Anda di halaman 1dari 53

BAB 1 KONSEP PERANCANGAN STRUKTUR

1.1. Dasar Perancangan SNI 03 1729 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung. SKBI-1.3.53.1987, Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung. AISC Steel Construction Manual 13th Edition.

1.2. Kriteria Desain 1.2.1. Gambaran Umum Bangunan yang akan didesain adalah bangunan hanggar pesawat pribadi 1 lantai dimana material yang digunakan adalah baja. Bangunan hanggar pesawat ini berdimensi 18x36 m dengan luas 648 m2 dan memiliki tinggi 10 meter.

1.2.2. Pembebanan dan Material 1.2.2.1. Pembebanan Pembebanan yang akan dianalisis pada perancangan ini meliputi pembebanan mati, hidup, angin, dan hujan. 1.2.2.2. Material Material yang digunakan adalah sepenuhnya profil baja dimulai untuk kolom, balok, atap, dan sambungannya.

1.3. Sistem Struktur 1.3.1. Struktur Rangka Struktur kerangka atau skeleton terdiri atas komposisi kolom-kolom dan balok-balok. Kolom sebagai unsur vertikal berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya menuju tanah, sedangkan balok adalah unsur horisontal yang berfungsi sebagai pemegang dan media pembagian

beban dan gaya ke kolom. Kedua unsur ini harus tahan terhadap tekuk dan lentur.

1.4. Modelisasi Perancangan dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu manual dan dengan menggunakan komputer. Dalam analisis perhitungan secara manualnya berpedoman pada SNI 03-1729-2002 dan AISC Steel

Construction Manual 13th Edition. Struktur dimodelkan pada program SAP 2000 dengan analisa 2 dimensi pada perhitungan kuda-kuda. Konsep perhitungan menggunakan LRFD (Load Factored Resistence Design).

1.5. Analisa Pembebanan 1.5.1. Beban Mati Berat sendiri elemen struktur terdiri dari berat sendiri dari elemen struktur kolom, balok, dan atap. 1.5.2. Beban Hidup 1.5.3. Kombinasi pembebanan Berdasarkan beban-beban tersebut di atas maka struktur baja harus mampu memikul semua kombinasi pembebanan di bawah ini: 1,4D 1,2D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) 1,2D + 1,6 (La atau H) + ( L L atau 0,8W) 1,2D + 1,3 W + L L + 0,5 (La atau H)

Keterangan: D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap. L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain.

La adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak. H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air. W adalah beban angin.

1.6. Pengecekan Parameter Struktur 1.6.1. Batas Kemampuan Layan Menurut SNI 03-1729-2002 tentang tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung, sistem struktur dan komponen struktur harus direncanakan untuk keadaan kemampuan-layan batas. Lendutan akibat beban dalam keadaan kemampuan-layan batas harus ditentukan berdasarkan metode analisis elastis pada Butir 7.4 dengan semua faktor amplifikasi diambil sama dengan satu. Lendutan harus memenuhi Butir 6.4.3;

1.6.2. Batas Kelangsingan Untuk batang-batang yang direncanakan terhadap tekan, angka perbandingan kelangsingan =Lk/r dibatasi sebesar 200. Untuk batangbatang yang direncanakan terhadap tarik, angka perbandingan kelangsingan L/r dibatasi sebesar 300 untuk batang sekunder dan 240 untuk batang primer.

1.7. Desain Struktur Setelah bangunan dimodelkan dan dianalisis hasil serta dilakukan pengecekan parameter struktur dan hasilnya memenuhi, selanjutnya dilakukan desain sambungan.

BAB 2 MODELISASI STRUKTUR

BAB 3 PERENCANAAN GORDING

Perhitungan

atap

dibagi

menjadi

beberapa

klasifikasi

perencanaan

yaituperencanaan gording, perencanaan kuda-kuda, dan perencanaan sambungan. Secara umum, material yang digunakan untuk penutup atap adalah baja dengan kualitas A-36. Kualitas material diseragamkan dalam penggunaan gording, kuda-kuda, dan sambungan.

3.1. Gambar Desain Rencana Gording

Gambar . Desain Kuda-Kuda

Desain kuda-kuda (seperti pada gambar di atas) yang akan direncanakan yaitu merupakan tipe Modified Fan (triple fans) yang pada umumnya memiliki bentang 44 60 ft atau sekitar 13 18 meter. Desain kuda-kuda ini dirancang sebagai rangka penutup pada bangunan hanggar pesawat pribadi yang memiliki dimensi 18 x 36 m, yang desain denahnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar . Desain Rencana Bangunan Hanggar Pesawat Pribadi

3.2. Spesifikasi Umum Perencanaan Baja Mutu Baja Modulus Elastisitas ( E ) Modulus Geser ( G ) Poisson Ratio ( ) Koefisien Pemuaian ( ) Tegangan Leleh ( y ) Tegangan Dasar ( ) Tegangan Putus ( fu ) Tegangan Geser ( ) : A-36 : 200 GPa : 79,3 GPa : 0,26 : 12 x 10-6/oC : 250 Mpa : 152 Mpa : 400 550 MPa : 92.8 Mpa

Gording Jenis Profil Acuan : Profil Kanal C 6 x 13 : AISC Steel Construction Manual,13th Edition Jarak Antar Gording : 1,64 m

H (web channal) bf (flange channal) t1 (web thickness) t2 (flange thickness) Section area (A) Mass per metre (W) Moment of inertia Radius of gyration Plastic modulus Elastic modulus Torsional constant Warping constant Ix rx Zx Sx J Cw

15,240 5,486 1,11 0,871 24,581 19,296 720,080 5,410 119,462 94,717 9,865 1930,773

cm cm cm cm cm2 kg/m cm4 cm cm3 cm3 cm4 cm6 Iy ry Zy Sy 43,704 1,331 22,123 10,455 cm4 cm cm3 cm3

