Oleh :
Rismawati
2016
Proposal Kerja Praktek Pt Vale Indnesia Tbk
Mengetahui
Ketua jurusan
Teknik pertambangan
Disetuji oleh :
Pembimbin I Pembimbin II
BAB I PENDAHULUAN
Konstruksi jalan tambang secara garis besar sama dengan jalan angkut di kota.
Perbedaan yang khas terletak pada permukaan jalannya (road surface) yang jarang sekali
dilapisi oleh aspal atau beton seperti pada jalan angkut di kota, karena jalan tambang
sering dilalui oleh peralatan mekanis yang memakai crawler track, misalnya bulldozer,
excavator, crawler rock drill (CRD), track loader dan sebagainya.
industri, kemudian hasil dari kerja praktek tersebut dapat digunakan sebagai suatu studi
kasus khusus (spesifikasi), yang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
memperoleh gelar sarjana program pendidikan Strata – I dalam bidang
pertambangan.
1.2. MASALAH
a. Bagimana proses desain jalan tambang di PT. Vale Indonesia Tbk ?
b. Apakah desain jalan tambang yang digunakan meningkatkan produksi
perusahaan ?
c. Apa saja yang mempengaruhi desain jalan tambang ?
1.3. TUJUAN
a. Mengetahui proses desain jalan tambang di PT. Vale Indonesia Tbk.
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi desain jalan tambang.
c. Mengetahui hubungan produksi dengan desain jalan tambang.
Proposal Kerja Praktek Pt Vale Indnesia Tbk
umum di jalan kota. Parit yang dilalui jalan tambang mungkin dapat diatasi dengan
pemasangan gorong-gorong (culvert), kemudian dilapisi oleh campuran tanah dan batu
sampai pada ketinggian jalan yang dikehendaki.
2.1. GEOMETRI JALAN ANGKUT
Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang kelancaran
operasi penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat yang
mungkin terdapat disepanjang rute jalan tambang harus diatasi dengan mengubah
rancangan jalan untuk meningkatkan aspek manfaat dan keselamatan kerja. Apabila
perlu dibuat terowongan (tunnel) atau jembatan, maka cara pembuatan dan konstruksinya
harus mengikuti aturan-aturan teknik sipil yang berlaku. Lajur jalan di dalam terowongan
atau jembatan umumnya cukup satu dan alat angkut atau kendaraan yang akan
melewatinya masuk secara bergantian. Pada kedua pintu terowongan ditugaskan penjaga
(Satpam) yang mengatur kendaraan masuk secara bergiliran, terutama bila terowongan
cukup panjang.
Geometri jalan angkut yang harus diperhatikan sama seperti jalan raya pada
umumnya, yaitu:
Lebar jalan angkut,
Jari-jari tikungan dan super- elevasi,
Kemiringan jalan, dan
Cross slope.
Alat angkut atau truk-truk tambang umumnya berdimensi lebih lebar, panjang
dan lebih berat dibanding kendaraan angkut yang bergerak di jalan raya. Oleh sebab itu,
geometri jalan harus sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan agar alat angkut
tersebut dapat bergerak leluasa pada kecepatan normal dan aman.
2.2. LEBAR JALAN ANGKUT
Jalan angkut yang lebar diharapkan akan membuat lalulintas pengangkutan lancar
dan aman. Namun, karena keterbatasan dan kesulitan yang muncul di lapangan, maka
lebar jalan minimum harus diperhitungan dengan cermat. Perhitungan lebar jalan angkut
yang lurus dan belok (tikungan) berbeda, karena pada posisi membelok kendaraan akan
membutuhkan ruang gerak yang lebih lebar akibat jejak ban depan dan belakang yang
ditinggalkan di atas jalan melebar. Disamping itu, perhitungan lebar jalan pun harus
mempertimbangkan jumlah lajur, yaitu lajur tunggal untuk jalan satu arah atau lajur
ganda untuk jalan dua arah.
Proposal Kerja Praktek Pt Vale Indnesia Tbk
• Jari-jari tikungan
Jari-jari tikungan jalan angkut berhubungan dengan konstruksi alat angkut yang
digunakan, khususnya jarak horizontal antara poros roda depan dan belakang.
memperlihatkan jari-jari lingkaran yang dijalani oleh roda belakang dan roda depan
berpotongan di pusat C dengan besar sudut sama dengan sudut penyimpangan roda
depan. Dengan demikian jari-jari belokan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
di mana :
R = jari-jari belokan jalan angkut, m
W = jarak poros roda depan dan belakang, m
ß = sudut penyimpangan roda depan, °
Proposal Kerja Praktek Pt Vale Indnesia Tbk
T = R tan ½ ?………………………….(8)
E = T tan ¼ ?…………………………..(9)
L = 0,01744 ? R…………………………(10)
Batasan yang dipakai di Indonesia dengan menggunakan tikungan bentuk lingkaran
(FC) adalah sebagai berikut:
Xs = absis titik SC pada garis singgung jarak dari titik TS ke SC (jarak l lurus
dari garis lengkung peralihan).
Ys = ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis singgung (jarak tegak l lurus ke
titik
SC pada garis lengkung peralihan).
Ts = panjang garis singgung dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST.
TS = titik antara garis lurus (singgung) dan spiral.
SC = titik antara spiral dan lingkaran.
Es = jarak dari PI ke busur lingkaran.
?s = sudut lengkung spiral.
Rc = jari-jari lingkaran.
p = pergeseran garis singgung terhadap spiral.
k = absis dari p pada garis singgung spiral.
• Superelevasi
Pada jalan yang membelok, badan jalan dimiringkan ke arah titik pusat belokan
yang disebut superelevasi. Superelevasi berhubungan erat dengan jari-jari belokan,
kecepatan kendaraan dan perubahan kecepatan (0,40 m/det³) seperti terlihat pada
persamaan (12). Superelevasi
dicapai secara bertahap dari kemiringan normal pada bagian jalan yang lurus
sampai ke kemiringan penuh (superelevasi) pada bagian jalan yang lengkung
Pada tikungan tipe S-C-S, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear dari
bentuk normal sampai titik TS kemudian awal lengkung peralihan sepanjang Ls dan
akhirnya sampai pada
superelevasi penuh sepanjang Lc. Sedangkan pada tikungan tipe FC,
pencapaian superelevasi dilakukan secara linear, diawali dari bagian lurus sepanjang
2/3 LS sampai dengan bagian lingkaran penuh 1/3 Ls. Metoda untuk mencapai
superelevasi yaitu dengan membuat diagram superelevasi, baik untuk tikungan tipe
FC maupun S-C-S.
Kemiringan melintang atau kelandaian pada penampang jalan diantara tepi
perkerasan luar dan sumbu jalan sepanjang lengkung peralihan disebut landai relatif.
Harga landai relatif disesuaikan dengan kecepatan rencana (VR) dan jumlah lajur
yang tersedia. Persamaan (22) dipakai untuk menghitung landai relatif dan Tabel 4
merupakan hasil perhitungan landai relatif dengan variasi kecepatan.
Proposal Kerja Praktek Pt Vale Indnesia Tbk
di mana :
1/m = landai relatif, %
e = superelevasi, m/m’
e n = kemiringan melintang normal, m/m’
B = lebar lajur, m
Ls = panjang lengkung peralihan, m (gunakan rumus 12)
Pada jalan mendaki juga diperlukan adanya panjang kemiringan (kelandaian) kritis, yaitu
suatu jarak maksimum agar pengurangan kecepatan kendaraan tidak lebih dari separuh
VR. Lama perjalanan pada jarak kritis tidak lebih dari 1 menit.
Angka cross slope dinyatakan dalam perbandingan jarak vertikal (b) dan horizontal
(a) dengan satuan mm/m atau m/m’ (lihat rumus 22). Jalan angkut yang baik memiliki
cross slope antara 1/50 sampai 1/25 atau 20 mm/m sampai 40 mm/m.
2.6. PERKERASAN JALAN ANGKUT
Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun di atas lapisan tanah dasar (sub-
grade) yang berfungsi untuk menopang beban lalulintas. Jenis konstruksi perkerasan
jalan pada umumnya ada tiga jenis, yaitu:
(1) perkerasan lentur (flexible pavement),
(2) perkerasan kaku (rigid pavement), dan
(3) perkerasan kombinasi lentur-kaku (composite pavement).
Perkerasan jalan angkut harus cukup kuat untuk menahan berat kendaraan dan
muatan yang melaluinya, dan permukaan jalannya harus dapat menahan gesekan roda
kendaraan, pengaruh air permukaan atau air limpasan (run off water) dan hujan. Bila
perkerasan jalan tidak kuat menahan beban kendaraan, maka jalan tersebut akan
mengalami penurunan dan pergeseran, baik pada bagian perkerasan jalan itu sendiri
maupun pada tanah dasarnya (sub-grade), sehingga akan menyebabkan jalan ber-
gelombang, berlubang dan bahkan bisa rusak berat. Bila perkerasan permukaan jalan
(road surface) rapuh terhadap gesekan ban atau aliran air, maka akan mengalami
kerusakan yang pada mulanya terjadi lubang-lubang kecil, lama kelamaan menjadi besar,
dan akhirnya rusak berat.
Tujuan utama perkerasan jalan angkut adalah untuk membangun dasar jalan yang
mampu menahan beban pada poros roda yang diteruskan melalui lapisan fondasi,
sehingga tidak melampaui daya dukung tanah dasar (sub-grade). Dengan demikian
perkerasan jalan angkut dipengaruhi oleh faktor-faktor kepadatan lalulintas, sifat fisik
dan mekanik bahan (material) yang digunakan, dan daya dukung tanah dasar.
2.7. EVALUASI LAPISAN TANAH DASAR (SUB-GRADE)
Daya dukung lapisan tanah dasar merupakan bagian yang sangat penting di dalam
merencanakan tebal lapisan perkerasan jalan. Oleh sebab itu evaluasi lapisan sub-grade
diarahkan untuk memperoleh suatu estimasi harga atau ukuran daya dukung tanah yang
caranya dapat dilakukan di lapangan atau di laboratorium mekanika tanah. Faktor-faktor
Proposal Kerja Praktek Pt Vale Indnesia Tbk
Yang sering digunakan dalam perkerasan jalan tambang adalah pengujian CBR
yang dikembangkan oleh California State High-way Department. Hasil pengujian CBR
di laboratorium mekanika tanah diplot ke dalam kurva CBR. Hasil yang diharapkan dari
kurva CBR adalah ketebalan lapisan-lapisan perkerasan di atas sub-grade sesuai
dengan jenis-jenis tanah atau material yang digunakan untuk perkerasan jalan tersebut.
Contoh penggunaan kurva CBR diberikan sebagai berikut:
Suatu konstruksi jalan tambang akan dibuat di atas lapisan sub-grade berjenis
lempung-lanauan dengan plastisitas sedang (silty clay of medium plasticity) dengan
harga CBR 5. Truck atau wheel loader yang melewati jalan tersebut mempunyai berat
maksimum 40.000 lbs. Disekitar jalan terdapat banyak pasir yang agak bersih dengan
harga CBR 15 yang dapat digunakan untuk lapisan diatasnya (sub-base). Diatas sub-base
adalah lapisan permukaan (road surface) yang dilapisi krakal yang baik (good gravel)
dengan harga CBR 80. Berapa tebal lapisan sub-base dan road surface agar daya dukung
lapisan sub-grade stabil.
Jawaban:
Step A: Dari titik harga CBR lapisan sub-grade = 5 ditarik garis vertikal ke bawah
hingga memotong kurva lengkung berat kendaraan 40.000 lbs. Dari titik perpotongan
tersebut ditarik garis horizontal ke arah ordinat “ketebalan sub-base” dan diperoleh
angka tebal 28 inci. Artinya, bahwa ketebalan permukaan jalan akhir paling tidak harus
28 inci di atas sub-grade.
Proposal Kerja Praktek Pt Vale Indnesia Tbk
Step B: Kemudian pasir bersih dengan CBR 15 dipotongkan dengan kurva lengkung
berat kendaraan 40.000 lbs. Dari titik perpotongan tersebut ditarik garis horizontal ke
arah ordinat “ketebalan sub-base” dan diperoleh angka tebal 14 inci. Artinya, bahwa
ketebalan material pasir bersih harus tetap 14 inci di bawah permukaan jalan.
Step C: Perpotongan antara harga CBR krakal yang baik 80 dengan berat kendaraan
40.000 lbs menghasilkan ketebalan lapisan 6 inci dari ordinat “ketebalan sub-base”.
Krakal yang merupakan material dipermukaan akhir jalan harus disebar-kan tetap 6 inci.
Dari contoh soal di atas diperoleh manfaat bahwa: (a) harga CBR sub-grade
menentukan ketebalan total lapisan perkerasan, (b) jumlah lapisan perkeras-an jalan
paling tidak ada dua lapis di atas sub-grade, dan (c) berat kendaraan berpengaruh
terhadap penentuan ketebalan perkerasan. Tabel 6 memperlihatkan daya dukung
beberapa material.
2.8. MATERIAL PERKERASAN
Material perkerasan yaitu material yang digunakan untuk melapisi permukaan sub-
grade. Berdasarkan atas sifat dasarnya, material perkerasan diklasifikasikan menjadi
empat kategori,yaitu:
(1) material berbutir lepas;
(2) material pengikat;
(3) aspal
(4) beton semen
Pada jalan tambang jarang sekali digunakan material aspal atau beton semen
karena pemanfaatan jalannya tidak terlalu lama atau selalu berpindah-pindah dalam
tempo yang relatif singkat mengikuti area penambangan. Namun, di lokasi perkantoran,
fasilitas kesehatan atau perumahan karyawan tetap digunakan material perkerasan dari
aspal atau beton semen. memperlihatkan karakteristik keempat jenis material perkerasan.
• Material berbutir
Material berbutir terdiri atas kerikil dari sungai atau agregat batuan hasil mesin
pemecah batu (crusher). Distribusi ukuran butir material tersebut harus mengikuti
standar baku, baik ASTM, AASHTO, NAASRA atau SNI, agardapat menghasilkan
kestabilan secara mekanis dan dapat dipadatkan. Dalam proses perkerasannya dapat
pula ditambahkan aditif untuk menambah kestabilan tanpa menambah kekakuan.
Proposal Kerja Praktek Pt Vale Indnesia Tbk
• Material terikat
Material terikat adalah material perkerasan yang dihasilkan dengan
menambahkan semen, kapur, atau zat cair lainnya dalam jumlah tertentu untuk
menghasilkan bahan yang terikat. Ikatan antar butir akan menghasilkan kuat tarik
yang besar, sehingga diharapkan lapisan perkerasan dapat menahan beban kendaraan
dengan baik dan berumur pakai lama.
• Aspal
Aspal adalah kombinasi bitumen dengan agregat yang dicampur, dihamparkan
dan dipadatkan dalam kondisi campuran yang masih panas, sehingga terbentuk
lapisan perkerasan. Kekuatan aspal diperoleh dari gesekan antara partikel-agregat,
viskositas bitumen pada saat pelaksanaan perkerasan, kohesi dalam massa bitumen,
dan adhesi antara bitumen dengan agregat. Adapun kegagalan perkerasan aspal yang
umum terjadi adalah akibat stabilitas yang kurang sehingga terjadi deformasi
permanen, atau akibat kelelahan sehingga terjadi retakan-retakan.
• Beton semen
Beton semen adalah agregat yang dicampur dengan semen PC secara basah.
Lapisan beton semen dapat digunakan sebagai lapisan fondasi bawah pada perkerasan
lentur dan kaku dan sebagai lapisan fondasi atas pada perkerasan kaku.
Sebagai lapisan fondasi bawah, beton semen dapat dituangkan begitu saja di
atas lapisan subgrade yang jelek (poor sub-grade) tanpa digilas., Beton semen harus
memiliki kuat tekan minimum 5 MPa setelah 28 hari jika menggunakan campuran
abubatu (flyash) dan jika tanpa abu batu kuat tekan minimumnya 7 MPa.
Pada perkerasan kaku memang selalu menggunakan beton semen sebagai
lapisan atau landasan fondasi atas. Prinsip parameter perencanaan fondasi beton
didasarkan atas kuat lentur rencana 90 hari. Setelah 90 hari diestimasi bahwa kuat
lentur fondasi cukup stabil pada ketebalan perkerasan yang telah diperhitungkan.
Karekteristik dan Kategori Material Perkerasan
2.9. LAPISAN PERKERASAN JALAN
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa terdapat tiga jenis konstruksi lapisan
perkerasan, yaitu lapisan perkerasan lentur, lapisan per-kerasan kaku dan lapisan
perkerasan kombinasi lentur-kaku. Setiap jenis lapisan perkerasan umumnya terdiri dari
2 – 3 susunan material di atas lapisan tanah dasar (sub-grade). Lapis paling atas adalah
lapis permukaan (surface course), dibawahnya adalah lapis fondasi atas (base course) dan
diantara base-course dengan sub-grade adalah lapis fondasi bawah (sub-base course).
Proposal Kerja Praktek Pt Vale Indnesia Tbk
a. Lapis permukaan
• Sebagai lapis perkerasan penahan beban roda yang mempunyai stabilitas tinggi
untuk menahan roda selama masa pelayanan
• Lapis kedap air, sehingga air hujan yang mengalir diatasnya tidak meresap
kedalamnya dan tidak pula melemahkan lapisan tersebut.
• Sebagai lapis aus (wearing course), artinya lapisan yang langsung menderita
gesekan akibat rem kendaraan, sehingga mengakibatkan keausan ban.
• Sebagai lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul
oleh lapisan lain yang mempunyai daya dukung lebih jelek.
b. Lapis fondasi atas
• Merupakan bagian perkerasan untuk menahan gaya melintang dari beban roda
dan menyebarkannya ke lapisan dibawahnya.
• Sebagai lapis peresapan untuk lapisan dibawahnya.
• Sebagai bantalan bagi lapis permukaan.
c. Lapis fondasi bawah
• Merupakan bagian perkerasan untuk menyebarkan beban roda kendaraan ke tanah
dasar.
• Untuk mengurangi tebal lapisan diatasnya karena material atau bahan untuk
fondasi bawah umumnya lebih murah dibanding perkerasan diatasnya, sehingga
dapat
• mengefisiensikan penggunaan material.
• Sebagai lapis peresapan agar air tanah tidak berkumpul di fondasi.
• Merupakan lapis pertama yang harus dikerjakan cepat agar dapat menutup lapisan
tanah dasar dari pengaruh cuaca, atau melemahkan daya dukung tanah dasar akibat
selalu menahan roda alat berat.
• Mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis fondasi.
d. Lapisan perkerasan lentur
Proposal Kerja Praktek Pt Vale Indnesia Tbk
• Lapisan perkerasan lentur terdiri dari 3 lapisan di atas tanah dasar, yaitu lapis
fondasi bawah, lapis fondasi atas dan lapisan permukaan seperti terlihat pada
Gambar 10. Dengan tiga susunan lapisan tersebut, maka jalan diharapkan memiliki
karakteristik sebagai berikut:
• Bersifat elastis jika menerima beban, sehingga dapat memberi kenyaman-an
bagi pengguna jalan;
• Pada umumnya menggunakan bahan pengikat aspal;
• Seluruh lapisan ikut menanggung beban;
• Penyebaran tegangan diupayakan tidak merusak lapisan tanah dasar;
• Usia maksimum yang diharapkan adalah 20 tahun;
• Selama usia tersebut diperlukan pemeliharaan secara berkala (routine maintenance).
• Untuk memperoleh kualitas jalan yang memadai agar sesuai dengan karakteristik di
atas, maka jenis material dan tebal lapisan masing-masing susunan lapisan harus
diperhatikan. memperlihatkan batas-batas minimum tebal lapisan perkerasan dan
bahan yang digunakannya.
Jembatan,
Tanjakan maupun turunan yang cukup tajam.
e. Jalur Pengelak Untuk Menghindari Kecelakaan
Untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi karena kendaraan slip, rem
blong atau sebab lain, maka pada jalur angkut perlu dibuat jalur pengelak (runaway
precaution). Ditinjau dari daerah datar sepanjang jalur memanjang yang tersedia, terdapat
dua cara membuat jalur pengelak. Untuk daerah yang sempit, misalnya jalan dibuat antara
tebing dan jurang, maka dibuat lajur khusus untuk mengelakkan kendaraan.
Pengamblan Data
Pengolahan Data
Penyusunan Laporan
Konsultasi Laporan
BAB IV PEUTUP
4.1 . PENUTUP
Demikian proposal ini dibuat, untuk menjadi pertimbangan dari Bapak /Ibu, atas
perhatiannya diucapkan terima kasih.