Anda di halaman 1dari 11

Perencanaan Bendungan

Nama : Vebrianti Mandak

Nim : 17209046

Kelas : B

Fakultas Teknik
Universitas Negeri Manado
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar
sehingga saya pada akhirnya bisa menyelesaikan laporan Praktikum Biologi
tepat pada waktunya.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Guru Pembimbing yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga Laporan Praktikum
Biologi ini dapat disusun dengan baik.
Semoga Laporan Praktikum Biologi yang telah kami susun ini turut
memperkaya khazanah ilmu biologi serta bisa menambah pengetahuan dan
pengalaman para pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna. Kami juga menyadari bahwa Laporan Praktikum Biologi ini juga
masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran
serta masukan dari para pembaca sekalian demi penyusunan Laporan
Praktikum Biologi dengan tema serupa yang lebih baik lagi.

TONDANO 07 MEI 2019

VEBRIANTI MANDAK

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………………………


1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………..
1.3 TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………………….
1.4 BATASAN MASALAH……………………………………………………………………..

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian
Bendungan…………………………………………………………………………..
2.2 Pengertian Dasar-Dasar Hukum………………………………………………………
2.3 Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2011 tentang
Bendungan………………….
BAB I Ketentuan Umum…………………………………………………………….
BAB II Pembangunan Bendungan…………………………………………………
BAB III Pengelola Bendungan……………………………………………………..
BAB IV Keamanan Bendungan……………………………………………………..
BAB V Pembiyaan……………………………………………………………………
BAB VI Dokumentasidan informasi………………………………………………..
BAB VII Pengawasan………………………………………………………………..
BAB VIII Peran Masyarakat………………………………………………………….
BAB IX Sanksi Administrasi…………………………………………………………
BAB X Ketentuan Peralihan…………………………………………………………
BAB XI Penutup………………………………………………………………………

BAB III METODE PENULISAN

3.1 Contoh Proyek……………………………………………………………………………

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………………….

BAB V PENUTUP………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bendungan adalah sebuah bangunan air yang berfungsi sebagai


penangkap air dan menyimpannya di musim penghujan waktu air sungai
mengalir dalam jumlah besar. Waduk merupakan suatu tempat atau wadah
yang terbentuk akibat adanya pembangunan sebuah bendungan. Pembangunan
bendungan berfungsi untuk penyediaan air baku, penyediaan air irigasi,
pengendalian banjir dan/atau pembangkit tenaga air. Dalam pembangunan
bendungan ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu persiapan pembangunan,
perencanaan pembangunan, pelaksanaan konstruksi dan pengisian awal waduk
(impounding).
Pengisian awal waduk (impounding) merupakan tahapan yang dilakukan
setelah pekerjaan konstruksi selesai dan merupakan saat-saat yang kritis yang
harus dilalui dalam suatu pembangunan bendungan. Tahapan ini dikatakan kritis
karena terjadi perubahan-perubahan lingkungan di sekitar waduk dan juga pada
DAS, karena pada tahap ini terjadi perubahan kondisi waduk yang pada awalnya
kering menjadi terisi air. Pada tahapan pengisian awal waduk (impounding) ini
air yang mengalir ke bagian hilir akan terhenti sementara waktu, dan air akan
mengalir lagi ke bagian hilir jika air yang tergenang di dalam waduk telah
mencapai suatu elevasi tertentu.
Dalam tahap pengisian awal waduk (impounding) ini jumlah debit inflow
yang masuk ke daerah genangan akan sangat berpengaruh, karena jika inflow
yang masuk sedikit maka waktu pengisian awal waduk (impounding) akan lama
dan dapat mengakibatkan kekeringan di hilir bendungan. Selain itu kondisi
daerah genangan juga akan berpengaruh, karena setiap jenis tanah memiliki
karakteristik yang berbeda mengenai penyerapan air ke dalam tanah. Pada
tahap impounding ini juga hendaknya dilakukan pemantauan supaya untuk
menghindari adanya korban jiwa dan untuk menghindari kerusakan pada
struktur bendungan karena jika terlalu cepat tahap impounding ini maka akan
mengakibatkan tekanan yang berlebih dan timbunan inti bendungan akan
mengalami gaya angkat (uplift). Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan
penelitian untuk mengetahui lamanya air tidak mengalir ke bagian hilir
bendungan supaya di bagian hilir bendungan tidak mengalami kekeringan
dalam waktu yang lama.
1.2 Rumusan Masalah

Melihat pada pernyataan identifikasi masalah di atas, masalah dalam


penelitian ini secara spesifik dapat dirumuskan dalam pernyataan penelitian
berikut :

1. Faktor apa saja yang berpengaruh dalam tahap pengisian awal waduk
(impounding), terutama pada Bendungan ?

2. Bagaimana memprediksi lamanya pengisian awal waduk (impounding) pada


Bendungan berdasarkan pada data inflow yang ada?

3. Metode apa yang sesuai dalam untuk menentukan lamanya waktu pada tahap
pengisian awal waduk (impounding) pada Bendungan?

1.3 Rumusan Masalah

1. Untuk memperoleh gambaran mengenai faktor apa saja yang dapat berpengaruh
dalam tahap pengisian awal waduk (impounding), terutama pada Bendungan.

2. Untuk mengetahui perkiraan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan


tahap pengisian awal waduk (impounding) berdasarkan jumlah inflow yang ada
pada Bendungan.

3. Untuk mengetahui metode apa yang sesuai dalam menentukan lamanya waktu
pengisian awal waduk (impounding) pada Bendungan.

1.4 Batasan Masalah


Dasar-dasar hukum dalam perencanaan dan prosedur perencanaan
bendungan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian bendungan


Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan
laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga
digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air.
Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air
yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan.
Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia mendefinisikan bendungan sebagai
"bangunan yang berupa tanah, batu, beton, atau pasangan batu yang dibangun
selain untuk menahan dan menampung air, dapat juga dibangun untuk
menampung limbah tambang atau lumpur."
Bendungan (dam) dan bendung (weir) sebenarnya merupakan struktur yang
berbeda. Bendungan (weir) adalah struktur bendungan berkepala rendah (lowhead
dam), yang berfungsi untuk menaikkan muka air, biasanya terdapat di sungai. Air
sungai yang permukaannya dinaikkan akan melimpas melalui puncak / mercu
bendung (overflow). Dapat digunakan sebagai pengukur kecepatan aliran air di
saluran / sungai dan bisa juga sebagai penggerak pengilingan tradisional di negara-
negara Eropa. Di negara dengan sungai yang cukup besar dan deras alirannya,
serangkaian bendung dapat dioperasikan membentuk suatu sistem transportasi air.
Di Indonesia, bendung dapat digunakan untuk irigasi bila misalnya muka air sungai
lebih rendah dari muka tanah yang akan diairi.

2.2 Pengertian Dasar Hukum

Dasar hukum adalah norma hukum atau ketentuan dalam peraturan


perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar bagi setiap
penyelenggaraan atau tindakan hukum oleh subyek hukum baik orang perorangan
atau badan hukum. Selain itu dasar hukum juga dapat berupa norma hukum atau
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan atau
dasar bagi pembentukan peraturan perundang-undangan yang lebih baru dan atau
yang lebih rendah derajatnya dalam hirarki atau tata urutan peraturan perundang-
undangan. Bentuk yang disebut terakhir ini juga biasanya disebut sebagai landasan
yuridis yang biasanya tercantum dalam considerans peraturan hukum atau surat
keputusan yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga tertentu.
Dasar hukum dalam pembentukan Surat keputusan merupakan sesuatu yang
penting karena menunjukkan darimana kewenangan seorang pejabat atau lembaga
tertentu mendapatkan legitimasi untuk membuat surat keputusan itu. Demikian
halnya dengan dasar hukum yang biasanya disebutkan dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah dan peraturan
daerah. Dasar hukum pada peraturan perundang-undangan yang dimaksud
tersebut adalah merujuk darimana perintah untuk membuat pengaturan tersebut
diperoleh oleh suatu peraturan daerah dan atau darimana sumber kewenangan
yang dimiliki oleh suatu lembaga tertentu untuk membuat produk perundang-
undangan yang sebagaimana dimaksud.
Setiap penyelenggaraan tugas, fungsi dan wewenang oleh lembaga-lembaga
negara harus memiliki dasar hukum atau paling tidak tindakan atau
penyelenggaraan tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral dan etika
serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.3 Dasar –Dasar Hukum Dalam Perencanaan bendungan

Untuk menyimpan air yang berlebih pada saat musim penghujan agar dapat
dimanfaatkan guna pemenuhan kebutuhan air dan daya air pada waktu diperlukan,
serta mengendalikan daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pasal
34, dan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,
perlu membentuk waduk yang dapat menampung air.

Waduk selain berfungsi menampung air dapat pula untuk menampung limbah
tambang (tailing) atau menampung lumpur dalam rangka menjaga keamanan serta
keselamatan lingkungan hidup.

Untuk membentuk waduk yang dapat menampung air, limbah tambang (tailing),
atau lumpur, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun
bendungan yang secara teknis dapat berfungsi sesuai dengan tujuan pembangunan
sekaligus dapat menjamin keamanan bendungan, perlu pengaturan mengenai
bendungan. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud di atas, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Bendungan.

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945;

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4377).
BAB III

METODE PENULISAN

PROYEK STRATEGIS NASIONAL

A. Proyek Pembangunan Infrastruktur Jalan Tol

B. Proyek Pembangunan Infrastruktur Jalan Nasional/Strategis Nasional Non-Tol

C. Proyek Pembangunan Prasarana dan Sarana Kereta Api Antar Kota

D. Proyek Pembangunan Prasarana dan Sarana Kereta Api Dalam Kota

E. Proyek Revitalisasi Bandar Udara

F. Proyek Pembangunan Bandar Udara Baru

G. Proyek Bandar Udara Strategis Lainnya

H. Proyek Pembangunan Pelabuhan Baru dan Pengembangan Kapasitas

I. Program Satu Juta Rumah

J. Program Pembangunan Kilang Minyak

K. Proyek Pipa Gas / Terminal LPG

L. Proyek Infrastruktur Energi Asal Sampah

M. Proyek Penyediaan Air Minum

N. Proyek Penyediaan Infrastruktur Sistem Air Limbah Komunal

O. Proyek Pembangunan Tanggul Penahan Banjir

P. Proyek Bendungan dan Jaringan Irigasi

Q. Program Peningkatan Jangkauan Broadband

R. Proyek Infrastruktur IPTEK Strategis Lainnya

S. Pembangunan Kawasan Industri Prioritas / Kawasan Ekonomi Khusus

T. Pariwisata
U. Proyek Pembangunan Smelter

V. Proyek Perikanan dan Kelautan

W. Infrastruktur Pendidikan

X. Program Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan

Y. Program Industri Pesawat

Z. Sektor Pemerataan Ekonomi

Nama Proyek : Bendungan Ciawi

Investasi Total : 1,219 Triliun

Sumber APBN-APBD : APBN

Sumber Swasta : –

Sumber Belum Ditentukan : –

Skema Pendanaan : –

Lokasi : Bogor, Jawa Barat

Penanggung Jawab Proyek : Kementerian PUPR

Rencana Mulai Konstruksi : 2016

Rencana Mulai Operasi : 2019

Status Terakhir : Pelaksanaan pengadaan lahan dilakukan secara bertahap 2016-2017.

DESKRIPSI PROYEK

Bendungan Ciawi adalah bendungan yang terletak di provinsi Jawa Barat, di


kabupaten/kota Bogor. Bendungan ini direncanakan akan memiliki kapasitas
sebesar 6.45M³ diharapkan dapat mengurangi debit banjir sebesar 160 M³/detik.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.4 PENTINGNYA DASAR HUKUM DALAM PEMBANGUNAN PROYEK

Ternyata dasar hukum dalam suatu bangunan proyek sangatlah penting, entah itu
proyek manapun. Sangat banyak pasal pasal yang mengatur tentang keseluruhan
alur proyek, mulai dari metode pelaksana sampai dengan biaya dan anggaran serta
sanksi sanksi yang ada. Tidak ada satu proyek pun yang tidak mencantumkan
dasar-dasar hukum yang sangat penting

BAB V

KESIMPULAN

Aspek-aspek hukum kontrak yang terkait dengan pembangunan infrastruktur


transportasi mencakup: jaminan kepastian hukum; sumber-sumber hukum;
pembagian resiko; hukum yang berlaku; mekanisme penyelesaian sengketa;
penegakan hukum, dan lain-lain.

Dalam setiap tahap pembangunan bendungan sudah ada batasan batasan yang
ditetapkan dan tidak dapat disalah gunakan karena sudah terdapat sanksi yang
akan diberlakukan kepada siapa saja yang melanggar aturan dasar hukum.

Mulai dari bab 1 sampai dengan bab 11 sudah sangat jelas apa saja yang harus di
lakukan dan prosedur apa saja yang harus dilewati, tidak ada satu prosedur pun
yang tidak di selimuti dalam pasal hukum . jadi disini sudah sangat jelas bahwa
dasar hukum dalam pembangunan bendungan sangatlah penting, karena dasar
hukum dari kesebelas bab di atas sudah menyangkup semua aspek, mulai dari
aspek hukum, aspek ekonomi, aspek lingkungan dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

https://sahabatnesia.com/contoh-daftar-isi-makalah-skripsi/

https://www.slideshare.net/perencanakota/peraturan-pemerintah-no-37-tahun-2011-
tentang-bendungan

https://www.bphn.go.id/data/documents/jasa_konstruksi.pdf

Anda mungkin juga menyukai