Anda di halaman 1dari 24

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA 2

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2016/2017

MODUL : MIXING

PEMBIMBING : Rispiandi S.T, M.T

Tanggal Praktikum : 22 Mei 2017


Tanggal Penyerahan : 25 Mei 2017

Oleh :

Kelompok : 7
Nama : 1. Asri Aminah 151411003
2. Fuja Adwina S 151411010
3. Septian Hardi P 151411027
4. Syifa Siti Aisyah 151411030

Kelas : 2A- D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
I. TUJUAN

1. Menggambarkan pola aliran yang dibentuk oleh pengaduk dalam tangki


2. Menggambarkan pola aliran dalam berbagai kecepatan putaran pengaduk
3. Membuat grafik bilangan Reynolds terhadap waktu yang diperlukan dalam
pencampuran sampai homogen
4. Menentukan daerah rezim aliran dalam operasi pengadukan

II. DASAR TEORI


Pengadukan (agitation) adalah pemberian gerakan tertentu sehingga
menimbulkan reduksi gerakan pada bahan, biasanya terjadi pada suatu tempat seperti
bejana. Gerakan hasil reduksi tersebut mempunyai pola sirkulasi. Akibat yang
ditimbulkan dari operasi pengadukan adalah terjadinya pencampuran (mixing) dari
suatu atau lebih komponen yang dicampurkan, yaitu membuat suspense, blending,
disperse dan mendorong terjadinya transfer panas dari bahan ke dinding tangki.
Pada industri kimia seperti proses katalis dari hidrogenasi, pengadukan
mempunyai beberapa tujuan sekaligus. Pada bejana hidrogenasi, gas hidrogen
disebarkan melewati fasa cair dimana partikel padat dari katalis tersuspensi.
Pengadukan juga dimaksudkan untuk menyebarkan panas dari reaksi yang dipindahkan
melalui cooling coil dan jaket.

gambar 1. (Dimensi sebuah Tangki Berpengaduk)


dimana :
C = tinggi pengaduk dari dasar tangki
D = diameter pengaduk
Dt = diameter tangki
H = tinggi fluida dalam tangki
J = lebar baffle
W = lebar pengaduk

Tujuan Pengadukan :

1. Mencampur dua cairan yang saling melarut


2. Melarutkan padatan dalam cairan

3. Mendispersikan gas dalam cairan dalam bentuk gelembung

4. untuk mempercepat perpindahan panas antara fluida dengan koil pemanas dan jacket
pada dinding bejana.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengadukan dan pencampuran


diantaranya adalah perbandingan antara geometri tangki dengan geometri pengaduk,
bentuk dan jumlah pengaduk, posisi sumbu pengaduk, kecepatan putaran pengaduk,
penggunaan sekat dalam tangki dan juga properti fisik fluida yang diaduk
yaitu densitas dan viskositas. Oleh karena itu, perlu tersedia seperangkat alat tangki
berpengaduk yang bisa digunakan untuk mempelajari operasi dari pengadukan dan
pencampuran tersebut.
Secara khusus, proses pengadukan dan pencampuran digunakan untuk mengatasi
tiga jenis permasalahan utama, yaitu :

1. Untuk menghasilkan keseragaman statis ataupun dinamis pada sistem multifase


multikomponen.

2. Untuk memfasilitasi perpindahan massa atau energi diantara bagian-bagian dari


sistem yang tidak seragam.

3. Untuk menunjukkan perubahan fase pada sistem multikomponen dengan atau tanpa
perubahan komposisi.
Aplikasi pengadukan dan pencampuran bisa ditemukan dalam rentang yang luas,
diantaranya dalam proses suspensi padatan, dispersi gas-cair, cair-cair maupun padat-
cair, kristalisasi, perpindahan panas dan reaksi kimia.

3.1 Dimensi dan Geometri Tangki


Kapasitas tangki yang dibutuhkan untuk menampung fluida menjadi salah satu
pertimbangan dasar dalam perancangan dimensi tangki. Fluida dalam kapasitas tertentu
ditempatkan pada sebuah wadah dengan besarnya diameter tangki sama dengan
ketinggian fluida. Rancangan ini ditujukan untuk mengoptimalkan kemampuan
pengaduk untuk menggerakkan dan membuat pola aliran fluida yang melingkupi
seluruh bagian fluida dalam tangki.
Persamaan (1) merupakan rumus dari volume sebuah tangki silinder. Sehingga
salah satu pertimbangan awal untuk merancang alat ini adalah dengan mencari nilai dari
diameter yang sama dengan tangki untuk kapasitas fluida yang diinginkan dalam
pengadukan dan pencampuran. Diameter tangki ditentukan dengan persamaan (2).
Tangki dengan diamter yang lebih kecil dibandingkan ketinggiannya memiliki
kecendrungan menambah jumlah pengaduk yang digunakan.

dengan D = t
Geometri dari tangki dirancang untuk menghindari terjadinya dead zone yaitu
daerah dimana fluida bisa digerakkan oleh aliran pengaduk. Geometri dimana
terjadinya dead zone biasanya berbentuk sudut ataupun lipatan dari dinding-dindingnya.

3.1.1 Posisi Sumbu Pengaduk


Pada umumnya proses pengadukan dan pencampuran dilakukan dengan menempatkan
pengaduk pada pusat diameter tangki (Center). Posisi ini memiliki pola aliran yang khas. Pada
tangki tidak bersekat dengan pengaduk yang berputar ditengah, energi sentrifugal yang bekerja pada
fluida meningkatkan ketinggian fluidapada dinding dan memperendah ketinggian fluida pada pusat
putaran. Pola ini biasa disebut dengan pusaran (vortex) dengan pusat pada sumbu pengaduk.
Pusaran ini akan menjadi semakin besar seiring dengan peningkatan kecepatan putaran yang juga
meningkatkan turbulensi dari fluida yang diaduk. Pada sebuah proses dispersi gas-cair,
terbentuknya pusaran tidak diinginkan. Hal ini disebabkan pusaran tersebut
bisa menghasilkan dispersi udara yang menghambat dispersi gas ke cairan dan sebaliknya.

gambar 2. (Posisi Center dari sebuah Pengaduk yang menghasilkan Vortex)


Salah satu upaya untuk menghilangkan pusaran ini adalah dengan merubah posisi sumbu
pengaduk. Posisi tersebut berupa posisi sumbu pengaduk tetap tegak lurus namun berjarak dekat
dengan dinding tangki (off center) dan posisi sumbu berada pada arah diagonal (incline). Perubahan
posisi ini menjadi salah satu variasi dalam penelitian yang dilakukan.
3.1.2 Sekat dalam Tangki
Sekat (Baffle) adalah lembaran vertikal datar yang ditempelkan pada
dinding tangki. Tujuan utama menggunakan sekat dalam tangki adalah memecah terjadinya pusaran
saat terjadinya pengadukan dan pencampuran. Oleh karena itu, posisi sumbu pengaduk pada tangki
bersekat berada di tengah. Namun, pada umumnya pemakaian sekat akan menambah beban
pengadukan yang berakibat pada bertambahnya kebutuhan daya pengadukan. Sekat pada tangki juga
membentuk distribusi konsentrasi yang lebih baik di dalam tangki, karena pola aliran yang terjadi
terpecah menjadi empat bagian. Penggunaan ukuran sekat yang lebih besar mampu menghasilkan
pencampuran yang lebih baik.
Pada saat menggunakan empat sekat vertikal seperti pada gambar 3 biasa menghasilkan pola
putaran yang sama dalam tangki. Lebar sekat yang digunakan sebaiknya berukuran 1/12 diameter
tangki.
3.2 Jenis-jenis Pengaduk
Secara umum, terdapat tiga jenis pengaduk yang biasa digunakan secara umum,
yaitu pengaduk baling-baling (propeller), pengaduk turbin (turbine), pengaduk
dayung (paddle) dan pengaduk helical ribbon.
3.3 Pemilihan Pengaduk
Viskositas dari cairan adalah salah satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan jenis pengaduk. Indikasi dari rentang viskositas pada setiap jenis pengaduk
adalah :

