net/publication/342378174
CITATIONS READS
0 1,648
12 authors, including:
All content following this page was uploaded by Muhammad Isra Andria on 23 June 2020.
1
1. Data tanah dan hidrologi yang digunakan adalah Material yang membentuk lereng memiliki
data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait. kecenderungan tergelincir dibawa beratnya sendiri dan
2. Debit air yang ditinjau hanyalah dari curah hujan gaya-gaya luar yang ditahan oleh kuat geser tanah dari
daerah setempat. material tersebut. Gangguan terhadap kestabilan terjadi
3. Tidak memperhitungkan Rencana Anggaran Biaya bila tahanan geser tanah tidak dapat mengimbangi gaya-
(RAB) dalam pengerjaan perkuatan timbunan gaya yang menyebabkan gelincir pada bidang longsor.
lereng. Penyebab gerakan tanah dan longsoran terdiri dari suatu
4. Tidak meninjau adanya pengaruh terjadinya gempa. seri kejadian yang dapat berasal dari alam maupun oleh
manusia. Dalam banyak kasus, penyebab tersebut sering
1.4 Manfaat Perancangan tidak dapat dihindarkan. Penyebab yang paling umum
Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini: adalah unsur geologi, topografi dan iklim. Jarang sekali
1. Bermanfaat bagi perencana dan kontraktor sebagai penyebab gerakan ini bersifat tunggal tetapi pada
kajian alternatif dalam melaksanakan konstruksi umumnya kombinasi dari beberapa faktor. Penyebab
gerakan tanah dan longsoran ini harus lebih dulu
timbunan pada lereng untuk daerah dengan kasus
dimengerti sebelum suatu tindakan pencegahan atau
yang sama. tindakan remedial dilakukan. Terzaghi (1950) membagi
2. Bermanfaat bagi penyusun sebagai penerapan ilmu penyebab longsoran lereng terdiri dari 2 hal: akibat
selama duduk di bangku kuliah dan merupakan pengaruh luar (external effect) dan pengaruh dalam
tambahan ilmu pengetahuan. (internal effect). Pengaruh luar yaitu pengaruh yang
3. Sebagai bahan referensi dan bacaan tugas akhir menyebabkan bertambahnya gaya geser dengan tanpa
bagi mahasiswa lainnya. adanya perubahan kuat geser dari tanahnya. Contoh
pengaruh luar (external effect) yaitu:
1. Air hujan tertahan di atas lereng
2. DATA PERANCANGAN Perubahan kadar air baik karena air hujan maupun
2.1 Lokasi Proyek resapan air tempat lain dalam tanah akan segera
Perancangan perkuatan timbunan pada lereng ini meningkatkan kadar air dan menurunkan kekuatan
terletak pada proyek penanganan kelongsoran ruas jalan geser dalam lapisan tanah. Aliran air tanah akan
Lumpangi – Batulicin dengan mengambil P5 (Penanganan mempercepat terjadinya longsor karena air bekerja
titik 5) sebagai acuan desain awal. sebagai pelumas. Bidang kontak antar butir akan
melemah karena air dapat menurunkan tingkat
kelekatan butir.
2. Timbunan tanah
Suatu lereng yang baru saja ditimbuni dengan
tanah, di atasnya dibangun sebuah bangunan
misalnya rumah. Lereng itu dapat mengalami
kelongsoran karena belum kuat menahan beban di
atasnya akibat timbunan yang masih baru.
3. Getaran
Pengaruh getaran berupa gempa, ledakan dan
getaran mesin dapat mengganggu kekuatan geser
Gambar 2.1 Dokumentasi lapangan pada STA 0+075 dalam tanah.
penanganan kelongsoran P5 dimana terjadi keamblasan Pengaruh dalam yaitu longsoran yang terjadi dengan
pada badan jalannya tanpa adanya perubahan kondisi luar atau gempa bumi.
Faktor-faktor yang menyebabkan pengaruh dalam
2.2 Fungsi Bangunan tersebut antara lain:
Terdapat fungsi bangunan sebagai dinding tanah
1. Kondisi awal
penopang jalan baru (geoteknik) dan desain baru
a. Tergantung dari jenis tanah.
dr0061inase terbuka sebagai bangunan penahan timbunan
b. Tergantung dari struktur geologi: lapisan berada
pelebaran jalan sebesar 15 meter ke arah luar dari lereng
di atas tanah lempung lunak; lapisan berselang-
beserta sistem drainasenya sehingga diharapkan dapat
seling antara tanah yang berpermeabilitas rendah
menahan kebutuhan konstruksinya dan meminimalisir
dengan yang berpermeabilitas tinggi.
tidak terjadi lagi kelongsoran akibat gerusan.
2. Pelapukan
3. Perubahan berat volume dan tekanan air pori
2.3 Data Pendukung Perancangan a. Berat volume yang menjadi jenuh.
Dalam perancangan perkuatan timbunan baru serta
b. Kenaikan tekanan air pori (akibat naiknya muka
sistem drainase pada lokasi studi ini didapat data sekunder
air tanah) karena hujan yang berkepanjangan,
dari instansi terkait berupa hasil survey topografi,
pembangunan dan pengisian waduk, gangguan
penyelidikan tanah, dan curah hujan harian maksimum
pada sistem drainase dan lain-lain.
lokasi studi. Adapun penyelidikan tanah dasar meliputi uji
laboratorium, sondir pada 2 titik pengujian beserta uji N-
SPT. 2.4.2 Geogrid
Geogrid berbentuk seperti lembaran rakit
2.4 Studi Literatur berlubang-lubang yang dihamparkan di dalam tanah untuk
menciptakan struktur tanah yang lebih kuat. Berbeda
2.4.1 Penyebab Longsoran
2
dengan geotekstil, geogrid lebih berfungsi sebagai
tulangan atau perkuatan, dan tidak mempunyai sifat-sifat
yang terkait dengan pemisah, drainase, filtrasi, dan
penghalang air.
3
Dalam konsep desain AASHTO-LRFD, ada empat 3.2 Tahapan Desain Schmertmann et al
kondisi yang membatasi, dimana merepresentasikan (1987)
kinerja desain struktur, yaitu: kondisi batas Strength I (1); 1. Menentukan paramater tanah lokasi studi
kondisi batas Service I (2); kondisi batas Extreme Event I berdasarkan data primer atau sekunder yang
(3) dan Extreme Event II (4). Dari kebanyakan desain diperoleh:
dinding penahan, kondisi batas kekuatan atau layan adalah Tabel 3.1 Parameter tanah yang harus ditentukan
yang paling minimal digunakan dan pada sub desain Sifat Tanah Timbunan Diperkuat
spesifik seperti gempa, efek roda kendaraan adalah kondisi (kN/m3) (°) (kN/m2)
batas ekstrim yang menjadi pengontrol (FHWA-NHI-10-
024 GEC 011-Vol I). Sifat Tanah Dasar
4
10. Perhitungan Stabilitas Internal meliputi:
Tabel 3.4 Hitungan Stabilitas Internal
5
Berdasarkan hasil penyelidikan tanah dengan uji 4. Gaya maksimum yang harus ditahan Geogrid ialah:
SPT dan Sondir digambarkan sketsa lapisan awal tanah ( )
lokasi studi guna memprediksi korelasi yang sesuai pada 0.500 x 0.410 x 19 x ( )
Gambar 4.1 dan pendimensian awal perkuatan dinding 401.231 kN/m
MSE. 5. Kuat tarik Geogrid dibagi menjadi 3 bagian agar
diperoleh optimasi yang cukup, yaitu sebagai
berikut:
- Zona 1: ⁄
66.872 kN/m
- Zona 2: ⁄
133.743 kN/m
- Zona 3: ⁄
⁄
Gambar 4.1 Statigrafi tanah dasar STA 0+075
6. Perhitungan panjang minimum tulangan dari
4.2 Parameter Tanah stabilitas menyeluruh dan panjang tulangan
4.2.1 Sifat Teknik Tanah Dasar minimum dari penggelinciran langsung diperoleh
Nilai didapat dari perbandingan dari korelasi Gambar 3.3 yaitu:
hasil pengujian lapangan dimana nilai paling kritis akan ( )
dipilih. Pengujian lapangan meliputi uji SPT dan sondir ( )
sebagai berikut hasil perhitungannya:
Tabel 4.1 Korelasi hasil uji N-SPT pada kedalaman ±9 m
terhadap nilai parameter tanah dasar ( ) 0
( )
Tabel 4.2 Korelasi hasil uji sondir titik 2 pada kedalaman Karena ( ) ( ) maka dipilih
±4 m terhadap nilai parameter tanah dasar tulangan dengan panjang yang sama yaitu 7.105 m.
7. Stabilitas Eksternal didapat FSgeser = 5.665 >
1.500 (OK), FSguling = 15.246 > 2.000 (OK), dan
FSdayadukung = 5.748 > 2.000 (OK).
8. Stabilitas Internal terhadap bidang kritis Rankine
Tabel 4.3 Kesimpulan hasil parameter tanah dasar (Cabut) ialah:
Tabel 4.5 Rekapitulasi panjang perkuatan per
lapisan terhadap bidang kritis Rankine
6
Z σh Tmax Tal Tr Tmax <
(m) (kN/m2) (kN/m) (kN/m) (kN/m) Tr
0.36
8.354 3.007 12.308 11.077 OK Tabel 4.8 Rekapitulasi hasil desain dinding MSE
0
0.86
12.705 6.352 12.308 11.077 OK dengan metode FHWA-NHI-10-024
0
1.36 Z Lpakai npanjang Mutu Geogrid Tult nmutu
17.056 8.528 12.308 11.077 OK
0 (m) (m) (buah) (kN/m) (buah)
1.86
21.407 10.703 12.308 11.077 OK 0.36
0 50.000
0
2.36
25.758 12.879 18.462 16.615 OK 0.86
0 50.000
0
2.86 4
30.109 15.054 18.462 16.615 OK 1.36
0 50.000
0
3.36
34.460 17.230 24.615 22.154 OK 1.86
0 50.000
0
3.86
38.811 19.405 24.615 22.154 OK 2.36
0 75.000
0
4.36 2
43.162 21.581 24.615 22.154 OK 2.86
0 6.55 11.000 75.000
0
4.86
47.513 23.756 30.769 27.692 OK 3.36
0 100.000
0
5.36
51.864 25.932 30.769 27.692 OK 3.86
0 100.000 3
0
5.86
56.215 28.107 36.923 33.231 OK 4.36
0 100.000
0
6.36
60.566 30.283 36.923 33.231 OK 4.86
0 125.000
0
6.86 2
64.917 32.458 36.923 33.231 OK 5.36
0 125.000
0
7.36
69.268 34.634 43.077 38.769 OK 5.86
0 150.000
0
7.86
73.619 36.809 43.077 38.769 OK 6.36
0 150.000 3
0
8.36
77.970 38.985 49.231 44.308 OK 6.86
0 150.000
0
8.86
82.321 41.160 49.231 44.308 OK 7.36
0 3.76 4.000 175.000
0
9.36 2
86.672 43.336 49.231 44.308 OK 7.86
0 175.000
0
8.36
200.000
Tabel 4.7 Rekapitulasi kontrol panjang perkuatan 0
8.86
terhadap keruntuhan cabut (bidang kritis Rankine) 0
200.000 3
9.36
2 200.000
0 1
7
1 109.00 11 60.00
2 85.00 12 57.00
3 80.50 13 54.50
4 78.00 14 54.00
5 75.50 15 52.00
6 75.00 16 51.50
7 72.00 17 50.00
8 68.00 18 49.00
9 67.00 19 46.00
10 61.00 20 44.00
Jumlah = 771.0
8
5.4 Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus:
T c = t1 + t2
( )
√ Direncanakan gorong-gorong segi empat dari beton
(box culvert) (K = 70) dengan penutup dari plat beton
bertulang. Dianggap gorong-gorong terisi penuh.
Tabel 5.6 Hasil perhitungan waktu konsentrasi pada
saluran kolektor Maka,
√
Dipakai, h = 0.600 m
b = 2 h = 2 x 0.600 = 1.200 m
5.5 Analisa Hidrolika
Untuk menghindari terjadi pengendapan dan Kontrol kecepatan :
tumbuhnya vegetasi tanaman air maka kecepatan ( )
minimum aliran yang terjadi dalam saluran ialah sebesar ( ) ( )
0.6 m/detik (Wesli, 2008). Dalam perencanaan drainase
jalan Lumpangi – Batulicin ini diambil kecepatan aliran <
1.5 m/detik agar tidak terjadi kerusakan pada saluran yang
terbuat dari beton. Dengan memperhatikan kecepatan yang * +
diijinkan maka dapat direncanakan kemiringan dasar
saluran dengan menggunakan rumus: * +
Kemiringan memanjang box culvert didapat =
1/400 = 0.25 % dari hasil plot Gambar 5.3 hubungan
antara debit dengan kecepatan rencana saluran:
( )
9
Gambar 5.4 Detail penulangan box culvert Gambar 6.1 Desain dinding MSE menggunakan geogrid
metoda FHWA-NHI-10-024
10
Das, Braja M., Endah, Noor, Mochtar, Indrasurya B.,
Mekanika Tanah (Prinsip - prinsip Rekayasa
Geoteknis) Jilid 2, 1993, Erlangga, Jakarta.
Das, Braja. M., Principles of Geotechnical
Engineering 7th Edition, 1983, Cengage
Learning, United States of America.
Hardiyatmo, H.C, Geosintetik Untuk Rekayasa Jalan Raya
Perancangan dan Aplikasi, 2013, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Shukla, S.K. dan Yin, J.H., Geosynthetics and Their
Applications, 2006, Thomas Telford Publishing
Ltd, I Heron Quay, London, United Kingdom.
Holtz, R.D., Geosynthetic Design and Construction
Guidelines; Participant Notebook, 1998, The
Ninth Spencer J. Buchanan lecture, University of
Washington, United States of America.
Koerner, Robert M., Designing with Geosynthetics 5th
Edition, 2005, Prentice Hall; New Jersey.
Wesli, Ir., Drainase Perkotaan, 2008, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Triatmodjo, Bambang., Hidrolika II, 1996, Beta Offset,
Yogyakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Bina Teknik,
2009, Perencanaan dan Pelaksanaan Perkuatan
Tanah dengan Geosintetik. Departemen Pekerjaan
Umum, Jakarta.
Publication No. FHWA-NHI-10-024, 2009, Mechanically
Stabilized Earth Wall and Reinforced Soil Slopes
Design & Construction Guidelines Volume I, NHI-
10-024 National Highway Institute Office of
Bridge Technology.
Departemen Pekerjaan Umum, 2006, Perencanaan Sistem
Drainase Jalan Pd.T-02-2006-B. Direktorat
Jenderal Bina Marga. Jakarta.
Gouw Tjie-Liong, 2013, Faktor Elongasi Dalam
Penentuan Kuat Tarik dan Kekakuan Geosintetik,
3rd Short Course Journal and Seminar, Jakarta.
11