Kuda-Kuda Jarak Antar Kuda-Kuda :4m

Atap Penutup Atap Berat Penutup Atap Kemiringan Atap : Atap Zincalcume Lysaght Spandek AZ-150 : 4,55 kg/m2 : 24o

3.3. Pembebanan Gording Beban Mati/Dead Load (DL) Berat Sendiri Gording Berat Penutup Atap 1,64m (Jarak Gording) x 4,55 kg/m2 Total Beban Mati Gording (qDL) = 7,462kg/m = 26,758kg/m =19,296kg/m

Beban Pekerja (La) Berat 2 Orang Pekerja = 200 kg

Beban Angin (W) P, Wind Pressure (Psf) = 0,00256 x v2 (V= wind speed in Mph) P = 0,00256 x ( 62,137)2 psf = 48,27kg/m2 = 0.02 0.4 = 0,02(24) - 0,4 = 0,08 Angin Tekan= koefisien angin tekan x tekanan tiup angin x jarak gording = 0,08 x 48,27 kg/m2 x1,64 m = 6,333 kg/m

Koefisien Angin Tekan

Koefisien Angin Hisap

= - 0,4 = -0,4 x 48,27 kg/m2 x 1,64 m = 31,665 kg/m

Angin Hisap= koefisien angin hisap x tekanan tiup angin x jarak gording

Beban Hujan (Ha) Berat hujan dihitung dengan rumus Berat hujan = (40 0.8) kg/m2 = 40 0,8 x 24 = 20,8 kg/m2 Beban Hujan (Ha) Berat Hujan x Jarak Gording = 20,8 x 1,64 = 34,112 kg/m

3.4. Mekanisme Pembebanan Gording Beban Mati/Dead Load (DL) qDL = 26,758 kg/m

Gambar 3. Skema Pembebanan akibat Dead Load (DL)

qx qy Mx My Vx Vy

= qDL x sin 24 = qDL x cos24 = 1/8 x qy x L2 = 1/8 x qx x L2 = 1/2 x qxx L = 1/2 x qyx L

= 26,758 kg/m x sin 24 = 26,758 kg/m x cos 24 = 1/8 x 24,44 x 42 = 1/8 x 10,88 x 42 = 1/2 x 10,88 x 4 = 1/2 x 24,44 x 4

= 10,88 kg/m = 24,44kg/m = 48,89 kg.m = 21,77 kg.m = 21,77 kg.m = 48,89 kg.m

Beban Pekerja (La) Pa = 200 kg

Gambar 4. Skema Pembebanan akibat Beban Pekerja (La)

Pax Pay

= Pa x sin 24 = Pa x cos 24

= 200 kg x sin 24 = 200 kg x cos 24 = 1/4 x 182,71 x 4 = 1/4 x 81,35 x 4 = 1/2 x 81,35 = 1/2 x 182,71

= 81,35kg/m = 182,71kg/m = 182,71kg.m = 81,35kg.m = 91,35kg.m = 40,67kg.m

Max = 1/4 x Pay x L May = 1/4 x Pax x L Vx Vy = 1/2 x Pax = 1/2 x Pay

Beban Angin (W) Karena beban angin bekerja tegak lurus sumbu x maka hanya ada Mx.

Gambar 5. Skema Pembebanan akibat Beban Angin (DL)

Angin Tekan (W = 6,33 kg/m) Mx Vy = 1/8 x qyx L2 = x qy x L = 1/8 x 6,33 x 42 = x 6,33 x 4 = 12,67kg.m = 12,66 kg

Angin Hisap tidak diperhitungkan karena mengurangi beban struktur.

Beban Hujan (H) H = 34,112 kg/m

Gambar 6. Skema Pembebanan akibat Beban Hujan (H)

qx qy Mx My Vx Vy

= qhujan x sin 24 = 34,112 kg/m x sin 24 = qhujan x cos 24 = 34,112 kg/m x cos 24 = 1/8 x qy x L2 = 1/8 x qx x L2 = 1/2 x qxx L = 1/2 x qyx L = 1/8 x 31,16 x 42 = 1/8 x 13,87 x 42 = 1/2 x 13,87 x 4 = 1/2 x 31,166 x 4

= 13,87kg/m = 31,16kg/m = 62,33kg.m = 27,75kg.m = 27,75kg.m = 62,33kg.m

3.5. Kombinasi Beban Berdasarkan hasil perhitungan momen lentur didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel . Hasil perhitungan momen akibat Pembebanan

Beban Beban mati (D) Beban pekerja (La) Beban angin (W) Beban hujan (H)

Mx 48,89 182,71 12,67 62,33

My 21,77 81,35 0 27,75

Tabel . Kombinasi Pembebanan

Kombinasi Momen 1.4D 1.2D + 1.6L + 0.5La 1.2D + 1.6L + 0.5H 1.2D + 1.6La + 0.8W 1.2D + 1.6H + 0.8W 1.2D + 1.3W + 0.5La 1.2D + 1.3W + 0.5H

Mux (kg.m) 68,44 150,02 89,83 351,00 158,39 150,02 89,83

Muy (kg.m) 30,47 66,79 39,99 166,41 80,65 83,26 56,46

Sehingga didapat nilai momen ultimate : Mux = 351,00 kg.m Muy = 166,41 kg.m Syarat: Mu .Mn (dimana = 0.9 dan Mn = Kuat lentur nominal penampang) Mux .Mnx 351,00 x 104 N.mm 0.9 x Mnx Mnx 390,00 x 104 N.mm Muy .Mny 166,41 x 104 N.mm 0.9 x Mny Mny 184,9 x 104 N.mm

Jika Mn = Mp, Mp = y.Z (y A-36 = 250 MPa) Mpx = y.Zx 390,00 x 104 N.mm = 250 N/mm2 . Zx Zx = 15.600 mm3 = 15,60 cm3 Mpy = y.Zy 312,63 x 104 N.mm = 250 N/mm2 . Zy Zy = 7.396 mm3 = 7,40 cm3 Zybeban< Zyprofil profil sesuai! Zxbeban< Zxprofil profil sesuai!

