LAPORAN PRAKTIKUM
MINE HAULING ROAD (MHR)
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Nilai keberhasilan suatu pekerjaan sangat sulit ditentukan secara tepat karena
mencakup beberapa faktor seperti faktor manusia, mesin dan kondisi kerja. Efisiensi
waktu, efisiensi kerja, efisiensi operator dan kesediaan alat sangat mempengaruhi
keberhasilan dari suatu operasi. Effisiensi kerja merupakan persentase waktu kerja
produktif dengan waktu kerja yang tersedia yang dipengaruhi oleh waktu-waktu
hambatan. Effisiensi kerja ini akan mempengaruhi kemampuan produksi dari suatu
alat.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas alat angkut
adalah geometri dari jalan angkut yang dilalui oleh alat angkut itu sendiri. Kondisi
geometri jalan angkut yang berpengaruh meliputi, lebar jalan pada keadaan jalan
lurus dan jalan tikungan, kemiringan jalan (grade) atau tanjakan, cross slope dan
superelevasi. Lebar jalan pada jalan lurus dan jalan tikungan, kemiringan (grade)
jalan dan superelevasi berpengaruh terhadap waktu tempuh bermuatan maupun
waktu tempuh kembali kosong. Penentuan lebar jalan angkut tambang didasarkan
pada unit alat angkut yang memiliki dimensi paling besar yang sedang beroperasi.
Lebar jalan pada keadaan tikungan biasanya dibuat selalu lebih besar dari pada jalan
lurus hal ini bertujuan untuk mengantisipasi dan menghindari kemungkinan adanya
penyimpangan dari lebar alat angkut yang disebabkan oleh sudut yang dibentuk oleh
roda depan dengan badan truk saat melintasi tikungan. (Ibrahim et al., 2018)
Dalam suatu aktivitas penambangan, jalan tambang merupakan salah satu
faktor yang menunjang untuk kelancaran penambangan, jalan tambang mempunyai
fungsi yang sangat penting karena menghubungkan tempat-tempat tertentu yang
penting keberadaannya di lokasi tambang, salah satunya lokasi penambangan dengan
area crushing plant. Sebelum menentukan geometri jalan yang akan dibuat maka
perlu diketahui spesifikasi alat angkut yang akan digunakan. Jalan yang baik akan
mendukung terpenuhinya target produksi yang diinginkan agar dapat meningkatkan
nilai efesiensi dan efektifitas kerja alat angkut serta tingkat keamananya dalam
operasional penambangan. (Wahyuni, 2018)
1.2.1. Maksud
Adapun maksud dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui desain pit
berdasarkan endapan menggunakan Vulcan 9.0.2.
1.2.2. Tujuan
1. Memahami konsep dasar pembuatan perencanaan jalan angkut;
2. Mampu menggunakan aplikasi Vulcan 9.0.2.
a.3.1 Alat
1. Laptop;
2. Mouse.
1.3.2 Bahan
1. Vulcan 9.0.2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terdapat beberapa jenis bahan galian yang umum ditambang dengan metode
penambangan quarry, seperti endapan sekunder (batukapur), batuan metamorf
(marmer) dan batuan beku (andesit).
Berdasarkan letak endapan bahan galian yang akan digali, metode
penambangan quarry dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu: (Sugiono and
Yulhendra, 2019)
2.2.1 Side Hill Type
Side hill type merupakan bentuk penambangan untuk batuan atau bahan
galian industri yang terletak di lereng-lereng bukit.
2.2.2 Pit Type (Subsurface Type)
Pit type adalah sistem penambangan yang diterapkan untuk menambang
mineral atau batuan yang terletak pada suatu daerah yang relatif datar. Permukaan
kerja (front) digali ke arah bawah sehingga membentuk cekungan (pit).
Geometri jalan produksi adalah ukuran dari bentuk fisik jalan produksi
tersebut meliputi lebar jalan (dalam keadaan lurus dan lebar jalan pada tikungan),
kemiringan jalan, kemiringan melintang (cross slope) dan superelevasi.
Geometri jalan angkut yang dibahas meliputi lebar jalan angkut baik lebar
jalan lurus maupun lebar jalan tikungan, grade (kemiringan jalan), kemiringan
melintang (cross slope), jari-jari dan superelevasi. (Audia Multriwahyuni,
MulyaGusman, 2017)
Fungsi utama jalan angkut adalah untuk menunjang kelancaran operasional
pengangkutan dalam kegiatan penambangan baik dalam pengangkutan ke stock pile
atau pengangkutan overburden di sekitar penambangan dan juga jalan angkut
merupakan bagian dari perencanaan yang lebih ditekankan pada rencana bentuk fisik
jalan sehingga bisa memenuhi fungsi dasar jalan tambang, karena tujuan dari
perencanaan geometri jalan angkut adalah menghasilkan infrastuktur yang aman,
memaksimalkan pelayanan dan memaksimalkan rasio tingkat pengunaan atau biaya
pelaksaan, bentuk ukuran, ruang jalan yang baik dan memberikan rasa nyaman
kepada alat yang melintas di atasnya dan pengemudi dump truck. Geometri jalan
angkut yang harus memperhatikan hal sebagai berikut: (Wahyuni, 2018)
2.4.1 Lebar Jalan Angkut
Lebar jalan angkut produksi sangat mempengaruhi kelancaran operasi
pengangkutan. Lebar jalan angkut daripit menuju disposal memiliki lebar yang
bervariasi. Pengukuran lebar jalan menggunakan meteran yang diukur pada masing-
masing segmen. Perhitungan lebar jalan lurus berbeda dengan lebar jalan tikungan
karena jalan lebar tikungan lebih besar daripada lebar jalan lurus. Jumlah lajur pada
jalan angkut produksi mempunyai 2 lajur (n) dengan unit alat angkut terbesar yang
menjadi patokan pengukuran lebar. (Audia Multriwahyuni, MulyaGusman, 2017)
Dalam sehari-hari dalam kegiatan penambangan, semakin lebar jalan angkut
maka semakin aman dan lancar lalu lintas pengangkutan. Umumnya jalan angkut
pada tambang dibuat untuk jalur tunggal dengan satu arah atau dua arah. Untuk
menghitung lebar jalan angkut dibedakan menjadi dua macam yaitu lebar jalan
angkut lurus dan lebar jalan angkut untuk belokan (tikungan). Penentuan lebar jalan
angkut lurus dan lebar jalan angkut belokan dalam perhitungan berbeda, lebar jalan
pada keadaan lurus.
