Anda di halaman 1dari 19

NASKAH SEMINAR Juni 2017

EVALUASI PENANGANAN MASALAH PENDANGKALAN DAN EROSI


PADA PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PENGAMBENGAN
KABUPATEN JEMBRANA PROVINSI BALI

Putu Indah Dianti Putri


Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
indah.dianti.p@mail.ugm.ac.id

Prof. Ir. Nur Yuwono, Dip. HE., Ph.D.


Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
nuryuwono@tsipil.ugm.ac.id

INTISARI
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan yang terletak di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali,
saat ini mengalami permasalahan yang cukup serius. Yang pertama adalah pendangkalan alur pelayaran dan
kolam labuh yang disebabkan oleh masuknya sedimen menyusur pantai dengan net transpor yang besar.
Yang kedua adalah erosi yang terjadi pada pantai sebelah barat laut pelabuhan yang mengancam dan
merusak pemukiman penduduk, kawasan suci, tempat rekreasi dan lahan pertanian.

Maksud dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk melakukan evaluasi terhadap masalah pendangkalan
kolam labuh dan erosi pada pantai disekitar PPN Pengambengan dan menghasilkan solusi secara struktural
dan non struktural. Dalam melakukan analisis data untuk perencanaan bangunan pelindung pantai dibutuhkan
data-data sekunder antara lain data angin, pasang surut, bathimetri, dan penyelidikan tanah. Data-data
tersebut diolah untuk memperoleh arah dominan dan persentase angin, tinggi dan periode gelombang, dan net
transpor sedimen yang selanjutnya menjadi dasar dari perencanaan struktur bangunan dan menganalisis
kestabilan struktur bangunan.

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa kecepatan angin yang berhembus mampu membangkitkan
gelombang ekstrim dengan kala ulang 50 tahunan mencapai ketinggian 2,597 m dengan periode 6,139 detik.
Faktor yang paling dominan menyebabkan terjadinya pendangkalan dan sedimentasi pada kolam labuh disebabkan
sedimen menyusur pantai dengan net transport sedimen sekitar 43.446,47 m3/tahun dengan arah sedimen ke barat.
Sehingga diusulkan penanganan secara struktur dengan membangun tembok laut menggunakan tumpukan batu
dengan elevasi dasar bangunan terletak pada +0,00 m, elevasi mercu +5,2 m, dan lebar mercu 2,15 m. Hasil dari
perhitungan stabilitas bangunan tembok laut adalah FS(daya dukung) = 9,23 > 3, FS(geser) = 15,18 > 1,5 dan settlement
= 9,58 cm. Penanganan secara non struktur dilakukan dengan metode sand by passing. Pelaksanaannya dapat
dilakukan dengan cara pemompaan atau pengerukan yang berkapasitas sand by passing sekitar 50.000 m3/tahun.

Kata kunci: pendangkalan, erosi pantai, tembok laut, sand by passing

1. PENDAHULUAN menyebabkan produktivitas tangkapan


1.1 Latar Belakang mengalami penurunan.
Selat Bali memiliki potensi sumberdaya hasil Yang pertama adalah pendangkalan alur
laut yang besar yaitu ikan lemuru yang hanya pelayaran dan kolam labuh. Pendangkalan ini
dapat ditemukan di selat yang memisahkan Pulau disebabkan oleh masuknya sedimen menyusur
Jawa dan Pulau Bali tersebut. Salah satu pantai dengan net transpor yang besar
pelabuhan perikanan yang mayoritas hasil menyebabkan kapal dengan kapasitas di atas 20
tangkapan berupa ikan lemuru tersebut adalah GT tidak memungkinkan untuk berlabuh. Bentuk
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) pemecah gelombang yang menghadap ke arah
Pengambengan yang terletak di Kabupaten selatan atau arah datang gelombang paling
Jembrana, Provinsi Bali. PPN Pengambengan dominan juga menjadi penyebabnya. Net
saat ini mengalami beberapa permasalahan transport sedimen tersebut juga terperangkap
fasilitas fisik yang cukup serius yang pada pantai bagian tenggara pelabuhan yang

1
NASKAH SEMINAR Juni 2017

menyebabkan daerah tersebut mengalami akresi. perubahan garis pantai menggunakan


Yang kedua adalah erosi yang terjadi pada software.
pantai-pantai sebelah barat laut pelabuhan.
Pantai yang mengalami erosi adalah sepanjang 1.5 Keaslian Penelitian
21,51 km dan diantaranya yang belum ditangani Beberapa pihak telah melakukan penelitian, studi,
adalah sepanjang 9,88 km. Erosi tersebut analisis terdahulu dengan topik yang sama.
mengancam dan merusak pemukiman penduduk, Beberapa penelitian yang pernah dilakukan antara
kawasan suci, tempat rekreasi dan lahan lain:
pertanian. Oleh karena itu, diperlukan adanya 1. Marines Febriani (2011), Perencanaan
evaluasi mengenai pendangkalan dan erosi pantai Breakwater di Lamongan Jawa Timur.
dari kerusakan yang lebih lanjut dan 2. Febriansyah (2012), Perencanaan Pemecah
mendapatkan solusi secara struktural dan non Gelombang (Breakwater) di Pelabuhan
struktural. Merak.
3. Mik Wanul Khosiin (2013), Evaluasi
1.2 Rumusan Masalah Perencanaan Pemecah Gelombang
Berdasarkan latar belakang yang telah Pelabuhan Perikanan Pantai Glagah
dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.
tugas akhir ini adalah sebagai berikut. 4. Muhammad Aldin (2015), Perencanaan
1. Pendangkalan kolam labuh PPN Alternatif Bangunan Pengaman Pantai
Pengambengan yang menyebabkan Namrole Buru Selatan, Maluku.
terganggunya aktivitas kapal-kapal nelayan. 5. Hesti Maria Loisa Msiren (2016), Evaluasi
2. Abrasi pantai di bagian barat laut pelabuhan Perencanaan Tembok Laut Pertamina Unit
yang sudah cukup parah. Pengolahan VI Balongan Indramayu.
3. Perlu dilakukannya upaya penanganan 6. Dhika Aprillia Dayani (2017), Perancangan
terhadap masalah pendangkalan dan erosi Bangunan Pelindung Pantai (Studi Kasus:
pada PPN Pengambengan. Pantai Kawasan Industri Kendal, Kabupaten
Kendal, Provinsi Jawa Tengah).
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian 2. TINJAUAN PUSTAKA
ini adalah sebagai berikut. 2.1 Tembok Laut (Sea wall)
1. Melakukan evaluasi terhadap masalah Menurut Triatmodjo (1999), tembok laut adalah
pendangkalan kolam labuh dan erosi pada bangunan yang memisahkan daratan dan
pantai disekitar PPN Pengambengan. perairan pantai, berfungsi sebagai pelindung
2. Mendapatkan solusi struktural dan non pantai terhadap erosi dan limpasan gelombang
struktural terhadap masalah pendangkalan (overtopping) ke darat. Daerah yang dilindungi
kolam labuh dan erosi pada PPN adalah daratan tepat di belakang bangunan.
Pengambengan. Biasanya tembok laut digunakan untuk
melindungi daerah pemukiman dan fasilitas
1.4 Batasan Penelitian umum yang sudah dekat dengan garis pantai.
Agar penulisan tugas akhir ini terarah pada Tembok laut bisa berbentuk dinding vertikal,
tujuannya, maka diperlukan batasan-batasan miring, lengkung, ataupun bertangga. Bahan
masalah sebagai berikut. konstruksi pada umumnya adalah tumpukan batu
1. Data-data yang digunakan dalam analisis dan beton.
merupakan data sekunder. Dalam Shore Protection Manual (1984),
2. Tidak dilakukan pengukuran di lapangan, disebutkan beberapa bentuk desain yang secara
hanya dilakukan pengamatan kondisi di umum banya digunakan yaitu:
lapangan. a. Rubble-mound seawall
3. Identifikasi kerusakan pantai hanya pada Tembok laut ini dirancang seperti pemecah
daerah tererosi yaitu pantai bagian barat laut gelombang menggunakan susunan batu atau
pelabuhan. bis beton yang dibuat dalam beberapa lapis.
4. Tidak dilakukan pemodelan numerik b. Concrete curved-face seawall

