Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS KINERJA PELABUHAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN

DANAU MATANO KABUPATEN LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI


SELATAN

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh :

A.ALFIAN SAPUTRA
D031 18 1028

DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia disebut sebagai negara maritim, karena memiliki wilayah

perairan lebih luas daripada daratan yang terdiri atas 17.508 pulau. Indonesia

merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Kondisi tersebut membuat pulau-

pulau di Indonesia dihubungkan oleh lautan. Konsekuensinya, perlu adanya

fasilitas yang dapat membuat lautan sebagai penghubung antarpulau. Dengan luas

perairan mencapai 2/3 bagian dari total wilayah, maka peran transportasi laut

menjadi sangat penting. Transportasi laut dibutuhkan unutk kegiatan ekonomi,

penjaga logistik nasional, dan sebagai pertahanan negara.. Mengingat pentingnya

transportasi laut dan penyeberangan, penyedia sarana dan prasarana transportasi

laut dan penyeberangan harus dapat mengatasi kebutuhan transportasi laut dan

penyeberangan secara efektif dan efisien.

Tak hanya lautan yang membutuhkan jasa transportasi laut namun perairan

seperti Danau juga membutuhkan jasa angkutan penyebrangan untuk menunjang

perekonomian dan juga menunjang mobilitas manusia untuk menyebrangi sebuah

danau. Sedangakan Danau yang membutuhkan sebuah jasa angkutan

penyebrangan yakni Danau Matano. Danau Matano terletak dikaki perbukitan

veerbek pada ketinggian 382m dari permukaan laut. Bagi masyarakat yang

bermukiman disekelilingnya, danau ini adalah sumber penghidupan.Danau

Matano sendiri merupakan salah satu Danau yang terluas yakni luasnya mencapai

164 km2. Dengan panjang sekitar 31 km dan lebar 6,5 km. Sedangkan
kedalamannya mencapai 590km. (Kottelat, 1989a-b; 1990 dalam Renny dkk.

2002).

Danau Matano juga menjadi salah satu jalur yang menjadi akses

penghubung antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah

melalui Pelabuhan Sorowako dan Pelabuhan Nuha. Sebagai daerah yang kerap

dikunjungi oleh wisatawan serta masyarakat yang akan menuju Sulawesi Tengah

ataupun sebaliknya maka Danau Matano membutuhkan angkutan penyeberangan

yang dapat mengangkut penumpang serta barang dalam jumlah besar.Dalam

memenuhi kebutuhan sarana yang baik untuk menunjang mobilitas masyarakat

maka dibutuhkan prasarana yang memberikan rasa aman dan nyaman kepada

masyarakat yang ingin atau akan melakukan penyebrangan. Didanau Matano

untuk melakukan penyebrangan dari Sorowako menuju Nuha maka akan melalui

Pelabuhan Sorowako.

Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 mengenai Pelayaran,

pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan atau perairan dengan batas-

batas tertentu sebagai tempat berkegiatan pemerintah dan perusahaan. Secara

fisik, pelabuhan dipergunakan sebagai tempat kapal berlabuh, naik turun

penumpang dan atau bongkar muat barang. Dengan demikian, pelabuhan pada

umumnya berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi fasilitas

keselamatan dan keamanan pelayaran serta kegiatan penunjang pelabuhan lain.

Pelabuhan Sorowako sendiri memiliki luas perairan dan daratannya ialah 3Ha

sedangkan panjang dermaganya 120m dan lebar dermaganya 50m. Fasilitas –


fasilitas yang ada di Pelabuhan Sorowako diantaranya yaitu dermaga pelabuhan,

alur pelayaran, jalan komplek, drainase dan lahan.

Sebagai salah satu prasarana transportasi, pelabuhan memiliki peran

strategis untuk mendukung sistem transportasi karena menjadi titik simpul

hubungan antar daerah/negara. Selain itu, pelabuhan menjadi tempat perpindahan

intra- dan antarmoda transportasi (Oblak dkk., 2013: 84). Dengan demikian,

pelabuhan memiliki fungsi sosial dan ekonomi. Secara ekonomi, pelabuhan

berfungsi sebagai salah satu penggerak roda perekonomian karena menjadi

fasilitas yang memudahkan distribusi hasil-hasil produksi. Secara sosial,

pelabuhan menjadi fasilitas publik tempat berlangsungnya interaksi

antarpengguna (masyarakat), termasuk interaksi yang terjadi karena adanya

aktivitas perekonomian (Berkoz & Tekba, 1999: 11; Derakhshan, 2005: 66).

Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk

melakukan kajian dengan judul :

“Analisis Kinerja Pelabuhan Angkutan Penyeberangan Danau Matano

Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ditulis, maka rumusan masalah yang

dapat ditarik adalah sebaga berikut :

1. Bagaimana kinerja prasarana angkutan penyeberangan Danau Matano ?

2. Bagaimana persepsi kepuasan pengguna jasa terhadap prasarana angkutan

penyeberangan Danau Matano ?


1.3. Batasan Masalah

Dikarenakan objek yang akan dikaji sangatlah luas, maka penulis

memberikan batasan pada ragam objek tertentu untuk menghindari penelitian

yang terlalu luas. Adapun Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Studi ini hanya mengamati satu prasarana pelabuhan, dalam hal ini adalah

Prasarana Pelabuhan Sorowako

2. Responden yang dipilih adalah pengguna jasa angkutan penyeberangan

yang mealui Pelabuhan Sorowako

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah diatas adalah

sebagai berikut :

1. Menganalisis kinerja prasarana angkutan penyeberangan yang ada di

Danau Matano

2. Mengetahui tingkat kepuasan pengguna jasa terhadap prasarana angkutan

penyeberangan yang ada di Danau Matano

1.5. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi mahasiswa, masyarakat, ataupun kalangan pendidik dan lembaga.

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam

pengembangan ilmu penngetahuan


b. Diharapkan dapat menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya

khususnya dalam bidang kinerja prasarana angkutan penyeberangan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pihak Pengelola Pelabuhan Sorowako

Dapat memberikan gambaran dan informasi yang berguna serta

sebagai alat evaluasi bagi pihak pengelola prasarana angkutan

penyeberangan untuk memperbaiki dan mempertahankan indicator

kualitas prasarana angkutan penyeberangan sehingga dapat

memberikan dampak yang baik terhadap penggunanya.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah

wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti, yaitu kinerja prasarana angkutan penyeberangan.

1.6. Sistematika Penulisan

Penyajian materi dijabarkan ke dalam sistematika penulisan yang secara

garis besar penulisan skripsi sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang penulisan, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang teori-teori yang berhubungan dan dapat

menyelesaikan masalah penelitian.


BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang lokasi penelitian, waktu penelitian, jenis

penelitian, jenis data, dan metode pengolahan data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan penyajian data – data yang telah diperoleh, proses

pengetahuan dan hasil pengolahan data.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran –

saran untuk pihak – pihak yang terkait tentang penelitian ini dan

untuk peneliti selanjutnya.


BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pelabuhan Penyebrangan

Indonesia disebut sebagai negara maritim, karena memiliki wilayah

perairan lebih luas daripada daratan yang terdiri atas 17.508 pulau. Indonesia

merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Kondisi tersebut membuat pulau-

pulau di Indonesia dihubungkan oleh lautan. Konsekuensinya, perlu adanya

fasilitas yang dapat membuat lautan sebagai penghubung antarpulau. Dengan luas

perairan mencapai 2/3 bagian dari total wilayah, maka peran transportasi laut

menjadi sangat penting. Transportasi laut dibutuhkan unutk kegiatan ekonomi,

penjaga logistik nasional, dan sebagai pertahanan negara.. Mengingat pentingnya

transportasi laut dan penyeberangan, penyedia sarana dan prasarana transportasi

laut dan penyeberangan harus dapat mengatasi kebutuhan transportasi laut dan

penyeberangan secara efektif dan efisien.

Secara konseptual, pelabuhan memiliki tiga fungsi strategis. Pertama,

sebagai link atau mata rantai. Maksudnya, pelabuhan merupakan salah satu mata

rantai proses transportasi dari tempat asal barang/orang ke tempat tujuan. Kedua,

sebagai interface (titik temu), yaitu pelabuhan sebagai tempat pertemuan dua

moda transportasi, misalnya transportasi laut dan transportasi darat. Ketiga,

sebagai gateway (pintu gerbang), yaitu pelabuhan sebagai pintu gerbang suatu

daerah/ negara. Dalam kaitan dengan fungsinya sebagai gateway, tidak terlalu

mengherankan jika setiap kapal yang berkunjung ke suatu daerah/negara maka


kapal itu wajib mematuhi peraturan dan prosedur yang berlaku di daerah/negara

tempat pelabuhan tersebut berada (Wijoyo, 2012: 15–6).

Sub sistem angkutan penyeberangan dibedakan menjadi dua hal pokok,

yaitu sarana dan prasarana yang saling berhubungan satu sama lain (Soedjono

Kramadibrata., 2002). Yang dimaksud sarana adalah kapal-kapal penyeberangan

yang menjadi moda transportasi sedangkan prasarana adalah Pelabuhan yang

menjadi tempat berlabuhnya kapal.

2.2. Pengertian Pelabuhan

Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 mengenai Pelayaran,

pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan atau perairan dengan batas-

batas tertentu sebagai tempat berkegiatan pemerintah dan perusahaan. Secara

fisik, pelabuhan dipergunakan sebagai tempat kapal berlabuh, naik turun

penumpang dan atau bongkar muat barang. Dengan demikian, pelabuhan pada

umumnya berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi fasilitas

keselamatan dan keamanan pelayaran serta kegiatan penunjang pelabuhan lain.

