Anda di halaman 1dari 37

BAB VI

PROFIL USAHA

A. Pendahuluan
Dengan mempelajari dan mendiskusikan bab ini, mahasiswa
pembelajar dapat memiliki kemampuan baik pengetahuan, sikap maupun
ketrampilan dasar, sikap dan perilaku kerja prestatif, dan mengembang-
kan semangat wirausaha.
Manfaat dari bab ini adalah supaya mahasiswa mendapat
pengetahuan tentang menjual, kegiatan dasar wirausaha serta relevansi
dari materi ini sebagai dasar untuk materi berikutnya dan dilapangan
nanti.
Untuk itu tujuan Standar Kompentensi dalam bahasan bab ini
adalah mahasiswa dapat memahami dan mengaktualisasikan sikap dan
perilaku wirausaha, sedangkan kompetensi dasar adalah mahasiswa dapat
menjelaskan profil usaha dalam wirausaha dengan integritas.
Dalam materi ini merupakan pengetahuan dasar dari konsep
kewirausahaan untuk menjadi ilmuwan dan profesional yang berfikir
kritis, inovatif, sistemik dan ilmiah, serta menjadi wirausahaan yang
berbasis ilmu pengetahuan, dengan modal bisnis.
Urutan dari bahasan ini terdiri dari: Pengembangan Wawasan Jenis
Bidang Usaha; Rintisan Usaha Wirausaha Baru; Perdagangan Besar;
Perdagangan Eceran; Pedangang Kaki Lima

142
B. Materi
6.1. Pengembangan Wawasan Jenis Bidang Usaha
Sangat banyak usaha yang bias digarap, mana yang akan dipilih
sangat bergantung pada beberapa hal, antara lain:
1. Minat seseorang, misalnya berminat dalam bidang industri atau
kerajinan, dan perdagangan/jasa.
2. Modal, apakah sudah tersedia modal awal atau belum, atau apa
saja yang sudah dimiliki.
3. Relasi, apakah ada keluarga, teman, yang sudah menekuni usaha
yang sama, atau usaha yang akan dikerjakan ada relevansi/saling
menunjang dengan usaha tersebut.
4. Dan berbagai peluang lainnya.
Untuk mengetahui bamyaknya bidang usaha yang bias dimasuki
oleh wirausaha baru, maka marilah kita lihat hubungan dalam bentuk
circular flow antara Rumah Tangga Produsen (RTK), dan Rumah Tangga
Konsumen (RTK).

Alam, Tenaga Kerja, Modal, Skill


(jual beli tanah, pelatihan, kursus, perbankan)
Rente, Upah, Bunga, Laba

RTP RTK
(Badan Usaha Ekstraktif, (Lembaga Pendidikan,
Agraris, Industri, Perdagangan, Jasa) Sekolah Formal. Kursus, Pelatihan)

Daya Beli
Lembaga Keuangan Perbankan, Koperasi
Barang dan Jasa
Agen, Grosir, Rentall, Jasa Angkutan, dsb.

Gambar 6.1 circular flow antara Rumah Tangga Produsen (RTK), dan
Rumah Tangga Konsumen (RTK)

143
Bila RTP mengalami kemajuan, maka akan berdampak positif
terhadap kemajuan RTK. Pendapatan perkapita RTK akan meningkat,
daya belinya pun akan meningkat. Apabila daya beli masyarakat
meningkat maka hasil produksi yang diproduksi oleh RTP akan diserap
oleh masyarakat. Kerja sama RTP dan RTK ini berjalan sepanjang masa
depan bentuk circular flow yang saling menunjang kemajuan. Sebagai
orang yang kreatif, calon-calon wirausaha akan melihat banyak peluang
usaha yang dapat diciptakan.
Secara garis besar ada 5 jenis usaha yang diungkapkan diatas,
yaitu usaha ekstraktif, agraris, industri, perdagangan, dan jasa. Kilima
jenis usaha ini dapat dirinci sedemikian rupa baik menurut lembaga yang
mengusahakan, bentuk badan hukum, besarnya usaha, komoditi yang
diusahakan, maka akan muncul jenis usaha yang luar biasa banyaknya.
Usaha ekstraktif merupakan usaha yang bergerak dalam bidang
pertambangan atau bidang usaha yang mengambil langsung dari alam,
seperti hasil laut, hasil hutan.
Usaha agraris mencakup berbagai usaha pengelolaan kebun,
perdagangan hasil-hasil pertanian (agrobisnis) yang dapat diusahakan
untuk setiap produk yang dihasilkan oleh pertanian atau perkebunan dan
peternakan. Industri dapat juga dirinci dalam bentuk bebagai jenis
komoditi yang dihasilkan dan besar kecilnya industri yang diusahakan.
Demikian pula sektor perdagangan yang tampaknya lebih banyak
mumcul di masyarakat terutama dalam situasi akhir-akhir ini di mana
banyak karyawan putus hubungan kerja yang membuka berbagai usaha
perdagangan. Usaha perdagangan ini juga dapat dirinci menurut besar
kecilnya usaha dan berbagai komoditi yang diperdagangannya.

6.2. Rintisan Usaha Wirausaha Baru


Depnaker bekerja sama dengan LSM dan koperasi konsultasi
bisnis Jawa Barat, telah beberapa angkatan mengadakan pembinaan
wirausaha baru. Pesertanya adalah remaja putus sekolah, tamatan
perguruan tinggi yang belum bekerja, dan karyawan yang kena
pemutusan hubungan kerja.
Pada akhir masa pembinaan, para peserta ditugaskan untuk
magang pada beberapa unit usaha baru. Modal awal disediakan oleh
Depnaker. Di dalam pelatihan wirausaha baru yang dikembangkan oleh
Depnaker tampak wirausaha baru ini melaksanakan kegiatan magang di
berbagai perusahaan, antara lain perusahaan gula batu, gula semut, agar
kering, perhiasan imitasi, topi tatak gelas, paying geulis, sepatu sandal,
144
bedcover, madu, lampu gantung, kesed, baju, gitar, sarung tangan, busana
muslim, kerupuk udang, minyak kelapa, tas kain, manisan buah, mebel,
sale pisang, kentang kering, batik, border, ternak ayam, dan sebagainya.
Kemudian setelah mereka selesai menjalani pembinaan wirausaha baru,
maka mereka membentuk kelompok-kelompok menggerakan satu usaha
baru.
Kegiatan usaha yang mereka kembangkan antara lain: café,
warung serba ada, pujasera, ternak ikan lele, ternak cancing, usaha toko,
rental computer, daur ulang sampah, distributor, usaha menjual sembako,
kiospon, elektronika, pakaian jadi, sepatu sandal, simpan pinjamm,
keripik singkong, sayur, kerepik singkong, sayur, karpet, pembuatan batu
merah, ternak ayam, usaha pupuk, usaha alat tulis, pembuatan gula
kelapa, pemasaran topi, pemasaran susu, dan sebagainya.
Pilihan usaha yang dikembangkan ini tergantung kepada minat,
pengetahuan, dan fasilitas yang ada pada msing-masing kelompok.
Pilihan mereka tampaknya mencakup dua bidang bisnis utama yaitu
produksi dan perdagangan.
Jadi, kalau dikaji lebih lanjut, bagi orang-orang kreatif banyak
terbuka lapangan untuk berwirausaha. Sebelum sampai ke penetapan
pilihan usaha apa yang akan dibuka maka calon usahawan, harus
melakukan survey, observasi lapangan, dan banyak bertanya bagaimana
seluk-beluk usaha bisnis dalam bidang tertentu. Kita harus tetap bethati-
hati jangan sampai mendapat teman palsu yang berpura-pura mau majadi
partner baik, tetapi malah menjerumuskan. Perlu diingat bahwa di dalam
masyarakat, kita akan menemukan orang-orang yang berpilaku negative,
tidak baik yang kita duga, atau tidak sama baiknya dengan kita. Bolehlah
kita berasumsi bahwa tidak semua orang itu baik. Asumsi ini akan
membuat kita lebih waspada terjun ke lapangan bisnis. Akan tetapi,
jangan kehati-hatian ini membuat kita takut, ragu, dan batal membuka
bisnis.
Cara cepat kerja, disini diuraikan langkah-langka mantap yang
baru dilakukan oleh seseorang agar bisa menjadi oran kaya. Tentu
kekayaan ini harus diperoleh dengan cara halal dan baik. Adalah kecil
sekali kemungkinan orang bisa cepat kaya secara halal, biasanya uaha
tersebut harus ditekuni, sabar, berdoa dan kerja keras. Memperoleh
kekayaan adalah salah satu alas an orang berwirausaha disamping sekian
banyak alasan lainnya. Tidak ada larangan bagi seseorang untuk menjadi
kaya, asal kekayaan itu diperoleh dengan cara halal, dan digunakan
sesuai dengan ajaran agama. Kita harus berupaya seoptimal mungkin

145
walaupun pada akhirnya Allah jualah yang akan menentukan. Proses dan
karakteristik orang yang berpotensi menjadi kaya adalah sebagai
beerikut:

PROSES DAN KARAKTERISTIK ORANG YANG BERPOTENSI MENJADI


KAYA

IDE + KEMAMPUAN + RELASI

PELUANG USAHA

OPERASIONALISASI

KERJA MANAJEMEN HEMAT &


KERAS USAHA MENABUNG

KAYA

Gambar 6.2 Proses dan karakteristik orang yang berpotensi menjadi kaya

146
Mengenai ide ini, kadang-kadang kita mudah menemukan ide,
tapi bagi sebagian orang sulit sekali mendapat ide. Untuk menetapkan
pada pilihan ide yang muncul dalam pikiran kita, harus dihubungkan
dengan pribadi kita, dengan menjawab pertanyaan seperti: Apakah usaha
ini mempunyai hubungan erat dengan pengalaman anda, apakah anda
menguasai operasionalisasinya, apakah anda sudah yakin, siapa
konsumennya, bagaimana pendapat orang lain? Dan sebagainya.
Faktor kemampuan banyak menyangkut pengalaman, ketrampilan
yang dikuasai, misalnya orang yang bisa memasak, dan enak, akan
memiliki kemampuan yang lebih besar untuk mengola sebuah restoran.
Faktor relasi adalah sangat diperlukan, oleh sebab itu perlu dicari dengan
pendekatan-pendekatan. Relasi yang dicari ini bermacam-macam jenis
fdan tujuannya. Ada relasi untuk memperoleh sumber barang, relasi yang
akan menjadi langganan, membantu permodalan, sumber tenaga
kerja/karyawan, dan sebagainya.
Kemudian ada peluan usaha dan mampu memanfaatkannya.
Peluang ini misalnya adanya kebutuhan masyarakat sekitar yang belum
terpenuhi oleh perusahaan lain. Atau anda memiliki rumah yang strategis
untuk usaha. Integrasi secara sinergis antara ide, kemampuan, dan relasi,
akan membuat potensi orang menjadi kaya dan semakin kuat terpancar
pada dirinya. Selanjutnya diikuti dengan usaha yang kerja keras,
manajemen yang baik, jangan salah urus, tekuni selalu, control, tidak
boros, berhemat dan menabung untuk peningkatan permodalan masa
selanjutnya.
1) Mengelola Bisnis di rumah sendiri, artinya mengelola bisnis tertentu
secara professional dengan memanfaatkan bagian dari rumah sendiri
yang dilakukan oleh seorang atau dengan tim dengan tujuan mencari
pengalaman, menyenangkan atau memberi kemudahan bagi
masyarakat sekitar. Bisnis apa yang bisa dikembangkan di rumah
sendiri? Untuk menjawab pertanyaan ini, banyak factor yang harus
dipertimbangkan, misalnya apa bakat anda, bagaimana kemampuan
anda dari segi skill, modal, relasi, kebutuhan masyarakat sekitar.
Apakah tidak mengganggu tetangga, seperti membuka benghkel,
percetakan. Pertimbangan berbagai masalah yang akan muncul
seperti halaman parker, kemacetan lalu lintas. Bagian rumah yang
akan dimanfaatkan oleh dipilih sesuai dengan bentuk dan jenis usaha,
seperti ruang atas, ruang bawah, ruang tamu, garasi, kamar tertentu,
halaman depan, dan sebagainya. Semua ini sangat tergantung pada
komoditi yang akan dibiniskan, seperti membuka usaha kafe, rumah

147
makan, toko kelontong, toko special, barang khusus, toko kue, usaha
menjahit, usaha dibidang kesehatan, kebugaran, seni tari, les
pelajaran, salon kecantikan, dan sebagainya. Usaha dirumah sendiri
ini, dapat dilakukan sendiri oleh yang empunya rumah atau dapat
bergongsi dengan lain, mungkin orang yang memiliki modal, ataupun
orang memiliki ketrampilan tertentu.
2) Mengelola Usaha Rumah Kost, tampak usaha ini merupakan trend di
daearah perkotaan, khususnya disekitar lokasi perguruan tinggi.
Pilihan lokasi sangat menentukan usaha rumah kost ini. Lokasi yang
berpeluang besar adalah lokasi yang dekat dengan pusat perbelajaan,
tempat rekreasi, pusat pendidikan, pusat kesehatan, mudah dicapai
dengan alat transportasi dan aman. Fasilitas yang diperlukan di rumah
kost harus disesuaikan dengan konsumen sasaran, siapa yang
menyewa. Oleh sebab itu perlu dipertimbangkan pengadaan fasilitas,
kamar tidurnya dengan segala parabotnya, lengkap atau tidak
lengkap, mewah atau sederhana, fasilitas kamar mandi, tersendiri
dalam kamar, atau bersama diluar, listrik, telpon, dapur, alat masak,
halaman parker, pintu gerbang terjaga aman, dan sebagainya. Adapun
mengenai harga sewa sangat tergantung pada fasilitas yang
disediakan. Sedangkan fasilitas yang harus diseiapkan tergantung
pula pada kelas konsumen yang diharapkan, apakah para mahasiswa,
para karyawan toko, pegawai kantoran, para pedagangan dan
sebagainya.
Disamping usaha yang telah diungkapkan di atas, masih banyak
lagi usaha lain yang memberi peluang untuk dikelola oleh orang-orang
yang kreatif. Pertimbangan yang harus digunakan, sangat tergantung
pada minat anda, modal yang tersedia, tempat, lokasi, peluang dan
sebagainya. Sebelum membuka suatu usaha sebaiknya hal itu
didiskusikan bersama orang-orang yang kita yakini dapat memberi
pertimbangan, baik yang pro ataupun yang kontra, agar kita dapat
mengambil keputusan secara teppat dan berhasil.

6.3. Perdagangan Besar


Perdagangan besar adalah segala aktivitas marketing yang
menggerakkan barang-barang dari produsen ke pedagangan eceran atau
ke lembaga-lembaga marketing lainnya. Jika kita lihat dari proses
marketing yang meliputi konsentrasi, equasi , dan distribusi, maka proses
pengumpulan dan pengembangan (konsentrasi dan equasi dilakukan oleh
perdagangan besar, sebagai berikut:
148
P K
Konsentrasi Equasi Distribusi

Perdagangan besar
Perdagangan Besar
Eceran Kecil

Gambar 6.3. Proses Marketing

Pada bagian kiri ada proses konsentrasi, artinya barang-barang


yang akan dipasarkan akan dikumpulkan terlebih dahulu, seperti pada
tengkulak/perantara atau KUD, DOLOG yang mengumpulkan beras atau
padi dari petani. Kemudian mencari informasi daerah yang
memerlukannya, berapa dan kapan diperlukannya, ini disebut proses
equasi. Akhirnya terjadi proses distribusi yaitu beras dikirim menurut
jimlah dan kualitas sesuai dengan informasi yang telah dikumpulkan.
Untuk meneliti apakah kegiatan distribusi itu merupakan kegiatan
perdagangan besar atau bukan, ada 3 macam sifat yang bisa diperhatikan
yaitu:
1. Motif pembelian
Motif pembelian memiliki tujuan bahwa barang bukan untuk
dikomsumsi, tetapi untuk dijual kembali dengan memperoleh
keuntungan.
2. Jumlah pembelian
Kita mengenal beberapa kategori konsumen:
a) commercial consumers,
b) industrial consumers, dan
c) governmental consumers
Di manakah batasan pembelian itu merupakan pembelian
perdagangan besar atau pembelian eceran.
Pembilian perdagangan eceran adalah pembelian yang dimaksudkan
untuk diri sendiri atau keluarga sendiri/kawan sendiri. Sedangkan
pembelian perdagangan besar adalah pembelian sejumlah besar
barang yang bukan dimaksudkan untuk diri sendiri atau keluarga
sendiri/kawan sendiri.
3. Cara-cara usaha dari perusahaan tersebut.
Mengenai cara berusaha ada beberapa criteria, yaitu:

149
a) Perdagangan besar mempunyai usaha yang deskriminatif, hanya
melayani pedagang eceran, tidak melayani semua konsumen.
b) Transaksi perdagangan besar adalah besar, dalam arti lebih besar
dari kebutuhan sehari-hari.
c) Harga-harga dapat berubah sesuai situasi, bukan one price policy
seperti pada pedagang, tetapi dapat diadakan korting, kredit, cara-
cara pengiriman, dan sebagainya.
Paul D. Converse, Huegy and Mitchell menyatakan Wholesale
trade includes those marketing activities which move goods from
producers, or wholesaler to retailers. Maksudnya wholesale trade
(perdagangan besar) meliputi segala aktivitas marketing yang
menggerakkan barang-barang dari produsen ke perdagangan-
perdagangan eceran.

6.3.1. Penggolongan Grosir


Gorsir dapat digolongkan sebagai berikut, yaitu:
1. Grosir yang berfungsi terbatas, terdiri atas:
a. Pengirim barang
Pengirim barang (drop shippers) atau disebut juga pengirim barang
ke pabrik (mill shippers) adalah pedagang besar yang tidak memiliki
gudang, mereka membeli barang kemudia langsung mengirimkan
kepada langganannya.
Pada umumnya mereka bergerak dalam barang-barang berat, seperti
bahan bangunan dan ada juga yang bergerak di bidang agro bisnis
(pertanian dan perkebunan).
b. Pedagang dengan truk (wagon or truck jobber)
Pedagang yang mengusahakan truk, membawa barang, kemudian
menyerahkannya sewaktu melewati pedagang eceran di sekitar kota
besar dan kota kecil. Pedagang ini bergerak terutama untuk barang
tidak tahan lama seperti daging, hasil pertania, bumbu masak, dan
kadang-kadang perlengkapan mobil.
c. Grosir tunai dengan self service (cash carry wholesaders)
Pedagang besar yang menjual barangnya secara tunai dengan harga
relative rendah. Mereka tidak memberikan kredit, tidak
memperguna-kan petugas penjualan, dan tidak melakukan
pengiriman. Mereka berusaha atas dasar self service untuk menekan
biaya. Biasanya bergerak di bidang pangan. Langganan cash carry

150
wholesalers umumnya pedagang eceran yang tidak berafiliasi
dengan grosil lainnya.
d. Pengecer yang bersama-sama memiliki grosir (retailes owned
cooperative wholesalers)
Sekelompok pedagang eceran mengusahakan sendiri toko grosir
dengan maksud menekan biaya dan dapat membeli barang dengan
harga yang lebih rendah. Mereka memilih seorang manajer yang
akan mengurusi toko grosirnya. Berfungsi secara cooperative
sebagai pedagang besar atau melakuka fungsi perdagangan lainnya
secara bersama. Usaha semacam ini patut menjadi pemikiran bagi
pengusaha pedagang eceran di Negara kita.
e. Kelompok sukarela bergabung dengan grosir (Voluntary group
wholesalers)
Kelompok ini terdiri dari sekumpulan toko-toko eceran yang
memiliki secara bebas oleh pengusaha-pengusahanya yang dengan
sukarela bergabung dengan seorang pedagang besar untuk
pembelian, reklame, dan aktuvitas-aktivitas lainnya.
2. Pengumpul hasil pertanian, macamnya antara lain:
a. Pembeli local khusus (private resident buyers) merupakan dealer
local yang berdiri sendiri dan kadang-kadang merupakan wakil dari
dealer dan produsen.
b. Pembeli yang berkeliling mendatangi perusahaan pertanian satu-
persatu atau membuka tempat pengangkutan local agar dapat
membeli hasil para petani seperti buah-buahan, sayur, telor, kapas,
beras, dan ternak.
c. Suadagar dengan truk (merchant trucker) menggunakan truk sebagai
alat pengangkut dengan membeli buah-buahan, sayuran, telor,
ternak, dan menjual langsung kepada pabrik, grosir dan pedagang
eceran.
d. Pembeli berdasar perintah (order buyers) yang memiliki para grosir
pasar sentral dan distributor, mereka membeli berdasarkan perintah
dari pemberi tugas dengan kualitas tertentu, dengan kata lain
menjadi agen perantara.
3. Menurut jenis yang barang yang diperdagangkan, terdiri dari atas:
a. Grosir barabg umum (general line) dapat memenuhi setiap
kebutuhan pedagang eceran karena mempunyai bermacam-macam
produk dan mengambil keuntungan dari order yang cukup besar,

151
misalnya sabun, rokok, kertas, biskuit, kosmetik, minuman, kecap,
dan sebagainya.
b. Grosir barang khusus (speciality wholesalers) bergerak di bidang
penjualan bahan pangan dan obat-obatan seperti pakaian jadi.
Karena mengkhususkan diri di dalam penjualan barang, biasanya
dapat menguasai pengetahuan barang yang diperdagangkannya.
4. Menurut lapangannya
a. Grosir melayani pabrik (mill supply wholesalers atau industrial
distributors). Mereka menjual berbagai barang hasil industri yang
dibelinya ke pabrik-pabrik.
b. Penjual barang khusu ke pabrik (single line wholesalers). Grosir ini
memperdagangkan produk khusus untuk dijual kepada macam-
macam pembeli industri dan bertindak sebagai drop shipper,
contohnya grosir kertas, grosir bahan kimia, grosir baja, dan grosir
alat perkantoran.
5. Menurut daerah operasi atau daerah yang dilayani
a. Grosir tingkat nasional (national wholesalers) yaitu grosir yang
daerah kerjanya meliputi wilayah seluruh Negara.
b. Grosir tingkat propinsi (regional wholesalers) grosir yang tidak
berusaha untuk mendistruibusikan produk-produk mereka ke
seluruh Negara, tetapi hanya menjangkau daerah luas meliputi
seluruh daerah bagian atau propinsi.
c. Grosir local ( local wholesalers) daerah kerjanya pada sebuah kota
besar bagian dari kota atau kota kecil yang letaknya berdekatan.

6.3.2. Fungsi-Fungsi Pedagang Besar


Fungsi-fungsi pedagang besar ini adalah:
1. Pengumpulan dan penyebaran (assembling and distributing).
Inilah fungsi utama grosir, mereka berusaha mengumpulkan barang
dari berbagai produsen kemudian menyebarkan ke pedagang ecera.
2. Pembelian dan penjualan (buyers and selling).
Kegiatan pembelian sangat menentukan kelancaran grosir untuk
mengembangkan tugas dan tanggung jawab menyampaikan barang
dan jasa ke konsumen. Setiap pembelian harus berdasarkan barang
yang laku di pasar, karena sebelum melakukan pembelian pasti
mereka mengadakan penelitian walaupun belum mendapatkan data
lengkap. Sekurang-kurangnya mereka bisa mendapat data dalam
selera konsumsi yang akan dihadapi.

152
3. Pemilihan barang (selection of goods).
Pemilihan barang (sorting and standardizing) tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan pembelian dan penjualan. Sebab grosir melakukan
pemilihan terutama berdasarkan jenis, mutu, dan harga barang
pilihannya. Keahlian grosir merupakan jaminan bagi produsen untuk
mengetahui bahwa hasil produksinya mendapat permintaan dari
konsumen atau laku di pasaran. Pelihan grosir yang ahli merupakan
pedoman bagi produsen.
4. Pemberian kredit (financing).
Dengan meningkatnya hasil perusahaan dan meluasnya pasaran
barang, maka pemberian kredit meningkat. Dalam hal ini, fungsi
kredit sangat memegang peranan penting umumnya dalam hasil
industri yang ditampung oleh grosir. Grosir memberikan kredit
kepada pedagang eceran yang dikenal sebagai istilah kredit
levenransi.
5. Penyimpanan (Storrage).
Penyimpanan merupakan fungsi grosir yang tidak dapat diabaikan
apalagi dengan semakin jauhnya konsumen. Setiap kali proses
pembelian terjadi biasanya disimpan lebih dahulu dalam gudang
untuk diolah lagi atau dipilih untuk memudahkan penjualan.
6. Pengangkutan (transportation).
Mengingat jauhnya pedagang eceran dan konsumen yang harus
ditemui oleh grosir, maka fungsi pengangkutan sangat penting bagi
kelancaran penyampaian barang pada pedagang eceran atau
konsumen.

6.4. Perdagangan Eceran


a. Pegertian Perdagangan Eceran
Kegiatan perdagangan besar dan perdagangan eceran adalah
sangat penting dalam proses penyaluran barang dan jasa. Tanpa usaha
perdagangan besar dan eceran, sulit produsen menyalurkan barangnya,
walaupun beberapa produsen dapat langsung menyaluran barang kepada
konsumen atau kepada pengecer, tetapi kegiatan tersebut tidak dapat
diandalkan dan tidak efesien.
Ada yang diartikan dengan perdagangan eceran atau retailing
adalah: Retailing may be defined as the activities incident to selling
goods and services to ultimate consumers. Retailing is the final link in
the chain of distribution of most products from initial producers to

153
ultimate consumers. Artinya perdagangan eceran dapat didefinisikan
sebagai suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir.
Perdagangan eceran adalah mata rantai terakhir dalam penyaluran barang
dari produsen sampai kepada konsumen.
Sedangkan perdagang eceran adalah orang-orang atau toko yang
kerja utamanya mengecerkan barang. Dalam hal hatus diingat kata
UTAMA di atas. Sebab dalam praktik bisa terjadi seorang pabrikan atau
petani produsen menjual langsung barangnya kepada konsumen akhir, ini
karena retailer. Juga ada retailer yang menjual barang untuk restoran
(restoran bukan konsumen terakhir), ini juga bukan pekerjaan retailing.
Jadi yang penting di sini ialah pekerjaan utama retailing ialah menjual
barang pada konsumen akhir.
Perdagangan eceran ini sangat penting artinya bagi produsen,
karena melalui pengecer produsen dapat memperoleh informasi berharga
tentang barangnya. Produsen dapat menginterview pengecer, bagaimana
komentar konsumen, mengenai buruk, rasa, daya tahan, harga dan segala
sesuatu mengenai produknya. Juga dapat diketahui mengenai kekuatan
saingan. Produsen dan pengecer dapat memupuk kerjasama yang saling
menguntungkan. Produsen memasang iklan, memberi bonus,
mengadakan undian, memberi hadiah, semuanya dapat dilakukan melalui
toko-toko pengecer. Toko-toko pengecer dapat pula dipakai sebagai
tempat memasang spanduk, selebaran promosi dan produsen.
Memang produsen biasanya menggunakan saluran distribusi
melalui grosir, kurang komplit. Oleh karena itu, bagian penjualan dari
produsen lebih senang menjual dan behadapan langsung dengan toko
pengecer agar mendapat informasi dari tangan pertama.

b. Klasifikasi Perdagangan Eceran


Perdagangan eceran dapat diklasiikasikan sebagai berikut:
1) Perdagangan eceran besar
2) Perdagangan eceran kecil terdiri dari: a) Eceran kecil
berpangkalan, b) Eceran kecil tidak berpangkalan.
Jika kita gambarkan pembagian perdagangan eceran tersebut
dalam bentuk skematis adalah sebagai berikut:

154
Perdangan Eceran

Eceran Besar Eceran Kecil

- Speciaty store Berpangkalan Tak Berpangkalan


- Departement
store 1 Pakai alat
- Supermarket Tetap Tidak Tetap
- Roda dorong
- Discount house
- Kios - Kaki lima - Pedati
(hyper market)
- Depot - Pasar sore - Alat pikul
- General store
- Warung - Pasar mambo
- Chain store Tanpa alat

2 - Tukang catut

Gambar 6.4. Perdagangan Eceran

Ukuran yang dipakai untuk klasifikasi ini adalah ownership


pemilikan dan jumlah pegawai. Perdagangan eceran kecil biasanya
mempunyai 2 atau 3 pegawai/pelayan. Pelayan itu kadang-kadang adalah
anggota keluarga sendiri, ataupun orang lain yang digaji. Yang
mengendalikan keuangan, pembelian barang biasanya di pegang
langsung oleh pemilik atau keluarga lain yang dipercaya. Masih jarang
ijumpai system manager bergaji penuh diserahi mengurus kegiatan
perdagangan eceran ini.
Perdagangan eceran kecil berpangkalan, ialah yang mempunyai
tempat yang tetap, seperti toko kecil, kios, dan warung. Sedang yang
tidak berpangkalan adalah pedagang eceran yang tak mempunyai tempat
usaha. Kelompok ini dapat dibagi atas yang memakai alat seperti tukang
batako, tukang sepatu, tukang rujak, dan sebagainya, dan ada pula yang
tak pakai alat seperti tukang catur.

c. Persaingan Tajam dari Berbagai Jenis Toko Eceran


Persaingan pada tingkat perdagangan eceran di negara kita sangat
ketat, karena diizinkannyaperdagangan eceran asing beroperasi. Izin ini
diberikan dalam konteks globalisasi yang telah disepakati oleh
masyarakat regional dan internasional. Sudah barng tentu retail asing ini,

155
yang boleh dikatakan jauh lebih modern dari segala segi, sehingga
terkenal sebagai retail modern yang berhadapan dengan retail tradisional.
Setelah para pembisnis rite lasing masuk ke Indonesia, maka
pelaku bisnis ritel dapat dikelompokkan menjadi empat (Foster, 2005:4),
yaitu: 1) kelompok grosir dan hypermarket; 2) kelompok supermaker/
department store; 3) kelompok minimarket modern; dan 4) peritel kecil
tradisional.
Data perusahaan ritel modern di Negara kita dapat dilihat pada
table 6.1. Kehadiran retail modern ini membuat konsumen merasa
semakin memiliki banyak pilihan tempat berbelanja, juga memperoleh
banyak informasi. Akibatnya tinggal loyalitas konsumen terhadap satu
toko ritel sangat kecil.
AC Nielsen dalam Foster (2005:13) unrtuk ritel di Indonesia
menemukan bahwa loyalitas konsumen mudah berubah, konsumen rata-
rata memeliki tempat belanjanya, empat toko ritel perorang, konsumen
cenderung ingin mencoba peritel baru dan equity indeks perusahaan
menurun. Terdapat fenomena baru pada kelompok konsumen. Konsumen
lebih menyenangi ritel modern, sebab disamping menyediakan barang
berkualitas, juga memiliki citra atau reputasi baik.

