Anda di halaman 1dari 48

EKSTRAKSI

Sri lestari
• Ekstraksi adalah proses pemisahan komponen-komponen
yang berada dalam suatu larutan atupun zat padat yang
didasarkan atas perbedaan kelarutan (solubility) dari
komponen-komponen yang saling melarut tersebut
terhadap zat lain yang mempunyai daya larut yang lebih
tinggi dari salah satu komponen yang ada dalam larutan.
• Zat lain yang dimaksud di atas disebut sebagai bahan
pelarut (solvent) tertentu.
• Ekstraksi cairan yang sering disebut dengan istilah
“solvent extraction
PENGERTIAN EKSTRAKSI

• Proses ekstraksi (Pemisahan) itu sendiri dibagi


menjadi bermacam-macam menurut asal dan
bahan yang akan dipisah.
Secara garis besar, ada dua macam pemisahan.
1.         Ekstraksi padat-cair (leaching) adalah proses
pemisahan cairan dari padatan dengan
menggunakan cairan lain sebagai bahan
pelarutnya.
2. Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan
cairan dari suatu larutan dengan
menggunakan cairan lain sebagai bahan
pelarutnya. Metoda ini disebut sebagai
“solvent extraction
TAHAP-TAHAP EKSTRAKSI
1.         Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan
membiarkannya saling berkontak. Dalam hal ini terjadi
perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang antarmuka
bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi ekstraksi
yang sebenarnya, yaitu pelarutan ekstraksi.
2.         Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan
cara penjernihan atau filtrasi.
3.         Mengisolasi ekstrak dari larutan dan mendapatkan kembali
pelarut, umumnya dilakukan dengan menguapkan pelarut. Dalam
hal-hal tertentu, larutan ekstrak dapat langsung diolah lebih
lanjut atau diolah setelah dipekatkan.
•  FAKTOR- FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN
•             Ada pula faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam ekstraksi adalah
sebagai berikut:
• 1.         Ukuran partikel
• Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal. Semakin kecil
ukurannya, semakin besar luas permukaan antara padat dan cair; sehingga laju
perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan kata lain, jarak untuk berdifusi
yang dialami oleh zat terlarut dalam padatan adalah kecil.
• 2.         Zat pelarut (solvent)
• Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan pelarut
pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat dapat
bersirkulasi dengan mudah. Biasanya, zat pelarut murni akan dipakai pada awalnya,
tetapi setelah proses ekstraksi berakhir, konsentrasi zat terlarut akan naik dan laju
ekstraksinya turun, pertama karena gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua
zat terlarutnya menjadi lebih kental.
• 3.         Temperatur
• Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang
diekstraksi) di dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan
temperatur untuk memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi.
• 4.         Pengadukan Fluida
• Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan
menaikkan proses difusi, sehingga menaikkan perpindahan
material dari permukaan partikel ke zat pelarut.
• Pemilihan juga diperlukan tahap-tahap lainnya. pada ektraksi
padat-cair misalnya, dapat dilakukan pra-pengolahan (pengecilan)
bahan ekstraksi atau pengolahan lanjut dari rafinat (dengan tujuan
mendapatkan kembali sisa-sisa pelarut).
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut ini :
1.      Selektivitas
• Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek,
terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan
lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan
ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar
yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya di ekstraksi lagi
dengan menggunakan pelarut kedua.
• 2.    Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar
(kebutuhan pelarut lebih sedikit).
• 3.      Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut
dalam bahan ekstraksi.

• 4.      Kerapatan
• Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaaan
kerapatan yaitu besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan
agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah
pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatan kecil,
seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal
(misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
 Ekstraksi Padat-Cair (Leaching)
Leaching ialah ekstraksi padat-cair dengan perantara suatu
zat pelarut. Proses ini dimaksudkan untuk mengeluarkan
zat terlarut dari suatu padatan atau untuk memurnikan
padatan dari cairan yang membuat padatan
terkontaminasi, seperti pigmen. Metode yang digunakan
untuk ekstraksi akan ditentukan oleh banyaknya zat yang
larut, penyebarannya dalam padatan, sifat padatan dan
besarnya partikel. Jika zat terlarut menyebar merata di
dalam padatan, material yang dekat permukaan akan
pertama kali larut terlebih dahulu.
Pelarut, kemudian akan menangkap bagian pada
lapisan luar sebelum mencapai zat terlarut
selanjutnya, dan proses akan menjadi lebih sulit dan
laju ekstraksi menjadi turun. Biasanya proses
leaching berlangsung dalam tiga tahap, yaitu:
Pertama perubahan fase dari zat terlarut yang
diambil pada saat zat pelarut meresap masuk.
Kedua terjadi proses difusi pada cairan dari dalam
partikel padat menuju keluar. Ketiga perpindahan
zat terlarut dari padatan ke zat pelarut.
Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen
yang dapat larut dipisahkan dari bahan dengan bantuan
pelarut .
Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar
terutama dalam bidang alami dan makanan, misalnya
untuk memperoleh bahan bahan aktif dari tumbuhan dan
binatang untuk keperluan farmasi, gula umbi umbian, kopi
dll.
(sumber :
http://myteknikkimiablogaddress.blogspot.com/2018/11/
konsep-leaching-atau-ekstraksi-cair-cair.html)
EKSTRAKSI CAIR –CAIR
Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction):
yaitu pemisahan zat terlarut ( solute )dari cairan pembawa
(diluen) menggunakan pelarut (solven) cair. Campuran
diluen dan solven tersebut bersifat heterogen (immiscible,
tidak saling larut), dan jika dipisahkan terdapat 2 fase,
yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven (ekstrak).
·         Fase rafinat = fase residu, berisi diluen dan sisa solute.
·         Fase ekstrak = fase yang berisi solute dan solven.
Pemilihan solven menjadi sangat penting. Dipilih
solven yang memiliki sifat antara lain:
• a.         Solute mempunyai kelarutan yang besar
dalam solven, tetapi solven sedikit atau tidak
melarutkan diluen,
• b.         Tidak mudah menguap pada saat ekstraksi,
• c.         Mudah dipisahkan dari solut, sehingga
dapat dipergunakan kembali,
• d.         Tersedia dan tidak mahal.
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan
atau lebih dari suatu campuran dipisahkan
dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan
secara teknis dalam skala besar misalnya untuk
memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan
penyedap, produk-produk minyak bumi dan
garam-garam. logam. Proses inipun digunakan
untuk membersihkan air limbah dan larutan
ekstrak hasil ekstraksi padat cair.
Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan
campuran dengan cara distilasi tidak mungkin
dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop
atau karena kepekaannya terhadap panas) atau
tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, maka
ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua
tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan
ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa
cair itu sesempurna mungkin.
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak
meninggalkan pelarut yang pertama (media pembawa, diluen)
dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi,solven).
Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak
saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit).
Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti
performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar
terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua
cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan
menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas
pengaduk).
Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena
akan menyebabkan terbentuknya emulsi  yang tidak dapat
lagi atau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada saat
mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan
konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap
ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan
sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada
saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-
tetes harus menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen
dan berdasarkan perbedaan kerapatan(densitas) yang cukup
besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain.
• Berbagai jenis metode pemisahan yang ada, ekstraksi
pelarut atau juga disebut juga ekstraksi cair merupakan
metode pemisahan yang paling baik dan popular.
Pemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro
maupun mikro. Prinsip distribusi ini didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu
antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur.
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada
jumlah yang berbeda dalam kedua fase terlarut. Teknik ini
dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian,
pemisahan serta analisis pada semua bidang kerja.
• Berbeda dengan proses retrifikasi, pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera
dari bahan-bahan yang akan diperoleh (ekstrak), melainkan mula-mula hanya
terjadi pengumpulan ekstrak (dalam pelarut). Suatu proses ekstraksi biasanya
melibatkan tahap-tahap berikut:
• 1.         Mencampurkan bahan ekstrak dengan pelarut dan membiarkannya saling
kontak. Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang
antar muka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi ekstraksi yang
sebenarnya, yaitu pelarut ekstrak.
• 2.         Memisahkan larutan ekstrak dari refinat, kebanyakan dengan cara
penjernihan atau filtrasi.
• 3.         Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali pelarut.
Umumnya dilakukan dengan mendapatkan kembali pelarut. Larutan ekstrak
langsung dapat diolah lebih lanjut atau diolah setelah dipekatkan.

( sumber http://artikelteknikkimia.blogspot.com/2011/12/ekstraksi-cair-cair.html )
EKSTRAKSI

ekstrak
SENYAWA C

Seny A>> + B<< Seny C


Seny A>> + B<< Seny C Sney,A

Seny A + Seny B
• Sney,A DESTILASI
Sney,A Seny B>> + A<< Seny C
rafinat
EKSTRAKSI

Seny B>> + A<< Seny C


Sney,A
DESTILASI

Gambar 6.1 : mekanisme ekstraksi


Pandanglah gambar 6.1 Suatu campuran senyawa A dan B yang saling melarut.
A dan B mempunyai titik didih yang sama atau berdekatan ( senyawa azeotrop).
Senyawa A dan B tidak dapat dipisahkan dengan cara destilasi (ingat teori destilasi).
Senyawa C( solvent) ditambahkan kedalam campuran A dan B. Karena sifat kelarutan
yang berbeda maka
A banyak larut kedalam C
B sedikit larut ke dalam C
Ada dua lapisan A+C ( dengan sedikit B) dan B + C ( Dengan sedikit A).
Dua lapisan in dipisahkan secara dekanter .
Kemudian Campuran A dan C merupakan campuran yang titik didihnya berbeda ,
dapat dipisahkan secara distilasi.
Begitu juga Campuran b dan C merupakan campuran yang titik didihnya berbeda ,
dapat dipisahkan secara distilasi.
Cara seperti ini disebut sebagai DESTILASI EKSTRAKSI.
• Produk yang mudah larut biasanya disebut
ekstrak
• Dan sisanya disebut rafinat .
Contoh ekstraksi
• Gambar (6-2) menunjukkan proses ekstraksi
Eduleanu, proses ini digunakan untuk
memisahkan senyawa aromatik yang terdapat
di dalam fraksi kerosene.
• Adanya senyawa aromatik yang cukup tinggi
kadarnya di dalam kerosene akan
mengakibatkan sifat pembakarannya jelek,
yaitu kecenderungan kerosene membentuk
jelaga apabila dipakai sebagai bahan bakar.
Proses eduleanu

Gambar (6-2): PFD proses ekstraksi Eduleanu,


Ekstraksi Furfural
• Furfural, dengan rumus kimia HO2CHC=CHCO2H adalah sejenis
solvent yangmempunyai titik didih 324oF. Karena furfural mempunyai
struktur siklis, maka ia sangat efektif untuk mengekstrak senyawa
aromatik dan beberapa senyawa siklis lainnya.
• Proses ini digunakan secara luas untuk memperbaiki mutu minyak
pelumas yang masih mengandung senyawa aromat atau senyawa
asphaltis.
• Suhu operasi dalam proses ekstraksi ini bervariasi antara 150 - 250 oF,
tetapi pada kebanyakan refinery menggunakan suhu operasi sekitar
200 oF.
• Perbandingan jumlah solvent terhadap feed tergantung dari karakter
umpannya, tetapi dalam kebanyakan plant biasanya sekitar 2 : 1.
Furfural extraction

Gambar 6.3 : PFD proses ekstraksi furfural


• Perhatikan Gambar (6-3), di dalam gambar tersebut menunjukkan skema
sederhana proses ekstraksi furfural yang digunakan untuk memperbaiki
kualitas
• bahan pelumas (menghilangkan senyawa aromat). Kontak antara solvent
dan feed
• biasanya dilakukan dengan aliran yang berlawanan arah (counter
current). Untuk
• membuat kontak yang lebih intim, di dalam extractor dilengkapi alat
kontak,
• seperti yang terlihat dalam gambar adalah rotating disk contactor (RDC).
• Peralatan kontak tersebut terdiri dari sebuah silinder vertikal yang dibagi
menjadi
• beberapa kompartemen. Dalam operasinya rotary
disk dihubungkan dengan
• sebuah poros yang digunakan untuk
menggerakkannya, dengan berputarnya disk
• tersebut akan membuat kontak antara solvent dan
feed menjadi lebih intim dan
• oleh karenanya maka laju perpindahan masa akan
terpacu oleh kecepatan
• perputaran disk dalam proses pengadukan tersebut.
Ekstraksi Udex
• Solvent yang digunakan untuk proses ekstraksi
ini adalah larutan Udex, yaitu
• berupa larutan yang terdiri dari campuran glycol
dan air.
• Dalam proses ini biasanya suhu operasinya
ditetapkan berkisar antara 170 - 358 oF, yang
tepatnya sangat tergantung dari karakteristik
umpannya maupun konsentrasi larutan solvent
yang digunakan.
Gambar 6,4 : pdf ekastraksi Udex
• Udex adalah solvent yang sangat baik untuk mengekstrak light aromatic. Jika
• produk dari proses ekstraksi ini digunakan sebagai bahan baku petrokimia yang
• memerlukan kemurnian yang tinggi, maka untuk keperluan tersebut di dalam
• operasi ekstraksi harus menggunakan reflux.
• Rich solvent dari extractor menuju ke solvent stripper untuk dipisahkan dari
• solvent-nya dengan bentuan steam, extract keluar dari bagian puncak stripper dan
• lean solvent keluar dari bagian bawah stripper. Sebagian dari extract
• dikembalikan ke extractor sebagai reflux. Raffinat yang keluar dari bagian puncak
• extractor dicuci dengan air untuk mengambil glycol. Larutan glycol-water yang
• dihasilkan dicampur bersama-sama dengan lean solvent dikembalikan lagi ke
• extractor.
Ekstraksi Propane Deasphalting
• Proses ekstraksi ini diterapkan untuk memisahkan
asphalt (bitumen) dari minyak yang mengandung
asphalt atau untuk membersihkan minyak lumas dari
asphalt yang terkandung di dalamnya. Sebagai bahan
pelarut yang digunakan berupa
• cairan propane, dimana propane akan melarutkan
minyak (biasanya senyawa paraffinic) dan sekaligus
memisahkan asphalt. Proses ini sangat popular di
dalam industri minyak karena hampir seluruhnya
menggunakannya.
Gambar 6.4 PFD Propan deasphalting
Absorpsi dan Adsorpsi

• Absorpsi dan adsorpsi merupakan jenis serapan


(sorpsi).
• Absorpsi adalah proses di mana cairan dilarutkan
oleh cairan atau padatan (absorbent). Absorpsi
terjadi ketika atom melewati atau masuk ke dalam
suatu material bulk. Selama penyerapan, molekul-
molekul tersebut sepenuhnya dilarutkan atau
disebarkan dalam absorben untuk membentuk
larutan. Setelah larut, molekul tidak dapat
dipisahkan dengan mudah dari absorbent.
Adsorpsi adalah proses di mana atom, ion atau molekul dari
suatu zat (bisa berupa gas, cairan atau padatan terlarut)
menempel pada permukaan adsorbent. Adsorpsi adalah proses
yang terjadi di permukaan di mana lapisan adsorbat terbentuk
di permukaan, sementara absorpsi melibatkan seluruh volume
zat absorbent. Adsorpsi ( penjerapan) umumnya diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu adsorpsi fisika (physisorption) yang
dipengaruhi oleh gaya Van der Waals yang lemah dan adsorpsi
kimia (chemisorption) yang dipengaruhi oleh ikatan kovalen.
Adsorpsi juga bisa disebabkan oleh tarikan elektrostatik dimana
molekul dipertahankan secara lemah di
permukaan adsorbent dan dapat dengan mudah dihilangkan
ABSORPSI

• Absorpsi adalah suatu proses pemisahan


komponen gas berdasarkan atas perbedaan
kelarutan gas terhadap cairan pelarut (solvent).
• Gas-gas yang lebih berat (lebih mudah
mengembun) akan lebih mudah larut dari pada
gas-gas ringan.
• Solvent yang khusus untuk proses ini disebut
absorbent
• Absorbent yang telah digunakan dapat dimurnikan
kembali dengan cara distilasi
• dan kemudian digunakan kembali kedalam absorber.
• Sebagai alasan mengapa proses absorpsi dipilih,
pertimbangannya adalah faktor ekonomis.
• Sebagai contoh, pemisahan hidrokarbon ringan dalam
campuran gas mungkin lebih ekonomis jika
menggunakan cara absorpsi dari pada fraksinasi
• yang harus menggunakan suhu rendah dan tekanan
tinggi
MACAM-MACAM PROSES ABSORPSI
• Contoh di dalam pengolahan gas alam yang mengandung
CO2 dan H2S yang tidak diinginkan pembeli/pemakai .
• Karbon dioksida (CO2) yang terbawa oleh gas alam dapat
dihilangkan dengan
• cara absorpsi, dan karena yang digunakan sebagai
solvent jenis organik amine,maka proses ini sering
disebut "amine process". Solvent yang digunakan bisa
• berupa monoethanol amnine (MEA), diethanolamine
(DEA), atau triethanolamine
• (TEA).
• Dalam proses ini beberapa reaksi kimia antara
gas asam yang ada di dalam gasalam dan
amine dapat terjadi. Dari reaksi yang terjadi
menghasilkan aminecarbonate, bicarbonate
dan hidrosulfida. Konsentrasi amine untuk
keperluan ini direkomendasi antara 15 - 25%
dalam air
CO2 absorber

regeration
ADSORPSI
• Adsorpsi adalah proses pemisahan suatu zat dalam campuran/larutan
dengan cara penjerapan melalui permukaan zat padat berpori yang
disebut adsorbent.
• Campuran/larutan yang dimaksud dalam hal ini dapat berupa gas atau
cairan.
• Molekul-molekul yang terakumulasi di dalam pori-pori dan interface
atau yang dijerap oleh adsorbent disebut adsorbat.
• Adsorbent adalah zat padat alami ataupun synthesis yang mempunyai
porositas dan luas permukaan tinggi (misalnya activated charcoal, silica
gel, molecular sieve).
• Hasil adsorpsi sangat dipengaruhi oleh luas permukaan adsorbent,
semakin luas semakin besar daya jerapnya, namun tergantung juga
pada efektifitasnya.
Contoh proses adsorpsi
a. Pemisahan bahan dari fase gas:
• • Pengeringan udara
• • Pengeringan gas
• • Penghilangan bau atau warna
• • Penghilangan impurities
• • Pengambilan uap yang bermanfaat dari udara/gas
b. Pemisahan bahan dari cairan:
• • Penghilangan kadar air dalam produk minyak
• • Penghilangan warna dalam produk minyak
• • Menghilangkan warna atau bau dalam air
• • Memisahkan umpan hidrokarbon parafin dan aromat
Contoh proses adsorpsi
Pengeringan gas alam menggunakan adsorbent
molecule sieve.( dehidrasi gas alam )
Deskripsi proses dehidrasi gas

c o o le r W a te r K n o c k -
o u t D ru m

H 2O

S o li d S o lid
d e s ic d e s ic
cant cant
S e d a n g d ir e g e n e r a s i
(D E S O R B E R )
S e d a n g m e la k u k a n
P ro s e s a d s o rp s i
(A D S O R B E R )

G a s u n tu k
4 5 0 to 6 0 0 F
R e g e n e ra s i

G a s K e rin g
- P o s is i v a lv e /k e r a n g a n d a la m k e a d a a n te rb u k a

- P o s is i v a lv e /k e r a n g a n d a la m k e a d a a n te rtu tu p
Latihan :
Absorpsi
1.Proses ekstraksi adalah adalah proses ......
2. Larutan yang digunakan untuk ekstraksi
disebut...
3. Contoh proses ekstraksi pada pengolahan
minyak bumi adalah proses eudeleanu yaitu
proses ....
• Adsorpsi
• 1. Adsorpsi adalah proses.....
• 2. Dalam proses adsorpsi Zat yang diadsorpsi
disebut .....
• 3. Contoh proses adsorpsi adalah ......

Anda mungkin juga menyukai