Sebagai salah satu prasarana transportasi, pelabuhan memiliki peran

strategis untuk mendukung sistem transportasi karena menjadi titik simpul

hubungan antar daerah/negara. Selain itu, pelabuhan menjadi tempat perpindahan

intra- dan antarmoda transportasi (Oblak dkk., 2013: 84). Dengan demikian,

pelabuhan memiliki fungsi sosial dan ekonomi. Secara ekonomi, pelabuhan

berfungsi sebagai salah satu penggerak roda perekonomian karena menjadi

fasilitas yang memudahkan distribusi hasil-hasil produksi. Secara sosial,

pelabuhan menjadi fasilitas publik tempat berlangsungnya interaksi


antarpengguna (masyarakat), termasuk interaksi yang terjadi karena adanya

aktivitas perekonomian (Berkoz & Tekba, 1999: 11; Derakhshan, 2005: 66).

Selain berfungsi secara sosial dan ekonomi, pelabuhan juga penting dari

sisi politis (Indrayanto, 2005: 3). Artinya, dengan peran strategisnya sebagai pusat

interaksi yang mempunyai nilai ekonomi dan urat nadi dinamika sosial- budaya

suatu bangsa, pelabuhan mempunyai nilai politis yang sangat strategis untuk

dijaga dan dipertahankan eksistensi dan kedaulatannya. Aturan-aturan

pengelolaan pelabuhan yang berdaulat, transparan, aman, dan tidak diskriminatif

terhadap perusahaan asing serta dilakukan secara efektif dan efisien akan

meningkatkan sisi politis yang positif bagi suatu negara tempat pelabuhan itu

berada.

2.3. Kualitas Pelayanan

Crosby dalam tulisannya mengatakan bahwa kualitas (quality) atau mutu

merupakan kesesuaian terhadap setiap persyaratan. Persyaratan-persyaratan perlu

dispessifikasikan dengan jelas sehingga semua orang tahu apa yang

diharapkannya. Kualitas mempunyai dampak langsung pada kinerja produk atau

jasa, oleh karena itu kualitas berhubungan erat dengan nilai dan kepuasan

pelanggan. Jadi kualitas bisa didefinisikan sebagai bebas dari kerusakan, tetapi

sebagian besar perusahaan yang berpusat pada pelanggan mendefinisikan kualitas

berdasarkan penciptaan nilai dan kepuasan pelanggan. (Prihantoro dalam

Muhammad et al., 2019)


Pelayanan yang baik adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan

pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan standar

yang telah ditetapkan. Yang dikatakan kemampuan di dalamnya dapat dilihat dari

sumber daya manusia dan sarana serta prasarana yang dimiliki. Jadi dapat

disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah setiap hal yang dapat menimbulkan

kepuasan sepenuhnya pada setiap penumpang yang menggunakan jasa

penyeberangan sesuai dengan harapan dan kebutuhan yang diinginkan oleh

seorang penumpang. (Muhammad et al., 2019)