2
NASKAH SEMINAR Juni 2017

Tembok laut ini berbentuk tegak terbuat dari 2.3 Studi Perbandingan
beton dengan struktur massive. 1. Perencanaan Breakwater di Lamongan
c. Concrete stepped-face seawall Jawa Timur
Tembok laut ini terbuat dari beton bertangga Marines Febriani (2011) melakukan penelitian
yang dirancang untuk membatasi run up mengenai perencanaan pemecah gelombang ini
gelombang dan limpasan gelombang, dilakukan di Desa Kemantren, Kecamatan
biasanya digunakan untuk jenis gelombang Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
yang tidak terlalu besar. Perencanaan ini bertujuan untuk mengevaluasi lay
d. Concrete combination sstepped-face seawall out perencanaan dan kebutuhan dimensi pemecah
and curved-face seawall gelombang, merencanakan metode pelaksanaan
Tembok laut direnacang dengan yang efisien, serta menghitung rencana anggaran
menggabungkan bentuk dari sstepped-face biaya. Dengan dibangunnya pemecah gelombang
seawall dan curved-face seawall ini diharapkan dapat mengurangi pengantrian
kapal yang akan menggunakan fasilitas serupa di
2.2 Lokasi Penelitian Tanjung Perak Surabaya sehingga pengoperasian
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) kapal untuk mendukung kegiatan distribusi barang
Pengambengan merupakan pusat kegiatan melalui jalur laut dapat berjalan cepat, efektif serta
perikanan rakyat terbesar di Bali yang terletak efisien.
pada posisi 08o 23’ 46” Lintang Selatan dan 114o 2. Perencanaan Pemecah Gelombang
34’ 47” Bujur Timur, tepatnya di Desa (Breakwater) di Pelabuhan Merak
Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Febriansyah (2012) melakukan penelitian
Jembrana, Provinsi Bali. Kegiatan perikanan di mengenai perencanaan pemecah gelombang yang
PPN Pengambengan telah dimulai sejak tahun dilakukan di Pelabuhan Merak, Banten. Pelabuhan
1976. Merak kerap dilingkupi permasalahan dalam
Batas wilayah PPN Pengambengan adalah mobilitas kapal yang sering terganggu dan
sebagai berikut: menjadi lebih lama akibat kondisi perairan kurang
Sebelah Utara : Kabupaten Buleleng tenang. Rasio v/c saat ini bahkan sudah mencapai
Sebelah Timur : Kabupaten Tabanan 0,95. Oleh sebab itu perlu dibangun pemecah
Sebelah Selatan : Samudera Hindia gelombang yang dapat melindungi pelabuhan agar
Sebelah Barat : Selat Bali kondisi perairan menjadi lebih tenang. Tujuan dari
penelitian ini adalah merencanakan ulang tata
letak dan desain pemecah gelombang di
Pelabuhan Merak.
3. Evaluasi Perencanaan Pemecah
Gelombang Pelabuhan Perikanan Pantai
Glagah Kabupaten Kulonprogo,
Yogyakarta
Mik Wanul Khosiin (2013) melakukan penelitian
mengenai evaluasi perencanaan pemecah
gelombang ini dilakukan di Pelabuhan Perikanan
Pantai Glagah, Yogyakarta. Di pantai Glagah saat
ini sudah terbangun pemecah gelombang. Namun
keberadaannya belum bisa berfungsi secara
optimal karena mempunyai banyak permasalahan.
Tujuan pembuatan tugas akhir ini adalah untuk
mengevaluasi perencanaan pemecah gelombang
Glagah bagian timur dan barat agar mampu
memberikan perlindungan optimal bagi kolam
labuh dan alur pelayaran dari gempuran
Gambar 2.1 Lokasi PPN Pengambengan gelombang serta untuk mengurangi sedimentasi.
Hasil yang diharapkan adalah dapat memberikan

3
NASKAH SEMINAR Juni 2017

memberikan masukan untuk pengembangan pertahanan alami (sand dune, hutan bakau,
pemecah gelombang di masa yang akan datang. terumbu karang) untuk melindungi diri dari
4. Perencanaan Alternatif Bangunan serangan arus dan gelombang.
Pengaman Pantai Namrole Buru Selatan,
Maluku 3.1.1 Jenis Pantai
Muhammad Aldin (2015) melakukan penelitian Menurut Francis P. Shepard (1937), pantai
mengenai perencanaan bangunan pengaman diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu sebagai
Pantai Namrole, sejalan dengan perkembangannya berikut.
sebagai daerah nelayan dan wisata mengalami 1. Pantai primer (terbentuk dari bukan perantara
persoalan kerusakan pantai yang disebabkan laut)
karena adanya perubahan garis pantai akibat erosi a. Land erosion coast yaitu terjadi akibat
dan juga pemukiman yang terlalu dekat dengan pendangkalan estuari atau tenggelamnya
pantai dimana sempadan pantai sebagai daerah daratan akibat naiknya muka air laut yang
penyangga (buffer zone) belum direncanakan disebabkan melelehnya es.
sehingga pada saat musim gelombang, b. Subaerial deposition coast yaitu endapan
pemukiman tersebut berada dalam jangkauan di pantai dapat berupa lumpur, pasir,
limpasan gelombang laut (wave run up). glasial dan longsoran tanah. Lumpur
5. Evaluasi Perencanaan Tembok Laut biasanya terjadi di daerah yang terdapat
Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan banyak sungai, endapan pasir disebabkan
Indramayu Hesti oleh angin, sedang glasial pada daerah
Maria Loisa Msiren (2016) melakukan penelitian yang mempunyai sungai es.
mengenai evaluasi perencanaan tembok laut c. Volcanic coast yaitu terjadi akibat aliran
kawasan Pertamina UP VI Balongan saat ini lava letusan gunung, dapat dilihat melalui
terjadi erosi yang cukup signifikan. Kondisi kontur tanah yang berbentuk cembung
seperti ini merugikan PT Pertamina karena area pada pantai atau cekungan disamping
tanahnya setiap tahun menyusut dan disamping itu gunung berapi.
bebarapa kolam IPAL sudah terjangkau oleh d. Ice coast yang dibentuk oleh berbagai
serangan gelombang. Kondisi saat ini telah tipe gletser khususnya di Antartika
dilakukan pembangunan tembok laut sepanjang 2. Pantai sekunder (terbentuk dari perantara
kawasan pantai Pertamina RU VI Balongan. laut/organisme laut)
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan a. Wave erosion coast yaitu ombak akan
evaluasi perencanaan yang lebih baik. membentuk pantai dengan menghilangkan
material yang lemah kemudian
3. LANDASAN TEORI meninggalkan material yang kuat.
3. 1 Pantai b. Marine deposition coast yaitu terjadi
Menurut Triatmodjo (1999), pantai merupakan akibat adanya ombak dan arus, biasanya
jalur yang merupakan batas antara darat dan laut, pada pantai ini terdapat penghalang pantai
diukur pada saat pasang tertinggi dan surut (barrier).
terendah, dipengaruhi oleh fisik laut dan sosial c. Coast built by organism yaitu terjadi
ekonomi bahari, sedangkan ke arah darat dibatasi akibat aktivitas organisme biologis yang
oleh proses alami dan kegiatan manusia di terdapat pada rawa, batu karang dan
lingkungan darat. mangrove.
Pantai merupakan gambaran nyata interaksi
dinamis antara air, gelombang dan material 3.1.2 Kerusakan Pantai
(tanah). Angin dan air bergerak membawa Proses kerusakan pantai yang berupa abrasi atau
material tanah dari satu tempat ke tempat lain, erosi pantai dapat terjadi karena sebab alami dan
mengikis tanah dan kemudian mengendapkannya buatan. Adapun penyebab kerusakan pantai adalah
lagi di daerah lain secara terus-menerus. Dengan sebagai berikut.
kejadian ini menyebabkan terjadinya perubahan 1. Penyebab alami
garis pantai. Dalam kondisi normal, pantai selalu a. Sifat dataran pantai yang masih muda dan
bisa menahan gelombang dan mempunyai belum berimbang, dimana sumber

4
NASKAH SEMINAR Juni 2017

sedimen (source) lebih kecil dari 3.2.1.1 Refraksi Gelombang dan Wave Shoaling
kehilangan sedimen (sink). Refraksi dan pendangkalan gelombang (Wave
b. Naiknya ketinggian gelombang. Shoaling) dapat menentukan tinggi gelombang di
c. Hilangnya perlindungan pantai (bakau, suatu tempat berdasarkan karakteristik gelombang
terumbu karang, sand dune). datang.
d. Naiknya muka air karena pengaruh global 1. Tinggi Gelombang
warming. 𝐻 = 𝐾𝑠 × 𝐾𝑟 × 𝐻0 (3.1)
2. Penyebab campur tangan manusia dengan,
a. Perusakan perlindungan pantai alami, 𝐻0 : tinggi gelombang laut dalam
seperti kegiatan penebangan bakau, 𝐾𝑠 : koefisien pendangkalan (shoaling)
perusakan terumbu karang, pengambilan 𝐾𝑟 : koefisien refraksi
pasir di pantai, dan lain-lain. 2. Koefisien Refraksi
b. Perubahan imbangan transportasi sedimen cos 𝛼𝑜
sejajar pantai akibat pembuatan bangunan 𝐾𝑟 = √ (3.2)
cos 𝛼
pantai, seperti: jetty, pemecah gelombang, Dimana pada hukum Snell berlaku apabila
pelabuhan, dan lain-lain. gelombang di laut dalam dan di suatu titik yang
c. Perubahan suplai sedimen dari daratan, ditinjau, yaitu:
contohnya: perubahan aliran sungai atau 𝐶
sin 𝛼 = (𝐶 ) sin 𝛼𝑜 (3.3)
sudetan sungai, pembuatan bendungan di 𝑜
hulu sungai, dan lain-lain. dengan,
d. Pengembangan pantai yang tidak sesuai 𝐾𝑟 : koefisien refraksi
dengan proses pantai. 𝛼 : sudut antara garis puncak gelombang dan
garis kontur dasar laut di titik yang
3.2 Gelombang ditinjau
Gelombang merupakan perwujudan dari 𝛼𝑜 : sudut antara garis puncak gelombang di
permukaan yang bergelembung dari air laut yang laut dalam dan garis pantai
terjadi pada suatu interval tertentu. Gelombang di 𝐶 : kecepatan rambant gelombang
laut bisa dibangkitkan oleh angin (gelombang 𝐶𝑜 : kecepatan rambat gelombang di laut
angin), gaya tarik matahari dan bulan (pasang dalam
surut), letusan gunung berapi atau gempa di laut 3. Koefisien Shoaling
(tsunami), kapal yang bergerak, dan sebagainya. 𝑛 0 𝐿0
Pada umumnya bentuk gelombang di alam adalah 𝐾𝑠 = √ (3.4)
𝑛𝐿
sangat kompleks dan sulit digambarkan secara dengan,
matematis karena ketidaklinieran, tiga dimensi 𝐾𝑠 : koerfisien pendangkalan (shoaling)
dan mempunyai bentuk yang random (Triatmodjo, 𝐿0 : panjang gelombang di laut dalam
2010). Berdasarkan kedalaman relatif, gelombang 𝐿 : panjang gelombang
dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu:
a. Gelombang di air dangkal (shallow water) 3.2.1.2 Gelombang Pecah
: d/L ≤ 1/20 Tinggi gelombang pecah diberi notasi 𝐻𝑏 . Munk
b. Gelombang di air air transisi (transition (1949, dalam CERC, 1984) memberikan rumus
water) : 1/20 ≤ d/L ≤ ½ untuk menentukan tinggi dan kedalaman
c. Gelombang di air dalam (deep water) gelombang pecah berikut ini.
: d/L ≥ ½ 𝐻𝑏
=
1
(3.5)
1⁄
𝐻 ′
0 3,3(𝐻0 ′⁄𝐿𝑜) 3
𝑑𝑏
3.2.1 Deformasi Gelombang = 1,28 (3.6)
𝐻𝑏
Apabila suatu deretan gelombang menjalar
Parameter 𝐻𝑏 ⁄𝐻0 ′ disebut dengan indeks tinggi
mendekati pantai, gelombang tersebut akan
gelombang pecah. Penelititan yang dilakukan oleh
mengalami perubahan bentuk yang disebabkan
Iversen, Galvin dan Goda (dalam SPM, 1984)
oleh shoaling, refraksi, difraksi dan geombang
pecah. menunjukkan bahwa 𝐻𝑏 ⁄𝐻0 ′ dan 𝑑𝑏 ⁄𝐻𝑏
tergantung pada kemiringan pantai dan

5
NASKAH SEMINAR Juni 2017

kemiringan gelombang datang. Kedalaman air di 1⁄


10 7
mana gelombang pecah dapat diberikan oleh 𝑈(10) = 𝑈(𝑧) ( 𝑧 ) (3.11)
rumus: Hubungan antara angin di atas laut dan angin di
𝑑𝑏 1 atas daratan terdekat diberikan oleh 𝑅𝐿 = 𝑈𝑤 ⁄𝑈𝑡 .
𝐻
= 𝑏−(𝑎𝐻 ⁄𝑔𝑇 2 ) (3.7)
𝑏 𝑏 Gambar 3.2 merupakan hasil penelitian yang
Di mana 𝑎 dan 𝑏 merupakan fungsi kemiringan dilakukan di Great Lake, Amerika Serikat. Grafik
pantai m dan diberikan oleh persamaan berikut : tersebut dapat digunakan untuk daerah lain kecuali
𝑎 = 43,75(1 − 𝑒 −19𝑚 ) (3.8) apabila karakteristik daerah sangat berlainan.
1,56
𝑏 = (1+𝑒 −19,5𝑚) (3.9) Kecepatan angin dikonversikan pada faktor
dengan, tegangan angin dengan menggunakan rumus
𝐻𝑏 : tinggi gelombang berikut:
𝐻′0 : tinggi gelombang laut dalam ekivalen 𝑈𝐴 = 0,71𝑈1,23 (3.12)
𝐿0 : panjang gelombang di laut dalam Dimana 𝑈 adalah kecepatan angin dalam 𝑚/𝑑.
𝑑𝑏 : kedalaman air pada saat gelombang pecah
𝑚 : kemiringan dasar laut
𝑔 : percepatan gravitasi
𝑇 : periode gelombang

3.2.1.3 Run up Gelombang


Nilai run-up (𝑅𝑢) merupakan fungsi dari bilangan
Irribaren yang dapat diperoleh dari Grafik pada
Gambar 3.2.
tan 𝜃
𝐼𝑟 = (𝐻⁄𝐿 )0,5 (3.10)
0
dengan, Gambar 3.2 Hubungan kecepatan angin di laut dan
𝐼𝑟 : bilangan Irrebaren di darat
𝜃 : sudut kemiringan sisi gelombang pecah Sumber: Teknik Pantai (Triatmodjo, 1999)
𝐻 : tinggi gelombang di lokasi bangunan 3.3.2 Fetch
𝐿0 : panjang gelombang di laut dalam Di dalam peramalan gelombang angin fetch
biasanya dibatasi oleh bentuk daratan yang
mengelilingi daerah pembangkitan gelombang.
Apabila bentuk daerah pembangkitan tidak teratur
maka untuk keperluan peramalan gelombang perlu
ditentukan fetch efektif 𝐹𝑒𝑓𝑓 dengan persamaan
berikut:
∑ 𝑋𝑖 cos 𝛼
𝐹𝑒𝑓𝑓 = ∑ cos 𝛼
(3.13)
dengan,
𝐹𝑒𝑓𝑓 : fetch rerata efektif.
𝑋𝑖 : panjang segmen fetch yang diukur dari
Gambar 3.1 Grafik run up gelombang titik observasi gelombang ke ujung akhir
Sumber: Teknik Pantai (Triatmodjo, 1999) fetch.
𝛼 : deviasi pada kedua sisi dari arah angin,
3.3 Pembangkitan Gelombang dengan menggunakan pertambahan 6˚
3.3.1 Angin sampai sudut sebesar 42˚ pada kedua sisi
Data angin yang digunakan untuk peramalan dari arah angin.
gelombang adalah data di permukaan laut pada
lokasi pembangkitan. Jika posisi stasiun tidak 3.3.3 Peramalan Gelombang di Laut Dalam
terletak pada elevasi 10 m, maka dilakukan Berdasarkan pada kecepatan angin, lama hembus
koreksi terhadap data yang akan digunakan yaitu : angin dan fetch seperti yang telah dibahas,