3.6. Perencanaan Profil untuk Gording Dari profil yang dipilih, dilakukan pengecekan apakah profil tersebut memiliki kategori compact, non-compact, ataupun slender. Pengecekan dilakukan baik pada sumbu kuat ataupun sumbu lemah. Berikut adalah tabel dari rasio kelangsingan (slenderness ratio) untuk jenis profil kanal C.
Tabel . Slenderness Ratio

Element Flange Web

Flange (sayap)

p (compact shape)

Web (badan)

p (compact shape)

Jika ditinjau dari sumbu kuatnya, profil yang dipilih termasuk profil compact.

Kontrol terhadap Lateral Torsional Buckling Lb = 4000 mm

karena Lp< Lb maka kondisi plastis tidak tercapai sehingga Mn akan mengalami reduksi.

( ) (

( )

) (
( )( )( )

( ) ((

) ) ( )

)(

( )

di mana: fL fr fL = fy fr = tegangan tekan residual = 70 Mpa = (25070) Mpa = 180 Mpa

sehingga : ( ) ( ) ( ) ( )

karena Lp< Lb< Lrinelastic lateral torsional buckling (zona II)

Perhitungan untuk Cb Berdasarkan SNI Baja Pasal 8.3.1, Cb dihitung dengan rumus

Dengan MA = momen sejarak seperempat bentang MB = momen di tengah bentang MC = momen sejarak tiga per empat bentang Nilai Cb tidak lebih dari 2,3

Untuk itu, diperlukan perhitungan MA, MB dan MC akibat kombinasi pembebanan 1.2D + 1.6La + 0.8W. Perhitungan nilai Cb akibat beban terbagi merata dan beban terpusat disajikan sebagai berikut

Gambar . Analisis nilai Cb akibat beban terbagi merata

Gambar 8. Analisis nilai Cb akibat beban terpusat

Sehingga, didapatkan nilai momennya Beban Mati (D) Momen terhadap sumbu x qy = 24,44 kg/m MA = MC = (3/32) x (24,44) x 42 = 36,67 kg.m MB= (1/8) x (24,44) x 42 = 48,887 kg.m Momen terhadap sumbu y qx = 10,88kg/m MA = MC = (3/32) x (10,88) x 42 = 16,33 kg.m MB= (1/8) x (10,88) x 42 = 21,77 kg.m

Beban Pekerja (La) Momen terhadap sumbu x Py= 182,71kg MA = MC = (1/8) x (182,71) x 4 = 91,35 kg.m MB= (1/4) x (182,71) x 4 = 182,71 kg.m Momen terhadap sumbu y Px = 81,35 kg MA = MC = (1/8) x (81,35) x 4 = 40,67kg.m MB= (1/4) x (81,35) x 4 = 81,35 kg.m

Beban Angin (W) Momen terhadap sumbu x qy = 6,33kg/m MA = MC = (3/32) x (6,33) x 42= 9,49 kg.m MB= (1/8) x (6,33) x 42 = 12,6 kg.m Momen terhadap sumbu y q=0 MA = MC = 0 kg.m MB= 0 kg.m

Sehingga, dengan kombinasi pembebanan yang ada didapat nilai MA, MB dan MC MAx = MCx = 1.2D + 1.6La + 0.8W = 1.2(36,67) + 1.6(91,35) + 0.8(9,49) = 197,77 kg.m

MAy = MCy

= 1.2D + 1.6La + 0.8W = 1.2(16,33) + 1.6(40,67) + 0.8(0) = 84,87 kg.m

Mmax x = MBx Mmax y = MBy

= 361,134 kg.m

= 156,27kg.m

Maka, dapat diperoleh nilai Cb

( ( ) ( ) (

) ) ( )

( ( ) ( ) (

) ) ( )

Dari nilai Cb, dapat dicari kuat nominal terhadap lenturnya, yaitu [ ( )( )]

[ =

)(

)]

Maka kuat nominal tereduksinya Mnx = 0.9 x Mny = 0.9 x sedangkan Mux = 3.510.012 N.mm Muy = 1.664.084 N.mm Karena Mnx > Mux dan Mny > Muy, maka profil ini kuat terhadap lateral torsional buckling. = 19.928.790N.mm = 5.563.493 N.mm

Kontrol akhir momen (yang disebabkan momen tidak simetris) 0,478< 1, maka profil ini aman!

Kontrol Terhadap Geser


Tabel 3. Hasil perhitungan gaya geser akibat Pembebanan

Beban Beban mati (D) Beban pekerja (La) Beban angin (W) Beban hujan (H)

Vx 10,88336 81,34733 0 13,8746

Vy 24,44444 182,7091 6,333024 31,16286

Kombinasi V 1.4D 1.2D + 1.6L + 0.5La 1.2D + 1.6L + 0.5H 1.2D + 1.6La + 0.8W 1.2D + 1.6H + 0.8W 1.2D + 1.3W + 0.5La 1.2D + 1.3W + 0.5H Maximum

Vux (kg) 30,47342 71,79735 39,99468 172,2873 80,65163 88,26321 56,46054 172,2873

Vuy (kg) 68,44442 79,00348 89,82951 133,8774 168,5206 95,46934 106,2954 168,5206

Lintang maksimum Vux = 172,2873 kg Vuy = 168,5206 kg Perhitungan ini didasarkan pada SNI baja Pasal 8.8.2 = = = 13,73

Karena Vnx

maa digunakan rumus kuat geser pada pasal 8.8.3 Vny = x 0.6 x fy x Af = 0.9 x 0.6 x 250 x 955,66 = 129014,1 N

= x 0.6 x fy x Aw = 0.9 x 0.6 x 250 x 1498,28 = 202267,8 N

Karena Vnx> Vux dan Vny> Vuy, profil yang digunakan aman terhadap kuat geser

Kontrol terhadap Lendutan Ijin Lendutan Izin

Sehingga Lendutan Izin ( )

Lendutan total

ijin (memenuhi)

BAB 4 PERENCANAAN KUDA-KUDA

4.1. Gambar Desain Rencana Kuda-Kuda Proses desain diawali dengan menentukan desain struktur dan material yang akan digunakan sebagai material kuda-kuda. Bentang kuda-kuda dan tinggi kuda-kuda disesuaikan dengan bentang melintang bangunan.

