini sudah terbangun pemecah gelombang. Namun
keberadaannya belum bisa berfungsi secara
optimal karena mempunyai banyak permasalahan.
Tujuan pembuatan tugas akhir ini adalah untuk
mengevaluasi perencanaan pemecah gelombang
Glagah bagian timur dan barat agar mampu
memberikan perlindungan optimal bagi kolam
labuh dan alur pelayaran dari gempuran
Gambar 2.1 Lokasi PPN Pengambengan gelombang serta untuk mengurangi sedimentasi.
Hasil yang diharapkan adalah dapat memberikan
3
NASKAH SEMINAR Juni 2017
memberikan masukan untuk pengembangan pertahanan alami (sand dune, hutan bakau,
pemecah gelombang di masa yang akan datang. terumbu karang) untuk melindungi diri dari
4. Perencanaan Alternatif Bangunan serangan arus dan gelombang.
Pengaman Pantai Namrole Buru Selatan,
Maluku 3.1.1 Jenis Pantai
Muhammad Aldin (2015) melakukan penelitian Menurut Francis P. Shepard (1937), pantai
mengenai perencanaan bangunan pengaman diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu sebagai
Pantai Namrole, sejalan dengan perkembangannya berikut.
sebagai daerah nelayan dan wisata mengalami 1. Pantai primer (terbentuk dari bukan perantara
persoalan kerusakan pantai yang disebabkan laut)
karena adanya perubahan garis pantai akibat erosi a. Land erosion coast yaitu terjadi akibat
dan juga pemukiman yang terlalu dekat dengan pendangkalan estuari atau tenggelamnya
pantai dimana sempadan pantai sebagai daerah daratan akibat naiknya muka air laut yang
penyangga (buffer zone) belum direncanakan disebabkan melelehnya es.
sehingga pada saat musim gelombang, b. Subaerial deposition coast yaitu endapan
pemukiman tersebut berada dalam jangkauan di pantai dapat berupa lumpur, pasir,
limpasan gelombang laut (wave run up). glasial dan longsoran tanah. Lumpur
5. Evaluasi Perencanaan Tembok Laut biasanya terjadi di daerah yang terdapat
Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan banyak sungai, endapan pasir disebabkan
Indramayu Hesti oleh angin, sedang glasial pada daerah
Maria Loisa Msiren (2016) melakukan penelitian yang mempunyai sungai es.
mengenai evaluasi perencanaan tembok laut c. Volcanic coast yaitu terjadi akibat aliran
kawasan Pertamina UP VI Balongan saat ini lava letusan gunung, dapat dilihat melalui
terjadi erosi yang cukup signifikan. Kondisi kontur tanah yang berbentuk cembung
seperti ini merugikan PT Pertamina karena area pada pantai atau cekungan disamping
tanahnya setiap tahun menyusut dan disamping itu gunung berapi.
bebarapa kolam IPAL sudah terjangkau oleh d. Ice coast yang dibentuk oleh berbagai
serangan gelombang. Kondisi saat ini telah tipe gletser khususnya di Antartika
dilakukan pembangunan tembok laut sepanjang 2. Pantai sekunder (terbentuk dari perantara
kawasan pantai Pertamina RU VI Balongan. laut/organisme laut)
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan a. Wave erosion coast yaitu ombak akan
evaluasi perencanaan yang lebih baik. membentuk pantai dengan menghilangkan
material yang lemah kemudian
3. LANDASAN TEORI meninggalkan material yang kuat.
3. 1 Pantai b. Marine deposition coast yaitu terjadi
Menurut Triatmodjo (1999), pantai merupakan akibat adanya ombak dan arus, biasanya
jalur yang merupakan batas antara darat dan laut, pada pantai ini terdapat penghalang pantai
diukur pada saat pasang tertinggi dan surut (barrier).
terendah, dipengaruhi oleh fisik laut dan sosial c. Coast built by organism yaitu terjadi
ekonomi bahari, sedangkan ke arah darat dibatasi akibat aktivitas organisme biologis yang
oleh proses alami dan kegiatan manusia di terdapat pada rawa, batu karang dan
lingkungan darat. mangrove.
