Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

.1 Latar Belakang
Keberhasilan suatu proses pengolahan sering amat bergantung pada efektifnya
pengadukan dan pencampuran zat cair dalam proses tersebut. Pengadukan adalah
suatu operasi kesatuan yang bertujuan untuk menghasilkan gerakan tidak beraturan
dalam suatu cairan menggunakan alat mekanis agar terjadinya pencampuran.
Pencampuran merupakan suatu operasi yang bertujuan mengurangi ketidaksamaan
komposisi, suhu, atau sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan. Pencampuran dapat
terjadi karena adanya gerak di dalam bahan itu sehingga bagian-bagian bahan saling
bergerak satu terhadap yang lainnya.Pola aliran yang terjadi dalam cairan yang
diaduk tergantung pada jenis pengaduk, karakteristik fluida, perbandingan ukuran
antara tangki, impeller, dan sekat.
Tangki pengaduk adalah bejana pengaduk tertutup yang biasanya digunakan
untuk reaksi-reaksi kimia pada tekanan diatas atmosfer dan pada tekanan vakum, juga
sering digunakan untuk proses yang lain seperti pencampuran, pelarutan, penguapan,
ekstraksi, dan kristalisasi. Dalam proses kimia khususnya dalam zat cair atau fase
cair, pengadukan merupakan salah satu cara dalam proses pencampuran komponen
untuk mendapat hasil yang diinginkan.
Percobaan ini ditujukan untuk mengetahui cara melaksanakan suatu proses
pengadukan fluida menggunakan tangki berpengaduk dan mengetahui pengaruh
beberapa variabel operasi terhadap kerja sistem yang akan dilakukan sehingga dapat
diketahui besarnya power impeller yang diperlukan dalam tangki. dilakukan
pengamatan dengan variabel yang ditentukan menggunakan buffle maupun tanpa
buffle apakah terdapat vortex atau tidak. Proses pengadukan sendiri banyak digunakan
secara luas dalam proses industri. Hampir semua proses pencampuran memerlukan
pengadukan, salah satunya dalam pencampuran warna pada pabrik cat.

1
2

.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan yang dilakukan adalah:
1. Dapat menjelaskan pola-pola aliran yang terjadi dalam tangki berpengaduk.
2. Dapat menjelaskan pengaruh penggunaan sekat dan tanpa sekat pada pola
aliran yang ditimbulkan
3. Dapat menghitung kebutuhan daya yang diperlukan untuk suatu operasi
pencampuran
4. Dapat menentukan karakteristik daya pengaduk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengadukan dan Pencampuran
Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan di dalam
bahan yang diaduk. Tujuan operasi pengadukan yang utama adalah terjadinya
pencampuran. Pencampuran merupakan operasi yang bertujuan mengurangi
ketidaksamaan kondisi, suhu, atau sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan.
Pencampuran dapat terjadi dengan cara menimbulkan gerak di dalam bahan itu yang
menyebabkan bagian-bagian bahan saling bergerak satu terhadap yang lainnya,
sehingga operasi pengadukan hanyalah salah satu cara untuk operasi pencampuran.
Pencampuran fasa cair merupakan hal yang cukup penting dalam berbagai proses
kimia (Departemen Teknik Kimia ITB, 2015).
Pencampuran fasa cair dapat dibagi dalam dua kelompok. Pertama,
pencampuran antara cairan yang saling tercampur (miscible), dan kedua adalah
pencampuran antara cairan yang tidak tercampur atau tercampur sebagian
(immiscible). Selain pencampuran fasa cair dikenal pula operasi pencampuran fasa
cair yang pekat seperti lelehan, pasta, dan sebagainya; pencampuran fasa padat seperti
bubuk kering, pencampuran fasa gas, dan pencampuran antar fasa. Sebagai bahan
petimbangan untuk mengkaji lebih jauh proses pengadukan dan pencampuran, sifat
dan karakterisik fluida perlu diketahui (Departemen Teknik Kimia ITB, 2015).
Sifat fisik dan viskositas ini sangat mempengaruhi karakter pencampuran
seperti daya pengadukan, waktu pencampuran, tipe pengaduk yang sesuai dan
sebagainya. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam kajian hidrodinamika tangki
berpengaduk dengan draft tube ini adalah sebagai berikut (Departemen Teknik Kimia
ITB, 2015):
1. Sifat fisik fluida meliputi densitas dan viskositas.
2. Jenis dan ukuran pengaduk.
3. Daya pengaduk.
4. Nisbah cair-padat

3
4

Proses pencampuran dalam fasa cair dilandasi oleh mekanisme perpindahan


momentum di dalam aliran turbulen. Pada aliran turbulen, pencampuran terjadi pada
3 skala yang berbeda, yaitu (Young,1972):
1. pencampuran sebagai akibat aliran cairan secara keseluruhan (bulk flow) yang
disebut mekanisme konvektif
2. pencampuran karena adanya gumpalan-gumpalan fluida yang terbentuk dan
tercampakkan di dalam medan aliran yang dikenal sebagai eddies, sehingga
mekanisme pencampuran ini disebut eddy diffusion
3. pencampuran karena gerak molekular yang merupakan mekanisme pencampuran
difusi.

Ketiga mekanisme terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling menentukan


adalah eddy diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran dalam keadaan
turbulen daripada pencampuran dalam medan aliran laminer. Sifat fisik fluida yang
berpengaruh pada proses pengadukan adalah densitas dan viskositas (Departemen
Teknik Kimia ITB, 2015).

2.2 Densitas dan Viskositas Fluida


Untuk menentukan bilangan Reynold dan bilangan daya diperlukan data
densitas dan viskositas dari fluida yang diaduk. Densitas merupakan sifat fisis
darifluida yang menyatakan banyaknya massa per satuan volume dan viskositas
adalah sifat fisis yang menyatakan ketahanan fluida terhadap gerakan alirannya.
Pengukuran densitas dilakukan dengan menggunakan piknometer. Prinsip kerja
piknometer dalam menentukan densitas suatu fluida adalah dengan menghitung
massa fluida per volume piknometer. Untuk menentukan densitas fluidadapat dilihat
pada persamaan (1) sebagai berikut (Tatterson, 1991):
m1 −m0
ρ=
V .......................................................................(1)
Dimana :
m1 = massa piknometer berisi fluida (gr)
m0= massa piknometer kosong (gr)
5

V = volume (cm3)
ρ = densitas fluida (gr/cm3)
Viskositas fluida merupakan indeks kelembaman cairan terhadap perubahan
kecepatan. Viskositas larutan dipengaruhi oleh konsentrasi dan temperatur.
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer. Jenis viskometer
yang dapat digunakan antara lain (Tatterson, 1991):
1. Viskometer kapiler
Prinsip kerja viskometer kapiler adalah menghitung waktu yang diperlukan
oleh fluida yang mengalir melalui pipa kapiler untuk ketinggian tertentu.
2. Viskometer bola jatuh
Pada viskometer jenis ini, suatu benda berbentuk bola dijatuhkan di dalam
tabung yang berisi fluida yang akan diukur viskositasnya. Prinsip kerjanya
ialah menghitung waktu yang diperlukan oleh bola untuk mengalir menempuh
jarak tertentu di dalam tabung yang berisi fluida.

Viskositas fluida (µ) dapat ditentukan melalui persamaan (2) berikut (Tatterson,
1991):
2 r2
 g ( k   f )
9 v ........................................................(2)
Dimana :
r = jari-jari kelereng (m)
v = kecepatan jatuh kelereng (m/s)
µ = viskositas fluida (kg/m.s)
g = kecepatan gravitasi (m/s2)

2.3 Tangki Berpengaduk


Peralatan proses pencampuran merupakan hal yang sangat penting, tidak
hanya menentukan derajat homogenitas yang dapat dicapai, tapi juga mempengaruhi
perpindahan panas yang terjadi. Penggunaan peralatan yang tidak tepat dapat
menyebabkan konsumsi energi berlebihan dan merusak produk yang dihasilkan.
Salah satu peralatan yang menunjang keberhasilan pencampuran ialah pengaduk. Hal
6

yang penting dari tangki pengaduk dalam penggunaannya antara lain umumnya
digunakan bentuk silindris dan bagian bawahnya cekung, ukuran diameter dan tinggi
tangka, dan kelengkapannya, seperti (Tatterson, 1991):
a. ada tidaknya baffle, yang berpengaruh pada pola aliran di dalam tangki
b. jacket atau coil pendingin/pemanas yang berfungsi sebagai pengendali suhu
c. letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu
d. kelengkapan lainnya seperti tutup tangki, dan sebagainya
Skema lengkap tangki berpengaduk sederhana ditunjukkan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Sketsa dan Dimensi Tangki Berpengaduk Sederhana (Tatterson, 1991)

2.3.1 Jenis Pengaduk


Pengaduk dalam tangki memiliki fungsi sebagai pompa yang menghasilkan
laju volumetrik tertentu pada tiap kecepatan putaran dan input daya. Input daya
dipengaruhi oleh geometri peralatan dan fluida yang digunakan. Profil aliran dan
derajat turbulensi merupakan aspek penting yang mempengaruhi kualitas
pencampuran. Rancangan pengaduk sangat dipengaruhi oleh jenis aliran, laminar atau
turbulen. Aliran laminar biasanya membutuhkan pengaduk yang ukurannya hampir
sebesar tangki itu sendiri. Hal ini disebabkan karena aliran laminar tidak
memindahkan momentum sebaik aliran turbulen (Walas, 1988).
Pencampuran di dalam tangki pengaduk terjadi larena adanya gerak rotasi dari
pengaduk dalam fluida. Gerak pengaduk ini memotong fluida tersebut dan dapat
menimbulkan arus Eddy yang bergerak keseluruhan sistem fluida tersebut. Oleh
sebab itu, pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam suatu operasi
pencampuran fasa cair dengan tangki pengaduk (Moo-Young,1972).
7

Pencampuran yang baik akan diperoleh bila diperhatikan bentuk dan dimensi
pengaduk yang digunakan, karena akan mempengaruhi keefektifan proses
pencampuran serta daya yang diperlukan. Menurut aliran yang dihasilkan, pengaduk
dapat dibagi menjadi tiga golongan (Moo-Young,1972):
1. Pengaduk aliran aksial yang akan menimbulkan aliran yang sejajar dengan sumbu
putaran
2. Pengaduk aliran radial yang akan menimbulkan aliran yang berarah tangensial dan
radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Komponen aliran tangensial menyebabkan
timbulnya vortex dan terjadinya pusaran, dan dapat dihilangkan dengan
pemasangan baffle atau cruciform baffle
3. Pengaduk aliran campuran yang merupakan gabungan dari kedua jenis pengaduk di
atas.

Menurut bentuknya, pengaduk dapat dibagi menjadi 3 golongan (Tatterson,


1991):
1. Propeller
Kelompok ini biasa digunakan untuk kecepatan pengadukan tinggi dengan
arah aliran aksial. Pengaduk ini dapat digunakan untuk cairan yang memiliki
viskositas rendah dan tidak bergantung pada ukuran serta bentuk tangki. Kapasitas
sirkulasi yang dihasilkan besar dan sensitif terhadap beban head. Dalam perancangan
propeller, luas sudu biasa dinyatakan dalam perbandingan luas area yang terbentuk
dengan luas daerah disk. Nilai nisbah ini berada pada rentang 0.45 sampai dengan
0.55. Pengaduk propeller terutama menimbulkan aliran arah aksial, arus aliran
meninggalkan pengaduk secara kontinu melewati fluida ke satu arah tertentu sampai
dibelokkan oleh dinding atau dasar tangki.
2. Turbin
Istilah turbin ini diberikan bagi berbagai macam jenis pengaduk tanpa
memandang rancangan, arah discharge ataupun karakteristik aliran. Turbin
merupakan pengaduk dengan sudu tegak datar dan bersudut konstan. Pengaduk jenis
ini digunakan pada viskositas fluida rendah seperti halnya pengaduk jenis propeller.
Pengaduk turbin menimbulkan aliran arah radial dan tengensial. Di sekitar turbin
8

terjadi daerah turbulensi yang kuat, arus dan geseran yang kuat antar fluida. Salah
satu jenis pengaduk turbin adalah pitched blade. Pengaduk jenis ini memiliki sudut
sudu konstan. Aliran terjadi pada arah aksial, meski demikian terdapat pule aliran
pada arah radial. Aliran ini akan mendominasi jika sudu berada dekat dengan dasar
tangki (Departemen Teknik Kimia ITB, 2015).
3. Paddle
Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses
pencampuran dalam industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum 2 sudu,
horizontal atau vertikal, dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle digunakan pada aliran
fluida laminar, transisi, atau turbulen tanpa baffle. Pengaduk paddle menimbulkan
aliran arah radial dan tangensial dan hampir tanpa gerak vertikal sama sekali. Arus
yang bergerak ke arah horizontal setelah mencapai dinding akan dibelokkan ke atas
atau ke bawah. Bila digunakan pada kecepatan tinggi akan terjadi pusaran saja tanpa
terjadi agitasi (Departemen Teknik Kimia ITB,2015).

Gambar 2.2 Bentuk-bentuk pengaduk (a) pengaduk paddle (b) pengaduk propeller
(c) pengaduk turbin (Tatterson, 1991)
Disamping itu, masih ada bentuk-bentuk pengaduk lain yang biasanya
merupakan modifikasi dari ketiga bentuk di atas.
9

Gambar 2.3 Tipe-tipe pengaduk jenis turbin (a)Flate Blade (b) Curved Blade
(c)Pitched Blade (Tatterson, 1991)

Gambar 2.4 Tipe-tipe pengaduk jenis propeller (a) Standard three baldes (b)
Weedless (c) Guarded (Tatterson, 1991)

Gambar 2.5 Tipe-tipe pengaduk jenis paddle (a) Basic (b) Anchor (c) Glassed
(Tatterson, 1991)

2.3.2 Kecepatan Pengaduk


Kecepatan pengaduk yang umumnya digunakan pada operasi industri kimia
adalah sebagai berikut (Departemen Teknik Kimia ITB,2015).
1. Kecepatan tinggi, berkisar pada kecepatan 1750 rpm.
Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk fluida dengan
viskositas rendah misalnya air.
2. Kecepatan sedang, berkisar pada kecepatan 1150 rpm.
Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk larutan sirup
kental dan minyak pernis.
3. Kecepatan rendah, berkisar pada kecepatan 400 rpm.
Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk minyak kental,
lumpur dimana terdapat serat atau pada cairan yang dapat menimbulkan busa.
10

Untuk menjamin keamanan proses, pengaduk dengan kecepatan lebih tinggi


dari 400 rpm sebaiknya tidak digunakan untuk cairan dengan viskositas lebih besar
dari 200 cP, atau volume cairan lebih besar dari 2000 L. Pengaduk dengan kecepatan
lebih besar dari 1150 rpm sebaiknya tidak digunakan untuk cairan dengan viskositas
lebih besar dari 50 cP atau volume cairan lebih besar dari 500 L. Kecepatan pengaduk
ditentukan oleh viskositas fluida dan ukuran geometri sistem pengadukan
(Departemen Teknik Kimia ITB,2015).
Jumlah pengaduk yang digunakan ditentukan oleh viskositas fluida, diameter
pengaduk, dan kedalaman fluida yang akan diaduk. Jumlah pengaduk yang umumnya
digunakan adalah 1 atau 2 buah pengaduk. Panduan dalam menentukan jumlah
pengaduk yang akan digunakan diperlihatkan pada Tabel 3.1 (Departemen Teknik
Kimia ITB,2015).
Tabel 2.1 Kriteria Penentuan Jumlah Pengaduk
Satu Pengaduk Dua Pengaduk
fluida dengan viskositas rendah fluida dengan viskositas sedang dan tinggi
dapat menyapu dasar tangki untuk tangki yang dalam
kecepatan balik aliran tinggi gaya gesek aliran lebih besar
ketinggian permukaan fluida bervariasi meminimalkan ukuran mounting nozzle
(Sumber : Departemen Teknik Kimia ITB, 2015)
2.4 Pola Aliran
Pada tangki berpengaduk, pola aliran yang dihasilkan bergantung pada
beberapa faktor antara lain geometri tangki, sifat fisik fluida, dan jenis pengaduk itu
sendiri. Pengaduk jenis turbin akan cenderung membentuk pola aliran radial
sedangkan propeller cenderung membentuk aliran aksial. Pengaduk jenis helical
screw dapat membentuk aliran aksial dari bawah tangki menuju ke atas permukaan
cairan. Pola aliran yang dihasilkan oleh tiap-tiap pengaduk tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.6.
11

Gambar 2.6 Pola aliran fluida di dalam tangki berpengaduk (a) flat-blade turbin (b)
marine propeller (c)helical screw (Tatterson, 1991)
Pada dasarnya terdapat 3 komponen yang ada dalam tangki berpengaduk yaitu
(Tatterson, 1991):
a. komponen radial pada arah tegak lurus terhadap tangkai pengaduk
b. komponen aksial pada arah sejajar (paralel) terhadap tangkai pengaduk
c. komponen tangensial atau rotasional pada arah melingkar mengikuti putaran sekitar
tangki pengaduk.

Komponen radial dan tangensial terletak pada daerah horizontal dan


komponen longitudinal pada daerah vertikal untuk kasus tangkai tegak (vertical
shaft). Komponen radial dan longitudinal sangat berguna untuk penentuan pola aliran
yang diperlukan untuk aksi pencampuran (mixing action). Pengadukan pada
kecepatan tinggi ada kalanya mengakibatkan pola aliran melingkar di sekitar
pengaduk. Gerakan melingkar tersebut dinamakan vortex. Vortex dapat terbentuk di
sekitar pengaduk ataupun di pusat tangki yang tidak menggunakan baffle. Fenomena
ini tidak diinginkan dalam industri karena beberapa alasan. Pertama kualitas
pencampuran buruk meski fluida berputar dalam tangki. Hal ini disebabkan oleh
kecepatan sudut pengaduk dan fluida sama. Kedua udara dapat masuk dengan
mudahnya ke dalam fluida karena tinggi fluida di pusat tangki jatuh hingga mencapai
bagian atas pengaduk. Ketiga, adanya vortex akan mengakibatkan naiknya permukaan
fluida pada tepi tangki secara signifikan sehingga fluida tumpah. Upaya berikut ini
12

dapat dilakukan untuk menghindari vortex, yaitu (Departemen Teknik Kimia ITB,
2015):
1. menempatkan tangkai pengaduk lebih ke tepi (off-center)
2. menempatkan tangkai pengaduk dengan posisi miring
3. menambahkan baffle pada dinding tangki

2.5 Laju dan Waktu Pencampuran


Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
diperoleh keadaan yang serba sama untuk menghasilkan campuran atau produk
dengan kualitas yang telah ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate of mixing)
adalah laju di mana proses pencampuran berlangsung hingga mencapai kondisi akhir.
Pada operasi pencampuran dengan tangki pengaduk, waktu pencampuran ini
dipengaruhi oleh beberapa hal (Tatterson, 1991):
1. Yang berkaitan dengan alat, seperti:
a. ada tidaknya baffle atau cruciform baffle
b. bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propeller, paddle)
c. ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
d. laju putaran pengaduk
e. kedudukan pengaduk pada tangki, seperti
1. jarak terhadap dasar tangki
2. pola pemasangannya:
- center, vertikal
- off center, vertikal
- miring (inciclined) dari atas
- horizontal
f. jumlah daun pengaduk
g. jumlah pengaduk yang terpasang pada poros pengaduk
2. Yang berhubungan dengan cairan yang diaduk:
a. perbandingan kerapatan/densitas cairan yang diaduk
b. perbandingan viskositas cairan yang diaduk
c. jumlah kedua cairan yang diaduk
13

d. jenis cairan yang diaduk (miscible, immiscible)

Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menentukan waktu dan laju
pencampuran, antara lain (Tatterson, 1991):
1. menambahkan pewarna dan mengukur waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai keseragaman warna
2. menambahkan larutan garam dan mengukur konduktivitas elektrik saat
komposisi seragam
3. menambahkan asam atau basa serta mendeteksi perubahan warna indicator
ketika proses netralisasi sudah selesai
4. metoda distribusi waktu tinggal (residence time distribution) yang diukur
dengan memantau konsentrasi output
5. mengukur temperatur serta waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
keseragaman.

Waktu pencampuran ditentukan oleh beberapa variable proses dan operasi


yang ditunjukkan oleh hubungan berikut in(Departemen Teknik Kimia ITB,2015).

θm= f ( ρ, µ, N, D, g)dimensi geometri sistem.....................................(3)


Dengan:
θm = waktu pencampuran
ρ = densitas fluida
µ = viskositas fluida
N = kecepatan putaran pengaduk
D = diameter pengaduk
g = percepatan gravitasi

2.6 Kebutuhan Daya


Untuk melakukan perhitungan dalam spesifikasi tangki pengaduk telah
dikembangkan berbagai teori dan hubungan empiris. Para peneliti telah
mengembangkan beberapa hubungan empiris yang dapat memperkirakan ukuran alat
dalam pemakaian nyata atas dasar percobaan yang dilakukan pada skala laboratorium.
14

Perkiraan kebutuhan daya yang diperlukan untuk mengaduk cairan dalam tangki
pengaduk dapat dihitung atas dasar percobaan pada skala laboratorium. Persyaratan
penggunaan hubungan empiris tersebut adalah adanya (Tatterson, 1991):
1. Kesamaan geometris yang menentukan kondisi batas peralatan, artinya bentuk
kedua alat harus sama dan perbandingan ukuran-ukuran geometris berikut ini sama
untuk keduanya:
DT C J S W H
, , , , ,
D D D D D D .........................................................(4)
Dimana:
DT = diameter tangki
C = tinggi pengaduk dari dasar tangki
D = diameter pengaduk
H = tinggi cairan dalam tangki
J = lebar baffle
N = jumlah putaran pengaduk permenit
P = daya (power)
S = pitch dari pengaduk
W = lebar blade pengaduk

2.7 Parameter Hidrodinamika dalam Tangki Berpengaduk


Hidrodinamika fluida yang terjadi dalam tangki berpengaduk dapat
diturunkan dalam suatu korelasi empiris antara bilangan Reynold, Fraude, dan Power
(Tatterson, 1991).
1. Bilangan Reynold
Bilangan Reynold merupakan bilangan tak berdimensi yang menyatakan
perbandingan antara gaya inersia dan gaya viskos. Untuk sistem dengan pengadukan:
ρD ( ND ) ρ D2 N
ℜ= =¿ .....................................................(5)
µ µ
ρ = densitas fluida
µ = viskositas fluida
D = diameter pengaduk
15

Dalam sistem pengadukan terdapat 3 jenis aliran yaitu laminar, transisi, dan turbulen.
Aliran laminar terjadi pada bilangan Reynold 10, sedangkan turbulen terjadi pada
bilangan Reynold 104.
2. Bilangan Fraude
Bilangan Fraude menunjukkan perbandingan antara gaya inersia dengan gaya
gravitasi. Bilangan Fraude dapat dihitung dengan persamaan berikut:
2
v 2 ( ND ) ND 2 .................................................................(6)
Fr= = =
Dg Dg g
Fr = bilangan Fraude
N = kecepatan putaran pengaduk
D = diameter pengaduk
g = percepatan gravitasi
Bilangan Fraude bukan merupakan variabel yang signifikan. Bilangan ini hanya
diperhitungkan pada sistem pengadukan unbaffled. Pada sistem ini bentuk permukaan
cairan dalam tangki akan dipengaruhi gravitasi sehingga membentuk vortex. Vortex
menunjukkan keseimbangan antara gaya gravitasi dengan gaya inersia (Tatterson,
1991).
3. Bilangan Power
Bilangan Power menunjukkan perbandingan antara perbedaan tekanan yang
dihasilkan aliran dengan gaya inersianya. Perubahan tekanan akibat distribusi pada
permukaan pengaduk dapat diintegrasikan menghasilkan torsi total dan kecepatan
pengaduk.
P
Po= ...............................................................................(7)
ρN 3 D 5
Po = bilangan Power
N = kecepatan putaran pengaduk
ρ = densitas fluida
Korelasi antara bilangan Power dengan Reynold serta Fraude ditunjukkan
pada persamaan-persamaan berikut (Broadkey, 1988) :
Untuk sistem tanpa baffle :
16

¿ aRe b Pr c ....................................................................(8)
Untuk sistem dengan baffle :
Po=aReb ...................................................................(9)
Po = bilangan Power
e = bilangan Reynold
Pr = bilangan Prandtl
a, b, c = konstanta eksperimental

2.7.1 Karakteristik Pengadukan dan Pencamuran


Agar bejana proses bekerja efektif pada setiap masalah pengadukan, volume
fluida yang disirkulasikan impeller harus cukup besar agar dapat menyapu
keseluruhan bejana dalam waktu yang singkat. Demikian pula, kecepatan arus yang
meninggalkan impeller harus cukup tinggi agar dapat mencapai semua sudut tangki.
Keturbulenan aliran adalah akibat arus yang terarah baik serta gradien kecepatan yang
cukup besar di dalam zat cair. Sirkulasi dan pembangkitan keturbulenan aliran
memerlukan energi, dan terdapat hubungan antara pemasukan daya dan parameter
perancangan bejana pencampur berpengaduk. Agitator turbin pada prinsipnya adalah
pompa impeller yang beroperasi dengan aliran masuk dan aliran keluar yang tidak
terarah. Hubungan-hubungan penentu untuk agitator turbin identik dengan hubungan
untuk pompa sentrifugal (Tatterson, 1991).
Salah satu pertimbangan yang sangat penting dalam merancang bejana
pengaduk adalah kebutuhan daya untuk memutar impeller. Bila aliran di dalam
tangki adalah turbulen, kebutuhan daya dapat diperkirakan dari hasil kali aliran q
yang didapat dari impeller dan energi kinetik Ek per satuan volume fluida. Untuk
menaksir daya yang diperlukan untuk memutar impeller pada kecepatan tertentu,
diperlukan korelasi empirik mengenai daya (bilangan daya). Bentuk korelasi
demikian didapatkan dari analisis dimensi, bila spesifikasi tangki, sekat, dan
impeller diketahui (Tatterson, 1991).
Variabel-variabel yang dianalisis adalah dimensi penting tangki, sekat, dan
impeller, viskositas, densitas, kecepatan zat cair, dan fenomena vortex yang terjadi di
17

permukaan cairan. Sebagian zat cair akan terangkat lebih tinggi dari permukaan rata-
rata zat cair yaitu permukaan dalam keadaan tidak teraduk dan gaya angkat ini harus
diatasi oleh gaya gravitasi. Gugus-gugus tanpa dimensi yang berkorelasi dengan
bilangan daya adalah bilangan Reynolds, bilangan Froude, dan faktor bentuk.
(Departemen Teknik Kimia ITB,2015).
Faktor-faktor tersebutlah yang biasanya dikorelasikan dengan bilangan-
bilangan tak berdimensi dan diplot dalam grafik-grafik korelasi. Berikut grafik N P
terhadap NRe untuk tangki disajikan pada Gambar 2.7 dan Gambar 2.8 (Mc-Cabe,
1978).

Gambar 2.7 Angka Korelasi Daya NP vs NRe Untuk Turbin Berdaun Enam
(Mc-Cabe,1978)

Gambar 2.8 Angka Korelasi Daya NP vs NRe Untuk Propeller Berdaun Tiga
(Mc-Cabe,1978)
18
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan yang Digunakan
a. Air
b. Potongan plastik berwarna
3.2 Alat yang Digunakan
a. Unit tangki berpengaduk
b. Impeller dengan tipe paddle (A, B, dan C), propeller, dan turbin
c. Sekat

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Penentuan Pola Aliran
a. Tangki diisi dengan air hingga 30 cm dari dasar tangki
b. Pengaduk dipasang pada posisi yang tersedia pada batang poros tangki
pengaduk
c. Motor pengaduk kemudian dihidupkan
d. Kecepatan putar motor diatur 125 rpm
e. Gerakan fluida (air) di dalam tangki diamati, sampai terlihat pusaran air
dan vortex pada permukaan air
f. Sejumlah potongan plastik berwarna ditambahkan ke dalam tangka untuk
melihat arah aliran yang terjadi
g. Pola aliran yang terbentuk diperhatikan dan dibuat sketsanya
h. Percobaan diulangi dengan tipe impeller yang berbeda masing-masing dan
dengan sekat dan tanpa sekat
3.3.2 Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk
a. Tangki diisi dengan fluida yang telah ditentukan hingga ketinggian 30 cm
dari dasar tangki
b. Pengaduk yang telah ditentukan dipasang pada posisi yang tersedia
c. Klem penyetel neraca pegas dikendorkan sehingga memungkinkan
dinamometer dapat bergerak bebas

19
20

d. Posisi kedudukan dinamometer diatur pada posisi netral. Jika dianggap


perlu, bar setting dapat dipakai untuk mengatur tegangan pegas
e. Panjang tali pada pegas diatur sehingga posisi penunjuk dengan garis putih
dan selubung pegas pada posisi netral
f. Laju putaran motor diatur dengan memutar pengatur kecepatan pada panel
kendali dengan kenaikan 5 rpm dari 100-400 rpm
g. Percobaan diulangi dengan tipe impeller yang berbeda, yaitu paddle
(A,B,C), propeller, dan turbin.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1. Penentuan Pola Aliran
Tabel 4.1 Pola Aliran pada Tangki Bersekat
No Impeller Pola Aliran
1 Paddle A Radial
2 Paddle B Radial
3 Paddle C Radial
4 Propeller Radial
5 Turbin Radial
Tabel 4.2 Pola Aliran pada Tangki Tidak Bersekat
No Impeller Pola Aliran
1 Paddle A Aksial
2 Paddle B Aksial
3 Paddle C Aksial
4 Propeller Aksial
5 Turbin Aksial
4.1.2 Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk
Tabel 4.3 Perhitungan Daya Paddle A Pada Tangki Bersekat
Laju
Laju Power Reynold
Putara Gaya Torque Daya
Putaran number number
n
Rpm rad/det N Nm Watts Po NRe
100 10.46667 0 0 0 0 357147.0017
105 10.99 0 0 0 0 375004.3518
110 11.51333 0.1 0.011 0.126647 1.31456E-05 392861.7018
115 12.03667 0.2 0.022 0.264807 2.40547E-05 410719.0519
120 12.56 0.3 0.033 0.41448 3.31378E-05 428576.402
125 13.08333 0.3 0.033 0.43175 3.05398E-05 446433.7521
130 13.60667 0.4 0.044 0.598693 3.76477E-05 464291.1022
135 14.13 0.6 0.066 0.93258 5.2366E-05 482148.4523
140 14.65333 0.7 0.077 1.128307 5.68077E-05 500005.8023
145 15.17667 0.8 0.088 1.335547 6.05229E-05 517863.1524
150 15.7 1 0.11 1.727 7.06941E-05 535720.5025
155 16.22333 1 0.11 1.784567 6.62067E-05 553577.8526
160 16.74667 1.1 0.121 2.026347 6.83468E-05 571435.2027
165 17.27 1.2 0.132 2.27964 7.01098E-05 589292.5528
170 17.79333 1.2 0.132 2.34872 6.60464E-05 607149.9028

21
22

75 18.31667 1.2 0.132 2.4178 6.23262E-05 625007.2529


180 18.84 1.2 0.132 2.48688 5.89117E-05 642864.603
185 19.36333 1.2 0.132 2.55596 5.57703E-05 660721.9531
190 19.88667 1.3 0.143 2.843793 5.72798E-05 678579.3032
195 20.41 1.3 0.143 2.91863 5.43801E-05 696436.6533
200 20.93333 1.3 0.143 2.993467 5.1695E-05 714294.0033
205 21.45667 1.3 0.143 3.068303 4.92041E-05 732151.3534
210 21.98 1.4 0.154 3.38492 5.04958E-05 750008.7035
215 22.50333 1.5 0.165 3.71305 5.16155E-05 767866.0536
220 23.02667 1.5 0.165 3.7994 4.9296E-05 785723.4037
225 23.55 1.6 0.176 4.1448 5.02713E-05 803580.7538
230 24.07333 1.6 0.176 4.236907 4.81094E-05 821438.1038
235 24.59667 1.6 0.176 4.329013 4.6084E-05 839295.4539
240 25.12 1.7 0.187 4.69744 4.69453E-05 857152.804
245 25.64333 1.7 0.187 4.795303 4.50487E-05 875010.1541
250 26.16667 1.7 0.187 4.893167 4.32648E-05 892867.5042
255 26.69 1.7 0.187 4.99103 4.15848E-05 910724.8543
260 27.21333 1.7 0.187 5.088893 4.00007E-05 928582.2043
265 27.73667 1.7 0.187 5.186757 3.85055E-05 946439.5544
270 28.26 1.8 0.198 5.59548 3.92745E-05 964296.9045
275 28.78333 1.8 0.198 5.6991 3.78593E-05 982154.2546
280 29.30667 1.9 0.209 6.125093 3.85481E-05 1000011.605
285 29.83 1.9 0.209 6.23447 3.72074E-05 1017868.955
290 30.35333 1.9 0.209 6.343847 3.59355E-05 1035726.305
295 30.87667 1.9 0.209 6.453223 3.47276E-05 1053583.655
300 31.4 1.9 0.209 6.5626 3.35797E-05 1071441.005
305 31.92333 1.9 0.209 6.671977 3.24877E-05 1089298.355
310 32.44667 1.9 0.209 6.781353 3.14482E-05 1107155.705
315 32.97 1.9 0.209 6.89073 3.04578E-05 1125013.055
320 33.49333 1.9 0.209 7.000107 2.95134E-05 1142870.405
325 34.01667 1.9 0.209 7.109483 2.86123E-05 1160727.755
330 34.54 1.9 0.209 7.21886 2.77518E-05 1178585.106
335 35.06333 1.9 0.209 7.328237 2.69296E-05 1196442.456
340 35.58667 1.9 0.209 7.437613 2.61434E-05 1214299.806
345 36.11 1.9 0.209 7.54699 2.53911E-05 1232157.156
350 36.63333 1.9 0.209 7.656367 2.46708E-05 1250014.506
355 37.15667 1.9 0.209 7.765743 2.39807E-05 1267871.856
360 37.68 1.9 0.209 7.87512 2.33192E-05 1285729.206
365 38.20333 1.9 0.209 7.984497 2.26847E-05 1303586.556
370 38.72667 1.9 0.209 8.093873 2.20758E-05 1321443.906
375 39.25 1.9 0.209 8.20325 2.1491E-05 1339301.256
23

380 39.77333 1.9 0.209 8.312627 2.09292E-05 1357158.606


385 40.29667 1.9 0.209 8.422003 2.03891E-05 1375015.956
390 40.82 1.9 0.209 8.53138 1.98696E-05 1392873.307
395 41.34333 1.9 0.209 8.640757 1.93698E-05 1410730.657
400 41.86667 1.9 0.209 8.750133 1.88886E-05 1428588.007

Tabel 4.4 Perhitungan Daya Propeller pada Tangki Bersekat


Laju
Laju Torqu Power Reynold
Putara Gaya Daya
Putaran e number number
n
Rpm rad/det N Nm Watts Po NRe
10.4666666
100 0 0 0 0 75394.8
7
105 10.99 0 0 0 0 79164.54
11.5133333
110 0 0 0 0 82934.28
3
12.0366666
115 0 0 0 0 86704.02
7
120 12.56 0 0 0 0 90473.76
125 13.0833333 0 0 0 0 94243.5
13.6066666
130 0 0 0 0 98013.24
7
135 14.13 0 0 0 0 101783
14.6533333
140 0 0 0 0 105552.7
3
15.1766666
145 0 0 0 0 109322.5
7
150 15.7 0 0 0 0 113092.2
16.2233333
155 0 0 0 0 116861.9
3
16.7466666
160 0 0 0 0 120631.7
7
165 17.27 0 0 0 0 124401.4
17.7933333
170 0 0 0 0 128171.2
3
18.3166666
175 0 0 0 0 131940.9
7
180 18.84 0 0 0 0 135710.6
19.3633333
185 0 0 0 0 139480.4
3
19.8866666
190 0 0 0 0 143250.1
7
195 20.41 0 0 0 0 147019.9
24

20.9333333
200 0 0 0 0 150789.6
3
21.4566666
205 0 0 0 0 154559.3
7
210 21.98 0 0 0 0 158329.1
22.5033333
215 0 0 0 0 162098.8
3
23.0266666
220 0 0 0 0 165868.6
7
225 23.55 0 0 0 0 169638.3
24.0733333
230 0 0 0 0 173408
3
24.5966666
235 0 0 0 0 177177.8
7
240 25.12 0 0 0 0 180947.5
25.6433333
245 0 0 0 0 184717.3
3
26.1666666
250 0 0 0 0 188487
7
255 26.69 0 0 0 0 192256.7
27.2133333
260 0 0 0 0 196026.5
3
27.7366666
265 0 0 0 0 199796.2
7
270 28.26 0 0 0 0 203566
28.7833333
275 0 0 0 0 207335.7
3
29.3066666
280 0 0 0 0 211105.4
7
285 29.83 0 0 0 0 214875.2
30.3533333
290 0 0 0 0 218644.9
3
30.8766666
295 0 0 0 0 222414.7
7
300 31.4 0 0 0 0 226184.4
31.9233333
305 0 0 0 0 229954.1
3
32.4466666
310 0 0 0 0 233723.9
7
315 32.97 0 0 0 0 237493.6
33.4933333
320 0 0 0 0 241263.4
3
34.0166666
325 0 0 0 0 245033.1
7
330 34.54 0 0 0 0 248802.8
25

35.0633333
335 0 0 0 0 252572.6
3
35.5866666
340 0 0 0 0 256342.3
7
345 36.11 0 0 0 0 260112.1
36.6333333
350 0 0 0 0 263881.8
3
37.1566666
355 0 0 0 0 267651.5
7
360 37.68 0 0 0 0 271421.3
38.2033333
365 0 0 0 0 275191
3
38.7266666
370 0 0 0 0 278960.8
7
375 39.25 0 0 0 0 282730.5
39.7733333
380 0 0 0 0 286500.2
3
40.2966666
385 0 0 0 0 290270
7
390 40.82 0 0 0 0 294039.7
41.3433333
395 0 0 0 0 297809.5
3
41.8666666
400 0 0 0 0 301579.2
7

Tabel 4.5 Perhitungan Daya Turbin pada Tangki Bersekat


Reynol
Laju Laju Power
Gaya Torque Daya d
Putaran Putaran number
number
Rpm rad/det N Nm Watts Po NRe
100 10.46666667 0 0 0 0 198729.2
105 10.99 0.1 0.011 0.12089 9.1818E-99 208665.7
110 11.51333333 0.1 0.011 0.126647 1.4337E-100 218602.1
115 12.03666667 0.1 0.011 0.132403 2.6935E-102 228538.6
120 12.56 0.1 0.011 0.13816 5.9929E-104 238475.1
125 13.08333333 0.1 0.011 0.143917 1.5575E-105 248411.5
130 13.60666667 0.1 0.011 0.149673 4.6711E-107 258348
135 14.13 0.1 0.011 0.15543 1.5991E-108 268284.4
140 14.65333333 0.1 0.011 0.161187 6.1895E-110 278220.9
145 15.17666667 0.1 0.011 0.166943 2.6853E-111 288157.4
150 15.7 0.1 0.011 0.1727 1.2958E-112 298093.8
155 16.22333333 0.1 0.011 0.178457 6.9061E-114 308030.3
160 16.74666667 0.1 0.011 0.184213 4.0399E-115 317966.7
165 17.27 0.1 0.011 0.18997 2.5789E-116 327903.2
170 17.79333333 0.1 0.011 0.195727 1.7873E-117 337839.7
26

175 18.31666667 0.1 0.011 0.201483 1.3383E-118 347776.1


180 18.84 0.1 0.011 0.20724 1.078E-119 357712.6
185 19.36333333 0.1 0.011 0.212997 9.3037E-121 367649.1
190 19.88666667 0.2 0.022 0.437507 1.7144E-121 377585.5
195 20.41 0.2 0.022 0.44902 1.6804E-122 387522
200 20.93333333 0.2 0.022 0.460533 1.747E-123 397458.4
205 21.45666667 0.3 0.033 0.70807 2.8808E-124 407394.9
210 21.98 0.4 0.044 0.96712 4.4534E-125 417331.4
215 22.50333333 0.4 0.044 0.990147 5.432E-126 427267.8
220 23.02666667 0.5 0.055 1.266467 8.6924E-127 437204.3
225 23.55 0.5 0.055 1.29525 1.1654E-127 447140.7
230 24.07333333 0.6 0.066 1.58884 1.9596E-128 457077.2
235 24.59666667 0.6 0.066 1.62338 2.8644E-129 467013.7
240 25.12 0.6 0.066 1.65792 4.3601E-130 476950.1
245 25.64333333 0.6 0.066 1.69246 6.8993E-131 486886.6
250 26.16666667 0.6 0.066 1.727 1.1332E-131 496823
255 26.69 0.6 0.066 1.76154 1.9289E-132 506759.5
260 27.21333333 0.6 0.066 1.79608 3.3984E-133 516696
265 27.73666667 0.6 0.066 1.83062 6.1886E-134 526632.4
270 28.26 0.7 0.077 2.17602 1.3573E-134 536568.9
275 28.78333333 0.9 0.099 2.84955 3.383E-135 546505.4
280 29.30666667 1 0.11 3.223733 7.5052E-136 556441.8
285 29.83 1.1 0.121 3.60943 1.6961E-136 566378.3
290 30.35333333 1.1 0.121 3.672753 3.5817E-137 576314.7
295 30.87666667 1.2 0.132 4.07572 8.4735E-138 586251.2
300 31.4 1.2 0.132 4.1448 1.8854E-138 596187.7
305 31.92333333 1.2 0.132 4.21388 4.3008E-139 606124.1
310 32.44666667 1.2 0.132 4.28296 1.0049E-139 616060.6
315 32.97 1.2 0.132 4.35204 2.4032E-140 625997
320 33.49333333 1.2 0.132 4.42112 5.8783E-141 635933.5
325 34.01666667 1.2 0.132 4.4902 1.4696E-141 645870
330 34.54 1.2 0.132 4.55928 3.7525E-142 655806.4
335 35.06333333 1.2 0.132 4.62836 9.7808E-143 665742.9
340 35.58666667 1.2 0.132 4.69744 2.6006E-143 675679.3
345 36.11 1.2 0.132 4.76652 7.0498E-144 685615.8
350 36.63333333 1.3 0.143 5.238567 2.1096E-144 695552.3
355 37.15666667 1.4 0.154 5.722127 6.3909E-145 705488.7
360 37.68 1.4 0.154 5.80272 1.83E-145 715425.2
365 38.20333333 1.4 0.154 5.883313 5.3312E-146 725361.6
370 38.72666667 1.4 0.154 5.963907 1.5794E-146 735298.1
375 39.25 1.4 0.154 6.0445 4.756E-147 745234.6
380 39.77333333 1.4 0.154 6.125093 1.4551E-147 755171
385 40.29666667 1.4 0.154 6.205687 4.5216E-148 765107.5
390 40.82 1.4 0.154 6.28628 1.4264E-148 775044
395 41.34333333 1.4 0.154 6.366873 4.5661E-149 784980.4
400 41.86666667 1.5 0.165 6.908 1.5887E-149 794916.9
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penentuan Pola Aliran
27

Pada percobaan 1 bertujuan untuk menentukan pola-pola aliran yang terjadi


dalam tangki berpengaduk. Pola aliran pada tangki berpengaduk dipengaruhi oleh
jenis impeller yang digunakan. Adapun impeller yang digunakan adalah turbin,
propeller, dan paddle dengan tiga jenis ukuran. Pada percobaan ini digunakan variasi
jenis pengaduk dan penggunaan sekat. Fluida yang digunakan adalah air, Percobaan
ini dilakukan dengan laju putaran 125 rpm.
Untuk pola aliran yang terbentuk pada impeller jenis turbin, proper, dan
paddle tanpa menggunakan sekat adalah pola aliran aksial. Sedangkan untuk pada
tangki menggunakan sekat, pola aliran untuk ketiga jenis impeller adalah radial. Pada
tangki berpengaduk tanpa sekat menggunakan impeller turbin adalah pola aliran
aksial. Tampak bahwa potongan-potongan plastik bergerak sejajara dengan arah
putaran turbin. Sedangkan pada tangki berpengaduk bersekat menggunakan impeller
turbin didapatkan pola aliran radial, yang mana aliran cenderung tegak lurus.
Pada tangki berpengaduk tanpa sekat dengan menggunakan propeller
didapatkan pola aliran aksial. Tampak bahwa aliran bergerak sejajar, dan potongan-
potongan plastik tampak berputar menuju ke tengah poros putaran dan berkumpul
ditengah. Sedangkan tangki berpengaduk bersekat dengan menggunakan propeller
didapatkan pola aliran radial. Untuk kecepatan pengadukan yang sama, aliran dengan
propeller tampak tidak cepat untuk mengaduk keseluruhan fluida dibandingkan
impeller jenis turbin dan paddle.
Pada tangki berpengaduk tanpa sekat dengan menggunakan paddle didapatkan
pola aliran aksial. Digunakan tiga jenis ukuran paddle yakni paddle A, paddle B, dan
paddle C. dimana fluida bergerak sejajar dengan arah pengadukan. Sedangkan untuk
tangki berpengaduk bersekat dengan menggunaka paddle didapatkan pola aliran
radial. Dimana paddle mengaduk fluida sejajar dengan arah putaran paddle, bergerak
ke arah sisi tangki. Saat fluida berputar, fluida yang bergerak kearah sisi dinding
terhalang oleh sekat, sehingga fluida terhambur dan membelok ke atas menuju dasar
tangki seiring pengadukan. Penggunaan sekat membuat aliran tidak menimbulkan
vorteks.

4.2.2 Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk


28

A. Hubungan Laju Putaran Terhadap Daya pada Tangki Bersekat


Gambar di bawah ini menunjukkan hubungan laju putaran terhadap daya
pengaduk yang dibutuhkan menggunakan impeller turbin, propeller, dan paddle tiga
jenis ukuran.
8

5 Paddle A
Paddle B
4 Paddle C
Propeller
3 Turbin

0
100 150 200 250 300 350 400

Gambar 4.1 Hubungan Laju Putaran Terhadap Daya pada Tangki Bersekat

Dari gambar 4.1 menunjukkan bahwa semakin tinggi laju putaran yang dinginkan
maka semakin banyak daya yang dibutuhkan untuk impeller paddle dan turbin.
Sedangkan untuk propeller, nilai daya pada kecepataran dari 100 sampai 400 rpm
adalah 0. Untuk Impeller jenis paddle dengan tiga variasi ukuran didapatkan bahwa
daya yang diperlukan paddle A lebih besar dibandingkan paddle lainnya. Hal ini
menunjukkan besarnya diameter pengaduk dan lebar daun pengaduk berbanding lurus
dengan daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan impeller dengan kecepataran
tertentu. Untuk turbin besarnya laju putaran berbanding lurus dengan daya yang
dibutuhkan.

B. Hubungan Laju Putaran Terhadap Daya pada Tangki Tanpa Sekat


Pada gambar 4.2 dibawah ini, merupakan hubungan laju putaran terhadap
daya pada tangki tanpa sekat. Digunakan Impeller turbin, propeller, dan paddle tiga
jenis ukuran.
29

5
Paddle
4 A
Paddle
3 B
Paddle
2 C
Propell
er
1 Turbin

0
100 150 200 250 300 350 400

Gambar 4.2 Hubungan Laju Putaran Terhadap Daya pada Tangki Tanpa Sekat

Dari gambar diatas tampak bahwa semakin besar laju putaran yang diinginkan maka
semakin besar daya pengaduk yang dibutuhkan untuk impeller turbin dan paddle.
Sedangkan untuk impeller propeller dari laju putaran 100 hingga 400 rpm adalah 0
dan tidak terjadi perubahan daya pengaduk. Untuk impeller jenis paddle dengan tiga
variasi ukuran didapatkan bahwa daya yang diperlukan paddle A lebih besar
dibandingkan paddle lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya diameter
pengaduk dan lebar daun pengaduk berbanding lurus dengan daya yang dibutuhkan
untuk menggerakan impeller dengan kecepataran tertentu. Daya pengaduk yang
dibutuhkan untuk paddle lebih besar dibanding untuk turbin. Hal ini terjadi karena
lebar daun paddle lebih besar dibandingkan turbin.
Jika membandingkan gambar 4.1 dan gambar 4.2 tampak bahwa daya
pengaduk yang diperlukan untuk tangki yang menggunakan sekat lebih besar
dibandingkan tanpa sekat. Namun tidak berpengaruh untuk impeller propeller.
Penggunaan sekat bertujuan untuk menghambat vorteks dengan memberi hambatan
untuk fluida berputar dan laju putaran fluida. Sehingga diperlukan daya yang lebih
besar untuk mengaduk fluida dengan kecepatan yang sama dengan pada tangki tanpa
sekat.
C. Hubungan Laju Putaran Terhadap NRe Pada Tangki Bersekat
Bilangan Reynold (NRe) merupakan bilangan tak berdimensi yang pengaruhi
oleh beberapa faktor, yakni laju putaran, diameter impeller, densitas fluida, dan
30

viskositas fluida. Digunakan impeller jenis paddle, turbin, dan propeller, dengan
tangki bersekat. Pada gambar 4.3 dibawah ini, merupakan hubungan laju putaran
terhadap NRe pada tangki bersekat.

1600000

1400000

1200000

1000000 Paddle B
Paddle C
800000
Propeller
600000 Turbin
Paddle A
400000

200000

0
50 100 150 200 250 300 350 400 450

Gambar 4.3 Hubungan Laju Putaran Terhadap NRe pada Tangki Bersekat

Pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa semakin besar laju putaran makan semakin
besar bilangan Reynold (NRe). Hal ini terjadi karena bilangan Reynold berbanding
lurus dengan laju putaran. Untuk paddle A dan B nilai bilangan Reynoldnya sama, ini
terjadi karena diameter paddle A dan B sama sehingga laju putaran yang dihasilkan
pun sama. Nilai bilangan Reynold untuk paddle A dan B lebih besar dari paddle C,
turbin, dan propeller.

D. Hubungan Laju Putaran Terhadap Np pada Tangki Bersekat


Bilangan power (Np) merupakan salah satu bilangan tak berdimensi yang
bergantung pada nilai daya. Nilai bilangan power berbanding lurus dengan daya
pengaduk dan berbanding terbalik dengan densitas fluida, laju putaran dipangkat tiga
(rad/s), dan diameter dipangkat 5.
31

0
0
0
Paddle A
0
Paddle B
0
Paddle C
0 Propeller
0 Turbin
0
0
50 100 150 200 250 300 350 400 450

Gambar 4.4 Hubungan Laju Putaran Terhadap Np pada Tangki Bersekat

Dari gambar 4.4 diatas menunjukkan bahwa hubungan antara laju putaran dan
bilangan power naik turun. Namun untuk Impeller propeller dari kecepatan 100
hingga 400 nilai bilangan power-nya tetap 0. Hal ini terjadi karena daya pengaduk
yang dibutuhkan propeller juga tetap 0. Kecilnya daya terjadi karena laju putaran
fluida yang kecil untuk propeller. Untuk Impeller paddle dan turbin tampak naik
turun dimana terdapat puncak. Pada Paddle A menurunnya nilai bilangan power ini
karena motor pengaduk tidak dapat mengaduk fluida hingga diatas 150 rpm.
Sehingga untuk laju diatas 150 rpm hingga 400 rpm dayanya menjadi konstan.
Karena nilai bilangan power berbanding lurus dengan daya pengaduk dan
berbanding terbalik dengan laju putaran dipangkat tiga. Sehingga meningkatnya laju
putaran dipangkatkan tiga terhadap daya yang konstan menghasilkan nilai bilangan
power yang menurun seiring laju putaran.

E. Hubungan Laju Putaran Terhadap NRe pada Tangki Tidak Bersekat


1600000
1400000
1200000
1000000 Paddle B
Paddle C
800000
Propeller
600000 Turbin
400000 Paddle A

200000
0
50 100 150 200 250 300 350 400 450
32

Gambar 4.5 Hubungan Laju Putaran Terhadap NRe pada Tangki Tidak Bersekat

Pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa semakin meningkat laju putaran maka
nilai bilangan Reynoldnya meningkat. Hal ini karena nilai bilangan Reynold
berbanding lurus dengan laju putaran dan diameter pengaduk. Nilai bilangan Reynold
pada paddle A lebih tinggi dibandingkan Impeller lainnya. Jika membandingkan
gambar 4.5 dan 4.5 didapatkan bahwa untuk nilai bilangan Reynold tidak dipengaruhi
oleh penggunaan sekat.
F. Hubungan Laju Putaran Terhadap Np pada Tangki Tidak Bersekat
Pada gambar 4.6 dibawah ini menunjukkan bahwa semakin besar laju putaran
maka makin cenderung meningkat nilai bilangan power . Namun untuk propeller
tidak terjadi perubahan nilai bilangan power , karena daya pengaduknya tetap 0.
Peningkatan laju putaran dimana daya pengaduk konstan akan memberikan nilai
bilangan power yang menurun. Hal ini tampak pada paddle A, B, dan turbin. Paddle
A motor pengaduk tidak dapat meningkatkan laju pengadukan diatas 350 rpm,
sehingga grafik tampak menurun. Sedangkan untuk paddle B nilai bilangan power
pada laju putaran 200 hingga 300 tampak menurun. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh kurangmya ketelitian saat mengatur kecepatan pengadukan dan pembacaan
respon yang tampil pada pulse meter. Jika membandingkan gambar 4.4 dan 4.6
tampak bahwa nilai bilangan power dengan menggunaan sekat cenderung lebih besar
dibanding tanpa sekat.

0
0
0
0 Paddle A
Paddle B
0
Paddle C
0 Propeller
Turbin
0
0
0
50 100 150 200 250 300 350 400 450

Gambar 4.6 Hubungan Laju Putaran Terhadap Np pada Tangki Tidak Bersekat
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pada impeller jenis turbin, propeller, dan paddle tiga jenis ukuran pada
tangki tidak bersekat dengan laju pengadukan 125 rpm terbentuk pola aliran
aksial, sedangkan untuk tangki bersekat terbentuk pola aliran radial.
2. Pada impeller jenis turbin, propeller, dan paddle tiga jenis ukuran pada
tangki tidak bersekat daya pengaduk yang dibutuhkan lebih kecil
dibandingkan dengan tangki yang bersekat.
3. Daya pengaduk yang dibutuhkan paddle lebih besar dari turbin. Dan daya
pengaduk yang dibutuhkan turbin lebih besar dari pada propeller. Semakin
besar diameter pengaduk maka semakin besar daya pengaduk dibutuhkan.

5.2 Saran
Sebelum memulai percobaan, praktikan harus memeriksa keadaan
dynamometer agar pengukuran lebih akurat dan lebih teliti dalam mengamati gaya
yang terbaca pada neraca gaya pegas.

34
DAFTAR PUSTAKA

Brodkey, dan Hershey.1988.Transport Phenomena: A Unified Approach.McGaw-


HillBook Co: New York.

Departemen Teknik Kimia ITB. 2015. Tangki Berpengaduk. Institut Teknologi


Bandung: Bandung

Mc Cabe.W.L.1978.Unit Operation of Chemical Engineering, 3rd Edition. McGraw-


Hill Book Co: New York.

Moo-Young. 1972.The Blending Efficiencies of Some Impellers in Batch Mixing,


AIChEJ: Japan.

Perry.R,Green.D.W,and Maloney.J.O.1984.Perry’s Chemical Engineers’ Handbook,


6thEdition.McGraw-Hill: Japan.

Tatterson, and Gary, B.1991. Fluid Mixing and Gas Dispersion in Agitated Tanks,
McGraw-Hill Book Co: New York.

Wallas,Stanley.1988.Chemical Equipment Selection and Desain. Butterworth-


Heinneman: USA.

Anda mungkin juga menyukai