PERCOBAAN
SOLID SOLUBILITY (LIQUID REACTOR)
Hari : Kamis
Kelompok :5
Praktikan : 1. Oktavira Nanda N (02211940000159)
2. Nindya Tsabitah (02211940000113)
3. Mayongga Heriz F (02211940000182)
4. M Ulwan Fahmi R (02211940000027)
Asisten : Diva Lathifa Maharani (02211840000139)
Tanggal Percobaan : 31 Maret 2022
Dosen Pengampu : Prida Novarita T, S.T., M.T.
(198311142015042002)
Model persamaan ini digabungkan melalui konsentrasi liquid dan terlarut sekaligus.
Prosedur pencampuran dapat dituliskan secara sederhana yaitu total solid yang terdistribusi
pada fase solid-liquid tetap konstan dalam seketika.
…………………….….𝑀0+ 𝑉𝐿 𝐶𝐿0 = 𝑀 + 𝑉𝐿 𝐶𝐿 )………………………………………..(4)
Persamaan ini dapat dikombinasikan dengan persamaan sebelumnya dan dapat menghasilkan
prediksi model, namun sebagai solid yang terlarut, solid tersebut akan berubah ukuran maupun
bentuknya. Oleh karena itu luas antar muka harus diperhitungkan sebelum model persamaan
dapat diselesaikan. Pada analisa ini, efek dari perubahan ukuran partikel terhadap koefisien
perpindahan massa interfase diabaikan.
Solid yang telah terlarut HCl diasumsikan tetap berbentuk bola dari awal hingga akhir
percobaan serta memiliki ukuran yang sama, berdasarkan asumsi ini massa padatan yang tersisa
di fase padat dengan jari-jari r adalah :
4
……………………………….……….….𝑀 = 𝜋𝑟 3 𝜌𝑠 𝑛…………………………………………..(5)
3
Persamaan tersebut dapat diselesaikan secara numerik. Jika konsentrasi fase cair selalu jauh
lebih kecil dibanding konsentrasi jenuhnya (CL< CSAT) maka persamaan diatas dapat
diintegrasikan untuk menghasilkan hubungan antara waktu dan fraksi sisa fase padat.
1⁄ 3
𝑀 4𝜋𝑛 3
………………𝑀𝑜 = [1 − (3𝑀𝑜𝜌 2 ) 𝑘𝐿𝑠 𝐶𝑆𝐴𝑇 𝑡] …….……………………..(8)
𝑠
PERCOBAAN
Mulai
Selesai
II.5.2 Bahan
B
D
Keterangan :
A : Pengatur kecepatan impeller
B : Beaker glass
C : Impeller
D : Sumber listrik
BAB III
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
III.1. Hasil Perhitungan
Tabel III.1.1.Hasil Perhitungan Koefisien Perpindahan Massa (kLS) 1 permen
kLS
RPM kLS (grafis) kLS (teo) slope
(analitis)
100 0.000147 0.000722 0.001636 -0.018
200 0.0001272 0.000885 0.001924 -0.0157
300 0.0001611 0.000997 0.002139 -0.0213
III.2. Pembahasan
Percobaan Solid Liquid Reactor bertujuan untuk mempelajari pelarutan partikel padat
(solid) berbentuk bola dalam suatu liquid dengan variasi percobaan yang berbeda dan
menentukan koefisien transfer massa antar fase secara eksperimen. Variabel independen yang
digunakan dalam percobaan ini adalah kecepatan putaran impeller (100, 200, dan 300 rpm), dan
jumlah solid (1 buah dan 2 buah) serta akuades sebanyak 500 mL untuk masing-masing variabel
independen. Pengamatan dilakukan pada menit ke 0, 3, 5, 7, dan 9 untuk masing-masing
variabel.
Sukrosa dipilih sebagai variabel tetap karena sukrosa mudah larut dalam akuades, tidak
menghasilkan reaksi, serta mudah diamati dan diukur. Sukrosa sendiri memiliki kelarutan
dalam air sebesar 2000 kg/m3 pada suhu 20oC dan 2146,98 kg/m3 pada suhu 30oC
(www.sugartech.co.za/solubility).
Prosedur percobaan diawali dengan menyiapkan alat dan bahan. Alat – alat yang
digunakan dalam percobaan ini adalah beaker glass 1000 mL yang digunakan sebagai tangki,
rangkaian alat pengaduk yang terdiri dari statif dan motor pengaduk dengan kecepatan putaran
yang dapat diatur dalam rpm, kaca arloji, dan neraca analitik. Sedangkan bahan – bahan yang
digunakan antara lain akuades dan 12 buah permen berbentuk bola.
Setelah menyiapkan alat dan bahan, kemudian menyiapkan larutan akuades yang akan
digunakan untuk 9 variabel percobaan. Kemudian, larutan akuades sebanyak 600 mL
dimasukkan ke dalam beaker glass. Beaker glass tersebut kemudian diletakkan di bawah motor
pengaduk dan mengatur impeller hingga tercelup ke dalam larutan. Untuk variabel pertama
digunakan 100 RPM dan jumlah 1 solid. Kemudian, menyalakan motor pengaduk pada
kecepatan 100 rpm. Setelah impeller berputar, permen berdiameter 2,6 cm sebanyak 1 buah
dimasukkan ke dalam larutan dan memulai perhitungan waktu menggunakan stopwatch.
Sebelum dimasukkan, permen telah diukur massa dan diameter awal. Setelah 3 menit
pengadukan, motor pengaduk dimatikan dan permen diangkat dari larutan. Kemudian, diameter
permen diukur dengan penggaris dan massanya diukur menggunakan neraca analitik. Setelah
diukur dan ditimbang, permen kembali dimasukkan kedalam larutan dan motor pengaduk
dihidupkan kembali. Setelah 2 menit, permen kembali diukur dan ditimbang. Prosedur ini
dilakukan hingga waktu pengadukan mencapai 9 menit. Setelah melakukan percoban untuk
variabel pertama, percobaan dilakukan untuk variabel lainnya yaitu 100, 200, dan 300 rpm
untuk jumlah permen masing-masing 1 buah dan 2 buah normal dengan mengulang prosedur
yang sama seperti pada variabel pertama dan mencatat semua data pengukuran.
Setelah melakukan percobaan dan memperoleh data – data, kemudian melakukan
perhitungan dan analisis. Perhitungan dilakukan untuk mengetahui koefisien perpindahan
massa dari fase solid ke fase cair secara grafis, analitis, dan teoritis.
Perhitungan pertama dilakukan secara grafis, yaitu dengan membuat plot perbandingan
antara massa permen setelah bereaksi dan massa permen mula–mula dipangkatkan dengan 1/3
atau (M/M0)1/3 vs waktu.
Dari data hasil percobaan untuk variabel jumlah solid (1 buah dan 2 buah) dengan
masing-masing kecepatan impeller (100, 200, dan 300 rpm) didapat bahwa semakin lama waktu
pengadukan, maka massa permen yang terlarut semakin besar, sehingga massa solid semakin
berkurang. Hal tersebut menyebabkan nilai (M/M0)1/3 semakin lama semakin kecil. Berdasarkan
masing – masing grafik, diperoleh regresi linear dengan slope untuk masing – masing variabel
seperti disajikan pada Tabel dimana nilai slope tersebut adalah:
1⁄
4𝜋𝑛 3
−( ) 𝑘𝐿𝑆 𝐶𝑆𝐴𝑇
3𝑀0 𝜌𝑠 2
Sehingga nilai kLS dapat dihitung sesuai dengan persamaan yang didapatkan pada literatur.
Gambar Grafik Koefisien Perpindahan Massa vs Kecepatan Impeller secara Grafis
Berdasarkan Gambar, dapat diketahui bahwa semakin besar kecepatan putar
pengaduk, maka semakin besar pula koefisien perpindahan massa dari fase solid ke liquid. Hal
ini menunjukkan bahwa perpindahan massa semakin tinggi apabila diaduk dengan kecepatan
yang lebih tinggi. Pengadukan memungkinkan konsentrasi zat dalam fase cair tersebar dengan
lebih merata dan membuat gradien konsentrasi yang lebih tinggi antara fase padat dan fase cair.
Gambar . Grafik Koefisien Perpindahan Massa vs Kecepatan Impeller secara analitis antara 1
permen dengan 2 permen
Gambar . Grafik Koefisien Perpindahan Massa vs Kecepatan Impeller secara teoritis antara 1
permen dengan 2 permen
IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan variabel yang memengaruhi koefisien
perpindahan massa kLS yaitu waktu pengadukan, jumlah zat solid, dan kecepatan
impeller. Sehingga dapat disimpulkan semakin lama waktu pengadukan maka semakin
banyak massa zat solid terlarut, semakin banyak jumlah zat solid maka semakin
banyak nilai koefisien perpindahan massa, semakin tinggi kecepatan impeller maka
semakin banyak nilai koefisien perpindahan massa.
2. Nilai koefisien perpindahan massa antar fase (kLS) sebagai berikut:
a. Metode Grafis
• Nilai KLs pada variabel 1 permen
100 RPM = 0.000147 m/s
200 RPM = 0.0001272 m/s
300 RPM = 0.0001611 m/s
• Nilai KLs pada variabel 2 permen
100 RPM = 0.000065 m/s
200 RPM = 0.00005 m/s
300 RPM = 0.000064 m/s
b. Metode Analitis
• Nilai KLs pada variabel 1 permen
100 RPM = 0.001636 m/s
200 RPM = 0.001924 m/s
300 RPM = 0.002139 m/s
• Nilai KLs pada variabel 2 permen
100 RPM = 0.003017 m/s
200 RPM = 0.002178 m/s
300 RPM = 0.002460 m/s
c. Metode Teoritis
• Nilai KLs pada variabel 1 permen
100 RPM = 0.000722 m/s
200 RPM = 0.000885 m/s
300 RPM = 0.000997 m/s
• Nilai KLs pada variabel 2 permen
100 RPM = 0.000006 m/s
200 RPM = 0.000009 m/s
300 RPM = 0.000010 m/s
3. Produksi sirup dengan kapasitas 1200 L/hari menggunakan kemasan 600 mL dan
konsentrasi gula 1:1 w/v dapat dilakukan dalam waktu 4,67 jam per harinya dengan
memperhatikan scale up serta kondisi operasi sebagai berikut:
• Diameter tangki = 1.8772 m
• Tinggi tangki = 1.3859 m
• Diameter impeller = 0.3779 m
• Suhu operasi = 26°C
IV.2 Saran
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, ada beberapa saran untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik dan percobaan berjalan lebih lancar yaitu :
1. Menggunakan pinset untuk mengambil permen dalam beaker glass agar langsung terambil
dan permen tidak terjatuh lagi ke dalam beaker glass, sehingga tidak memengaruhi hasil
waktu percobaan.
2. Pastikan agar disekitar alat pengaduk tidak basah agar menghindari terjadinya kontak
dengan listrik.
3. Penghitungan waktu sebaiknya dimulai saat impeller mulai berputa, bukan saat tombol
on/off dinyalakan karena ada jeda waktu dari setelah tombol ditekan hingga impeller
berputar.
APPENDIKS
I. Perhitungan Secara Grafis
Run 1 : 1 permen, kecepatan 100 rpm
Perhitungan densitas solid (𝜌𝑠 ) :
Massa solid awal = 10,7 gr = 0,0107 kg
Total solid (n) = 1 buah
Diameter solid (Dp) = 2,5 cm = 0,025 m
Konsentrasi sukrosa = 2000 kg/m3(menurut jurnal)
• Volume Solid (Vs)
4 𝐷𝑝 3 4 0,025 3
𝑉𝑠 = 𝜋( ) = 𝜋( )
3 2 3 2
𝑉𝑠 = 8,181 𝑥10−6 𝑚3
Plot grafik dengan intercept = 1 untuk kecepatan impeller 100 rpm. Berdasarkan grafik
diperoleh persamaan regresi y = -0,018x + 1 dengan slope = -0,018
• Menghitung nilai koefisien perpindahan massa (kLS)
4𝜋𝑛 1
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 = −( )3 𝑘 𝐶
3𝑀0 𝜌𝑆2 𝐿𝑆 𝑠𝑎𝑡
4𝜋(1) 1
−0,018 = −( 2
)3 𝑘𝐿𝑆 2000
3(0,0107)(1307,91)
II. Perhitungan Analitis
Run 1 : 1 permen dan 100 rpm
• Reynold Number
- Diameter beaker glass = 11 cm = 0.11 m
- Suhu air = 27°C
- 𝜌air = 995,818 kg/m3
- 𝜇air = 8,6 x 10-4 kg/m s
- Gravitasi = 9.8 m/s2
- Massa solid awal = 10.7 gram
- Banyak solid (n) = 1 buah
- Diameter solid = 2.5 cm = 0.025 m
• Hitung rps
1 𝑚𝑖𝑛 100𝑟𝑝𝑚
rps = 𝑟𝑝𝑚 (60 𝑠𝑒𝑐) = = 1.66 𝑟𝑝𝑠
60
• Reynold Number
𝑑𝑝×𝜌×𝑑𝜔 0.025 (995,818)(0.11)(57,3364 x 10−2 )
Re = = = 1825,764
𝜇 8.6×10−4
• Galileo Number
𝜌2 ×𝑔×𝑑𝑝3 995,8182 ×9.8×0.025
Ga = = = 3.285 × 1011
𝜇2 (8.6×10−4 )2
• Konsentrasi Solid
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 0.0107
u= = 995,818(0.025)3 = 0.6877
𝜌 𝑑𝑝3
• Difusivitas Solid
𝐴 1,9625×10−3
Dv = ∆𝑡 = = 1,454 × 10−5
135
• Schmidth Number
𝜇 8.6×10−4
Sc = 𝜌×𝐷𝑣 = 995,818(1,454×10−5) = 0.0594
• Sherwood Number
Sh = 0.0046 Re0.283Ga0.193U-0.011(d/dp)0.019Sc0,461
0.11 0.019
= 0.0046 (1825,764)0.283(3.285 × 1011 )0.193(0.6877)-0.011( ) (0.0594)0,461
0.025
= 1,06374
• KLs
𝑆ℎ ×𝐷𝑣 (1,06374)(1,454×10−5 )
KLs = = = 6,1867 × 10−4
0.025 0.025
• Sherwood Number
Sh = 0.0046 Re0.283Ga0.193U-0.011(d/dp)0.019Sc0,461
0.11
= 0.0046 (1825,764)0.283(3.285 × 1011 )0.193(0.6877)-0.011(0.025)0.0191,6608 ×
10−4 0,461
= 0.2045
• KLs
𝑆ℎ ×𝐷𝑣 (0.2045)(5.2×10−4 )
KLs = = = 4,523 × 10−3
0.025 0.025
IV. Scale Up
Basis perhitungan = 1 jam
Zat cair awal = V1 = 600 mL = 6 x 10-4 m3
Diameter tangki awal = Dt1 = 0.11 m
Diameter impeller awal = Da1 = 0.03 m
Tinggi tangki awal = H1 = 0.149 m
Kecepatan impeller awal = N1 = 300 rpm = 5 rps
Massa solid awal = M0 = 0.0107 kg
Jumlah solid = n = 1 buah
Densitas solid = ρs = 2000 kg/m3
Koefisien transfer massa = kLS = 0.000064 m/s
CSAT = 2000 kg/m3
Perhitungan volume zat cair dalam reaktor akhir
V2 = 1200 L = 1,2 m3
Perhitungan rasio scale-up
1 1
𝑉2 3 1.2 𝑚3 3
𝑅=( ) =( ) = 12,5992
𝑉1 6 × 10−4 𝑚3
Perhitungan dimensi reaktor akhir
Dt2 = RDt1 = 12,5992(0.11 m) = 1.3859 m
Da2 = RDa1 = 12,5992 (0.03 m) = 0.3779 m
H2 = RH1 = 12,5992 (0.149 m) = 1.8772 m
𝑡1 = 15,0105 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Perhitungan massa 𝑀0 pada scale up
𝑀0 𝑀0 1
= =
𝑉2 1200 1
𝑀0 1200𝑘𝑔
Perhitungan waktu akhir (t2)
1 3
4𝜋(2) 3
0 = (1 − ( ) (0.0001611)(2000)𝑡1)
3(1200)(1200)2