D101 20 1070
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan
petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini
didasarkan pada keresahan penulis karena adanya perubahan tata ruang dan
topografi tanah, serta pengaruh langsung dari konstruksi kereta api, berpotensi
meningkatkan risiko bencana alam seperti banjir, khususnya di Areal Sekitar
Terowongan Penyeberangan (Underpass)
Penulis menyadari bahwa skripsi yang dibuat masih banyak kekurangan dan jauh
dari nilai sempurna, maka dari itu penulis akan menerima dengan senang hati
setiap kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulis di masa yang
akan datang. Semoga laporan yang dibuat oleh penulis memberi manfaat untuk
setiap pembaca dan juga menambah ilmu bagi penulis sendiri. Terima kasih.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Pertanyaan Penelitian 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Ruang Lingkup Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Kondisi Topografi terhadap pemanfaatan lahan 5
2.1.1 Kemiringan Lereng 5
2.2 Dampak Pembangunan Infrastrukrur terhadap Aspek Sosial,
Lingkungan dan Ekonomi 6
2.2.1 Kereta Api 7
2.2.2 Terowongan Penyeberangan (Underpass) 9
2.3 Karakteristik Guna Lahan terhadap Risiko Banjir 10
2.3.1 Risiko Banjir 10
2.3.2 Faktor Penyebab 12
2.4 Mitigasi Bencana Banjir 13
2.5 Penelitian Terdahulu 15
2.6 Kerangka Konsep 17
DAFTAR PUSTAKA 18
3
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR TABEL
5
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan untuk bergerak muncul akibat dari kebutuhan lainnya. Kita bergerak
karena berbagai tuntutan kehidupan sehari-hari seperti pekerjaan, pendidikan,
kesehatan, dan aktivitas fisik. Jika semua ini tersedia di sekitar kita, pergerakan
sebenarnya tidak diperlukan (Tamin, 2000). Pembangunan infrastruktur di
berbagai belahan dunia telah lama dikenal sebagai salah satu pendorong utama
pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur yang baik memiliki peran penting dalam
meningkatkan konektivitas, mempermudah distribusi barang dan jasa, serta
mempercepat pertukaran informasi dan mobilitas penduduk. Kereta Api Trans-
Sulawesi, sebagai salah satu mega proyek di Indonesia dan menjadi Proyek
Startegi Nasional (PSN) diindonesia, tentunya menjadi katalisator dalam
percepatan pembangunan dan konektivitas di wilayah Sulawesi. Commented [U1]: Terlalu cepat ini dibahas.
Bahas dulu pembahasan secara umum.
Harusnya bahas dulu keunggullan transprotasi kereta api.
Namun, seiring dengan perubahan besar yang ditimbulkan oleh pembangunan Transportasi kereta api cocoknya untuk kondisi wilayah seperti apa?
Cari literature pendukung.
infrastruktur, ada tanggung jawab moral dan praktis untuk memastikan bahwa
pembangunan tersebut tidak merugikan lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
Ketika menyusun rencana untuk sistem transportasi, beberapa aspek penting harus
diperhatikan, seperti kebutuhan transportasi, penggunaan lahan, dan situasi
geografis daerah tersebut. Selain itu, penting untuk memastikan bahwa jaringan
transportasi, khususnya jalan raya dan kereta api, dapat disesuaikan dan diperluas
untuk memenuhi kebutuhan transportasi di masa depan (Tamin, 2000). Hal ini
kian relevan di zaman sekarang, di mana isu perubahan iklim dan kerentanan
lingkungan menjadi perhatian global. Salah satu tantangan utama dalam
pembangunan infrastruktur, khususnya kereta api, adalah dampaknya terhadap
sistem aliran air dan potensi risiko banjir.
1
infrastruktur dapat mempengaruhi pola aliran air hujan dan potensi genangan.
Areal Sekitar Terowongan Penyeberangan (Underpass) memiliki risiko khusus, di
mana modifikasi yang dilakukan bisa mempengaruhi kapasitas drainase,
menyebabkan genangan, dan pada akhirnya meningkatkan risiko banjir.
Selain itu, perubahan tersebut juga bisa mempengaruhi kualitas air, ekosistem
sungai, serta ketersediaan air untuk masyarakat sekitar. Dalam jangka panjang, hal
ini dapat mempengaruhi kualitas hidup penduduk, produktivitas tanah, serta
ekosistem yang ada. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting, bukan hanya
sebagai referensi akademik, tetapi juga sebagai panduan bagi para pembuat
kebijakan, pihak konstruksi, serta masyarakat umum dalam merespons dan
memitigasi risiko yang mungkin timbul.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini antara lain
sebagai berikut.
1. Menganalisis perubahan kondisi topografi Kawasan sebelum dan sesudah
pembangunan Jalur Kereta Api Trans-Sulawesi.
2
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya penelitian ini, antara lain sebagai
berikut.
1. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat menjadi referensi, sumber informasi, dan
bahan masukan bagi mahasiswa yang ingin meneliti tentang meneliti dampak
pembangunan infrastruktur terhadap lingkungan, khususnya risiko banjir
yang terkait dengan pembangunan kereta api. Dengan pemahaman yang
mendalam mengenai subjek ini, mahasiswa dapat memperluas wawasannya
dan meningkatkan kualitas penelitian di bidang terkait.
Ruang lingkup yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu ruang lingkup materi
dan ruang lingkup wilayah.
Ruang lingkup materi penelitian ini meliputi Analisis topografi yang dimana
pemahaman tentang topografi wilayah yang terkena dampak Pembangunan,
termasuk perubahan ketinggian dan kontur tanah serta akan fokus pada evaluasi
dampak lingkungan yang mungkin timbul, seperti perubahan ekosistem, kualitas
air, dan pengaruh terhadap fauna dan flora setempat.
3
1.5.2 Ruang lingkup wilayah
Ruang lingkup wilayah penelitian ini difokuskan pada Desa Lalabata, Kecamatan
Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Wilayah ini dipilih sebagai studi kasus karena
merupakan salah satu area yang terkena dampak langsung dari pembangunan
Kereta Api Trans-Sulawesi. Ruang lingkup wilayah mencakup zona underpass
yang berdekatan dengan proyek tersebut.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dengan topografi yang beragam, mulai dari dataran rendah, perbukitan, hingga
pegunungan, perencanaan jalur kereta api harus sangat matang. Di daerah
pegunungan, misalnya, kemiringan lereng mempengaruhi kecepatan, traksi, dan
stabilitas kereta. Terkadang, untuk mengatasi rintangan topografi, diperlukan
pembuatan terowongan atau jembatan, yang tentunya membutuhkan investasi dan
pertimbangan keamanan yang signifikan.
2.1.1 Kemiringan Lereng Commented [U2]: Pastikan ada dalam teori kemiringan lereng
berapa yang cocok untuk setiap jenis guna lahan
Kemiringan lereng menunjukan besarnya sudut lereng dalam persen atau drajat. Misalnya 0-3 derajat atau persen cocok untuk permukiman
Dua titik yang berjarak horizontal 100 m yang mempunyai selisih tinggi 10 m
5
membentuk lereng 10%. Kecuraman lereng 100% sama dengan kecuraman 45°
selain dari memperbesar jumlah aliran permukaan, semakin curamnnya lereng
semakin besar, maka jumlah butir-butir tanah yang terpecik ke bawa oleh
tumbukan butir hujan akan semakin banyak. Semakin miringnya permukaan tanah
dari bidang horizontal sehingga lapisan tanah atas yang tererosi akan semakin
banyak jika lereng permkaan tanah menjadi dua kali lebih curam, maka
banyaknya erosi persatuan luas menjadi 2,0 2,5 kali lebih banyak (Arsyad, 2000
(Sahara, 2014)).
Bentuk lereng adalah representasi fisik dari kemiringan suatu daerah. Struktur
kemiringan biasanya meliputi puncak (crest), bagian yang menonjol ke luar
(convex), bagian yang cekung ke dalam (concave), dan bagian bawah lereng
(lower slope). Daerah puncak biasanya paling terpengaruh oleh erosi
dibandingkan dengan bagian lainnya. Sementara itu, lereng tengah, yang bisa
berbentuk cembung atau cekung, sering kali mengalami erosi permukaan yang
lebih intens dibandingkan bagian puncak. Sedangkan bagian bawah lereng
biasanya menjadi tempat penumpukan material erosi. (Salim, 1998 (Sahara,
2014))
6
aspek sosial dan lingkungan di mana masyarakat dapat dengan mudah mengakses
fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan dasar lainnya, serta berkontribusi
pada konektivitas dan integrasi antarwilayah. Dari perspektif ekonomi,
infrastruktur transportasi memfasilitasi perdagangan, investasi, dan mobilitas
tenaga kerja yang akhirnya mempercepat pertumbuhan ekonomi. Tidak ada suatu
wilayah yang akan berkembang dan menjadi maju dengan cepat tanpa
infrastruktur dasar yang memadai dan canggih. Sejarah membuktikan bahwa
negara-negara yang maju hanya dapat mencapai kemajuan signifikan karena
infrastruktur transportasinya telah dibenahi terlebih dahulu. Ini menegaskan
bahwa kemajuan pembangunan di segala aspek, baik sosial, lingkungan, maupun
ekonomi, tidak dapat lepas dari peran utama infrastruktur transportasi yang ada,
terutama bagi wilayah yang memiliki karakteristik geografis berupa kepulauan.
Hal ini penting mengingat transportasi antarpulau memerlukan sistem yang efisien
untuk mendukung integrasi dan pertukaran sumber daya di antara pulau-pulau
tersebut (Aram, 2022).
Peraturan Menteri Perhubungan No. 32 Tahun 2011, Kereta api adalah sarana
perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan
dengan sarana perkeretaapian lainnya yang akan ataupun sedang bergerak di jalan
rel yang terkait dengan perjalanan kereta api.
Kereta api merupakan moda transportasi yang beroperasi di atas rel dan dapat
terdiri dari satu atau beberapa kendaraan yang dirangkai. Dengan lokomotif yang
dikelola oleh masinis dan gerbong yang dapat mengangkut banyak penumpang
atau barang, kereta api menjadi salah satu pilihan efisien untuk transportasi
massal. Oleh karena itu, banyak negara mengoptimalkannya sebagai sarana
7
transportasi darat utama, baik untuk perjalanan dalam kota, lintas kota, maupun
lintas negara.
Terdapat beberapa komponen penting dalam jalur kereta api. Pertama, ada ruang
manfaat jalur kereta api, yang merujuk pada area yang secara spesifik digunakan
untuk operasional kereta, seperti untuk rel dan sinyal. Kemudian, ada ruang milik
jalur kereta api, yang adalah properti yang dimiliki oleh operator kereta api dan
seringkali dilindungi oleh undang-undang atau regulasi tertentu untuk memastikan
keamanan dan efisiensi operasional. Ini mungkin mencakup tanah di sekitar rel,
stasiun, dan fasilitas lain yang mendukung operasi kereta api.
Selanjutnya, ada ruang pengawasan jalur kereta api. Area ini merupakan zona
keamanan yang ditujukan untuk mencegah gangguan dari aktivitas eksternal yang
mungkin mengganggu operasi kereta api, seperti pembangunan di dekat rel atau
intervensi lainnya yang dapat mengancam keamanan kereta dan penumpangnya.
Tidak hanya itu, saat berbicara tentang jalur kereta api, kita juga harus
memperhatikan bagian atas dan bawah rel. Bagian atas bisa mencakup struktur
seperti jembatan atau terowongan yang memungkinkan kereta melewati hambatan
seperti sungai atau gunung, sementara bagian bawah bisa mencakup fondasi dan
sistem drainase yang mendukung integritas jalur.
Dengan demikian, jalur kereta api bukan hanya sebatas rel yang kita lihat,
melainkan suatu sistem yang canggih dan terintegrasi yang dirancang untuk
memastikan pergerakan kereta yang aman, efisien, dan terus menerus.
8
2.2.2 Terowongan Penyeberangan (Underpass)
Underpass merupakan salah satu inovasi dalam teknik sipil yang dirancang khusus
untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan lalu lintas di titik-titik persimpangan.
Dengan membangun jalan di bawah tanah yang melintasi jalur lain di atasnya,
underpass menghilangkan kebutuhan kendaraan atau pejalan kaki untuk berhenti
atau menunggu, terutama pada persimpangan yang ramai. Hasilnya, aliran lalu
lintas menjadi lebih lancar, mengurangi kemacetan, dan meningkatkan
keselamatan pengguna jalan.
Selain itu, aspek desain juga sangat krusial. Hal ini melibatkan pemilihan titik
masuk dan keluar yang optimal, kemiringan jalan yang tepat agar kendaraan dapat
naik dan turun dengan aman, serta penerangan yang memadai untuk memastikan
visibilitas bagi pengguna jalan. Dengan demikian, pembuatan underpass bukan
hanya tentang menggali tanah dan membuat jalan di bawahnya. Ini adalah
9
gabungan dari seni desain dan keahlian teknik yang bekerja sama untuk
menciptakan solusi lalu lintas yang aman, efisien, dan berkelanjutan.
Ancaman yang dapat terjadi adalah banjir, yang sering kali dipengaruhi oleh
aktivitas manusia dan pembangunan yang tidak mematuhi praktik konservasi
lahan. Peningkatan penggunaan lahan yang tidak memperhitungkan kapasitas
daya dukung lingkungan dan melebihi batasannya juga menjadi ancaman serius.
Banjir merupakan salah satu bencana yang paling merugikan, dengan kerugian
yang signifikan. Perubahan dalam vegetasi dan perubahan fungsi lahan, seperti
deforestasi, pembangunan perumahan, jalan raya, bandara, dan lainnya, juga
memberikan dampak nyata dengan meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir
(Human, 2012). Dengan kata lain, perubahan lingkungan yang disebabkan oleh
aktivitas manusia, terutama yang tidak mempertimbangkan konservasi lahan,
dapat meningkatkan risiko banjir dan kerugian yang diakibatkannya. Salah satu
faktor utama adalah perubahan dalam penggunaan lahan yang memengaruhi tata
air dan aliran permukaan.
10
alam, dan bencana sosial. Bencana alam antara lain berupa gempa bumi karena
alam, letusan gunung berapi, angin topan, tanah longsor, kekeringan, kebakaran
hutan/ lahan karena faktor alam, hama penyakit tanaman, epidemi, wabah,
kejadian luar biasa, dan kejadian antariksa/benda-benda angkasa. Bencana
nonalam antara lain kebakaran hutan/lahan yang disebabkan oleh manusia,
kecelakan transportasi, kegagalan konstruksi/teknologi, dampak industri, ledakan
nuklir, pencemaran lingkungan dan kegiatan keantariksaan. Bencana sosial antara
lain berupa kerusuhan sosial dan konflik social dalam masyarakat yang sering
terjadi.
11
Skala ini menjamin bahwa informasi yang diperoleh cukup rinci untuk kebutuhan
analisis pada tingkat provinsi. Setiap data, pemetaan, dan interpretasi yang
dihasilkan akan selaras dengan skala analisis tersebut, sehingga memastikan
relevansi dan keakuratan informasi bagi pemangku kepentingan di tingkat
provinsi.
a. Faktor Alam, Bencana yang termasuk dalam kategori ini bersumber dari
peristiwa atau fenomena alam yang terjadi tanpa adanya intervensi manusia.
Contoh dari bencana jenis ini antara lain adalah gempa bumi, letusan gunung
berapi, tsunami, serta badai.
b. Faktor Manusia, Bencana yang disebabkan oleh ulah manusia sering kali
berkaitan dengan ketidakhati-hatian, kelalaian, atau tindakan yang tidak
memperhatikan dampak lingkungan.
c. Faktor Sosial, Bencana sosial muncul dari dinamika interaksi manusia yang
kurang harmonis atau ketegangan antar kelompok masyarakat. Hal ini dapat
berasal dari perbedaan latar belakang budaya, suku, agama, atau
ketidaksetaraan dalam hal akses terhadap sumber daya.
12
2.4 Mitigasi Bencana Banjir
Terdapat Upaya Mitigasi Struktural yaitu sebagai berikut (Prih et.al., 2007).
a. Pembuatan Saluran Air, Ini bertujuan untuk memastikan air hujan memiliki
jalur yang tepat untuk mengalir, mencegah genangan yang bisa menimbulkan
banjir.
b. Pengelolaan Sampah yang Baik, Memastikan bahwa sampah tidak menumpuk
di saluran air adalah langkah kunci untuk mencegah banjir. Ini mencakup
membuang sampah di tempat yang tepat dan menjaga kebersihan saluran air.
13
c. Konservasi Hutan dan Vegetasi, Tanaman dan hutan berperan penting dalam
proses infiltrasi air ke dalam tanah, mengurangi risiko banjir.
d. Pembuatan Infrastruktur Pendukung, Ini meliputi pembuatan bendungan,
sumur resapan, lubang biopori, dan pengerukan sungai. Infrastruktur ini
membantu mengelola aliran air dan meningkatkan kapasitas daerah untuk
menampung air hujan.
e. Penggunaan Bahan Bangunan yang Ramah Lingkungan, Seperti penggunaan
paving stone yang memungkinkan air untuk meresap ke tanah.
14
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
1 Faktor Penyebab Masyiana Penelitian terhadap dampak 1. Kerusakan 1. Pendekatan Persamaan: Berfokus MODUL Vol
Kerusakan (2018) lingkungan dari pembangunan Lingkungan Kualitatif pada Pembangunan 18 No 2, Issues
Lingkungan underpass menyoroti empat faktor 2. Faktor 2. Observasi infrastruktur Underpass Period 2018
Sekitar Akibat utama. Pertama, pemahaman tentang Penyebab 3. Wawancarfa dan dampaknya terhadap
Pembangunan karakteristik tanah dan air setiap Kerusakan 4. Analisis lingkungan; menyoroti isu
Underpass Studi lokasi proyek sangat penting untuk Dokumentasi banjir sebagai dampak
dari Sumber
Kasus : menentukan struktur dan bahan yang utama dari Pembangunan
Berita
Underpass tepat, guna menghindari banjir. infrastruktur tersebut
Makamhaji, Kedua, kebijakan dalam proyek yang
Perbedaan: Dalam
Sukoharjo menutup sumber air di sekitarnya
penelitian terdahulu, salah
dapat menghambat pasokan air bagi
satu penyebab utama
penduduk. Ketiga, ketidakcukupan
masalah adalah kurangnya
teknologi berdampak pada
pengetahuan dan
penanganan masalah yang lambat
koordinasi dengan warga
dan tidak efektif, sering kali
setempat. Sedangkan
menambah masalah baru. Terakhir,
dalam penelitian ini, fokus
hubungan antara pemerintah dan
utama adalah perubahan
masyarakat terasa kurang harmonis,
topografi dan guna lahan
dengan kecenderungan pemerintah
akibat proyek.
bersikap otoriter. Mengatasi keempat
faktor ini akan memastikan manfaat
underpass tanpa merugikan
lingkungan.
2 Evaluasi Fibrian Bak penampungan pada underpass 1. Curah Hujan 1. Metode RAPS Persamaan: Berfokus Fajar Utomo,
Penanganan (2017) Makamhaji memenuhi syarat untuk 2. Rembesan 2. Uji Chi- pada dampak infrastruktur 2017
Genangan Air di kala ulang 50 tahun. Dapat dilihat Air Tanah Kuadrat terhadap lingkungan
Underpass pada bab sebelumnya bahwa volume 3. Sistem 3. Uji sekitarnya serta berfokus
Drainase keselarasan
15
Penulis Persamaan dan Perbedaan
No Judul (Tahun) Hasil Penelitian Variabel Metode dari penelitian penulis Sumber
Makamhaji banjir kala ulang 50 tahun adalah 4. Genangan Smirnov- pada permasalahan
Kabupaten 9,9937 m 3 sedangkan bak Air di Kolmogorov genangan air atau banjir
Sukoharjo penampungan mampu menampung Underpass 4. Metode sebagai akibat dari
air dengan volume 18,75 m3. Gumbel 1 pembangunan
Terjadinya banjir pada underpass 5. Model infrastruktur.
makamhaji salah satunya pada 12 Alternating
Block Metode Perbedaan: Dalam
Desember 2015 kemungkinan pompa
6. Metode Penelitian ini fokus
yang macet dan juga adanya sampah
Rasional utamanya adalah pada
yang menyumbat saluran drainase. 7. Analisis dampak perubahan guna
Genangan yang terjadi pada Hidrogaf lahan dan kondisi
underpass tidak hanya disebabkan
topografi terhadap risiko
oleh banjir aliran permukaan tetapi
banjir. Namun, dalam
juga dari rembesan air tanah. Tetapi
jurnal yang diulas,
rembesan yang terjadi pada lantai
fokusnya adalah evaluasi
underpass yang terkelupas (air tanah)
genangan air yang sudah
lebih kecil yaitu hanya 0,2% dari
terjadi dan mencari
banjir aliran permukaan
penyebabnya.
Kerangka Konsep merupakan diagram yang menggambarkan alur dalam penelitian. Kerangka Konsep dalam penelitian ini digambarkan dalam
bagan berikut Commented [U4]: Indikator masih keliru, di kerangka konsep
yang dimunculkan indikator. Bukan jenis data.
16
Isu:
NSPK/NSPM dan Literatur
Pembangunan infrastruktur memiliki tanggung jawab moral dan
UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
praktis untuk tidak merugikan lingkungan dan masyarakat.
UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Salah satu risiko dari pembangunan infrastruktur, terutama kereta
Permenhub No. 32 Tahun 2011 tentang Kereta Api.
api, adalah dampak pada sistem aliran air dan potensi banjir.
Penelitian Terdahulu
INPUT
Analisis perbandingan topografi sebelum Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) Analisis Deskriptif Kualitatif dan
dan sesudah menggunakan sistem informasi Kuantitatif
geografis (SIG).
OUTPUT
Analisis Dampak Pembangunan Kereta Api Trans-Sulawesi Terhadap Risiko Banjir Pada Areal Sekitar
Terowongan Penyeberangan (Underpass) Di Desa Lalabata Kabupaten Barru.
17
DAFTAR PUSTAKA
18