Anda di halaman 1dari 10

JURNAL SIMETRIK

ISSN : 2302-9579
VOLUME 6, NOMOR 2, Desember 2016

Penanggung Jawab
Dr. Sammy Saptenno, SE., M.Si

Ketua Penyunting
Vicky Salamena, SST., MT

Redaktur
Aleksander A Patty, ST., MT

Penyunting Pelaksana
Luwis H. Laisina, ST., MT
Paulus F. Picauly, ST., M.Eng
Graciadiana I. Huka, ST., MT
Reynold P. J. V. Nikijuluw, S.Pd., M.Ed

Desain Grafis
Ridolf Kermite, ST

Tata Usaha
Wa Hauli

Alamat Penyunting dan Tata Usaha :


Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Politeknik Negeri Ambon
Jln. Ir. M. Puttuhena Wailela Rumah Tiga Kota Ambon 97234.
Website: www.uppm.polnam.ac.id. e-mail: jurnalsimetrik@gmail.com
i
DAFTAR ISI

STUDI PENILAIAN KONDISI DAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP FLUKTUASI 1 - 13


DEBIT SUNGAI (STUDI KASUS PADA SUB DAS JANGKOK PULAU LOMBOK)
(RUDI SERANG)

PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DASAR BAGI KOMUNITAS ANAK


14 - 23
BERBASIS MEDIA DIGITAL MENINGKATKAN KOSA- KATA LISTENING DAN
SPEAKING.
(MEITI LEATEMIA)

ANALISA FAKTOR AMAN LERENG TIMBUNAN JALAN TOL SEMARANG – SOLO


24 - 30
MENGGUNAKAN SOFTWARE GEOSTUDIO
(NUSYE LEWAHERILLA)

RANCANG BANGUN TIRAI OTOMATIS MIKROKONTROLER ATMEGA 328 DENGAN


31 - 44
SENSOR LDR DAN LM35
(ARI PERMANA L, RINA LATUCONSINA, KHABIB MIZAIR, RAMLI MANAHAJI)

OPTIMUM TRAIN SET FOR CONTINUOUS SPEAKER DEPENDENT INDONESIAN


45 - 48
DIGIT RECOGNIZER
(ZULKARNAEN HATALA)

STUDY EXPERIMEN KOMPOSIT POLYESTER SERAT AMPAS EMPULUR SAGU


49 - 51
TERHADAP KEKUATAN IMPAK
(ARTHUR YANNY LEIWAKABESSY)

IMPLEMENTASI TQM DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN,


52 – 60
YANG DIDUKUNG OLEH KEPUASAN KERJA KARYAWAN (REKAN SEKERJA YANG
MENDUKUNG) SEBAGAI VARIABEL MODERATOR
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA)
(DADY MAIRUHU)

IBM KELOMPOK USAHA MAKANAN NON TEPUNG DI DESA PASSO KOTA AMBON
61 - 65
(JEFFRIE Y MALAKAUSEYA, GRACIADIANA I HUKA)

ii
JURNAL SIMETRIK VOL 6, NO. 2 DESEMBER 2016, ISSN : 2302-9579

ANALISA FAKTOR AMAN LERENG TIMBUNAN


JALAN TOL SEMARANG – SOLO
MENGGUNAKAN SOFTWARE GEOSTUDIO

Nusye Lewaherilla1)
1)
Fakultas Teknik Sipil, Universitas Kristen Indonesia Maluku
E-mail : nusye_lewaherilla@yahoo.com

Abstrak
Struktur lereng yang didominasi oleh lapisan clayshale, areal persawahan dan sendang serta timbunan
badan jalan yang tinggi membutuhkan solusi praktis dan efisien. Hal ini sangat mempengaruhi kemantapan
lereng terkait dengan daya dukung tanah dasar dan kestabilan lereng timbunan. Tujuan penelitian ini
mengidentifikasi penyebab gerakan massa tanah timbunan yang diperkuat bored pile selama proses konstruksi
dengan memperhitungkan daya dukung tanah dasar serta tinggi lereng timbunan yang ideal dengan faktor aman
lereng.
Analisis stabilitas lereng pada ruas jalan Tol Semarang – Solo seksi II Gedawang – Penggarong, setinggi
24 m, dilakukan dengan menggunakan program Geostodio, berdasarkan data topografi, data penyelidikan dan
instrumentasi lapangan. Setelah diketahui hasil validasi dengan kesesuaian pola gerakan arah horisontal pada
lereng tersebut, kemudian dilakukan simulasi dengan berbagai model yakni akibat pengaruh perkuatan, pengaruh
pembebanan (lalu lintas), serta muka air tanah (musim hujan dan kemarau). Pergerakan horisontal hasil simulasi
di tinjau di lokasi inclinometer 3.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kapasitas dukung tanah dasar pada struktur tanah timbunan
sebesar 81,40 kN/m2 masih sangat labil dalam menahan beban timbunan setinggi 24 meter. Kondisi lereng
eksisting dalam kondisi labil dan berpotensi longsor dengan angka aman 0,894, hal ini dipengaruhi oleh
stratigrafi lereng yang didominasi oleh lapisan clayshale dan fluktuasi muka air tanah. Massa tanah timbunan
yang telah diperkuat dengan bored pile ternyata masih bergerak sebesar 0,215 m, dengan angka aman 0,998.
Akibat beban lalu lintas gerakan horisontal yang terjadi yaitu sebesar 0,298 dengan angka aman 0,990. Untuk
musim hujan muka air tanah naik rerata 4,0 m dan mencapai lapisan weatherd clayshale yang berpotensi
terbentuknya bidang gelincir, dengan deformasi horisontal yaitu 0,423 dan pada musim kemarau mengalami
penurunan dari kondisi normal sebesar 8,0 m dengan deformasi horisontal sebesar 0,317. Pengurangan tinggi
timbunan sebesar 6,0 m dapat memberi pengaruh signifikan terhadap deformasi lereng dan angka aman lereng
dari 0,990 menjadi 1,213.

Kata Kunci : Gerakan massa tanah, stabilitas lereng, clayshale, geostudio

1. PENDAHULUAN oleh lapisan clayshale, dan aliran air permukaan


Jalan Tol Semarang – Solo sebagai bagian dari menjadi pertimbangan dalam desain suatu perkuatan
jalan Tol Trans Jawa atau jalan regional utama di Jawa lereng. Terkait hal dimaksud, maka tinjauan penelitian
Tengah mempunyai arti besar bagi pertumbuhan ini untuk mengidentifikasi penyebab gerakan massa
ekonomi dalam menciptakan sinergi antar kegiatan tanah timbunan yang diperkuat dengan bored pile
pembangunan dan pengembangan wilayah di Jawa selama proses konstruksi dengan memperhitungkan
Tengah dan sekitarnya. Secara geologis, terletak di daya dukung tanah dasar serta tinggi lereng timbunan
dataran tanah atau daerah yang labil dan secara yang ideal dengan faktor aman lereng
topografi merupakan daerah yang berbukit dan lembah Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain
yang dalam. Karena konstruksi jalan terletak di daerah lokasi penelitian dilakukan pada seksi II Gedawang-
perbukitan dan lembah, sehingga pekerjaan galian dan Penggaron di Sta. 5+739, analisis menggunakan
timbunan tanah (cut and fill) menjadi dominan, selain program Geostudio dengan input paremeter material
masalah struktur jalan yang harus kuat dan kokoh tanah menyesuaikan data lapangan, data tanah
terhadap masalah gerakan tanah. berdasarkan data sekunder yang berasal dari kegiatan
Stratigrafi tanah yang heterogen pada lereng, pembangunan jalan tol Semarang-Solo.
secara langsung mengindikasikan bahwa kemantapan
lereng di areal tersebut rentan terhadap penurunan kuat
dukung, dimana faktor kuat geser, beban timbunan
setinggi 24 m, material tanah dasar yang didominasi
24
JURNAL SIMETRIK VOL 6, NO. 2 DESEMBER 2016, ISSN : 2302-9579

2. TINJAUAN PUSTAKA blok berbeda yang terhubung dari suatu elemen "solid"
Gerakan Massa Tanah dan Longsoran material tanah. Gerakan translasi relatif terjadi pada
Lereng alam adalah lereng yang terbentuk karena interface antara titik yang berdekatan pada dua blok
proses alam (Wesley, 1977). Gerakan tanah menyebabkan adanya selip antar satu masa blok
merupakan gerakan menuruni lereng oleh massa tanah dengan lainnya. Longsor dan Perilaku pengukuran
atau batuan penyusun lereng, akibat terganggunya berdasarkan Gould (1960) dalam Desay (1995),
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut memperlihatkan kasus creeping slope dan perilaku
(Cruden dan Varnes, 1996 dalam Ortigo dan Sayao, deformasi pada struktur lereng pada kedalaman
2004). tertentu, serta zona interface atau daerah yang
Bowles, (1986), Secara umum lereng berada mengalami perlemahan
dalam kondisi stabil tanpa ada gangguan dari manusia
ataupun perubahan geometri, cuaca dan beban. Air Metode Elemen Hingga dan Geostudio
hujan yang meresap kedalam tanah akan menambah Slope/W merupakan salah satu program untuk
berat tanah pada lereng disertai dengan penurunan menghitung factor aman sebuah lereng yang
kekuatan lereng, sehingga mempercepat penurunan menggunakan konsep keseimbangan batas (Anonim,
stabilitas lereng terhadap kemungkinan terjadinya 2007). Program ini memberikan output berupa gambar
longsor. Abramson, dkk (1996), untuk evaluasi geometri, gambar titik-titik faktor keamanan, gambar
stabilitas lereng diperlukan beberapa data yaitu : (1) koordinat permukaan keruntuhan, serta gambar gaya
kuat geser tanah, (2) geometri lereng, (3) tekanan pori normal dan momen. Sigma/W merupakan program
dan (4) beban serta kondisi lingkungan sekitar lereng. yang menggunakan aplikasi metode elemen hingga
Analisis stabilitas lereng tidak dapat mengabaikan dan digunakan untuk analisis ditribusi tegangan dan
nilai kuat geser tanah, jika digunakan keseimbangan deformasi struktur tanah (Anonim, 2007).
batas sebagai dasar analisis.
3. METODE PENELITIAN
Weathered Clayshale Lokasi
Clay shale umumnya didefenisikan sebagai Lokasi penelitian ini berada di lokasi
lempung keras (stiff clay) yang memiliki rekahan pembangunan jalan tol Semarang – Solo dengan
(fissures) dan rentan mengalami degradasi kuat geser permasalahan stabilitas lereng timbunan yang berada
secara signifikan. Clayshale biasanya merupakan di areal Sta 5+500 – s/d 6+200 seksi II Gedawang –
lempung over consolidated (OC clay) dengan nilai Penggarong, dengan tinjauan analisis hanya pada Sta
plastisitas dan kandungan montmorillonite yang tinggi. 5+739, seperti pada Gambar 3.1.
Clay shale memiliki sifat dipertengahan antara
material batuan dan material tanah. Uniknya, sifat clay Pembebanan
shale dapat berubah dari material batuan menjadi Pembebanan yang diperhitungkan dalam analisa
material tanah dengan cepat (Botts, 1998). ini adalah beban lalu lintas yang bekerja di seluruh
Clayshale merupakan batuan sedimentasi daerah perkerasan jalan yaitu 16 Kpa dengan beban
yang berbentuk serat halus, terbentuk dari lempung rigid pavement sebagai beban merata yang bekerja di
yang termampatkan akibat tekanan yang besar di atas timbunan dengan tebal perkerasan 0,60 m.
dalam tanah. Clayshale berperilaku mudah hancur
menjadi serpihan-serpihan kecil, tipis dan tidak teratur.
Secara struktur, clayshale bersifat sangat keras (fresh
clayshale), namun sekali terekspos matahari, udara
dan air, dalam waktu yang relative singkat akan
menjadi lempung lunak (weathered clayshale)
(Gartung, 1986 dalam Irsyam, dkk., 2006).
Pendekatan analisis untuk masalah interaksi
tanah – struktur merupakan hal yang penting dengan
melibatkan sifat–sifat tanah yang kompleks dan
geometri dari masalah yang dihadapi. Permasalahan
tersebut terutama disebabkan perilaku tanah yang
rumit, terlihat dari sifat tidak linearnya hubungan
tegangan-regangan, sifat elasto-plastis yaitu adanya
deformasi permanen jika terjadi unloading, dan sifat
yang tergantung waktu (time depent) seperti tanah
lempung.
Desay, dkk (1995), menyatakan bahwa
mekanisme deformasi pada interface terjadi antara dua
25
JURNAL SIMETRIK VOL 6, NO. 2 DESEMBER 2016, ISSN : 2302-9579

Gambar 3.1 Lokasi penelitian Sta 5+739

Gambar 3.2 Profil lereng dengan lokasi BM, Inclinometer dan kedalaman
Muka Air Tanah pada Sta 5+739.

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dimulai dengan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
melakukan studi lapangan, studi literatur dan Hasil
pengumpulan data teknis serta evaluasi kondisi lereng. Analisis lereng pada Sta 5+739 ini di
Pemodelan serta simulasi numeris menjadi hal yang simulasikan pada beberapa kondisi sesuai dengan
penting dari penelitian ini, di mulai dari tahap evaluasi keadaan atau tahapan konstruksi di lapangan, dengan
kondisi asli, galian dan timbunan sampai pasca mempertimbangkan struktur lereng asli dan timbunan
konstuksi, serta tahap validasi guna membandingkan setinggi 24 m. Pemodelan dilakukan dengan
simulasi numeris hasil deformasi dengan kesesuaian menggunakan simulasi numeris program Geostodio
pola gerakan arah horisontal dari data monitoring 2007.
instrumen pengukuran lapangan.

26
JURNAL SIMETRIK VOL 6, NO. 2 DESEMBER 2016, ISSN : 2302-9579

Tabel 4.1 Data parameter tanah hasil validasi lereng Sta 5+739.

Tanah dasar dan timbunan dimodelkan sebagai model kemudian dilakukan simulasi dengan berbagai kondisi
material Mohr-Coulomb, sedangkan bored pile yakni akibat pengaruh perkuatan bored pile,
dimodelkan sebagai structural beam dan beban pembebanan lalu lintas, perubahan muka air tanah dan
kendaraan dimodelkan sebagai beban terbagi rata di pengurangan tinggi timbunan.
bagian permukaan timbunan. Sesuai hasil validasi

27
JURNAL SIMETRIK VOL 6, NO. 2 DESEMBER 2016, ISSN : 2302-9579

2. Pengaruh Beban Lalu Lintas.


Pembahasan Pengaruh beban lalu lintas terjadi setelah
kondisi timbunan lereng selesai atau mencapai
Dalam pembahasan ini akan ditinjau faktor aman
lereng dari tiap fase selama konstruksi. ketinggian  24 meter, lereng disimulasikan menerima
beban lalu lintas sebesar 16 kPa dan bekerja
sepenuhnya di puncak timbunan yang berarti ada
tambahan beban lereng. Adapun Angka aman pada
lereng tanpa pembebanan sebesar 0,998 m dan setelah
ada pembebanan lalu lintas sebesar 0,990 m

Gambar 4.3 Tampang Melintang Lereng


Sta 5+739

1. Pengaruh Perkuatan Bored Pile. Gambar 4.5 Kondisi Lereng akibat


Pengaruh beban lalu lintas
Perkuatan lereng timbunan Sta 5+739 dalam
pelaksanaannya dilakukan dalam dua tahapan
pemasangan bored pile yang terletak pada kaki lereng 3. Pengaruh Muka Air Tanah
timbunan, dimana bored pile tahap I dilakukan sebagai Perubahan muka air tanah akibat pengaruh
respon dari deformasi horisontal kondisi eksisting iklim dan lingkungan sekitar sangat berpengaruh pada
lereng, dan dilanjutkan pada pemasangan bored pile kekuatan tanah, besarnya tekanan pori dapat
tahap II saat pekerjaan timbunan mencapai 12 m. memperbesar deformasi yang terjadi pada saat
Perubahan kondisi tersebut terjadi akibat menerima beban, bila dibandingkan dengan kondisi
bertambahnya beban timbunan yang menekan dari sisi kering tanpa air tanah. Pada pemodelan ini muka air
atas ke arah bawah lereng dan cenderung bergerak tanah disimulasikan dalam tiga kondisi berbeda yaitu
seragam ke arah lateral. Dengan faktor aman lereng untuk kondisi muka air tanah normal, yaitu
terjadi perubahan dari 1,136 menjadi 1,267. ketinggian muka air tanah yang terletak di daerah
kaki lereng sedalam 6,0 m dan di bagian puncak lereng
sedalam 8,2 m dari muka tanah dan berada pada
lapisan tanah weathred clayshale, dengan angka aman
lereng sebesar 1.028.
Kondisi muka air tanah naik (musim hujan), yaitu
ketinggian muka air tanah yang naik rerata 4,0 m dari
kondisi muka air tanah normal, dengan angka aman
lereng sebesar 0,954. Dan untuk kondisi muka air
tanah turun (musim kemarau), yaitu ketinggian muka
air tanah yang turun sedalam 8,0 m dari kondisi muka
air tanah normal angka aman lereng mencapai 1,034.

4. Pengaruh Penurunan Tinggi Timbunan


Dari analisis deformasi lereng yang dilakukan
awal diketahui bahwa kestabilan suatu lereng sangat
ditentukan oleh hubungan antara momen yang
Gambar 4.4 Kondisi Lereng setelah melongsorkan (driving force) atau massa tanah yang
perkuatan Bored Pile bergerak meluncur ke bawah, dan momen gaya yang
menahan (resisting force) yang menyebabkan massa
tanah tetap berada di tempatnya. Secara umum
28
JURNAL SIMETRIK VOL 6, NO. 2 DESEMBER 2016, ISSN : 2302-9579

penanggulangan stabilitas lereng dilakukan dengan 7


cara mengurangi massa tanah atau gaya–gaya yang Pengaruh muka air tanah 0,990
berpotensi melongsorkan dan memperbesar gaya–gaya  kondisi normal 0,954
perlawanan terhadap yang melongsorkan. Hasil  kondisi musim hujan 1,034
simulasi menunjukkan bahwa dengan mengurangi  kondisi musim kemarau
beban timbunan setinggi 6.00 m dari ketinggian 24.00
m menjadi 18.00 m, dengan tetap memperhitungkan 8 Pengaruh pengurangan tinggi
beban lalu lintas menunjukan peningkatan angka aman timbunan (6.0 m) 1.213
lereng menjadi 1.213 dari sebelumnya kondisi
timbunan selesai sebesar 0,998.
5. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada
penelitan pembangunan tol Semarang – Solo Sta
5+739, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. kondisi lereng eksisting Sta 5+739 berada pada
kondisi yang labil atau berpotensi terjadi longsor,
diketahui areal tersebut didominasi oleh tanah
weathered clayshale yang sangat rentan mengalami
perubahan struktur dan karakteristik akibat
pengaruh udara dan air, serta topografi yang
berbukit dan lembah, dengan sawah dan sendang di
Gambar 4.6 Kondisi Lereng akibat sepanjang areal lokasi jalan tol,
Pengurangan tinggi timbunan 2. proses penimbunan lereng yang terjadi pada
6.00 m. ketinggisn 24 m berdampak pada angka aman
lereng 0,998 dibanding kondisi striping
/penggalian dan setelah pemasangan bored pile
Analisa Deformasi Horisontal dan Safety Factor
sebesar 1,267,
(SF)
Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan dari 3. akibat layanan beban lalu lintas lereng pasca
seluruh tahapan pemodelan, diketahui nilai horisontal konstruksi, lereng mengalami deformasi lateral
displacement dan safety factor (SF) yang ditampilkan sebesar 0,298 m dengan angka aman sebesar 0,990,
seperti nampak pada Tabel 4.4.
4. faktor aman lereng akibat perubahan elevasi muka
Tabel 4.4 Rekapitulasi nilai horisonta displacement air tanah (GWL) menunjukkan bahwa saat hujan
dan safety factor (SF) mengalami peningkatan angka aman dari 0,954
menjadi 1,034,
Safety
NO Tahap Pemodelan 5. pola gerakan massa tanah di Sta 5+739
Factor
menggambarkan bahwa pada kedalaman 14 m dari
Kondisi eksisting atau asli permukaan tanah telah mengalami perlemahan, dan
1 0,894
lereng membentuk bidang interface pada arah horisontal
2 Kondisi striping atau galian 1,079 di lapisan weathered clayshale yang memungkinan
terjadinya longsor atau lintasan bidang gelincir,
Perkuatan bored pile Tahap
3 1,136
II (saat validasi) 6. perubahan nilai horisontal displacement hasil
Perkuatan bored pile Tahap simulasi mengindikasikan bahwa lereng
4 1,267 mengalami perubahan karakteristik dan penurunan
III
kekuatan tanah akibat proses konstruksi (cut and
5 Kondisi timbunan selesai 0,998
fill), pengaruh beban lalu lintas serta perubahan
Pengaruh pembebanan elevasi muka air tanah pada lapisan clayshale yang
6 0,990 berdampak tanah menjadi terdegradasi,
(beban lalu lintas)
7. pengurangan tinggi timbunan sebagai salah satu
alternatif menjaga kestabilan lereng dari 24,00 m
menjadi 18,00 m mengambarkan deformasi yang
cukup signifikan ditinjau terhadap beban lalu
lintas. diharapkan sesuai dengan batasan angka
29
JURNAL SIMETRIK VOL 6, NO. 2 DESEMBER 2016, ISSN : 2302-9579

aman lereng, dengan angka aman dari 0,990 97+500 of The Cipularang Toll Road and
menjadi 1,213 yang menyatakan bahwa lereng The Selected Solution, Report of Simposium,
dalam kondisi stabil dan aman (tidak terjadi Bangkok, Thailand.
keruntuhan).
Ortigo, J.A.R., dan Sayao, A.S.F.J., 2004, Handbook
of Slope Stabilisation, Springer – Verlag
Saran
Berlin Heidelbelrg New York.
1 perlunya data pengamatan (instrument) yang lebih
banyak yang terpasang pada lereng timbunan saat Wesley, L. D., 1977, Mekanika Tanah, Badan Penerbit
pelaksanaan maupun akhir pekerjaan timbunan Pekerjaan Umum, Jakarta.
agar bisa di lakukan monitoring dan evaluasi
bidang kontak (interface),
2 perlunya drainase bawah permukaan tanah
(subsurface drainage) yang berfungsi untuk
mengalirkan atau menurunkan air tanah baik
kondisi normal maupun hujan, dan juga drainase
permukaan (surface drainage) yang bekerja
mengalirkan air pada waktu hujan dan pengaruh
aktifitas manusia, sehingga lereng tetap dalam
kondisi stabil,
3. perlunya pengembangan yang lebih sempurna
dengan mempertimbangankan Geotextile sebagai
salah satu alternatif perkuatan timbunan dan
perencanaan Saluran drainase bawah permukaan
tanah (subsurface drainage) yaitu subdrain pada
pemodelan Geostudio.

6. DAFTAR PUSTAKA
Abramson, L.W., Lee, T.S., Sharma, S., dan Boyce,
G.M., 1996, Slope Stability and Stabilization
Methods, John Wiley & Sons, Kanada.
Anonim, 2007, “User’s Guide Slope/W for Slope
Stability Analysis”, Geo-Slope International
Ltd, Calgary, Alberta, Canada.
Anonim,2007,“User’s Guide Sigma/W for Finite
Element Stress and Deformation analysis”,
Geo-Slope International Ltd, Calgary,
Alberta, Canada.
Bowles, J.E., 1986, Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis
Tanah (Mekanika Tanah), edisi kedua,
Erlangga, Jakarta, Indonesia.
Botts, M. E., 1998, Effects of Slaking on the Strength
of Clay Shales, Proceedings of the 2nd
International Symposium on the Geotechnics
of Hard Soils / Soft Rocks, Vol 1, Naples,
Italy, October 1998.
Desai, C.S., Fellow, ASCE, Samtani, N. C., 1995,
Constitutive Modelling of Geologic
Materials, Int. J. Numerical and Analytical
Method in Geomechanics, Vol. 10, N0. 3,
May – June, hal. 225-257.
Irsyam, M., Susila, E., dan Himawan, A., 2006, Slope
Failure of Embakment on Clayshale at KM
30

Anda mungkin juga menyukai