(LEACHING)
I. Tujuan Percobaan
Percobaan ini diharapkan kami dapat :
1. Mengenal dan mengetahui penggunaan alat leaching dalam skala pilot
plant.
2. Menentukan presentase perolehan minyak kacang tanah yang diperoleh
dari proses leaching.
Bahan yang diinginkan akan larut sampai titik tertentu dan keluar
dari ekstraktor pada aliran atas, sementara padatan keluar pada
aliran bawah. Sebagaimana disebutkan di atas.
Faktor-faktor penting dalam proses leaching adalah temperatur,
ukuran partikel, pengadukan dan pelarut.
D. Faktor Pelarut
Ada dua hal yang berhubungan dengan faktor pelarut :
1. Jumlah Pelarut
Semakin banyak jumlah pelarut semakin banyak perolehan yang
didapatkan sebab :
Distribusi partikel dalam pelarut semakin menyebar, sehingga
memperluas permukaan kontak
Perbedaan konsentrasi solut dalam pelarut dan padatan semakin
besar sehingga fluksi molar bertambah.
2. Sifat Pelarut
Sifat pelarut mencakup beberapa hal antara lain :
Selektivitas
Pelarut harus mempunyai selektivitas tinggi artinya kelarutan
zat yang ingin dipisahkan dalam pelarut tadi harus besar sedang
kelarutan dari padatan pengotor kecil atau diabaikan. Secara
kuantitatif, selektivitas dinyatakan sebagai :
(Fraksi berat solut dalam larutan ekstrak)
(berat inert/ berat larutan ekstrak)
dT RT2
F. Faktor Pengaduk
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pengaduk, seperti
ukuran, jenis dan posisi pengaduk. Namun yang lebih berpengaruh
dalam operasi leaching adalah laju putar dan lama pengadukan.
Semakin cepat laju putar, partikel semakin terdistribusi dalam
pelarut sehingga permukaan kontak meluas dan dapat memberikan
kontak dengan pelarut yang diperbaharui terus. Begitu pula semakin
lama waktu pengadukan berarti difusi dapat berlangsung terus dan
lama pengadukan harus dibatasi pada harga optimum agar konsumsi
energi tak terlalu besar.
G. Efisiensi Tahap
Bila dimisalkan suatu operasi leaching dimana pengaruh adsorpsi
padatan inert terhadap solut tidak ada dan pemisahan sempurna solut
dari padatan inert dapat dilakukan maka seluruh solut yang ada dapat
terbawa dalam larutan ekstrak.
Operasi semacam ini dikatakan mempunyai efisiensi 100%. Jadi
efisiensi dapat dinyatakan sebagai :
Berat Solut yang dapat terestrak
100%
Berat solut yang semula ada
V. Prosedur Kerja
1. Kacang tanah diblender sebanyak 4 kg, kemudian menimbang kacang
yang telah diblender.
2. Kain diisi kacang yang telah diblender dan dipasang pada tangki
sampel.
3. Zat pelarut (etanol) dimasukkan ke dalam labu distilasi sebanyak ( 40
liter).
4. Mengecek semua rangkaian operasi, setelah itu dijalankan air
pendingin.
5. Membuka kran steam dengan pelan dan secara hati-hati sampai tekanan
pada barometer menunjuk pada < 2 bar absolut (tekanan awal proses).
6. Pengoprasian alat selesai (alat dimatikan), ditunggu kacang dingin, lalu
diperas dan dikeluarkan dari alat selanjutnya alat dinyalakan kembali
untuk dilakukan destilasi.
7. Pengoperasian alat selesai (alat dimatikan), ditunggu dingin, Setelah
dingin, produk hasil ektraksi diambil dan dipisahkan antara etanol dan
minyak dengan corong pisah.
8. Setelah terpisah minyak kemudian dicentrifuge untuk memisahkan
padatan kacang dan minyak yang terbentuk.
9. Setelah terpisah minyak kemudian dipanaskan hingga kandungan air
dalam minyak menguap.
10. Setelah minyak tidak mengandung air maka minyak dapat ditimbang.
VII. Perhitungan
% = 100%
(195,8555 126,6286 )
% = 100%
3920
69,2269
% = 100%
3920
% = 1,77 %
VIII. Pembahasan
Praktikum kali ini adalah ekstraksi padat-cair (leaching) pada kacang
tanah. Pada dasarnya leaching ini dilakukan untuk mengambil ekstrak
minyak (sebagai solut) yang terkandung di dalam kacang tanah dengan
menggunakan pelarut (solvent) berupa etanol 96% teknis. Proses leaching
sendiri terjadi pada basket (wadah) ekstraktor. Leaching merupakan proses
pemisahan zat padat yang dapat melarut (solut) dari campurannya dengan
zat padat lain yang tidak dapat larut atau inert dengan cara suatu zat pelarut.
pelarut akan melarutkan sebagian bahan padatan sehingga bahan terlarut
yang diinginkan diperoleh setelah itu dilakukan proses pemisahan larutan
yang terbentuk dari padatan sisa.
Pada praktikum leaching kali ini, sistem yang dilakukan adalah sistem
batch dimana umpan hanya dimasukan satu kali ke dalam basket (wadah
umpan). Tekanan yang digunakan pada percobaan di jaga < 2 bar. Pelarut
yang telah dipanaskan oleh heater akan terkondensasi sehingga fasanya
akan berubah dari uap menjadi cair. Pelarut yang dihasilkan merupakan
pelarut murni yang kemudian dikontakkan dengan umpan pada basket.
Pemanasan pada pelarut dengan suhu yang optimal akan menghasilkan
proses leaching yang baik. Proses leaching sendiri terjadi pada basket
(wadah umpan).
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dalam siklus terbentuk minyak.
Walau kadar minyak yang terkandung cukup kecil. Sedikitnya kandungan
minyak disebabkan oleh waktu untuk mencapai siklus cukup cepat,
sehingga waktu kontak antara kacang dan etanol sangat cepat sehingga
proses ekstraksi belum optimal. Sehingga harus dilakukan ekstraksi lebih
lanjut.
Sebelum dilakukan proses ekstraksi padat-cair (leaching), kacang yang
akan digunakan digiling kasar terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar
pelarut yakni etanol dapat masuk ke dalam pori-pori kacang sehingga luas
kontak antara minyak dan etanol semakin bertambah. Proses penggilingan
juga tidak boleh terlalu halus, ini agar tidak sulit untuk dipisahkan serta
untuk menghindari hasil produk minyak yang kotor.
Pada proses ekstraksi padat-cair ini, pelarut etanol didalam tangki induk
dipanaskan, hingga diperoleh uap etanol. Uap ini akan melewati packing,
dimana di dalam packing ini uap etanol yang memiliki titik didih yang lebih
rendah akan lolos dan masuk ke dalam tangki yang berisi kacang,
sedangkan sebagian yang memiliki titik didih yang lebih tinggi dari air akan
terkondensasi dan jatuh kembali ke tangki induk. Pelarut akan melarutkan
kacang sehingga minyak dan air yang terkandung dalam kacang akan larut
dan tertampung dibawah tangki sampel. Air dan etanol kemudian akan
kembali ke tangki pelarut bila telah melalui satu siklus. Kemudian air dan
etanol kembali menguap dan melewati packing dan masuk kedalam tangki
sampel. Proses ini akan terus berlangsung sampai diperoleh minyak dengan
jumlah yang banyak.
Setelah dilakukan proses ekstraksi selama kurang lebih 3 jam, maka
sampel padatan kacang diangkat. Kemudian dilakukan destilasi untuk
memisahkan minyak dan etanol. Produk atas (destilat) yakni etanol akan
terupakan dan terkondensasi lagi sehingga dapat digunakan kembali sebagai
pelarut. Sedangkan produk bawah (bottom) yang masih merupakan
campuran minyak-etanol-air diambil untuk dilakukan analisa kadar
minyaknya.
Dari hasil perhitungan, dapat diketahui persentase yield yang diperoleh
sebesar 1,77%. Jika dilihat dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa tidak
semua kacang mengestrak minyak dari kacang. Ini disebabkan waktu kontak
antara etanol dan kacang yang tidak begitu lama dan konsentrasi dari
etanolnya telah menurun.
IX. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Leaching merupakan proses pemisahan zat padat yang dapat melarut
(solut) dari campurannya dengan zat padat lain yang tidak dapat larut
atau inert dengan cara suatu zat pelarut
2. Persentase yield yang diperoleh dari ekstraksi padat-cair adalah 1,77%.
Daftar Pustaka
Departemen Teknik Kimia ITB. 2012. Modul Ekstraksi Padat Cair. Panduan
Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/I (sumber
http://akademik.che.itb.ac.id)