Pantai merupakan gambaran nyata interaksi
dinamis antara air, gelombang dan material 3.1.2 Kerusakan Pantai
(tanah). Angin dan air bergerak membawa Proses kerusakan pantai yang berupa abrasi atau
material tanah dari satu tempat ke tempat lain, erosi pantai dapat terjadi karena sebab alami dan
mengikis tanah dan kemudian mengendapkannya buatan. Adapun penyebab kerusakan pantai adalah
lagi di daerah lain secara terus-menerus. Dengan sebagai berikut.
kejadian ini menyebabkan terjadinya perubahan 1. Penyebab alami
garis pantai. Dalam kondisi normal, pantai selalu a. Sifat dataran pantai yang masih muda dan
bisa menahan gelombang dan mempunyai belum berimbang, dimana sumber
4
NASKAH SEMINAR Juni 2017
sedimen (source) lebih kecil dari 3.2.1.1 Refraksi Gelombang dan Wave Shoaling
kehilangan sedimen (sink). Refraksi dan pendangkalan gelombang (Wave
b. Naiknya ketinggian gelombang. Shoaling) dapat menentukan tinggi gelombang di
c. Hilangnya perlindungan pantai (bakau, suatu tempat berdasarkan karakteristik gelombang
terumbu karang, sand dune). datang.
d. Naiknya muka air karena pengaruh global 1. Tinggi Gelombang
warming. 𝐻 = 𝐾𝑠 × 𝐾𝑟 × 𝐻0 (3.1)
2. Penyebab campur tangan manusia dengan,
a. Perusakan perlindungan pantai alami, 𝐻0 : tinggi gelombang laut dalam
seperti kegiatan penebangan bakau, 𝐾𝑠 : koefisien pendangkalan (shoaling)
perusakan terumbu karang, pengambilan 𝐾𝑟 : koefisien refraksi
pasir di pantai, dan lain-lain. 2. Koefisien Refraksi
b. Perubahan imbangan transportasi sedimen cos 𝛼𝑜
sejajar pantai akibat pembuatan bangunan 𝐾𝑟 = √ (3.2)
cos 𝛼
pantai, seperti: jetty, pemecah gelombang, Dimana pada hukum Snell berlaku apabila
pelabuhan, dan lain-lain. gelombang di laut dalam dan di suatu titik yang
c. Perubahan suplai sedimen dari daratan, ditinjau, yaitu:
contohnya: perubahan aliran sungai atau 𝐶
sin 𝛼 = (𝐶 ) sin 𝛼𝑜 (3.3)
sudetan sungai, pembuatan bendungan di 𝑜
hulu sungai, dan lain-lain. dengan,
d. Pengembangan pantai yang tidak sesuai 𝐾𝑟 : koefisien refraksi
dengan proses pantai. 𝛼 : sudut antara garis puncak gelombang dan
garis kontur dasar laut di titik yang
3.2 Gelombang ditinjau
Gelombang merupakan perwujudan dari 𝛼𝑜 : sudut antara garis puncak gelombang di
permukaan yang bergelembung dari air laut yang laut dalam dan garis pantai
terjadi pada suatu interval tertentu. Gelombang di 𝐶 : kecepatan rambant gelombang
laut bisa dibangkitkan oleh angin (gelombang 𝐶𝑜 : kecepatan rambat gelombang di laut
angin), gaya tarik matahari dan bulan (pasang dalam
surut), letusan gunung berapi atau gempa di laut 3. Koefisien Shoaling
(tsunami), kapal yang bergerak, dan sebagainya. 𝑛 0 𝐿0
Pada umumnya bentuk gelombang di alam adalah 𝐾𝑠 = √ (3.4)
𝑛𝐿
sangat kompleks dan sulit digambarkan secara dengan,
matematis karena ketidaklinieran, tiga dimensi 𝐾𝑠 : koerfisien pendangkalan (shoaling)
dan mempunyai bentuk yang random (Triatmodjo, 𝐿0 : panjang gelombang di laut dalam
2010). Berdasarkan kedalaman relatif, gelombang 𝐿 : panjang gelombang
dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu:
a. Gelombang di air dangkal (shallow water) 3.2.1.2 Gelombang Pecah
: d/L ≤ 1/20 Tinggi gelombang pecah diberi notasi 𝐻𝑏 . Munk
b. Gelombang di air air transisi (transition (1949, dalam CERC, 1984) memberikan rumus
water) : 1/20 ≤ d/L ≤ ½ untuk menentukan tinggi dan kedalaman
c. Gelombang di air dalam (deep water) gelombang pecah berikut ini.
: d/L ≥ ½ 𝐻𝑏
=
1
(3.5)
1⁄
𝐻 ′
0 3,3(𝐻0 ′⁄𝐿𝑜) 3
𝑑𝑏
3.2.1 Deformasi Gelombang = 1,28 (3.6)
𝐻𝑏
Apabila suatu deretan gelombang menjalar
Parameter 𝐻𝑏 ⁄𝐻0 ′ disebut dengan indeks tinggi
mendekati pantai, gelombang tersebut akan
gelombang pecah. Penelititan yang dilakukan oleh
mengalami perubahan bentuk yang disebabkan
Iversen, Galvin dan Goda (dalam SPM, 1984)
oleh shoaling, refraksi, difraksi dan geombang
pecah. menunjukkan bahwa 𝐻𝑏 ⁄𝐻0 ′ dan 𝑑𝑏 ⁄𝐻𝑏
tergantung pada kemiringan pantai dan
5
NASKAH SEMINAR Juni 2017
6
NASKAH SEMINAR Juni 2017
7
NASKAH SEMINAR Juni 2017
3.4.4 Elevasi muka air laut rencana S : jumlah transpor sedimen (angkutan
Muka air laut rencana (design water level) dapat pasir)
dihitung dengan persamaan : (m3/tahun)
𝐷𝑊𝐿 = 𝐻𝑊𝑆 + (𝑊𝑆 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑆𝑆) + 𝑆𝐿𝑅 (3.19) Ho : tinggi gelombang signifikan di laut
dengan, dalam
𝐷𝑊𝐿 : muka air laut rencana (m) (m)
𝐻𝑊𝑆 : muka air pasang (m) Co : kecepatan rambat gelombang di laut
𝑊𝑆 : wind set-up (m) dalam (m/s)
𝑆𝑆 : storm surge (m) p : persentase kejadian gelombang pada
𝑆𝐿𝑅 : sea level rise (m) arah
dan tinggi gelombang yang ditinjau
3.5 Analisis Statik Gelombang Krbr : koefisien refraksi di sisi luar breaker
3.5.1 Analisis distribusi gelombang zone
Analisis distribusi gelombang dilakukan dengan A : koefisien CERC = 0,61.106 – 0,79.106
cara meninjau arah gelombang dan tinggi αbr : sudut datangnya gelombang pada sisi
gelombang yang terjadi pada suatu tempat. Arah luar
yang ditinjau biasanya hanya pada beberapa arah breaker zone
utama saja. Prosentase kejadian gelombang pada
arah yang ditinjau dihitung dan ditabelkan lalu 3.7 Kajian Mekanika Tanah
digambar dalam bentuk mawar gelombang (wave Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah
rose). untuk mendukung beban. Pengujian di
laboratorium terhadap sampel tanah dapat
3.5.2 Analisis Kala Ulang Gelombang Ekstrim digunakan untuk mengetahui parameter tanah
Analisis kala ulang gelombang ekstrim seperti berat jenis tanah, sudut gesek internal
menggunakan Metode Distribusi Gumbel, dengan tanah, indeks plastisitas, koefisien konsolidsi
persamaan sebagai berikut: ataupun yang lain.
𝐻̅ = ∑𝐻 (3.20) Berdasarkan parameter tanah dapat dihitung daya
𝑛 dukung batas tanah (Qult) dengan menggunakan
̅)
∑(𝐻−𝐻 persamaan Terzaghi berikut ini:
𝜎𝐻 = √ (3.21)
𝑛−1
𝜎
Qult = C.Nc + Df.γ.Nq + 0,5.B.γ.Nγ (3.24)
̅
𝐻𝑟 = 𝐻 + 𝜎𝐻 (𝑌 − 𝑌𝑛 ) (3.22) dengan,
𝑛
Dengan menggunakan kala ulang gelombang Qult : kuat dukung batas (ton/m2)
versus Y seperti pada Tabel 3.1 dibawah ini. Df : kedalaman pondasi (m)
Tabel 3.1 Kala ulang gelombang versus Y B : lebar pondasi (m)
No Kala ulang Y C : kohesi tanah
1 2 tahun 0,3665 φ : sudut gesek internal tanah
2 5 tahun 1,4999 γ : berat jenis tanah (ton/m3)
3 10 tahun 2,2502 Nc, Nq, Nγ : konstanta tanah tergantung φ
4 15 tahun 2,6737
5 20 tahun 2,9702 3.8 Perencanaan Tembok Laut
6 25 tahun 3,1985 Tembok laut memiliki beberapa bentuk desain
7 50 tahun 3,9019 yang secara umum banyak dipergunakan. Kriteria-
8 100 tahun 4,6001 kriteria dalam merencanakan tembok laut adalah
sebagai berikut.
3.6 Transpor Sedimen a. Lebar mercu
Untuk menghitung transpor sedimen sepanjang Lebar mercu tembok laut ditentukan dengan
pantai digunakan rumus CERC (US Army Coastal menggunakan rumus sebagai berikut.
Engineering Research Center, 1984). Adapun 1/3
W
rumus tersebut adalah sebagai berikut. B = n. K∆ .(γ ) (3.25)
b
S = p.A.Ho2.Co.(Krbr)2.Sin(αbr).Cos(αbr) (3.23) dengan,
dengan, 𝐾∆ : koefisien lapis
8
NASKAH SEMINAR Juni 2017
9
NASKAH SEMINAR Juni 2017
10
NASKAH SEMINAR Juni 2017
mewakili gelombang yang ada di lapangan. Oleh dan belum tertangani yaitu 9,88 km.
karena itu, dilakukan peramalan gelombang 3. Pendangkalan alur pelayaran dan kolam
berdasarkan data angin yang ada. Adapun labuh
langkah-langkah dalam analisis gelombang Kondisi alur pelayaran dan kolam labuh saat
sebagai berikut. ini masih dangkal yaitu pada kedalaman -0,8
1. Data gelombang dikelompokkan berdasarkan m. Berdasarkan data yang diperoleh dari PPN
arah dan tinggi gelombang. Pengambengan, sampai saat ini volume
2. Data tersebut diolah menggunakan software pendangkalan sudah mencapai ± 275.000 m3
bantuan yaitu WRPLOT V.8.0.0 sehingga dari dasar perairan sebelumnya. Kondisi
didapatkan distribusi arah dan tinggi tersebut menyebabkan kapal-kapal perikanan
gelombang yang disajikan dalam bentuk dengan kapasitas di atas 20 GT tidak dapat
tabel. masuk hingga ke kolam labuh. Pendangkalan
3. Dihitung persentase untuk tiap arah dan tersebut disebabkan oleh bentuk pemecah
tinggi gelombang yang didapatkan dan gelombang yang menghadap ke arah selatan,
disajikan dalam bentuk tabel. yang merupakan arah masuknya suplai
4. Dibuat gambar wave rose berdasarkan tabel sedimen baik yang berasal dari
tersebut. penggerusan/abrasi pantai di daerah Tanjung
Lampu, Sungai Sowan, Sungai Perancak, dan
sekitarnya.
5. HASIL DAN PENELITIAN 4. Kerusakan pada pemecah gelombang sisi kiri
5.1 Identifikasi Masalah Kawasan PPN dan revetment
Pengambengan Kerusakan pada pemecah gelombang tersebut
Beberapa permasalahan penulis temukan yaitu tidak disebabkan oleh gelombang laut, karena
sebagai berikut. daerah kerusakan berada pada bagian dalam,
1. Sedimentasi yang tinggi (akresi) pada namun disebabkan oleh penataan yang
wilayah tenggara PPN Pengambengan kurang sempurna pada saat pembangunan
Pantai di wilayah tenggara PPN yang semakin diperparah oleh beban hidup
Pengambengan banyak mengalami masalah seperti kendaraan yang melintas di atasnya.
sedimentasi yang tinggi. Sumber sedimentasi Selanjutnya pengikisan tanah ditemukan pada
tersebut dominan berasal dari muara. revetment bagian utara kolam labuh
Sedimen terbawa oleh arus dan gelombang sepanjang 60 m.
yang membentuk sudut sehingga terjadi
transpor sedimen sepanjang pantai. Muara
sungai yang ada di dekat wilayah pelabuhan
adalah muara Sungai Sowan yang bermuara
di Pantai Perancak. DAS Sungai Sowan
memiliki luas 205,818 km2 (Balai Wilayah
Sungai Bali Penida, 2012).
2. Erosi pantai wilayah barat laut PPN
Pengambengan
Dampak lain dari adanya sedimentasi yang
tinggi adalah terjadinya erosi pantai (abrasi)
yaitu pengikisan pantai yang menyebabkan
mundurnya garis pantai di daerah lainnya.
Perubahan morfologi tersebut terjadi akibat
berpindahnya sedimen yang dibawa oleh arus
laut dan tenaga gelombang laut. Erosi pantai
terpanjang terdapat di Pantai Pengambengan,
Pantai Cupel, dan Pantai Perancak yang dekat
dengan PPN Pengambengan. Hingga tahun
2016, panjang pantai yang mengalami erosi
11
NASKAH SEMINAR Juni 2017
5.2 Hasil Analisis Angin Ket : Tabel 5.1 Hitungan fetch efektif
Dari hasil pengolahan data angin harian selama 10 Warna biru : fetch dari arah barat Fetch
Jarak
tahun didapatkan bahwa persentase kejadian angin Warna
Arah merah : fetch dari
Sudut arahXi
barat
. Cosdayaefekti
Cos α (Xi)
yang berpengaruh pada lokasi penelitian berasal utama (αo) α f
(km)
dari arah tenggara sebesar 30,449% dan arah (km)
selatan sebesar 28,642%, dengan kecepatan -42 0,743 24,93 18,52
-36 0,809 26,00 21,03
dominan masing-masing pada interval 5,7-8,8 m/s
-30 0,866 25,73 22,29
sebesar 14,797% dan interval 3,6-5,7 m/s sebesar
-24 0,913 21,47 19,61
12,782%. Hasil analisis disajikan dalam wind rose -18 0,951 21,80 20,74
pada Gambar 5.1. -12 0,978 23,16 22,65
-6 0,994 23,36 23,23
Barat
0 1 26,31 26,31 26,72
daya
6 0,994 28,33 28,17
12 0,978 30,00 29,34
18 0,951 31,59 30,05
24 0,913 28,36 25,90
30 0,866 29,49 25,54
36 0,809 30,79 24,91
42 0,743 30,61 22,75
13,51 361,11
-42 0,743 27,91 20,74
-36 0,809 25,74 20,82
-30 0,866 25,41 22,01
-24 0,913 24,90 22,74
-18 0,951 24,19 23,00
Gambar 5.1 Wind rose tahun 2007-2016
-12 0,978 24,34 23,81
-6 0,994 24,62 24,49
Barat 0 1 24,73 24,73 24,75
5.3 Hasil Analisis Fetch 6 0,994 25,37 25,23
Dalam perhitungan panjang fetch efektif 12 0,978 26,29 25,71
menggunakan peta satelit google earth. Cara 18 0,951 25,64 24,39
mendapatkan fetch efektif ditunjukkan oleh 24 0,913 21,31 19,46
Gambar 5.2. 30 0,866 22,45 19,44
36 0,809 23,08 18,68
42 0,743 25,61 19,03
13,51 334,36
12
NASKAH SEMINAR Juni 2017
dan lama waktu hembus. Sehingga didapatkan Tabel 5.3 Perbandingan gelombang dengan kala
hasil seperti pada Tabel 5.2 di bawah ini. ulang
Tabel 5.2 Tinggi dan periode gelombang Peri- Metode FT Metode Metode
maksimum tahun 2007-2016 ode Type 1 Weibull Gumbel
Kecep ulang
Hs Ts Arah Yr Hsr Yr Hsr Yr Hsr
Tahun atan (thn)
(m) (s) Angin (°)
(m/s) 2 0,36 1,39 0,61 1,31 0,36 1,39
2007 1,750 5,700 10,8 180 5 1,50 1,68 1,88 1,58 1,50 1,77
2008 1,700 5,600 10,3 135 10 2,25 1,88 3,04 1,82 2,25 2,03
2009 1,250 5,000 8,2 180 25 3,19 2,12 4,75 2,18 3,19 2,35
2010 1,214 4,917 7,7 180 50 3,9 2,30 6,16 2,47 3,90 2,59
