Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKM PFK TL 3101

MODUL SEDIMENTASI II

Oleh:

SITTI MAULUDY KHAIRINA

NIM : 15315078

Asisten Praktikum : Nida

Tanggal Praktikum : 29 September 2017

Tanggal Laporan : 06 Oktober 2017

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2017
PRAKTIKM PFK TL 3101

MODUL SEDIMENTASI II

NAMA : SITTI MAULUDY KHAIRINA

NIM : 15315078

 Asisten Praktikum : Nida


 Tanggal Praktikum : 29 September 2017
 Tanggal Laporan : 05 Oktober 2017

PESERTA ASISTEN PENERIMA LAPORAN

TANDA TANGAN TANDA TANGAN

______________________ __________________________

SITTI MAULUDY KHAIRINA (NAMA)


I. Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini ialah menghasilkan pemahaman akan proses pemisahan
zat padat - cair dari flokulen tersuspensi yang terdapat dalam proses pengolahan air minum
dan air limbah.
Tujuan dari praktikum:
1. Untuk menentukan Total Removal partikel flokulen dari suatu sumber air baku.
2. Menentukan waktu detensi dari pengendapan partikel flokulen pada air.
3. Menentukan desain dimensi dari bak sedimentasi.

II. Teori Dasar


Sedimentasi adalah pemisahan padatan dari cairan menggunakan pengendapan
secara gravitasi dimana aliran pada kondisi yang relatif tenang akan membuat padatan
mengendap akibat gaya gravitasi. Jika prasedimentasi ditujukan untuk mengendapkan
partikel diskrit (pasir, kerikil kecil dll), maka sedimentasi ditujukan untuk menyisihkan
suspended solid (partikel tersuspensi) dan sebagian kecil dissolved solid (partikel terlarut).
Namun demikian, sebelum disisihkan, partikel-partikel ini diproses sehingga partikel yang
ukurannya kecil dan sukar mengendap menjadi bergabung satu dengan lainnya lewat
proses flokulasi. Proses flokulasi menghasilkan partikel gabungan yang cukup berat untuk
mengendap di bak sedimentasi. Suspensi padat ini, atau partikel, penting untuk dibuang
dari air untuk beberapa alasan. Beberapa alasan diantaranya meliputi: alasan keamanan dan
estetika, penyebaran penyakit, dan terakhir karena adanya bahan beracun yang ada sebagai
partikel atau dapat diserap oleh partikel. Pada umumnya, sedimentasi digunakan pada
pengolahan air minum, air limbah, dan pada pengolahan air limbah tingkat lanjutan.
Sedimentasi dimaksudkan untuk menyisihkan partikel/suspended solid dalam air
dengan cara mengendapkannya secara gravitasi. Jenis partikel yang diendapkan adalah
partikel flokulen, yaitu partikel yang dihasilkan dari proses koagulasi-flokulasi. Ciri
partikel flokulen adalah partikel yang selalu mengalami perubahan ukuran dan bentuk
selama proses pengendapan berlangsung. Mekanisme sedimentasi adalah sebagai berikut:
a. Pengendapan partikel flokulen berlangsung secara gravitasi.
b. Flok yang dihasilkan pada proses koagulasi-flokulasi mempunyai ukuran yang makin
besar, sehingga kecepatan pengendapannya makin besar.
c. Untuk menghindari pecahnya flok selama proses pengendapan, maka aliran air dalam
bak harus laminer. Untuk tujuan ini, digunakan indikator bilangan Reynold (NRe) dan
bilangan Froud (NFr).
d. Aliran air yang masuk pada inlet diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
pengendapan. Biasanya dipasang diffuser wall / perforated baffle untuk meratakan aliran
ke bak pengendap dengan kecepatan yang rendah. Diusahakan agar inlet bak langsung
menerima air dari outlet bak flokulator.
e. Air yang keluar melalui outlet diatur sedemikian, sehingga tidak mengganggu flok yang
telah mengendap. Biasanya dibuat pelimpah (weir) dengan tinggi air di atas weir yang
cukup tipis (1,5 cm).

Klasifikasi sedimentasi didasarkan pada konsentrasi partikel dan kemampuan


partikel untuk berinteraksi. Kriteria ini secara langsung mempengaruhi desain dan
konstruksi dari sedimentasi. Masing-masing terjadi baik di pengolahan air maupun limbah
cair Klasifikasi ini dapat dibagi ke dalam empat tipe, yaitu:

 Sedimentasi tipe I (Prasedimentasi): pengendapan partikel diskrit, partikel mengendap


secara individual dan tidak ada interaksi antar-partikel.

 Sedimentasi tipe II (Sedimentasi): pengendapan partikel flokulen, terjadi interaksi


antar-partikel sehingga ukuran meningkat dan kecepatan pengendapan bertambah.

 Sedimentasi tipe III (sedimentasi setelah proses pengolahan biologis seperti activated
sludge atau oxidation ditch): pengendapan pada lumpur biologis, dimana gaya antar-
partikel saling menahan partikel lainnya untuk mengendap

 Sedimentasi tipe IV (pengendapan lumpur pada proses pengolahan lumpur di sludge


digester atau sludge drying bed): terjadi pemampatan partikel yang telah mengendap
yang terjadi karena berat partikel
Kedalaman

Gambar 1. Empat tipe sedimentasi

1) Tipe 1 (pengendapan diskrit)

Sedimentasi tipe I merupakan pengendapan partikel diskret, yaitu partikel


yang dapat mengendap bebas secara individual tanpa membutuhkan adanya
interaksi antar partikel. Pengendapan discrete membutuhkan konsentrasi padatan
tersuspensi paling rendah dan analisisnya paling sederhana. Sebagai contoh
sedimentasi tipe I antara lain pengendapan lumpur kasar pada bak prasedimentasi
untuk pengolahan air permukaan dan pengendapan pasir pada grit chamber. Sesuai
dengan definisi di atas, maka pengendapan terjadi karena adanya interaksi gaya-
gaya di sekitar partikel, yaitu gaya drag dan gaya impelling. Massa partikel
menyebabkan adanya gaya drag dan diimbangi oleh gaya impelling, sehingga
kecepatan pengendapan partikel konstan.

Keterangan :

Tidak ada perubahan bentuk, ukuran


partikel, dan penggabungan partikel
padatan selama proses pengendapan

Gambar 2. Sedimentasi Tipe I


2) Tipe 2 (pengendapan flokulen)

Sedimentasi tipe II adalah pengendapan partikel flokulen dalam suspensi


encer, di mana selama pengendapan terjadi saling interaksi antar partikel. Selama
dalam operasi pengendapan, ukuran partikel flokulen bertambah besar, sehingga
kecepatannya juga meningkat. Hal ini terjadi dimana konsentrasi partikel cukup
tinggi sehingga terjadi tumpukan. Kenaikan massa partikel rata-rata ini
menyebabkan partikel jatuh lebih cepat. Pengendapan flokulasi digunakan pada
clarifier utama dan zona bagian atas dari clarifier kedua. Sebagai contoh
sedimentasi tipe II antara lain pengendapan pertama pada pengolahan air limbah
atau pengendapan partikel hasil proses koagulasi-flokulasi pada pengolahan air
minum maupun air limbah.

Keterangan :

Ukuran partikel berubah menjadi


besar/aglomerasi semakin menuju dasar
(mengendap)

Gambar 3. Sedimentasi Tipe II

3) Tipe 3 (Pengendapan zona atau disebut hindered)

Sedimentasi tipe III adalah pengendapan partikel dengan konsentrasi yang


lebih pekat, di mana antar partikel secara bersama-sama saling menahan
pengendapan partikel lain di sekitarnya. Karena itu pengendapan terjadi secara
bersama-sama sebagai sebuah zona dengan kecepatan yang konstan. Pada bagian
atas zona terdapat interface yang memisahkan antara massa partikel yang
mengendap dengan air jernih. Pada hindered, atau zona pengendapan, konsentrasi
partikel sedang sehingga partikel terganggu dengan pengendapan partikel lainnya
dan akhirnya jatuh bersama. Pengendapan hindered utamanya digunakan pada
clarifier kedua.

4) Tipe 4 (Pengendapan Kompresi)

Sedimentasi tipe IV merupakan kelanjutan dari sedimentasi tipe III, di mana


terjadi pemampatan (kompresi) massa partikel hingga diperoleh konsentrasi
lumpur yang tinggi. Sebagai contoh sedimentasi tipe III dan IV ini adalah
pengendapan lumpur biomassa pada final clarifier setelah proses lumpur aktif.
Tujuan pemampatan pada final clarifier adalah untuk mendapatkan konsentrasi
lumpur biomassa yang tinggi untuk keperluan resirkulasi lumpur ke dalam reaktor
lumpur aktif. Pengendapan kompresi memilki konsentrasi partikel tersuspensi
paling tinggi dan terjadi pada daerah yang lebih rendah pada clarifier. Pengendapan
partikel dengan memampatkan massa partikel-partikel bagian bawah. Kompresi
terjadi tidak hanya pada zona lebih rendah dari clarifier kedua tapi juga pada tangki
pengentalan lumpur (sludge thickening tanks).

Gambar 4. Pengendapan pada final clarifier untuk proses lumpur aktif

Sebelum mendisain sebuah bak final clarifier, maka perlu dilakukan


percobaan laboratorium secara batch menggunakan column settling test.
Pengamatan dilakukan terhadap
tinggi lumpur pada to hingga t. Data
yang diperoleh adalah hubungan
antara tinggi lumpur dengan waktu.

Gambar 5. Grafik hasil percobaan sedimentasi tipe III dan IV


III. Data Praktikum

Tabel 1. Hasil Pengukuran Nilai TSS Air Keruh dari Proses Sedimentasi II

Kedalaman Turbiditas pada Waktu t menit (NTU)


(cm) t=3 t=6 t=9 t = 12 t = 15 t = 20 t = 25

21,5 42 34 29 20 10 9 8

41,5 48 38 30 21 11 9,33 8,33

61,5 50 39 32 24 12 10 8,67

81,5 52 40 35 30 14 10,67 9

101,5 54 44 36 31 19 11 10

(Sumber: Pengukuran di laboratorium)

IV. Pengolahan Data


1. Semula, tentukan persentase penyisihan TSS pada setiap menitnya dengan
menggunakan persamaan

% 𝑅𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑇𝑢𝑟𝑏𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
= × 100%
𝑇𝑢𝑟𝑏𝑖𝑑𝑖𝑡𝑖𝑎𝑠 𝑎𝑤𝑎𝑙

Contoh perhitungan dilakukan pada waktu 3 menit di kedalaman 21,5 cm, sebagai
berikut:

57 𝑁𝑇𝑈 − 42 𝑁𝑇𝑈
% 𝑅𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 = × 100% = 26,32%
57 𝑁𝑇𝑈

Pada kedalaman dan waku yang berbeda, persamaan yang digunakan masih sama. Hasi
perhitungan % Removal Turbiditas dicantumkan pada table 5.1

2. Kemudian, plot dan buat kontur dengan interval waktu tiga dan/atau lima menit
dengan sumbu x menyatakan waktu dan sumbu y menyatakan kedalaman. Ini
dilakukan untuk membuat grafik iso removal yang terlampir dengan menggunakan
data persentase removal turbiditas yang telah dicari pada perhitungan awal.
3. Dalam menentukan persentase removal total pada menit kelima, gunakan hasil
pengolahan data yang telah dihitung, dengan menggunakan persamaan

Sebagai contoh:

%RT(10 menit) = [40,35+(((0,86-0,54)/0,8)*(49,12-40,35))] x 100% = 43,858%

Rumus yang sama digunakan untuk persen removal yang lainnya.

4. Untuk menentukan waktu detensi desain (td), digunakan data waktu detensi dari
pengolahan data grafik sebesar 14 menit dan scale factor waktu detensi sebesar 1,75.
Perhitungan dapat dilakukan dengan mensubstitusikan data pada rumus berikut

Td desain = td x scale factor td

Td desain = 14 x 1,75

Td desain = 24,5 menit

5. Berikutnya, dilakukan perhitungan spesifikasi bak yang didesain, terutama luas


penampangnya, yaitu dengan menggunakan data debit dari bak didesain dan data
surface loading untuk bak sedimentasi sebesar 40 m3/m2/hari (Japan Sewage Works
Association, 2013). Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut

𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑏𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖


Luas penampang = 𝑆𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖
2500 m3/hari
Luas penampang = 40 m3/m2/hari

Luas penampang = 62,5 m2


6. Lalu, untuk perhitungan volume air pada bak, digunakan data debit yang bernilai 2500
m3/hari dan waktu detensi sebesar 24,5 menit yang dikonversi menjadi 0,0170138 hari.
Perhitungan menggunakan rumus
Volume = Debit bak sedimentasi x Waktu detensi desain
Volume = 2500 m3/hari x 0,0170138 hari

Volume = 42,53472 m3

7. Setelah itu, kita pun dapat menghitung tinggi air dari bak yang didesain dengan
menggunakan data volume air sebesar 42,53472 m3 dan luas penampang bak desain
sebesar 62,5 m2. Perhitungan menggunakan persamaan sebagai berikut
Tinggi air = volume air / luas penampang bak sedimentasi

Tinggi air = 42,53472 / 62,5

Tinggi air = 0,68056 meter

8. Untuk menghitung lebar dari bak didesain, digunakan data perbandingan panjang dan
lebar bak yakni 3:1. Juga digunakan data luas penampang bak desain sebesar 62,5 m2.
Perhitungan menggunakan persamaan berikut
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖
Lebar bak = √ 3

62,5 m2
Lebar bak = √ 3

Lebar bak = 4,564 meter


Perhitungan panjang dari bak yaitu 3 x lebar bak sehingga didapatkan nilai dari
panjang bak sebesar 13,693 meter.
9. Selanjutnya, dapat dihitung tinggi bak dengan menggunakan rumus
Tinggi bak = tinggi air + tinggi freeboard

Tinggi bak = 0,68056 meter + 0,5 meter

Tinggi bak = 1,18056 meter

V. Tabel Hasil Pengamatan


Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Persen Removal

Kedalaman % Removal Turbiditas pada Waktu t menit (%)


(cm) t=3 t=6 t=9 t = 12 t = 15 t = 20 t = 25
21,5 26,32 40,35 49,12 64,91 82,46 84,21 85,96
41,5 15,79 33,33 47,37 63,16 80,70 83,63 85,39
61,5 12,28 31,58 43,86 57,89 78,95 82,46 84,79
81,5 8,77 29,82 38,60 47,37 75,44 81,28 84,21
101,5 5,26 22,81 36,84 45,61 66,67 80,70 82,46
(Sumber: Pengukuran di laboratorium)

Tabel 5.2 Hasil Analisis Grafik Persen Removal di Lima Waktu

REMOVAL Waktu
(%) 5 7,5 10 17,5 22,5
26,32 0,5
40,35 0,4 0,86
49,12 0,54
64,91
82,46 0,3 0,88
84,21 0,4
85,96
(Sumber : Perhitungan)

Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Akhir Persen Removal di Lima Waktu

Waktu %RT
5 26,32
7,5 40,35
10 43,858
17,5 82,46
22,5 83,51
(Sumber : Perhitungan)

Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Desain Bak Sedimentasi

Komponen Desain Nilai Satuan


Surface Loading 40 m3/m2/hari
Debit Air 2500 m3/hari
Td 14 menit
Td Desain 24,5 Menit
Luas Penampang 62,5 m2
Volume 42,53472 m3
Tinggi Air 0,68056 m
Lebar Bak 4,564 m
Panjang Bak 13,693 m
Tinggi Bak (freeboard) 1,18056 m
(Sumber : Perhitungan)

Grafik Hubungan % Removal terhadap Waktu


90
80
70
60
% Removal

50
40
30 %RT
20
10
0
0 5 10 15 20 25
Waktu

Gambar 5.1 Grafik Hubungan Persen Removal terhadap Waktu

(Sumber : Perhitungan)

 Untuk membuat grafik iso removal yang terlampir, digunakan data persentase
penyisihan TSS yang telah dicari pada perhitungan sebelumnya. Kemudian, data
tersebut diplotkan dan dibuat kontur dengan interval waktu 5 menit. Sumbu x
adalah waktu dan sumbu y adalah kedalaman.
Gambar 6. Plotting Grafik Iso Removal
(Sumber : Pengolahan Data)

VI. Analisis
Praktikum kali ini dimulai dengan pengukuran jarak keran-keran pada bak
sedimentasi yang akan dijadikan tempat sampling air. Lalu, sampel air keruh
berpartikel flokulen dimasukkan ke dalam bak sedimentasi hingga mencapai 30
liter. Setelah itu, pada bak sedimentasi dimasukkan tawas Al2(SO4)3 sebanyak 60
mL sebagai koagulan, untuk membentuk flok dari partikel flokulen yang ada pada
air keruh tersebut sehingga flok akan terendapkan.
Berhubung partikel flokulen tidak dapat mengendap dengan sendirinya, diperlukan
penambah koagulan pada air keruh. Setelah ditambahkan koagulan berupa tawas,
dilakukan rapid mixing selama satu menit dengan kecepatan putaran mixing sebesar
100 rpm. Rapid mixing dilakukan untuk mencampurkan koagulan yang dimasukkan
secara merata pada sampel air keruh tersebut.
Proses dilanjutkan dengan melakukan slow mixing selama 10 menit dengan
kecepatan putaran a sebesar 60 rpm. Slow mixing dilakukan untuk membentuk flok
pada air keruh. Tepat setelah dilakukan mixing, pada tiap keran diambil sampel air
dan kemudian dilakukan kembali pengambilan sampel pada setiap 3 menit
setelahnya selama 15 menit. Setelah 15 menit, pengambilan sampel dilakukan
dengan interval 5 menit sampai dengan menit ke-30. Kemudian, semua sampel
yang telah diambil tersebut diukur nilai kekeruhannya dengan menggunakan
turbidimeter. Setelah selesai melakukan pengambilan sampel, air yang berada pada
bak sedimentasi dikeluarkan dan bak sedimentasi dibersihkan dari sampel air. Alat
penampung hasil sedimentasi pada bak juga dibersihkan dari partikel yang
mengalami pengendapan.
Dari hasil pengukuran pada data percobaan sedimentasi ini, dapat diamati bahwa
di awal percobaan nilai dari TSS pada sampel air masih tinggi dan terus menurun.
Setelah beberapa lama waktu, nilai dari TSS tersebut semakin menurun. Hal ini
disebabkan oleh penambahan koagulan yang mengendapkan partikel flokulen pada air
tersebut yang semakin lama semakin bekerja dengan baik untuk mengendapkan. Nilai
total removal yang dialami oleh air keruh dengan partikel flokulen tersebut juga
semakin meningkat seiring dengan waktu. Hal ini menandakan bahwa penyisihan
partikel flokulen menjadi semakin banyak pula dengan waktu yang terus bertambah.
Dari hasil pengolahan data, dapat diperhitungkan waktu detensi yang menyatakan
waktu yang diperlukan oleh partikel flokulen dalam air keruh tersebut untuk mencapai
keadaan pengendapan secara optimal. Dalam perhitungan didapatkan waktu detensi
selama 11 menit. Waktu detensi ini akan mempengaruhi perhitungan desain dari bak
sedimentasi. Dengan nilai debit yang diberikan, maka dimensi dari bak sedimentasi
yang cocok untuk dirancang adalah dengan panjang sebesar 13.693 meter, lebar sebesar
4.564 meter, dan tinggi sebesar 1,18056 meter.
Dalam melakukan praktikum tersebut, dapat diperoleh hasil yang kurang presisi
dan kurang akurat. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi selama melakukan praktikum, diantaranya yaitu adanya air yang
tersumbat dari pengambilan sampel sebelumnya, sehingga saat melakukan pengukuran
kekeruhan untuk sampel berikutnya akan menjadi terpengaruhi oleh sampel tersebut.
Dinding bak sedimentasi yang kurang jernih juga mempengaruhi pengamatan
penurunan kekeruhan sehingga pada percobaan, penurunan kekeruhan menjadi tidak
dapat diukur dengan benar dan pada akhirnya digunakan literature untuk melakukan
perhitungan yang menyebabkan hasil yang didapatkan menjadi kurang akurat. Mixing
yang dilakukan dengan menggunakan perkiraan untuk menentukan kecepatan dari
mixingnya karena hanya dilakukan secara manual dapat menyebabkan kesalahan
berupa adanya human error. Kemudian pada saat pengukuran kekeruhan, sampel yang
tidak dihomogenkan terlebih dahulu akan menyebabkan nilai kekeruhan menjadi
kurang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Selain itu, waktu pengambilan sampel
yang tidak tepat akan menyebabkan tingkat kekeruhan yang terukur menjadi tidak
sesuai dengan waktu yang ditetapkan tersebut.
Dalam bidang Teknik lingkungan, sedimentasi partikel flokulen ini dapat
digunakan dalam pengolahan air untuk air minum. Hal tersebut dilakukan untuk
mengendapkan partikel-partikel yang ada di dalam air tersebut dan menyebabkan air
tersebut tidak layak untuk digunakan menjadi layak untuk dipergunakan bagi keperluan
sehari-hari. Proses ini juga dapat digunakan dalam pengolahan air limbah pada industri
sehingga sebelum air limbah dibuang ke dalam sungai, air limbah tersebut dapat sesuai
dengan baku mutu untuk pembuangan air limbah dan tidak mencemari sungai.

VII. Kesimpulan
1. Total removal partikel flokulen dari sampel air keruh yang diuji dalam proses
sedimentasi adalah sebagai berikut:

T %RT
5 26.32
7.5 40.35
10 43.858
17.5 82.46
22.5 83.51

2. Waktu detensi (td) adalah selama 14 menit, dimana diperoleh desain bak
sedimentasi yang cocok untuk debit air sebesar 2500 m3/detik sebesar 62,5 m2
untuk luas penampang, 0,68056 m untuk tinggi air, 1,18056 untuk tinggi bak
(freeboard), 4,564 m untuk lebar, dan 13,693 m untuk tinggi.

3. Dari perhitungan, didapatkan desain untuk bak sedimentasi yang cocok untuk debit
air sebesar 2500 m3/hari yaitu:
Tinggi Air 0,68056 m
Lebar Bak 4,564 m
Panjang Bak 13,693 m
Tinggi Bak (freeboard) 1,18056 m

VIII. Daftar Pustaka


Metcalf & Eddy. Wastewater Engineering: Treatment Disposal Reuse, McGraw-Hill
International Editions, 1985.
D.Reynold, Tom. Unit Operation and Processes in Enviromental Engineering Second
Edition, PWS Publishing Company, 1996.
Sutrisno, C. Totok, dkk. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai