Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

PENDEKATAN LINGKUNGAN PADA PERANCANGAN REVITALISASI


PESISIR DAS TONDANO DI KECAMATAN SINGKIL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

Elvira S.S.Olii (17209036)

Vebrianti Mandak (17209046)

PROGRAM STUDY TEKNIK SIPIL

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2020
DAFTAR ISI

Cover ……………………………………………………………………….
Daftar Isi ……………………………………………………………………….
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang …………………………………………………………….


1.2. Identifikasi Masalah ……………………………………………………….
1.3. Rumusan Masalah …………………………………………………………..
1.4. Tujuan Penelitian …………………………………………………………….
1.5. Batasan Masalah …………………………………………………………………
1.6. Manfaat Penelitian
…………………………………………………………………….

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN


2.1. Arus Lalu Lintas …………………………………………………………………

2.2. Faktor Pengaruh Kecelakaan ……………………………………………………..

2.3. Fasilitas Keselamatan Jalan …………………………………………………………..

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tahapan Penelitian ………………………………………………………………………


3.2. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………………………..
3.3. Lokasi Studi ………………………………………………………………………………
3.4. Data Primer ……………………………………………………………….
3.5. Data Sekunder ……………………………………………………………………..
3.6. Peralatan Penelitian ………………………………………………………………….
3.7. Metode Analisa Pengolahan Data ………………………………………………….
3.8. Tinjauan Kondisi Lalu Lintas (Traffic Performance) ………………………………..
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota Manado, Pesisir
sungai Tondano di kecamatan Singkil merupakan kawasan yang sangat padat dan rawan
terhadap bencana banjir. Selain itu, di beberapa lokasi di pesisir sungai Tondano ini banyak
rumah-rumah yang sudah ditinggalkan penghuninya pasca banjir besar Januari 2014, dan RTRW
Kota Manado juga mensyaratkan sempadan sungai di kawasan ini minimal 13 meter di kiri kanan
dari bibir sungai.Sudah sepantasnyalah bila pada kawasan ini dilakukan revitalisasi guna
memvitalkan kembali kualitas kawasan. Selama ini revitalisasi kawasan umumnya lebih banyak
dilakukan pada upaya “mempercantik” kawasan, sehingga seringkali tujuannya tidak tercapai
secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan revitalisasi kawasan dengan
menggunakan pendekatan lingkungan, sehingga permasalahan yang ada selama ini dapat diatasi
dan tidak akan terulang kembali. Penelitian ini adalah penelitian by design dengan
menggunakan teknik penelitian kualitatif dengan jenis penelitian Kasus dan Lapangan (Case
Study and Field Research).

1 pembebasan lahan

2 dana

Pendekatan lingkungan pada perancangan revitalisasi pesisir DAS Tondano menghasilkan


peningkatan vitalitas kawasan dengan memanfaatkan sungai seperti menyediakan sarana
transportasi air, membuat tanggul sungai, membuat kanal dan kolam retensi, membuat saluran
drainase berhierarki, membuat sumur-sumur resapan dan lubang-lubang biopori, membuat
penampungan air hujan, menggunakan tenaga surya, menyediakan kios dan tempat pertemuan,
menanam vegetasi sebanyak mungkin, serta menggunakan material ramah lingkungan, dimana
hasil revitalisasi ini dapat berfungsi sebagai tujuan wisata baru di kota Manado, yang
kesemuanya diharapkan akan bermanfaat secara fisik, ekonomi dan sosial, sesuai dengan
prinsip-prinsip revitalisasi
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menetapkan, Daerah Aliran Sungai (DAS)
Tondano sebagai Kawasan Strategis Nasional yaitu sebagai Kawasan Konservasi dan Wisata.
Dilihat dari lokasinya, Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano yang melintasi kecamatan Singkil
sangat dekat dengan pusat kota Manado sehingga menarik minat banyak orang untuk
bertempat tinggal di sekitarnya, dan saat ini pesisir sungai Tondano di kecamatan ini merupakan
kawasan sangat padat dan rawan bencana banjir. Rumah-rumah yang membelakangi sungai
memperparah keadaan, dimana sungai dipandang sebagai tempat untuk membuang limbah
rumah tangga dan sampah. Selain itu, di beberapa lokasi di pesisir sungai Tondano ini banyak
rumah-rumah yang sudah ditinggalkan penghuninya pasca banjir besar Januari 2014. Pada
pelaksanaan pembangunan, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dalam perkembangannya akan
dihadapkan dengan tantangan terjadinya degradasi kualitas lingkungan. Oleh karenanya
kebijakan pembangunan harus mampu mendorong peningkatan kualitas lingkungan, baik dalam
proses perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian maupun dalam proses pemeliharaan.

1.2 Identifikasi Masalah


Dari hasil latar belakang di atas maka didapat beberapa identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pencemaran lingkungan di area sungai dapat menyebabkan terjadinya banjir.


2. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menetapkan, Daerah Aliran Sungai (DAS)
Tondano sebagai Kawasan Strategis Nasional yaitu sebagai Kawasan Konservasi dan Wisata.
3. Pada pelaksanaan pembangunan, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dalam perkembangannya
akan dihadapkan dengan tantangan terjadinya degradasi kualitas lingkungan
4. Pembangunan tanggul saat sekarang sering terhambat karena masalah pembebasan lahan

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana menganalisis karakteristik kecelakaan lalu lintas yang dipengaruhi oleh


faktor manusia sebagai pengguna jalan ?
2. Bagaimana melihat geometrik dan kondisi lalu lintas yang sudah ada ?
3. Bagaimana

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Meninjau kembali kelengkapan fasilitas keselamatan jalan seperti rambu lalu lintas,
marka jalan, lampu penerangan jalan.
2. Melakukan peninjauan pada jalan yang menjadi studi kasus terhadap arus lalu lintas
dan mengukur kembali geometrik jalan yang berupa penampang 3 melintang jalan,
diantaranya panjang jalan, lebar jalur, lebar lajur dan jumlah lajur.
3. Menghitung volume lalu lintas rata-rata, kecepatan rata-rata,rentang waktu, dan
analisis tingkat kecelakaan yang terjadi sehingga mendapatkan persentase.

1.5 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Studi kasus ini dibatasi hanya menganalisa karakteristik tingkat kecelakaan pada ruas
jalan Tondano-Papakelan.
2. Pengelolaan data dengan menggunakan metode MKJI 1997, dan pengambilan data
tersebut dengan mengambil data secara langsung dilapangan.
3. Tidak merencanakan geometrik jalan yang sudah ada.
4. Pengukuran geometrik jalan yang berupa penampang melintang jalan, diantaranya
panjang jalan, lebar jalur, lebar dan jumlah lajur.
5. Melihat kelengkapan fasilitas keselamatan jalan seperti rambu lalu lintas, marka jalan,
lampu penerangan jalan dan lain-lain.
6. Menghitung volume kendaraan pada jam sibuk/jam puncak.

1.6 Manfaat Penelitian


Manfaat dari studi penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui tingkat kecelakaan lalu
lintas pada ruas jalan tersebut, sehingga kedepan bisa memprediksikan angka kecelakaan
apabila meningkatnya pertumbuhan kendaraan pada jalan Meulaboh-Samatiga sehingga
dapat lebih hati-hati untuk menghindari daerah rawan atau berpotensi kecelakaan dan
pengguna jalan bisa melintasi dengan nyaman.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Dalam bab ini akan diuraikan beberapa teori yang diambil dari literaturliteratur yang
berhubungan dengan penelitian, yang dikutip dari referensi dalam bentuk buku, jurnal ataupun
tulisan ilmiah lainnya yang ada berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, dan akan digunakan
sebagai dasar perhitungan dalam menyelesaikan masalah pada bab III.

2.1 Arus Lalu Lintas


Dalam Diktat Kuliah Rekayasa Lalu Lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama (2008),
arus lalu lintas didefinisikan sebagai pergerakan Individu pengendara dan kendaraan yang
melakukan interaksi antara satu dengan yang lain pada suatu ruas jalan dan lingkungan, sedang
yang dimaksud dengan ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang dibangun untuk gerak
pindah kendaraan, orang, atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung.
Surja Darma (2001:6) dalam Marbawi (2013), menyebutkan bahwa, perilaku arus lalu
lintas merupakan hasil pengaruh gabungan antara manusia, kendaraan, dan jalan dalam suatu
lingkungan tertentu. Dalam hal ini manusia dapat berupa pengemudi maupun pejalan kaki. Salah
satu karakteristik penting dari pejalan kaki adalah kecepatan berjalannya, terutama saat
menyebrang jalan, sedangkan perilaku pengemudi dipengaruhi oleh faktor luar berupa keadaan
sekelilingnya, keadaan cuaca, daerah pandangan (visibility) serta penerangan jalan dimalam hari.
Selain itu juga dipengaruhi oleh emosinya seperti sifat tidak sabar dan marah-marah.

2.1.1 Kecelakaan lalu lintas

Menurut Kadiyali (1983) dan O’flaherty (1997), menyatakan bahwa kecelakaan lalu
lintas jalan sebagai tabrakan overtuning atau selip yang terjadi dijalan terbuka dan melibatkan
lalu lintas umum yang menyebabkan luka, meninggal, atau kerusakan pada kenderaan (kerugian
material).
Menurut pasal 1 ke 24 UU/22 2009, menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah
suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau
tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.

2.1.2 Keselamatan lalu lintas

Menurut Bukhari dan Sofyan (2007:2), dalam menangani masalah lalu lintas jalan raya
ini ada dua pendekatan dasar yang dapat digunakan, pertama ialah berusaha untuk menyesuaikan
sifat-sifat dan kelakuan manusia dengan keadaan aliran lalu lintas dan fasilitas-fasilitas harus
diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan sifat-sifat dan kelakuan para pemakai jalan,
karena keterbatasanketerbatasan serta mengutamakan efisiensi maka kedua pendekatan tersebut
digunakan bersama yang satu sebagai pelengkap yang lain.
Anonim (2009), menyebutkan bahwa keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah
suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan selama berlalu lintas yang
disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan.

2.2 Faktor Pengaruh Kecelakaan


Astroad (2002), Warpani (1999) dan Pignatoro (1973) dalam Amelia dkk (2011:41), menjelaskan
beberapa faktor penyebab kecelakaan lalu lintas antara lain faktor pemakai jalan, faktor kendaraan, faktor
jalan, dan faktor lingkungan.

1. Faktor manusia;
Faktor manusia memegang perananan dominan, karena cukup banyak faktor yang mempengaruhi
perilakunya.
2. Faktor Kendaraan;
Kendaraan dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan apabila tidak dapat dikendalikan
sebagaimana mestinya yaitu sebagai akibat kondisi teknis yang tidak layak jalan ataupun
penggunaannya tidak sesuai ketentuan.
3. Faktor Jalan;
Hubungan lebar jalan, kelengkungan dan jarak pandang semuanya memberikan efek besar
terjadinya kecelakaan. Faktor-faktor ini mempunyai efek psikologis pada para pengemudi dan
mempengaruhi pilihannya pada kecepatan gerak.
4. Faktor Lingkungan
Pertimbangan cuaca yang tidak menguntungkan serta kondisi jalan dapat mempengaruhi
kecelakaan lalu lintas, akan tetapi pengaruhnya belum dapat ditentukan.

