Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/342378174

PERANCANGAN PERKUATAN LERENG DENGAN GEOGRID STUDI KASUS:


RUAS JALAN LUMPANGI-BATULICIN

Thesis · September 2016


DOI: 10.13140/RG.2.2.33044.94081

CITATIONS READS

0 1,648

12 authors, including:

Rustam Effendi Muhammad Isra Andria


Universitas Lambung Mangkurat Universitas Lambung Mangkurat
3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Muhammad Isra Andria on 23 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PERANCANGAN PERKUATAN LERENG DENGAN GEOGRID
STUDI KASUS: RUAS JALAN LUMPANGI-BATULICIN
M. Isra Andria, Rustam Effendi *), Maya Amalia *)
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik,
Universitas Lambung Mangkurat
Jalan Jenderal A. Yani Km. 36 Banjarbaru
Telp. (0511) 47738568-4781730 Fax. (0511) 4781730
email: muhammadisraandria@yahoo.com
ABSTRAK
Peningkatan serta pelebaran suatu jalan raya pada daerah lereng cenderung lebih banyak memakan biaya karena
mengharuskan adanya alternatif perkuatan tanah timbunan baru yang ekonomis dan mudah dalam pelaksanaan. Pada ruas jalan
Lumpangi – Batulicin, Kalimantan Selatan sebagian badan jalannya mengalami amblas dikarenakan tidak berfungsinya sistem
drainase secara optimal yang berakibat air meluap ke permukaan menyebabkan terjadinya gerusan setempat. Kondisi jalan
yang tidak utuh membuat aktivitas lalu lintas terhambat, sehingga ada rencana dari pemerintah untuk meningkatkan kelas
jalannya dengan memperlebar jalur hingga 15 m ke arah jurang lereng. Untuk itu dilakukan alternatif perancangan perkuatan
timbunan baru menggunakan Geogrid serta perbaikan sistem drainasenya guna mencegah terjadinya rembesan di kemudian
hari.
Perancangan diawali dengan pengumpulan data sekunder berupa hasil penyelidikan tanah dan data curah hujan maksimum
lokasi studi. Desain kebutuhan Geogrid dilakukan dengan membandingkan metode konservatif dan acuan standar dinding MSE
oleh FHWA-NHI-10-024 secara manual dimana hasil desain paling kritis akan dipilih dan dianalisis secara global pola
keruntuhannya menggunakan bantuan software Plaxis Profesional 8.2. Analisa hidrologi dan hidrolika dalam perancangan
sistem drainase mengikuti acuan Pd. T-02-2006-B dengan terlebih dahulu menentukan catchment area yang membebani
drainase.
Hasil perhitungan kebutuhan perkuatan geogrid didapat metode FHWA-NHI-10-024 lebih kritis dengan tebal per layer (Sv)
= 0.5 m, panjang geogrid (L) = 2 m, 3.759 m, dan 6.552 m serta mutu geogrid (Tal) = 12.308 kN/m, 18.462 kN/m, 24.615
kN/m, 30.769 kN/m, dan 36.923 kN/m. Stabilitas global didapatkan FS > 1.5 pada analisa program plaxis. Drainase kolektor
(persegi) dan pembagi (goron-gorong) di dapat lebar dasar (b) = 1.20 m, tinggi saluran (D) = 1.00 m dan diameter gorong-
gorong (box culvert) b = 1.2 m dan D = 0.7 m.
Kata kunci: Dinding tanah, Perkuatan timbunan, Geogrid, FHWA-NHI-10-024, dinding MSE, Drainase lereng.

1. PENDAHULUAN Data – data yang dibutuhkan untuk perancangan


1.1 Latar Belakang pada tugas akhir ini meliputi data hasil penyelidikan tanah
Kabupaten Tanah Bumbu merupakan salah satu dasar dan data curah hujan setempat. Untuk output
dari beberapa Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan perancangan desain yang optimal dan paling
yang memiliki sebagian besar kontur medan berbukit. Di memungkinkan untuk pelaksanaan konstruksi perkuatan
Kecamatan Batulicin terdapat ruas jalan penghubung timbunan pada lereng tersebut perlu ditinjau dari banyak
antara Lumpungi-Batulicin sepanjang ±1 km yang melalui hal antara lain: alternatif perkuatan, metode perancangan,
areal perbukitan. Pada akhir tahun 2015 tercatat sudah 29 kekuatan dan kestabilan konstruksi, serta aspek hidrologi
titik kasus pada jalan tersebut mengalami keamblasan di dan hidrolika yang berpengaruh.
sebagian badan jalannya dikarenakan tidak berfungsinya
drainase eksisting mengakibatkan air meluapi sebagian sisi 1.2 Tujuan Perancangan
badan jalan berujung pada penggerusan setempat. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah:
Dengan kondisi tersebut, pemerintah berencana 1. Merancang perkuatan timbunan dengan geogrid
melakukan peningkatan kelas jalannya yaitu melakukan untuk memperoleh faktor keamanan stabilitas yang
pelebaran jalan selebar 15 meter ke arah sisi luar jalan. baik pada konstruksi geogrid (± 10 m).
Kontur eksisting akan digali sebagian guna mendapatkan 2. Mengetahui perbandingan metode desain perkuatan
kondisi desain perkuatan timbunan yang diharapkan. geogrid yang dipakai saat ini dan dirasa bagus
Perancangan perkuatan timbunan baru dengan geogrid untuk diterapkan.
diterapkan disepanjang ruas jalan sehingga konstruksi 3. Mengetahui parameter hidrologi dan hidrolika yang
pelebaran jalan mendapatkan desain perkuatan yang tepat, berpengaruh terhadap adanya gerusan.
aman, hemat, efisien, dan mudah diterapkan 4. Merancang sistem drainase lereng apabila air dirasa
pelaksanaannya serta menanggulangi rembesan yang sukar untuk terbuang.
terjadi dan menampung luapan air pada badan jalan baru
dengan merancang sistem drainase yang sesuai agar tidak 1.3 Batasan Masalah
terjadi lagi penggerusan di kemudian hari, maka tugas Agar tidak terjadi penyimpangan dan permasalahan
akhir ini diharapkan dapat menga tasi problematika tidak meluas dalam pembahasan, maka perlu dibuat
tersebut. batasan masalah sebagai berikut:

1
1. Data tanah dan hidrologi yang digunakan adalah Material yang membentuk lereng memiliki
data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait. kecenderungan tergelincir dibawa beratnya sendiri dan
2. Debit air yang ditinjau hanyalah dari curah hujan gaya-gaya luar yang ditahan oleh kuat geser tanah dari
daerah setempat. material tersebut. Gangguan terhadap kestabilan terjadi
3. Tidak memperhitungkan Rencana Anggaran Biaya bila tahanan geser tanah tidak dapat mengimbangi gaya-
(RAB) dalam pengerjaan perkuatan timbunan gaya yang menyebabkan gelincir pada bidang longsor.
lereng. Penyebab gerakan tanah dan longsoran terdiri dari suatu
4. Tidak meninjau adanya pengaruh terjadinya gempa. seri kejadian yang dapat berasal dari alam maupun oleh
manusia. Dalam banyak kasus, penyebab tersebut sering
1.4 Manfaat Perancangan tidak dapat dihindarkan. Penyebab yang paling umum
Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini: adalah unsur geologi, topografi dan iklim. Jarang sekali
1. Bermanfaat bagi perencana dan kontraktor sebagai penyebab gerakan ini bersifat tunggal tetapi pada
kajian alternatif dalam melaksanakan konstruksi umumnya kombinasi dari beberapa faktor. Penyebab
gerakan tanah dan longsoran ini harus lebih dulu
timbunan pada lereng untuk daerah dengan kasus
dimengerti sebelum suatu tindakan pencegahan atau
yang sama. tindakan remedial dilakukan. Terzaghi (1950) membagi
2. Bermanfaat bagi penyusun sebagai penerapan ilmu penyebab longsoran lereng terdiri dari 2 hal: akibat
selama duduk di bangku kuliah dan merupakan pengaruh luar (external effect) dan pengaruh dalam
tambahan ilmu pengetahuan. (internal effect). Pengaruh luar yaitu pengaruh yang
3. Sebagai bahan referensi dan bacaan tugas akhir menyebabkan bertambahnya gaya geser dengan tanpa
bagi mahasiswa lainnya. adanya perubahan kuat geser dari tanahnya. Contoh
pengaruh luar (external effect) yaitu:
1. Air hujan tertahan di atas lereng
2. DATA PERANCANGAN Perubahan kadar air baik karena air hujan maupun
2.1 Lokasi Proyek resapan air tempat lain dalam tanah akan segera
Perancangan perkuatan timbunan pada lereng ini meningkatkan kadar air dan menurunkan kekuatan
terletak pada proyek penanganan kelongsoran ruas jalan geser dalam lapisan tanah. Aliran air tanah akan
Lumpangi – Batulicin dengan mengambil P5 (Penanganan mempercepat terjadinya longsor karena air bekerja
titik 5) sebagai acuan desain awal. sebagai pelumas. Bidang kontak antar butir akan
melemah karena air dapat menurunkan tingkat
kelekatan butir.
2. Timbunan tanah
Suatu lereng yang baru saja ditimbuni dengan
tanah, di atasnya dibangun sebuah bangunan
misalnya rumah. Lereng itu dapat mengalami
kelongsoran karena belum kuat menahan beban di
atasnya akibat timbunan yang masih baru.
3. Getaran
Pengaruh getaran berupa gempa, ledakan dan
getaran mesin dapat mengganggu kekuatan geser
Gambar 2.1 Dokumentasi lapangan pada STA 0+075 dalam tanah.
penanganan kelongsoran P5 dimana terjadi keamblasan Pengaruh dalam yaitu longsoran yang terjadi dengan
pada badan jalannya tanpa adanya perubahan kondisi luar atau gempa bumi.
Faktor-faktor yang menyebabkan pengaruh dalam
2.2 Fungsi Bangunan tersebut antara lain:
Terdapat fungsi bangunan sebagai dinding tanah
1. Kondisi awal
penopang jalan baru (geoteknik) dan desain baru
a. Tergantung dari jenis tanah.
dr0061inase terbuka sebagai bangunan penahan timbunan
b. Tergantung dari struktur geologi: lapisan berada
pelebaran jalan sebesar 15 meter ke arah luar dari lereng
di atas tanah lempung lunak; lapisan berselang-
beserta sistem drainasenya sehingga diharapkan dapat
seling antara tanah yang berpermeabilitas rendah
menahan kebutuhan konstruksinya dan meminimalisir
dengan yang berpermeabilitas tinggi.
tidak terjadi lagi kelongsoran akibat gerusan.
2. Pelapukan
3. Perubahan berat volume dan tekanan air pori
2.3 Data Pendukung Perancangan a. Berat volume yang menjadi jenuh.
Dalam perancangan perkuatan timbunan baru serta
b. Kenaikan tekanan air pori (akibat naiknya muka
sistem drainase pada lokasi studi ini didapat data sekunder
air tanah) karena hujan yang berkepanjangan,
dari instansi terkait berupa hasil survey topografi,
pembangunan dan pengisian waduk, gangguan
penyelidikan tanah, dan curah hujan harian maksimum
pada sistem drainase dan lain-lain.
lokasi studi. Adapun penyelidikan tanah dasar meliputi uji
laboratorium, sondir pada 2 titik pengujian beserta uji N-
SPT. 2.4.2 Geogrid
Geogrid berbentuk seperti lembaran rakit
2.4 Studi Literatur berlubang-lubang yang dihamparkan di dalam tanah untuk
menciptakan struktur tanah yang lebih kuat. Berbeda
2.4.1 Penyebab Longsoran
2
dengan geotekstil, geogrid lebih berfungsi sebagai
tulangan atau perkuatan, dan tidak mempunyai sifat-sifat
yang terkait dengan pemisah, drainase, filtrasi, dan
penghalang air.

Gambar 2.3 Kriteria untuk menentukan panjang dan


Gambar 2.2 Geogrid uniaxial (Hardiyatmo, 2009) letak tulangan Geogrid yang memenuhi syarat
Keuntungan pemakaian geogrid antara lain: stabilitas (Mitchell dan Villet, 1987).
1. Geogrid terbuat dari polymer yang relatif tahan
terhadap lingkungan yang merusakkan. Material 2.4.4 Dinding MSE
geogrid tahan terhadap serangan biologi. Konstruksi dinding penahan tanah dipilih jika
2. Grid dari polimer relatif ringan dan diangkut dalam konstruksi perkuatan lereng dinilai sudah tidak ekonomis
bentuk gulungan. Hal ini memberikan kemudahan dan layak secara teknis. Salah satu jenis dinding penahan
dalam penanganan dan pelaksanaan, terutama untuk tanah ialah dinding penahan dengan tanah yang
aplikasi penulangan lereng, di mana sering distabilisasi secara mekanis (mechanically stabilized earth
dibutuhkan tulangan yang kontinyu. wall, MSEW). Dinding MSE pada dasarnya terdiri dari
3. Geogrid mudah disambung satu sama lain. Selain perkuatan di dalam timbunan tanah yang membantu
itu, grid juga memberikan kemudahan dalam ikatan menahan tekanan lateral tanah. Jika dibandingkan dengan
dengan elemen-elemen permukaan dinding dinding penahan tanah konvensional, dinding MSE
(Hardiyatmo, 2009). biasanya mempunyai beberapa keunggulan. Dinding MSE
4. Penggunaan geosintetik memberikan solusi yang lebih fleksibel terhadap tinggi dan biaya yang dikeluarkan
sangat variabel dan ekonomis dibandingkan dengan dibandingkan dinding penahan tanah biasa seperti dinding
pita metalik, terutama pada kondisi lingkungan kantilever beton atau dinding penahan tanah tipe gravitasi.
yang berbeda-beda (Pd. No/003/BM/2009). Dinding MSE menggunakan beberapa jenis bahan
perkuatan diantaranya besi lunak (mild steel) dan pita
2.4.3 Perkuatan Lereng Dengan Geogrid metalik yang digalvanis atau dilapis epoksi dan
Pada perancangan penulangan lereng dengan geosintetik.
geogrid dengan lereng terletak pada tanah yang kuat, maka Tinggi maksimum dinding yang diperkuat dengan
terdapat 4 kriteria untuk menentukan panjang dan letak geosintetik hanya mencapai kurang lebih 15 m – 22 m.
tulangan yang memenuhi syarat stabilitas, yaitu (Jewell et Terdapat pilihan jenis penutup permukaan untuk dinding
al., 1984b; Mitchell dan Villet, 1987): MSE dengan perkuatan geosintetik antara lain: bronjong
1. Kecendrungan baji tanah bagian luar untuk kawat, panel beton pracetak, modular facing block, dll.
menggelincir ke depan dengan gaya sebesar T, (Pd. No/003/BM/2009).
harus ditahan oleh gaya total yang disediakan
oleh tulangan-tulangan agar lereng tetap stabil
(Gambar 2.3a).
2. Panjang tulangan efektif dalam zona angker pada
tulangan bagian lebih atas harus dapat menahan
gaya cabut lokal (Gambar 2.3b).
3. Panjang tulangan pada dasar lereng harus cukup
guna memberikan keamanan terhadap
penggelinciran kea rah luar di sepanjang bidang
kontak antara tanah dan tulangan grid (Gambar
2.3c) Gambar 2.4 Grafik hubungan antara biaya dan tinggi
4. Panjang tulangan, tidak hanya harus memenuhi dinding dengan pemilihan jenis perkuatan berjenis tegak
syarat (2) dan (3) saja, namun panjangnya juga (After Koerner et al. [2005])
harus sedimikian rupa sehingga zona tanah
bertulang yang dianggap sebagai blok padat tidak 2.4.5 Metode Perancangan Dinding MSE
mengalami tegangan tarik di bagian kaki FHWA-NHI-10-024
belakangnya (Gambar 2.3d). Selama bertahun tahun, insinyur telah merancang
dinding MSE untuk jalan raya dan aplikasi lain
menggunakan metode ASD. Pada metode ASD, semua
beban dan material penahan yang bekerja digabungkan
menjadi satu yaitu sebuah perhitungan faktor keamanan
atau tahanan izin material. Pada metode LRFD, beban
yang bekerja dan material penahanannya diperhitungkan
secara terpisah dengan adanya faktor beban dan faktor
tahanan.

