Anda di halaman 1dari 15

EKSTRAKSI PADAT-CAIR

(LEACHING)

I. Tujuan Percobaan
Percobaan ini diharapkan kami dapat :
1. Mengenal dan mengetahui penggunaan alat leaching dalam skala pilot
plant.
2. Menentukan presentase perolehan minyak kacang tanah yang diperoleh
dari proses leaching.

II. Perincian Kerja


1. Mengoperasikan alat ekstraksi padat-cair (leaching).
2. Mengukur jumlah berat minyak kacang tanah dari hasil leaching.

III. Alat dan Bahan Percobaan


A. Alat
Perangkat alat ekstraksi padat-cair
Tali
Beaker Gelas 500 mL dan 2 L
Botol Penampungan
Hot Plate
Corong
Ember/baskom
Alat Centrifuge
Timbangan
Neraca Analitik
B. Bahan yang digunakan:
Alkohol dan air
Kacang Tanah
Kain
IV. Dasar Teori
A. Pengertian dan Prinsip Kerja Leaching
Ekstraksi padat-cair atau lebih dikenal dengan sebutan leaching
merupakan proses pemisahan zat padat yang dapat melarut (zat terlarut)
dari campurannya dengan zat padat lain yang tidak dapat larut atau inert
dengan cara pelarutan. Secara garis besar, proses pemisahan secara
ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu:
1. Penambahan sejumlah massa solven untuk dikontakkan dengan
sampel, biasanya melalui proses difusi.
2. Solute akan terpisah dari sampel dan larut oleh solven membentuk
fase ekstrak.
3. Pemisahan fase ekstrak dengan sampel. (Wilson, et al., 2000
dalam N Tharic,2010)

Prinsip kerja dari proses leaching adalah pelarut akan melarutkan


sebagian bahan padatan sehingga bahan terlarut yang diinginkan
diperoleh setelah itu dilakukan proses pemisahan larutan yang
terbentuk dari padatan sisa. Pemisahan fasa padat dari cair dapat
dilakukan dengna operasi sedimentasi, filtrasi, ataupun sentrifugasi.
Operasi leaching dapat dilakukan dengan sistem batch, semibatch,
ataupun continue. Operasi ini biasanya dilakukan pada suhu tinggi
untuk meningkatkan kelarutan solut di dalam pelarut. Untuk
meningkatkan performance, sistem aliran dapat dibuat secara co-
current ataupun counter current.
Setelah operasi leaching selesai, pemisahan fasa padat dari fasa
cair dapat dilakukan dengan operasi seddimentasi, filtrasi atau
sentrifugasi. Pemisahan sempurna hampir tidak mungkin dilakukan
karena adanya kesetimbangan fasa, di samping secara mekanis
sangat sulit untuk mencapainya. Oleh karena itu akan selalu adda
bagian yang basah atau air yang terperangkap di dalam padatan.
Perhitungan dalam operasi ini melibatkan 3 komponen, yaitu
padatan, pelarut dan solut. Asupan umumnya berupa padatan yang
terdiri dari bahan pembawa tak larut dan senyawa dapat larut.
senyawa dapat larut inilah yang biasanya merupakan bahan atau
mengandung bahan yang diinginkan.

Bahan yang diinginkan akan larut sampai titik tertentu dan keluar
dari ekstraktor pada aliran atas, sementara padatan keluar pada
aliran bawah. Sebagaimana disebutkan di atas.
Faktor-faktor penting dalam proses leaching adalah temperatur,
ukuran partikel, pengadukan dan pelarut.

B. Metode Operasi Leaching

Ada beberapa jenis metode operasi leaching, yaitu :


1. Operasi kontinu dengan sistem bertahap banyak dengan
aliran berlawanan (countercurrent). Dalam sistem ini aliran
bawah dan atas mengalir secara berlawanan. Operasiini dimulai
pada tahap pertama dengan mengontakkan larutan pekat,
yangmerupakan aliran atas tahap kedua, dan padatan baru, operasi
berakhir pada tahap ke n (tahap terakhir), dimana terjadi
pencampuran antara pelarut barudan padatan yang berasal dari
tahap ke-n (n-1). Sistem ini memungkinkan didapatnya perolehan
solute yang tinggi, sehingga banyak digunakan didalam industri.
2. Operasi dengan sistem bertahap tunggal. Metode ini merupakan
proses pengontakan antara padatan dan pelarut dilakukan
sekaligus dan kemudian disusul dengan pemisahan larutan dari
padatan sisa. Cara ini jarang ditemui dalam operasi industri,
karena perolehan solute yang rendah.
Gambar1. Pross Leaching dengan sistem tunggal
3. Operasi secara kontinu dengan aliran berlawanan. Dalam sistem
ini, aliran bawah dan atas mengalir secara berlawanan. Operasi
dimulai pada tahap pertama dengan mengontakkan larutan pekat
yang merupakan aliran atas tahap kedua, dan padatan baru.
Operasi berakhir pada tahap ke-n (tahap terakhir), dimana terjadi
pencampuran antara pelarut baru dan padatan yang berasal dari
tahap ke-n (n-1).

Operasi secara batch dengan sistem bertahap banyak dengan


aliran berlawanan. Di dalam sistem ini, padatan dibiarkan stationer
dalam setiap tangki dan dikontakkan dengan beberapa larutan yang
konsentrasinya makin menurun. Padatan yang hampir tidak
mengandung solut meninggalkan rangkaian setelah dikontakkan
dengan pelarut baru, sedangkan larutan pekat sebelum ke luar dari
rangkaian terlebih dahulu dikontakkan dengan padatan baru di dalam
tangki yang lain.
Dalam industri kimia, pemisahan merupakan operasi utama
disamping pencampuran dan perubahan kimiawi, untuk mencapai
tujuan pemisahan yang diinginkan, dikenal berbagai jenis operasi
pemisahan, baik secara thermal maupun mekanikal, masing-masing
mempunyai keuntungan tertentu dalam penggunaannya. Dalam hal
bahan yang ingin dipisahkan berupa zat yang dapat melarutkan (solut),
baik padatan maupun cairan, dan bercampur dalam campuran padatan
yang dapat larut (inert). Operasi leaching akan lebih banyak dipilih
sebagai cara pemisahannya. Sebagai contoh adalah pemisahan biji-biji
logam dari pasir atau batuan yang mengandungnya dalam industri
metalurgi, atau dalam kehidupan sehari-hari, cara pemisahan leaching
yang tidak lain adalah ekstraksi padat-cair ini dapat dijumpai pada
pembuatan air kopi atau pembuatan santan kelapa.
Pada pokoknya, operasi leaching berlangsung dengan
mengontakkan antara pelarut cair dan campuran padatan sedemikian
rupa sehingga terjadi perpindahan solut ke dalam pelarut tersebut.
Perlakuan selanjutnya adalah pemisahan larutan yang terbentuk dari
padatan sisanya. Hal ini, bila dalam industri , dapat dilangsungkan baik
dengan metode batch, continous co-curent maupun continues counter
current.
Percobaan ini mempelajari efisiensi operasi pada beberapa metode
operasi di atas. Selain itu juga dipelajari kesetimbangan sistem padat-
cair tiga komponen (kedelai-etanol-air). Hal ini penting dilakukan
sehubungan dalam industri sering dihadapkan persoalan memilih
metode operasi yang dengan kapasitas dan perolehan per satuan waktu
yang diinginkan, terlebih lagi karena kurangnya teori tentang leaching
yang dikemukakan , maka percobaan semacam ini akan banyak
membantu dalam merancang operasi leaching skala industri.

C. Faktor Ukuran Partikel


Operasi leaching akan berlangsung dengan lebih baik bila diameter
partikel diperkecil. Pengecilan ukuran ini akan memperluas permukaan
kontak sehingga perolehan dan laju pelarutan diperbesar. Begitu pula
hambatan difusinya menjadi kecil sehingga laju difusi bertambah.
Pengecilan ukuran ini juga bertujuan menghancurkan matriks inert
pengotor yang melingkupi solut atau juga untuk memberikan bentuk
irisan yang memungkinkan bahan padatan bersifat permeabel pada
ekstraksi secara tapisan. Namun demikian tidak dikehendaki ukuran
yang terlalu halus karena semakin halus partikel padatan :
Semakin mahal biaya penghalusnya, Semakin sulit dalam
pemisahan sehingga sulit untuk diperoleh larutan ekstrak yang bersih

D. Faktor Pelarut
Ada dua hal yang berhubungan dengan faktor pelarut :
1. Jumlah Pelarut
Semakin banyak jumlah pelarut semakin banyak perolehan yang
didapatkan sebab :
Distribusi partikel dalam pelarut semakin menyebar, sehingga
memperluas permukaan kontak
Perbedaan konsentrasi solut dalam pelarut dan padatan semakin
besar sehingga fluksi molar bertambah.
2. Sifat Pelarut
Sifat pelarut mencakup beberapa hal antara lain :
Selektivitas
Pelarut harus mempunyai selektivitas tinggi artinya kelarutan
zat yang ingin dipisahkan dalam pelarut tadi harus besar sedang
kelarutan dari padatan pengotor kecil atau diabaikan. Secara
kuantitatif, selektivitas dinyatakan sebagai :
(Fraksi berat solut dalam larutan ekstrak)
(berat inert/ berat larutan ekstrak)

(Fraksi berat solut dalam larutan residu)


(berat inert/ berat larutan residu)

Untuk operasi leaching harus lebih besar dari 1.


Kapasitas
Yang dimaksud kapasitas pelarut adalah besarnya kelarutan
solut dalam pelarut tersebut. Bila kapasitas pelarut kecil, maka :
o Butuh jumlah pelarut yang lebih banyak
o Larutan ekstrak lebih encer
o Kebutuhan panas untuk evaporator/pemekatan larutan ekstrak
bertambah banyak.
Kemudahan Untuk Dipisahkan
Untuk penghematan, pelarut dipisahkan dari solut untuk dapat
dipakai kembali. Biayanya dengan cara evaporasi atau distilasi.
Oleh karena itu, pelarut biasanya dipilih yang bertitik didih rendah
namun tetap diatas temperatur operasi leaching.
Sifat-sifat Fisik Pelarut
Viskositas dan density pelarut akan berpengaruh pada
pemakaian daya untuk pengadukan. Selain itu viskositas akan
berpengaruh pada laju difusi sedang density akan berpengaruh pada
pemisahan mekanik.

E. Faktor Temperatur Operasi


Pengaruh temperatur terhadap operasi leaching dapat dikatakan
dengan kelarutan dan laju pelarut. Pengaruh temperatur terhadap
kelarutan dapat ditunjukkan dengan :
d ln K = H

dT RT2

H adalah panas pelarut yang dapat berharga positif maupun


negatif. Untuk pelarutan endoterm, harga K semakin besar pula bila
temperatur naik sehingga pelarutan membesar. Hal yang sebaliknya
berlaku untuk pelarutan eksoterm.
Hubungan kecepatan pelarutan dengan temperatur ditunjukkan
dengan rumus berikut :
K = A.e-Ea/RT

Harga Ea, energi aktifasi pelarutan selain positif sehingga


kecepatan pelarutan selalu bertambah dengan menaiknya temperatur.
Pengaruh temperatur juga dapat dihubungkan dengan sifat-sifat
pelarut seperti densiti, viskositas dan difusivitas.

F. Faktor Pengaduk
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pengaduk, seperti
ukuran, jenis dan posisi pengaduk. Namun yang lebih berpengaruh
dalam operasi leaching adalah laju putar dan lama pengadukan.
Semakin cepat laju putar, partikel semakin terdistribusi dalam
pelarut sehingga permukaan kontak meluas dan dapat memberikan
kontak dengan pelarut yang diperbaharui terus. Begitu pula semakin
lama waktu pengadukan berarti difusi dapat berlangsung terus dan
lama pengadukan harus dibatasi pada harga optimum agar konsumsi
energi tak terlalu besar.

G. Efisiensi Tahap
Bila dimisalkan suatu operasi leaching dimana pengaruh adsorpsi
padatan inert terhadap solut tidak ada dan pemisahan sempurna solut
dari padatan inert dapat dilakukan maka seluruh solut yang ada dapat
terbawa dalam larutan ekstrak.
Operasi semacam ini dikatakan mempunyai efisiensi 100%. Jadi
efisiensi dapat dinyatakan sebagai :
Berat Solut yang dapat terestrak
100%
Berat solut yang semula ada

Bila perhitungan efisiensi diatas dilakukan untuk tiap tahap operasi


maka diperoleh efisiensi tahap dan bila dilakukan terhadap seluruh
tahap dalam suatu metode operasi maka hasil yang diperoleh disebut
efisiensi keseluruhan (overall).
H. Perhitungan Ekstraksi Padat Cair
Beberapa persoalan dalam merancang peralatan ekstraksi padat cair
adalah :
1. Memperoleh jumlah tahap yang diperlukan untuk memperoleh
solut dalam jumlah tertentu, dengan data yang ada berupa kadar
solut dalam larutan pada akhir tahap reaksi.
2. Menghitung jumlah solut yang dapat dipisahkan dari campuran
dengan menggunakan beberapa data yang diketahui yaitu kadar
solut dalam padatan umpan, jumlah pencucian dan metode yang
dipilih.

Ekstraksi suatu bahan pada prinsipnya dipengaruhi oleh suhu.


Makin tinggi suhu yang digunakan, makin tinggi ekstrak yang
diperoleh. Namun demikian, bahan hasil ekstraksi dengan berbagai
tingkat suhu belum tentu memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
sifat antibakterinya Oleh sebab itu, ekstraksi bahan pada suhu yang
berbeda perlu dilakukan. Ekstraksi dengan Soxhlet memberikan hasil
ekstrak yang lebih tinggi karena pada cara ini digunakan pemanasan
yang diduga memperbaiki kelarutan ekstrak. Makin bersifat polar
pelarut menghasilkan bahan terekstrak tidak berbeda untuk kedua
macam cara ekstraksi. Untuk mengetahui lebih jauh pengaruh suhu
pada proses ekstraksi menggunakan campuran pelarut etanol dan air
(Rindit, at al., 2007).
Jika suatu komponen dari campuran merupakan padatan yang
sangat larut dalam pelarut tertentu dan komponen yang lain secara
khusus tidak larut, maka proses pemisahan dapat dilakukan dengan
pengadukan sederhana dan dengan pelarut tertentu yang diikuti dengan
proses penyaringan. akan tetapi bila komponen terlarut sangat sedikit
larut atau disebabkan oleh bentuknya sehingga proses pelarutan sangat
lambat, maka perlu dilakukan pemisahan dengan ekstraksi soxhlet
(Armid, 2009).
Sering campuran bahan padat dan cair tidak dapat atau sukar sekali
dipisahkan, dengan metoe pemisahan mekanis atau tekhnik yang telah
sering dilakukan. Misalnya saja karena komponennya saling bercampur
secara erat, peka terhadap panas, beda sifat fisiknya terlalu kecil atau
tersdia dalam konsentrasi rendah. Dalam hal semacam ini sering
ekstraksi adalh satu-satunya proses yang dapat digunakan. Ekstraksi
adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut. Suatu proses ekstraksi biasanya
melibatkan tahap-tahap berikut ini :
Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya
saling berkontraksi, dalam hal ini terjadi perpindahan masa dengan
cara difusi padabidang antar muka bahan ekstraksi yang sebenarnya
yaitu pelarut ekstrak.
Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan cara
penjernihan atau titrasi.
Mengisolasi ekstraksi dari larutan ekstrak dan mendapatkan
kembali pelarut. umumnya dilakukan dengan menguatkan
pelarut.(G. Bresconi dan H.Gester, 1995:55)

Larutan mempunyai kelarutan di dalam pelarut yang berbeda,


proses yang selektif untuk pemisahan suatu larutan dari suatu campuran
dengan suatu pelarut disebut ekstraksi. ekstraksi soxhlet dapat
digunakan untuk mengekstraksi larutan dari padatan dengan
menggunakan pelarut yang dapat menguap, yang dapat bercampur
dengan air ataupun tidak. Pelarutnya diuapkan bila terkondensasi maka
akan menetes pada senyawa padat setelah mencapai volume tertentu
media pelarut tersebut akan keluar melalui pipa kecil dan terus menuju
ke tempat penampungan (labu) proses ini berlangsung terus-menerus
pelarut dalam labu diuapkan (Lowe, R., 1993:60).
Faktor lingkungan seperti ketinggian tempat tumbuh, tekstur tanah,
suhu tanah, kelembaban tanah akan mempengaruhi perkembangan biji
yang pada akhirnya akan mempengaruhi pula kandungan minyak pada
biji. Dalam upaya mencari spesies tumbuhan yang berpotensi
menghasilkan kandungan minyak yang tinggi, maka perlu diketahui
kondisi lingkungan yang paling optimum (Mulyani, 2007).
Pemurnian merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualitas
suatu bahan agar mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Beberapa
metode pemurnian yang dikenal adalah secara kimia ataupun fisika.
Pemurnian secara fisika memerlukan peralatan penunjang yang cukup
spesifik, akan tetapi minyak yang dihasilkan lebih baik, karena
warnanya lebih jernih dan komponen utamanya menjadi lebih tinggi.
Untuk metode pemurnian kimiawi bisa dilakukan dengan menggunakan
peralatan yang sederhana dan hanya memerlukan pencampuran dengan
adsorben atau senyawa pengomplek tertentu (Hernani, 2006).

V. Prosedur Kerja
1. Kacang tanah diblender sebanyak 4 kg, kemudian menimbang kacang
yang telah diblender.
2. Kain diisi kacang yang telah diblender dan dipasang pada tangki
sampel.
3. Zat pelarut (etanol) dimasukkan ke dalam labu distilasi sebanyak ( 40
liter).
4. Mengecek semua rangkaian operasi, setelah itu dijalankan air
pendingin.
5. Membuka kran steam dengan pelan dan secara hati-hati sampai tekanan
pada barometer menunjuk pada < 2 bar absolut (tekanan awal proses).
6. Pengoprasian alat selesai (alat dimatikan), ditunggu kacang dingin, lalu
diperas dan dikeluarkan dari alat selanjutnya alat dinyalakan kembali
untuk dilakukan destilasi.
7. Pengoperasian alat selesai (alat dimatikan), ditunggu dingin, Setelah
dingin, produk hasil ektraksi diambil dan dipisahkan antara etanol dan
minyak dengan corong pisah.
8. Setelah terpisah minyak kemudian dicentrifuge untuk memisahkan
padatan kacang dan minyak yang terbentuk.
9. Setelah terpisah minyak kemudian dipanaskan hingga kandungan air
dalam minyak menguap.
10. Setelah minyak tidak mengandung air maka minyak dapat ditimbang.

VI. Data Pengamatan


Berat kacang = 3,92 kg
Berat wadah kosong = 126,6286 g
Berat wadah + minyak = 195,8555 g
Volume minyak = 82 mL

VII. Perhitungan


% = 100%

(195,8555 126,6286 )
% = 100%
3920
69,2269
% = 100%
3920
% = 1,77 %

VIII. Pembahasan
Praktikum kali ini adalah ekstraksi padat-cair (leaching) pada kacang
tanah. Pada dasarnya leaching ini dilakukan untuk mengambil ekstrak
minyak (sebagai solut) yang terkandung di dalam kacang tanah dengan
menggunakan pelarut (solvent) berupa etanol 96% teknis. Proses leaching
sendiri terjadi pada basket (wadah) ekstraktor. Leaching merupakan proses
pemisahan zat padat yang dapat melarut (solut) dari campurannya dengan
zat padat lain yang tidak dapat larut atau inert dengan cara suatu zat pelarut.
pelarut akan melarutkan sebagian bahan padatan sehingga bahan terlarut
yang diinginkan diperoleh setelah itu dilakukan proses pemisahan larutan
yang terbentuk dari padatan sisa.
Pada praktikum leaching kali ini, sistem yang dilakukan adalah sistem
batch dimana umpan hanya dimasukan satu kali ke dalam basket (wadah
umpan). Tekanan yang digunakan pada percobaan di jaga < 2 bar. Pelarut
yang telah dipanaskan oleh heater akan terkondensasi sehingga fasanya
akan berubah dari uap menjadi cair. Pelarut yang dihasilkan merupakan
pelarut murni yang kemudian dikontakkan dengan umpan pada basket.
Pemanasan pada pelarut dengan suhu yang optimal akan menghasilkan
proses leaching yang baik. Proses leaching sendiri terjadi pada basket
(wadah umpan).
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dalam siklus terbentuk minyak.
Walau kadar minyak yang terkandung cukup kecil. Sedikitnya kandungan
minyak disebabkan oleh waktu untuk mencapai siklus cukup cepat,
sehingga waktu kontak antara kacang dan etanol sangat cepat sehingga
proses ekstraksi belum optimal. Sehingga harus dilakukan ekstraksi lebih
lanjut.
Sebelum dilakukan proses ekstraksi padat-cair (leaching), kacang yang
akan digunakan digiling kasar terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar
pelarut yakni etanol dapat masuk ke dalam pori-pori kacang sehingga luas
kontak antara minyak dan etanol semakin bertambah. Proses penggilingan
juga tidak boleh terlalu halus, ini agar tidak sulit untuk dipisahkan serta
untuk menghindari hasil produk minyak yang kotor.
Pada proses ekstraksi padat-cair ini, pelarut etanol didalam tangki induk
dipanaskan, hingga diperoleh uap etanol. Uap ini akan melewati packing,
dimana di dalam packing ini uap etanol yang memiliki titik didih yang lebih
rendah akan lolos dan masuk ke dalam tangki yang berisi kacang,
sedangkan sebagian yang memiliki titik didih yang lebih tinggi dari air akan
terkondensasi dan jatuh kembali ke tangki induk. Pelarut akan melarutkan
kacang sehingga minyak dan air yang terkandung dalam kacang akan larut
dan tertampung dibawah tangki sampel. Air dan etanol kemudian akan
kembali ke tangki pelarut bila telah melalui satu siklus. Kemudian air dan
etanol kembali menguap dan melewati packing dan masuk kedalam tangki
sampel. Proses ini akan terus berlangsung sampai diperoleh minyak dengan
jumlah yang banyak.
Setelah dilakukan proses ekstraksi selama kurang lebih 3 jam, maka
sampel padatan kacang diangkat. Kemudian dilakukan destilasi untuk
memisahkan minyak dan etanol. Produk atas (destilat) yakni etanol akan
terupakan dan terkondensasi lagi sehingga dapat digunakan kembali sebagai
pelarut. Sedangkan produk bawah (bottom) yang masih merupakan
campuran minyak-etanol-air diambil untuk dilakukan analisa kadar
minyaknya.
Dari hasil perhitungan, dapat diketahui persentase yield yang diperoleh
sebesar 1,77%. Jika dilihat dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa tidak
semua kacang mengestrak minyak dari kacang. Ini disebabkan waktu kontak
antara etanol dan kacang yang tidak begitu lama dan konsentrasi dari
etanolnya telah menurun.

IX. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Leaching merupakan proses pemisahan zat padat yang dapat melarut
(solut) dari campurannya dengan zat padat lain yang tidak dapat larut
atau inert dengan cara suatu zat pelarut
2. Persentase yield yang diperoleh dari ekstraksi padat-cair adalah 1,77%.
Daftar Pustaka

Petunjuk Praktikum Laboratorium Satuan Operasi II. Jurusan Teknik Kimia.


Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Rahayu, Suparni Setyowati. 2009. Kolom Ekstraksi (sumber : http://www.chem-


is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/kolom- ekstraksi/)

Departemen Teknik Kimia ITB. 2012. Modul Ekstraksi Padat Cair. Panduan
Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/I (sumber
http://akademik.che.itb.ac.id)

Yusuf, Muhammad Firdaus. 2012. Leaching. (sumber: http://


muhammadyusuffirdaus.wordpress.com)

Anda mungkin juga menyukai