2.2.1 Jenis kecelakaan

Kadiyali (1983) dalam Rizki Anggun Pribadi (2012:9), dalam Marbawi (2013), membagi
kecelakaan menjadi :
1. Kecelakaan luka fatal;
Kecelakaan luka fatal adalah kecelakaan yang berakibat pada kematian.
2. Kecelakaan luka berat;
Kecelakaan luka berat adalah kondisi dimana korban kecelakaan menderita cacat tetap
atau harus rawat inap di Rumah Sakit dalam jangka waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari
sejak terjadi kecelakaan (PP RI Nomor 43 tahun 1993 Tentang Prasarana dan Lalu Lintas
Jalan).
3. Kecelakaan luka ringan;
Kecelakaan luka ringan adalah kondisi dimana korban kecelakaan yang mengalami luka-
luka yang tidak memerlukan rawat inap atau yang harus dirawat inap di Rumah Sakit
kurang dari 30 (tiga puluh) hari setelah 7 kecelakaan (PP RI Nomor 43 tahun 1993
Tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan).
4. Kecelakaan berdasarkan posisi.
Posisi kecelakaan lalu lintas dijalan raya mungkin dalam posisi : tabrak depan, tabrak
belakang, tabrak samping, tabrak sudut atau kehilangan kendali.

2.2.2 Analisis pendekatan kecelakaan

Anonim (2006) dalam Marbawi (2013), menyebutkan bahwa pendekatan analisis data kecelakaan
dapat dilakukan dengan menganalisis pendekatanpendekatan berikut :

1. Faktor penyebab kecelakaan


Anonim (2004), menyebutkan bahwa faktor-faktor penyebab kecelakaan antara lain terbatasnya
jarak pandang pengemudi, pelanggaran terhadap rambu lalu lintas, kecepatan tinggi seperti
melebihi batas kecepatan rencana yang diizinkan, kurang antisipasi terhadap kondisi lalu lintas,
kurang konsentrasi, parkir di tempat yang salah, kurangnya penerangan, tidak memberi tanda
kepada kendaraan lain, dan sebagainya.
2. Tipe tabrakan;
Anonim (2004), menyebutkan bahwa tipe kecelakaan yang seringkali ditemukan antara lain
menabrak orang (pejalan kaki), tabrak depan-depan, tabrak belakang-depan, tabrak depan
samping, tabrak samping-samping, tabrak belakang-belakang, tabrak benda tetap di badan jalan,
kecelakaan sendiri/lepas kendali.
3. Keterlibatan pengguna jalan;
Anonim (2004), menyebutkan bahwa keterlibatan pengguna jalan didalam kencelakaan di
kelompokkan sesuai dengan tipe pengguna jalan atau tipe kendaraan, antara lain pejalan kaki,
mobil penumpang umum, mobil angkutan barang, bus, sepeda motor, dan kendaraan tak
bermotor.
4. Lokasi kejadian;
Anonim (2004), menyebutkan bahwa lokasi kejadian kecelakaan atau tempat kejadian perkara
(TKP) mengacu kepada lingkungan lokasi kecelakaan seperti lingkungan pemukiman, lingkungan
perkantoran atau sekolah, lingkungan tempat perbelanjaan, lingkungan pedesaan, lingkungan
pengembangan, dan sebagainya.

5. Waktu kejadian kecelakaan


Anonim (2004), menyebutkan bahwa kecelakaan dapat ditinjau dari kondisi penerangan di TKP
atau jam kejadian kecelakaan.

2.2.3 Lokasi rawan kecelakaan

Menurut Latief (1995) dalam Amelia dkk (2011), daerah rawan kecelakaan adalah daerah yang
mempunyai angka kecelakaan tinggi, resiko dan potensi kecelakaan yang tinggi pada suatu ruas jalan.
Anonim (2004) dalam Amelia, dkk (2011) menyebutkan bahwa suatu lokasi dapat dinyatakan
sebagai lokasi rawan kecelakaan apabila :

1. Memiliki angka kecelakaan yang tinggi;


2. Lokasi kejadian kecelakaan relatif bertumpuk;
3. Lokasi kecelakaan berupa persimpangan, atau segmen ruas jalan sepanjang 100-300 m untuk
jalan perkotaan, atau pias jalan sepanjang 1 (satu) km untuk jalan antar kota;
4. Kecelakaan terjadi dalam ruang dan rentang waktu yang relatif sama;
5. Memiliki penyebab kecelakaan dengan faktor spesifik.
Anonim (2004) dalam Amelia dkk (2011), menyebutkan bahwa berdasarkan pedomanpenanganan
lokasi rawan kecelakaan lalu lintas tahun 2004, prinsip dasar penanganan lokasi rawan kecelakaan
adalah sebagai berikut :

