ISSN : 2302-9579
VOLUME 6, NOMOR 2, Desember 2016
Penanggung Jawab
Dr. Sammy Saptenno, SE., M.Si
Ketua Penyunting
Vicky Salamena, SST., MT
Redaktur
Aleksander A Patty, ST., MT
Penyunting Pelaksana
Luwis H. Laisina, ST., MT
Paulus F. Picauly, ST., M.Eng
Graciadiana I. Huka, ST., MT
Reynold P. J. V. Nikijuluw, S.Pd., M.Ed
Desain Grafis
Ridolf Kermite, ST
Tata Usaha
Wa Hauli
IBM KELOMPOK USAHA MAKANAN NON TEPUNG DI DESA PASSO KOTA AMBON
61 - 65
(JEFFRIE Y MALAKAUSEYA, GRACIADIANA I HUKA)
ii
JURNAL SIMETRIK VOL 6, NO. 2 DESEMBER 2016, ISSN : 2302-9579
Nusye Lewaherilla1)
1)
Fakultas Teknik Sipil, Universitas Kristen Indonesia Maluku
E-mail : nusye_lewaherilla@yahoo.com
Abstrak
Struktur lereng yang didominasi oleh lapisan clayshale, areal persawahan dan sendang serta timbunan
badan jalan yang tinggi membutuhkan solusi praktis dan efisien. Hal ini sangat mempengaruhi kemantapan
lereng terkait dengan daya dukung tanah dasar dan kestabilan lereng timbunan. Tujuan penelitian ini
mengidentifikasi penyebab gerakan massa tanah timbunan yang diperkuat bored pile selama proses konstruksi
dengan memperhitungkan daya dukung tanah dasar serta tinggi lereng timbunan yang ideal dengan faktor aman
lereng.
Analisis stabilitas lereng pada ruas jalan Tol Semarang – Solo seksi II Gedawang – Penggarong, setinggi
24 m, dilakukan dengan menggunakan program Geostodio, berdasarkan data topografi, data penyelidikan dan
instrumentasi lapangan. Setelah diketahui hasil validasi dengan kesesuaian pola gerakan arah horisontal pada
lereng tersebut, kemudian dilakukan simulasi dengan berbagai model yakni akibat pengaruh perkuatan, pengaruh
pembebanan (lalu lintas), serta muka air tanah (musim hujan dan kemarau). Pergerakan horisontal hasil simulasi
di tinjau di lokasi inclinometer 3.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kapasitas dukung tanah dasar pada struktur tanah timbunan
sebesar 81,40 kN/m2 masih sangat labil dalam menahan beban timbunan setinggi 24 meter. Kondisi lereng
eksisting dalam kondisi labil dan berpotensi longsor dengan angka aman 0,894, hal ini dipengaruhi oleh
stratigrafi lereng yang didominasi oleh lapisan clayshale dan fluktuasi muka air tanah. Massa tanah timbunan
yang telah diperkuat dengan bored pile ternyata masih bergerak sebesar 0,215 m, dengan angka aman 0,998.
Akibat beban lalu lintas gerakan horisontal yang terjadi yaitu sebesar 0,298 dengan angka aman 0,990. Untuk
musim hujan muka air tanah naik rerata 4,0 m dan mencapai lapisan weatherd clayshale yang berpotensi
terbentuknya bidang gelincir, dengan deformasi horisontal yaitu 0,423 dan pada musim kemarau mengalami
penurunan dari kondisi normal sebesar 8,0 m dengan deformasi horisontal sebesar 0,317. Pengurangan tinggi
timbunan sebesar 6,0 m dapat memberi pengaruh signifikan terhadap deformasi lereng dan angka aman lereng
dari 0,990 menjadi 1,213.
2. TINJAUAN PUSTAKA blok berbeda yang terhubung dari suatu elemen "solid"
Gerakan Massa Tanah dan Longsoran material tanah. Gerakan translasi relatif terjadi pada
Lereng alam adalah lereng yang terbentuk karena interface antara titik yang berdekatan pada dua blok
proses alam (Wesley, 1977). Gerakan tanah menyebabkan adanya selip antar satu masa blok
merupakan gerakan menuruni lereng oleh massa tanah dengan lainnya. Longsor dan Perilaku pengukuran
atau batuan penyusun lereng, akibat terganggunya berdasarkan Gould (1960) dalam Desay (1995),
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut memperlihatkan kasus creeping slope dan perilaku
(Cruden dan Varnes, 1996 dalam Ortigo dan Sayao, deformasi pada struktur lereng pada kedalaman
2004). tertentu, serta zona interface atau daerah yang
Bowles, (1986), Secara umum lereng berada mengalami perlemahan
dalam kondisi stabil tanpa ada gangguan dari manusia
ataupun perubahan geometri, cuaca dan beban. Air Metode Elemen Hingga dan Geostudio
hujan yang meresap kedalam tanah akan menambah Slope/W merupakan salah satu program untuk
berat tanah pada lereng disertai dengan penurunan menghitung factor aman sebuah lereng yang
kekuatan lereng, sehingga mempercepat penurunan menggunakan konsep keseimbangan batas (Anonim,
stabilitas lereng terhadap kemungkinan terjadinya 2007). Program ini memberikan output berupa gambar
longsor. Abramson, dkk (1996), untuk evaluasi geometri, gambar titik-titik faktor keamanan, gambar
stabilitas lereng diperlukan beberapa data yaitu : (1) koordinat permukaan keruntuhan, serta gambar gaya
kuat geser tanah, (2) geometri lereng, (3) tekanan pori normal dan momen. Sigma/W merupakan program
dan (4) beban serta kondisi lingkungan sekitar lereng. yang menggunakan aplikasi metode elemen hingga
Analisis stabilitas lereng tidak dapat mengabaikan dan digunakan untuk analisis ditribusi tegangan dan
nilai kuat geser tanah, jika digunakan keseimbangan deformasi struktur tanah (Anonim, 2007).
batas sebagai dasar analisis.
3. METODE PENELITIAN
Weathered Clayshale Lokasi
Clay shale umumnya didefenisikan sebagai Lokasi penelitian ini berada di lokasi
lempung keras (stiff clay) yang memiliki rekahan pembangunan jalan tol Semarang – Solo dengan
(fissures) dan rentan mengalami degradasi kuat geser permasalahan stabilitas lereng timbunan yang berada
secara signifikan. Clayshale biasanya merupakan di areal Sta 5+500 – s/d 6+200 seksi II Gedawang –
lempung over consolidated (OC clay) dengan nilai Penggarong, dengan tinjauan analisis hanya pada Sta
plastisitas dan kandungan montmorillonite yang tinggi. 5+739, seperti pada Gambar 3.1.
Clay shale memiliki sifat dipertengahan antara
material batuan dan material tanah. Uniknya, sifat clay Pembebanan
shale dapat berubah dari material batuan menjadi Pembebanan yang diperhitungkan dalam analisa
material tanah dengan cepat (Botts, 1998). ini adalah beban lalu lintas yang bekerja di seluruh
Clayshale merupakan batuan sedimentasi daerah perkerasan jalan yaitu 16 Kpa dengan beban
yang berbentuk serat halus, terbentuk dari lempung rigid pavement sebagai beban merata yang bekerja di
yang termampatkan akibat tekanan yang besar di atas timbunan dengan tebal perkerasan 0,60 m.
dalam tanah. Clayshale berperilaku mudah hancur
menjadi serpihan-serpihan kecil, tipis dan tidak teratur.
Secara struktur, clayshale bersifat sangat keras (fresh
clayshale), namun sekali terekspos matahari, udara
dan air, dalam waktu yang relative singkat akan
menjadi lempung lunak (weathered clayshale)
(Gartung, 1986 dalam Irsyam, dkk., 2006).
Pendekatan analisis untuk masalah interaksi
tanah – struktur merupakan hal yang penting dengan
melibatkan sifat–sifat tanah yang kompleks dan
geometri dari masalah yang dihadapi. Permasalahan
tersebut terutama disebabkan perilaku tanah yang
rumit, terlihat dari sifat tidak linearnya hubungan
tegangan-regangan, sifat elasto-plastis yaitu adanya
deformasi permanen jika terjadi unloading, dan sifat
yang tergantung waktu (time depent) seperti tanah
lempung.
Desay, dkk (1995), menyatakan bahwa
mekanisme deformasi pada interface terjadi antara dua
25
JURNAL SIMETRIK VOL 6, NO. 2 DESEMBER 2016, ISSN : 2302-9579
Gambar 3.2 Profil lereng dengan lokasi BM, Inclinometer dan kedalaman
Muka Air Tanah pada Sta 5+739.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dimulai dengan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
melakukan studi lapangan, studi literatur dan Hasil
pengumpulan data teknis serta evaluasi kondisi lereng. Analisis lereng pada Sta 5+739 ini di
Pemodelan serta simulasi numeris menjadi hal yang simulasikan pada beberapa kondisi sesuai dengan
penting dari penelitian ini, di mulai dari tahap evaluasi keadaan atau tahapan konstruksi di lapangan, dengan
kondisi asli, galian dan timbunan sampai pasca mempertimbangkan struktur lereng asli dan timbunan
konstuksi, serta tahap validasi guna membandingkan setinggi 24 m. Pemodelan dilakukan dengan
simulasi numeris hasil deformasi dengan kesesuaian menggunakan simulasi numeris program Geostodio
pola gerakan arah horisontal dari data monitoring 2007.
instrumen pengukuran lapangan.
26
JURNAL SIMETRIK VOL 6, NO. 2 DESEMBER 2016, ISSN : 2302-9579
Tabel 4.1 Data parameter tanah hasil validasi lereng Sta 5+739.
Tanah dasar dan timbunan dimodelkan sebagai model kemudian dilakukan simulasi dengan berbagai kondisi
material Mohr-Coulomb, sedangkan bored pile yakni akibat pengaruh perkuatan bored pile,
dimodelkan sebagai structural beam dan beban pembebanan lalu lintas, perubahan muka air tanah dan
kendaraan dimodelkan sebagai beban terbagi rata di pengurangan tinggi timbunan.
bagian permukaan timbunan. Sesuai hasil validasi
27
JURNAL SIMETRIK VOL 6, NO. 2 DESEMBER 2016, ISSN : 2302-9579
aman lereng, dengan angka aman dari 0,990 97+500 of The Cipularang Toll Road and
menjadi 1,213 yang menyatakan bahwa lereng The Selected Solution, Report of Simposium,
dalam kondisi stabil dan aman (tidak terjadi Bangkok, Thailand.
keruntuhan).
Ortigo, J.A.R., dan Sayao, A.S.F.J., 2004, Handbook
of Slope Stabilisation, Springer – Verlag
Saran
Berlin Heidelbelrg New York.
1 perlunya data pengamatan (instrument) yang lebih
banyak yang terpasang pada lereng timbunan saat Wesley, L. D., 1977, Mekanika Tanah, Badan Penerbit
pelaksanaan maupun akhir pekerjaan timbunan Pekerjaan Umum, Jakarta.
agar bisa di lakukan monitoring dan evaluasi
bidang kontak (interface),
2 perlunya drainase bawah permukaan tanah
(subsurface drainage) yang berfungsi untuk
mengalirkan atau menurunkan air tanah baik
kondisi normal maupun hujan, dan juga drainase
permukaan (surface drainage) yang bekerja
mengalirkan air pada waktu hujan dan pengaruh
aktifitas manusia, sehingga lereng tetap dalam
kondisi stabil,
3. perlunya pengembangan yang lebih sempurna
dengan mempertimbangankan Geotextile sebagai
salah satu alternatif perkuatan timbunan dan
perencanaan Saluran drainase bawah permukaan
tanah (subsurface drainage) yaitu subdrain pada
pemodelan Geostudio.
6. DAFTAR PUSTAKA
Abramson, L.W., Lee, T.S., Sharma, S., dan Boyce,
G.M., 1996, Slope Stability and Stabilization
Methods, John Wiley & Sons, Kanada.
Anonim, 2007, “User’s Guide Slope/W for Slope
Stability Analysis”, Geo-Slope International
Ltd, Calgary, Alberta, Canada.
Anonim,2007,“User’s Guide Sigma/W for Finite
Element Stress and Deformation analysis”,
Geo-Slope International Ltd, Calgary,
Alberta, Canada.
Bowles, J.E., 1986, Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis
Tanah (Mekanika Tanah), edisi kedua,
Erlangga, Jakarta, Indonesia.
Botts, M. E., 1998, Effects of Slaking on the Strength
of Clay Shales, Proceedings of the 2nd
International Symposium on the Geotechnics
of Hard Soils / Soft Rocks, Vol 1, Naples,
Italy, October 1998.
Desai, C.S., Fellow, ASCE, Samtani, N. C., 1995,
Constitutive Modelling of Geologic
Materials, Int. J. Numerical and Analytical
Method in Geomechanics, Vol. 10, N0. 3,
May – June, hal. 225-257.
Irsyam, M., Susila, E., dan Himawan, A., 2006, Slope
Failure of Embakment on Clayshale at KM
30