2.4. Standar Pelayanan Angkutan Penyeberangan

Standardisasi dari pelayanan angkutan penyeberangan ditentukan oleh

poin-poin yang telah disebutkan dalam peraturan Mentri Perhubungan Republik

Indonesia Nomor PM 62 Tahun 2019 tentang Standar Minimal Pelayanan

Angkutan Penyeberangan

Tabel.2.1 Standar pelayanan minimal Angkutan penyeberangan

NO JENIS PELAYANAN TOLAK UKUR


I KESELAMATAN
1. SPM PELAYANAN PENUMPANG
a. Informasi keselamatan Harus tersedia informasi fasilitas keselamatan dan
dan kesehatan kesehatan yang mudah dilihat dan dibaca oleh penumpang
b. Fasilitas keselamatan Ketersediaan alat keselamatan yang mudah terlihat dan
terjangkau antara lain:
a. Alat pemadam kebakaran
b. Sprinkler dan alarm pendeteksi asap
c. Life jacket
d. Life buoy
e. Life raft
f. Sekoci
g. Petunjuk jalur evakuasi
h. Titik kumpul evakuasi
c. Fasilitas Kesehatan Fasilitas Kesehatan antara
lain :
a. Ruang medis (tersedia tempat tidur, tandu, kursi roda,
obat-obatan, tabung oksigen)
b. Perlengkapan P3K (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan)
2. SPM PEMUATAN KENDARAAN
a. Informasi dan Tersedia dan mudah dibaca dan dilihat
Himbauan
b. Fasilitas keselamatan Tersedia, mudah dijangkau dan berfungsi
pemuatan kendaraan
II KEAMANAN
1. SPM PELAYANAN PENUMPANG
a. Fasilitas keamanan Tersedia CCTV meliputi :
1) Ruang penumpang; dan
2) Fasilitas vital lainnya
b. Petugas keamanan Harus tersedia
c. Informasi gangguan Harus tersedia dan mudah untuk diakses
keamanan
2. SPM PEMUATAN KENDARAAN
a. Fasilitas keamanan Tersedia dan berfungsi dengan baik
b. Lampu penerangan Intensitas cahaya sebesar 200-300 lux
c. Lantai geladak a. Dapat dilihat dengan jelas
b. Jarak antara salah satu sisi kendaraan sekurang-
kurangnya 60 cm
c. Jarak antara muka dan belakang masing-masing
kendaraan adalah 30 cm
d. Untuk kendaraan yang sisi sampingnya bersebelahan
dengan dinding kapal, berjarak 60 cm dihitung dari
lapisan dinding dalam atau sisi luargading-gading
(frame)
3. SPM OPERASIONAL KAPAL
Fasilitas Keamanan pada Tersedia CCTV pada Ruang Mesin
ruang mesin
III KENYAMANAN
1. SPM PELAYANAN PENUMPANG
a. Ruang penumpang a. Tinggi ruangan paling rencang 1.90 m
ekonomi reguler b. Tempat duduk penumpang dengan ukuran paling sedikit
lebar 50 cm dan panjang 50 cm
c. Ruang Lesehan / Tatami (Untuk kelas ekonomi dengan
lama berlayar> 8 jam)
d. Kipas Angin/AC
e. TV/Video/Audio
f. Tempat sampah
g. Area bersih 100%
h. Pengeras suara
i. Terdapat ventilasi
b. Ruang Penumpang a. Tinggi ruangan paling rendah 1.90 m
Non Ekonomi Reguler b. Tempat duduk dengan sandaran tangan untuk masing-
masing penumpang dan setiap kursi dilapisi bantalan dan
sandaran jok, serta ditempatkan pada ruangan
penumpang geladak tertutup - 7- ukuran tiap kursi paling
sedikit lebar 50 cm dan panjang 50 cm
c. Kursi Reklining / Reclining Seat (Luas ukuran kursi
paling sedikit lebar 50 cm dan panjang 60 cm tiapkursi)
d. Kursi Sofa (kursi panjang yang memiliki lengan dan
sandaran, berlapis busa dan upholsteiy (kain pelapis)
Ukuran sofa per orang paling sedikit dengan lebar 50 cm
dan panjang 60 cm)
e. AC
f. TV/Video/Audio
g. Tempatsampah
h. Area bersih 100%
i. Pengeras suara
j. Terdapat ventilasi.
c. Ruang penumpang a. Ruang santai
ferry Ekxpress b. Area Bermain anak;
c. Tempat Pengisi Daya Ponsel;
d. Tempat untukBerfoto (Photo Booth);
e. Akses bebas Wifi;
f. Tersedia hiburan berupa LED TV yang saling
terintegrasi untuk pada satu sistem untuk mengontrol
konten;
g. Kursi Sofa yang memiliki lengan dan sandaran, berlapis
busa dan upholstery (kainpelapis) dan tidak rambat api;
h. Seni Lukis Dinding (Mural) dan media seni
kontemporer yang mengangkat budaya setempat;
i. Fasilitas ramah disabilitas;
j. Sigange di kapal;
k. Menyediakan area merokok terpisah dengan ruang
akomodasi
l. Tersedia penghawaan buatan (AC) dengan suhu
ruangan antara 24° C -26°C;
m. Tersedia area untuk kegiatan diatas kapal (seminar,
gathering dan live music);
d. Toilet reguler a. Tersedia 1 (satu) toilet untuk 50 penumpang dan / atau
minimal terdapat toilet terpisah untuk setiap gender;
b. Area bersih dan tidak berbau yang berasal dari dalam
toilet
e. Toilet ferry Ekspress a. Tersedia 1 (satu) toilet untuk 50 penumpang dan
minimal terdapat toilet terpisah untuk setiap gender
b. Area bersih dan tidak berbau yang berasal dari dalam
toilet
c. Terdapat layanan toilet khusus untuk penyandang
difable.
f. Musholla a. Tersedia tempat wudhu, alat sholat dan karpet.
b. Tersedia kipas angin/AC
c. Area bersih dan tidak berbau yang berasal dari dalam
Musholla
g. Ruang menyusui a.
Tersedia Kursi/Sofa dengan sandaran Tangan
reguler b.
Tersedia AC/ Kipas Angin/Fentilasi Udara.
h. Ruang menyusui a.
Tersedia Sofa dengan sandaran tangan dan bantal kecil
ekspress b.
Tersedia AC/Kipas
c.
Tersedianya Kasur Bayi untuk mengganti Popok
d.
Tersedianya tempat sampah
e.
Tersedia Westafel
f.
Tersedia Lemari Pendingin untuk penyimpanan ASI
i. Lampu penerangan 200 – 300 lux
j. Dapur / kantin / a. tidak boleh ditempatkan pada geladak yang
kafetaria dipergunakan untuk kendaraan
b. Harus menggunakan kompor listrik
c. Mempunyai sistem lubang angin/ ventilasi udara dan
pembuangan air kotor yang terpisah dengan ruang
akomodasi
2. SPM PENGOPERASIAN KAPAL
Kondisi Fisik Kapal Kapal harus dilakukan pengecatan apabila cat telah pudar
atau mengalami korosi
IV KEMUDAHAN / KETERJANGKAUAN
1. SPM PELAYANAN PENUMPANG
a. Informasi pelayanan a. Informasi dalam bentuk visual diletakkan ditempat yang
penumpang terinformasikan dan mudah dilihat
b. Informasi dalam bentuk audio harus jelas terdengar
dengan intensitas suara 20 dB lebih besar dari kebisingan
yang ada
b. Fasilitas layanan Mempunyai ruang atau tempat dan memiliki 1 (satu) meja
penumpang reguler kerja
c. Fasilitas layanan a. Mempunyai ruang atau tempat dan memiliki 1 (satu)
penumpang ferry meja kerja
ekspress b. Memiliki layanan purna jual yaitu contact center 24 jam
c. Menyediakan petugas dedicate untuk kebersihan, toilet,
keamanan, dan petugas pelayanan (pramugara/i)
d. Kartu Tanda Naik Kapal (Boarding Pass) yang
terhubung dengan manifest lengkap setiap penumpang
dan kendaraan
e. Layanan penjualan tiket melalui online berbasis website
dan aplikasi yang pembayarannya terintegrasi dengan
pengelola pelabuhan
f. Wajib menggunakan layanan pembayaran non tunai
d. Fasilitas bagasi Tersedia tempat yang aman dalam penempatan barang
penumpang bawaan
e. Gang / Jalan a. Sampai dengan 100 penumpang, jarak paling sedikit 800
mm
b. Di atas 100 penumpang, jarak paling sedikit 100 cm
c. Di atas 1.000 penumpang, jarak paling sedikit 120 cm
f. Tangga a. Lebar tangga paling sedikit 100 cm
b. Sudut kemiringan tangga penumpang yang
menghubungkan antar geladak tidak boleh melebihi
45°derajat
c. Tidak licin
d. Kondisi bersih
2. SPM PEMUATAN KENDARAAN
a. Fasilitas Bongkar a. aling sedikit memiliki 2 pintu rampa yang digunakan
Muat untuk jalan keluar dan masuk
b. Akses kendaraan dari dan ke geladak atas (upper deck)
harus tersedia dudukan atau tumpuan untuk rampa
dermaga yang digunakan untuk jalan keluar masuk
kendaraan
c. Akses penumpang dari dan kegeladak atas (upper deck)
harus tersedia dudukan atau tumpuan untuk rampa
dermaga yang digunakan untuk jalan keluar masuk
penumpang
d. Untuk kapal yang mempunyai geladak kendaraan lebih
dari satu antara geladak satu dengan geladak lainnya
dihubungkan dengan rampa dalam (inner rump)
e. Akses kendaraan dari pintu samping (side ramp)
b. Ruang Geladak Kapal Ruang geladak kapal untuk kendaraan harus memenuhi :
a. Lantai ruang kendaraan harus dirancang mampu
menahan beban kendaraan roda empat atau lebih
dengan Muatan Sumbu Terberat (MST) 10 ton
b. Tinggi ruang geladak:
1) Untuk membuat kendaraan golongan I sampai V
sekurangkurangnya 250 cm;
2) Untuk memuat kendaraan golongan VI sampai
dengan golongan IX sekurangkurangnya 420 cm;
c. Untuk stabilitas memanjang, setiap kendaraan harus
diganjal dan untuk stabilitas melintang, apabila
diperkirakan kondisi perairan dapat mengakibatkan
kemiringan kapal lebih dari 10 (sepuluh) derajat maka
kendaraan wajib diikat (lashing).
d. Antara pintu rampa haluan/buritan dengan batas sekat
tubrukan diberi tanda garis pembatas.
e. Tuang kendaraan harus disediakan lampu penerangan,
sistem sirkulasi udara, jalan penghubung antara ruang
kendaraan dan ruang penumpang.
V KESETARAAN
SPM PELAYANAN PENUMPANG
Fasilitas bagi penumpang a. Terdapat mobile ramp dengan kemiringan maksimum
berkebutuhan khusus 20° untuk penyambung dari platform ke kapal
b. Tersedianya kursi roda
c. Akses prioritas
d. Kemudahan akses untuk toilet
e. Tersedia ruang khusus ibu menyusui
VI KETERATURAN
SPM PENGOPERASIAN KAPAL
a. Jadwal Operasi a. Pemenuhan waktu sandar dan berlayar
b. Pemenuhan waktu bongkar/muat penumpang dan
kendaraan
b. Kecepatan Dinas Pemenuhan waktu berlayar
Kapal
Sumber PM Nomor 62 Tahun 2019

2.5. Metode Importance Performance Analysis

Metode importance performance analysis (IPA) pertama kali

diperkenalkan oleh Martilla dan James ( 1977) sebagai kerangka kerja untuk

memahami tingkat kepuasan pelanggan sebagai fungsi dari kedua harapan terkait

dengan atribut yang menonjol (kepentingan) dan penilaian terhadap kinerjanya.

Sementara masing-masing menghasilkan informasi berharga secara independen,

potensi penuh dan janji dari jenis informasi ini lebih mungkin untuk direalisasikan

ketika kedua konsep digabungkan. (Levenburg & Magal, 2004)

Importance Performance Analysis digunakan untuk memetakan hubungan

antara kepentingan dengan kinerja dari masing-masing atribut yang ditawarkan

dan kesenjangan antara kinerja dengan harapan dari atribut-atribut tersebut.

IPA mempunyai fungsi utama untuk menampilkan informasi tentang faktor-faktor

pelayanan yang menurut konsumen sangat mempengaruhi kepuasan dan

loyalitasnya, dan faktor-faktor pelayanan yang menurut konsumen perlu

diperbaiki karena pada saat ini belum memuaskan.

Kelebihan metode Importance Performance Analysis dibandingkan

metode yang lain adalah sebagai berikut:

 Prosedur dari metode ini cukup sederhana.


 Pengambilan kebijakan dapat dengan mudah menentukan prioritas

kegiatan yang harus dilakukan dengan sumber daya yang terbatas.

 Metode ini cukup fleksibel untuk diterapkan pada berbagai bidang.

2.5.1. Perhitungan Importance Performance Analysis

Tingkat kepentingan dan kepuasan terhadap sebuah atribut dibagi menjadi

5 skala tingkat penilaian (likert). Sebelumnya dilakukan pembobotan dengan

menggunakan skala likert, dimana pada umumnya digunakan dalam penelitian

yang bersifat keyakinan, pengukuran sikap, maupun nilai dan pendapat pengguna

terhadap pelayanan jasa yang diberikan. Adapun kelima penilaian tersebut

diberikan bobot sebagai berikut:

a. Kriteria kepentingan

 sangat penting diberi bobot 5

 Penting diberi bobot 4

 Cukup penting diberi bobot 3

 Kurang penting diberi bobot 2

 Tidak penting diberi bobot 1

b. Kriteria Kepuasan

 sangat penting diberi bobot 5

 Penting diberi bobot 4

 Cukup penting diberi bobot 3

 Kurang penting diberi bobot 2

 Tidak penting diberi bobot 1


Data yang digunakan untuk analisis ini adalah hasil kuisioner persepsi

penumpang terhadap kinerja suatu pelayanan berdasrkan indikator penilaian yang

telah ditetapkan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel. Selanjutnya,

penilaian kinerja yang telah didapat dari kuisioner diukur tingkat kesesuaiannya.

Tingkat kesesuaian adalah hasil pertandingan skor kinerja dengan skor

kepentingan. Tingkat kesesuaian inilah yang akan menentukan urutan prioritas

peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan (Supranto,

2001 dalam Rival Fahrial 2018). Persamaan yang digunakan adalah:

Xi
Tki= x 100 %
Yi

dimana:

Tki = tingkat kesesuaian responden

Xi = skor penilaian kinerja

Yi = skor penilaian kepentingan pelanggan

Rata-rata skor penilaian kinerja dari para responden ini kemudian akan

ditempatkan pada diagram kartesius dimana pada sumbu mendatar (sumbu x)

merupakan rata-rata skor penilaian kinerja ( X ) dan sumbu tegak (sumbu y) adalah

rata-rata skor penilaian kepentingan indikator (Y ). Diagram kartesius ini akan

dibagi menjadi empat bagian yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik ( X , Y ),

dimana X merupakan rata-rata skor tingkat pelaksanaan atau kepuasan pengguna

jasa pada semua faktor, dan Y adalah rata-rata dari rata-rata skor tingkat

kepentingan semua faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna, dengan

rumusan:
∑ Xi ∑ Yi
X= dan Y =
n n
dimana:

X = skor rata-rata tingkat pelaksanaan/kepuasan

Y = skor rata-rata tingkat kepentingan

n = jumlah responden

dimana:

K = Banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan

pelanggan

Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut dijabarkan dan dibagi menjadi

empat bagian. Ada dua faktor pengukuran yang digabungkan dalam metode ini,

yaitu pengukuran tingkat kepentingan dan tingkat kinerja yang dijabarkan ke

dalam sebuah grafik dua dimensi (grafik kartesius) yang dapat memudahkan

penjelasan data dan usulan praktisnya. Grafik dua kartesisus tersebut dapat dilihat

dalam Gambar 2.9 dengan penjelasan sebagai berikut :

Gambar 2.9 Grafik Kartesius IPA


(sumber : Jekky dkk. 2013)

 Kuadran I (prioritas utama), atribut dalam kuadran ini memiliki tingkat

kepentingan relatif tinggi dengan tingkat kinerja yang rendah, sehingga dapat

dikatakan belum sesuai dengan harapan pengguna.

 Kuadran II (pertahankan prestasi), atribut dalam kuadran ini memiliki tingkat

kepentingan relatif tinggi dengan tingkat kepuasan yang relatif tinggi pula

sehingga keberadaannya harus tetap dipertahankan.

 Kuadran III (prioritas rendah), atribut dalam kuadran ini memiliki tingkat

kepentingan yang rendah dengan kinerja nyatanya juga tidak terlalu istimewa

sehingga memberikan pengaruh yang sangat kecil terhadap manfaat yang

dirasakan oleh pengguna.

 Kuadran IV (cenderung berlebihan), diisi oleh atribut yang tingkat

kepentingannya relatif rendah dengan kinerja yang dirasakan berlebihan


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Danau Matano Kabupaten Luwu Timur

Sulawesi Selatan. Penelitian dimulai dari bulan Agustus 2022.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian


(Sumber : Google Earth)
3.2. Jenis Data yang Digunakan

Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan terbagi menjadi dua, yaitu

data primer dan data sekunder

 Data primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung

di lapangan dengan cara observasi atau wawancara dengan subjek penelitian.

Pada penelitian ini data primer berupa data kuisioner karakteristik responden

serta data kuisioner tingkat kinerja pelayanan angkutan penyeberangan yang

ada di Danau Matano dalam hal ini pengguna jasa Kapal Ferry KMP Opudi.

 Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung

yang biasanya telah tersedia di instansi atau pengalaman masa lampau atu

dengan mengutip beberapa tulisan, artikel ataupun literatur lainnya. Adapun

data sekunder pada penelitian ini yaitu jumlah rata-rata penumpang angkutan

penyeberangan Danau Matano (KMP Opudi)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dengan

beberapa cara antara yaitu :

 Observasi

Metode ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung aspek

yang menjadi standar minimal pelayanan angkutan penyeberangan di Danau

Matano.

 Kuisioner

Metode ini dilakukan dengan cara memberi pertanyaan berupa angket

tentang persepsi kepuasan penumpang terhadap kinerja pelayanan kepada

responden yaitu pengguna jasa angkutan penyeberangan di Danau Matano.

 Wawancara

Metode ini dilakukan dengan melakukan wawancara kepada pengguna

jasa angkutan penyeberangan di danau Matano.

3.4. Populasi dan Sampel

3.4.1. Populasi

Menurut Sugiono (2018), populasi merupakan wilayah generalisasi yang

terdiri dari objek atau subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna jasa angkutan

penyeberangan KMP Opudi yang yang ada di Danau Matano dengan rute

penyeberangan dari Pelabuhan Sorowako-Pelabuhan Nuha-Pelabuhan Sorowako.

3.4.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang merupakan perwakilan dari suatu

objek penelitian yang akan diteliti. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan

metode Slovin dengan persamaan sebagai berikut.

N
n=
N × d 2+1

Dimana :

n = Jumlah sampel atau responden minimum

N = Jumlah populasi penumpang kapal

d = persen kelonggaran karena pengambilan sampel yang dilakukan (5%)

3.5. Metode Analisis Data

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tinngkat kinerja dan kepuasan

pengguna jasa terhadap pelayanan angkutan penyeberangan yang ada di Danau

Matano. Dalam pelaksanaan penelitian ini, metode analisis data yang digunakan

adalah metode IPA (Importance Performace Analysis). Untuk mencapai hal

tersebut, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Tahapan-tahapan tersebut

dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Tahapan analisis data


Tahapan Input Metode Output
1. Menentukan Indikator kinerja - Studi Tingkat
indikator standar pelayanan angkutan literatur kepuasan
minimum penyeberangan : - Analisis pengguna jasa
penilaian kinerja - Keselamatan deskriptif terhadap
pelayanan - Keamanan kinerja
angkutan - Kenyamanan angkutan
penyeberangan - Kemudahan/ penyeberangan
keterjangkauan
- Kesetaraan
- Keteraturan
2. Penyusunan Indikator kinerja Uji Validitas Kuisioner
kuisioner pelayanan angkutan (angket)
penelitian penyeberangan di Danau
Matano
3. Pengukuran - Jawaban kuisioner - Observasi Kinerja
tingkat kinerja tingkat kepentingan - Metode IPA pelayanan
pelayanan pada - Jawaban kuisioner (Importance angkutan
angkutan tingkat kinerja Performace penyeberangan
penyeberangan di (persepsi) Analysis) di Danau
Danau Matano Matano
3.6. Alur Penelitian

Mulai

Studi Pustaka

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


 Kuisioner karakteristik responden  Jumlah penumpang rata-rata KMP
 Kuisioner tingkat Kinerja Pelayanan Opudi dalam satu minggu selama
Angkutan Penyeberangan sebulan
 Observasi  Waktu jadwal penyeberangan
KMP Opudi

Penyebaran kuisioner karakteristik responden


dan kuisioner tingkat kinerja pelayanan
angkutan penyeberangan

Tahap
Pemodelan
Analisis kinerja dengan
menggunakan metode
Importance
Performance Analyisis Xi
 Tingkat kesesuaian : Tki= x 100 %
Yi
Xi
 Diagram kartesisus : Xi = dan Yi =
Hasil dan n
Pembahasan

Kesimpulan
dan saran

Selesai

Gambar 3.2. Alur Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Bancin, S. (2021). Analisis Kinerja Pelayanan dan Kenyamanan Fasilitas


Pelabuhan Laut Singkil Kabupaten Aceh Singkil (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiah Sumatera Utara).
Darmadi, D., Arifin, M. Z., & Agustin, I. W. (2016). Kajian Tingkat Kepuasan
Pengguna Jasa terhadap Kinerja Pelayanan Angkutan Penyeberangan Lintas
Kariangau–Penajam, Balikpapan. Media Teknik Sipil, 14(1), 42-50.
Fahrial, R. (2018). Kajian Kinerja Pelayanan Kapal Penyeberangan Surabaya-
Lombok Dengan Metode IPA dan SWOT (Doctoral dissertation, Universitas
Brawijaya).
Hadiaty, R. K., & Wirjoatmodjo, S. (2002). Studi Pendahuluan Biodiversitas Dan
Distribusiikan Di Danau Matano, Sulawesi Selatan (Preliminary Study:
Biodiversity and Distribution of Fishes in Lake Matano, South
Sulawesi). Jurnal Iktiologi Indonesia, 2(2), 23-29.
Isa, M., Lubis, H. A., & Chaniago, M. (2019). Pengaruh Kualitas Pelayanan
Terhadap Kepuasan Penumpang Menggunakan Jasa Angkutan
Penyeberangan PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Sibolga. Jesya
(Jurnal Ekonomi dan Ekonomi Syariah), 2(2), 164-181.
Jumlah Pulau-KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan). (2021)
https://kkp.go.id/djprl/p4k/page/4270-jumlah-pulau.
Kramadibrata, Soedjono. (2002).Perencanaan Pelabuhan. Institut Teknologi
Bandung.
Levenburg, N. M., & Magal, S. R. (2004). Applying importance-performance
analysis to evaluate e-business strategies among small firms. E-
Service, 3(3), 29-48.
Perhubungan, P. M. (2017). Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
No. PM 104 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan
Penyeberangan.
Perhubungan, P. M. (2019). Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
No. PM 62 Tahun 2019 tentang Standar Minimal Pelayanan Angkutan
Penyeberangan.
Pratiwi, Risdayanti. (2018). Evaluasi Kinerja Pelayanan Kapal di Pelabuhan
Makassar. Universitas Hasanuddin.
Sipayung, E., & Gunawan, A. S. (2013). Pengembangan Sistem Penilaian
Kualitas Pelayanan dengan Metode Importance Performance Analysis
(IPA). Jurnal Telematika, 8(1), 22.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner (Angket) Tingkat Kepentingan dan Kinerja Pelayanan
Angkutan Penyeberangan Danau Matano

KUISIONER TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA PELAYANAN


ANGKUTAN PENYEBERANGAN DANAU MATANO
Biodata Responden
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pekerjaan Swasta Wiraswasta Pelajar/Mahasiswa
:
PNS TNI/Polri Lainnya

Maksud perjalanan non bisnis (Rekreasi, kunjungan keluarga, dll) :

Bisnis ( Dinas dalam rangka pekerjaan)

mudik atau pulang kampung

Lainnya

Petunjuk Pengisian Kuisioner


1. Mohon dengan hormat dan kesediaan anda untuk menjawab semua
pertanyaan yang disediakan.
2. Berikan tanda (√ ) pada jawaban yang anda pilih.
3. Keterangan :

 Kepentingan
SP : Sangat Penting
P : Penting  Kinerja
CP : Cukup Penting SP : Sangat Puas
KP : Kurang Penting P : Puas
TP : Tidak Penting CP : Cukup Puas
KP : Kurang Puas
TP : Tidak Puas
Data Kuisioner

Kepentingan Kinerja
S C K T Pernyataan (Jenis Pelayanan) S C K T
P P P P P P P P P P
KESELAMATAN
1. Informasi seputar keselamatan dan
kesehatan
2. Ketersediaan fasilitas
Keselamatan
3. Ketersediaan fasilitas Kesehatan
4. Informasi dan fasilitas dalam
pemuatan kendaraan
KEAMANAN DAN KETERTIBAN
5. Fasilitas keamanan dan ketertiban
6. Petugas keamanan
7. Informasi seputar gangguan
keamanan
8. Lampu penerangan pada geladak
kendaraan
KENYAMANAN
9. Ruang Penumpang
10. Toilet
11. Tempat ibadah
12. Lampu penerangan pada ruang
penumpang
13. Fasilitas kebersihan
14. Fasilitas pengatur suhu
15. Area merokok
16. Kantin / cafetaria
17. Kondisi fisik kapal
KEMUDAHAN
18. Informasi pelayanan penumpang
19. Fasilitas tempat penyimpanan
barang (bagasi) penumpang
20. Informasi waktu kedatangan dan
keberangkatan kapal
21. Fasilitas kemudahan naik dan
turun penumpang
22. Tempat parkir
23. Akses naik turun penumpang dan
kendaraan
KESETARAAN
24. Fasilitas bagi ibu menyusui
25. Fasilitas bagi penyandang difable
KETERATURAN
26. Ketepatan waktu keberangkatan
dan sandar kapal di pelabuhan
tujuan
27. Ketepatan waktu berlayar

Anda mungkin juga menyukai