Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat


Allah S.W.T
dapat

atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami

menyelesaikan

laporan

ini

laporan

merupakan

salah

lapangan

mata

kuliah

Laporan

ini

berdasarkan

dilapangan

ini

geologi

dengan

satu

persyaratan

struktur

hasil

baik,
dan

dimana
studi

petrologi.

pengamatan

selama

yang dilakukan didaerah Pangkep, Bantimala.

Dalam penulisan laporan ini kami menyadari, bahwa


laporan ini
kita

masihg jauh

semua,

hal

ini

dari kesempurnaan

disebabkan

kemampuan

dan harapan
kami

yang

terbatas.
Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir.H Faizal Suyuthi, yang telah memberikan
izin dalam melaksanakan praktikum studilapangan.
2. Bapak

Ir.

Hasanuddin

selaku

Dosen

matakuliah

Geologi Struktur.
3. Bapak

Ir.

Rafiuddin,

selaku

Dosen

mata

kuliah

Petrologi.
4. Kanda Aslam, selaku pembimbing dilapangan.
5. Bapak Kepala desa Bantimala sekeluarga.
6. Seluruh

Asisten

dan

rekan-rekan

peserta

studi

lapangan.
Akhirnya

kami

mengucapkan

terima

kasih,

semoga

laporan ini bermamfaat bagi kami sendiri dan bagi pembaca


lainnya. Amin Ya Robbal Alamin
Makassar, 4 Maret 2002
Penulis

53

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Daerah

Bantimala

berulangkali
sehingga

adalah

daerah

mengalami

batauannya

yang

gaya-gaya

telah

tektonik

banyak

mengalami

perubahan

bekerja

didaerah

bantimala

struktur.
2. Gaya

tektonik

yang

beberapa kali diantaranya adalah gaya yang besar


sehingga

terjadi

perlipatan-perlipatan

pada

batuan sedimen yaitu batu Rijang.


3. Terdapatnya

batuan

metamorf

yang

mengin

detifikasikan adanya suhu dan tekanan yang tinggi


yang terjadi pada daerah ini.
4. Adanya

batu

bara

mengindentifikasikan

yang
bahwa

berlapis
daerah

ini

yang
telah

beberapa kali mengalami pengendapan dalam selang


waktu yang cukup lama.
1.2

Saran

1. Bagi para mahasiswa yang akan mengadakan praktek


lapangan
cukup

berikutnya

luang

menganalisa

untuk
dan

agar

menyiapkan

pengamatan,

memprediksikan

waktu

yang

sehingga

dapat

denagn

benar

sesuai dengan prinsip-prinsip geologi.


2. Mahasiswa

yang

mengadakan

praktek

dilapangan

sebaiknya dibekali dengan cara-cara dan metodemetode pengambilan data.

53

BAB I
P E N D A H U L U A N
I.1

Latar Belakang
Ilmu Geologi merupakan suatu ilmu pengetahuan
yang

mempunyai

Pertambangan,

hubungan

seperti

erat

dengan

Eksplorasi

ilmu

bahan

galian

mineral. Oleh karena itu dalam upaya meningkatkan


sumber

daya

pertambangan
secara

manusia
dimana

umum,

khususnya

harus

khususnya

dalam

menguasai
geologi

ilmu

bidang
geologgi

struktur

dan

petrologi.
Sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan, maka
perlu

mengadakan

struktur

dan

aplikasi
didapat

Petrologi,

dari
dari

praktek

teori,
kampus

studi
dimana

praktek
dan

lapangan
hal

ini

Geologi
merupakan

laboratorium

yang

disebabkan

oleh

juga

pertimbangan bahwa teori dan praktek harus sejalan


dan

adanya

keseimbangan

antara

teori,

praktek

laboratorium, dan praktek dilapangan


I.2

Maksud dan Tujuan


Kegiatan

studi

lapangan

Geologi

struktur

dan

petrologi ini dimaksudkan untuk menyesuaikan teori


dan praktek dilapangan dengan keadaan geologi yang
sebenarnya.
Adapun tujuan dari praktek studi lapangan ini :
1. Untuk

mengetahui

perubahan-perubahan

struktur

geologi, serta singkapan-singkapan batuan yang ada


didaerah penelitian.
2. Untuk

mengetahui

keadaan

morfologi,

stratigrafi

pada daerah penelitian.


3. untuk mengetahui jenis bahan galian yang terdapat
pada daerah penelitian.
4. Sebagai

salah

satu

syarat

kelulusan

kuliaah Geologi struktur dan petrologi.


53

dalam

mata

I.3

Metode Pengambilan dan Pengolahan Data


Meetode pengambilan dan pengolahan data tetap be

sandar pada teori yang diperoleh dari kampus dan dibawah


pengawasa doen juga asisten mahasiswa. Adapun metode
pengambilan

dan

pengolahan

data

adalah

sebagai

berikut :
1. Tahap Pertama (pengamatan)
Tahap

pertama

pengamatan
berupa

yang

secara

dilakukan

lansung

terhadap

singkapan-singkapan.

tersebut

dapat

dilihat

adalah

tahap

objek

yang

Dari

singkapan

struktur

geologinya

seperti kekar, sesar, lipatan antiklin, sinklin


dengan

demikian

dapat

diamati

secara

lansung

warna batuaan, ukuran butir, struktur dll,


2. Tahap Kedua (pencatatan)
Tahap

pencatatan

atau

perekaman

data.

Bentuk

ukuran dan kedudukan semua jenis struktur yang


diamati

diberikan

struktur.

Data

menurut

struktur

masing-masing
yang

jenis

dikumpulkan

dan

kemudian dikelomok-kelompokan.
3. Tahap Ketiga (analisa)
Data

dari

struktur

berpuluh-puluh
pengukuran,

umumnya

bahkan

maka

dianalisa

dengan

statistik

untuk

data

berupa

ratusan
yang

data

pengamatan

terkumpul

metode-metode
mendapatkan

dan

tersebut

geometri
pola

hasil

dan

ataupun

kedudukan umumnya kemudian disajikan dalam peta


atau diagram maket.
4. Tahap keempat (sintesa)
Tahap

sintesa

pengamatan
dan

merupakan

struktur

membahas

tahap

geologi,

bagaimana

yakni

cara

pembentukan struktur yang diamati

53

akhir
dan

dari

menafsirkan
mekanisme

BAB II
KEADAAN UMUM
II.1 Geografi daerah penyelidikan
1.2 Kesampaian Daerah
Daerah Bantimala dapat dicapai dengan kendaraan
roda empat atau roda dua kurang lebih setengah jam
dari kota Pangkep, sedangkan dari kota Makassar bisa
ditempuh kurang lebih satu setengah jam.
1.3 Lokasi dan Waktu
Praktek lapangan geologi struktur dan petrologi
diadakan didesa Bantimala atau sebelah utara dari
kota Makassar dan sebelah timur dari kota Pangkep.
Waktu praktek lapangan dilaksanakan pada tanggal 1
maret

sampai

lapangan
dimulai

pada

ini
dari

tanggal

dilaksanakan
jam

07.30

maret
pada

pagi

2002.

Praktek

setiap

sampai

harinya

dengan

pukul

17.00 sore.
II.2 Geologi Regional
2.1 Geomorfologi
1.

Geomorfologi Regional
Daerah

Pangkajene

Bantimala
dan

termasuk

Watampone

yang

dalam

dibatasi

lembah
oleh

dua

baris pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada


arah

utara

barat-laut

dan

dipisahkan

oleh

lembah

Walanae.
Pegunungan yang barat menempati hampir setengah
luas

daerah,melebar

menyempit

hampir

tertingginya

1694

dibagian

dibagian
m,

selatan

utara

sedangkan

(22

(50

km)

km).

dan

Puncak

ketinggian

rata-

ratanya 1500 m. Pembentukannya sebagian besar adalah


batuan gunung api, pencerminan adanya batu gamping,
bisa

dilihat

dengan

adanya
53

topografi

karst

pada

lereng sebelah barat dan beberapa tempat dibagian


timur

diantara

topografi

karst

terdapat

daerah

perbukitan yang dibentuk oleh pratersier.


Pegunungan yang di timur relatif lebih sempit
dan lebih rendah dengan puncaknya rata-rata 700 m
dan yang tertinggi 787 m, bagian selatan melebar (20
km) dan lebih tinggi, tetapi keutara lebih menyempit
dan

merendah

dan

akhirnya

menunjam

kebawah

pada

perbatasan antara lembah Walanae dan dataran Bone.


Bagian utara pegunungan ini bertopografi karst yang
permukaannya sebagian kerucut, batasnya ditimur laut
dengan dataran Bone.
2. Geomorfologi Lokal
Dilihat

dari

peta

topografi

daerah

memiliki tiga jenis morfologi yaitu

Bantimala

1. Satuan morfologi berelief tinggi


Mempunyai ketinggian 200-400 m, diatas permukaan
air laut, yang meliputi : B. Malaka (272 m), B
Como (280 m) dan B. Sampindien (305 m).
2. Satuan morfologi berelief sedang
Mempunyai
air

ketinggian

laut,

yang

50-200

meliputi

diatas

daerah

permukaan

Bantimurung,

Tondokura Malaka.
3. Satuan morfologi berelief rendah
Meliputi

daerah

Bantimurung

khususnya

daerah

pertanian.
Lereng

B.

Malaka

sebelah

timur

dari

stasiun

yang mempunyai kemiringan kurang lebih 40o sedangkan


kemiringan lereng dari B. Como bagian barat kurang
lebih 35o.
Sungai-sungai yeng mengalir searah dengan arah
perlapisan
batuan

batuan

pasir

seperti

searah

dengan

pada

53

stasiun

aliran

sungai.

dimana
Induk

sungai

umumnya

berstadia

dewasa

yang

dicirikan

dengan adanya erosi vertical pada bagian tengah dan


penampang berbentuk U, juga ditemukan kelok-kelokan
sungai

dan

sungai

dataran

tersebut

bajnir,

erosinya

sedangkan
tegak,

cabang

masih

dari

intensif

dibandingkan pdengan erosi mendatar,dimana sungainya


masih

terlihat

berbentu

V,

sehingga

bisa

disebut

sebagai sungai berstadia muda menjelang dewasa.


2.2 Statigrafi
Formasi batuan yang ada didaerah Bantimala
dapat

dibagi

dalam

empat

satuan

(dari

yang

tua

kemuda) yaitu :
1. Komplek Malange
2. Formasi Balang baru
3. Formasi Mallawa
4. Formasi Tonasa
5. Formasi Camba
Kelompok Malange dicirikan dengan adanya batuan
lempung

merah,

skiss

dicirikan dengan

dll.Formasi

blang

baru

adanya lempung berselingan dengan

batu pasir dan juga ditemukannya batu bara. Formasi


Mallawa

dicirikan

dengan

adanya

batu

pasir

pada

stasiun 4. Formasi Tonasa dicirikan dengan adanya


batu gamping koral. Formasi Camba dicirikan dengan
adanya

Breksi

konglomerat,

batu

pasir,

dan

batu

gamping.
2.3 Struktur Geologi umum
Terbentuknya
perlapisan,
ini
dari

patahan,

disebabkan
dalam

mengubah

struktur

perlipatan

karena

bumi

permukaan

geologi

adanya

yamg
bumi.
53

baik

maupun

tenaga

mempunyai
Struktur

struktur

pergeseran,

yang

bekerja

kecenderungan
primer

sudah

jarang ditemui pada darah ini, diakibatkan kegiatan


gunung api (vulkanisme) pada masa pleosen sehingga
terbentuk struktur beragam.
Batuan tertua di Mandala Sulawesi barat berupa
komplek alas daripada skiss dan batuan ultra basa
dibagian selatan, sedangkan skiss dan genes dibagian
utara.

Batuan

hablur

yang

sedimen

yang

terendapkan

menindih

dalam

alas

suatu

batuan

palung

yang

dalam dan kemudian mendangkal dan akhirnya menjadi


sebuah

punggung

api

dibawah

laut

sehingga

mudah

ditemukan batuan-batuan klastika dengan corak yang


menandakan adanya pendangkalan palung tersebut yang
berda dibawah batuan sedimen yang diendapkan. Serpih
termetamorfisme

lemah

meningkat

selaras

dibagian

selatan tertindih ileh serpih dan batu pasir yang


diikuti

oleh

didalamnya

klastika

tersisip

benua

batu

batubara,

gam,ping

eosen

dan

yang
batu

gunung api bawah laut meluas pada waktu meosen.


Suatu
lipatan
barat

system

yang

laut.

yang

pentung

meyertainya
Sesar

pada

sesar

kira-kira

berarah

utara

mandala

Sulawesi

barat

sungkup

dari

menyungkup batuan-batuan Paleogen dan yang lebih tua


keatas

batuan-batuan

bagian

keatas

meosen

batuan-batuan

tengah
eosen

sebagian

atas

dan

kebanyakan

bersentuhan antara batuan metamorf, ultra basa dan


batuan sedimen mesozoikum adalah persentuan besar.
Gerakan-gerakan orogenesa selama neogen diderah
sulawesi

menyebabkan

sesar

bongkah,

perlipatan

lemah, pengkubahan menghasilkan pembentukan sembulsembul kasar, terban-terban, pentelukkan dan lekuklekuk mengerupsi yang oleh karenanya terisi klastika
molasa Celebes dari sarasin dan sarasin ( 1901 ).
Ketektonikan

telah

berlangsung

53

terus-menerus

sehingga

sekarang

telah

menjadi

meluasnya persungkupan dan persesaran.

53

ruwet

Karena

BAB III
HASIL PENGAMATAN

III.1 Pengamatan singkapan


3.1 Singkapan batu pasir
Batu

pasir

berukuran
mineral

merupakan

sedang,

kuarsa,

dan

batuan

banyak

feldspar

dan

sedimen

yang

mengandung

dari

kalsit.

Batu

pasir

dapat terdir dari batu pasir murni (pure sandstone)


dan

batu

pasir

campuran

dengan

lanau

dan

lempung,dimana warna batuan putih abu-abu lapuknya


coklat abu-abu dengan kemas tertup dan matriksnya
dari mineral silica sedangkan semen karbonat dengan
struktur tidak berlapis. Batuan ini ditemukan pada
stasiun 4 dengan strike N 230o E dan dip 33o, dimana
arah

perlapisannya

searah

dengan

aliran

sungai.

Determinasi batuan ini terlampir.


3.2 Singkapan Lempung
Daerah bantimala umumnya batuan sedimen terdiri
dari batuan lempung, dimana batuan ini merupakan
golongan batuan sedimen klastik halus yang banyak
mengandung

mineral-mineral

lempung,

oksida

besi

dll. Batuan lempung banyak ditemukan pada stasiun


1,2,3,6,7,8, dengan struktur yang berlapis dengan
warna

Coklat

kemerahan.

Determinasi

batuan

ini

terlampir.
3.3 Singkapan Konglomerat
Konglomerat

merupakan

golongan

batuan

sedimen

golongan sedimen klastik kasar yang tersusun dari


fragmen

batuan

yang

berbentuk

bulat-bulat

dimana

batuan ini ditemukan pada stasiun 5 dengan fragmen


53

batuan

beku

andesit,

biotit,

hornblende,

silica.

Batuan

berasosiasi

matriksnya

feldspar

konglomerat

dengan

batu

mineral

kuarsa,

dan

semennya

adalah

pada

staasiun

rijang

yang

ini

mengalami

pensesaran dan memperlihatkan adanya cermin sesar.


Determinasi batuan ini terlampir.
3.4 Breksi sesar
Breksi
terjadi

sesar
akibat

merupakan

batuan

pergerusan

pada

sedimen

yang

waktu

sesar

terbentuk, dimana fragmen-fragmen, matriks-matriks


dan

semen

berasal

dari

batuan

yang

tersesarkan.

Breksi sesar ditemukan pada stasiun 10, stasiun 15,


stasiun

17,

dimana

pada

stasiun

10

terdapat

di

tengah-tengah aliran sungai dengan lebar singkapan


4

meter,

panjang

singkapan

meter,

tinggi

singkapan 2 meter, dimana kedudukannya memungkinkan


untuk terjadinya pelapukan dan tertransportasi oleh
air

dan

kemudian

terendapkan.

Determinasi

Batuan

ini terlampir
3.5 Rijang
Rijang
klastik

merupakan

yang

batuan

tersusun

oleh

sedimen
tumbuhan

yang

non

Radiolaria,

dimana banyak ditemukan pada stasiun 10,stasiun 12,


stasiun 16, stasiun 17, dimana pada stasiun 10 dan
12

telah

mengnalami

perlipatan,

sesar,

perubahan

dan

kekar.

geologi

baik

Determinasi

itu

batuan

ini terlampir
3.6 Batu Gamping
Batu gamping merupakan batuan sedime nonklastik
diman tersusun dari carbonat(CaCO3) atau kalssit.
Batuan ini mendominan pada bagian selatan dan barat
53

pada daerah bantimala, namun juga ditemukan pada


stasiun 3 dengan strike N 2300 E dan dip 370 dengan
panjang

singkapan

meter

dan

tinggi

meter.Determinasi batuan ini terlampir.


III.2

Pengukuran Struktur Geologi

2.1 Patahan
Pada
sesar

daerah
turun

Bantimala

yang

terdapat

terjadi

pada

patahan

stasiun

atau
oleh

batuan rijang yang dicirikan dengan adanya cermin


sesar, batuan tersebut ditutupi oleh tanah sekitar
3 meter, lebar sekitar 4 meter, tinggi sekitar 3
meter,
E/34o,

dimana
batu

memiliki

rijang

strike

dan

berasosiasi

Dip

dengan

122 o

batuan

konglomerat dengan panjang singkapan 3 meter lebar


2 meter tinggi 0,75 meter. Pada stasiun lain juga
terdapat

sesar

turun

oleeh

batu

rijang

dengan

strike dan dip N 1523o E/30o dengan rake 40o dan


adanya cermin sesar yang menunjukkan terjadinya
sesar tersebut.
2.2

Lipatan
Terjadinya lipatan secara terus menerus, yaitu
batuan

lempung,

tersisip
arah

dimana

pada

setiap

lipatan

urat-urat kuarsa yang berpotongan dengan

perlapisan,

singkapan

pada

serta

batu

terjadinya

rijang

pada

lipatan
daerah

pada

aliran

sungai yang mengalami suatu tekanan akibat adanya


gaya-gaya

endogen

dan

oksigen

sehingga

batuan

tersebut mengalami perlipatan antiklin dan siklin,


dimana panjang singkapan 8,5 m, lebar singkapan 8
m,

dan

lipatan

tersebut

membentuk

antiklin

siklin, dimana strike dan dip N 117o E/33o .


Data dan Rekonstruksi perlipatan terlampir
53

dan

2.3

Kekar
Terjadinya

kekar

pada

satu

batuan

didaerah

aliran sungai pada stasiun 10 yang memotong arah


perlapisan,

dimana

kekar

tersebut

terjadi

pada

daerah tertentu yang sudah mengalami perlipatan


dengan strike dan dip N 117o E/21o .
Data dan Hasil Pengukuran Terlampir
III.3 Bahan galian
Batu pasir silica merupakan salah satu bahan
galian

tambang

ekonomis
system

pada

atau

golongan
saat

yang

ditambang

peralatan

yang

mempunyai

dengan

sesuai

nilai

meggunakan

dengan

bahan

galian tersebut.
Pada daerah Bantimala terdapat suatu singkapan
batu pasir silica yang berasosiasi dengan batuan
atau

lapisan

tersebut.
berada

tanah

Pada

didaerah

yang

berada

dasarnya

batu

bantimala

di

dekat

pasir

daerah

silica

mempunyai

yang

kapasitas

cadangan 70% dari lahan yang ada apabila ditambang


dengan menggunakan system open pit.
3.1 Batu Bara
Batu

bara

merupakan

salah

satu

bahan

galian

tambang golongan B yang mempunyai nilai ekonomis


dengan

menggunakan

system

atau

peralatan

yang

sesuai dengan bahan galian tersebut.


Batu

bara

merupakan

batu

sedimen

organic,

karena batu bara terbentuk dari sisa tumbuhan mati


dengan komposisi utama dari sat organic. Proses
pembentukan batu bara di Bantu oleh factor fisika,
kimia
lignit,

alam,akan

mengubah

subditumine,
53

sat

bitumine

organic
dan

menjadi
antrasit.

Pembentukan

batu

bara

terjadi

karena

penimbunan

atau pengukuran oleh sedimen baru. Pada tingkat


ini proses degradasi biokimia tidak berperan tapi
lebih

didominasi

bara

yang

oleh

terjadi

dimana

bahan-bahan

berbeda

dengan

berkembang.

proses

dynamokimia.

didaerah

bantimala

terjadi

terjadi

ditempat

pembentuknya
tumbuhan

Dengan

demikian

Batu

semula

hidup

tumbuhan

yang

dan
telah

mati diangkut oleh media air dan terendapkan pada


lingkungan

pengendapan

laut,

yang

kemudian

Bantimala

merupakan

berakumulasi dengan batu gamping.


Batu

bara

penyebaran

pada

batu

daerah
bara

dari

daerah,

umumnya

Kabupaten Bone yang tersingkap pada daerah-daerah


Bantimala.
tidak
tidak

Cadangan

terlalu
terlalu

daripada

besar

batu

bara

dikarenakan

luas

dan

tersebut

penyebarannya

singkapannya

terpisah-

pisah, tetapi salah satu lokasi didaerah Bantimala


terdapat cadangan batu bara yang dapat ditambang
dan

layak

ditambang

yang

dikombinasikan

dengan

batu pasir silica yang masing-masing terdapat pada


satu lokasi tersebut.
3.2 Batu Gamping
Batu gamping merupakan salah satu bahan

galian

tambang golongan C yang mempunyai nilai ekonomis


jika
system

dilakukan
atau

penambangan

peralatan

yang

dengan
sesuai

menggunakan
dengan

bahan

galiamn tersebut, batu gamping yang ada di daerah


Bantimala tersebut layak ditambang disebabkan batu
gamping sudajh mengalami proses metamorfisme yang
di pengaruhi oleh factor tekanan
tinggi

sehingga

batu

gamping

perubahan menjadi marmer.


53

dan suhu yang

tersebut

mengalami

53

Anda mungkin juga menyukai