6
NASKAH SEMINAR Juni 2017

dilakukan peramalan gelombang dengan dimana jika,


menggunakan grafik pada Gambar 3.3. Dari grafik 𝐹 ≤ 0,25 : pasang harian ganda
tersebut apabila panjang fetch (F), faktor tegangan 0,25 ≤ 𝐹 ≤ 1,50 : pasang harian campuran
angin (UA) dan durasi diketahui maka tinggi dan condong harian ganda
periode gelombang signifikan dapat dihitung. 1,50 ≤ 𝐹 ≤ 3,00 : pasang harian campuran
condong harian ganda
𝐹 ≥ 3,00 : pasang harian tunggal

3.4.2 Wind Set-up


Untuk memprediksi kenaikan elevasi muka air
karena badai, dipandang besar Storm Surge dan
Wind Set-up dapat dihitung dengan rumus berikut
:
𝑆𝑆 = 0,01(𝑝𝑜 − 𝑝𝑎 ) (3.17)
dengan,
𝑆𝑆 : tinggi storm surge (𝑚).
𝑝𝑜 : tinggi tekanan atmosfer pada muka air laut
Gambar 3.3 Grafik peramalan gelombang 𝑝𝑎 : tinggi tekanan pada MSL
Sumber: Teknik Pantai (Triatmodjo, 1999) 𝐼𝑤 𝐹 𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑈2
𝑊𝑆 = = 𝐶𝑤 ( )( ) (3.18)
2 𝜌𝑎𝑖𝑟𝑙𝑎𝑢𝑡 𝑔ℎ
3.4 Fluktuasi Muka Air Laut dengan,
Fluktuasi muka air laut dapat disebabkan oleh 𝑊𝑆 : tinggi wind set up
kenaikan muka air karena gelombang (wave set- 𝐼𝑤 : gradient muka air laut
up), kenaikan muka air karena angin (wind set-up) 𝐹 : panjang fetch
dan pasang surut. 𝐶𝑤 : koefisisen gesek udara-air = 0,8 ×
10−3 𝑠/𝑑3,0 × 10−3
3.4.1 Gelombang Pasang Surut 𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 : rapat massa udara = 1,21 𝑘𝑔/𝑚3
Pasang surut adalah naik turunnya muka air laut 𝜌𝑎𝑖𝑟𝑙𝑎𝑢𝑡 : rapat massa air laut = 1030 𝑘𝑔/𝑚3
secara berirama. Pasang surut air laut disebabkan 𝑈 : kecepatan angin (𝑚/det)
oleh efek gabungan dari gaya gravitasi yang 𝑔 : percepatan gravitasi bumi (𝑚/𝑠 2 )
diberikan oleh bulan dan matahari dan rotasi bumi ℎ : kedalamn air laut rerata (𝑚)
(Halim, 2006).
Persamaan dasar gelombang pasang surut, yang 3.4.3 Pemanasan global
sering digunakan dalam peramalan pasang surut Di dalam perencanaan bangunan pantai, kenaikan
adalah sebagai berikut : muka air karena pemanasan global ini harus
𝑍𝑖 = 𝑍0 + ∑𝑛𝑖 𝐴𝑖 cos(2𝜋𝑡⁄𝑇𝑖 − 𝜃𝑖 ) (3.14) diperhitungkan. Perkiraan peningkatan muka air
dengan, laut diberikan pada Gambar 3.4.
𝑍𝑖 : elevasi muka air saat t.
𝑍0 : muka air rerata diukur dari datum (biasanya
LWS).
𝐴𝑖 : ampilitudo masing-masing konstituen
harmonik (M2, S2, dst).
𝑇𝑖 : periode masing-masing konstituen
harmonik.
𝜃𝑖 : selisish fase masing-masing konstituen
harmonik.
𝑛 : jumlah komponen pasang surut.
Untuk menentukan klasifikasi pasang surut
tersebut dipergunakan formula: Gambar 3.4 Perkiraan kenaikan muka air laut
𝐴 +𝐴 karena pemanasan global
𝐹 = 𝐴𝐾1 +𝐴𝑂1 (3.15)
𝑀2 𝑆2 Sumber: Teknik Pantai (Triatmodjo, 1999)

7
NASKAH SEMINAR Juni 2017

3.4.4 Elevasi muka air laut rencana S : jumlah transpor sedimen (angkutan
Muka air laut rencana (design water level) dapat pasir)
dihitung dengan persamaan : (m3/tahun)
𝐷𝑊𝐿 = 𝐻𝑊𝑆 + (𝑊𝑆 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑆𝑆) + 𝑆𝐿𝑅 (3.19) Ho : tinggi gelombang signifikan di laut
dengan, dalam
𝐷𝑊𝐿 : muka air laut rencana (m) (m)
𝐻𝑊𝑆 : muka air pasang (m) Co : kecepatan rambat gelombang di laut
𝑊𝑆 : wind set-up (m) dalam (m/s)
𝑆𝑆 : storm surge (m) p : persentase kejadian gelombang pada
𝑆𝐿𝑅 : sea level rise (m) arah
dan tinggi gelombang yang ditinjau
3.5 Analisis Statik Gelombang Krbr : koefisien refraksi di sisi luar breaker
3.5.1 Analisis distribusi gelombang zone
Analisis distribusi gelombang dilakukan dengan A : koefisien CERC = 0,61.106 – 0,79.106
cara meninjau arah gelombang dan tinggi αbr : sudut datangnya gelombang pada sisi
gelombang yang terjadi pada suatu tempat. Arah luar
yang ditinjau biasanya hanya pada beberapa arah breaker zone
utama saja. Prosentase kejadian gelombang pada
arah yang ditinjau dihitung dan ditabelkan lalu 3.7 Kajian Mekanika Tanah
digambar dalam bentuk mawar gelombang (wave Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah
rose). untuk mendukung beban. Pengujian di
laboratorium terhadap sampel tanah dapat
3.5.2 Analisis Kala Ulang Gelombang Ekstrim digunakan untuk mengetahui parameter tanah
Analisis kala ulang gelombang ekstrim seperti berat jenis tanah, sudut gesek internal
menggunakan Metode Distribusi Gumbel, dengan tanah, indeks plastisitas, koefisien konsolidsi
persamaan sebagai berikut: ataupun yang lain.
𝐻̅ = ∑𝐻 (3.20) Berdasarkan parameter tanah dapat dihitung daya
𝑛 dukung batas tanah (Qult) dengan menggunakan
̅)
∑(𝐻−𝐻 persamaan Terzaghi berikut ini:
𝜎𝐻 = √ (3.21)
𝑛−1
𝜎
Qult = C.Nc + Df.γ.Nq + 0,5.B.γ.Nγ (3.24)
̅
𝐻𝑟 = 𝐻 + 𝜎𝐻 (𝑌 − 𝑌𝑛 ) (3.22) dengan,
𝑛
Dengan menggunakan kala ulang gelombang Qult : kuat dukung batas (ton/m2)
versus Y seperti pada Tabel 3.1 dibawah ini. Df : kedalaman pondasi (m)
Tabel 3.1 Kala ulang gelombang versus Y B : lebar pondasi (m)
No Kala ulang Y C : kohesi tanah
1 2 tahun 0,3665 φ : sudut gesek internal tanah
2 5 tahun 1,4999 γ : berat jenis tanah (ton/m3)
3 10 tahun 2,2502 Nc, Nq, Nγ : konstanta tanah tergantung φ
4 15 tahun 2,6737
5 20 tahun 2,9702 3.8 Perencanaan Tembok Laut
6 25 tahun 3,1985 Tembok laut memiliki beberapa bentuk desain
7 50 tahun 3,9019 yang secara umum banyak dipergunakan. Kriteria-
8 100 tahun 4,6001 kriteria dalam merencanakan tembok laut adalah
sebagai berikut.
3.6 Transpor Sedimen a. Lebar mercu
Untuk menghitung transpor sedimen sepanjang Lebar mercu tembok laut ditentukan dengan
pantai digunakan rumus CERC (US Army Coastal menggunakan rumus sebagai berikut.
Engineering Research Center, 1984). Adapun 1/3
W
rumus tersebut adalah sebagai berikut. B = n. K∆ .(γ ) (3.25)
b
S = p.A.Ho2.Co.(Krbr)2.Sin(αbr).Cos(αbr) (3.23) dengan,
dengan, 𝐾∆ : koefisien lapis