3
Dalam konsep desain AASHTO-LRFD, ada empat 3.2 Tahapan Desain Schmertmann et al
kondisi yang membatasi, dimana merepresentasikan (1987)
kinerja desain struktur, yaitu: kondisi batas Strength I (1); 1. Menentukan paramater tanah lokasi studi
kondisi batas Service I (2); kondisi batas Extreme Event I berdasarkan data primer atau sekunder yang
(3) dan Extreme Event II (4). Dari kebanyakan desain diperoleh:
dinding penahan, kondisi batas kekuatan atau layan adalah Tabel 3.1 Parameter tanah yang harus ditentukan
yang paling minimal digunakan dan pada sub desain Sifat Tanah Timbunan Diperkuat
spesifik seperti gempa, efek roda kendaraan adalah kondisi (kN/m3) (°) (kN/m2)
batas ekstrim yang menjadi pengontrol (FHWA-NHI-10-
024 GEC 011-Vol I). Sifat Tanah Dasar

(kN/m3) (°) (kN/m2)


3. METODE PERANCANGAN
3.1 Diagram Alir Perancangan Sifat Tanah Timbunan Tertahan (Backfill)

(kN/m3) (°) (kPa)

2. Menentukan parameter desain berdasarkan


topografi lokasi, beban yang bekerja, dan tinggi
dinding yang akan di desain:
Tabel 3.2 Parameter awal desain dinding
Parameter Desain

β (°) q (kN/m2) ru H (m)

3. Perhitungan tinggi lereng ekivalen akibat adanya


beban terbagi merata: ⁄
4. Sudut gesek dalam tanah terfaktor:
( ⁄ )
5. Korelasikan hubungan antara nilai β (°) dengan
pada Gambar 3.3 untuk mendapatkan nilai .

Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan

Gambar 3.3 Hitungan dan panjang tulangan


minimum untuk = 0 (dari Jewell, 1990).
6. Hitung kekuatan geogrid, kemudian
membaginya ke tiga zona sebesar H:
( )
Zona 1: ⁄
Zona 2: ⁄
Zona 3: ⁄
7. Lakukan pengecekan jarak Svmaks ≤ 0.5 m.
8. Korelasikan hubungan antara nilai β (°) dengan
pada Gambar 3.3 untuk mendapatkan nilai (
) ( ) .
Gambar 3.2 Diagram Alir Perancangan Drainase 9. Perhitungan Stabilitas Eksternal meliputi:
Tabel 3.3 Hitungan Stabilitas Eksternal

4
10. Perhitungan Stabilitas Internal meliputi:
Tabel 3.4 Hitungan Stabilitas Internal

5. Menentukan koefisien terpilih pada perhitungan


keruntuhan cabut:
Tabel 3.7 Koefisien yang memengaruhi keruntuhan
cabut

6. Perhitungan Stabilitas Internal


Tabel 3.8 Hitungan Stabilitas Internal

Gambar 3.4 Variasi pengali koefisien tekanan tanah


lateral α (Shukla, 2002)
11. Perhitungan stabilitas global dibantu dengan
software Plaxis Profesional 8.2.

3.4 Tahapan Desain Dinding MSE FHWA-


NHI-10-024
1. Menentukan paramater tanah lokasi studi
berdasarkan data primer atau sekunder sama
seperti cara Schmertmann et al (1987) yaitu sesuai
pada Tabel 3.1.
2. Menentukan parameter desain berdasarkan
topografi lokasi, beban yang bekerja, dan tinggi
dinding yang akan di desain sama seperti cara
Schmertmann et al (1987) yaitu sesuai pada Tabel
3.2.
3. Menentukan faktor tahanan, beban, dan kondisi
pembebanan yang cocok pada lokasi studi:
Tabel 3.5 Parameter faktor tahanan, beban, dan
kondisi pembebanan lokasi studi
Gambar 3.5 Variasi koefisien tekanan tanah lateral
pada dinding MSE (FHWA-NHI-10-024)
Tabel 3.9 Faktor reduksi kuat tarik izin Geogrid
(Ta) (Koerner et al, 1988)

4. Perhitungan Stabilitas Eksternal


Tabel 3.6 Hitungan Stabilitas Eksternal

7. Perhitungan stabilitas global dibantu dengan


software Plaxis Profesional 8.2.

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN ASPEK


GEOTEKNIK
4.1 Interpretasi Data

5
Berdasarkan hasil penyelidikan tanah dengan uji 4. Gaya maksimum yang harus ditahan Geogrid ialah:
SPT dan Sondir digambarkan sketsa lapisan awal tanah ( )
lokasi studi guna memprediksi korelasi yang sesuai pada 0.500 x 0.410 x 19 x ( )
Gambar 4.1 dan pendimensian awal perkuatan dinding 401.231 kN/m
MSE. 5. Kuat tarik Geogrid dibagi menjadi 3 bagian agar
diperoleh optimasi yang cukup, yaitu sebagai
berikut:
- Zona 1: ⁄

66.872 kN/m
- Zona 2: ⁄

133.743 kN/m
- Zona 3: ⁄

Gambar 4.1 Statigrafi tanah dasar STA 0+075
6. Perhitungan panjang minimum tulangan dari
4.2 Parameter Tanah stabilitas menyeluruh dan panjang tulangan
4.2.1 Sifat Teknik Tanah Dasar minimum dari penggelinciran langsung diperoleh
Nilai didapat dari perbandingan dari korelasi Gambar 3.3 yaitu:
hasil pengujian lapangan dimana nilai paling kritis akan ( )
dipilih. Pengujian lapangan meliputi uji SPT dan sondir ( )
sebagai berikut hasil perhitungannya:
Tabel 4.1 Korelasi hasil uji N-SPT pada kedalaman ±9 m
terhadap nilai parameter tanah dasar ( ) 0
( )

Tabel 4.2 Korelasi hasil uji sondir titik 2 pada kedalaman Karena ( ) ( ) maka dipilih
±4 m terhadap nilai parameter tanah dasar tulangan dengan panjang yang sama yaitu 7.105 m.
7. Stabilitas Eksternal didapat FSgeser = 5.665 >
1.500 (OK), FSguling = 15.246 > 2.000 (OK), dan
FSdayadukung = 5.748 > 2.000 (OK).
8. Stabilitas Internal terhadap bidang kritis Rankine
Tabel 4.3 Kesimpulan hasil parameter tanah dasar (Cabut) ialah:
Tabel 4.5 Rekapitulasi panjang perkuatan per
lapisan terhadap bidang kritis Rankine

4.2.2 Sifat Teknik Tanah Timbunan


Berdasarkan rekomendasi dari FHWA-NHI-10-024
tanah timbunan diperkuat dan tertahan pada perencanaan
dinding MSE ialah:
Tabel 4.4 Kriteria parameter tanah timbunan yang
diperkuat dan tertahan yang disarankan (FHWA-NHI-10-
024)

4.3 Analisa dan Hasil Desain Metode


Schmertmann et al (1987)
1. Perhitungan tinggi lereng ekivalen akibat adanya
4.4 Analisa dan Hasil Desain Metode FHWA-
beban terbagi merata:
NHI-10-024

1. Stabilitas Eksternal didapat FKgeser = 3.293 >
9.36 + ⁄
1.000 (OK), e ≤ = 0.278 ≤ 2.112 m (OK),
10.149 m
daya dukung tanah dasar: =
2. Sudut gesek dalam tanah terfaktor:
(OK).
( ⁄ )
2. Stabilitas Internal dalam penentuan Tmax geogrid
( ⁄ ) per lapisan z ialah:
Tabel 4.6 Rekapitulasi kontrol kekuatan geogrid
3. Diperoleh dari Gambar 3.3 nilai = 0.41 terhadap keruntuhan tarik

6
Z σh Tmax Tal Tr Tmax <
(m) (kN/m2) (kN/m) (kN/m) (kN/m) Tr
0.36
8.354 3.007 12.308 11.077 OK Tabel 4.8 Rekapitulasi hasil desain dinding MSE
0
0.86
12.705 6.352 12.308 11.077 OK dengan metode FHWA-NHI-10-024
0
1.36 Z Lpakai npanjang Mutu Geogrid Tult nmutu
17.056 8.528 12.308 11.077 OK
0 (m) (m) (buah) (kN/m) (buah)
1.86
21.407 10.703 12.308 11.077 OK 0.36
0 50.000
0
2.36
25.758 12.879 18.462 16.615 OK 0.86
0 50.000
0
2.86 4
30.109 15.054 18.462 16.615 OK 1.36
0 50.000
0
3.36
34.460 17.230 24.615 22.154 OK 1.86
0 50.000
0
3.86
38.811 19.405 24.615 22.154 OK 2.36
0 75.000
0
4.36 2
43.162 21.581 24.615 22.154 OK 2.86
0 6.55 11.000 75.000
0
4.86
47.513 23.756 30.769 27.692 OK 3.36
0 100.000
0
5.36
51.864 25.932 30.769 27.692 OK 3.86
0 100.000 3
0
5.86
56.215 28.107 36.923 33.231 OK 4.36
0 100.000
0
6.36
60.566 30.283 36.923 33.231 OK 4.86
0 125.000
0
6.86 2
64.917 32.458 36.923 33.231 OK 5.36
0 125.000
0
7.36
69.268 34.634 43.077 38.769 OK 5.86
0 150.000
0
7.86
73.619 36.809 43.077 38.769 OK 6.36
0 150.000 3
0
8.36
77.970 38.985 49.231 44.308 OK 6.86
0 150.000
0
8.86
82.321 41.160 49.231 44.308 OK 7.36
0 3.76 4.000 175.000
0
9.36 2
86.672 43.336 49.231 44.308 OK 7.86
0 175.000
0
8.36
200.000
Tabel 4.7 Rekapitulasi kontrol panjang perkuatan 0
8.86
terhadap keruntuhan cabut (bidang kritis Rankine) 0
200.000 3
9.36
2 200.000
0 1

4.5 Stabilitas Global


Berdasarkan hasil perhitungan kedua dinding MSE
di atas, maka dipilih analisis stabilitas global terhadap
dinding MSE metode FHWA-NHI-10-024 karena alasan
keamanan, dimana hasil desain yang didapat cenderung
lebih kritis daripada metode Schmertmann et al (1987).
Perhitungan stabilitas global dilakukan menggunakan
perangkat lunak Plaxis Profesional 8.2.
Dari hasil perhitungan analisis kestabilan dinding
MSE pada lereng eksisting yang telah dilakukan dengan
menggunakan program plaxis, output yang didapat ialah:
1. Hasil nilai faktor keamanan dinding MSE tanpa adanya
beban hidup yaitu FS = 1.691.
2. Setelah dilakukan input beban lalu lintas pada
permukaan lapisan teratas dinding, maka faktor keamanan
berkurang menjadi FS = 1.547 dimana nilai tersebut sudah
memenuhi syarat yang distandarkan oleh FHWA-NHI-10-
024 untuk FS = 1.3 pada dinding MSE yang dianggap
tidak memikul beban struktur dan parameter tanah yang
3. Sambungan Geogrid dengan Modular Facing Block didefinisikan secara benar. Ini menunjukan bahwa adanya
Dikarenakan keterbatasannya data sambungan, jalan raya pada permukaan dinding merupakan beban
kuat tarik sambungan per lapisan perkuatan terhadap tanah timbunan yang diperkuat dan tertahan, yang
geogrid memerlukan uji fisik jangka panjang atau akan menimbulkan terjadinya ketidakstabilan dinding
pendek di laboratorium berdasarkan produk MSE terhadap stabilitas global.
geogrid yang dipilih, sehingga syarat sambungan
dicari dengan pendekatan konvensional pada z =
9.36 m yaitu:

7
1 109.00 11 60.00
2 85.00 12 57.00
3 80.50 13 54.50
4 78.00 14 54.00
5 75.50 15 52.00
6 75.00 16 51.50
7 72.00 17 50.00
8 68.00 18 49.00
9 67.00 19 46.00
10 61.00 20 44.00
Jumlah = 771.0

Parameter-parameter statistik yang diperlukan


adalah nilai tengah, standard deviasi, dan koefisien
kemencengan. Metode analisa yang digunakan adalah
Gambar 4.4 Phi/creduction calculation terhadap adanya metode:
beban hidup a. Distribusi Normal
b. Distribusi Log Normal
5. ANALISA DAN PEMBAHASAN ASPEK c. Distribusi Gumbel
DRAINASE d. Distribusi Log Pearson Tipe III
5.1 Analisa Data Topografi Didapat hasil perhitungan curah hujan maksimum
Data topografi yang tersedia berupa peta DEM dari dengan periode ulang 2, 5, dan 10 tahun beserta uji
citra satelit SRTM dan survey topografi di sepanjang Jalan kesesuaian data menggunakan uji chi square yaitu:
Lumpangi - Batulicin yang merupakan data sekunder Tabel 5.3 Hasil perhitungan curah hujan maksimum
diperoleh dari instansi terkait. Peta DEM adalah peta yang
menyajikan informasi dari keadaan permukaan lahan atau
daerah yang dipetakan, serta keadaan relief (tinggi
rendahnya) permukaan lahan atau areal daerah pengukuran
tersebut.
Tabel 5.4 Kesimpulan uji chi square
Tabel 5.1 Luas area dan panjang desain drainase

Maka setelah mempertimbangkan uji probabilitas data


menggunakan chi kuadrat, digunakan Distribusi Gumbel
sebagai patokan curah hujan rencana karena nilainya
cenderung besar pada perhitungan selanjutnya.

