Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA II

PERCOBAAN
SOLID SOLUBILITY (LIQUID REACTOR)

Hari : Kamis
Kelompok :5
Praktikan : 1. Oktavira Nanda N (02211940000159)
2. Nindya Tsabitah (02211940000113)
3. Mayongga Heriz F (02211940000182)
4. M Ulwan Fahmi R (02211940000027)
Asisten : Diva Lathifa Maharani (02211840000139)
Tanggal Percobaan : 31 Maret 2022
Dosen Pengampu : Prida Novarita T, S.T., M.T.
(198311142015042002)

Departemen Teknik Kimia


Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2022
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan Solid Solubility (LR) ini adalah :
1. Mempelajari kelarutan partikel padat (solid) berbentuk bola dalam suatu liquid dalam
tangki berpengaduk dengan variasi percobaan yang berbeda
2. Menentukan koefisien transfer massa antar fasa secara eksperimen.

I.2 Dasar Teori


Perpindahan massa merupakan salah satu dari 3 proses perpindahan yang terjadi yaitu
perpindahan momentum, perpindahan energi (panas) dan perpindahan massa sendiri.
Aplikasinya di dunia industri cukup banyak dan umunya mudah untuk ditemukan seperti :
1. Distilasi
2. Absorbsi
3. Pengeringan
4. Ekstraksi liquid-liquid
5. Adsorpsi
6. Proses Membran
7. Difusi
Berbeda dengan proses perpindahan yang lain, untuk perpindahan massa juga
melibatkan medium yang menjadi jembatan antara kedua tempat, ikut berpindah. Contoh dari
perpindahan massa adalah yang paling mudah dan sering kita lakukan sehari-hari yaitu
mengaduk gula dalam susu. Setelah diaduk beberapa lama, kemudian partikel-partikel gula
padat yang tadinya banyak jadinya menghilang dan tercampur bersama susu. Atau dengan kata
lain, gula larut ke dalam susu. Selain proses pengadukan gula masih banyak lagi contoh-contoh
perpindahan massa, yaitu
1. Penghilangan gas SO2 dari flue gas dengan absorpsi oleh pelarut.
2. Pemurnian uranium dari pengotor sehingga bisa digunakan sebagai bahan baku nuklir.
3. Pemisahan alkohol dengan air dengan distilasi.
Dalam kehidupan sehari-hari yang sering kita alami yaitu proses penguapan air dan pengeringan
baju. Properti yang mempengaruhi solid mixing di antaranya:
1. Distribusi partikel solid, merupakan persentase bahan dalam range ukuran yang
berbeda.
2. Bulk density, merupakan berat per unit volume dari sejumlah partikel solid, biasanya
dalam satuan kg/m3. Bulk density tidak konstan dan dapat diturunkan dengan aerasi atau
dapat dinaikkan dengan getaran atau beban mekanik.
3. True density, biasanya dalam satuan kg/m3. True density dibagi oleh densitas air, sama
dengan specific gravity.
4. Bentuk partikel. Beberapa tipe di antaranya berbentuk butiran, bulat telur, balok, bola,
serpihan, keping, batang, filamen, kristal atau bentuk tidak teratur.
5. Karakteristik permukaan, termasuk area permukaan dan tendensitas untuk mengikat
muatan statis dan lain sebagainya.
Operasi perpindahan masa dapat diklasifikasikan sebagai berikut. Kontak langsung dua
fase yang tak dapat bercampur. Kategori ini hampir meliputi semua proses perpindahan massa
yang sangat penting yaitu sistem dua fase, beberapa komponen pada kesetimbangan, kecuali
beberapa komposisi fasenya yang berbeda, misalnya uap kesetimbangan kecuali beberapa
larutan garam encer yang tidak mengandung garam dan konsentrasi yang cukup didalam
liquida. Begitu pula solid yang berkesetimbangan kontak dengan larutan garam baik murni atau
garam tergantung pada komposisi eutektis liquid yang terjadi.
Rate dari perpindahan massa antara solid dengan liquid dapat ditulis dengan persamaan:
………………….𝑚̇ = 𝑘𝐿𝑆 𝐴(𝐶𝑆𝐴𝑇 − 𝐶𝐿 )………………………..…………………(1)
Untuk sistem batch, dengan neraca massa transient pada solid yang terlarut yang membentuk
suatu formasi, persamaan di atas dapat dituliskan sebagai berikut :
𝑑𝑀
………………….…. = −𝑚̇ = −𝑘𝐿𝑆 𝐴(𝐶𝑠𝑎𝑡 − 𝐶𝐿 )………………………………………..(2)
𝑑𝑡

Sedangkan neraca massa yang sesuai pada fase cair yaitu:


𝑑𝐶
………..……….….𝑉𝐿 𝑑𝑡 = 𝑚̇ = 𝑘𝐿𝑆 𝐴(𝐶𝑠𝑎𝑡 − 𝐶𝐿 ) )…………………...………………..(3)

Model persamaan ini digabungkan melalui konsentrasi liquid dan terlarut sekaligus.
Prosedur pencampuran dapat dituliskan secara sederhana yaitu total solid yang terdistribusi
pada fase solid-liquid tetap konstan dalam seketika.
…………………….….𝑀0+ 𝑉𝐿 𝐶𝐿0 = 𝑀 + 𝑉𝐿 𝐶𝐿 )………………………………………..(4)
Persamaan ini dapat dikombinasikan dengan persamaan sebelumnya dan dapat menghasilkan
prediksi model, namun sebagai solid yang terlarut, solid tersebut akan berubah ukuran maupun
bentuknya. Oleh karena itu luas antar muka harus diperhitungkan sebelum model persamaan
dapat diselesaikan. Pada analisa ini, efek dari perubahan ukuran partikel terhadap koefisien
perpindahan massa interfase diabaikan.
Solid yang telah terlarut HCl diasumsikan tetap berbentuk bola dari awal hingga akhir
percobaan serta memiliki ukuran yang sama, berdasarkan asumsi ini massa padatan yang tersisa
di fase padat dengan jari-jari r adalah :
4
……………………………….……….….𝑀 = 𝜋𝑟 3 𝜌𝑠 𝑛…………………………………………..(5)
3

Luas permukaan sebesar


……………………………….…𝐴 = 4𝜋𝑟 2 𝑛……………………………………………..(6)
Melalui subtitusi persamaan-persamaan sebelumnya maka diperoleh massa solid berbentuk
bola yang tersisa pada setiap saat adalah
1/3
𝑑𝑀 36𝜋𝑛𝑀2 𝑀0 −𝑀
………………… 𝑑𝑡 = −𝑘𝐿𝑆 [ 𝜌𝑠 2 ] [𝐶𝑠𝑎𝑡 − (𝐶𝐿0 + 𝑉𝐿
)]…….……………………..(7)

Persamaan tersebut dapat diselesaikan secara numerik. Jika konsentrasi fase cair selalu jauh
lebih kecil dibanding konsentrasi jenuhnya (CL< CSAT) maka persamaan diatas dapat
diintegrasikan untuk menghasilkan hubungan antara waktu dan fraksi sisa fase padat.
1⁄ 3
𝑀 4𝜋𝑛 3
………………𝑀𝑜 = [1 − (3𝑀𝑜𝜌 2 ) 𝑘𝐿𝑠 𝐶𝑆𝐴𝑇 𝑡] …….……………………..(8)
𝑠

(Myers,1992, Hal 156)


Untuk memperoleh nilai dari koefisien transfer perpindahan (𝑘𝐿𝑠 ), dibutuhkan nilai dari
Csat secara eksperimen untuk sukrosa, yaitu jika dilarutkan dalam air pada suhu 25 °C memiliki
nilai Csat sebesar 2000 kg/m3 (International Chemical Safety Card 1507, 2003).
Sementara untuk data difusivitas dari sukrosa di air pada suhu 25 °C yaitu sebesar 0,56 x 10-5
cm2/s
(Perry, 2008, Sec. 2, Hal 458)……
…𝑆ℎ = 0.046𝑅𝑒 0.283 𝐺𝑎0.173 𝑈 −𝑜.011 (𝑇⁄𝑑 )0.019 𝑆𝑐 0.461 ….………………..(9)
Boon – long mengembangkan korelasi untuk transfer massa dari solid tersuspensi
kedalam liquida pada agitated vessel

Keterangan persamaan diatas :


𝑘𝐿𝑠 𝑑
𝑆ℎ = , Sherwood number
𝐷𝑣
𝑑𝑇𝜔
𝑅𝑒 = ( 𝑣
) , Reynold number (berdasarkan pada partikel)
𝜌3 𝑔𝑑3
𝐺𝑎 = , Gallileo number
𝜇2
𝑀
𝑈 = 𝜌𝑑3 , konsentrasi solid
𝜇
𝑆𝑐 = 𝜌𝐷 , Schmidt number
𝑣

T , Diameter bejana (beaker glass)


d = Diameter partikel

(Boon-Long, 1978, Hal 183)


BAB II

PERCOBAAN

II.1 Problem Statement


Data kelarutan suatu zat sangatlah penting untuk diketahui agar memudahkan saat
penentuan kondisi dalam suatu proses. Banyak hal yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu
zat pada berbagai pelarut. Pada suatu proses pembuatan sirup dalam kemasan botol, proses
pembuatan larutan gula sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan. Dimana kondisi
pencampurannya tidak merusak rasa yang diharapkan. Diperlukan rancangan sistem pelarutan
gula yang dapat digunakan pada pabrik tersebut untuk kapasitas 1200 L/hari (kemasan 600 mL).
Kosentrasi gula yang digunakan adalah 1 : 1 (w/v).

II.2 Variabel Percobaan


Variabel yang digunakan pada percobaan Solid Solubility (LR) adalah :
1. Jenis bahan baku yang digunakan adalah permen yang memiliki kandungan utama
sukrosa.
2. Volume air yang digunakan adalah 600 mL.
3. Kecepatan impeller yang digunakan yakni 100 , 200 dan 300 rpm.
4. Variabel jumlah permen yang digunakan adalah 1 buah dan 2 buah.
5. Interval waktu pengamatan pada menit ke 0, 3, 5, 7 dan 9.

II.3 Metodologi Percobaan


1. Mempersiapkan peralatan dan bahan percobaan.
2. Memasukkan air ke dalam beaker glass.
3. Menimbang permen dengan neraca analitik dan mengukur diameter rata-rata permen
tersebut.
4. Memasukkan 1 butir permen ke dalam beaker glass berisi air dan menyalakan mixer
dengan kecepatan impeller 100 rpm untuk memulai pengamatan.
5. Mengamati perubahan, menimbang massa dan mengukur diameter permen pada menit
ke 0, 3, 5, 7 dan 9.
6. Ulangi tahapan tersebut untuk variabel 2 buah permen.
7. Mengulangi langkah percobaan untuk variabel kecepatan impeller 200 dan 300 rpm.
II.4 Diagram Alir Percobaan

Mulai

M Permen dan 600 mL air


peralatan dan Mempersiapkan
Memasukkan 600 dan
peralatan mL bahan
air ke dalam beaker glass
percobaan
bahan percobaan
Menimbang permen dengan neraca
empersiapkan analitik
peralatan dandan mengukur diameter
bahan
rata-rata permen
percobaan

Menyalakan mixer dengan kecepatan impeller 100 rpm

Mengamati perubahan, menimbang massa dan mengukur diameter


permen pada menit ke 0, 3, 5, 7 dan 9

Ulangi tahapan tersebut untuk variabel 2 buah permen

Ulangi langkah percobaan untuk variabel kecepatan impeller 200 dan


300 rpm

Massa dan diameter permen

Selesai

II.5 Alat dan Bahan


II.5.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan:

1. Beaker glass 1000 mL 1 buah


2. Stopwatch 1 buah
3. Neraca analitik 1 buah
4. Cawan arloji 2 buah
5. Agitator 1 buah
6. Sendok 1 buah
7. Penggaris 1 buah
8. Spatula 1 buah

II.5.2 Bahan

Bahan yang diperlukan adalah:

1. Permen berbentuk bola 9 buah


2. Air 3600 mL

II.6 Skema Alat

B
D

Gambar II.1 Skema Agitator

Keterangan :
A : Pengatur kecepatan impeller

B : Beaker glass

C : Impeller

D : Sumber listrik
BAB III
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
III.1. Hasil Perhitungan
Tabel III.1.1.Hasil Perhitungan Koefisien Perpindahan Massa (kLS) 1 permen
kLS
RPM kLS (grafis) kLS (teo) slope
(analitis)
100 0.000147 0.000722 0.001636 -0.018
200 0.0001272 0.000885 0.001924 -0.0157
300 0.0001611 0.000997 0.002139 -0.0213

Tabel III.1.2.Hasil Perhitungan Koefisien Perpindahan Massa (kLS) 2 permen


kLS
RPM kLS (grafis) kLS (teo) slope
(analitis)
100 0.000065 0.000006 0.003017 -0.0191
200 0.000050 0.000009 0.002178 -0.0156
300 0.000064 0.000010 0.002460 -0.0197

III.2. Pembahasan
Percobaan Solid Liquid Reactor bertujuan untuk mempelajari pelarutan partikel padat
(solid) berbentuk bola dalam suatu liquid dengan variasi percobaan yang berbeda dan
menentukan koefisien transfer massa antar fase secara eksperimen. Variabel independen yang
digunakan dalam percobaan ini adalah kecepatan putaran impeller (100, 200, dan 300 rpm), dan
jumlah solid (1 buah dan 2 buah) serta akuades sebanyak 500 mL untuk masing-masing variabel
independen. Pengamatan dilakukan pada menit ke 0, 3, 5, 7, dan 9 untuk masing-masing
variabel.
Sukrosa dipilih sebagai variabel tetap karena sukrosa mudah larut dalam akuades, tidak
menghasilkan reaksi, serta mudah diamati dan diukur. Sukrosa sendiri memiliki kelarutan
dalam air sebesar 2000 kg/m3 pada suhu 20oC dan 2146,98 kg/m3 pada suhu 30oC
(www.sugartech.co.za/solubility).
Prosedur percobaan diawali dengan menyiapkan alat dan bahan. Alat – alat yang
digunakan dalam percobaan ini adalah beaker glass 1000 mL yang digunakan sebagai tangki,
rangkaian alat pengaduk yang terdiri dari statif dan motor pengaduk dengan kecepatan putaran
yang dapat diatur dalam rpm, kaca arloji, dan neraca analitik. Sedangkan bahan – bahan yang
digunakan antara lain akuades dan 12 buah permen berbentuk bola.
Setelah menyiapkan alat dan bahan, kemudian menyiapkan larutan akuades yang akan
digunakan untuk 9 variabel percobaan. Kemudian, larutan akuades sebanyak 600 mL
dimasukkan ke dalam beaker glass. Beaker glass tersebut kemudian diletakkan di bawah motor
pengaduk dan mengatur impeller hingga tercelup ke dalam larutan. Untuk variabel pertama
digunakan 100 RPM dan jumlah 1 solid. Kemudian, menyalakan motor pengaduk pada
kecepatan 100 rpm. Setelah impeller berputar, permen berdiameter 2,6 cm sebanyak 1 buah
dimasukkan ke dalam larutan dan memulai perhitungan waktu menggunakan stopwatch.
Sebelum dimasukkan, permen telah diukur massa dan diameter awal. Setelah 3 menit
pengadukan, motor pengaduk dimatikan dan permen diangkat dari larutan. Kemudian, diameter
permen diukur dengan penggaris dan massanya diukur menggunakan neraca analitik. Setelah
diukur dan ditimbang, permen kembali dimasukkan kedalam larutan dan motor pengaduk
dihidupkan kembali. Setelah 2 menit, permen kembali diukur dan ditimbang. Prosedur ini
dilakukan hingga waktu pengadukan mencapai 9 menit. Setelah melakukan percoban untuk
variabel pertama, percobaan dilakukan untuk variabel lainnya yaitu 100, 200, dan 300 rpm
untuk jumlah permen masing-masing 1 buah dan 2 buah normal dengan mengulang prosedur
yang sama seperti pada variabel pertama dan mencatat semua data pengukuran.
Setelah melakukan percobaan dan memperoleh data – data, kemudian melakukan
perhitungan dan analisis. Perhitungan dilakukan untuk mengetahui koefisien perpindahan
massa dari fase solid ke fase cair secara grafis, analitis, dan teoritis.
Perhitungan pertama dilakukan secara grafis, yaitu dengan membuat plot perbandingan
antara massa permen setelah bereaksi dan massa permen mula–mula dipangkatkan dengan 1/3
atau (M/M0)1/3 vs waktu.

Gambar Grafik (M/M0)1/3 vs Waktu 100 rpm


Gambar Grafik (M/M0)1/3 vs Waktu 200 rpm

Gambar Grafik (M/M0)1/3 vs Waktu 200 rpm

Dari data hasil percobaan untuk variabel jumlah solid (1 buah dan 2 buah) dengan
masing-masing kecepatan impeller (100, 200, dan 300 rpm) didapat bahwa semakin lama waktu
pengadukan, maka massa permen yang terlarut semakin besar, sehingga massa solid semakin
berkurang. Hal tersebut menyebabkan nilai (M/M0)1/3 semakin lama semakin kecil. Berdasarkan
masing – masing grafik, diperoleh regresi linear dengan slope untuk masing – masing variabel
seperti disajikan pada Tabel dimana nilai slope tersebut adalah:
1⁄
4𝜋𝑛 3
−( ) 𝑘𝐿𝑆 𝐶𝑆𝐴𝑇
3𝑀0 𝜌𝑠 2
Sehingga nilai kLS dapat dihitung sesuai dengan persamaan yang didapatkan pada literatur.
Gambar Grafik Koefisien Perpindahan Massa vs Kecepatan Impeller secara Grafis
Berdasarkan Gambar, dapat diketahui bahwa semakin besar kecepatan putar
pengaduk, maka semakin besar pula koefisien perpindahan massa dari fase solid ke liquid. Hal
ini menunjukkan bahwa perpindahan massa semakin tinggi apabila diaduk dengan kecepatan
yang lebih tinggi. Pengadukan memungkinkan konsentrasi zat dalam fase cair tersebar dengan
lebih merata dan membuat gradien konsentrasi yang lebih tinggi antara fase padat dan fase cair.

Gambar. Grafik Koefisien Perpindahan Massa vs Kecepatan Impeller secara Analitis


Perhitungan kedua dilakukan secara analitis. Secara analitis, nilai kLS dapat diketahui
dengan persamaan berikut:
𝑘𝐿𝑆 𝑑
𝑆ℎ =
𝐷𝑣
dimana Sh merupakan korelasi Sherwood yang menghubungkan antara bilangan Reynold,
bilangan Galileo, difusivitas, bilangan Schmidt, dan perbandingan antara diameter tangki
dengan diameter partikel.
Dapat diketahui nilai kLS cenderung berbanding lurus dengan kecepatan impeller.
Terlihat bahwa semakin besar kecepatan impeller maka koefisien perpindahan massa juga
semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa perpindahan massa semakin tinggi apabila diaduk
dengan kecepatan yang lebih tinggi.

Gambar . Grafik Koefisien Perpindahan Massa vs Kecepatan Impeller secara Teoritis


Perhitungan kLS yang ketiga dilakukan secara teoritis. Secara teoritis, nilai kLS dapat
diketahui juga dengan persamaan berikut:
𝑘𝐿𝑆 𝑑
𝑆ℎ =
𝐷𝑣
dimana Sh merupakan korelasi Sherwood yang menghubungkan antara bilangan Reynold,
bilangan Galileo, difusivitas, bilangan Schmidt, dan perbandingan antara diameter tangki
dengan diameter partikel.
Dibuat juga perhitungan secara keseluruhan yaitu grafik perbandingan antara variable
1 permen dengan 2 permen. Secara grafis, analitis, dan teoritis sebagai berikut
Gambar . Grafik Koefisien Perpindahan Massa vs Kecepatan Impeller secara grafis antara 1
permen dengan 2 permen

Gambar . Grafik Koefisien Perpindahan Massa vs Kecepatan Impeller secara analitis antara 1
permen dengan 2 permen

Gambar . Grafik Koefisien Perpindahan Massa vs Kecepatan Impeller secara teoritis antara 1
permen dengan 2 permen

Gambar . Grafik Koefisien Perpindahan Massa vs Kecepatan Impeller keseluruhan 2 permen


Berdasarkan literatur, nilai kLS akan semakin besar dengan bertambahnya kecepatan
putaran. Semakin bertambah kecepatan putar, maka semakin banyak pula yang bereaksi karena
luasan tumbukan antara permen dan larutan akuades besar. Hal ini juga sesuai dengan teori
dimana saat luas permukaan semakin besar maka transfer massa juga semakin cepat terjadi.
Berdasarkan problem statement yang diberikan agar mendapatkan pelarutan sukrosa yang
baik, perlu diperhitungkan dari beberapa hal. Perhitungan tersebut yang diambil dari percobaan
yang telah dilakukan. Pada kecepatan 300 rpm adalah kecepatan paling efektif dibandingkan
yang lain saat percobaan. Untuk itu, dalam desain reaktor akhir, kami merekomendasikan untuk
menggunakan kecepatan pengadukan 89,262 rpm. Melalui penggunaan kecepatan ini, waktu
yang dibutuhkan untuk melarutkan sukrosa dengan massa awal 1200 kg (sesuai problem
statement) adalah 4,67 jam. Selain itu, harus diperhatikan pula dimensi dari reaktor akhir. Pada
percobaan ini, volume reaktor hanya dapat menampung maksimal 1200 mL liquid yang mana
tidak cukup untuk mereaksikan 1200 kg sukrosa sehingga volume reaktor perlu diperbesar
menjadi diameter 1.8772 m; tinggi 1.3859m; dan diameter impeller 0.3779 m. Adapun suhu
operasi harus dijaga pada suhu optimum 26oC.
BAB IV
PENUTUP

IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan variabel yang memengaruhi koefisien
perpindahan massa kLS yaitu waktu pengadukan, jumlah zat solid, dan kecepatan
impeller. Sehingga dapat disimpulkan semakin lama waktu pengadukan maka semakin
banyak massa zat solid terlarut, semakin banyak jumlah zat solid maka semakin
banyak nilai koefisien perpindahan massa, semakin tinggi kecepatan impeller maka
semakin banyak nilai koefisien perpindahan massa.
2. Nilai koefisien perpindahan massa antar fase (kLS) sebagai berikut:
a. Metode Grafis
• Nilai KLs pada variabel 1 permen
100 RPM = 0.000147 m/s
200 RPM = 0.0001272 m/s
300 RPM = 0.0001611 m/s
• Nilai KLs pada variabel 2 permen
100 RPM = 0.000065 m/s
200 RPM = 0.00005 m/s
300 RPM = 0.000064 m/s
b. Metode Analitis
• Nilai KLs pada variabel 1 permen
100 RPM = 0.001636 m/s
200 RPM = 0.001924 m/s
300 RPM = 0.002139 m/s
• Nilai KLs pada variabel 2 permen
100 RPM = 0.003017 m/s
200 RPM = 0.002178 m/s
300 RPM = 0.002460 m/s
c. Metode Teoritis
• Nilai KLs pada variabel 1 permen
100 RPM = 0.000722 m/s
200 RPM = 0.000885 m/s
300 RPM = 0.000997 m/s
• Nilai KLs pada variabel 2 permen
100 RPM = 0.000006 m/s
200 RPM = 0.000009 m/s
300 RPM = 0.000010 m/s
3. Produksi sirup dengan kapasitas 1200 L/hari menggunakan kemasan 600 mL dan
konsentrasi gula 1:1 w/v dapat dilakukan dalam waktu 4,67 jam per harinya dengan
memperhatikan scale up serta kondisi operasi sebagai berikut:
• Diameter tangki = 1.8772 m
• Tinggi tangki = 1.3859 m
• Diameter impeller = 0.3779 m
• Suhu operasi = 26°C
IV.2 Saran
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, ada beberapa saran untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik dan percobaan berjalan lebih lancar yaitu :
1. Menggunakan pinset untuk mengambil permen dalam beaker glass agar langsung terambil
dan permen tidak terjatuh lagi ke dalam beaker glass, sehingga tidak memengaruhi hasil
waktu percobaan.
2. Pastikan agar disekitar alat pengaduk tidak basah agar menghindari terjadinya kontak
dengan listrik.
3. Penghitungan waktu sebaiknya dimulai saat impeller mulai berputa, bukan saat tombol
on/off dinyalakan karena ada jeda waktu dari setelah tombol ditekan hingga impeller
berputar.
APPENDIKS
I. Perhitungan Secara Grafis
Run 1 : 1 permen, kecepatan 100 rpm
Perhitungan densitas solid (𝜌𝑠 ) :
Massa solid awal = 10,7 gr = 0,0107 kg
Total solid (n) = 1 buah
Diameter solid (Dp) = 2,5 cm = 0,025 m
Konsentrasi sukrosa = 2000 kg/m3(menurut jurnal)
• Volume Solid (Vs)
4 𝐷𝑝 3 4 0,025 3
𝑉𝑠 = 𝜋( ) = 𝜋( )
3 2 3 2
𝑉𝑠 = 8,181 𝑥10−6 𝑚3

• Densitas solid (𝜌𝑠 ) ∶


𝑀0 0,0107
𝜌𝑠 = = = 1307,91 𝑘𝑔/𝑚3
𝑉𝑠 8,181 𝑥10−6
• Membuat Kurva (M/M0)1/3terhadap waktu (s)
t (menit) (M/M0)1/3
0 1
3 0,958
5 0,944
7 0,868
9 0,820

Plot grafik dengan intercept = 1 untuk kecepatan impeller 100 rpm. Berdasarkan grafik
diperoleh persamaan regresi y = -0,018x + 1 dengan slope = -0,018
• Menghitung nilai koefisien perpindahan massa (kLS)
4𝜋𝑛 1
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 = −( )3 𝑘 𝐶
3𝑀0 𝜌𝑆2 𝐿𝑆 𝑠𝑎𝑡
4𝜋(1) 1
−0,018 = −( 2
)3 𝑘𝐿𝑆 2000
3(0,0107)(1307,91)
II. Perhitungan Analitis
Run 1 : 1 permen dan 100 rpm
• Reynold Number
- Diameter beaker glass = 11 cm = 0.11 m
- Suhu air = 27°C
- 𝜌air = 995,818 kg/m3
- 𝜇air = 8,6 x 10-4 kg/m s
- Gravitasi = 9.8 m/s2
- Massa solid awal = 10.7 gram
- Banyak solid (n) = 1 buah
- Diameter solid = 2.5 cm = 0.025 m
• Hitung rps
1 𝑚𝑖𝑛 100𝑟𝑝𝑚
rps = 𝑟𝑝𝑚 (60 𝑠𝑒𝑐) = = 1.66 𝑟𝑝𝑠
60

• Kecepatan Angular Impeller (𝜔)


• 𝜔 = 𝑟𝑝𝑠 (2𝜋𝑟)
0.11
= 1.66 (2𝜋 ) = 57,3364 x 10-2 rad/s
2

• Luas Permukaan Partikel


A = 4𝜋𝑟 2= 𝜋𝑑 2
0.025 2
= 4𝜋 ( ) = 1,9625 × 10−3 𝑚2
2

• Reynold Number
𝑑𝑝×𝜌×𝑑𝜔 0.025 (995,818)(0.11)(57,3364 x 10−2 )
Re = = = 1825,764
𝜇 8.6×10−4

• Galileo Number
𝜌2 ×𝑔×𝑑𝑝3 995,8182 ×9.8×0.025
Ga = = = 3.285 × 1011
𝜇2 (8.6×10−4 )2

• Konsentrasi Solid
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 0.0107
u= = 995,818(0.025)3 = 0.6877
𝜌 𝑑𝑝3
• Difusivitas Solid
𝐴 1,9625×10−3
Dv = ∆𝑡 = = 1,454 × 10−5
135

• Schmidth Number
𝜇 8.6×10−4
Sc = 𝜌×𝐷𝑣 = 995,818(1,454×10−5) = 0.0594

• Sherwood Number
Sh = 0.0046 Re0.283Ga0.193U-0.011(d/dp)0.019Sc0,461
0.11 0.019
= 0.0046 (1825,764)0.283(3.285 × 1011 )0.193(0.6877)-0.011( ) (0.0594)0,461
0.025

= 1,06374
• KLs
𝑆ℎ ×𝐷𝑣 (1,06374)(1,454×10−5 )
KLs = = = 6,1867 × 10−4
0.025 0.025

III. Perhitungan Teoritis


Data difusivitas sukrosa dalam H2O
Dv = 5,2 X 10-4 m2/s
• Schmidth Number
𝜇 8.6×10−4
Sc = 𝜌×𝐷𝑣 = 995,818(5.2×10−4) = 1,6608 × 10−4

• Sherwood Number
Sh = 0.0046 Re0.283Ga0.193U-0.011(d/dp)0.019Sc0,461
0.11
= 0.0046 (1825,764)0.283(3.285 × 1011 )0.193(0.6877)-0.011(0.025)0.0191,6608 ×

10−4 0,461
= 0.2045
• KLs
𝑆ℎ ×𝐷𝑣 (0.2045)(5.2×10−4 )
KLs = = = 4,523 × 10−3
0.025 0.025

IV. Scale Up
Basis perhitungan = 1 jam
Zat cair awal = V1 = 600 mL = 6 x 10-4 m3
Diameter tangki awal = Dt1 = 0.11 m
Diameter impeller awal = Da1 = 0.03 m
Tinggi tangki awal = H1 = 0.149 m
Kecepatan impeller awal = N1 = 300 rpm = 5 rps
Massa solid awal = M0 = 0.0107 kg
Jumlah solid = n = 1 buah
Densitas solid = ρs = 2000 kg/m3
Koefisien transfer massa = kLS = 0.000064 m/s
CSAT = 2000 kg/m3
Perhitungan volume zat cair dalam reaktor akhir
V2 = 1200 L = 1,2 m3
Perhitungan rasio scale-up
1 1
𝑉2 3 1.2 𝑚3 3
𝑅=( ) =( ) = 12,5992
𝑉1 6 × 10−4 𝑚3
Perhitungan dimensi reaktor akhir
Dt2 = RDt1 = 12,5992(0.11 m) = 1.3859 m
Da2 = RDa1 = 12,5992 (0.03 m) = 0.3779 m
H2 = RH1 = 12,5992 (0.149 m) = 1.8772 m

Kecepatan impeller akhir (n = 1/3)


1 𝑛 1 1/3
𝑁2 = 𝑁1 ( ) = 5𝑟𝑝𝑠 ( ) = 2,14877 𝑟𝑝𝑠 = 89,262 𝑟𝑝𝑚
𝑅 12,5992
Perhitungan waktu (t1)
3
𝑀 4𝜋𝑛 1/3
= (1 − ( ) 𝑘𝐿𝑠𝐶𝑆𝐴𝑇 𝑡1)
𝑀0 3𝑀0 𝜌𝑠2
1 3
4𝜋(2) 3
0 = (1 − ( ) (0.0001611)(2000)𝑡1)
3(0,0051)(1670,144)2

𝑡1 = 15,0105 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Perhitungan massa 𝑀0 pada scale up
𝑀0 𝑀0 1
= =
𝑉2 1200 1
𝑀0 1200𝑘𝑔
Perhitungan waktu akhir (t2)
1 3
4𝜋(2) 3
0 = (1 − ( ) (0.0001611)(2000)𝑡1)
3(1200)(1200)2

𝑡1 = 280,2283 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 4,67𝑗𝑎𝑚


DAFTAR PUSTAKA
M. Elizabeth Sensel and Kevin J. Myers. 1992. Add some Flavor to your Agitation Experiment.
Chem. Eng. Ed. 26 (3). p. 156.
Sucrose, International Chemical Safety Card 1507. 2003. Geneva: International Programme
on Chemical Safety.
Boon-Long, S., Laguerie, C. & Coudere, J., 1978. Mass Transfer from Suspended Solids to a
liquid in Agitated Vessels. Chemical Engineering Science, Volume 33, p. 813.
Myers, K. J. & Sensel, M. E., 1992. Add some Flavor to your Agitation Experiment. Chemical
Engineering Education, 26(3), pp. 156-159.
Perry. 1999. “Perry’s Chemical Engineering’s Handbook”. New York: McGraw Hill

Anda mungkin juga menyukai