8
NASKAH SEMINAR Juni 2017

n : jumlah lapis batu pelindung 3.9 Stabilitas Bangunan


W : berat minimum batu (ton) Stabilitas bangunan pelindung pantai dipengaruhi
𝛾𝑟 : berat jenis batu (ton/m3) oleh gaya vertikal dan gaya horizontal dari tanah
b. Elevasi mercu dan air (Braja, 2006). Dengan memperhitungkan
Elevasi mercu tembok laut ditentukan dengan pengaruh dari mekanika tanah, maka dapat
menggunakan rumus sebagai berikut ini: mengetahui tingkat kestabilan suatu bangunan
ELmercu = DWL + Fb + Ru (3.26) pelindung pantai. Stabilitas yang dihitung adalah
dengan, sebagai berikut:
DWL : design water level (m) 1. Stabilitas terhadap geser
Fb : freeboard (0,5 s/d 1,5 m) Ep + ∑ V. tanφ
FS(geser) = Rm
(3.33)
Ru : run up gelombang (m)
c. Berat lapis lindung dengan,
Berat lapis lindung yang diperlukan untuk ∑V : berat total pelindung pantai
tembok laut ditentukan dengan rumus Ep : gaya pasif
Hudson (1961): Rm : gaya gelombang dinamis
γb H3 2. Stabilitas terhadap daya dukung tanah
W= 3 (3.27) Qult
KD (Sr -1) cot(θ) FS(daya dukung) = ≥3 (3.34)
Qn
Sr = γr / γa (3.28) dengan,
dengan, Qult : tekanan ultimate (kg/m2)
W : berat minimum batu (ton) Qn : tekanan maksimum (kg/m2)
H : tinggi gelombang rencana (m) 3. Kontrol terhadap settlement
KD : koefisien stabilitas batu lindung Cc x H po + ∆p
θ : sudut lereng tembok laut S= 1 + e0
log po
(3.35)
𝛾𝑟 : berat jenis batu pelindung dengan,
(ton/m3) S : besarnya penurunan tanah dan
𝛾𝑎 : berat jenis air laut (ton/m3) bangunan (m)
d. Tebal lapis lindung Cc : koefisien kompresi
𝑊 1/3 H : tebal segmen tanah (m)
t = n KΔ [𝛾 ] (3.29)
𝑟 e0 : angka pori tanah
dengan, p0 : tekanan akibat berat lapisan
t : tebal lapis lindung (m) tanah (ton/m2)
𝐾∆ : koefisien lapis Δp : penambahan tekanan pada tanah
n : jumlah lapis batu pelindung akibat bangunan (ton/m2)
𝛾𝑟 : berat jenis batu (ton/m3)
e. Pelindung kaki (toe protection)
Berat butir batu untuk pondasi dan pelindung
kaki bangunan (toe protection) diberikan
dengan rumus:
W = 0,5 x W (3.30)
Btoe = 2 x HD (3.31)
(t1 + t2 )
ttoe = 2 (3.32)
dengan,
W : berat rata-rata butir batu (ton)
𝐻 : tinggi gelombang rencana (m)
t1 : tebal lapis lindung utama (m)
t2 : tebal lapis lindung kedua (m)

9
NASKAH SEMINAR Juni 2017

4. METODE PENELITIAN mulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Januari


4.1 Bagan Alir Perencanaan 2015.
4. Peta Bathimetri
Mulai Data bathimetri yang diperoleh adalah data
kontur dasar laut yang diperoleh dari PPN
Tinjauan Pustaka Pengambengan Kabupaten Jembrana, Provinsi
Bali.
Pengumpulan Data Peninjauan Lapangan 5. Data tanah
Data penyelidikan tanah pada lokasi yang
Identifikasi Masalah digunakan adalah yang dilakukan oleh PT.
Paksigurdha Paramartha pada tahun 2009.

Analisis Data 4.3 Analisis Data


4.3.1 Analisis Data Angin
Data angin yang didapat diolah dan disajikan
Penanganan Secara
dalam bentuk diagram yang disebut dengan mawar
Penanganan Secara
Struktural Non Struktural angin (wind rose). Adapun langkah-langkah
pembuatan wind rose adalah sebagai berikut.
Perencanaan Detail Metode Pelaksanaan dan 1. Data angin harian selama periode tahun 2007
Struktur Bangunan Kapasitas Alat sampai dengan 2016 dikelompokkan
berdasarkan arah dan kecepatannya.
Gambar Design 2. Data tersebut diolah menggunakan software
bantuan yaitu WRPLOT V.8.0.0 sehingga
didapatkan distribusi arah dan kecepatan yang
Cek kestabilan
struktur
disajikan dalam bentuk tabel.
3. Dihitung persentase untuk tiap arah dan
kecepatan yang didapatkan dan disajikan dalam
bentuk tabel.
4. Dibuat gambar wind rose berdasarkan tabel
Selesai
tersebut.
Gambar 4.1 Bagan alir penelitian
4.3.2 Analisis Data Pasang Surut
4.2 Pengumpulan Data Data pasang surut dianalisis menggunakan metode
Berikut data-data yang diperlukan sehubungan Kuadrat Terkecil (Least Square). Adapun
dengan perencanaan penelitian: langkah-langkah analisis pasang surut yaitu
1. Peta citra satelit diperoleh dari google earth sebagai berikut.
terbitan tahun 2017. 1. Data pasang surut dimasukkan berdasarkan
2. Data angin waktu pengamatan (per jam) selama 31 hari.
Data angin harian bersumber dari Stasiun 2. Didefiniskan matriks observasinya
Meteorologi Kelas I Ngurah Rai, Provinsi Bali. menggunakan bantuan Microsoft Excel.
Perencanaan ini menggunakan data arah dan 3. Didefinisikan matriks desainnya sehingga
kecepatan angin selama 10 tahun terakhir yaitu didapatkan nilai dari 9 komponen konstanta
mulai dari tahun 2007 sampai dengan 2016 pasang surut.
pada ketinggian alat 24 m di atas permukaan 4. Dihitung matriks observasi setelah dikoreksi.
laut. 5. Dihitung amplitudo sehingga dapat
3. Data pasang surut digolongkan fase pasang surutnya.
Data pasang surut didapat dari hasil survei
yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan 4.3.3 Analisis Gelombang
Observasi Laut Kabupaten Jembrana, Provinsi Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran
Bali. Pengamatan dilakukan selama 31 hari gelombang karena apabila dilakukan pengukuran
gelombang dalam waktu yang pendek belum dapat

10
NASKAH SEMINAR Juni 2017

mewakili gelombang yang ada di lapangan. Oleh dan belum tertangani yaitu 9,88 km.
karena itu, dilakukan peramalan gelombang 3. Pendangkalan alur pelayaran dan kolam
berdasarkan data angin yang ada. Adapun labuh
langkah-langkah dalam analisis gelombang Kondisi alur pelayaran dan kolam labuh saat
sebagai berikut. ini masih dangkal yaitu pada kedalaman -0,8
1. Data gelombang dikelompokkan berdasarkan m. Berdasarkan data yang diperoleh dari PPN
arah dan tinggi gelombang. Pengambengan, sampai saat ini volume
2. Data tersebut diolah menggunakan software pendangkalan sudah mencapai ± 275.000 m3
bantuan yaitu WRPLOT V.8.0.0 sehingga dari dasar perairan sebelumnya. Kondisi
didapatkan distribusi arah dan tinggi tersebut menyebabkan kapal-kapal perikanan
gelombang yang disajikan dalam bentuk dengan kapasitas di atas 20 GT tidak dapat
tabel. masuk hingga ke kolam labuh. Pendangkalan
3. Dihitung persentase untuk tiap arah dan tersebut disebabkan oleh bentuk pemecah
tinggi gelombang yang didapatkan dan gelombang yang menghadap ke arah selatan,
disajikan dalam bentuk tabel. yang merupakan arah masuknya suplai
4. Dibuat gambar wave rose berdasarkan tabel sedimen baik yang berasal dari
tersebut. penggerusan/abrasi pantai di daerah Tanjung
Lampu, Sungai Sowan, Sungai Perancak, dan
sekitarnya.
5. HASIL DAN PENELITIAN 4. Kerusakan pada pemecah gelombang sisi kiri
5.1 Identifikasi Masalah Kawasan PPN dan revetment
Pengambengan Kerusakan pada pemecah gelombang tersebut
Beberapa permasalahan penulis temukan yaitu tidak disebabkan oleh gelombang laut, karena
sebagai berikut. daerah kerusakan berada pada bagian dalam,
1. Sedimentasi yang tinggi (akresi) pada namun disebabkan oleh penataan yang
wilayah tenggara PPN Pengambengan kurang sempurna pada saat pembangunan
Pantai di wilayah tenggara PPN yang semakin diperparah oleh beban hidup
Pengambengan banyak mengalami masalah seperti kendaraan yang melintas di atasnya.
sedimentasi yang tinggi. Sumber sedimentasi Selanjutnya pengikisan tanah ditemukan pada
tersebut dominan berasal dari muara. revetment bagian utara kolam labuh
Sedimen terbawa oleh arus dan gelombang sepanjang 60 m.
yang membentuk sudut sehingga terjadi
transpor sedimen sepanjang pantai. Muara
sungai yang ada di dekat wilayah pelabuhan
adalah muara Sungai Sowan yang bermuara
di Pantai Perancak. DAS Sungai Sowan
memiliki luas 205,818 km2 (Balai Wilayah
Sungai Bali Penida, 2012).
2. Erosi pantai wilayah barat laut PPN
Pengambengan
Dampak lain dari adanya sedimentasi yang
tinggi adalah terjadinya erosi pantai (abrasi)
yaitu pengikisan pantai yang menyebabkan
mundurnya garis pantai di daerah lainnya.
Perubahan morfologi tersebut terjadi akibat
berpindahnya sedimen yang dibawa oleh arus
laut dan tenaga gelombang laut. Erosi pantai
terpanjang terdapat di Pantai Pengambengan,
Pantai Cupel, dan Pantai Perancak yang dekat
dengan PPN Pengambengan. Hingga tahun
2016, panjang pantai yang mengalami erosi

11
NASKAH SEMINAR Juni 2017

5.2 Hasil Analisis Angin Ket : Tabel 5.1 Hitungan fetch efektif
Dari hasil pengolahan data angin harian selama 10 Warna biru : fetch dari arah barat Fetch
Jarak
tahun didapatkan bahwa persentase kejadian angin Warna
Arah merah : fetch dari
Sudut arahXi
barat
. Cosdayaefekti
Cos α (Xi)
yang berpengaruh pada lokasi penelitian berasal utama (αo) α f
(km)
dari arah tenggara sebesar 30,449% dan arah (km)
selatan sebesar 28,642%, dengan kecepatan -42 0,743 24,93 18,52
-36 0,809 26,00 21,03
dominan masing-masing pada interval 5,7-8,8 m/s
-30 0,866 25,73 22,29
sebesar 14,797% dan interval 3,6-5,7 m/s sebesar
-24 0,913 21,47 19,61
12,782%. Hasil analisis disajikan dalam wind rose -18 0,951 21,80 20,74
pada Gambar 5.1. -12 0,978 23,16 22,65
-6 0,994 23,36 23,23
Barat
0 1 26,31 26,31 26,72
daya
6 0,994 28,33 28,17
12 0,978 30,00 29,34
18 0,951 31,59 30,05
24 0,913 28,36 25,90
30 0,866 29,49 25,54
36 0,809 30,79 24,91
42 0,743 30,61 22,75
13,51 361,11
-42 0,743 27,91 20,74
-36 0,809 25,74 20,82
-30 0,866 25,41 22,01
-24 0,913 24,90 22,74
-18 0,951 24,19 23,00
Gambar 5.1 Wind rose tahun 2007-2016
-12 0,978 24,34 23,81
-6 0,994 24,62 24,49
Barat 0 1 24,73 24,73 24,75
5.3 Hasil Analisis Fetch 6 0,994 25,37 25,23
Dalam perhitungan panjang fetch efektif 12 0,978 26,29 25,71
menggunakan peta satelit google earth. Cara 18 0,951 25,64 24,39
mendapatkan fetch efektif ditunjukkan oleh 24 0,913 21,31 19,46
Gambar 5.2. 30 0,866 22,45 19,44
36 0,809 23,08 18,68
42 0,743 25,61 19,03
13,51 334,36

5.4 Hasil Analisis Pasang Surut


Tipe pasang surut di lokasi penelitian adalah tipe
campuran, condong ke semi diurnal dengan
bilangan Formzhal = 0,33. Selanjutnya dapat
Ket : ditentukan elevasi-elevasi penting muka air laut
Warna biru : fetch dari arah barat dengan refrensi MSL +0,00 m yaitu HHWS =
Warna merah : fetch dari arah barat daya +1,395m, LLWS =-1,395 m, sehingga ketinggian
pasang surut yang didapatkan 2,79 m.
Gambar 5.2 Fetch efektif
Perhitungan fetch efektif dapat dilihat pada Tabel 5.5 Peramalan Gelombang
5.1 berikut ini. Berikut adalah hasil peramalan tinggi dan periode
gelombang maksimum tahunan dengan
menggunakan metode SMB (1958) dengan
memperhitungkan kecepatan angin, panjang fetch,

12
NASKAH SEMINAR Juni 2017

dan lama waktu hembus. Sehingga didapatkan Tabel 5.3 Perbandingan gelombang dengan kala
hasil seperti pada Tabel 5.2 di bawah ini. ulang
Tabel 5.2 Tinggi dan periode gelombang Peri- Metode FT Metode Metode
maksimum tahun 2007-2016 ode Type 1 Weibull Gumbel
Kecep ulang
Hs Ts Arah Yr Hsr Yr Hsr Yr Hsr
Tahun atan (thn)
(m) (s) Angin (°)
(m/s) 2 0,36 1,39 0,61 1,31 0,36 1,39
2007 1,750 5,700 10,8 180 5 1,50 1,68 1,88 1,58 1,50 1,77
2008 1,700 5,600 10,3 135 10 2,25 1,88 3,04 1,82 2,25 2,03
2009 1,250 5,000 8,2 180 25 3,19 2,12 4,75 2,18 3,19 2,35
2010 1,214 4,917 7,7 180 50 3,9 2,30 6,16 2,47 3,90 2,59
2011 1,500 5,417 9,8 180 100 4,6 2,48 7,66 2,78 4,60 2,83
2012 1,375 5,167 8,7 180
2013 2,000 6,111 12,9 180 Dari grafik perbandingan tinggi gelombang dan
2014 1,375 5,167 8,7 135 periode didapatkan persamaan Dari grafik di atas
didapatkan persamaan yang mewakili
2015 1,250 5,000 8,2 180
perbandingan antara tinggi gelombang (H) dan
2016 0,950 4,357 7,2 180 periode (T) yaitu: y = -0,6468x2 + 3,3037x +
1,9212, sehingga didapatkan periode yang
5.6 Hasil Analisis Statik Gelombang Angin disajikan pada Tabel 5.4.
5.6.1 Analisis Distribusi Arah Gelombang Tabel 5.4 Hasil perhitungan periode dalam
Hasil pengelompokkan tinggi dan arah gelombang gelombang dengan periode tertentu
kemudian ditampilkan dalam wave rose seperti Periode ulang Hs Ts
pada Gambar 5.2. Didapatkan gelombang yang (tahun) (m) (detik)
terbentuk lebih banyak berasal dari arah tenggara
2 1,393 5,268
sebesar 38,609% dan selatan sebesar 36,857%.
5 1,779 5,751
10 2,034 5,965
25 2,358 6,115
50 2,597 6,139
100 2,835 6,089

5.7 Sedimentasi
Transpor sedimen yang terjadi pada lokasi
penelitian termasuk transpor menyusur pantai
(longshore transport) yang menyebabkan
permasalahan pada daerah pantai terutama pada
alur pelayaran dan kolam labuh.
Gambar 5.1 Wave rose perairan PPN
Didapatkan angkutan sedimen pada segmen 1
Pengambengan
paling besar berasal dari arah selatan sebesar
49.638,56 m3/tahun (80,53%) sehingga net
5.6.2 Analisis Kala Ulang Gelombang Ekstrim sedimen sebesar 43.446,47 m3/tahun dengan arah
Analisis tersebut dilakukan dengan tiga metode sedimen ke barat. Sementara pada segmen 2,
yaitu Metode Fisher Tippet Type I, Metode angkutan sedimen paling besar berasal dari arah
Weibull, dan Metode Gumbel. Dari hasil tersebut, tenggara sebesar 62.679 m3/tahun (71,80%)
dipilih menggunakan Metode Gumbel karena sehingga net sedimen sebesar 38.062,59 m3/tahun
memberikan hasil yang terbaik. Perbandingan dengan arah sedimen ke barat.
gelombang dengan kala ulang tersebut disajikan Perhitungan net transpor sedimen dibagi dalam 2
pada Tabel 5.3 segmen seperti pada Gambar 5.3.

13
NASKAH SEMINAR Juni 2017

5.8.1.2 Elevasi Mercu


Tembok laut direncanakan dengan tidak
memperkenankan air melimpas di atas tembok
laut tersebut (non overtopping). Dalam
menentukan elevasi mercu tembok laut
menggunakan Persamaan 3.59.
T = 6,139 detik
Lo = 1,56.T2 = 1,56 x 6,1392 = 58,792 m
tan θ 0,5
Ir = H 1/2 = 2,56 1/2 = 2,396
( ) ( )
Lo 58,792
Ru
H
= 1,04
Gambar 5.2 Pembagian segmen dalam Ru = 1,04 x 2,56 = 2,66 m
perhitungan net transpor sedimen dan arah datang Sehingga, didapatkan elevasi puncak pemecah
gelombang gelombang:
Elevasi = DWL + Ru + freeboard
= 1,995 + 2,76 + 0,5
= 5,16 m
≈ 5,2 m

5.8.1.3 Lapis lindung (armour stone)


Untuk lapis lindung dari batu pecah bersudut kasar
memiliki n = 2, penempatan secara acak,
gelombang telah pecah pada bangunan, KD lengan
bangunan = 2, dan tinggi gelombang rencana (HD)
= 1,56 m.
a. Lapis pelindung luar (armour stone)
γb .H3
W=
KD .∆3 . cot θ
Gambar 5.3 Net transport dan arah sedimen yang dimana,
terjadi γb = 2,65 ton/m3
γα = 1,03 ton/m3
5.8 Penanganan Terhadap Masalah (γb- γα ) (2,65 - 1)
Δ= γa
= 1,03
= 1,573
5.8.1 Penanganan Secara Struktural
Penanganan secara struktural dilakukan dengan 2,65 x 1,563
Maka, W = = 0,646 ton ≈ 646 kg
merencanakan bangunan pelindung pantai yaitu 2 x 1,5733 x 2
tembok laut yang ditujukan untuk mengatasi Tebal lapis lindung (t1)
1/3
permasalahan erosi pada pantai disekitar W 0,646 1/3
t1 = n.K∆ .(γ ) = 2 x 1,15 x ( 2,65 ) ≈ 1,50
pelabuhan. b
m
5.8.1.1 Gelombang Pecah di Bangunan Pantai b. Lapisan pelindung kedua (secondary stone)
Elevasi dasar bangunan direncanakan + 0,00 m. W 0,646
10
= 10 = 0,0646 ton = 64,6 kg
ketinggian muka air pada ujung bangunan yang
Tebal lapis lindung (t2)
menghadap ke laut direncanakan sebesar DWL = 1/3
W 0,0646 1/3
+1,995 m, sehingga ds = 1,995 – 0 = 1,995 m. Dari t2 = 𝑛.K∆ .( ) = 2 x 1,15 x ( )
γb 2,65
hasil perhitungan tersebut, maka tinggi gelombang
pecah di bangunan pantai sebagai berikut: ≈ 0,80 m
ds = 1,995 m c. Lapisan core layer
W 0,646
Hb = 0,78 x 1,995 = 1,556 m 200
= 200 = 0,0032 ton = 3,2 kg
HD = 1,556 m

14
NASKAH SEMINAR Juni 2017

5.8.1.4 Lebar Mercu Nc : 49,14


1/3
W 0,646 1/3 Nq : 33,35
B = n. K∆ .( ) = 3 x 1,15 x ( ) N𝛾 : 31,57
γb 2,65
= 2,15 m Dengan demikian, maka diperoleh sebagai
berikut:
5.8.1.5 Jumlah Butir Batu Pelindung Qult = C x Nc + Df x γ x Nq + 0,5 x B x γ x Nγ
Jumlah butir batu pelindung tiap satuan luas (10 = (0,005 x 49,14) + (0 x 1,5138 x 33,35)
m2) dihitung dengan rumus berikut ini: + (0,5 x 1 x 1,538 x 31,57)
P γ 2/3 = 24,527 ton/m2
N = A.n. KΔ.(1- ) . ( r) Qn = H x p x γbatu
100 W
37 2,65 2/3 = 2,50 x 0,40 x 2,65
= 10 x 2 x 1,15 x (1- ) . ( )
100 0,646 = 2,65 ton/m2
≈ 37 buah Qult
FS(daya dukung) = ≥3
Qn
5.8.1.6 Toe Protection 24,527
= 2,65 = 9,25 ≥ 3
W = 0,5 x W = 0,5 x 0,646 = 0,323 ton = 323
kg
c. Stabilitas Terhadap Geser
Btoe = 2 x HD = 2 x 1,556 = 3,11 m
(t + t ) (1,50 + 0,70 ) Untuk perhitungan stabilitas terhadap geser
ttoe = 1 2 = = 1,10 m dipengaruhi oleh tekanan yang diakibatkan
2 2
oleh gelombang air laut yang terdiri dari
tekanan hidrostatis dan dinamis.
C = 0,005 kg/cm2
B = 17,65 m
Ep + ∑ V. tanφ
FS(geser) = Rm
> 1,5
21,863 + 42,559 x tan 32,097
= 3,197
> 1,5
= 15,188 > 1,5

Gambar 5.4 Gambar desain tembok laut d. Kontrol Terhadap Settlement


γsat : 1,901 ton/m3
5.8.1.7 Stabilitas Struktur Tembok Laut γ’ : 0,871 ton/m3
a. Gaya-Gaya yang Terjadi Pada Bangunans e0 : 2,35
Didapatkan hasil seperti pada Tabel 5.5. Cc : 0,624
Tabel 5.5 Perhitungan gaya yang terjadi Cv : 0,005 cm2/menit
V H Gs : 2,677
Gaya
(ton/m) (ton) H :3m
Batu 42,559 W : 25,37 %
Hidrostatis pada -6,494
Sehingga tekanan akibat berat bangunan pada
tanah
tanah yaitu:
Tanah -21,863 ∑V 24,527
Hidrostatis air laut 6,494 p= B
= 18,85
= 1,808 ton/m2
Gelombang 3,197 tekanan akibat berat bangunan pada tanah yaitu:
dinamis
p0 = H. γ’
Jumlah 42,559 -18,667
= 3 x 0,871 = 2,613 ton/m2
3
b. Stabilitas Daya Dukung Tanah penambahan tekanan (Δp) untuk H/B = 18,85 =
Kedalaman pondasi (Df) : 0 m 0,159
Lebar pondasi (B) :1m Dari nilai Ossterberg (Braja M.Das, 1993)
C : 0,005 kg/cm2 didapatkan bahwa Δp = 0,7p
𝛾d : 1,538 t/m3 Δp = 0,7.p
φ : 32,097o = 0,7 x 1,808 = 1,266 ton/m2

15
NASKAH SEMINAR Juni 2017

Maka settlement dapat dihitung dengan: 6. KESIMPULAN DAN SARAN


C xH p +∆ 6.1 Kesimpulan
S = 1c+ e log o p p
0 o Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data
0,624 x 3 2,613 + 1,266
= 1 + 2,35 log 2,613 yang telah dilakukan mengenai penanganan
= 0,0958 m masalah pendangkalan dan erosi pada PPN
= 9,58 cm Pengambengan dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Angin dominan berasal dari arah selatan
sebesar 28,642% dan arah tenggara sebesar
5.8.2 Penanganan Secara Non Struktural
30,449%.
Penanganan secara non struktural ini ditujukan
2. Pasang surut yang terjadi memiliki tipe
untuk mengatasi permasalahan sedimentasi yang
campuran (mix tide) condong ke semi diurnal
besar di pantai wilayah tenggara PPN
(Bilangan Formzhal, F = 0,33) dengan
Pengambengan dan pendangkalan pada alur
ketinggian pasang surut mencapai 2,79 m.
pelayaran dan kolam labuh. Penanganan yang
3. Kecepatan angin yang berhembus mampu
dilakukan yaitu dengan metode sand by passing
membangkitkan gelombang ekstrim dengan
yaitu memindahkan material dasar pantai dari
kala ulang 50 tahunan mencapai ketinggian
daerah yang mengalami akresi ke daerah yang
2,597 m dengan periode 6,139 detik.
mengalami erosi.
4. Faktor yang paling dominan menyebabkan
Terdapat dua cara dalam mengalihkan aliran
terjadinya pendangkalan dan sedimentasi
sedimen yaitu pemompaan atau pengerukan.
pada kolam labuh disebabkan sedimen
Pemompaan dilakukan dengan menggunakan alat
menyusur pantai dengan net transport
pompa yang mempunyai kapasitas yang mampu
sedimen sekitar 43.446,47 m3/tahun dengan
mengalihkan sedimen. Kapasitas alat pompa yang
arah sedimen ke barat.
dibutuhkan yaitu sekitar 50.000 m3/tahun.
5. Penanganan secara struktur dilakukan pada
Sementara itu, cara pengerukan dilakukan dengan
pantai sisi barat laut yang mengalami erosi
menggunakan kapal keruk yang dapat mobilisasi
dengan membangun tembok laut
dengan baik. Kapasitas kapal keruk yang
menggunakan tumpukan batu dengan elevasi
dibutuhkan yaitu sekitar 50.000 m3/tahun. Solusi
dasar bangunan terletak pada +0,00 m,
dengan metode sand by passing ini harus
elevasi mercu +5,2 m, dan lebar mercu 2,15
dilakukan secara periodik setiap tahun yaitu 1-2
m. Hasil dari perhitungan stabilitas bangunan
kali. Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi net
tembok laut adalah FS(daya dukung) = 9,23 > 3,
transpor sedimen yang datang setiap tahunnya
FS(geser) = 15,188 > 1,5 dan settlement = 9,58
agar tidak menyebabkan pendangkalan pada alur
cm.
pelayaran dan kolam labuh. Skema pemindahan
6. Penanganan secara non struktur dilakukan
sedimen dengan sand by passing disajikan dalam
untuk menangani masalah pendangkalan
Gambar 5. 7.
dengan metode sand by passing.
Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cara
pemompaan atau pengerukan yang
berkapasitas sand by passing sekitar 50.000
m3/tahun.

6.2 Saran
1. Pelaksanaan sand by passing dapat dilakukan
Gambar 5.5 Skema pemindahan sedimen dengan dengan dua cara yaitu pemompaan dan
sand by passing pengerukan dengan kapasitas sekitar 50.000
m3/tahun.
Pelaksanaan ini sangat urgent untuk
dilakukan, karena apabila kegiatan ini tidak
dilakukan maka akan terjadi:
a. pendangkalan alur pelayaran dan kolam
labuh PPN Pengambengan dan dalam

16
NASKAH SEMINAR Juni 2017

hal ini akan memerlukan pengerukan 2016. Laporan Tahunan Pelabuhan


perawatan (maintenance dredging) Perikanan Nusantara Pengambengan.
b. erosi pantai yang berkelanjutan pada Jembrana.
daerah downdrift atau pada bagian barat Febriani, M., 2011. Perencanaan Breakwater di
laut PPN Pengambengan Lamongan Jawa Timur. Surabaya: ITS
2. Perlindungan pantai di bagian barat laut PPN Febriansyah. 2012. Perencanaan Pemecah
Pengambengan dengan tembok laut. Gelombang (Breakwater) di Pelabuhan
Merak. Jakarta: UI
Hamdani, A. 2005. Kajian Teknologi Sand by
DAFTAR PUSTAKA Passing Penanggulangan Sedimentasi dan
Aldin, M. 2015. Perencanaan Alternatif Erosi Pantai Bengkulu (Pelabuhan Teluk
Bangunan Pengaman Pantai Namrole Bay). Bandung: ITB.
Buru Selatan, Maluku. Makassar: UNHAS Hardiyatmo, H. C. 2011. Analisis dan
Anon. 2015. Profil PPN Pengambengan dalam Perancangan Fondasi I. Yogyakarta:
Rangka Kunjungan Kerja Menteri Gadjah Mada University Press.
Kelautan dan Perikanan. Jembrana Hardiyatmo, H. C. 2011. Analisis dan
Anon. 2013. Review Desain Pembangunan Perancangan Fondasi II. Yogyakarta:
Fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara Gadjah Mada University Press.
Pengambengan. Jembrana Hardiyatmo, H. C. 2012. Mekanika Tanah 1.
Ananti, A.D. 2017. Perancangan Bangunan Yogyakarta: Gadjah Mada University
Pelindung Pantai Ngebum, Kabupaten Press.
Kendal (Lokasi Pantai Ngebum, Hardiyatmo, H. C. 2012. Mekanika Tanah 2.
Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Yogyakarta: Gadjah Mada University
Tengah). Yogyakarta: UGM. Press.
Artha, I. P.A.A. 2016. Pengembangan Pelabuhan Istiarto. 2014. Catatan Pribadi : Analisis
Perikanan Nusantara (PPN) Harmonik Pasang Surut. Yogyakarta
Pengambengan, Negara. Denpasar: Khosiin, M.W. 2013. Evaluasi Perencanaan
UNUD. Pemecah Gelombang Pelabuhan
CERC. 1984. Shore Protection Manual Volume I. Perikanan Pantai Glagah Kabupaten
Washington: US Army Coastal Kulonprogo, Yogyakarta. Yogyakarta:
Engineering Research Center. UGM
CERC. 1984. Shore Protection Manual Volume II. Mandi, N. B. R. 2015. Perencanaan dan
Washington: US Army Coastal Perancangan Konstruksi Bangunan Laut
Engineering Research Center. dan Pantai. Denpasar: Arti Foundation
Dayani, D.A. 2017. Perancangan Bangunan Msiren, H. M. L. 2015. Evaluasi Perencanaan
Pelindung Pantai (Studi Kasus: Pantai Tembok Laut Pertamina Unit Pengolahan
Kawasan Industri Kendal, Kabupaten VI Balongan Indramayu. Yogyakarta:
Kendal, Provinsi Jawa Tengah). UGM.
Yogyakarta: UGM. PT. Paksigurna Paramartha. 2009. Studi DED,
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Review Master Plan dan AMDAL PPN
Kementrian Kelautan dan Perikanan. Pengambengan. Jembrana
2014. Laporan Tahunan Pelabuhan Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta:
Perikanan Nusantara Pengambengan. Betta Offset.
Jembrana. Triatmodjo, B. 2012. Perencanaan Bangunan
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Pantai. Yogyakarta: Beta Offset.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. Utomo, B. B. & Wibowo, D. P. 2008.
2014. Perencanaan Pembangunan Groin Perencanaan Bangunan Pelindung Pantai
di Mulut Kolam Labuh dan Lanjutan Tambak Mulyo, Semarang. Semarang:
Turap Beton. Jembrana UNDIP.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Wisnuaji, H. 2016. Perancangan Bangunan
Kementrian Kelautan dan Perikanan. Pelindung Pantai Kota Sarmi (Lokasi

17
NASKAH SEMINAR Juni 2017

Pantai Bagaisewar, Kabupaten Sarmi,


Prov.Papua). Yogyakarta: UGM.
Yuwono, N. 1982. Teknik Pantai Volume 1.
Yogyakarta: Biro Penerbit KMTS.
Yuwono, N. 2007. Materi Kuliah : Teknik Pantai.
Yogyakarta.

18
NASKAH SEMINAR Juni 2017

LAMPIRAN
Gambar Desain Tembok Laut

19

Anda mungkin juga menyukai