Gambar. Desain perencanaan kuda-kuda

4.2. Spesifikasi Profil Rangka Kuda-Kuda Sebagai struktur utama kuda-kuda digunakan profil baja siku ganda 2L 2x2x1/8 inch dan 2L 2x2x3/16 inch. Berikut spesifikasi dari profil yang dipilih secara mendetail beserta sambungan dan pelat penyambung,

Gambar. Profil kuda-kuda yang digunakan

Tabel . Data profil baja rangka kuda-kuda

Profil yang digunakan W Ag b d t Ix rx ry Fy x Fu Tebal Gusset Bolt D bolt D hole A bolt Spacing

Double-angle 2L 2 x 2 x 1/8 Double-angle 2L 2 x 2 x inch 3/16 inch 4,973 kg/m 7,293 kg/m 2 633,547 mm 929,03 mm2 50,8 mm 50,8 mm 50,8 mm 50,8 mm 3,175 mm 4,763 mm 4 157335,479 mm 225181,201 mm4 15,748 mm 15,545 mm 20,777 mm 21,107 mm 250 MPa 250 MPa 13,564 mm 14,249 mm 400-550 MPa 400-550 MPa 0,635 cm 0,635 cm Diasumsikan perkuatan 3 baut dalam 1 A307 baris 12,7 mm 12,7 mm 15,875 mm 15,875 mm 2 126,613 mm 126,613 mm2 40 mm 40 mm

4.3. Pembebanan Kuda-kuda Simulasi pembebanan dikelompokkan menjadi beban mati, beban hidup, beban hujan, dan beban angin. Beban mati pada atap dikelompokkan menjadi dua, yaitu beban mati atas dan beban mati bawah. Beban mati atas terdiri dari berat penutup atap (gording dan penutup atap). Beban mati bawah terdiri dari berat sendiri kuda-kudadan berat penggantung plafond (tidak menggunakan plafond.

Tabel 5. Spesifikasi penutup atap

Spesifikasi Jenis Penutup Atap Zincalcume Lysaght Spandek AZ-150 Berat Penutup Atap 4,55 kg/m2 Jarak Gording 1,64 m Berat Penggantung Langit-Langit 7 kg/m2 Jarak Antar Kuda-Kuda 4 m Kemiringan atap 24 Derajat

Beban Mati (DL) Beban Mati Atas Beban-beban mati yang berada di atas kuda-kuda akan ditransfer menjadi beban titik. Adapun distribusi beban mati atas ialah sebagai berikut:

Gambar 10. Distribusi pembebanan penutup atap dan gording

Tengah :
( )

Ujung :

Beban Mati Bawah Beban mati bawah terdiri dari berat kuda-kuda sendiri, berat penggantung plafond (tidak memakai langit-langit). Profil kuda-kuda yang dipakai adalah profil double-angle : 2L (2 x 2 x 1/8) inch dan 2L (2 x 2 x 3/16). Setiap batang kuda-kuda mempunyai panjang yang berbedabeda, maka diperlukan perhitungan khusus. Setiap titik kumpul menanggung beban setengah bagian rangka bagian kanan dan kirinya. Beban yang didistribusikan ke masing-masing titik merupakan berat dari batang di sekitarnya, berikut adalah contoh distribusinya:

Titik A merupakan pusat distribusi beban dari berat setengah batang 1 dan 9.

Titik B merupakan pusat distribusi beban dari berat setengah batang 1, 2, 9, 10, 28, dan berat penuh dari batang 21.

Titik C merupakan pusat distribusi beban dari berat setengah batang 2, 3, 10, 11, 28, 29, dan berat penuh dari batang 22.

Gambar . Rangka batang kuda-kuda

Berat dari masing-masing batang diperoleh dari berat batang per meter dikalikan dengan panjang batang sendiri. Adapun distribusi penggunaan profil baja terdapat pada gambar berikut ini.

Gambar . Pemilihan profil baja untuk rangka kuda-kuda

Batang atas Batang bawah Batang tegak Batang diagonal

: 2L 2x2x3/16 inch : 2L 2x2x1/8 inch : 2L 2x2x1/8 inch : 2L 2x2x3/16 inch

Adapun panjang dari masing-masing batang adalah sebagai berikut.


Tabel 6. Panjang Masing-Masing Batang

Batang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Panjang (m) 1,5 1,5 3 3 3 3 1,5 1,5 1,64 1,64 1,64 1,64 1,64 1,64 1,64 1,64 1,64 1,64 1,64

Batang 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

Panjang (m) 1,64 0,67 1,33 2,67 4 2,67 1,33 0,67 1,64 2,5 2,5 3,65 3,65 3,65 3,65 2,5 2,5 1,64

( Tengah :

) ( )

Ujung

( ( )

) ( )

Tabel . Beban Mati Bawah Tiap Titik

TITIK A B C D E F G H I

BERAT PLAFOND (kN) 0,21 0,42 0,63 0,84 0,84 0,84 0,63 0,42 0,21

BERAT KUDAKUDA (kN) 0,0971 0,2873 0,4486 0,6258 0,7339 0,6258 0,4486 0,2873 0,0971

TOTAL BEBAN BAWAH 0.31 0.71 1.08 1.47 1.57 1.47 1.08 0.71 0.31

Sehingga pembebanan struktur kuda-kuda akibat Dead Load menjadi seperti berikut ini:

Gambar . Skema pembebanan kuda-kuda akibat Dead Load (DL)

Beban Pekerja (La) Untuk beban pekerja digunakan berat 2 orang ditambah berat peralatan dengan total berat 200 kg. Pembebanan yang terjadi pada kuda-kuda akibat beban pekerja (La) ditampilkan sebagai berikut.

Gambar . Skema pembebanan kuda-kuda akibat Beban Pekerja (La)

Beban Angin (W) Beban angin terdiri dari 2 jenis, yaitu beban angin tekan (yang datang menuju atap) dan beban angin hisap (yang menjauhi atap dan bersifat menghisap/mengangkat atap).Tekanan tiup angin = 48,27 kg/m2 Angin Muka ( ( ) )

Angin Belakang

Setelah mengetahui besarnya beban angin untuk setiap luasan, maka apabila beban-beban tersebut ditransfer menuju rangka kuda-kuda, terdapat dua proyeksi beban anginnya, yaitu proyeksi vertikal dan proyeksi horizontal. Berikut perhitungannya. o Proyeksi Vertikal Beban Angin Angin Muka

Angin Belakang

Proyeksi Horizontal Beban Angin Angin Muka

Angin Belakang

Gambar . Skema pembebanan kuda-kuda akibat Beban Angin (W)

Beban Hujan (H) Beban hujan yang jatuh di atas atap akan membebani kuda-kuda yang penyaluran bebannya tergantung dari kemiringan atap. Berat hujan dihitung dengan rumus (40 0,8) kg/m2. Berikut penentuan beban atap akibat hujan. ( )

Tengah :
( )

Ujung :

Gambar . Skema pembebanan kuda-kuda akibat Beban Hujan (H)

4.4. Gaya Dalam Aksial Tiap Batang Berdasarkan pembebanan pada sub-bab sebelumnya, dapat digambarkan diagram gaya dalam aksial sehingga diperoleh nilai gaya-gaya dalam batang dan sifatnya (tarik-tekan). Berikut gambar maupun ringkasan gaya-gaya dalam tiap batang.

Akibat Dead Load (DL)

Gambar . Gaya dalam aksial kuda-kuda akibat Dead Load (DL)

Akibat Beban Pekerja (La)

Gambar . Gaya dalam aksial kuda-kuda akibat Beban Pekerja (La)

Akibat Beban Angin (W)

Gambar . Gaya dalam aksial kuda-kuda akibat Beban Angin (W)

Akibat Beban Hujan (H)

Gambar . Gaya dalam aksial kuda-kuda akibat Beban Hujan (H)

Tabel . Gaya dalam aksial batang akibat pembebanan Gaya Dalam Aksial Batang (kN) Lokasi Batang 1 2 Batang Bawah 3 4 5 6 7 8 Batang Atas (kanan) Batang Atas (Kiri) 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Batang Tegak 22 23 24 25 26 27 28 Batang Miring (Kiri) 29 30 31 32 Batang Miring (Kanan) 33 34 35 36 37 Panjang (m) 1,5 1,5 3 3 3 3 1,5 1,5 1,64 1,64 1,64 1,64 1,64 1,64 1,64 1,64 1,64 1,64 1,64 1,64 0,67 1,33 2,67 4 2,67 1,33 0,67 1,64 2,5 2,5 3,65 3,65 3,65 3,65 2,5 2,5 1,64 DL (Dead Load) 22.47 22.47 18.16 14.21 14.21 18.16 22.47 22.47 -24.59 -22.38 -22.38 -17.96 -17.96 -13.5 -13.5 -17.96 -17.96 -22.38 -22.38 -24.59 0.71 -1.08 -1.08 9.89 -1.08 -1.08 0.71 -2.21 3.82 -2.92 5.36 -4.56 -4.56 -1.08 -2.92 3.82 -2.21 La (Pekerja) 24.75 24.75 20.25 15.75 15.75 20.25 24.75 24.75 -27.09 -24.62 -24.62 -19.7 -19.7 -14.77 -14.77 -19.7 -19.7 -24.62 -24.62 -27.09 0 -2 -2 10 -2 -2 0 -2.46 3.75 -3.75 5.48 -5.48 -5.48 5.48 -3.75 3.75 -2.46 W (Angin) 0.72 0.72 0.07 -0.58 -2.47 -5.6 -8.73 -8.73 3.47 3.7 3.58 4.17 4.05 4.65 4.4 7.26 6.69 9.55 8.98 10.12 0 -0.29 -0.29 -2.76 1.39 1.39 0 -0.36 0.54 -0.54 0.79 -0.79 3.81 -3.81 2.61 -2.61 1.71 H (Hujan) 16.96 16.96 13.87 10.79 10.79 13.87 16.96 16.96 -18.55 -16.87 -16.87 -13.49 -13.49 -10.12 -10.12 -13.49 -13.49 -16.87 -16.87 -18.55 0 -1.37 -1.37 6.85 -1.37 -1.37 0 -1.69 2.57 -2.57 3.76 -3.76 -3.76 3.76 -2.57 2.57 -1.69

Tabel . Gaya dalam aksial batang setelah dilakukan kombinasi pembebanan


Panjang (m) 1,4 D 1 2 Batang Bawah 3 4 5 6 7 8 9 Batang Atas (Kiri) 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Batang Tegak 23 24 25 26 27 28 Batang Miring 29 (Kiri) 30 31 32 33 Batang Miring (Kanan) 34 35 36 37 1.5 1.5 3 3 3 3 1.5 1.5 1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 0.67 1.33 2.67 4 2.67 1.33 0.67 1.64 2.5 2.5 3.65 3.65 3.65 3.65 2.5 2.5 1.64 31.458 31.458 25.424 19.894 19.894 25.424 31.458 31.458 -34.426 -31.332 -31.332 -25.144 -25.144 -18.9 -18.9 -25.144 -25.144 -31.332 -31.332 -34.426 0.994 -1.512 -1.512 13.846 -1.512 -1.512 0.994 -3.094 5.348 -4.088 7.504 -6.384 -6.384 -1.512 -4.088 5.348 -3.094 1,2 D+1,6L+ 1,2 D+1,6L+ 0,5La 39.339 39.339 31.917 24.927 24.927 31.917 39.339 39.339 -43.053 -39.166 -39.166 -31.402 -31.402 -23.585 -23.585 -31.402 -31.402 -39.166 -39.166 -43.053 0.852 -2.296 -2.296 16.868 -2.296 -2.296 0.852 -3.882 6.459 -5.379 9.172 -8.212 -8.212 1.444 -5.379 6.459 -3.882 0,5Ha 27.464 27.464 22.292 17.552 17.552 22.292 27.464 27.464 -29.008 -26.356 -26.356 -21.052 -21.052 -15.7 -15.7 -21.052 -21.052 -26.356 -26.356 -29.008 1.352 -0.796 -0.796 12.368 -0.796 -0.796 1.352 -2.152 5.084 -3.004 6.932 -4.972 -4.972 -0.796 -3.004 5.084 -2.152 Kombinasi Pembebanan 1,2D+1,6La+ 0,8W 67.14 67.14 54.248 41.788 40.276 49.712 59.58 59.58 -70.076 -63.288 -63.384 -49.736 -49.832 -36.112 -36.312 -47.264 -47.72 -58.608 -59.064 -64.756 0.852 -4.728 -4.728 25.66 -3.384 -3.384 0.852 -6.876 11.016 -9.936 15.832 -14.872 -11.192 4.424 -7.416 8.496 -5.22 1,2D+1,6H+ 0,8W 54.676 54.676 44.04 33.852 32.34 39.504 47.116 47.116 -56.412 -50.888 -50.984 -39.8 -39.896 -28.672 -28.872 -37.328 -37.784 -46.208 -46.664 -51.092 0.852 -3.72 -3.72 20.62 -2.376 -2.376 0.852 -5.644 9.128 -8.048 13.08 -12.12 -8.44 1.672 -5.528 6.608 -3.988 1,2D+1,3W+ 0,5La 40.275 40.275 32.008 24.173 21.716 24.637 27.99 27.99 -38.542 -34.356 -34.512 -25.981 -26.137 -17.54 -17.865 -21.964 -22.705 -26.751 -27.492 -29.897 0.852 -2.673 -2.673 13.28 -0.489 -0.489 0.852 -4.35 7.161 -6.081 10.199 -9.239 -3.259 -3.509 -1.986 3.066 -1.659 1,2D+1,3W+ 0,5H 36.38 36.38 28.818 21.693 19.236 21.447 24.095 24.095 -34.272 -30.481 -30.637 -22.876 -23.032 -15.215 -15.54 -18.859 -19.6 -22.876 -23.617 -25.627 0.852 -2.358 -2.358 11.705 -0.174 -0.174 0.852 -3.965 6.571 -5.491 9.339 -8.379 -2.399 -4.369 -1.396 2.476 -1.274

Lokasi

Batang

Batang Atas (kanan)

4.5. Pemeriksaan Batang Pemeriksaan batang dilakukan terhadap beban terbesar pada batang-batang bawah, atas, tegak dan melintang, dari tabel kita dapatkan beban terbesar : Batang Bawah Batang Atas Batang Tegak Batang Diagonal = 67,14 kN (tarik)

= 70,076 kN (tekan) = 25,66 kN (tarik)

= 15,832 kN (tarik)

1. Batang Bawah (Cek terhadap Tarik) a. Cek kekakuan batang tarik Pada batang bawah, panjang batang terbesar (L) adalah = 3000 mm. Syarat kekakuan batang tarik adalah < 240 (untuk batang primer)

jadi batang memenuhi persyaratan kekakuan.

b.

Yielding Strength Yielding Strength yang dihitung merupakan kekuatan dari profil dua siku.
( ( kN ) )

c. Fracture Strength
( ( ) ) ( )

( (

) )

d. Block Shear Strength Jenis Kegagalan Block Shear dapat terjadi pada member yang memiliki ketebalan kurang dari member lain pada sambungan. Jika disambung menggunakan gusset plate, maka perlu dilakukan pengecekan ketebalan. Karena 2 tmember

tgusset

plate,

maka

diasumsikan block shear akan terjadi pada gusset plate.

maka yang terjadi adalah shear fracture, tension yield


[ [ ] ( )]

upper limit
[ [ kN ] ( )]

jadi block shear strength = 110,826 kN

Karena

batang dapat menahan

beban aksial ultimate.

2.

Batang Atas (Cek terhadap Tekan) a. Cek kekakuan batang tekan Pada batang atas, panjang batang terbesar (L) adalah = 1640 mm Syarat kekakuan batang tekan adalah < 240
( )

b.

Mencari nilai c

Karena 0.25 <c < 1.2 , maka:


(

c.

Mencari fcr

e.

Design Strength
[ ] [ ]

Karena,

yaitu

atang dapat

menahan beban aksial ultimate.

3.

Batang Vertikal (Cek terhadap Tarik) a. Cek kekakuan batang tarik Pada batang vertikal, panjang batang terbesar (L) adalah = 4000 mm. Syarat kekakuan batang tarik adalah < 240 (untuk batang primer)

Batang tidak memenuhi persyaratan, oleh karena itu pada sumbu x diberikan lateral support pada jarak 2 m, sehingga menjadi

Batang memenuhi persyaratan.

b.

Yielding Strength Yielding Strength yang dihitung merupakan kekuatan dari profil dua siku.
( ( kN ) )

c.

Fracture Strength
( ( ) ) ( )

( (

) )

d.

Block Shear Strength Jenis Kegagalan Block Shear dapat terjadi pada member yang memiliki ketebalan kurang dari member lain pada sambungan. Jika disambung menggunakan gusset plate, maka perlu dilakukan pengecekan ketebalan. Karena 2 tmember

tgusset

plate,

maka

diasumsikan block shear akan terjadi pada gusset plate.

( ( )

maka yang terjadi adalah shear fracture, tension yield


[ [ ] ( )]

upper limit
[ [ kN ] ( )]

jadi block shear strength = 110,826 kN

Karena

batang dapat menahan

beban aksial ultimate.

4.

Batang Diagonal (Cek terhadap Tarik) a. Cek kekakuan batang tarik Pada batang diagonal, panjang batang terbesar (L) adalah = 3650 mm. Syarat kekakuan batang tarik adalah < 240 (untuk batang primer)

jadi batang memenuhi persyaratan kekakuan.

b.

Yielding Strength Yielding Strength yang dihitung merupakan kekuatan dari profil dua siku.
( )

( kN

c.

Fracture Strength
( ( ) ) ( )

( (

) )

d.

Block Shear Strength Jenis Kegagalan Block Shear dapat terjadi pada member yang memiliki ketebalan kurang dari member lain pada sambungan. Jika disambung menggunakan gusset plate, maka perlu dilakukan pengecekan ketebalan. Karena 2 tmember tgusset
plate,

maka

diasumsikan block shear akan terjadi pada gusset plate.

maka yang terjadi adalah shear fracture, tension yield


[ [ ] ( )]

upper limit
[ [ kN ] ( )]

jadi block shear strength = 110,826 kN

Karena

batang

dapat

menahan beban aksial ultimate.

4.6. Pemeriksaan Baut Baut diasumsikan diperbolehkan untuk terjadi slip dan sama pada setiap batang, sehingga pemeriksaan baut menggunakan batang dengan beban terbesar sebesar 67,14 kN. Baut diasumsikan bermutu A-307 dan banyaknya baut adalah 3 baut dalam 1 baris. Pemeriksaan baut : 1. Shear Strength Single Shear Strength
( ( ) )

Double Shear Strength


( ( ) )

2.

Bearing Strength Profil 2x2x1/8 Member (1 siku) tmember = 0.64 cm Ujung member
( ( ) )

( ( (

( ) )

56,739 kN

Tengah member

( ( (

( ) )

62,043 kN

Total Bearing Strength

(dua siku)

Profil 2x2x3/16 Member (1 siku) tmember = 0.64 cm Ujung member


( ( ) )

( ( (

( ) )

85,118 kN

Tengah member

( ( (

( ) )

93,075 kN

Total Bearing Strength

(dua siku)

3.

Bearing Strength gusset plate Member (1 siku) tmember = 0,64 cm Ujung gusset
( ( ) )

( ( (

( ) )

56,739 kN

Tengah member

( ( (

( ) )

62,043 kN

Total Bearing Strength

Jadi, kekuatan sambungan dari struktur kuda-kuda adalah sebesar 96,118 kN, sementara gaya batang tarik terbesar pada struktur adalah sebesar 67,14 kN. Karena itu, profil baut cukup kuat untuk dijadikan sambungan dari struktur kuda-kuda.

4.7. Pemeriksaan Lendutan Besar lendutan di tengah bentang kuda-kuda dicari dengan metode virtual work yaitu: (Hibbler, Structural Analysis, p.303) dimana : 1 = = N = n = L = A = E = beban 1 satuan (virtual) yang diletakkan pada titik yang akan dicari besar lendutannya (kg) besar lendutan yang terjadi pada suatu titik (m) gaya dalam batang akibat gaya luar (kg) gaya dalam batang akibat beban 1 satuan (kg) panjang batang (m) luas permukaan profil batang (cm2) modulus elastic profil batang (kg/cm2)

Gaya dalam batang akibat gaya luar yang digunakan adalah gaya dalam yang diambil dari penjumlahan beban mati dan beban hidup, karena 2 beban tersebut diasumsikan yang paling memberikan beban terbesar dan beban yang selalu ada. Sedangkan gaya dalam akibat gaya 1 satuan diletakkan pada tengah bentang bawah kuda-kuda. Untuk mempermudah perhitungan, digunakan tabulasi dari nilai-nilai diatas sehingga diperoleh total dari masingmasing nilai. Berikut adalah perhitungan dari lendutan,

Gambar . Gaya dalam akibat beban 1 satuan pada tengah bentang

Tabel . Pemeriksaan Lendutan

Batang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

N (kN) 78.64 78.64 63.41 49.99 49.99 63.41 78.64 78.64 -86.06 -78.59 -78.59 -62.89 -62.76 -48.07 -48.07 -62.76 -62.89 -78.59 -78.59 -86.06 2.98 -3.08 -3.02 35.97 -3.02 -3.08 2.98

n (kN) 1.13 1.13 1.13 1.13 1.13 1.13 1.13 1.13 -1.23 -1.23 -1.23 -1.23 -1.23 -1.23 -1.23 -1.23 -1.23 -1.23 -1.23 -1.23 0 0 0 0 0 0 0

L 1.5 1.5 3 3 3 3 1.5 1.5 1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 0.67 1.33 2.67 4 2.67 1.33 0.67

NxnxL 133.2948 133.2948 214.9599 169.4661 169.4661 214.9599 133.2948 133.2948 173.600232 158.531748 158.531748 126.861708 126.599472 96.966804 96.966804 126.599472 126.861708 158.531748 158.531748 173.600232 0 0 0 0 0 0 0

A x E (kN) 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8 1406448.8

(N x n x L)/(A x E) 0.095 0.095 0.153 0.120 0.120 0.153 0.095 0.095 0.123 0.113 0.113 0.090 0.090 0.069 0.0689 0.090 0.090 0.113 0.113 0.123 0 0 0 0 0 0 0

28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

-7.46 14.02 -9.89 17.93 -14.76 -14.76 17.93 -9.89 14.02 -7.46

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1.64 2.5 2.5 3.65 3.65 3.65 3.65 2.5 2.5 1.64

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1406448.8 1406448.8 20320 20320 3810 1265343534 18287963.42 5994.4 32774128 10312.4

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Maka, defleksinya adalah : = Menurut SNI 03-1729-2002, lendutan ijin untuk balok biasa adalah L/240, dengan nilai L adalah panjang bentang terbesar rangka batang yaitu 18 m.

ijin =

Karena < ijin, maka lendutan yang terjadi pada rangka batang memenuhi persyaratan.

BAB 5 PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA (KOLOM DAN BALOK)

5.1. Perencanaan Kolom Berdasarkan perhitungan reaksi perletakan pada kuda-kuda, didapatkan nilai gaya aksial ultimate dan gaya geser ultimate sebagai berikut: Pu = -33,51 kN = -3351 kg Vu = 3,20 kN = 320 kg

5.1.1. Properti Kolom Rencana Direncanakan Hanggar Pesawat ini dibangun dengan menggunakan kolom baja dengan profil WF 150 x 150 x 7 x 10

WF 150 x 150 x 7 x 10 d 150 mm bf 150 mm tw 7 mm tf 10 mm r 11 mm H2 108 mm A 40,1 cm2 w 31,51 kg/m Ix 1640 cm4 Iy 563 cm4 rx 6,39 cm ry 3,75 cm Sx 219 cm3 Sy 75 cm3 Zx 240 cm3 Zy 114 cm3 bf/2tf 7,5 h/tw 15,43

Mutu Baja = A36 Fu = 450 MPa Fy = 240 Mpa Fr = 70 Mpa

5.1.2. Kontrol Kelangsingan Penampang Kolom Untuk melakukan kontrol terhadap kekuatan kolom, terlebih dahulu dilakukan pengontrolan terhadap elemen dari profil WF yang terjadi pada flange dan web untuk menentukan apakah penampang kompak atau tidak. Pada Flange

OKE!

Pada Web

OKE!

5.1.3. Kontrol Terhadap Tekuk Kontrol tekuk dilakukan untuk melihat apakah gaya aksial ultimate yang berasal dari kuda-kuda dapat menyebabkan tekuk pada kolom rencana atau tidak. Adapun pengontrolan terhadap tekuk dilakukan pada dua sumbu, yaitu sumbu kuat (sumbu-x) dan sumbu lemah (sumbu-y) pada penampang kolom ini. Sumbu Kuat (Sumbu-x) (K diasumsikan 1,0 untuk perletakan sendi-sendi)

Untuk

> 1,2 digunakan rumus

= 1,25

<1

OKE!

Sumbu Lemah (Sumbu-y) (K diasumsikan 1,0 untuk perletakan sendi-sendi)

Karena rasio kelangsingan >200, maka diharuskan adanya lateral support pada kolom, sehingga desain rencana kolomnya yaitu dengan bentang bersih 5 m, sehingga menjadi

Untuk

> 1,2 digunakan rumus

= 1,25

<1

OKE!

5.1.4. Kontrol Terhadap Kuat Geser Kontrol terhadap kuat geser dilakukan untuk melihat apakah profil mengalami keruntuhan akibat gaya geser atau tidak. Adapun perhitungannya direncanakan sebagai berikut.

Penampang berada pada zona 1

Vn

= 0,6 Fy Aw = 0,6 x 250 x (108 x 7) = 113,4 kN

Vu < Vn 3,20 < 0,9 x 113,4 3,2 kN < 102,06 kN OKE!

5.2. Perencanaan Balok (Ringbalk) Ringbalk berfungsi sebagai balok pengikat kolom pada sistem portal, sehingga beban yang dipikul hanya beban geser dari perletakan pada ujung kolom (menjadi beban aksial pada balok).

5.2.1. Properti Ringbalk Rencana Ringbalk yang digunakan pada struktur ini menggunakan baja profil WF 100 x 100 x 6 x 8

WF 100 x 100 x 6 x 8 d bf tw tf r H2 A w Ix Iy rx ry Sx Sy Zx Zy bf/2tf h/tw 100 100 6 8 10 64 21,9 17,19 383 134 4,18 2,47 77 27 84 41 6,25 10,67 mm mm mm mm mm mm cm2 kg/m cm4 cm4 cm cm cm3 cm3 cm3 cm3

Mutu Baja = A36 Fu = 450 MPa Fy = 240 Mpa Fr = 70 Mpa

5.2.2. Kontrol Kelangsingan Penampang Ringbalk Untuk melakukan kontrol terhadap kekuatan ringbalk, terlebih dahulu dilakukan pengontrolan terhadap elemen dari profil WF yang terjadi pada flange dan web untuk menentukan apakah penampang kompak atau tidak.

Pada Flange

OKE!

Pada Web

OKE!

5.2.3. Kontrol Terhadap Tekuk Kontrol tekuk dilakukan untuk melihat apakah gaya aksial ultimate dapat menyebabkan tekuk pada ringbalk rencana atau tidak. Adapun pengontrolan terhadap tekuk dilakukan pada sumbu kuat (sumbu-x) saja. Sumbu Kuat (Sumbu-x) (K diasumsikan 1,0 untuk perletakan sendi-sendi)

Untuk

> 1,2 digunakan rumus

= 1,25

<1

OKE!

5.2.4. Kontrol Terhadap Geser


Penampang berada pada zona 1

Vn = 0,6 Fy Aw = 0,6 x 250 x (84 x 6) = 75,6 kN

Vu < Vn 33,166 kN < 0,9 x 75,6 33,166 kN < 68,04 kN OKE!

5.2.5. Kontrol Terhadap Lendutan Kontrol terhadap lendutan dilakukan untuk melihat apakah lendutan yang terjadi pada balok melebihi lendutan izin atau tidak. izin =
= Mmax = mm = 0,748 mm OKE!

= 11,111 mm < izin = 0,748 mm

BAB 6 PERENCANAAN PONDASI SAMBUNGAN

Anda mungkin juga menyukai