2011 1,500 5,417 9,8 180 100 4,6 2,48 7,66 2,78 4,60 2,83
2012 1,375 5,167 8,7 180
2013 2,000 6,111 12,9 180 Dari grafik perbandingan tinggi gelombang dan
2014 1,375 5,167 8,7 135 periode didapatkan persamaan Dari grafik di atas
didapatkan persamaan yang mewakili
2015 1,250 5,000 8,2 180
perbandingan antara tinggi gelombang (H) dan
2016 0,950 4,357 7,2 180 periode (T) yaitu: y = -0,6468x2 + 3,3037x +
1,9212, sehingga didapatkan periode yang
5.6 Hasil Analisis Statik Gelombang Angin disajikan pada Tabel 5.4.
5.6.1 Analisis Distribusi Arah Gelombang Tabel 5.4 Hasil perhitungan periode dalam
Hasil pengelompokkan tinggi dan arah gelombang gelombang dengan periode tertentu
kemudian ditampilkan dalam wave rose seperti Periode ulang Hs Ts
pada Gambar 5.2. Didapatkan gelombang yang (tahun) (m) (detik)
terbentuk lebih banyak berasal dari arah tenggara
2 1,393 5,268
sebesar 38,609% dan selatan sebesar 36,857%.
5 1,779 5,751
10 2,034 5,965
25 2,358 6,115
50 2,597 6,139
100 2,835 6,089
5.7 Sedimentasi
Transpor sedimen yang terjadi pada lokasi
penelitian termasuk transpor menyusur pantai
(longshore transport) yang menyebabkan
permasalahan pada daerah pantai terutama pada
alur pelayaran dan kolam labuh.
Gambar 5.1 Wave rose perairan PPN
Didapatkan angkutan sedimen pada segmen 1
Pengambengan
paling besar berasal dari arah selatan sebesar
49.638,56 m3/tahun (80,53%) sehingga net
5.6.2 Analisis Kala Ulang Gelombang Ekstrim sedimen sebesar 43.446,47 m3/tahun dengan arah
Analisis tersebut dilakukan dengan tiga metode sedimen ke barat. Sementara pada segmen 2,
yaitu Metode Fisher Tippet Type I, Metode angkutan sedimen paling besar berasal dari arah
Weibull, dan Metode Gumbel. Dari hasil tersebut, tenggara sebesar 62.679 m3/tahun (71,80%)
dipilih menggunakan Metode Gumbel karena sehingga net sedimen sebesar 38.062,59 m3/tahun
memberikan hasil yang terbaik. Perbandingan dengan arah sedimen ke barat.
gelombang dengan kala ulang tersebut disajikan Perhitungan net transpor sedimen dibagi dalam 2
pada Tabel 5.3 segmen seperti pada Gambar 5.3.
13
NASKAH SEMINAR Juni 2017
14
NASKAH SEMINAR Juni 2017
15
NASKAH SEMINAR Juni 2017
6.2 Saran
1. Pelaksanaan sand by passing dapat dilakukan
Gambar 5.5 Skema pemindahan sedimen dengan dengan dua cara yaitu pemompaan dan
sand by passing pengerukan dengan kapasitas sekitar 50.000
m3/tahun.
Pelaksanaan ini sangat urgent untuk
dilakukan, karena apabila kegiatan ini tidak
dilakukan maka akan terjadi:
a. pendangkalan alur pelayaran dan kolam
labuh PPN Pengambengan dan dalam
16
NASKAH SEMINAR Juni 2017
17
NASKAH SEMINAR Juni 2017
18
NASKAH SEMINAR Juni 2017
LAMPIRAN
Gambar Desain Tembok Laut
19