5.3 Intensitas Curah Hujan Rencana


Untuk perhitungan intensitas curah hujan
digunakan rumus Mononobe:
( )
Tabel 5.5 Intensitas curah hujan
Intensitas Hujan It (mm/jam) Dengan Periode Ulang ( Tr )
Lama Hujan t (jam)
Tr = 2 tahun Tr = 5 Tahun Tr = 10 Tahun
Gambar 5.1 Area DAS pada software globalmapper yang 1 21.521 27.585 31.600
diperkirakan membebani drainasenya 2 13.558 17.378 19.907
3 10.346 13.262 15.192
4 8.541 10.947 12.540
5.2 Analisa Data Curah Hujan Maksimum 5 7.360 9.434 10.807
Data curah hujan bersumber dari Badan 6 6.518 8.354 9.570
7 5.881 7.538 8.636
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun 8 5.380 6.896 7.900
Klimatologi Banjarbaru dengan jangka waktu 5 tahun 9 4.974 6.375 7.303
10 4.637 5.943 6.808
yaitu dari tahun 2011 sampai tahun 2015. Dengan 11 4.351 5.577 6.389
demikian maka dipilih partial duration series dalam 12 4.106 5.263 6.029
perhitungan analisis frekuensi curah hujan dengan hanya 13 3.893 4.989 5.716
14 3.705 4.749 5.440
mengurutkan nilai curah hujan maksimum bulanan per 15 3.538 4.535 5.195
tahun karena keterbatasannya data. 16 3.389 4.344 4.977
17 3.255 4.172 4.780
Tabel 5.2 Curah hujan maksimum bulanan Pos 18 3.133 4.016 4.601
Lumpangi/Loksado 19 3.023 3.874 4.438
20 2.921 3.744 4.289
21 2.827 3.624 4.152
No. R (mm) No. R (mm) 22 2.741 3.513 4.025
23 2.661 3.411 3.907
24 2.587 3.315 3.798

8
5.4 Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus:
T c = t1 + t2
( )
√ Direncanakan gorong-gorong segi empat dari beton
(box culvert) (K = 70) dengan penutup dari plat beton
bertulang. Dianggap gorong-gorong terisi penuh.
Tabel 5.6 Hasil perhitungan waktu konsentrasi pada
saluran kolektor Maka,

Dipakai, h = 0.600 m
b = 2 h = 2 x 0.600 = 1.200 m
5.5 Analisa Hidrolika
Untuk menghindari terjadi pengendapan dan Kontrol kecepatan :
tumbuhnya vegetasi tanaman air maka kecepatan ( )
minimum aliran yang terjadi dalam saluran ialah sebesar ( ) ( )
0.6 m/detik (Wesli, 2008). Dalam perencanaan drainase
jalan Lumpangi – Batulicin ini diambil kecepatan aliran <
1.5 m/detik agar tidak terjadi kerusakan pada saluran yang
terbuat dari beton. Dengan memperhatikan kecepatan yang * +
diijinkan maka dapat direncanakan kemiringan dasar
saluran dengan menggunakan rumus: * +
Kemiringan memanjang box culvert didapat =
1/400 = 0.25 % dari hasil plot Gambar 5.3 hubungan
antara debit dengan kecepatan rencana saluran:

( )

Dimana, n merupakan angka kekasaran manning


diambil 0.014 untuk saluran beton, V untuk kecepatan, dan
R adalah radius hidrolika. Dengan mengacu pada
ketentuan-ketentuan yang ada maka dimensi untuk saluran
utama contoh perhitungannya dibawah ini:
h = 0.6 m (trial and error)
D = h + f = 0.5 + 0.2 = 0.8 m (f = 0.2 untuk debit 0.5 – 1.5
m³/detik)
b=1m
Luas penampang basah (A) = 2(h2) Gambar 5.3 Grafik hubungan antara debit dengan
A = 2(0.52) kecepatan saluran dalam penentuan kemiringan box culvert
A = 0.72 m2
Keliling penampang basah (P) = 4(h) = 4 x (0.72) = 2.4 m Tabel 5.7 Debit banjir rencana (Qr) dengan metode
Jari-jari Hidrolis (R) = A / P = 0.72 / 2.4 = 0.3 m rasional

< 1.5 /det (OK)


Qs = A x V = 0.720 x 1.432 = 1.031 m3/detik Qs > Qr Tabel 5.8 Dimensi dan debit saluran kolektor
(OK)

Tabel 5.9 Dimensi gorong-gorong dan kontrol kecepatan


rencana

Gambar 5.2 Dimensi penampang saluran kolektor


Contoh perhitungan saluran pembagi (box culvert):
L = 25.261 m
direncanakan = 1.500 m/det

9
Gambar 5.4 Detail penulangan box culvert Gambar 6.1 Desain dinding MSE menggunakan geogrid
metoda FHWA-NHI-10-024

Gambar 5.5 Profil melintang STA 0+000 setelah dipasang


box culvert
Gambar 6.2 Desain dinding MSE menggunakan geogrid
6. KESIMPULAN DAN SARAN metoda Schmertmann et al (1987)
6.1 Kesimpulan 3. Dari hasil analisa program software plaxis professional
Dari hasil analisa perencanaan dinding MSE pada
8.2 pada stabilitas global dapat disimpulkan bahwa
perkuatan tanah timbunan di Ruas Lumpangi–Batulicin, dalam pemasangan dinding MSE menggunakan
Batulicin dapat disimpulkan desain dengan metoda
geogrid adalah aman FS = 1.547 (FS > 1.3).
FHWA-NHI-10-024 lebih kritis, sehingga ditinjau dari 4. Hasil dari perencanaan sistem drainase sepanjang
segi keamanan metode FHWA-NHI-10-024 lebih aman
longsoran jalan P5 Lumpangi-Batulicin berupa saluran
dan digunakan pada stabilitas global menggunakan terbuka berbentuk persegi dan gorong-gorong (box
bantuan software Plaxis Professional 8.2 dipakai beberapa
culvert) melintang jalan pada elevasi terendah
hal, yaitu: memanjang jalan yaitu STA 0+000. Berikut adalah
1. Pada perencanaan dinding MSE menggunakan geogrid dimensi saluran drainase di sepanjang jalan Lumpangi-
metoda FHWA-NHI-10-024 didapat: Batulicin, Batulicin.
a. Tebal lapisan (Sv) adalah 0.5 m dan satu lapisan a. Saluran Utama, sepanjang 150 m di sebelah kanan
teratas yaitu 0.36 m. jalan.
b. Facing yang digunakan ialah Modular Block Wall h = 0.600 m b = 1.200 m S = 0.025
Tensar T-Block beserta konektornya. D = 1.000 m a = 0.720 m
c. Geogrid tipe uniaxial yang digunakan ialah b. Gorong-gorong box culvert dengan panjang L =
produk dari Tensar. 25.261 m pada STA 0+000 melintang jalan.
d. Panjang perkuatan Geogrid (L) adalah 6.552 m.
e. Terdapat variasi jenis Mutu Geogrid hingga 7 h = 0.500 m = 1.462 m/detik (<1.5 OK) D =
kekuatan berbeda yaitu pada kedalaman 0.36 – 0.500 m b = 1.000 m
1.86 m, 2.36 – 2.86 m, 3.36 – 4.36 m, 4.86 – 5.36
m, 5.86 – 6.86 m, 7.36 – 7.86 m, dan 8.36 – 9.36 6.2 Saran
m. 1. Untuk mendapatkan hasil perencanaan yang lebih
2. Pada perencanaan dinding MSE menggunakan geogrid valid, sebaiknya ditambahkan dengan perhitungan
metoda Schmretmann et al. 1987 didapat: RAB agar dapat dihitung biaya eksak yang
a. Tebal lapisan (Sv) adalah 0.36 pada bagian teratas dikeluarkan.
dan sisanya memakai 0.5 m. 2. Material tanah yang digunakan dapat lebih
b. Facing yang digunakan ialah jenis Modular Block
bervariasi karena timbunan pilihan seperti jenih
Wall Tensar T-Block beserta konektornya.
c. Geogrid tipe uniaxial yang digunakan ialah tanah yang didesain sukar didapat untuk daerah
produk dari Tensar. Kalimantan Selatan.
d. Panjang perkuatan Geogrid (L) adalah 7.105 m.
e. Terdapat variasi jenis Mutu Geogrid pada 3 DAFTAR PUSTAKA
lapisan berbeda yaitu kedalaman 0.36 – 2.36 m, Das, Braja M., Endah, Noor, Mochtar, Indrasurya B.,
2.86 – 5.86 m, dan 6.36 – 9.36 m. Mekanika Tanah (Prinsip - prinsip Rekayasa
Geoteknis) Jilid 1, 1988, Erlangga, Jakarta.

10
Das, Braja M., Endah, Noor, Mochtar, Indrasurya B.,
Mekanika Tanah (Prinsip - prinsip Rekayasa
Geoteknis) Jilid 2, 1993, Erlangga, Jakarta.
Das, Braja. M., Principles of Geotechnical
Engineering 7th Edition, 1983, Cengage
Learning, United States of America.
Hardiyatmo, H.C, Geosintetik Untuk Rekayasa Jalan Raya
Perancangan dan Aplikasi, 2013, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Shukla, S.K. dan Yin, J.H., Geosynthetics and Their
Applications, 2006, Thomas Telford Publishing
Ltd, I Heron Quay, London, United Kingdom.
Holtz, R.D., Geosynthetic Design and Construction
Guidelines; Participant Notebook, 1998, The
Ninth Spencer J. Buchanan lecture, University of
Washington, United States of America.
Koerner, Robert M., Designing with Geosynthetics 5th
Edition, 2005, Prentice Hall; New Jersey.
Wesli, Ir., Drainase Perkotaan, 2008, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Triatmodjo, Bambang., Hidrolika II, 1996, Beta Offset,
Yogyakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Bina Teknik,
2009, Perencanaan dan Pelaksanaan Perkuatan
Tanah dengan Geosintetik. Departemen Pekerjaan
Umum, Jakarta.
Publication No. FHWA-NHI-10-024, 2009, Mechanically
Stabilized Earth Wall and Reinforced Soil Slopes
Design & Construction Guidelines Volume I, NHI-
10-024 National Highway Institute Office of
Bridge Technology.
Departemen Pekerjaan Umum, 2006, Perencanaan Sistem
Drainase Jalan Pd.T-02-2006-B. Direktorat
Jenderal Bina Marga. Jakarta.
Gouw Tjie-Liong, 2013, Faktor Elongasi Dalam
Penentuan Kuat Tarik dan Kekakuan Geosintetik,
3rd Short Course Journal and Seminar, Jakarta.

11

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai