Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PRAKTIKUM

RANCANGAN PENYANGGA DARI KLASIFIKASI


MASSA BATUAN

KOORDINATOR LABORATORIUM

UMAR TRIADI RIVAI, S.T., M.T.

CATUR RAHMAD SYAHBANI


09320200015
C3

PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2023
Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah, Ma 4, 2023

RANCANGAN PENYANGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

Catur Rahmad Syahbani1, Rifda Anriani, S.T.2, Umar Triadi Rivai, S.T., M.T.3
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia
Makassar; Jl. Urip Sumoharjo KM 05, telp/fax (+62) 411 455666/ (+62) 411 455695
e-mail: caturrahmadsy@gmail.com

SARI

Tambang tambang bawah tanah (underground mining) adalah metode penambangan yang segala
kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya
tidak langsung berhubungan dengan udara luar. Massa batuan adalah susunan blok-blok material batuan
yang dipisahkan oleh berbagai tipe ketidakmenerusan geologi. Klasifikasi massa batuan dikembangkan
untuk mengatasi permasalahan yang timbul di lapangan secara cepat dan tidak ditujukan untuk
mengganti studi analitik, observasi lapangan, pengukuran dan engineering judgement. Berdasarkan
kompleksitas suatu massa batuan, beberapa penelitian berusaha untuk mencari hubungan antara desain
galian batu dengan parameter massa batuan. Tujuan dari klasifikasi massa batuan adalah untuk
mengelompokkan jenis massa batuan berdasarkan perilakunya, sebagai dasar untuk memahami karakter
masing-masing kelas, memberikan data kuantitatif untuk rancangan rekayasa batuan, dan sebagai dasar
komunikasi di antara para perancang dan ahli rekayasa batuan. Bieniawski (1976) mempublikasikan
suatu klasifikasi massa batuanyang disebut Klasifikasi Geomekanika atau lebih dikenal dengan Rock
Mass Rating penelitian ini, klasifikasi massa batuan yang digunakan adalah klasifikasi massa batuan
versi tahun 1989. Praktikum kali ini, kita mempelajari tentang rancangan penyanggah dari Klasifikasi
Batuan yaitu asisten memberikan problem set kepada praktikan kemudian pada problem set RMR
praktikan menentukan kelas batuan berdasarkan tabel Rock Mass Rating (RMR), menentukan jenis
rekomendasi penyanggah dan metode penyanggah dengan menentukan pada golongan kelas dari massa
batuan dan juga menentukan Stand-up time terowongan.

Kata kunci: Batuan, Massa, Penambangan, Q-System, RMR.

ABSTRACT

Underground mining is a mining method where all mining activities are carried out below the surface
of the earth, and the workplace is not directly connected to the outside air. A rock mass is an
arrangement of blocks of rock material separated by various types of geological discontinuities. Rock
mass classification was developed to quickly overcome problems that arise in the field and is not
intended to replace analytical studies, field observations, measurements and engineering judgment.
Based on the complexity of a rock mass, several studies have attempted to find the relationship between
rock excavation design and rock mass parameters. The purpose of rock mass classification is to group
types of rock masses based on their behavior, as a basis for understanding the characteristics of each
class, to provide quantitative data for rock engineering design, and as a basis for communication
between designers and rock engineering experts. Bieniawski (1976) published a rock mass classification
called the Geomechanical Classification or better known as the Rock Mass Rating. In this research, the
rock mass classification used is the 1989 version of the rock mass classification. In this practicum, we
learn about the supporting design of the Rock Classification, namely the assistant provides problem set
to the practitioner then in the RMR problem set the practitioner determines the rock class based on the
Rock Mass Rating (RMR) table, determines the recommended type of support and support method by
determining the class group of the rock mass and also determines the stand-up time of the tunnel.

Keywords: Rock, Mass, Mining, Q-System, RMR.


Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah, Ma 4, 2023

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi cadangan mineral sangat tinggi. Pada
mineral nikel misalnya, Indonesia menempati posisi ketiga teratas tingkat global. Selain itu, Indonesia
mencatatkan kontribusi sebesar 39% untuk produk emas, berada di posisi kedua setelah China. Hal ini
menjadikan Indonesia selalu masuk dalam peringkat 10 besar dunia. Dengan potensinya yang sangat
besar, sektor pertambangan turut berkontribusi dalam menyumbang pendapatan negara bukan pajak
(PNBP). Dalam penerapannya, perusahaan pertambangan mengacu pada prinsip-prinsip keberlanjutan
dalam pemanfaatan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran serta pencapaian
Sustainable Development Goals (SDGs) (Faizal, 2022).
Tambang bawah tanah (underground mining) adalah metode penambangan yang segala kegiatan
atau aktivitas penambangannya dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak
langsung berhubungan dengan udara luar. Tambang bawah tanah menggunakan batuan lapisannya
sendiri sebagai material struktur yang utama, dikarekan memerlukan batuan penyusunnya sendiri untuk
menjadi material utama maka dibutuhkan suatu sistem pengukuran untuk mengetahui kualitas dari
batuan itu sendiri. sistem Rock Mass Rating (RMR) dan Q-System sebagai klasifikasi dasar untuk
mengetahui jenis batuan yang berada dalam lubang bukaan tambang. Salah satu yang paling banyak
digunakan adalah pendekatan desain dengan menggunakan metode empiric (Fujiawati, 2015).
Laboratorium Tambang Bawah Tanah mata acara Rancangan Penyangga dari Massa Batuan.
Dilakukan dengan maksud untuk mengetahui rancangan terowongan dan analisis kestabilan tambang
bawah tanah, tujuannya yaitu agar Praktikan mengetahui prinsip rancangan terowongan tambang bawah
tanah, Praktikan mengetahui pengaplikasian penyangga berdasarkan RMR dan Q-system di pemodelan
numerik (software), Praktikan mengetahui pemodelan numerik dan analisis kestabilan untuk rancangan
terowongan tambang bawah tanah. Di karenakan kompleknya suatu massa batuan, beberapa penelitian
berusaha untuk mencari hubungan antara desain galian batu dengan parameter massa batuan (Tim
Asisten, 2023).

TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui prinsip rancangan terowongan tambang
bawah tanah, mengetahui pengaplikasian penyangga berdasarkan RMR dan Q-system di pemodelan
numerik (software) dan mengetahui pemodelan numerik dan analisis kestabilan untuk rancangan
terowongan tambang bawah tanah.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tambang Bawah Tanah (Underground Mine)


Tambang bawah tanah (Underground Mine) merupakan tambang yang mengacu pada metode
pengambilan bahan mineral yang dilakukan dengan membuat terowongan menuju lokasi mineral
tersebut yang berada dibawah permukaan bumi. Berbagai macam logam bisa diambil melalui metode
ini seperti emas, tembaga, nikel dll.
Letak cadangan yang umumnya berada jauh dibawah tanah, jalan masuk perlu dibuat
untuk mencapai lokasi cadangan. Jalan masuk tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa bagian,
yakni:
1. Ramp jalan masuk ini berbentuk spiral atau melingkar mulai dari permukaan tanah menuju
kedalaman yang dimaksud. Rampbiasanya digunakan untuk jalan kendaraan atau alat-alat berat
menuju dan dari bawah tanah.
2. Shaft berupa lubang tegak (vertikal) yang digali dari permukaan menuju cadangan mineral.
Shaftini kemudian dipasangi semacam lift yang dapat difungsikan mengangkutorang, alat, atau
bijih.
3. Adit yaitu terowongan mendatar (horizontal) yang umumnya dibuat di sisi bukit atau
pegunungan menuju ke lokasi bijih.
Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah, Ma 4, 2023

Ada dua tahap utama yang terdapat pada metode tambang bawah tanah,diantaranya:
1. Development (pengembangan) Pada tahap development semua yang digali adalah batuan tak
berharga. Tahap development termasuk pembuatan jalan masuk dan penggalian fasilitas-
fasilitas bawah tanah lain.
2. Production (produksi) Tahap produksi adalah pekerjaan menggali sumber bijih itu sendiri.
Tempat bijih digali disebut stope (lombong).
B. Massa Batuan
Massa batuan adalah susunan blok-blok material batuan yang dipisahkan oleh berbagai tipe
ketidakmenerusan geologi. Klasifikasi massa batuan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan
yang timbul di lapangan secara cepat dan tidak ditujukan untuk mengganti studi analitik, observasi
lapangan, pengukuran dan engineering judgement. Berdasarkan kompleksitas suatu massa batuan,
beberapa penelitian berusaha untuk mencari hubungan antara desain galian batu dengan parameter
massa batuan. Tujuan dari klasifikasi massa batuan adalah untuk mengelompokkan jenis massa batuan
berdasarkan perilakunya, sebagai dasar untuk memahami karakter masing-masing kelas, memberikan
data kuantitatif untuk rancangan rekayasa batuan, dan sebagai dasar komunikasi di antara para
perancang dan ahli rekayasa batuan (Siswanto dan Anggraini, 2018).
Menurut Hoek dan Bray (1981) massa batuan adalah batuan insitu yang dijadikan diskontinuitas
oleh sistem struktur, seperti kekar, sesar dan bidang pelapisan. Bidang diskontinuitas memiliki beberapa
jenis yang dapat digolongkan berdasarkan ukuran dan proses keterbentukannya, sebagai berikut:
patahan, kekar, fracture dan crack. Berkaitan dengan rekayasa batuan, klasifikasi massa batuan
merupakan kegiatan mengumpulkan data dan mengklasifikasikan singkapan tubuh batuan berdasarkan
parameter-parameter yang telah diyakini dapat menjadi representasi kualitas massa batuan tersebut.
Metode klasifikasi massa batuan terus berkembang dari waktu ke waktu. Pada penelitian ini, metode
klasifikasi massa batuan yang digunakan adalah metode RMR (rock mass rating) Hoek dan Bray (1981).
Sistem klasifikasi masa batuan yang terkenal pada saat ini, namun yang paling banyak digunakan adalah
sistem klasifikasi massa batuan dengan menggunakan metode Rock Mass Rating (RMR). Klasifikasi
yang digunakan juga adalah Rock Quality Designation (RQD) dan Q-System. Parameter tersebut dapat
digunakan untuk menentukan bobot/massa batuan yang akan diuji. (Bieniawski, 1989). Hal ini
memotivasi peneliti untuk berinovasi dan berusaha mengembangkan klasifikasi massa batuan, yaitu
memodifikasi RMR dengan memasukkan parameter baru yang meliputi: ketebalan lapisan batugamping
berongga, persentase rongga dan ukuran butir yang didasarkan hasil analisis dan pengamatan di
lapangan serta uji laboratorium mekanika batuan.
Hasil dari RMR modifikasi untuk batugamping berongga selanjutkan digunakan sebagai dasar
untuk mendesain tambang kuari khusus untuk batugamping berongga sehingga aman dari bahaya
longsor pada lereng penambangan sehingga diperoleh hasil yang optimal. Hoek dan Bray (1981).
Klasifikasi massa batuan merupakan suatu pendekatan rancangan empiris yang digunakan secara luas
di dalam rekayasa batuan. Pendekatan klasifikasi massa batuan dapat digunakan sebagai dasar praktis
untuk memperkirakan kualitas massa batuan baik di permukaan atau di bawah tanah. Dalam
perkembangan rekayasa batuan, Rock Mass Rating System merupakan klasifikasi massa batuan yang
sering digunakan dalam berbagai penyelidikan geoteknik. Daerah penelitian terletak di dalam kawasan
kars di dua lokasi, yaitu kuari batugamping di blok Sawir Tuban dan blok SAF Rembang, dimana
terdapat fenomena khusus, yaitu terdapat batugamping berongga berlapis (limestone cavity layer) pada
dinding lereng penambangan. (Bieniawski, 1989).
C. Jenis-Jenis Klasifikasi Massa Batuan
Parameter-parameter yang digunakan dalam klasifikasi massa batuan:
1. Klasifikasi Massa Batuan Terzaghi
Metode ini diperkenalkan oleh Karl Von Terzaghi pada tahun 1946. Merupakan metode pertama
yang cukup rasional yang mengevaluasi beban batuan untuk desain terowongan dengan sebuah
penyangga baja. Metode ini telah dipakai secara berhasil di Amerika selama kurun waktu
50tahun. Akan tetapi pada saat ini metode ini sudah tidak cocok lagi, dimana banyak sekali
terowongan saat ini yang dibagin dengan menggunakan penyangga beton dan rockbolts.
Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah, Ma 4, 2023

Terzaghi mengatakan untuk penyangga batuan pada terowongan. Klasifikasi dimanfaatkan


untuk:
a. Terowongan
b. Penyanggaan pada terowongan
c. Lereng batuan
d. Pembuatan pondasi
2. Klasifikasi Stand-up time
Metode ini diperkenalkan oleh Laufer pada 1958. Dasar dari metode ini adalah bahwa dengan
bertambahnya span terowongan akan menyebabkan berkurangnya tanpa penyanggaan. Metode
ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan klasifikasi massa batuan selanjutnya. Faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap stand-up time adalah: arah sumbu terowongan, bentuk
potonganmelintang, metode penggalian, dan metode penyanggaan. Semakin besar terowongan,
semakin singkat waktu yang harus digunakan untuk pemasangan penyangga. Sebagai contoh,
pilot tunnel kecil mungkin saja yang lebih besar pada massa batuan yang samamungkin tidak
mantap jika penyangga tidak seketika dipasang.
3. Rock Quality Designation (RQD)
RQD dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere.Metode ini didasarkan pada penghitungan inti
terambil yang lunak atautidak keras tidak perlu dihitung walaupun mempunyai panjang lebih
dari10 cm. Diameter inti optimal yaitu 47.5mm. Nilai RQD ini dapat puladipakai untuk
memperkirakan penyanggaan terowongan. Berdasarkan nilai RQD massa batuan
diklasifikasikan sebagai RQD Kualitas massa batuan< 25%
a. Sangat jelek 25-50%
b. Jelek 50-75%
c. Sedang 75- 90%
d. Baik 90-100%Sangat baik.
Metode ini tidak memperhitungkan faktor orientasi Bidang disi kontinu, material pengisi, dll,
sehingga metode ini kurang dapat menggambarkan keadaan massa batuan yang sebenarnya.
4. Rock Structure Rating (RSR)
RSR diperkenalkan pertama kali oleh Wickam, Tiedemann dan Skinner pada tahun 1972 di AS.
Konsep ini merupakan metode kuantitatif untuk menggambarkan kualitas suatu massa batuan
dan menentukan jenis penyanggaan di terowongan. Motode ini merupakan metode pertama
untuk menentukan klasifikasi massa batuan yang komplit setelah diperkenalkannya klasifikasi
massa batuan oleh Terzaghi 1946. RSR merupakan metode yang cukup baik untuk menentukan
penyanggaan dengan penyangga baja tetapi tidak direkomendasikan untuk menentukan
penyanggaan dengan penyangga rockbolt dan beton.
5. Rock Mass Rating (RMR)
Bieniawski (1976) mempublikasikan suatu klasifikasi massa batuanyang disebut Klasifikasi
Geomekanika atau lebih dikenal dengan Rock Mass Rating penelitian ini, klasifikasi massa
batuan yang digunakan adalah klasifikasi massa batuan versi tahun 1989 (Bieniawski, 1989).
Parameter yang digunakan dalam klasifikasi massa batuan menggunakan Sistim RMR yaitu:
a. Kuat tekan uniaxial batuan
b. Designatian (RQD)
c. Spasi bidang dikontinyu
d. Kondisi bidang diskontinyu
e. Kondisi air tanah.
f. Orientasi/arah bidang diskontinyu.
Batas dari daerah struktur tersebut biasanya disesuaikan dengan kenampakan perubahan struktur
geologi seperti patahan, perubahan kerapatan kekar, dan perubahan jenis batuan. RMR ini dapat
digunakan untuk teowongan, lereng, dan pondasi. kerapatan kekar, dan perubahan jenis
batuan.RMR ini dapat digunakanuntuk terowongan, lereng, dan pondasi.
Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah, Ma 4, 2023

METODOLOGI

Pelaksanaan praktikum mata acara 4 dilakukan kegiatan pengenalan rancangan penyanggah dari
Klasifikasi Batuan yaitu asisten memberikan problem set kepada praktikan kemudianpada problem set
RMR praktikan menentukan kelas batuan berdasarkan tabel Rock Mass Rating (RMR), menentukan
jenis rekomendasi penyanggah dan metode penyanggah dengan menentukan pada golongan kelas dari
massa batuan dan juga menentukan Stand-up time terowongan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. RMR
Tambang bawah tanah PT Tambang Asik dengan bentuk tapal kuda dan ukuran 17 m x 20 m
telah mengalami failure pada saat penggalian di kedalaman 4083 m dari permukaan bumi (arah
penggalian N 259° E) sehingga evaluasi akan dilakukan pada sistem penyanggaan yang digunakan
sebelumnya. Pada lubang bukaan tersebut ditemukan air tanah yang berpengaruh pada batuan dengan
kondisi batuan lembab. Karakteristik massa batuan pada terowongan, yakni: nilai kuat tekan batuan 15
MPa, RQD 15 %, jarak antar bidang diskontinu 0,05 m, persistensi 25 m, bukaan kekar 4,5 mm dengan
permukaan agak kasar Renggangan < 1 mm sangat lapuk ( soft wall ) serta kemiringan terowongan yaitu
maju searah dengan kemiringan yaitu 50 derajat dan arah umum bidang diskontinu 74°/N 115° E.
Tentukan kelas batuan, rekomendasi penyanggah, metode penggalian dan stand-up time terowongan
tersebut menggunakan klasifikasi massa batuan Rock Mass Rating!
Jawab
Dik, Dimensi : 17 m x 20 m
Kedalaman : 4083 m
Arah : N 259° E
Kuat Tekan : 15 MPa
RQD : 15 %
Jarak b. Diskontinu : 0,05 m
Presistensi : 25 m
Bukaan kekar : 4,5 mm
Arah b. Diskontinu : 74°/N 115° E

Dit, a. Tentukan kelas batuan =….?


b. Rekomendasi Penyangga =….?
c. Metode Penggalian =….?
d. Stand-up time terowongan =….?

Penyelesaian :
a. Kelas Batuan Berdasarkan Rock Mass Rating
RMR = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6
A1 = Kuat tekan batuan utuh (Strength of intact rock material)
A2 = Rock Quality Designation (RQD)
A3 = Jarak antara diskontinuitas (Spacing of discontinuities)
A4 = Kondisi diskontinuitas (Condition of discontinuities)
A5 = Kondisi air tanah (Ground water condition)
A6 = pembobotan orientasi kekar (Tunnel)
PARAMETER KONDISI BOBOT
Kuat Tekan 15 MPa 15
RQD 15 % 3
Jarak Discontinu 0,05 m 5
Kondisi Discontinu Agak Kasar 20
Air Tanah Lembab 10
Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah, Ma 4, 2023

Pembobotan Orientasi Kekar (Tunnel) -5


TOTAL 48
RMR = 15 + 3 + 5 + 20 + 10 + (-5)
= 48
Berdasarkan tabel klasifikasi batuan, kelas batuan ini tergolong Sedang. Karena, mendapatkan
poin RMR 48 yaitu berada di rating antara 41-60.
b. Rekomendasi Penyanggah
Untuk batuan kali ini termasuk golongan Kelas III yaitu batuan sedang
- Penggalian :
Top Heading dan Bench. Dengan kemajuan 1,5 - 3 m di atap dan di dinding. Pada atap
dibuat dengan wire mesh
- Penyangga :
a) Rock Bolt (20 mm Dia, : Bolt sistematis Panjang 4 m dengan spasi 1,5 – 2 m
Fully Grouted) di atap dan di dinding. Pada atap dibuat dengan wire
mesh
b) Shotcrete : 50 – 10 mm di atap dan 30 mm di dinding (sides)
c) Steel Sets : Tidak ada
c. Metode Penggalian
Metode Top heading dan bench, dengan kemajuan 1,5-3 m, karena mendapatkan rock mass
class Fair Rock. Berdasarkan tabel tipe perkuatan dan metode penggalian untuk terowongan
batuan dengan lebar 10 m. Bisa dilihat pada tabel kelas batuan diatas.
d. Diagram Stand Up Time

B. Q-System
PT Scout Resource akan menggali terowongan (stope/lombong) untuk keperluan penambangan
emas dengan metode cut and fill, berbentuk horse shoe dan ukuran 600 x 900 cm pada kedalaman 150
m dan 750 m. Karakteristik massa batuan pada terowongan tersebut, yakni RQD 15 %, tiga pasang
kekar teracak, bidang diskontinu smooth undulating, kontak dinding terowongan terdapat sedikit jejak
alterasi dan zona competent rock (clay free). Letak terowongan berada pada daerah yang kering
sehingga keterdapatan air tanah hanya dapat dijumpai secara lokal dengan aliran yang sangat kecil.
Hasil uji laboratorium menunjukkan nilai UCS 85 Mpa dan bobot isi 0,067 MN/m3. Tentukan kelas
batuan tersebut, rekomendasi penyangga, spasi dan panjang rock bolt (L), panjang maksimum span
yang tidak disanggah dan tekanan pada roof!
Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah, Ma 4, 2023

Jawab
Dik, Dimensi : 600 x 900 cm
Kedalaman : 150 m dan 750 m
Nilai Kuat Tekan : N 259° E
Bobot Isi : 15 MPa
RQD : 15 %
Jn : Tiga pasang kekar teracak 12
Jr : Smooth undulating 2
Ja : Terdapat sedikit jejak 1
alterasi
Jw : Daerah yang kering atau 1
hanya dengan aliran yang kecil
SRF : Competent rock (clay free) 2,5
ESR : Penambangan emas dengan
metode cut and fill

Dit, a. Tentukan Kelas Batuan =….?


b. Rekomendasi Penyangga =….?
c. Spasi dan Panjang Rock Bolt =….?
d. Panjang Max Span Yang Tidak Disanggah =….?
e. Tekanan pada Roof =….?
Penyelesaian :
a. Tentukan kelas batuan
𝑅𝑄𝐷 𝐽𝑟 𝐽𝑤
𝑄= x x
𝐽𝑛 𝐽𝑎 𝑆𝑅𝐹
15 2 1
𝑄= x x
12 1 2,5
𝑄 = 1,25 x 2 x 0,4
𝑄=1
Berdasarkan persamaan di atas diperoleh nilai Q adalah 1. Namun, untuk mengetahui kelas
batuan kita perlu mencari nilai Dimensi Ekivalen.
b. Rekomendasi Penyangga

Panjang galian, diameter atau tinggi (m)


Dimensi Ekivalen =
Rasio dukungan penggalian (ESR)
6
=
3
=2m
Diameter terowongan adalah sebesar 6 m, sehingga nilai dimensi ekivalen galian yang diperoleh
adalah sebesar 2 m. Setelah nilai Q (1) dan dimensi ekivalen (2 m) diketahui maka dari grafik
berikut ini kita dapat menentukan rekomendasi penyangga berdasarkan Q-system.
Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah, Ma 4, 2023

Berdasarkan grafik batuan masuk dalam kelompok “Fair” dan rekomendasi penyangga masuk
dalam kategori 2 yaitu “Spot Bolting”, jarak spasi bolt pada daerah shotcrete adalah 1,7 m dan
spasi bolt pada daerah tanpa shotcrete adalah 1.3 m. Batuan masuk dalam kelas batuan “ Fair”.
c. Spasi dan Panjang Rockbolt
2 + 0,15 𝐵
L=
𝐸𝑆𝑅
2 + 0,15 x 5
L=
3
L = 0,91 m
d. Panjang Max Span Yang Tidak Disanggah
Span Max (Tidak Disanggah) = 2 x ESR x Q0,4
= 2 x 3 x 10,4
=6m
e. Tekanan pada Roof
!""
Proof = #$
xQ1/3
!""
= !
x11/3
= 100 kN/m2
Dari persamaan di atas diperoleh panjang rockbolt adalah sebesar 0,91 m, span maksimum tanpa
penyangga adalah sebesar 6 m dan tekanan penyangga atap permanen adalah sebesar 100 kN/m2.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini yaitu


1. Klasifikasi massa batuan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang timbul di lapangan
secara cepat dan tidak ditujukan untuk mengganti studi analitik, observasi lapangan, pengukuran,
dan engineering judgement. Ada beberapa sistem klasifikasi masa batuan yang terkenal pada saat
ini, namun yang paling banyak digunakan adalah sistem klasifikasi massa batuan dengan
menggunakan metode Rock Mass Rating (RMR).
2. Klasifikasi yang digunakan juga adalah Rock Quality Designation (RQD) dan Q-System.
Parameter tersebut dapat digunakan untuk menentukan bobot/massa batuan yang akan diuji.
Rock Mass Rating (RMR) adalah salah satu metode klasifikasi massa batuan yang dipakai untuk
mengetahui nilai ketahanan suatu massa batuan dan disajikan dalam bentuk kualifikasi kualitas
suatu massa batuan. Rock Mass Rating (RMR) diciptakan pertama kali oleh Bieniawski (1973).
Jurnal Praktikum, Laboratorium Tambang Bawah Tanah, Ma 4, 2023

Sistem klasifikasi ini telah dimodifikasi. Modifikasi selalu menggunakan data yang baru agar
dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan disesuaikan dengan standar internasional.
3. Q-System merupakan suatu sistem yang memperhitungkan enam parameter: RQD, jumlah kekar,
kekasaran kekar, perubahan kekar, kondisi air pada kekar dan faktor tekanan. Parameter dasar
geoteknik menurut Barton (1988) adalah ukuran blok, kuat geser minimum antar blok dan
tekanan aktif.

SARAN

Saran saya untuk asisten agar kiranya pada saat asistensi bisa sambil menjelaskan terkait materi
pada mata acara tersebut serta dapat lebih membimbing lagi praktikan dalam mengerjakan problem sett
nya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Saya sangat berterima kasih kepada Kepala Laboratorium, Koordinator dan semua Asisten
Laboratorium Tambang Bawah Tanah yang senantiasa telah membagikan ilmu dan waktunya untuk
memberikan ilmu pada Laboratorium Tambang Bawah Tanah tentang Perencanaan Tambang Bawah
Tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Arief. S, “Dasar-dasar Analisis Kestabilan Lereng”, Sorowako: PT INCO, 2007.


Bieniawski, Z. T. (1989). Engineering rock mass classifications: a complete manual for engineers and
geologists in mining, civil, and petroleum engineering. John Wiley & Sons.
Faizal, F. K., Fajrin, M., & Sibali, I. (2022). Pesona Nikel Indonesia Kurang Memikat Tesla. Jurnal
Litigasi Amsir, 84-89.
Fujiawati, M. (2015). Rencana Produksi Bijih Emas Blok Ckn_1035_Xc08 Dan CKN_1040_Xc08 Di
PT Cibaliung Sumberdaya Desa Mangkualam–Padasuka, Kecamatan Cimanggu Kabupaten
Pandeglang, Provinsi Banten.
Ghassani, K. N., & Titah, H. S. (2022). Kajian fitoremediasi untuk rehabilitasi lahan pertanian akibat
tercemar limbah industri pertambangan emas. Jurnal Teknik ITS (SINTA: 4, IF: 1.1815), 11(1),
F8-F14.
Madya, A. (2012). Klasifikasi Massa Batuan.
Siswanto, S., & Anggraini, D. (2018). Perbandingan Klasifikasi Massa Batuan Kuantitatif (Q, RMR
dan RMi). Jurnal Geosains Dan Teknologi, 1(2), 67. https://doi.org/10.14710/jgt.1.2.2018.67-
73.
Tim Asisten Perencanaan Tambang. 2023. Penuntun praktikum pengolahan bahan galian. Jurusan
Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai