BAB I
PENDAHULUAN
1.1 ENGINEERING
Engineering atau disebut Rekayasa adalah ilmu aplikasi yang membahas bagaimana
memanfaatkan sumber daya alam yang ada menjadi suatu produk yang bermanfaat
untuk orang banyak. Ilmu aplikasi sangat berbeda dengan ilmu-ilmu murni seperti fisika,
kimia dan matematika. Karena engineering adalah ilmu aplikasi maka bidang yang
termasuk engineering sangat luas, tidak terbatas pada Civil Engineering saja. Civil
Engineering masih terbagi lagi dalam berbagai bidang seperti Soil Engineering,
Hidrological Engineering, Structure Engineering, Highway Engineering, Traffic Engi-
neering, dan sebagainya. Bahkan sudah lama berkembang Chemical Engineering, tetapi
bukan ilmu kimia murni sebagaimana yang disebutkan diatas. Demikian pula dengan
pesatnya perkembangan Physically Engineering yang produknya nampak dalam
kehidupan sehari-hari seperti produk-produk wireless (tanpa kabel) dan sebagainya.
1.2 EKONOMI
Harga bahan konstruksi selalu mengikuti hukum ekonomi yaitu permintaan dan
penawaran. Jika permintaan tinggi dan penawaran rendah (bahan tidak tersedia cukup di
pasar bebas) maka harga bahan konstruksi semakin tinggi dan sebaliknya. Agar
diperoleh bahan konstruksi yang murah maka sumber alam suatu daerah harus disurvey
depositnya. Jika depositnya sangat banyak maka bahan konstruksi tersebut merupakan
salah satu pilihan utama..
Karena bahan konstruksi yang dipergunakan di dalam Pekerjaan secara teknis harus:
Memenuhi spesifikasi dan standar yang berlaku.
Memenuhi ukuran, pembuatan, jenis dan mutu yang disyaratkan dalam Gambar dan
Spesifikasi ini, atau sebagaimana secara khusus disetujui tertulis oleh Engineer.
Semua produk harus baru.
dan secara ekonomis harus :
Murah
Jumlah banyak
Mudah diperoleh
serta tidak menimbulkan dampak lingkungan dalam eksploitasinya, maka pemilihan bahan
konstruksi selalu dihubungkan dengan sumber alam yang tersedia dan lingkungan
sekitarnya.
Desainer selalu harus memilih bahan konstruksi yang paling ekonomis. Jika tidak sangat
terpaksa misalnya alasan teknis maka disarankan untuk tidak menggunakan bahan
konstruksi yang berasal luar daerah tersebut.
Kontraktor harus menentukan sendiri jumlah serta jenis peralatan dan pekerja yang
dibutuhkan untuk menghasilkan bahan yang memenuhi Spesifikasi. Dengan demikian,
kontraktor harus menggunakan metode eksploitasi yang paling ekonomis.
Kontraktor harus menyadari bahwa contoh-contoh bahan tersebut tidak mungkin dapat
menentukan batas-batas mutu bahan dengan tepat pada seluruh deposit, dan variasi mutu
bahan harus dipandang sebagai hal yang biasa dan sudah diperkirakan. Dengan demikian,
harga bahan konstruksi akan menjadi lebih mahal jika banyak lokasi deposit yang tidak
memenuhi batas-batas mutu bahan konstruksi.
Kontraktor harus memahami dampak lingkungan yang mungkin terjadi akibat pelak-
sanaan kegiatan konstruksi, serta cara penanganannya sesuai dengan petunjuk
Engineer. Sebelum melaksanakan kegiatan fisik di lapangan, Kontraktor harus menyusun
program pelaksanaan manajemen lingkungan yang harus mendapat persetujuan dari
Engineer.
Upaya Pengelolaaan Lingkungan berkaitan dengan eksploitasi sumber bahan jalan dan
jembatan :
1. Dalam pemilihan lokasi sumber bahan (quarry), beberapa arahan di bawah ini harus
diperhatikan :
a. Prioritas harus diberikan pada lokasi sumber bahan yang sudah dibuka, bilamana
jumlah dan mutunya memenuhi.
b. Lokasi sumber bahan harus dipilih harus memberikan rasio tertinggi antara
kapasitas bahan yang digali (baik kuantitas maupun kualitas) dan kehilangan
sumber daya negara.
c. Lokasi sumber bahan yang berdekatan dengan alinyemen jalan, yang sangat
mudah diambil dan mempunyai tebing yang tidak curam lebih disarankan.
d. Eksploitasi sumber bahan di daerah sumber daya alam yang vital harus dihindari,
seperti hutan tanaman berkayu dan hutan lebat lainnya maupun daerah-daerah
penghasil bahan makanan dan hutan lindung untuk burung dan hewan lainnya.
BAB II
PERKERASAN
akan sangat mempengaruhi daya dukung tanah, sehingga jika kondisi dalam basah
lapisan berbutir yang lebih tebal harus disediakan untuk memperkecil beban pada tanah
dasar.
LAPIS PONDASI ATAS dapat terbuat dari lapisan beraspal, bahan berbu-
(Base Course) tir, bahan yang distabilisasi dengan semi/kapur.
LAPIS PONDASI BAWAH dapat terbuat dari lapisan beraspal, bahan berbu-
(Subbase Course) tir, bahan yang distabilisasi dengan semen/kapur
Parameter yang paling sering digunakan untuk perkerasan lentur adalah California Bearing
Ratio disingkat CBR karena metode CBR merupakan cara perhitungan perkerasan yang
paling awal digunakan.
CBR adalah perbandingan beban untuk penetrasi piston seluas 3 inch persegi sedalam 0,1
inch terhadap beban 3000 lbs, atau 0,2 inch terhadap beban 4500 lbs.
Biasanya diambil yang penetrasi 0,1 inch. Jika yang 0,2 inch memberikan CBR yang lebih
besar dari yang 0,1 inch maka pengujian harus diulang. Jika pengujian ulang memberikan
hasil yang masih tetap sama, maka diambil CBR dengan penetrasi 0,2 inch.
Beban
Piston Penekan
Penetrasi
Luas Alas 3 inch2
Secara umum, CBR yang ekonomis untuk tanah dasar adalah sama dengan atau diatas 6.
Bilamana CBR tanah dasar agak kecil maka tanah dasar tersebut harus ditingkatkan dengan
cara yang ekonomis yaitu pemasangan capping layer yang terdiri dari “Timbunan Pilihan“
(CBR > 10) :
1. Jika CBR antara 3 sampai 5 maka digunakan capping layer sekitar 20 cm
2. Jika CBR dibawah 3 maka digunakan capping layer sekitar 35 cm
Pemasangan capping layer ini dimaksudkan untuk memperoleh CBR gabungan antar
capping layer dengan CBR tanah di bawahnya yang mendekati 6.
Capping Layer
Tanah Asli
Beban Beban
PERKERASAN KAKU
PERKERASAN LENTUR
L L