Tabel 6.1. Data Perusahaan Ritel Modern di Indonesia


Nama Perusahaan Nama Gerai Jumlah Gerai
Hypermarket
PT. Alfa Retailindo Alfa Gudang Rabat 32
PT. Makro Indonesia Makro 13
PT. Carrefour Indonesia Carrefour 11
PT. Goro Batara Sakti Goro 5
PT. Hero Supermarket Giant 4
Total 65
Supermarket/Dept. Store
PT. Hero Supermarket Hero 77
PT. Matahari Putra Prima Matahari 79
PT. Ramayana Lestari Sentosa Ramayana 80
PT. Rima Catur Lestari Rimo 7
PT. Panen Lestari Internusa Sogo 4
PT. Metro Retailmart Metro 4
PT. Akur Pratama Yogya Toserba 3
Total 256

156
Minimarket
PT. Indomarco Prismatama Indomaret 871
PT. Subur Alfatria Trijaya Alfamart 400
PT. Hero Supermarket Star Mart 32
Koperasi Jalan Sejahtera Warung JK 40
PT. Waserta Jaya Waserda Jaya 9
Total 1.352
Sumber: Modifikasi Bisnis Indonesia dalam Seminar “Analisis Cost Benefit, Kehadiran Pengecer
Besar”, Warta Ekonomi No. 23/Thn. XIV/9 Oktober 2002, pikiranrakyat.com,
EkonomiIndonesia Info.com. 2004 (dalam Foster).

Pergeseran nilai-nilai pelanggang ini memunculkan gejala umum


pada konsumen yang lebih bersifat menuntut, agar dilayani lebih prima,
konsumen menguasai banyak informasi tentang toko riset dan
keuntungan yang diperoleh, lebih behati-hati tidak mudah terpancing
berbelanja segara, konsumen suka memilih karena memang banyak
pilihan, akhirnya tingkat loyalitasnya rendah, sngat sensitive terhadap
harga, dan selalu mencari kepuasaan yang superior.
Kotler dalam Foster (2005:126) membagi tipe-tipe pedagang
eceran menjadi tiga bagian besar, yaitu:
1) Store Retailer (pedagang eceran bertoko)
a) Speciality store/toko khusus
b) Department store/toko serba ada
c) Supermarket/toko swalayan
d) Convenience store/toko barang kebutuhan sehari-sehar
e) Superstore, Combination store, and Hypermarket (toko super, toko
gabungan, dan hypermarket)
f) Discount store/toko pembeli potongan harga
g) Off price retailer/toko gudang
h) Catalog showroom/ruang pamer catalog
2) Non Store Retailer (pedagang eceran bukan oko)
a) Direct selling (penjualan langsung)
b) Direct marketing (pemasaran langsung)
c) Automatic vending machine (mesin penjaja otomatis)
d) Buying service (pelayanan pembeli)
3) Retailer Organization (organisasi pedagang eceran)
a) Corporate chain (mata rabtai perusahaan)
b) Valuntary chain and retail cooperative (rantai suka rela dan
koperasi pedagang eceran)

157
c) Customer cooperative (koperasi konsumen)
d) Franchise organization (organisasi hak guna paten/franchise)
e) Merchandising conglomerate (konglomerat dagang)

Kita sudah banyak mengenal tipe ritel, speciality store (toko


khusus), seperti toko olahraga, toko perabot, pakaian, toko buku dan
sebagainya, departement store, supermarket, convenience store, menjual
kebutuhan sehari-hari (toko P & D) biasanya berada dekat wilayah
pemukiman.

1. Beberapa Tipe Yang Perlu Dijelaskan


Discount store, menjual barang standar dengan harga lebih rendah
daripada pedagang konvensional, marjin rendah dan volume penjualan
tinggi. Off price retailer (toko gudang), disini harga rendah, volume
penjualan tinggi dengan layanan minim.

2. Non Store Retailing


Pengecer yang tidak berbentuk toko adalah:
1) Direct selling, ini adalah penjualan dari pintu ke pintu sari rumah ke
rumah, penjualan di tempat pertemuan, misalnya ibu-ibu arisan,
perkantoran. Ada beberapa bentuk direct selling yaitu one to one
selling, yaitu mengarahkan penjualannya kesatu pembeli potensial.
Ada juga model One to Many Selling atau One to Party Selling,
seorang wiraniaga mengunjungi suatu kelompok calon konsumen
seperti di arisan ibu-ibu atau tempat pesta atau diperkantoran,
kemudian mendemonstrasikan produk tertentu, selanjutnya menerima
pesanan.
2) Direct Marketing, ini berasal dari kegiatan direct-mail dan
penyebaran catalog, termasuk kedalamnya kegiatan telemarketing
dengan menggunakan media televise dan electronic shopping melalui
internet. Para produsen mempresentasikan produknya, kemudian
menerima pesanan dari pada konsumen yang mengaksesnya atau
menyaksikan acara tersebut.
3) Automatic Vending Machine, ini merupakan mesin otomatis, yang
melayani pembeli menggunakan uang koin. Barang yang dibutuhkan
akan keluar otomatis dari mesin setelah dimasukkan koin sesuai
harga barang. Penjualan melelui mesin ini adalah untuk barang-
barang yang dibeli secara impulse, atau emotional buying motive,

158
seperti rokok, permen, Koran, solft drink dan sebagainya, mesin ini
buka selama 24 jam.
4) Buying service msrupakan suatu bentuk eceran yang dikoordinasi
oleh agen pembelian untuk melayani kelompok-kelompok pembeli
besar seperti sekolah, rumah sakit dan sebagainya.
Retail organization, yaitu organisasi pedagang eceran dapat
berbentuk:
1) Corporate chain, adalah dua gerai atau lebih yang umumnya dimiliki
dan dikontrol, menjual produk yang sama, dikirim dari kantor pusat,
dan mungkin menggunakan motif arsitektur yang seragam.
2) Voluntary chain, terdiri atas kelompok pedagang eceran dalam
pembelian besar dan barang dagangan umum.
3) Retail coorperative terdiri atas sekelompok pedagang eceran yang
membentuk sebuah organisasi pembelian terpusat dan melakukan
promosi bersama.
4) Consumer coorperative, ini merupakan suatu toko eceran yang
dimiliki oleh para konsumen dengan menghimpun modal bersama,
mereka juga bisa membangun pabrik sendiri untuk dijual pada toko
koperasi konsumsi ini.
5) Franchise organization, ini merupakan organisasi yang memperoleh
hak guna paten, dari franchiser untuk menjual produk sesuai dengan
petunjuk dan peraturan serta kondisi yang telah ditetapkan.
6) Merchandising conglomerate atau konglomerat dagang, merupakan
bentuk bebas dari perusahaan yang mengkombinasikan beberapa lini
pedagang eceran yang terdiversifikasi di bawah satu kepemilikan dan
mengintergrasikan fungsi-fungsi distribusi dan manjemannya.

d. Kentungan dan Kelemahan Perdagangan Eceran


Beberapa keuntungan dari perdagangan eceran keciladalah:
1) Modal yang diperlukan adalah kecil dan rentabilitasnya besar.
2) Pedagang-pedagang eceran kecil menganggap bahwa pandapatnya
dari usaha itu merupakan pendapatan tambahan atau kadang-kadang
hanya iseng atau mengisi waktu lowong terutama pada daerah
musiman.
3) Tempat kedudukan pedagang-pedagang eceran kecil biasanya paling
strategis. Mereka selalu mendekatkan the center of consumers (pusat-
pusat konsumen)

159
4) Hubungan antara pedagang eceran kecil dan konsumen adalah kuat
misalnya kita lihat pembeli-pembeli pada warung-warung kopi
mengadakan obrolan yang intim sekali dengan pemiliknya.

Faktor-faktor kelemahan
Kelemahan yang terdapat pada perdagangan eceran kecil ini adalah:
a) Keahlian kurang.
b) Administrasi dalam arti pembukuan tidak diperhatikan, sehingga
kadang-kadang habis dimakan.
c) Pedagang kecil tidak mampu mengadakan sales promotion.

Faktor-faktor yang mendorong majunya toko eceran


Banyak sekali factor yang mendorong toko-toko eceran ke arah
kemajuan, antara lain:
a) Lokasi/tempat toko eceran
Terdapat yang strategis dari toko eceran ini sangat besar
pengaruhnya kepada kemajuan kelancaran penjualan barang pada toko
tersebut. Apabila toko-toko itu terletak pada tempat yang terpencil
harganya akan lebih mahal dibandingkan dengan toko-toko yang
letaknya di daerah ramai, karena toko eceran yang letaknya pada pusat
keramaian kota akan lebih banyak dikunjungi oleh para konsumen. Toko
ini akan memiliki volume penjualan lebih tinggi dibandingkan dengan
toko-toko eceran yang letaknya jauh dari pusat keramaian kota besar.
Pemilihan lokasi ini sangat penting karena akan mempengaruhi
tingkat profitabilitas dan kontinuitas usaha dalam jangka panjang.
Menurut Kotler dalam Foster (2005:32), Retailing are accustomed to
saying that the three keys to success are location, location and location.
Jadi tiga kunci sukses bagi toko eceran adalah lokasi, lokasi dan lokasi.
Hal ini menyiratkan betapa pentingnya keputusan mengenai lokasi bagi
usaha eceran. Lokasi juga akan mempengaruhi citra toko atau
kepribadian toko dan kekuatan daya tarik yang dibuat oleh toko terhadap
pelanggannya. Jika daya tarik lainnya sama diantara beberapatoko, maka
konsumen pasti akan memilih toko terdekat dengan tempat tinggalnya,
karena akan memberi kenyamanan, hemat waktu dan tebaga, lebih kecil
pengorbanan konsumen dilihat dari segi: money, energy, dan fisik.
Walaupun dalam jangka panjang, lokasi dipengaruhi oleh perkembangan
pembangunan, para wirausahaan harus jeli mempertimbangkan lokasi
pada saat akan mendirikan perusahaan.

160
b) Kelengkapan Barang
Lengkapnya barang pada toko-toko eceran akan sangat menarik
bagi konsumen. Lengkap di sini diartikan barang-barangnya komplit
sesuai dengan jenis barang yang diperdagangkan. Jika barang tidak
lengkap, maka konsumen akan mencarinya ke toko lain. Pada hati
konsumen akan timbul anggapan bahwa toko tidak lengkap, akhirnya
konsumen pindah menjadi langganan toko lain tersebut.
Ragam produk yang akan dijual harus disesuaikan dengan pasar
sasaran, siapa konsumen kita. Disamping ragam barang, faktor lain yang
harus dipertimbangkan aiala jumlah barang yang disediakan, kualitas,
model dan sebagainya. Sesuai dengan posisi toko eceran, mungkin perlu
diperhatikan, barang bermerek nasional, barang impor, saat penjualan
istimewa, menyediakan stok lebih banyak pada hari-hari besar, hari
lebaran, dan sebagainya. Ada lima prinsip yang perlu dipertimbangkan
mengenai barang yang harus disediakan yaitu: 1) the right merchandise,
2) in the right place, 3) at the right time, 4) at the right price, 5) in the
right quantities (Minichello dalam Foster, 2005:48).
Jadi barang dagangan siap tersedia ditoko, pada saat yang tepat,
jumlah yang tepat, harga yang tepat, semuanya harus direncanakan secara
tepat. Misalnya masyarakat akan menghadapi hari raya lebaran, atau akan
menghadapi tahun ajran baru sekolah. Para pengusaha yang bergerak
dalam komoditi yang terkait dengan suasana hari-hari tersebut harus
segera mengatur persediaan barang, sediakan stok yang ukup dengan
membeli lebih banyak dari hari-hari biasa, mutu harus sesuai, dan tepat
pada waktunya bisnis akan berjalan lancer, dapat memenuhi kebutuhan
konsumen dengan cara memuaskan.

c) Ketepatan Harga
Harga yang tepat sangat penting demi kemajuan toko eceran yang
berada di kota besar. Toko eceran yang menetapkan harga jual yang
cukup murah, atau harga pasti, harus selalu mencari informasi supaya
harga yang ditetapkan jangan terlalu tinggi dari pada harga saingan, dan
ini harus benatr-benar diperhatikan oleh toko eceran tersebut, terutama
untuk barang-barang yang terkenal. Bahkan ada toko-toko eceran yang
menetapkan harga untuk barang-barang yang terkenal umum di bawah
harga pasar.
Strategi toko eceran menetapkan kebijaksanaan harga antara lain
adalah untuk menarik langganan, tokonya terkenal sebagai toko murah,
sehingga tokonya mendapat tempat dihati konsumen, sehingga citra toko

161
makin meningkat, dapat mengatasi saingan serta volume penjualan makin
naik.

d) Suasana Toko (Store Atmosphare)


Atmosfir toko ini merupakan perasaan/kejiwaan pada seseorang
pada saat memasuki toko. Calon konsumen sudah mempnyai bayangan
tentang betah dalam toko atau cepat keluar lagi.
Dalam bahasa kita atmofir adalah suasana toko yang meliputi
berbagai tampilan interior, eksterior, tata letak, lalu lintas internal toko,
kenyamanan, udara, bau, layanan, musik, seragam pramuniaga,
pajangan/display barang dan sebagainya, yang menimbulkan kenginan
untuk membeli.
Suasana toko dan lingkungan sekitar sangat besar pengaruhnya
dalam persepsi konsumen. Oleh sebab itu jangan lalai memperhatikan
dekorasi dan keteraturan bagian depan toko. Bagian depan inilah yang
menjadi pusat perhatian pertama dari konsumen. Kemudian bagian dalam
toko berupa, lay out, displays, wall and floor colors, lighting, scents,
mucic and the kind of sales personnel also contribute to store image
(Berman and Revans, 1990:48).
Beberapa hal penting dari berbagai aspek tersebut adalah:
1) Eksterior, meliputi keseluruhan bangunan fisik yang dapat dilihat
dari bentuk bangunan, pintu masuk, tangga dan sebagainya.
Pertimbangan utama dalam eksterior adalah posisi toko dan
arsiteknya. Desaian ini sangat berperan dalam
mengkomunikasikan informasi tentang apa yang ada di dalam
gedung sehingga menjadi iklan permanan serta membentuk citra
terhadap keseluruhan tampilan toko.
2) Layout, meliputi pengaturan fisik, penempatan barang,
perlengkapan tetap, sehingga memberikan gerak dengan arah
tertentu sambil melihat pajangan dengan disorot oleh lampu
dengan cahaya menarik.
3) Karyawan, ini adalah ujung tombak terjadinya transaksi yang
menimbulkan rasa puas atau tidak. Pramuniaga yang berkualitas
sangat menunjang kemajuan toko, yang dapat menarik simpati
konsumen, dengan segala keramahannya, tegus sapanya,
informasi, cara bicaranya, kehangatan dan suasana bersahabatnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa toko
harus menciptakan berbagai macam variable yang dapat dibanggakan
sebagai suatu keunggulan bersaing. Keunggulan bersaian ini dapat
162
diciptakan melalui komoditi yang dijual harus lengkap, sesuai dengan
pasar sasaran, lokasi strategis, atmosphere toko meraik bagi konsumen,
karyawan toko yang ramah dan informatif (dapat memberikan
penjaelasan denga jelas dan baik) dan akhirnya dapat terciptalah loyalitas
pelanggan. Playan yang loyal tidak akan tertarik oleh toko saingan, tetapi
selalu akan berbelanja pada toko langganannya, sehingga terbentuklah
apa yang disebut patronage buying motive. Patronage buying motive
berarti para konsumen sudah mempunyai pola keteraturan berbelanja
pada satu toko tertentu, karena berbagai faktor yang telah diuraikan di
atas.

6.5. Pedangang Kaki Lima


Pedagang kali liama sangat popular di Negara kita. Kepopuleran
pedagang kaki lima ini mungkin dalam arti yang positif dan mungkin
juga dalam arti negative. Positifnya, pedagang kaki lima, secara pasti
dapat menyerap lapangan pekerjaan, dari sekian banyak penganggur.
Para penganggur ini mencoba berkreasi, berwirausaha, dengan modal
sendiri ataupu tanpa modal. Yang penting mereka adalah orang-orang
berani menempuh kehidupan, berjuang memenuhi tuntutan hidup, jika
tidak demikian mereka berartti mati. Menteri Tenaga Kerja, beserta ketua
Kadin Pusat, telah mencanangkan, agar kehidupan pedagang kaki lima,
dibina, diatur, jangan dikejar-kejar, jangan dimatikan, karena mereka
sudah turut menyumbangkan andil dalam membangun lapangan kerja.
Pedagang kaki lima sangat membantu konsumen, mudah mendapat
barang, servis cepat, sambil lewat di kaki lima, dapat membeli sekedar
oleh-oleh buat anak-anaknya. Kebanyakan barang-barang yang dijual
oleh pedagang kaki lima ini, adalah barang-barang conveniences, yang
dibeli cara emosional, begitu melihat barang langsung timbul keinginan
membeli. Harga yang mereka tawarkan, biasanya mula-mula tinggi,
tetapi akhirnya dapat ditawar serendah mungkin. Dengan cara demikian
baik pembeli maupun penjual merasa mendapat keuntungan.
Negatifnya, pedagang kaki lima tidak menghiraukan tata tertib,
keamanan, kebersihan, dan kebisingan, di mana ada pedagang kaki lima,
di sana timbul kesemrawutan, bising dan banyak sampah. Inilah cirri lain
suatu kampong yang tumbuh menjadi kota besar, dimana masyarakat
kotanya belum sanggup menerima pertumbuhan kota, sejalan dengan
pertumbuhan sikap dan tingkah laku warganya. Dalam hal ini masalah
pendidikan, disiplin, upaya perlakuan hukum harus ditegakkan secara
terus menerus, dengan rencana matang, dan terarah, tidak sporadik,
163
dengan menangkapi mereka sewaktu-waktu, tindakan sporadik ini hanya
akan merugikan sebagian warga negara, dan merusak kehiduoan mereka
karena modal kerja yang kecil, kena razia, disita. Dengan menegakkan
disiplin terus menerus, pengarahan yang bersifat edukatif dari penguasa,
akan dapat membenahi permasalahan pedagang kaki lima. Yang jelas
kaum pedagang kaki lima, tidak pernah habis dan dimanapun mereka
ada, sebab penduduk selalu bertambah, habis angkatan sekarang, akan
muncul angkatan berikutnya. Semua mereka melakukan kegiatan usaha
guna memenuhi tuntutan hidup. Sekarang muncul pertanyaan, apakah
pedagang kaki lima itu?.
a. Pengertian Padagang Kaki Lima
Menurut pengamatan dari Fakultas Hukum Unpar dalam hasil
penelitiannya yang berjudul “Salah Pedagang Kaki Lima di Kotamadya
Bandung dan penertibannya melalui operasi TIBUM 1980”, menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan pedagang kaki lima adalah orang
(pedagang-pedagang) golongan ekonomi lemah, yang berjualan barang
kebutuhan sehari-hari, makanan atau jasa dengan modal yang relatif
kecil, modal sendiri atau modal orang lain, baik berjualan di tempat
terlarang ataupun tidak. Istilah kaki lima diambil dari pengertian tempat
di tepi jalan yang lebarnya lima kaki (5 feet). Tempat ini umumnya
terletak ditrotoir, depan toko dan tepi jalan.
Ada yang menyatakan bahwa istilah pedagang kaki lima berasal
dari orang yang berdagang yang menggelarkan barang dagangannya,
mereka cukup, mereka cukup menyediakan tempat darurat, sperti
bangku-bangku yang biasanya yang berkaki empat, ditambah dengan
kaki pedagangnya sehingga berjumlah lima, maka timbulnya julukan
pedagang kaki lima. Terlepas dari asal usul nama kaki lima reesebut,
maka dapat disimpulkan bahwa pedagang kaki lima ialah setiap orang
yang melakukan kegiatan usaha dengan maksud memperoleh penghasilan
yang sah, dilakukan secara tidak tetap, dengan kemampuan terbatas,
berlokasi di tempat atau pusat-pusat konsumen, tidak memiliki izin
usaha.
Adpun cirri-ciri pedagang kaki lima adalah:
1) Kegiatan usaha, tidak teroganisir secara baik.
2) Tidak memiliki surat izin usaha.
3) Tidak teratur dalam kegiatan usaha, baik ditinjau dari tempat
usaha maupun jam kerja.

164
4) Bergerombol di trotoir, atau di tepi-tepi jalan protocol, di pusat-
pusat di mana banyak orang ramai.
5) Menjajakan barang dagangnya sambil berteriak, kadang-
kadang berlari mendekati konsumen.
Walikotamadya Bandung, Husein Wangsaatmadja menyatakan
dalam prasarannya pada Lokakarya Pembinaan Pedagang Kaki Liama di
Bandung tanggal 23 dan 24 Juni 1980 bahwa masalah pedagang kaki
lima ini merupakan masalah yang tak bisa dilepaskan dari masalah
ledakan penduduk dari suatu pertumbuhan perkotaan, sebagian besar
mereka tergolong dalam masyarakat dari lapisan ekonomi yang rendah,
dalam struktur ekonomi dam sosial Indonesia. Cir khas yang menonjol
datri kelompok ini adalah ketidakteraturan meraka menjajakan
dagangnya, yang secara hukum sebenarnya melanggar ketentuan yang
berlaku.
Masalah pedagang kaki lima ini sudah diseminarkan di negara
lain yang diprakasai oleh International Development, mengenai hawkers
and vendors = pedagang kaki lima (hawkers = penjaja, vendors = penjual
keliling), seperti diadakan di Malaysia, Philipina, Singapura dan
Indonesia (Jakarta, Bandung).
Sesuai dengan perkembangan adanya era reformasi di Indonesai,
maka Walikotamadya Bandung dalam pembukaan pada Lokakarya
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) tanggl 6-7 Juli 1999,
menjyatakan: PKL bukan untuk dilarang, bukan untuk diusir, bahkan
bukan untuk dijadikan sapi perahan. Namun, lebih dari itu PKL adalah
merupakan asset yang potensial apabila dibina, ditata, dan
dikembangkan atatus usahanya. Lebih khusus dalam peningkatan laju
pertumbuhan ekonomi kota atau dapat meningkatkan pendapatan
daerah.
PKL memiliki karakteristik pribadi wirausaha, antara lain mampu
mencari dan menangkap peluang usaha, memiliki keuletan, percaya diri,
dan kreatif, serta inovatif.
PKL mempunyai potensi yang sangat besar dan dapat
dimanfaatkan sebagi berikut:
1) PKL tidak dapat dipisahkan dari unsure budaya dan eksistensinya
tidak dapat dihapuskan.
2) PKL dapat dipakai sebagai penghias kota apabila ditata dengan
baik.
3) PKL menyimpan potensi pariwisata.

165
4) PKL dapat menjadi pembentuk estetika kota bila didisain dengan
baik.
Memang jika pemerintah bersama-sama dengan lembaga
masyarakat lainnya mampu menata PKL, maka dampak positifnya akan
berlipat ganda. Buat kota Bandung akan menjadikan kota ini sebagai kota
wisata yang lebih maju. Ada bebarapa pusat wisata di kota Bandung
sekarang ini, yaitu:
1) Wiasata Jalan Kaki/Joging. Berupa lintas alam Ciumbeuleuit,
Puncrut, Dago, dan sebagainya. Kemudian lintas kota menelusuri
jalan Kepatihan Alun-Alun, Braga, Taman Dewi Sartika/Kebun
Raja, jalan Merdeka, H. Djuanda, terus ke Dago Tea House.
2) Wisata Budaya dan Wisata Sejarah. Wisata ini dilakukan
dengan mengunjungi museum bersejarah, padepokan seni, taman
budaya, dan sebaginya.
3) Wisata Industri dan Cindera Mata. Dapat dlakukan dengan
mengunjungi berbagai tempat industri kerajinan seperti IPTN,
Pindad, PT. Inti, pabrik tekstil. Gani Arta, dan sebagainya.
4) Wisata Pendidikan. Dilakukan dengan mengunjungi kampu-
kampus perguruan tinggi yang banyak tersebar di seluruh
Bandung, dan sekitarnya. Seoerti Jatinangor, kampus ITB,
kampus Dipati Ukur, kampus IKIP, yang masih memelihara
keasriannya.
5) Wisata Belanja.
Di sinilah letaknya peranan penting dari wirausaha kecil,
menengah maupun wirausaha besar. Wirausaha membuka bisnisnya
dalam kelompok-kelompok sejenis yang dapat dikunjungi oleh orang-
orang yang dating dari kota luar Bandung untuk membeli produk-produk
yang dihasilkan oleh berbagai pabrik di kota Bandung.
Kawasan yang sudah ditata oleh Pemda yang ramai dikunjungi
orang yaitu:
1) Kawasan Cihampelas, menyediakan berbagai pakaian jins
2) Kawasaa Vibaduyut, menyediakan aneka sepatu.
3) Kawasan Kepatihan, Dalem Kaum, Asia Afrika, Otista,
menyediakan berbagai barang kelontong.
4) Kawasan Cikapundung, menyediakan berbagai aneka ragam
makanan dan elektronik.
5) Kawasan Pasar Baru, Jalan Thamain, Jalan ABC, menyediakan
berbagai aneka jenis tekstil, kelontong, dan elektronika.

166
6) Jalan Banceuy, yang menyediakan alat-alat listrik dan otomotif.
7) Jalan Merdeka, jalan Djuanda merupakan pusat perbelajaan.
8) Bursa Tekstil Kebonjati (Gumbira, 1999:3).

167
C. Penutup
1. Rangkuman
Sangat banyak usaha yang bias digarap, mana yang akan dipilih sangat
bergantung pada beberapa hal, antara lain: (1) Minat seseorang, misalnya
berminat dalam bidang industri atau kerajinan, dan perdagangan/jasa. (2)
Modal, apakah sudah tersedia modal awal atau belum, atau apa saja yang
sudah dimiliki. (3) Relasi, apakah ada keluarga, teman, yang sudah
menekuni usaha yang sama, atau usaha yang akan dikerjakan ada
relevansi/saling menunjang dengan usaha tersebut. Dan (4) berbagai
peluang lainnya. Untuk mengetahui bamyaknya bidang usaha yang bias
dimasuki oleh wirausaha baru, maka marilah kita lihat hubungan dalam
bentuk circular flow antara Rumah Tangga Produsen (RTK), dan Rumah
Tangga Konsumen (RTK). Secara garis besar ada 5 jenis usaha yang
diungkapkan, yaitu usaha ekstraktif, agraris, industri, perdagangan, dan
jasa. Kilima jenis usaha ini dapat dirinci sedemikian rupa baik menurut
lembaga yang mengusahakan, bentuk badan hukum, besarnya usaha,
komoditi yang diusahakan, maka akan muncul jenis usaha yang luar
biasa banyaknya. Usaha ekstraktif merupakan usaha yang bergerak dalam
bidang pertambangan atau bidang usaha yang mengambil langsung dari
alam, seperti hasil laut, hasil hutan. Usaha agraris mencakup berbagai
usaha pengelolaan kebun, perdagangan hasil-hasil pertanian (agrobisnis)
yang dapat diusahakan untuk setiap produk yang dihasilkan oleh
pertanian atau perkebunan dan peternakan. Industri dapat juga dirinci
dalam bentuk bebagai jenis komoditi yang dihasilkan dan besar kecilnya
industri yang diusahakan. Demikian pula sektor perdagangan yang
tampaknya lebih banyak mumcul di masyarakat terutama dalam situasi
akhir-akhir ini di mana banyak karyawan putus hubungan kerja yang
membuka berbagai usaha perdagangan. Usaha perdagangan ini juga
dapat dirinci menurut besar kecilnya usaha dan berbagai komoditi yang
diperdagangannya. Masa pembinaan, para peserta ditugaskan untuk
magang pada beberapa unit usaha baru. Modal awal disediakan oleh
Depnaker. Di dalam pelatihan wirausaha baru yang dikembangkan oleh
Depnaker tampak wirausaha baru ini melaksanakan kegiatan magang di
berbagai perusahaan, antara lain perusahaan gula batu, gula semut, agar
kering, perhiasan imitasi, topi tatak gelas, paying geulis, sepatu sandal,
bedcover, madu, lampu gantung, kesed, baju, gitar, sarung tangan, busana
muslim, kerupuk udang, minyak kelapa, tas kain, manisan buah, mebel,
sale pisang, kentang kering, batik, border, ternak ayam, dan sebagainya.

168
Kemudian setelah mereka selesai menjalani pembinaan wirausaha baru,
maka mereka membentuk kelompok-kelompok menggerakan satu usaha
baru.
Pilihan usaha yang dikembangkan ini tergantung kepada minat,
pengetahuan, dan fasilitas yang ada pada msing-masing kelompok.
Pilihan mereka tampaknya mencakup dua bidang bisnis utama yaitu
produksi dan perdagangan. Jadi, kalau dikaji lebih lanjut, bagi orang-
orang kreatif banyak terbuka lapangan untuk berwirausaha. Sebelum
sampai ke penetapan pilihan usaha apa yang akan dibuka maka calon
usahawan, harus melakukan survey, observasi lapangan, dan banyak
bertanya bagaimana seluk-beluk usaha bisnis dalam bidang tertentu. Kita
harus tetap bethati-hati jangan sampai mendapat teman palsu yang
berpura-pura mau majadi partner baik, tetapi malah menjerumuskan.
Perlu diingat bahwa di dalam masyarakat, kita akan menemukan orang-
orang yang berpilaku negative, tidak baik yang kita duga, atau tidak sama
baiknya dengan kita. Bolehlah kita berasumsi bahwa tidak semua orang
itu baik. Asumsi ini akan membuat kita lebih waspada terjun ke lapangan
bisnis. Akan tetapi, jangan kehati-hatian ini membuat kita takut, ragu,
dan batal membuka bisnis. Tidak ada larangan bagi seseorang untuk
menjadi kaya, asal kekayaan itu diperoleh dengan cara halal, dan
digunakan sesuai dengan ajaran agama. Kita harus berupaya seoptimal
mungkin walaupun pada akhirnya Allah jualah yang akan menentukan.
Proses dan karakteristik orang yang berpotensi menjadi kaya adalah
sebagai beerikut:
PROSES DAN KARAKTERISTIK ORANG YANG BERPOTENSI MENJADI KAYA

IDE + KEMAMPUAN + RELASI

PELUANG USAHA

OPERASIONALISASI

KERJA MANAJEMEN HEMAT &


KERAS USAHA MENABUNG

KAYA

169
Kemudian ada peluan usaha dan mampu memanfaatkannya. Peluang ini
misalnya adanya kebutuhan masyarakat sekitar yang belum terpenuhi
oleh perusahaan lain. Atau anda memiliki rumah yang strategis untuk
usaha. Integrasi secara sinergis antara ide, kemampuan, dan relasi, akan
membuat potensi orang menjadi kaya dan semakin kuat terpancar pada
dirinya. Selanjutnya diikuti dengan usaha yang kerja keras, manajemen
yang baik, jangan salah urus, tekuni selalu, control, tidak boros, berhemat
dan menabung untuk peningkatan permodalan masa selanjutnya.
1) Mengelola Bisnis di rumah sendiri, artinya mengelola bisnis tertentu
secara professional dengan memanfaatkan bagian dari rumah sendiri
yang dilakukan oleh seorang atau dengan tim dengan tujuan mencari
pengalaman, menyenangkan atau memberi kemudahan bagi
masyarakat sekitar. Bisnis apa yang bisa dikembangkan di rumah
sendiri? Untuk menjawab pertanyaan ini, banyak factor yang harus
dipertimbangkan, misalnya apa bakat anda, bagaimana kemampuan
anda dari segi skill, modal, relasi, kebutuhan masyarakat sekitar.
Apakah tidak mengganggu tetangga, seperti membuka benghkel,
percetakan. Pertimbangan berbagai masalah yang akan muncul
seperti halaman parker, kemacetan lalu lintas. Bagian rumah yang
akan dimanfaatkan oleh dipilih sesuai dengan bentuk dan jenis usaha,
seperti ruang atas, ruang bawah, ruang tamu, garasi, kamar tertentu,
halaman depan, dan sebagainya. Semua ini sangat tergantung pada
komoditi yang akan dibiniskan, seperti membuka usaha kafe, rumah
makan, toko kelontong, toko special, barang khusus, toko kue, usaha
menjahit, usaha dibidang kesehatan, kebugaran, seni tari, les
pelajaran, salon kecantikan, dan sebagainya. Usaha dirumah sendiri
ini, dapat dilakukan sendiri oleh yang empunya rumah atau dapat
bergongsi dengan lain, mungkin orang yang memiliki modal, ataupun
orang memiliki ketrampilan tertentu.
2) Mengelola Usaha Rumah Kost, tampak usaha ini merupakan trend di
daearah perkotaan, khususnya disekitar lokasi perguruan tinggi.
Pilihan lokasi sangat menentukan usaha rumah kost ini. Lokasi yang
berpeluang besar adalah lokasi yang dekat dengan pusat perbelajaan,
tempat rekreasi, pusat pendidikan, pusat kesehatan, mudah dicapai
dengan alat transportasi dan aman. Fasilitas yang diperlukan di rumah
kost harus disesuaikan dengan konsumen sasaran, siapa yang
menyewa. Oleh sebab itu perlu dipertimbangkan pengadaan fasilitas,
kamar tidurnya dengan segala parabotnya, lengkap atau tidak
lengkap, mewah atau sederhana, fasilitas kamar mandi, tersendiri

170
dalam kamar, atau bersama diluar, listrik, telpon, dapur, alat masak,
halaman parker, pintu gerbang terjaga aman, dan sebagainya. Adapun
mengenai harga sewa sangat tergantung pada fasilitas yang
disediakan. Sedangkan fasilitas yang harus diseiapkan tergantung
pula pada kelas konsumen yang diharapkan, apakah para mahasiswa,
para karyawan toko, pegawai kantoran, para pedagangan dan
sebagainya.
Disamping usaha yang telah diungkapkan di atas, masih banyak lagi
usaha lain yang memberi peluang untuk dikelola oleh orang-orang yang
kreatif. Pertimbangan yang harus digunakan, sangat tergantung pada
minat anda, modal yang tersedia, tempat, lokasi, peluang dan sebagainya.
Sebelum membuka suatu usaha sebaiknya hal itu didiskusikan bersama
orang-orang yang kita yakini dapat memberi pertimbangan, baik yang
pro ataupun yang kontra, agar kita dapat mengambil keputusan secara
teppat dan berhasil.
Perdagangan besar adalah segala aktivitas marketing yang menggerakkan
barang-barang dari produsen ke pedagangan eceran atau ke lembaga-
lembaga marketing lainnya. Jika kita lihat dari proses marketing yang
meliputi konsentrasi, equasi , dan distribusi, maka proses pengumpulan
dan pengembangan (konsentrasi dan equasi dilakukan oleh perdagangan
besar. Untuk meneliti apakah kegiatan distribusi itu merupakan kegiatan
perdagangan besar atau bukan, ada 3 macam sifat yang bisa diperhatikan
yaitu:
1. Motif pembelian
Motif pembelian memiliki tujuan bahwa barang bukan untuk
dikomsumsi, tetapi untuk dijual kembali dengan memperoleh
keuntungan.
2. Jumlah pembelian
Kita mengenal beberapa kategori konsumen:
a) commercial consumers,
b) industrial consumers, dan
c) governmental consumers
Di manakah batasan pembelian itu merupakan pembelian perdagangan
besar atau pembelian eceran.
Pembilian perdagangan eceran adalah pembelian yang dimaksudkan
untuk diri sendiri atau keluarga sendiri/kawan sendiri. Sedangkan
pembelian perdagangan besar adalah pembelian sejumlah besar barang
yang bukan dimaksudkan untuk diri sendiri atau keluarga sendiri/kawan
sendiri.
171
3. Cara-cara usaha dari perusahaan tersebut.
Mengenai cara berusaha ada beberapa criteria, yaitu:
a) Perdagangan besar mempunyai usaha yang deskriminatif, hanya
melayani pedagang eceran, tidak melayani semua konsumen.
b) Transaksi perdagangan besar adalah besar, dalam arti lebih besar dari
kebutuhan sehari-hari.
c) Harga-harga dapat berubah sesuai situasi, bukan one price policy
seperti pada pedagang, tetapi dapat diadakan korting, kredit, cara-cara
pengiriman, dan sebagainya.
1. Grosir yang berfungsi terbatas, terdiri atas:
a. Pengirim barang
b. Pedagang dengan truk (wagon or truck jobber)
c. Grosir tunai dengan self service (cash carry wholesaders)
d. Pengecer yang bersama-sama memiliki grosir (retailes owned
cooperative wholesalers)
e. Kelompok sukarela bergabung dengan grosir (Voluntary group
wholesalers)
2. Pengumpul hasil pertanian, macamnya antara lain:
a. Pembeli local khusus (private resident buyers) merupakan dealer local
yang berdiri sendiri dan kadang-kadang merupakan wakil dari dealer
dan produsen.
b. Pembeli yang berkeliling mendatangi perusahaan pertanian satu-
persatu atau membuka tempat pengangkutan local agar dapat membeli
hasil para petani seperti buah-buahan, sayur, telor, kapas, beras, dan
ternak.
c. Suadagar dengan truk (merchant trucker) menggunakan truk sebagai
alat pengangkut dengan membeli buah-buahan, sayuran, telor, ternak,
dan menjual langsung kepada pabrik, grosir dan pedagang eceran.
d. Pembeli berdasar perintah (order buyers) yang memiliki para grosir
pasar sentral dan distributor, mereka membeli berdasarkan perintah
dari pemberi tugas dengan kualitas tertentu, dengan kata lain menjadi
agen perantara.
3. Menurut jenis yang barang yang diperdagangkan, terdiri dari atas:
a. Grosir barabg umum (general line) dapat memenuhi setiap kebutuhan
pedagang eceran karena mempunyai bermacam-macam produk dan
mengambil keuntungan dari order yang cukup besar, misalnya sabun,
rokok, kertas, biskuit, kosmetik, minuman, kecap, dan sebagainya.
b. Grosir barang khusus (speciality wholesalers) bergerak di bidang
penjualan bahan pangan dan obat-obatan seperti pakaian jadi. Karena
172
mengkhususkan diri di dalam penjualan barang, biasanya dapat
menguasai pengetahuan barang yang diperdagangkannya.
4. Menurut lapangannya
a. Grosir melayani pabrik (mill supply wholesalers atau industrial
distributors). Mereka menjual berbagai barang hasil industri yang
dibelinya ke pabrik-pabrik.
b. Penjual barang khusu ke pabrik (single line wholesalers). Grosir ini
memperdagangkan produk khusus untuk dijual kepada macam-macam
pembeli industri dan bertindak sebagai drop shipper, contohnya grosir
kertas, grosir bahan kimia, grosir baja, dan grosir alat perkantoran.
5. Menurut daerah operasi atau daerah yang dilayani
a. Grosir tingkat nasional (national wholesalers) yaitu grosir yang daerah
kerjanya meliputi wilayah seluruh Negara.
b. Grosir tingkat propinsi (regional wholesalers) grosir yang tidak
berusaha untuk mendistruibusikan produk-produk mereka ke seluruh
Negara, tetapi hanya menjangkau daerah luas meliputi seluruh daerah
bagian atau propinsi.
c. Grosir local ( local wholesalers) daerah kerjanya pada sebuah kota
besar bagian dari kota atau kota kecil yang letaknya berdekatan.
Fungsi-fungsi pedagang besar ini adalah: (1) Pengumpulan dan
penyebaran (assembling and distributing). (2) Pembelian dan penjualan
(buyers and selling). (3) Pemilihan barang (selection of goods). (4)
Pemberian kredit (financing). (5) Pengangkutan (transportation).
Kegiatan perdagangan besar dan perdagangan eceran adalah sangat
penting dalam proses penyaluran barang dan jasa. Tanpa usaha
perdagangan besar dan eceran, sulit produsen menyalurkan barangnya,
walaupun beberapa produsen dapat langsung menyaluran barang kepada
konsumen atau kepada pengecer, tetapi kegiatan tersebut tidak dapat
diandalkan dan tidak efesien.
Sedangkan perdagang eceran adalah orang-orang atau toko yang kerja
utamanya mengecerkan barang. Dalam hal hatus diingat kata UTAMA di
atas. Sebab dalam praktik bisa terjadi seorang pabrikan atau petani
produsen menjual langsung barangnya kepada konsumen akhir, ini
karena retailer. Juga ada retailer yang menjual barang untuk restoran
(restoran bukan konsumen terakhir), ini juga bukan pekerjaan retailing.
Jadi yang penting di sini ialah pekerjaan utama retailing ialah menjual
barang pada konsumen akhir.
Perdagangan eceran ini sangat penting artinya bagi produsen, karena
melalui pengecer produsen dapat memperoleh informasi berharga tentang
173
barangnya. Produsen dapat menginterview pengecer, bagaimana
komentar konsumen, mengenai buruk, rasa, daya tahan, harga dan segala
sesuatu mengenai produknya. Juga dapat diketahui mengenai kekuatan
saingan. Produsen dan pengecer dapat memupuk kerjasama yang saling
menguntungkan. Produsen memasang iklan, memberi bonus,
mengadakan undian, memberi hadiah, semuanya dapat dilakukan melalui
toko-toko pengecer. Toko-toko pengecer dapat pula dipakai sebagai
tempat memasang spanduk, selebaran promosi dan produsen.
Perdagangan eceran dapat diklasiikasikan sebagai berikut:
1) Perdagangan eceran besar
2) Perdagangan eceran kecil terdiri dari: a) Eceran kecil berpangkalan,
b) Eceran kecil tidak berpangkalan.
Ukuran yang dipakai untuk klasifikasi ini adalah ownership pemilikan
dan jumlah pegawai. Perdagangan eceran kecil biasanya mempunyai 2
atau 3 pegawai/pelayan. Pelayan itu kadang-kadang adalah anggota
keluarga sendiri, ataupun orang lain yang digaji. Yang mengendalikan
keuangan, pembelian barang biasanya di pegang langsung oleh pemilik
atau keluarga lain yang dipercaya. Masih jarang ijumpai system manager
bergaji penuh diserahi mengurus kegiatan perdagangan eceran ini.
Perdagangan eceran kecil berpangkalan, ialah yang mempunyai tempat
yang tetap, seperti toko kecil, kios, dan warung. Sedang yang tidak
berpangkalan adalah pedagang eceran yang tak mempunyai tempat
usaha. Kelompok ini dapat dibagi atas yang memakai alat seperti tukang
batako, tukang sepatu, tukang rujak, dan sebagainya, dan ada pula yang
tak pakai alat seperti tukang catur.
Persaingan pada tingkat perdagangan eceran di negara kita sangat ketat,
karena diizinkannyaperdagangan eceran asing beroperasi. Izin ini
diberikan dalam konteks globalisasi yang telah disepakati oleh
masyarakat regional dan internasional. Sudah barng tentu retail asing ini,
yang boleh dikatakan jauh lebih modern dari segala segi, sehingga
terkenal sebagai retail modern yang berhadapan dengan retail tradisional.
Setelah para pembisnis rite lasing masuk ke Indonesia, maka pelaku
bisnis ritel dapat dikelompokkan menjadi empat (Foster, 2005:4), yaitu:
1) kelompok grosir dan hypermarket; 2) kelompok supermaker/
department store; 3) kelompok minimarket modern; dan 4) peritel kecil
tradisional.
Pergeseran nilai-nilai pelanggang ini memunculkan gejala umum pada
konsumen yang lebih bersifat menuntut, agar dilayani lebih prima,
konsumen menguasai banyak informasi tentang toko riset dan

174
keuntungan yang diperoleh, lebih behati-hati tidak mudah terpancing
berbelanja segara, konsumen suka memilih karena memang banyak
pilihan, akhirnya tingkat loyalitasnya rendah, sngat sensitive terhadap
harga, dan selalu mencari kepuasaan yang superior.
Discount store, menjual barang standar dengan harga lebih rendah
daripada pedagang konvensional, marjin rendah dan volume penjualan
tinggi. Off price retailer (toko gudang), disini harga rendah, volume
penjualan tinggi dengan layanan minim.
Pengecer yang tidak berbentuk toko adalah: (1) Direct selling, (2) Direct
Marketing, (3) Automatic Vending Machine, dan (4) Buying service
Retail organization, yaitu organisasi pedagang eceran dapat berbentuk:
(1) Corporate chain, (2) Voluntary chain, (3) Retail coorperative,
(4) Consumer coorperative, (5) Franchise organization, (6)
Merchandising conglomerate.
Beberapa keuntungan dari perdagangan eceran keciladalah: 1) Modal
yang diperlukan adalah kecil dan rentabilitasnya besar. 2) Pedagang-
pedagang eceran kecil menganggap bahwa pandapatnya dari usaha itu
merupakan pendapatan tambahan atau kadang-kadang hanya iseng atau
mengisi waktu lowong terutama pada daerah musiman. 3) Tempat
kedudukan pedagang-pedagang eceran kecil biasanya paling strategis.
Mereka selalu mendekatkan the center of consumers (pusat-pusat
konsumen). 4) Hubungan antara pedagang eceran kecil dan konsumen
adalah kuat misalnya kita lihat pembeli-pembeli pada warung-warung
kopi mengadakan obrolan yang intim sekali dengan pemiliknya.
Kelemahan yang terdapat pada perdagangan eceran kecil ini adalah: 1)
Keahlian kurang. 2) Administrasi dalam arti pembukuan tidak
diperhatikan, sehingga kadang-kadang habis dimakan. 3) Pedagang kecil
tidak mampu mengadakan sales promotion.
Banyak sekali factor yang mendorong toko-toko eceran ke arah
kemajuan, antara lain: a) Lokasi/tempat toko eceran, b) Kelengkapan
Barang, c) Ketepatan Harga, d) Suasana Toko (Store Atmosphare).
Pedagang kali liama sangat popular di Negara kita. Kepopuleran
pedagang kaki lima ini mungkin dalam arti yang positif dan mungkin
juga dalam arti negative. Positifnya, pedagang kaki lima, secara pasti
dapat menyerap lapangan pekerjaan, dari sekian banyak penganggur.
Para penganggur ini mencoba berkreasi, berwirausaha, dengan modal
sendiri ataupu tanpa modal. Yang penting mereka adalah orang-orang
berani menempuh kehidupan, berjuang memenuhi tuntutan hidup, jika
tidak demikian mereka berartti mati. Menteri Tenaga Kerja, beserta ketua

175
Kadin Pusat, telah mencanangkan, agar kehidupan pedagang kaki lima,
dibina, diatur, jangan dikejar-kejar, jangan dimatikan, karena mereka
sudah turut menyumbangkan andil dalam membangun lapangan kerja.
Pedagang kaki lima sangat membantu konsumen, mudah mendapat
barang, servis cepat, sambil lewat di kaki lima, dapat membeli sekedar
oleh-oleh buat anak-anaknya. Kebanyakan barang-barang yang dijual
oleh pedagang kaki lima ini, adalah barang-barang conveniences, yang
dibeli cara emosional, begitu melihat barang langsung timbul keinginan
membeli. Harga yang mereka tawarkan, biasanya mula-mula tinggi,
tetapi akhirnya dapat ditawar serendah mungkin. Dengan cara demikian
baik pembeli maupun penjual merasa mendapat keuntungan.
Negatifnya, pedagang kaki lima tidak menghiraukan tata tertib,
keamanan, kebersihan, dan kebisingan, di mana ada pedagang kaki lima,
di sana timbul kesemrawutan, bising dan banyak sampah. Inilah cirri lain
suatu kampong yang tumbuh menjadi kota besar, dimana masyarakat
kotanya belum sanggup menerima pertumbuhan kota, sejalan dengan
pertumbuhan sikap dan tingkah laku warganya. Dalam hal ini masalah
pendidikan, disiplin, upaya perlakuan hukum harus ditegakkan secara
terus menerus, dengan rencana matang, dan terarah, tidak sporadik,
dengan menangkapi mereka sewaktu-waktu, tindakan sporadik ini hanya
akan merugikan sebagian warga negara, dan merusak kehiduoan mereka
karena modal kerja yang kecil, kena razia, disita. Dengan menegakkan
disiplin terus menerus, pengarahan yang bersifat edukatif dari penguasa,
akan dapat membenahi permasalahan pedagang kaki lima. Yang jelas
kaum pedagang kaki lima, tidak pernah habis dan dimanapun mereka
ada, sebab penduduk selalu bertambah, habis angkatan sekarang, akan
muncul angkatan berikutnya. Semua mereka melakukan kegiatan usaha
guna memenuhi tuntutan hidup. pedagang kaki lima adalah orang
(pedagang-pedagang) golongan ekonomi lemah, yang berjualan barang
kebutuhan sehari-hari, makanan atau jasa dengan modal yang relatif
kecil, modal sendiri atau modal orang lain, baik berjualan di tempat
terlarang ataupun tidak. Istilah kaki lima diambil dari pengertian tempat
di tepi jalan yang lebarnya lima kaki (5 feet). Tempat ini umumnya
terletak ditrotoir, depan toko dan tepi jalan. Ada yang menyatakan bahwa
istilah pedagang kaki lima berasal dari orang yang berdagang yang
menggelarkan barang dagangannya, mereka cukup, mereka cukup
menyediakan tempat darurat, sperti bangku-bangku yang biasanya yang
berkaki empat, ditambah dengan kaki pedagangnya sehingga berjumlah
lima, maka timbulnya julukan pedagang kaki lima. PKL bukan untuk

176
dilarang, bukan untuk diusir, bahkan bukan untuk dijadikan sapi perahan.
Namun, lebih dari itu PKL adalah merupakan asset yang potensial
apabila dibina, ditata, dan dikembangkan atatus usahanya. Lebih khusus
dalam peningkatan laju pertumbuhan ekonomi kota atau dapat
meningkatkan pendapatan daerah.

177
2. Tes Formatif
Jawablah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini:
1) Jelaskan pengembangan wawasan jenis bidang usaha?
2) Jelaskan dengan singkat rintisan usaha wirausaha baru?
3) Jelaskan beberapa perdagangan besar?
4) Jelaskan beberapa perdagangan eceran?
5) Jekaskan pengertian tentang pedangang kaki lima?

3. Tindak Lanjut
Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi dalam bab ini untuk
keberhasilan dalam proses belajar mengajar dan sebagai dasar untuk
materi berikutnya.

178

Anda mungkin juga menyukai