1. Pengaduk jenis baling-baling digunakan untuk viskositas fluida di bawah Pa.s (1,20
cP)

2. Pengaduk jenis turbin bisa digunakan untuk viskositas di bawah 100 Pa.s (100.000 cp)

3. Pengaduk jenis dayung yang dimodifikasi seperti pengaduk jangkar bisa digunakan
untuk viskositas antara 50 - 500 Pa.s (500.000 cP)
4. Pengaduk jenis pita melingkar biasa digunakan untuk viskositas di atas 1000 Pa.s dan
telah digunakan hingga viskositas 25.000 Pa.s. Untuk viskositas lebih dari 2,5 - 5 Pa.s (5000
cP) dan diatasnya, sekat tidak diperlukan karena hanya terjadi pusaran kecil.

3.4 Bilangan Reynold


Bilangan tak berdimensi yang menyatakan perbandingan antara gaya inersia dan
gaya viskos yang terjadi pada fluida. Sistem pengadukan yang terjadi bisa diketahui
bilangan Reynold-nya dengan menggunakan persamaan 3.

dimana :
Re = Bilangan Reynold
= dnsitas fluida
= viskositas fluida

Dalam sistem pengadukan terdapat 3 jenis bentuk aliran yaitu laminer, transisi dan
turbulen. Bentuk aliran laminer terjadi pada bilangan Reynold hingga 10, sedangkan
turbulen terjadi pada bilangan Reynold 10 hingga 104 dan transisi berada diantara
keduanya.
3.5 Laju dan Waktu Pencampuran
Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
diperoleh keadaan yang homogen untuk menghasilkan campuran atau produk dengan
kualitas yang telah ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate of mixing) adalah laju
dimana proses pencampuran berlangsung hingga mencapai kondisi akhir.
Pada operasi pencampuran dalam tangki berpengaduk, waktu pencampuran ini
dipengaruhi oleh beberapa hal :

1. Yang berkaitan dengan alat, seperti :


a. Ada tidaknya baffle atau cruciform vaffle
b. Bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propele, padel)
c. Ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
d. Laju putaran pengaduk
e. Kedudukan pengaduk pada tangki, seperti :
Jarak pengaduk terhadap dasar tangki
Pola pemasangan :
Center, vertikal
Off center, vertical
Miring (inclined) dari atas
Horisontal
f. Jumlah daun pengaduk
g. Jumlah pengaduk yang terpasang pada poros pengaduk

2. Yang berhubungan dengan cairan yang diaduk :


a. Perbandingan kerapatan atau densitas cairan yang diaduk
b. Perbandingan viskositas cairan yang diaduk
c. Jumlah kedua cairan yang diaduk
d. Jenis cairan yang diaduk (miscible, immiscible)
Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan variabel yang dapat dimanipulasi untuk
mengamati pengaruh setiap faktor terhadap karakteristik pengadukan, terutama tehadap
waktu pencampuran.
Impeller yang berputar akan menghasilkan efek pencampuran, biasanya putaran tinggi
menghasilkan aliran lebih bergolak sehingga menghasilkan efek pencampuran lebih efektif.
Adanya buffle akan mengakibatkan aliran berbelok arah dari tepi dinding menuju pusat tangki,
sehingga menyebabkan efek pencampuran bertambah efektif. Waktu pencampuran secara umum,
diberikan oleh Norwood dan Metzner adalah:

2 2/3 1 /6 2 1/ 2 1/ 6
t (n Da ) g
f t= T 1 /2
H Dt = n tT
[ ][ ] [ ]
Da
Dt
Dt
H 2
g
n Da

Untuk pengaduk propeler,

2 2/3 1 /6 3 /2 1/ 2 1/ 6
t (n Da ) g
f t= T
H 1 /2 D t = n tT [ ][ ][ ]
Da
Dt
Dt
H 2
g
n Da

Dimana:
Da = diameter pengaduk (m)
Dt = diameter tangki (m)
H =tinggi tangki (m)
ntT =mixing time factor
g =percepatan gravitasi (m/s2)
n =kecepatan putar (rpm)
ft = blending time factor
III. METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan

Gambar 5. Susunan Alat yang digunakan

Tabel 3.1 Daftar alat yang digunakan


No Nama Alat Spesifikasi Jumlah
.
1. Stopwatch 1 buah
2. Gelas Kimia 100 mL 2 buah
3. Gelas Kimia 250 mL 2 buah
4. Gelas ukur 50 mL 2 buah
5. Piknometer 1 buah
6 Saringan 1 buah
7. Ember 2 buah

Tabel 3.2 Daftar bahan yang digunakan


No
Nama Bahan Jumlah
.
1. Tepung Kanji 500 gram
2. Aquades
3. NaOH 2 M 150 mL
4. Indikator P.P 5 mL
5. H2SO4 1 M 150 mL
6. Air 17 Liter
III.2 Skema Kerja
III.2.1 Pola Aliran Dari Pengadukan

START

15 Liter air dimasukkan ke dalam tangki.

Pengaduk dinyalakan dengan kecepatan putar 150 rpm.

Pola aliran dalam tangki digambar.

Langkah tersebut diulangi untuk 5 variasi putaran

III.2.2 Waktu Pengadukan

START
500 gram tepung kanji ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 2 Liter air panas
ke dalam ember.

15 Liter air dimasukkan ke dalam ember yang telah berisi larutan kanji.

Larutan kanji disaring dan ditambahkan indicator p.p. sebanyak 5 mL

Ditentukan nilai massa jenis ( ), suhu (T), dan viskositas larutan ()

Ditambahkan 30 ml NaOH 2M dan diatur kecepatan motor bersamaan dengan


pengadukan pada 80 rpm.

Bila terjadi perubahan warna yang merata dicatat waktunya.

Campuran dinetralkan kembali dengan menambahkan 30 ml larutan H2SO4


2M dan bersamaan dengan start stopwatch dihidupkan, dicatat waktu
penetralan.

Setelah itu ditentukan harga massa jenis ( ), suhu (T), dan viskositas
larutan ()

Percobaan diulangi dengan kecepatan pengadukan yang berbeda (5 variasi)

IV. DATA PENGAMATAN

IV.1 Pola aliran Hasil Pengadukan


Gambar 4.1 Pola Aliran putaran skala 2 Gambar 4.2 Pola Aliran putaran skala4

Gambar 4.3Pola Aliran putaran skala 6 Gambar 4.4 Pola Aliran putaran skala8

Gambar 4.5Pola Aliran putaran skala 10


a. Tipe Pengaduk yang digunakan : Tree Blade/Marine Propeller
b. Diameter Pengaduk (Da) : 0.11 m
c. Diameter Tangki (Dt) : 0.3 m
d. Variasi Kecepatan Putar:
Tabel 5.1.1 Daftar Variasi Putaran

Campuran Tepung Kanji


No Kecepatan Putar
.
1. 2
2. 4
3. 6
4. 8
5. 10

IV.2 Waktu Pengadukan

Tabel 5.2 Data Pengamatan Hasil Praktikum


a. Larutan Kanji
Nilai denstitas, viskositas dianggap sama dengan air, karena larutan kanji memiliki
konsentrasi yang sangat encer, maka

T = 26oC
= 996 kg/m3

= 8.36 x 10-4 Pa.s

D = 0.1274 m

Kecepatan Putaran t1 t2
(rpm) NaOH(detik) H2SO4(detik)
85 35 15
105 32 33
128 16 25
147 14 20
158.7 15 15

V. PENGOLAHAN DATA

1. Menghitung bilangan Reynold


1.1 Larutan Kanji
t 1 (t NaOH)
Kecepetan putaran 85 rpm
2
D N
Nre=


(0. 1274 m)2 ( 8560 rps )(996 mkg )
3

kg
ms
8.36 x 104

25653.39087

=112

kecepatan putaran 175 rpm


D 2 N
Nre=


(0.1274 m)2 ( 105
60
rps )(996
kg
m3
)
kg
8.36 x 104 m s

35721.6733

=112

kecepatan putaran 128 rpm


D 2 N
Nr e=


(0.1274 m)2 ( 128
60
rps )(996
kg
m3
)
kg
8.36 x 104 m s

52194.6747
=112

kecepatan putaran 147 rpm


D 2 N
Nre=


(0.1274 m)2 ( 147
60
rps )(997.08
kg
m3
)
kg
ms
8.36 x 104

66193.7088

=112
kecepatan putaran 158.7 rpm
2
D N
Nre=


(0.1274 m)2 ( 158.7
60
rps )(997.08
kg
m3
)
kg
8.36 x 104 m s

78050.6494

=112

2. Menghitung Blending time factor


2.1 Larutan Kanji

t 1 (t NaOH)
kecepatan putaran 85 rpm

0,11 0,3 9,8


= 112 [ 0,3 ] [ 0,9
3/2 1/2
[ 85 x 0,11 ]1/6
2

= 3.306 menit

kecepatan putaran 105 rpm

0,11 0,3 9,8


= 112 [ ] 3/2
[ 0,9 1/2
[ 105 2 x 0,11 ]1/6
0,3
=3.08 menit

kecepatan putaran 128 rpm


0,11 0,3 9,8
= 112 [ ] 3/2
[ 0,9 1/2
[ 128 2 x 0,11 ]1/6
0,3
= 2.88 menit

kecepatan putaran 147 rpm

0,11 0,3 9,8


= 112 [ ] 3/2
[ 0,9 1/2
[ 147 2 x 0,11 ]1/6
0,3
= 2.75 menit

kecepatan putaran 158.7 rpm

0,11 0,3 9,8


= 112 [ ] 3/2
[ 0,9 1/2
[ 158.7 2 x 0,11
0,3

]1/6
= 2.68 menit

VI. HASIL PENGAMATAN

VI.1 Pengamatan Pada Larutan Kanji

Mixing Time Blending Time


Kecepatan Reynold Rezim
factors (ntT) (menit)
Putaran (rpm) Number Aliran
25653.390
85 Turbulen 112 3.30
87
35721.673
105 Turbulen 112 3.08
3
52194.674
128 Turbulen 112 2.88
7
66193.708
147 Turbulen 112 2.75
8
78050.649
158.7 Turbulen 112 2.68
4
VI.2 Grafik Waktu Pengadukan terhadap Bilangan Reynolds
VI.2.1 Pada t1 (NaOH)

Grafik NRe terhadap t1


90000
80000
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
10 15 20 25 30 35 40

Grafik a. Grafik Waktu (t1) terhadap Nilai Nre Pada Larutan Kanji.
VI.3 Grafik Blending Time terhadap Bilangan Reynolds
VI.3.1 Pada t1

Grafik Nre terhadap Blending Time


90000
80000
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 3 3.1 3.2 3.3 3.4
Grafik b. Grafik Blending Time (ft) terhadap Nilai NRe
VII. PEMBAHASAN
Pembahasan oleh Asri Aminah 151411003
Pencampuran merupakan proses mencampurkan satu atau lebih bahan dengan
menambahkan satu bahan ke bahan lainnya sehingga membuat suatu bentuk yang seragam
dari beberapa konstituen baik cair-padat, padat-padat, maupun cair-gas. Komponen yang
jumlahnya lebih banyak lebih banyak disebut fase kontinyu dan yang lebih sedikit disebut
fase disperse. Pada praktikum kali ini yaitu pengadukan dan pencampuran (Mixing)
menggunakan reaksi asam basa terhadap dua larutan yaitu larutan encer dan larutan pekat
yang sudah ditambahkan tepung kanji. Tujuan dari praktikum ini yaitu menentukan daerah
rezim aliran serta waktu yang diperlukan dalam pencampuran sampai homogen dengan
menggunakan grafik bilangan Reynolds terhadap waktu.
Pertama yaitu mengkalibrasi terlebih dahulu skala pengadukan (rpm) menggunakan
air keran. Sampel larutan berupa air dan kanji, larutan air keran sebagai larutan encer dan
larutan kanji sebagai larutan pekat. Masing masing diberikan larutan NaOH 2M 30 ml
sebelum diberi indikator Phenopthalein dan selanjutnya dinetralkan oleh H 2SO4 1M sebayak
30 ml. Skala pengadukan divariasikan pada 85, 105, 128, 147, 160 dan 158.7 (Rpm).
Campuran dianggap homogen ketika warna merah muda dari reaksi indikator pp dengan
NaOH sudah merata dan didapatkan bahwa semakin besar skala pengadukan yang digunakan
maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan NaOH untuk homogen, Sebelum dilakukan
pencampuran, larutan kanji yang telah diberi indicator p.p. ditentukan viskositas, massa jenis
dan temperaturnya. Kemudian dilakukan pengadukan pada kecepatan 80 rpm, barulah
ditambahkan larutan NaOH 2M sebanyak 30ml dengan mencatat waktu yang dicapai larutan
saat menjadi homogen. Sedangkan reaksi penetralan adalah sebaliknya, yaitu membuat warna
merah muda menjadi memudar atau menjadi warna putih kembali seperti semula dengan
reaksi NaOH dan H2SO4. Pemberian larutan H2SO4 2M sebanyak 15 ml dan NaOH 2M
sebanyak 30 ml dikarenakan valensi dari H2SO4 dan NaOH berbeda, valensi dari asam sulfat
adalah 2 sedangkan valensi dari natrium hidroksida adalah 1. Sehingga jumlah asam sulfat
yang diberikan setengah dari jumlah natrium hidroksida agar sesuai dengan prinsip reaksi
netralisasi asam - basa. Bilangan Reynold dan skala pengadukan berbanding lurus, semakin
cepat atau besar skala pengadukan yang diberikan makan semakin besar pula bilangan
Reynold yang dihasilkan, dan bilangan Reynold juga sebagai penentu daerah rejim aliran
apakah turbulen atau laminar.
Hasil praktikum yang kami dapatkan bahwa, semakin besar nilai kecepatan putaran
dalam pengadukan dan pencampuran maka semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk
membuat larutan tersebut menjadi homogen. Semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk
membuat larutan menjadi homogen maka nilai bilangan Reynold semakin besar sedangkan
blending time semakin kecil.
Pembahasan oleh Fuja Adwina Sahyugi (151411009)
Pada praktikum kali ini, dilakukan proses pengadukan dan pencampuran yang
bertujuan untuk menentukkan pola aliran yang dibentuk pada pengadukan dalam tangki,
menggambarkan pola aliran dalam berbagai kecepatan pengadukan, menentukkan bilangan
Reynolds terhadap waktu yang diperlukan dalam berbagai variasi pengadukan serta
menentukan daerah rezim aliran operasi pengadukan. Percobaan tersebut dilakukan dengan
mengamati pengadukan pada air dan campuran tepung kanji pada kondisi pengadukan yang
berbeda-beda.
Variasi pengadukan dilakukan dengan cara mengubah kecepatan putaran pengadukan
pada tangki sebanyak lima kali. Praktikum pencampuran ini menggunakan reaksi asam basa.
Pada larutan kanji ditambahkan indicator PP dan larutan NaOH 2M sebanyak 30 mL.
Campuran dianggap homogen ketika larutan berubah warna menjadi merah muda yang
merupakan reaksi dari indicator PP dan NaOH dan sudah merata. Kemudian dinetralkan
dengan larutan H2SO4 2M 30 mL yang membuat warna merah muda memudar dan kembali
seperti semula. Homogenisasi campuran pada air dan larutan kanji berbeda.
Berdasarkan pengamatan, semakin besar nilai viskositas cairan akan menyebabkan
penurunan nilai Reynold. Penurunan nilai Reynold akan memperlambat pengadukan dan
waktu pencampuran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengadukan berlangsung lebih
lambat pada larutan yang memiliki viskositas tinggi yaitu pada larutan kanji yang menjadikan
semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk homogenisasi.
Skala pengadukan yang divariasikan membuktikan bahwa semakin cepat putaran
pengaduk maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk menghomogenkan campuran
tersebut dan semakin besar bilangan Reynoldnya. Nilai Nre berbanding terbalik terhadap
blending time.
Pembahasan oleh Septian Hardi Prasetya (151411027)
Pencampuran adalah operasi yang menyebabkan tersebarnya secara acak suatu bahan ke
bahan yang lain dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam dua fasa atau lebih. Pemilihan
pengaduk yang tepat menjadi salah satu faktor penting dalam menghasilkan proses dan pencampuran yang
efektif. Pengaduk jenis baling-baling (propeller) dengan aliran aksial dan pengaduk jenis turbin dengan
aliran radial menjadi pilihan yang lazim dalam pengadukan dan pencampuran. Tujuan dari praktikum
kali ini adalah mengetahui hubungan Blending time dengan kecepatan putaran pengaduk.
Larutan yang diaduk adalah larutan kanji yang ditambahkan indikator pp agar dapat bereaksi
dengan asam/basa, dalam proses ini digunakan basa NaOH. Indikator akan memberikan
warna merah muda dalam larutan. Sehingga warna merah muda yang terbentuk akan segera
bercampur dengan larutan ketika diaduk. Setelah larutan kanji homogen,kemudian
ditambahkan asam sulfat H2SO4. Penambahan asam sulfat bertujuan untuk menetralkan
larutan kanji yang basa. Penetralan ini ditandai dengan kembali putihnya warna larutan kanji
seperti sebelum ditambahkan basa NaOH. Pencampuran dianggap sudah homogen ketika
warna merah muda sudah atau kembali putih merata, waktu yang didapat dari pengamatan
akan dibandingkan dengan waktu pencampuran(blending time) berdasarkan perhitungan.
Secara garis besar, faktor yang mempengaruhi pengadukan dalam proses ini antara lain
sifat fisik/properties dari fluida yang diaduk dan dimensi dari alat pengaduk. Sifat fisik dari
fluida yang dimaksud adalah kekentalan/viskositas serta massa jenis fluida. Larutan kanji
yang digunakan sangat encer sehingga viskositas dan massa jenisnya dianggap seperti air
sebagai pelarutnya. Faktor kedua adalah dimensi alat. Faktor ini meliputi kecepatan
pengaduk, jenis pengaduk dan bentuk reaktor. Dalam praktikum ini, kecepatan pengaduk
dijadikan variabel manipulasi. Dengan kecepatan pengaduk yang berbeda akan diketahui
blending time dari proses mixing ini. Dari hasil pengamatan dan perhitungan, semakin besar
kecepatan pengaduk maka semakin cepat pula waktu yang dibutuhkan hingga larutan
homogen. Namun nilainya cukup signifikan berbeda jauh. Waktu pengadukan berdasarkan
pengamatan (mengamati perubahan warna yang merata) sangatlah cepat, yakni dibawah satu
menit sedangkan waktu pengadukan berdasarkan perhitungan berada diatas dua menit. Waktu
pengadukan berdasarkan pengamatan yang cepat dapat disebabkan asam dan basa yang
kurang pekat ataupun PP yang digunakan kurang banyak.
Blending Time secara perhitungan dipengaruhi oleh Bilangan Reynolds yang
diperlukan untuk mengetahui nilai Mixing time factor dari grafik. Bilangan Reynolds
merupakan perbandingan antara gaya inersia dan gaya viskos yang terjadi pada fluida yang
menyatakan rezim suatu aliran. Dari lima kecepatan putaran yang digunakan, semua memiliki
rezim turbulen dan memiliki nilai NRe diatas 108 sehingga memiliki nilai Mixing Time
Factor yang sama yakni 112. Semakin besar nilai NRe maka akan semakin cepat pula
pengadukan berlangsung yang dapat dilihat di grafik a dan b . Hal tersebut disebabkan
karena NRe yang besar akan menghasilkan pola aliran yang semakin turbulen dan membuat
kontak dari kedua fluida akan semakin sering.
Pembahasan oleh Syifa Siti Aisyah Annur (151411030)
Praktikum mixing bertujuan untuk mengetahui pola aliran yang dibentuk oleh
pengaduk dalam tangki, mengetahui pola aliran dalam berbagai kecepatan putar pengaduk,
menentukan rezim aliran dalam operasi pengadukan, dan mengtahui hubungan Nre terhadap
homogenitas pencampuran selama pengadukan.
Untuk mengidentifikasi pola aliran digunakan air yang dimasukkan ke dalam tangki.
Pada praktikum dilakukan variasi rpm sebanyak 5 kali yaitu 85; 128; 147; 158,7; 175 rpm.
Dari pengamatan visual diketahui pola aliran berputar sesuai dengan arah jarum jam dan
tidak menghasilkan turbulensi. Seluruh pola aliran yang terjadi pada masing-masing variasi
adalah anular atau pola aliran yang membentuk lingkaran. Berdasarkan literature pola aliran
anular terbentuk karena menggunakan marinne propeller begitu juga saat praktikum dapat
terbukti bahwa pengaduk marinne propeller dapat menyebabkan pola aliran anular.
Setelah itu dilakukan pencampuran tepung kanji sebanyak 500 gram dilarutkan dalam
15 liter air. Tepung kanji dimasukkan ke dalam tangki lalu ditambahkan indikator PP sebagai
indicator perubahan warna bila ditambahkan basa dan asam.
Percobaan ini dilakukan dalam 5 variasi kecepatan putar. Dari berbagai variasi yang
dilakukan didapat kecenderungan bahwa Nre larutan semakin besar seiring dengan
bertambahnya kecepatan pengaduk. Dari 5 variasi juga didapat bahwa waktu sampai NaOH
homogen dalam larutan cenderung menurun. Artinya pada saat t1 semakin besar kecepatan
pengaduk waktu yang didapat NaOH homogen dalam larutan adalah semakin cepat. Hal ini
diketahui dari perubahan warna larutan yaitu warna putih menjadi pink muda. Blending time
factor pada saat t1 dari 5 variasi yang dilakukan diketaui semakin besar kecepatan
pengadukan, blending time factor semakin cepat.
Pada saat penambahan H2SO4 sebagai penetralan, larutan dalam tangki yang awalnya
berwarna merah muda akan berubah menjadi warna putih. Variasi kecepatan putar pengaduk
akan mempengaruhi lamanya waktu H2SO4 homogan dalam larutan, dimana semakin besar
kecepatan putar pengaduk yang diberikan maka semakin cepat waktu t2 yang diibutuhkan
H2SO4 bercampur dengan larutan dan semakin cepat pula nilai blending time nya. Selain itu
terdapat pengaruh Nre dari grafik Nre vs waktu pengadukan, semakin besar Nre semakin
cepat waktu pengadukan sampai larutan homogen.

VIII. SIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pencampuran adalah posisi pengaduk, jenis


pengaduk, jenis tangki, massa jenis serta viskositas larutan.
2. Semakin besar rpm maka semakin intens pulalah putarannya, sehingga semakin cepat
pula waktu pencampurannya.
3. Pola aliran yang diperoleh untuk semua kecepatan putaran pengadukan adalah aliran
turbulen.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Petunjuk Praktikum satuan Operasi,2004.Agitasi dan Pencampuran, Jurusan Teknik
Kimia, Politeknik Negeri Bandung.
Djauhari,a;2002;Peralatan Kontak dan Pemisahan Antar Fasa.Diktat Kulah.hal 55-59.Teknik
Kimia Politeknik Negeri Bandung.
Mc.Cabe,W.L,Smith,J.C and Harria,P.,1993,Unit Operation of Chemical Engineering
5rd.,hal 257-260, Mc Graw-Hill,Singapore.

Anda mungkin juga menyukai