Penentuan lebar jalan minimum untuk jalan lurus didasarkan pada rule of
thumb yang dikemukakan oleh AASHTO (American Association Of State Highway
And Transportation Officials) (1990) yaitu jumlah jalur kali lebar dump truck
ditambah setengah lebar truck untuk tepi kiri, kanan jalan dan jarak antara dua dump
truck yang sedang bersilangan lebar jalan minimum yang dipakai sebagai jalur ganda
atau lebih pada jalan lurus adalah sebagai berikut: (Wahyuni, 2018)
a. Lebar jalan pada jalan lurus
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih, menurut
Aashto Manual Ruler High Way Design, harus ditambah dengan setengan lebar alat
angkut pada bagian tepi kanan dan kiri jalan. (Supit, 2008)
Penentuan lebar jalan angkut pada jalur lurus dan tikungan yang didasarkan
pada rule of thumb yang dikemukakan oleh the American Association of The State
Highway and Transportation Officials (AASHTO) manual rural highway design
(1973). (Webisono et al., 2000)
b. Lebar jalan keadaan tikungan
Penentuan lebar jalan pada saat dump truck membelok berbeda dengan
keadaan jalan lurus, karena pada belokan terjadi pelebaran jalan yang sangat
tergantung dari jari-jari tikungan, sudut tikungan dan kecepatan rencana pelebaran
jalan.
Lebar jalan pada tikungan selalu lebih besar dari lebar jalan lurus. (Supit,
2008)
Penentuan lebar jalan pada tikungan didasarkan pada lebar lintasan alat
angkut yaitu lebar tonjolan kendaraan bagian depan dan bagian belakang pada saat
membelok. Lebar jalan angkut pada belokan selalu lebih besar dari pada lebar jalan
lurus. Pada jalur ganda, maka lebar minimum pada belokan didasarkan atas: lebar
jejak ban, lebar juntai (tonjolan), jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan dan
jarak dari kedua tepi jalan. (Webisono et al., 2000)
c. Kemiringan jalan (grade)
Superelavasi adalah kemiringan melintang pada jalan tikungan dari batas tepi
jalan terluar sampai batas tepi jalan terdalam jalan untuk mengimbangi gaya
sentrifugal dari komponen berat kendaraan. Nilai komponen berat kendaraan akan
semakin besar jika suatu tikungan jalan memiliki nilai superelevasi yang besar.
(Ibrahim et al., 2018)
Superelevasi ini bertujuan untuk membantu kendaraan dalam mengatasi
tikungan. Dengan superelevasi yang ada, diharapkan alat angkut tidak tergelincir
pada saat melewati tikungan dengan kecepatan yang maksimum. (Audia
Multriwahyuni, MulyaGusman, 2017)
e. Cross slope (kemiringan melintang)
Cross slope adalah kemiringan melintang jalan (horizontal) yang membentuk
sudut dari dua sisi permukaan jalan. Pada umumnya nilai cross slope untuk jalan
yang baik antara 1/50 sampai 1/25 atau 20 mm/m sampai 40 mm/m. (Ibrahim et al.,
2018)
Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan
terhadap bidang horizontal. Menurut Sukirman, Silvia cross slope ideal pada jalan
lajur lurus sebesar 20-40 mm/m. (Webisono et al., 2000)
Kemiringan melintang sangat perlu dibuat untuk mengatasi masalah drainase
supaya kondisi permukaan jalan tidak tergenang oleh air dan permukaan jalan tidak
mudah rusak sehingga aktivitas pengangkutan batubara menjadi lancar dan
produktivitas alat angkut menjadi optimal. (Audia Multriwahyuni, MulyaGusman,
2017)
GR adalah naik untuk kemiringan positif (memperbesar rimpull) dan menurun untuk
kemiringan negatif (memperkecil rimpull). Nilai suatu GR tergantung pada dua
faktor, yaitu besarnya kemiringan jalan (%) dan berat kendaraan tersebut (gross ton).
Besarnya kemampuan kekuatan tarik (pulling force) yang dimliki oleh mesin atau
suatu alat pada permukaan roda atau ban yang menyentuh permukaan jalur jalan
disebut Rimpull (RP). (Ibrahim et al., 2018)
2.5.1 Rimpull/Tractive Pull/Tractive Effort/Drawbar Pull
Merupakan besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan oleh
mesin suatu alat kepada permukaan jalur jalan atau ban penggeraknya yang
menyentuh permukaan jalur jalan. Rimpull biasanya dinyatakan dalam pounds (lbs).
(Webisono et al., 2000)