PENDAHULUAN
.1 Latar Belakang
Keberhasilan suatu proses pengolahan sering amat bergantung pada efektifnya
pengadukan dan pencampuran zat cair dalam proses tersebut. Pengadukan adalah
suatu operasi kesatuan yang bertujuan untuk menghasilkan gerakan tidak beraturan
dalam suatu cairan menggunakan alat mekanis agar terjadinya pencampuran.
Pencampuran merupakan suatu operasi yang bertujuan mengurangi ketidaksamaan
komposisi, suhu, atau sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan. Pencampuran dapat
terjadi karena adanya gerak di dalam bahan itu sehingga bagian-bagian bahan saling
bergerak satu terhadap yang lainnya.Pola aliran yang terjadi dalam cairan yang
diaduk tergantung pada jenis pengaduk, karakteristik fluida, perbandingan ukuran
antara tangki, impeller, dan sekat.
Tangki pengaduk adalah bejana pengaduk tertutup yang biasanya digunakan
untuk reaksi-reaksi kimia pada tekanan diatas atmosfer dan pada tekanan vakum, juga
sering digunakan untuk proses yang lain seperti pencampuran, pelarutan, penguapan,
ekstraksi, dan kristalisasi. Dalam proses kimia khususnya dalam zat cair atau fase
cair, pengadukan merupakan salah satu cara dalam proses pencampuran komponen
untuk mendapat hasil yang diinginkan.
Percobaan ini ditujukan untuk mengetahui cara melaksanakan suatu proses
pengadukan fluida menggunakan tangki berpengaduk dan mengetahui pengaruh
beberapa variabel operasi terhadap kerja sistem yang akan dilakukan sehingga dapat
diketahui besarnya power impeller yang diperlukan dalam tangki. dilakukan
pengamatan dengan variabel yang ditentukan menggunakan buffle maupun tanpa
buffle apakah terdapat vortex atau tidak. Proses pengadukan sendiri banyak digunakan
secara luas dalam proses industri. Hampir semua proses pencampuran memerlukan
pengadukan, salah satunya dalam pencampuran warna pada pabrik cat.
1
2
.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan yang dilakukan adalah:
1. Dapat menjelaskan pola-pola aliran yang terjadi dalam tangki berpengaduk.
2. Dapat menjelaskan pengaruh penggunaan sekat dan tanpa sekat pada pola
aliran yang ditimbulkan
3. Dapat menghitung kebutuhan daya yang diperlukan untuk suatu operasi
pencampuran
4. Dapat menentukan karakteristik daya pengaduk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengadukan dan Pencampuran
Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan di dalam
bahan yang diaduk. Tujuan operasi pengadukan yang utama adalah terjadinya
pencampuran. Pencampuran merupakan operasi yang bertujuan mengurangi
ketidaksamaan kondisi, suhu, atau sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan.
Pencampuran dapat terjadi dengan cara menimbulkan gerak di dalam bahan itu yang
menyebabkan bagian-bagian bahan saling bergerak satu terhadap yang lainnya,
sehingga operasi pengadukan hanyalah salah satu cara untuk operasi pencampuran.
Pencampuran fasa cair merupakan hal yang cukup penting dalam berbagai proses
kimia (Departemen Teknik Kimia ITB, 2015).
Pencampuran fasa cair dapat dibagi dalam dua kelompok. Pertama,
pencampuran antara cairan yang saling tercampur (miscible), dan kedua adalah
pencampuran antara cairan yang tidak tercampur atau tercampur sebagian
(immiscible). Selain pencampuran fasa cair dikenal pula operasi pencampuran fasa
cair yang pekat seperti lelehan, pasta, dan sebagainya; pencampuran fasa padat seperti
bubuk kering, pencampuran fasa gas, dan pencampuran antar fasa. Sebagai bahan
petimbangan untuk mengkaji lebih jauh proses pengadukan dan pencampuran, sifat
dan karakterisik fluida perlu diketahui (Departemen Teknik Kimia ITB, 2015).
Sifat fisik dan viskositas ini sangat mempengaruhi karakter pencampuran
seperti daya pengadukan, waktu pencampuran, tipe pengaduk yang sesuai dan
sebagainya. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam kajian hidrodinamika tangki
berpengaduk dengan draft tube ini adalah sebagai berikut (Departemen Teknik Kimia
ITB, 2015):
1. Sifat fisik fluida meliputi densitas dan viskositas.
2. Jenis dan ukuran pengaduk.
3. Daya pengaduk.
4. Nisbah cair-padat
3
4
V = volume (cm3)
ρ = densitas fluida (gr/cm3)
Viskositas fluida merupakan indeks kelembaman cairan terhadap perubahan
kecepatan. Viskositas larutan dipengaruhi oleh konsentrasi dan temperatur.
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer. Jenis viskometer
yang dapat digunakan antara lain (Tatterson, 1991):
1. Viskometer kapiler
Prinsip kerja viskometer kapiler adalah menghitung waktu yang diperlukan
oleh fluida yang mengalir melalui pipa kapiler untuk ketinggian tertentu.
2. Viskometer bola jatuh
Pada viskometer jenis ini, suatu benda berbentuk bola dijatuhkan di dalam
tabung yang berisi fluida yang akan diukur viskositasnya. Prinsip kerjanya
ialah menghitung waktu yang diperlukan oleh bola untuk mengalir menempuh
jarak tertentu di dalam tabung yang berisi fluida.
Viskositas fluida (µ) dapat ditentukan melalui persamaan (2) berikut (Tatterson,
1991):
2 r2
g ( k f )
9 v ........................................................(2)
Dimana :
r = jari-jari kelereng (m)
v = kecepatan jatuh kelereng (m/s)
µ = viskositas fluida (kg/m.s)
g = kecepatan gravitasi (m/s2)
yang penting dari tangki pengaduk dalam penggunaannya antara lain umumnya
digunakan bentuk silindris dan bagian bawahnya cekung, ukuran diameter dan tinggi
tangka, dan kelengkapannya, seperti (Tatterson, 1991):
a. ada tidaknya baffle, yang berpengaruh pada pola aliran di dalam tangki
b. jacket atau coil pendingin/pemanas yang berfungsi sebagai pengendali suhu
c. letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu
d. kelengkapan lainnya seperti tutup tangki, dan sebagainya
Skema lengkap tangki berpengaduk sederhana ditunjukkan pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Sketsa dan Dimensi Tangki Berpengaduk Sederhana (Tatterson, 1991)
Pencampuran yang baik akan diperoleh bila diperhatikan bentuk dan dimensi
pengaduk yang digunakan, karena akan mempengaruhi keefektifan proses
pencampuran serta daya yang diperlukan. Menurut aliran yang dihasilkan, pengaduk
dapat dibagi menjadi tiga golongan (Moo-Young,1972):
1. Pengaduk aliran aksial yang akan menimbulkan aliran yang sejajar dengan sumbu
putaran
2. Pengaduk aliran radial yang akan menimbulkan aliran yang berarah tangensial dan
radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Komponen aliran tangensial menyebabkan
timbulnya vortex dan terjadinya pusaran, dan dapat dihilangkan dengan
pemasangan baffle atau cruciform baffle
3. Pengaduk aliran campuran yang merupakan gabungan dari kedua jenis pengaduk di
atas.
terjadi daerah turbulensi yang kuat, arus dan geseran yang kuat antar fluida. Salah
satu jenis pengaduk turbin adalah pitched blade. Pengaduk jenis ini memiliki sudut
sudu konstan. Aliran terjadi pada arah aksial, meski demikian terdapat pule aliran
pada arah radial. Aliran ini akan mendominasi jika sudu berada dekat dengan dasar
tangki (Departemen Teknik Kimia ITB, 2015).
3. Paddle
Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses
pencampuran dalam industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum 2 sudu,
horizontal atau vertikal, dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle digunakan pada aliran
fluida laminar, transisi, atau turbulen tanpa baffle. Pengaduk paddle menimbulkan
aliran arah radial dan tangensial dan hampir tanpa gerak vertikal sama sekali. Arus
yang bergerak ke arah horizontal setelah mencapai dinding akan dibelokkan ke atas
atau ke bawah. Bila digunakan pada kecepatan tinggi akan terjadi pusaran saja tanpa
terjadi agitasi (Departemen Teknik Kimia ITB,2015).
Gambar 2.2 Bentuk-bentuk pengaduk (a) pengaduk paddle (b) pengaduk propeller
(c) pengaduk turbin (Tatterson, 1991)
Disamping itu, masih ada bentuk-bentuk pengaduk lain yang biasanya
merupakan modifikasi dari ketiga bentuk di atas.
9
Gambar 2.3 Tipe-tipe pengaduk jenis turbin (a)Flate Blade (b) Curved Blade
(c)Pitched Blade (Tatterson, 1991)
Gambar 2.4 Tipe-tipe pengaduk jenis propeller (a) Standard three baldes (b)
Weedless (c) Guarded (Tatterson, 1991)
Gambar 2.5 Tipe-tipe pengaduk jenis paddle (a) Basic (b) Anchor (c) Glassed
(Tatterson, 1991)
Gambar 2.6 Pola aliran fluida di dalam tangki berpengaduk (a) flat-blade turbin (b)
marine propeller (c)helical screw (Tatterson, 1991)
Pada dasarnya terdapat 3 komponen yang ada dalam tangki berpengaduk yaitu
(Tatterson, 1991):
a. komponen radial pada arah tegak lurus terhadap tangkai pengaduk
b. komponen aksial pada arah sejajar (paralel) terhadap tangkai pengaduk
c. komponen tangensial atau rotasional pada arah melingkar mengikuti putaran sekitar
tangki pengaduk.
dapat dilakukan untuk menghindari vortex, yaitu (Departemen Teknik Kimia ITB,
2015):
1. menempatkan tangkai pengaduk lebih ke tepi (off-center)
2. menempatkan tangkai pengaduk dengan posisi miring
3. menambahkan baffle pada dinding tangki
Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menentukan waktu dan laju
pencampuran, antara lain (Tatterson, 1991):
1. menambahkan pewarna dan mengukur waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai keseragaman warna
2. menambahkan larutan garam dan mengukur konduktivitas elektrik saat
komposisi seragam
3. menambahkan asam atau basa serta mendeteksi perubahan warna indicator
ketika proses netralisasi sudah selesai
4. metoda distribusi waktu tinggal (residence time distribution) yang diukur
dengan memantau konsentrasi output
5. mengukur temperatur serta waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
keseragaman.
Perkiraan kebutuhan daya yang diperlukan untuk mengaduk cairan dalam tangki
pengaduk dapat dihitung atas dasar percobaan pada skala laboratorium. Persyaratan
penggunaan hubungan empiris tersebut adalah adanya (Tatterson, 1991):
1. Kesamaan geometris yang menentukan kondisi batas peralatan, artinya bentuk
kedua alat harus sama dan perbandingan ukuran-ukuran geometris berikut ini sama
untuk keduanya:
DT C J S W H
, , , , ,
D D D D D D .........................................................(4)
Dimana:
DT = diameter tangki
C = tinggi pengaduk dari dasar tangki
D = diameter pengaduk
H = tinggi cairan dalam tangki
J = lebar baffle
N = jumlah putaran pengaduk permenit
P = daya (power)
S = pitch dari pengaduk
W = lebar blade pengaduk
Dalam sistem pengadukan terdapat 3 jenis aliran yaitu laminar, transisi, dan turbulen.
Aliran laminar terjadi pada bilangan Reynold 10, sedangkan turbulen terjadi pada
bilangan Reynold 104.
2. Bilangan Fraude
Bilangan Fraude menunjukkan perbandingan antara gaya inersia dengan gaya
gravitasi. Bilangan Fraude dapat dihitung dengan persamaan berikut:
2
v 2 ( ND ) ND 2 .................................................................(6)
Fr= = =
Dg Dg g
Fr = bilangan Fraude
N = kecepatan putaran pengaduk
D = diameter pengaduk
g = percepatan gravitasi
Bilangan Fraude bukan merupakan variabel yang signifikan. Bilangan ini hanya
diperhitungkan pada sistem pengadukan unbaffled. Pada sistem ini bentuk permukaan
cairan dalam tangki akan dipengaruhi gravitasi sehingga membentuk vortex. Vortex
menunjukkan keseimbangan antara gaya gravitasi dengan gaya inersia (Tatterson,
1991).
3. Bilangan Power
Bilangan Power menunjukkan perbandingan antara perbedaan tekanan yang
dihasilkan aliran dengan gaya inersianya. Perubahan tekanan akibat distribusi pada
permukaan pengaduk dapat diintegrasikan menghasilkan torsi total dan kecepatan
pengaduk.
P
Po= ...............................................................................(7)
ρN 3 D 5
Po = bilangan Power
N = kecepatan putaran pengaduk
ρ = densitas fluida
Korelasi antara bilangan Power dengan Reynold serta Fraude ditunjukkan
pada persamaan-persamaan berikut (Broadkey, 1988) :
Untuk sistem tanpa baffle :
16
¿ aRe b Pr c ....................................................................(8)
Untuk sistem dengan baffle :
Po=aReb ...................................................................(9)
Po = bilangan Power
e = bilangan Reynold
Pr = bilangan Prandtl
a, b, c = konstanta eksperimental
permukaan cairan. Sebagian zat cair akan terangkat lebih tinggi dari permukaan rata-
rata zat cair yaitu permukaan dalam keadaan tidak teraduk dan gaya angkat ini harus
diatasi oleh gaya gravitasi. Gugus-gugus tanpa dimensi yang berkorelasi dengan
bilangan daya adalah bilangan Reynolds, bilangan Froude, dan faktor bentuk.
(Departemen Teknik Kimia ITB,2015).
Faktor-faktor tersebutlah yang biasanya dikorelasikan dengan bilangan-
bilangan tak berdimensi dan diplot dalam grafik-grafik korelasi. Berikut grafik N P
terhadap NRe untuk tangki disajikan pada Gambar 2.7 dan Gambar 2.8 (Mc-Cabe,
1978).
Gambar 2.7 Angka Korelasi Daya NP vs NRe Untuk Turbin Berdaun Enam
(Mc-Cabe,1978)
Gambar 2.8 Angka Korelasi Daya NP vs NRe Untuk Propeller Berdaun Tiga
(Mc-Cabe,1978)
18
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan yang Digunakan
a. Air
b. Potongan plastik berwarna
3.2 Alat yang Digunakan
a. Unit tangki berpengaduk
b. Impeller dengan tipe paddle (A, B, dan C), propeller, dan turbin
c. Sekat
19
20
21
22
20.9333333
200 0 0 0 0 150789.6
3
21.4566666
205 0 0 0 0 154559.3
7
210 21.98 0 0 0 0 158329.1
22.5033333
215 0 0 0 0 162098.8
3
23.0266666
220 0 0 0 0 165868.6
7
225 23.55 0 0 0 0 169638.3
24.0733333
230 0 0 0 0 173408
3
24.5966666
235 0 0 0 0 177177.8
7
240 25.12 0 0 0 0 180947.5
25.6433333
245 0 0 0 0 184717.3
3
26.1666666
250 0 0 0 0 188487
7
255 26.69 0 0 0 0 192256.7
27.2133333
260 0 0 0 0 196026.5
3
27.7366666
265 0 0 0 0 199796.2
7
270 28.26 0 0 0 0 203566
28.7833333
275 0 0 0 0 207335.7
3
29.3066666
280 0 0 0 0 211105.4
7
285 29.83 0 0 0 0 214875.2
30.3533333
290 0 0 0 0 218644.9
3
30.8766666
295 0 0 0 0 222414.7
7
300 31.4 0 0 0 0 226184.4
31.9233333
305 0 0 0 0 229954.1
3
32.4466666
310 0 0 0 0 233723.9
7
315 32.97 0 0 0 0 237493.6
33.4933333
320 0 0 0 0 241263.4
3
34.0166666
325 0 0 0 0 245033.1
7
330 34.54 0 0 0 0 248802.8
25
35.0633333
335 0 0 0 0 252572.6
3
35.5866666
340 0 0 0 0 256342.3
7
345 36.11 0 0 0 0 260112.1
36.6333333
350 0 0 0 0 263881.8
3
37.1566666
355 0 0 0 0 267651.5
7
360 37.68 0 0 0 0 271421.3
38.2033333
365 0 0 0 0 275191
3
38.7266666
370 0 0 0 0 278960.8
7
375 39.25 0 0 0 0 282730.5
39.7733333
380 0 0 0 0 286500.2
3
40.2966666
385 0 0 0 0 290270
7
390 40.82 0 0 0 0 294039.7
41.3433333
395 0 0 0 0 297809.5
3
41.8666666
400 0 0 0 0 301579.2
7
5 Paddle A
Paddle B
4 Paddle C
Propeller
3 Turbin
0
100 150 200 250 300 350 400
Gambar 4.1 Hubungan Laju Putaran Terhadap Daya pada Tangki Bersekat
Dari gambar 4.1 menunjukkan bahwa semakin tinggi laju putaran yang dinginkan
maka semakin banyak daya yang dibutuhkan untuk impeller paddle dan turbin.
Sedangkan untuk propeller, nilai daya pada kecepataran dari 100 sampai 400 rpm
adalah 0. Untuk Impeller jenis paddle dengan tiga variasi ukuran didapatkan bahwa
daya yang diperlukan paddle A lebih besar dibandingkan paddle lainnya. Hal ini
menunjukkan besarnya diameter pengaduk dan lebar daun pengaduk berbanding lurus
dengan daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan impeller dengan kecepataran
tertentu. Untuk turbin besarnya laju putaran berbanding lurus dengan daya yang
dibutuhkan.
5
Paddle
4 A
Paddle
3 B
Paddle
2 C
Propell
er
1 Turbin
0
100 150 200 250 300 350 400
Gambar 4.2 Hubungan Laju Putaran Terhadap Daya pada Tangki Tanpa Sekat
Dari gambar diatas tampak bahwa semakin besar laju putaran yang diinginkan maka
semakin besar daya pengaduk yang dibutuhkan untuk impeller turbin dan paddle.
Sedangkan untuk impeller propeller dari laju putaran 100 hingga 400 rpm adalah 0
dan tidak terjadi perubahan daya pengaduk. Untuk impeller jenis paddle dengan tiga
variasi ukuran didapatkan bahwa daya yang diperlukan paddle A lebih besar
dibandingkan paddle lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya diameter
pengaduk dan lebar daun pengaduk berbanding lurus dengan daya yang dibutuhkan
untuk menggerakan impeller dengan kecepataran tertentu. Daya pengaduk yang
dibutuhkan untuk paddle lebih besar dibanding untuk turbin. Hal ini terjadi karena
lebar daun paddle lebih besar dibandingkan turbin.
Jika membandingkan gambar 4.1 dan gambar 4.2 tampak bahwa daya
pengaduk yang diperlukan untuk tangki yang menggunakan sekat lebih besar
dibandingkan tanpa sekat. Namun tidak berpengaruh untuk impeller propeller.
Penggunaan sekat bertujuan untuk menghambat vorteks dengan memberi hambatan
untuk fluida berputar dan laju putaran fluida. Sehingga diperlukan daya yang lebih
besar untuk mengaduk fluida dengan kecepatan yang sama dengan pada tangki tanpa
sekat.
C. Hubungan Laju Putaran Terhadap NRe Pada Tangki Bersekat
Bilangan Reynold (NRe) merupakan bilangan tak berdimensi yang pengaruhi
oleh beberapa faktor, yakni laju putaran, diameter impeller, densitas fluida, dan
30
viskositas fluida. Digunakan impeller jenis paddle, turbin, dan propeller, dengan
tangki bersekat. Pada gambar 4.3 dibawah ini, merupakan hubungan laju putaran
terhadap NRe pada tangki bersekat.
1600000
1400000
1200000
1000000 Paddle B
Paddle C
800000
Propeller
600000 Turbin
Paddle A
400000
200000
0
50 100 150 200 250 300 350 400 450
Gambar 4.3 Hubungan Laju Putaran Terhadap NRe pada Tangki Bersekat
Pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa semakin besar laju putaran makan semakin
besar bilangan Reynold (NRe). Hal ini terjadi karena bilangan Reynold berbanding
lurus dengan laju putaran. Untuk paddle A dan B nilai bilangan Reynoldnya sama, ini
terjadi karena diameter paddle A dan B sama sehingga laju putaran yang dihasilkan
pun sama. Nilai bilangan Reynold untuk paddle A dan B lebih besar dari paddle C,
turbin, dan propeller.
0
0
0
Paddle A
0
Paddle B
0
Paddle C
0 Propeller
0 Turbin
0
0
50 100 150 200 250 300 350 400 450
Dari gambar 4.4 diatas menunjukkan bahwa hubungan antara laju putaran dan
bilangan power naik turun. Namun untuk Impeller propeller dari kecepatan 100
hingga 400 nilai bilangan power-nya tetap 0. Hal ini terjadi karena daya pengaduk
yang dibutuhkan propeller juga tetap 0. Kecilnya daya terjadi karena laju putaran
fluida yang kecil untuk propeller. Untuk Impeller paddle dan turbin tampak naik
turun dimana terdapat puncak. Pada Paddle A menurunnya nilai bilangan power ini
karena motor pengaduk tidak dapat mengaduk fluida hingga diatas 150 rpm.
Sehingga untuk laju diatas 150 rpm hingga 400 rpm dayanya menjadi konstan.
Karena nilai bilangan power berbanding lurus dengan daya pengaduk dan
berbanding terbalik dengan laju putaran dipangkat tiga. Sehingga meningkatnya laju
putaran dipangkatkan tiga terhadap daya yang konstan menghasilkan nilai bilangan
power yang menurun seiring laju putaran.
200000
0
50 100 150 200 250 300 350 400 450
32
Gambar 4.5 Hubungan Laju Putaran Terhadap NRe pada Tangki Tidak Bersekat
Pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa semakin meningkat laju putaran maka
nilai bilangan Reynoldnya meningkat. Hal ini karena nilai bilangan Reynold
berbanding lurus dengan laju putaran dan diameter pengaduk. Nilai bilangan Reynold
pada paddle A lebih tinggi dibandingkan Impeller lainnya. Jika membandingkan
gambar 4.5 dan 4.5 didapatkan bahwa untuk nilai bilangan Reynold tidak dipengaruhi
oleh penggunaan sekat.
F. Hubungan Laju Putaran Terhadap Np pada Tangki Tidak Bersekat
Pada gambar 4.6 dibawah ini menunjukkan bahwa semakin besar laju putaran
maka makin cenderung meningkat nilai bilangan power . Namun untuk propeller
tidak terjadi perubahan nilai bilangan power , karena daya pengaduknya tetap 0.
Peningkatan laju putaran dimana daya pengaduk konstan akan memberikan nilai
bilangan power yang menurun. Hal ini tampak pada paddle A, B, dan turbin. Paddle
A motor pengaduk tidak dapat meningkatkan laju pengadukan diatas 350 rpm,
sehingga grafik tampak menurun. Sedangkan untuk paddle B nilai bilangan power
pada laju putaran 200 hingga 300 tampak menurun. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh kurangmya ketelitian saat mengatur kecepatan pengadukan dan pembacaan
respon yang tampil pada pulse meter. Jika membandingkan gambar 4.4 dan 4.6
tampak bahwa nilai bilangan power dengan menggunaan sekat cenderung lebih besar
dibanding tanpa sekat.
0
0
0
0 Paddle A
Paddle B
0
Paddle C
0 Propeller
Turbin
0
0
0
50 100 150 200 250 300 350 400 450
Gambar 4.6 Hubungan Laju Putaran Terhadap Np pada Tangki Tidak Bersekat
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pada impeller jenis turbin, propeller, dan paddle tiga jenis ukuran pada
tangki tidak bersekat dengan laju pengadukan 125 rpm terbentuk pola aliran
aksial, sedangkan untuk tangki bersekat terbentuk pola aliran radial.
2. Pada impeller jenis turbin, propeller, dan paddle tiga jenis ukuran pada
tangki tidak bersekat daya pengaduk yang dibutuhkan lebih kecil
dibandingkan dengan tangki yang bersekat.
3. Daya pengaduk yang dibutuhkan paddle lebih besar dari turbin. Dan daya
pengaduk yang dibutuhkan turbin lebih besar dari pada propeller. Semakin
besar diameter pengaduk maka semakin besar daya pengaduk dibutuhkan.
5.2 Saran
Sebelum memulai percobaan, praktikan harus memeriksa keadaan
dynamometer agar pengukuran lebih akurat dan lebih teliti dalam mengamati gaya
yang terbaca pada neraca gaya pegas.
34
DAFTAR PUSTAKA
Tatterson, and Gary, B.1991. Fluid Mixing and Gas Dispersion in Agitated Tanks,
McGraw-Hill Book Co: New York.