Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH UJIAN KOMPREHENSIF

Ekstraksi Padat (Leaching)

Disusun oleh :

Nama : Ika Mustika Wati

NIM : 021160055

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA


2019

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena kebanyakan materi
yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk memperoleh materi murni dari suatu
campuran, kita harus melakukan pemisahan. Berbagai teknik pemisahan dapat diterapkan
untuk memisahkan campuran. Ekstraksi adalah proses pemisahan komponen zat padat atau
zat cair dengan menggunakan bantuan pelarut. Ekstraksi ada 2 macam yaitu ekstraksi padat –
cair dan cair – cair.
Ekstraksi padat – cair, yang sering disebut sebagai leaching, adalah proses pemisahan
zat yang dapat melarut (solute) dari suatu campurannya dengan padatan yang tidak dapat
larut (innert) melalui kontak dengan pelarut (solvent). Setelah terjadi kontak padatan dengan
pelarut maka perbedaan konsentrasi aktivitas solute di dalam fasa padatan dengan fasa pelarut
menjadi gaya pendorong berlangsungnya perpindahan massa solute dari fasa padatan ke fasa
pelarut. Ekstraksi padat – cair merupakan operasi yang melibatkan perpindahan massa antar
fasa. Perbedaan aktivitas kimia antara fasa padatan dan fasa pelarut mencerminkan seberapa
jauh sistem berada dari kesetimbangan, sehinggga akan menentukan pula laju solute antar
fasa. Operasi ini sering dijumpai di dalam industri metalurgi dan farmasi, misalnya pada
pemisahan biji emas, tembaga dari biji-bijian logam, produk-produk farmasi dari akar atau
daun tumbuhan tertentu.

I.2 Tujuan

1. Mengoperasikan peralatan ekstraksi padat-cair (Leaching) di Laboratorium D3 Teknik

Kimia UPN Veteran Yogyakarta

2. Menjelaskan fenomena perpindahan massa pada proses fisis ekstraksi

3. Mempelajari hubungan antara kadar NaCl dalam larutan dengan waktu leaching

4. Mempelajari hubungan antara efisiensi leaching dengan waktu leaching

6. Menentukan koefisien transfer massa pada proses leaching


1.3 Dasar Teori

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan
pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa
melarutkan material lainnya.
Ekstraksi padat – cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan
inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen
terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan
kimiawi.
Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam
solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut
dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena
efektivitasnya. (Lucas, Howard J, David Pressman. Principle and Practice In
Organic Chemistry).
Leaching atau ekstraksi zat padat (solid extraction) merupakan proses pemisahan fraksi
padat yang diinginkan dari fraksi padat lainnya. Dalam campuran padat – padat dengan
menggunakan solvent cair. Dalam hal ini fraksi padat yang diinginkan bersifat larut dalam
solvent , sedangkan fraksi yang lain tidak. (Brown, G.G., 1973)

Dalam proses leaching dapat dijumpai dua tahap, yaitu

1. Terjadinya kontak antara zat pelarut dengan zat padat yang akan dipisahkan, sehingga
akan terjadi perpindahan massa dari butiran zat padat ke zat pelarut.
2. Pemisahan yang akan menghasilkan suatu larutan yang merupakan residu campuran
padatan.

Makin besar luas bidang kontak antara solid dan solven, maka solid yang terekstraksi
lebih banyak atau proses leaching semakin baik. Leaching dapat dilakukan secara batch
maupun kontinyu.

Pada umumnya leaching mempunyai tiga langkah yang harus dilakukan yaitu :
1. Pencampuran zat padat dengan campuran yang akan dipisahkan dari penyusunnya.
2. Penambahan zat pelarut pada langkah pertama yang menyebabkan perpindahan massa
dan panas.
3. Pemindahan kedua fase yang telah mengalami kesetimbangan.
Agar proses leaching berlangsung baik, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Campuran zat padat harus mempunyai densitas yang lebih besar daripada solven.
2. Campuran zat padat harus bersifat selektif permeable sehingga mudah dilalui oleh
solven yang membawa partikel – partikel zat terlarut.
3. Campuran zat padat harus mempunyai permukaan aktif sehingga terjadi kontak antara
solven dan padatan.
4. Partikel yang akan dipisahkan harus bisa keluar dari pori – pori dan dapat larut dalam
solven.
5. Solven harus merupakan cairan yang hanya dapat melarutkan konstituen yang
dikehendaki saja.

Sebelum proses leaching dilakukan, harus diperhatikan sifat – sifat fisik dan kimia dari
bahan yang digunakan sebagai umpan. Hal ini dilakukan untuk menentukan jenis solven dan
macam peralatan yang digunakan, untuk menghindari kerusakan alat dan demi kelancaran
proses. Disamping itu faktor yang mempengaruhi jalannya proses adalah tekanan dan suhu,
terutama pada proses pelarutan solute. Sebenarnya pengaruh tekanan pada proses pelarutan
solute kecil dan dapat diabaikan, kecuali pada tekanan yang tinggi. (Brown, G.G., 1973)
Dalam proses leaching, temperatur sangat berpengaruh terhadap kecepatan operasi.
Semakin tinggi temperatur akan mempercepat kelarutan solute dalam solven. Pada
temperatur tinggi viskositas cairan akan turun sedangkan difusivitas akan naik. Hal ini akan
mempercepat gerakan molekul suatu zat yang disebabkan tenaga panas. Dengan demikian
maka pada proses leaching, temperatur yang diinginkan adalah temperatur tinggi agar
prosesnya dapat berjalan cepat. (Treyball, R.E., 1980)
Untuk operasi padat cair jika dikehendaki hasil ekstraksi dengan konsentrasi yang tinggi
maka dapat dilakukan counter current yang hasil ekstraksi akhirnya berupa larutan yang
dikontakkan dengan umpan padat yang masih baru dan zat padat yang diekstraksi
dikontakkan dengan solvent baru. (Treyball, R.E., 1980)
Kecepatan transfer massa zat terlarut A yang akan dipisahkan terhadap larutan dengan
volume (V) m3 adalah :
NA
=K L (C ¿ ¿ AS−C A )¿
A

NA : Kecepatan pelarutan, Kgmol/s KL : Koefisien transfer massa, m/s


A : Luas penampang partikel, m2
CAS : Konsentrasi zat A dalam larutan saat tercapai kesetimbangan , Kgmol/m3
CA : Konsentrasi zat A dalam larutan pada waktu tertentu, Kgmol/m3

BAB II

PELAKSANAAN PERCOBAAN

II.1 Alat dan Bahan

 Alat – alat yang digunakan : ● Bahan – bahan yang digunakan


1. Labu leher tiga 1. NaCl (garam dapur)
2. Pemanas listrik 2. Pasir
3. Termometer 3. Aquadest
4. Pompa vakum
5. Pendingin
6. Tabung sampel
7. Piknometer

II.2 Rangkaian Alat


Gambar II.2 Rangkaian alat ekstraksi padat (Leaching)

II.3 Cara Kerja

1. Menera volume piknometer


2. Menimbang pasir dan garam dapur dengan berat tertentu
3. Mencampur serta membungkus pasir dan garam dapur dengan kertas
saring, mengukur diameternya lalu memasukkannya kedalam tabung
sampel
4. Mengisi labu leher tiga dengan aquadest pada volume tertentu
5. Mengalirkan pendingin dan menyalakan pemanas sampai aquadest
mendidih dan menguap, uap dilewatkan pendingin untuk diembunkan
6. Mengamati saat pertama kali embun menetes, kemudian mencatat titik
embun pada tabung sampel dan titik didih pada labu leher tiga. Pada saat
bersamaan dianggap sebagai waktu awal leaching
7. Membiakan cairan menetes selama selang waktu tertentu (waktu leaching)
8. Mematikan pemanas lalu mengalirkan larutan garam yang terekstraksi
kedalam labu leher tiga dengan membuka kran jepit, kemudian kran
ditutup kembali.
9. Mengaktifkan pompa vakum untuk menghisap ekstrak yang masih
tertinggal sampai tidak ada ekstrak yang menetes dari tabung sampel.
10. Mengambil larutan dari labu leher tiga secukupnya, mendinginkannya dan
memasukkannya kedalam piknometer pada suhu yang sesuai dengan suhu
peneraan piknometer dan menimbangnya untuk mendapatkan berat larutan
garam
11. Mengukur rapat massa atau densitas larutan garam.
12. Memasukkan kembali larutan garam ke dalam labu leher tiga dan
menghidupkan kembali alat pemanas
13. Mengulangi langkah 7 sampai 11 dan menghentikan percobaan bila sudah
mendapat berat konstan.

Anda mungkin juga menyukai