1. Penanganan lokasi rawan kecelakaan sangat tergantung kepada akurasi data kecelakaan,
karenanya data yang digunakan untuk upaya ini harus bersumber pada instansi resmi;
2. Penanganan harus dapat mengurangi angka korban kecelakaan semaksimal mungkin pada lokasi
kecelakaan;
3. Solusi penanganan kecelakaan dipilih berdasarkan pertimbangan tingkat pengurangan kecelakaan
dan pertimbangan ekonomis.
Upaya penanganan yang ditujukan meningkatkan kondisi keselamatan pada lokasi kecelakaan
dilakukan melalui rekayasa jalan, rekayasa lalu lintas, dan manajemen lalu lintas. Upaya penanganan
kecelakaan lalu lintas dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu :

1. Teknik pencegahan kecelakaan lalu lintas (crash prevention strategies); Anonim (2009)
menyebutkan bahwa pencegahan kecelakaan lalu lintas adalah suatu atau serangkaian upaya
peningkatan keselamatan jalan melalui perbaikan desain jalan dalam rangka untuk mencegah
kecelakaan lalu lintas serta meminimumkan korban kecelakaan. Teknik preventif (pencegahan)
merupakan teknik yang tepat dilakukan pada jalan yang sudah dioperasikan. Anonim (2009)
menyebutkan bahwa metode preventif (pencegahan) meliputi hal-hal berikut :

a. Upaya pengaturan faktor jalan;


b. Upaya pengaturan faktor kendaraan;
c. Upaya pengaturan faktor manusia;
d. Upaya pengaturan faktor lingkungan;
e. Upaya pengaturan sistem lalu lintas;
f. Upaya pengaturan pertolongan pertama pada gawat darurat.
2. Teknik pengurangan kecelakaan lalu lintas (crash reduction strategies). Anonim (2009),
menyebutkan bahwa pengurangan kecelakaan lalu lintas adalah suatu atau serangkaian upaya
peningkatan jalan disuatu lokasi kecelakaan yang dianggap rawan kecelakaan, berupa
peningkatan pelayanan terhadap pengguna jalan.

2.3 Fasilitas Keselamatan Jalan


Anonim (2009:1) menyebutkan bahwa perangkat pengatur lalu lintas dapat berupa marka, rambu-
rambu lalu lintas, lampu-lampu pengatur, dan tandatanda yang ditempatkan di luar jalan, disisi jalan
ataupun menggantung diatas jalan untuk meningkatkan keselamatan pemakai jalan.

2.3.1 Marka jalan

Anonim (2009:5), marka jalan adalah tanda berupa garis, gambar, anak panah dan lambang pada
permukaan jalan yang berfungsi mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu
lintas.
Menurut pasal 19 PP No.43/1993, marka jalan berfungsi untuk mengatur lalu lintas atau
memperingatkan atau menuntun pemakai jalan dalam berlalu lintas di jalan. Marka jalan terdiri dari :
marka membujur, marka melintang, marka serong, dan marka lambang.

2.3.2 Rambu lalu lintas

Anonim (2009:4), menyebutkan bahwa rambu lalu lintas adalah bagian pelengkapan jalan yang
berupa lambang, huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan,
perintah, atau petunjuk bagi pengguna jalan.
Anonim (2009), menyebutkan bahwa rambu lalu lintas mengandung berbagai fungsi yang
masing-masing memiliki konsekuensi hukum sebagai berikut :

1. Perintah;
Bentuk pengaturan yang jelas dan tegas tanpa ada interpretasi lain yang wajib dilaksanakan oleh
pengguna jalan. Karena sifatnya perintah, maka tidak benar bila ada berbagai tambahan yang
membuka peluang munculnya interpretasi lain.

2. Larangan;
Bentuk pengaturan yang jelas dan tegas melarang para pengguna jalan untuk melakukan hal-hal
tertentu, tidak ada pilihan lain kecuali tidak boleh dilakukan. Rambu larangan berbentuk
lingkaran dengan warna dasar putih dan lambang atau tulisan berwarna hitam atau merah. Rambu
larangan ditunjukkan dengan bentuk bulat.
3. Peringatan;
Menunjukkan kemungkinan adanya bahaya di jalan yang akan dilalui. Rambu peringatan
berbentuk bujur sangkar berwarna dasar kuning dengan lambang atau tulisan berwarna hitam.
Rambu pemberi jalan berbentuk segitiga sama sisi dengan titik sudutnya ditumpulkan. Segi empat
pada sumbu diagonal menunjukkan tanda peringatan.

4. Anjuran;
Bentuk pengaturan yang bersifat menghimbau, boleh dilakukan boleh pula tidak. Pengemudi
yang melakukan atau tidak melakukan anjuran tersebut tidak dapat disalahkan, dan tidak dapat
dikenai sanksi.
5. Petunjuk.
Memberi petunjuk mengenai jurusan, keadaan jalan, situasi kota berikutnya, keberadaan fasilitas,
dan lain-lain. Rambu petunjuk berbentuk persegi panjang. Keterangan tambahan dapat dipasang
di bawah rambu utama dengan maksud melengkapi informasi tentang pesan yang tertera pada
rambu utama.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini akan dibahas urutan teknis dan tata pelaksanaan kegiatan penelitian yang
dilakukan, dimulai dari pengumpulan data yang diperlukan dan metode yang digunakan dalam
pengolahannya yang merupakan serangkaian kegiatan yang berurutan.

3.1 Tahapan Penelitian

Bagan alir merupakan suatu teknis pelaksanaan penelitian yang dimulai dari
pengumpulan data primer dan sekunder yang dibutuhkan dan penelitian ini secara sistematis dan
saling berkaitan sehingga berkelanjutan. Bagan alir dibuat untuk mengarahkan sitem
pengumpulan data

3.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam hal ini akan diuraikan segala sesuatu yang menjadi proses pemecahan masalah dan
metode analisa penelitian yang dipakai untuk membahas pokok permasalahan. Disamping itu
juga akan dijelaskan tentang cara-cara memperoleh data yang akan digunakan dalam
perhitungan.

Dalam menganalisis tinjauan dari penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas di lokasi
penelitian, diperlukan data-data yang mendukung penelitian yaitu data primer dan data sekunder
yang diperoleh dari lapangan langsung maupun dari dinas/instansi terkait.

3.3 Lokasi Studi

Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini dipilih berdasarkan tingkat kecelakaan
tertinggi. Lokasinya yaitu jalan Papakelan-Tondano yang terletak di wilayah Kecamatan
Tondano Timur Kabupaten Minahasa. Panjang jalan tinjauan pada penelitian ini dibatasi hanya
sepanjang ± 1 km, yaitu dari Sta 8+000 sampai dengan Sta 8+300, dikarenakan pada daerah
tersebut sering terjadi kecelakaan lalu lintas.
Pengamatan dilakukan di lapangan guna mendapatkan gambaran yang lebih rinci dari
situasi dan kondisi jalan, volume kendaraan dan perilaku lalu lintas pada jalan tersebut.
Informasi ini di pakai untuk mendukung analisis data, terutama untuk memberikan gambaran
daerah-daerah rawan kecelakaan.

3.4 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil survey dan pengolahan data
sekunder. Pada penelitian ini, data primer diperoleh dengan pengolahan data sekunder dan
peninjauan langsung pada lokasi penelitian. Data primer adalah data fasilitas keselamatan dan
data penampang melintang jalan, data ini didapat dari hasil pengukuran langsung di lapangan
dengan menggunakan alat ukur (meteran) sedangkan data volume lalu lintas yang didapat adalah
dengan menghitung volume lalu lintas pada jam sibuk, dan mendapatkan kecepatan ratarata
menggunakan stop watch sebagai alat hitung waktu tempuh kendaraan dan alat ukur untuk
mengukur garis pias ke pias dengan jarak 300 meter dan membagi 3 pias per 100 meter yang di
jadikan titik studi dengan pengamatan selama 4 hari dalam seminggu yaitu pada hari Kamis,
Jumat, Sabtu dan Minggu, personil pada penelitian ini melibatkan 4 orang dengan kegiatan
masing-masing 2 orang memegang stop watch, 2 orang menghitung volume lalu lintas. Rentang
waktu yang dipilih disesuaikan dengan rentang waktu seringnya terjadi kecelakaan.

3.5 Data Sekunder


Data sekunder merupakan data yang kita peroleh dari pihak-pihak yang terkait dan sudah
tersedia dari instansi-instansi yang berwenang. Data sekunder pada penelitian ini antara lain :

1. Data kecelakaan lalu lintas; Data kecelakaan lalu lintas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data kecelakaan lalu lintas selama satu (1) periode yaitu tahun () yang
diperoleh dari Polisi Resort (Polres) melalui Satuan Lalu lintas (SatLanTas) Kabupaten
Minahasa.
2. Data peta jaringan jalan Kabupaten Minahasa dari Dinas Perhubungan.
3. Layout Kabupaten Minahasa.
4. Peta Provinsi Sulawesi Utara.

3.6 Peralatan Penelitian

Data-data yang didapat berdasarkan hasil yang didapat dari lokasi penelitian pada ruas
jalan Tondano-Papakelan dengan menggunakan peralatanperalatan yang mencakup peta jaringan
jalan, tabulasi data kecelakaan dari pihak Polres Kabupaten Minahasa, formulir pencacahan lalu
lintas, stop wath, meteran, kamera foto, cat semprot dan pulpen.

3.7 Metode Analisa Pengolahan Data

Metode pengolahan analisis data kecelakaan dilakukan dengan menganalisis keterlibatan


jenis kendaraan yang paling dominan terlibat kecelakaan pada ruas jalan Tondano-Papakelan,
dengan menggunakan metode perbandingan antara site plan jalan Tondano-Papakelan dengan
kontrol jalan secara keseluruhan di Kabupaten Minahasa. Analisis yang di pakai meliputi analisis
geometrik dan lingkungan jalan, analisis data lalu lintas dan analisis 15 tingkat kecelakaan,
setelah pengumpulan data selesai selanjutnya data diolah dengan merujuk pada ketentuan MKJI
1997.

3.8 Tinjauan Kondisi Lalu Lintas (Traffic Performance)

Dengan dilakukannya studi analisis pada lokasi penelitian untuk melihat gambaran
kondisi lalu lintas. Tinjauan data lalu lintas didapat dengan menghitung jumlah volume
kendaraan pada lokasi penelitian di ruas jalan Tondano-Papakelan Kabupaten Minahasa, pada
ruas jalan ini memiliki volume kendaraan yang tidak tentu dan dengan pergerakan yang relatif
cepat, disebabkan oleh kurangnya kesadaran dari para pengguna jalan yang berkendara ugal-
ugalan dijalan tersebut, dan tidak menghiraukan geometrik jalan yang naik turun atau
bergelombang yang akan menimbulkan konflik dijalan raya di sebabkan oleh pelayanan jalan
yang tidak memadai. Tinjauan ini dipakai untuk mengetahui hubungan antara kecelakaan dengan
pengguna jalan itu sendiri.
Pada langkah selanjutnya dibuat tabulasi data kecelakaan dan pengelompokan kecelakaan
dengan beberapa pendekatan dengan faktor penyebab kecelakaan, jenis kecelakaan, tipe
tabrakan, tingkat kecelakaan yaitu meninggal dunia, luka berat, dan luka ringan, kendaraan yang
terlibat dalam kejadian tersebut dan waktu kejadian sehingga data yang dibuat lebih rinci.
Kemudian diidentifikasikan faktor yang paling dominan penyebab kecelakaan berlalu lintas
dengan frekwensi kecelakaan lalu lintas dalam bentuk persentase.
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/Admin/Downloads/ANALISIS%20TINGKAT
%20KECELAKAAN%20LALU%20LINTAS.pdf

Anda mungkin juga menyukai