Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekstraksi Padat Cair


Ekstraksi padat cair Prinsip ekstraksi padat-cair adalah adanya
kemampuan senyawa dalam suatu matriks yang kompleks dari suatu padatan,
yang dapat larut oleh suatu pelarut tertentu. Beberapa hal yang harus diperhatikan
untuk tercapainya kondisi optimum ekstraksi antara lain: senyawa dapat terlarut
dalam pelarut dengan waktu yang singkat, pelarut harus selektif melarutkan
senyawa yang dikehendaki, senyawa analit memiliki konsentrasi yang tinggi
untuk memudahkan ekstraksi, serta tersedia metode memisahkan kembali
senyawa analit dari pelarut pengekstraksi (Gamse 2002).

2.2 Mekanisme Ekstraksi Padat Cair

1. Padatan dikontakkan dengan pelarut sehingga pelarut akan bergerak dari


bulk solvent solution menuju permukaan padatan. Kontak padatan dengan
pelarut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: perkolasi (padatan disusun
menyerupai unggun tetap dan solvent dialirkan melewati unggun tersebut)
atau dispersi (padatan didispersikan ke dalam pelarut hingga seluruh
permukaan padatan diselimuti oleh pelarut, dispersi dapat dibantu dengan
pengadukan). Pada penelitian ini, kontak dilakukan secara disperse
menggunakan magnetic strirrer.
2. Pelarut berdifusi ke dalam padatan.Pada proses difusi, suatu zat akan
berpindah melewati membran dari daerah berkonsentrasi tinggi menuju ke
konsentrasi rendah. Peristiwa difusi dapat terjadi karena adanya driving
force berupa perbedaan konsentrasi (Bailey,1983).
3. Solute yang terkandung dalam padatan akan larut dalam pelarut yang telah
masuk ke dalam padatan. Solute dapat larut dalam solvent karena adanya
gaya antaraksi diantara molekul-molekulnya, yaitu gaya dipol-dipol
dimana zat yang bersifat polar-polar atau non polar-non polar akan saling
berikatan. Selain itu juga terdapat gaya London ayng terjadi antara dipol-

1
dipol yang lemah sehingga memungkinkan pelarut polar melarutkan
senyawa non polar.
4. Solute akan menuju permukaan padatan dan berdifusi kembali keluar
padatan.
Difusi ini terjadi karena konsentrasi pelarut yang mengandung solute lebih
besar dibandingkan konsentrasi pelarut di luar padatan yang tidak
mengandung solute.
5. Solute berpindah ke dalam bulk solution. Ekstraksi dilakukan hingga
tercapainya waktu kesetimbangan, dimana driving force bernilai nol (atau
mendekati nol).
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencapai kinerja ekstraksi yang baik,
antara lain:
1. memperkecil ukuran padatan sehingga lintasan kapiler yang harus dilewati
(secara difusi) menjadi lebih pendek dan tahanan akan berkurang. Solute
seringkali terkurung di dalam sel sehingga perlu dilakukan kontak
langsung dengan pelarut melalui pemecahan dinding sel. Pemecahan dapat
dilakukan dengan penekanan atau penggerusan, namun ukuran partikel
tidak boleh terlalu kecil.
2. temperatur yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan
solute lebih besar) pada umumnya menguntungkan unjuk kerja ekstraksi.
Namun, temperatur ekstraksi tidak boleh melebihi titik didih pelarut
karena akan menyebabkan pelarut menguap. Biasanya temperatur
ekstraksi yang paling baik adalah sedikit di bawah titik didih pelarut.
3. semakin banyak pelarut yang digunakan akan meningkatkan kinerja
ekstraksi, namun akan meningkatkan biaya operasi sehingga pemilihan
perbandingan pelarut yang optimal perlu diperhatikan.
4. semakin lama waktu ekstraksi akan meningkatkan unjuk kerja ekstraksi,
namun jika terlalu lama peningkatan perolehan ekstrak terhadap waktu
menjadi tidak sebanding dan tidak efisien (Geankoplis, 1997).

2
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi padat cair antara lain:
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel yang lebih kecil akan memperbesar luas permukaan
kontak antara partikel dengan liuid, sehingga akan memperbesar laju
perpindahan massa, selain itu juga akan memperkecil jarak difusi. Tetapi
partikel yang sangat halus tidak efektif bila sirkulasi proses tidak di
jalankan, disamping itu juga akan mempersulit pembuangan ampas padat.
Jadi harus ada range tertentu untuk ukuran partikel, dimana partikel harus
cukup kecil agar tiap partikel mempunyai waktu ekstraksi yang sama.
Partikel yang terlalu kecil akan menyulitkan dalam aliran pembuangan.
2. Pelarut
Pelarut harus memilih yang baik maka tidak akan merusak solute atau
residu pelarut, viscositasnya tidak tinggi (kental) agar sirkulasi bebas dapat
terjadi.
3. Suhu
Suhu oprasi adalah apabila kelarutan suatu solut yang akan di ekstrak akan
bertambah jika suhu nya juga semakin tinggi dan akan memperbesar difusi
sehingga naiknya suhu akan menaikkan kecepatan ekstraksi. Tetapi suhu
tidak boleh terlalu tinggi karena akan menyebabkan bahan yang diproses
rusak.
4. Pengadukan
Dengan adanya pengadukan, dapat menaikkan difusi, kecepatan
perpindahan massa dari permukaan partikel kedalam larutan dan
mencegah pengendapan (Budhikarjono and Kusno, 1996).

2.3 Prinsip Ekstraksi Padat-Cair


Prinsip ekstraksi padat cair adalah adanya kemampuan senyawa dalam
suatu matriks yang kompleks dari suatu padatan, yang dapat larut oleh suatu
pelarut tertentu. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk tercapainya kondisi
optimum ekstraksi antara lain: senyawa dapat terlarut dalam pelarut dengan waktu
yang singkat, pelarut harus selektif melarutkan senyawa yang dikehendaki,
senyawa analit memiliki konsentrasi yang tinggi untuk memudahkan ekstraksi,

3
serta tersedia metode memisahkan kembali senyawa analit dari pelarut
pengekstraksi (Gamse, 2002).
Dua jenis alat pengontak padatan dengan pelarut:
1. Alat dengan unggun tetap (fixed bed), dimana pelarut dilewatkan melalui
partikel padatan, yang tersusun dalam suatu unggun tetap
2. Alat dengan kontak terdispersi (dispersed contact), dimana partikel padatan
didispersikan dalam pelarut, sehingga di samping terjadi pergerakan relatif
antarapartikel padatan dan pelarut terdapat pula pergerakan relatif antara
partikel padatan itu sendiri.
Alat ekstraksi dengan unggun tetap yang paling sederhana terdiri dari tangki
terbuka dengan dasar berlubang-lubang. Ke dalam tangki tersebut diisikan
padatan, sebagai unggun tetap, sedang pelarut dialirkan secara gravitasi atau
secara paksa dengan menggunakan pompa. Contoh alat ekstraksi jenis ini adalah
leaching tank. Di dalam tangki ini padatan dan npelarut diaduk bersama dan
kemudian dipisahkan. Pemisahan dapat dilaksanakan di dalam tangki yang sama
maupun dalam satu unit yang terpisah, dengan cara dekantasi atau filtrasi (Gamse,
2002)

2.4 Metode Operasi Ektraksi Padat Cair


Jenis-jenis metoda operasi ekstraksi padat-cair. Berikut ini uraian
mengenai masing-masing metoda tersebut:
Ada tiga jenis metode operasi ekstraksi padat-cair, yaitu:
1. Single Stage
Dalam metode ini, pengontakan antara padatan dan pelarut dilakukan
secara bersamaan, kemudian disusul dengan pemisahan larutan dari
padatan sisa. Metode ini jarang digunakan dalam operasi industri karena
perolehan solute-nya rendah.

4
Gambar 1.1 Sistem operasi ekstraksi bertahap tunggal.(Douglas, 1985)

2. Multistage Concurrent System


Metode operasi ini terdiri dari pengulangan dari single stage dimana
pada tahap berikutnya sedemikian rupa underflow yang di peroleh dalam
setiap tahap diumpankan ketahap berikutnya. Larutan yang diperoleh
sebagai aliran atas dapat dikumpulkan menjadi satu seperti yang terjadi
pada sistem dengan aliran sejajar, atau ditampung secara terpisah, seperti
pada sistem dengan aliran silang.

Gambar 1.2 Skema Sistem Multistage Concurrent System (Walas, 2005)

3. Continuous Countercurrent Multi-Stage


Dalam sistem ini, aliran bawah dan atas mengalir secara berlawanan.
Operasi dimulai pada tahap pertama dengan mengontakkan larutan pekat
yang merupakan aliran atas tahap kedua dan padatan baru. Operasi
berakhir pada tahap ke-n (tahap terakhir), ketika terjadi pencampuran
antara pelarut baru dan padatan yang berasal dari tahap ke-n (n-1). Pada
operasi ini, sistem memungkinkan memperoleh hasil solute yang tinggi,
sehingga banyak digunakan di dalam industri.

5
Gambar 1.3 Sistem bertahap banyak dengan aliran berlawanan (Walas, 2005)

2.5 Kesetimbangan Padat-Cair


Seperti pada unit operasi lainya, kesetimbangan pada proses cenderung
terjadi selama operasi, serta laju alir yang dibutuhkan untuk mencapai
kesetimbangan harus dianggap dengan mempelajari faktor-faktor yang beda yang
mempengaruhi proses tersebut. Hal ini dianggap bahwa mekanisme ekstraksi zat
terlarut yang terkandung dalam partikel padat menggunakan cairan sebagai
pelarut terjadi dalam tiga tahap berturut turut sampai kesetimbangan tercapai :
1. Perubahan fase zat terlarut terjadi ketika perubahan zat terlarut dari zat
padat ke fase cair. Larutan zat terlarut terjadi melalui interfase padat-cair.
Pada dasarnya teori interfase ini dianggap seketika dan tidak
mempengaruhi tingkat ekstraksi secara menyeluruh.
2. Pada tahap selanjutnya, zat terlarut di keluar dari padatan secara
menyeluruh. Dalam kebanyakan kasus, zat terlarut dalam partikel padat
akan terkontak dengan pelarut dengan cara pelarut mengisi pori pori solid
yang inert tersebut. Transfer zat terlarut terjadi dari zona dengan
kosentrasi yang lebih tinggi ke kosentrasi lebih rendah. Tingkat
perpindahan massa di ungkapkan sebagai :

………………………………(1.1)

6
Dimana :
Ns = Laju Flux (kg/m2s)
DL = Difusifitas dari zat terlarut ke pelarut (m2/s)
C = Konsentrasi zat terlarut (kg/m3)
Z = Jarak pori bagian dalam (m)

Oleh karena itu peningkatan transfer massa dapat di capai dengan


meningkatkan difusifitas dengan cara meningkatkan suhu, dan juga
ukuran partikel yang semakin kecil mengakibatkan panjang pori
berkurang sehingga peningkatan perpindahan massa semakin meningkat.
Dalam beberapa kasus, pelarut dapat menghancurkan struktur padatan
yang bersifat inert, dan dapat menghasilkan partikel-partikel halus yang
dapat menghentikan pori pori.
3. Setelah zat terlarut sampai ke permukaan partikel, zat terlarut tersebut di
transfer ke pelarut karena perbedaan konsentrasi tadinya. Transfer massa
dapat terbentuk karena adanya pengaruh dari perpindahan turbulen dan
perpindahan molekul. Laju transfer dapat dinyatakan sebagai berikut :

………………….……………(1.2)

Dimana :
M = Berat dari zat terlarut yang berpindah (kg)
A = Partikel larutan yang terkontak di permukaan (m2)
t = Waktu (s)
Cs = Konsentrasi zat terlarut pada permukaan padatan (kg/m3)
C = Konsentrasi zat terlarut dalam larutan yang terhitung (kg/m3)
KL = Koefisien perpindahan massa (m/s)

Peningkatan laju transfer massa dapat tercapai dengan pengadukan


terhadap larutan, karena cara ini meningkatkan koefisien perpindahan massa
(KL). Masing masing tahap memiliki laju perpindahan sendiri, seperti yang
dinyatakan sebelumnya, penditribusian padat selama tahap pertama dianggap

7
terjadi seketika, sehingga dianggap tidak mempengaruhi proses. Umumnya tahap
kedua mengontrol laju perpindahan karena kecepatan perpindahannya terjadi
secara menyeluruh.
Transfer massa berlangsung sampai kesetimbangan tercapai, dengan
demikian perlu dipahami apa itu kesetimbangan. Kesetimbangan tecapai bila zat
terlarut benar-benar telah terpisah dari padatan, sehingga didapatkan larutan
dengan konsentrasi seragam. Bila kandungan zat terlarut dalam padatan cukup
tinggi, dianggap bahwa kesetimbangan tercapai ketika kontak larutan dengan
padatan jenuh (Douglas, 1985).

8
DAFTAR PUSTAKA

Bailey, James E., dan David F., (1983), Biochemical Engineering Fundamental,
Edition 2, Mc. Graw Hill, Singapore.
Budhikarjono, and Kusno., (1996). Diktat Kuliah Alat Industri Kimia, edisi
pertama, pp. 99-101, Institut Sepuluh November, Surabaya.
Douglas, J.S. (1985). Advanced guide to hydrophonics (Soilless cultivation).
Pelham Books Ltd. London. p.368
Gamse, T., (2002). Liquid-liquid Ekstraktion and solid liquid Extraction, Institute
of Thermal Process and Enviromental Engginering Graz University of
Technology Austria.
Geankoplis, C., J., 1997, Transport Processes and Unit Operations, Prentice Hall
of India, New Delhi.
Treybal, R.E., (1981). Mass Transfer Operations, McGraw- Hill, Chapter 9.
Walas, Stanley M James R. Couper., W. Roy Penney James R. Fai.2005.
Chemical Engineering Equipment Second Edition. Elsevier. USA

Anda mungkin juga menyukai