Anda di halaman 1dari 33

LABORATORIUM LABTEK 2

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015/2016

MODUL

: Pengadukan dan Pencampuran

PEMBIMBING

: Emma Hermawati, Ir., MT.

Praktikum : 4 April 2016


Penyerahan : 11 April 2016
(Laporan)

Oleh :
Kelompok

: Tujuh (Tujuh)

Nama

Kelas

1. Aldi Muhamad Ramdani

141411002

2. Khoirin Najiyyah Sably

141411015

3. Muhammad Naufal Syarief

141411019

4. Ummi Kultsum Ratu Luhrinjani

141411030

: 2A- D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengadukan (agitation) dan pencampuran (mixing) merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan, karena pencampuran merupakan akibat dari operasi pengadukan.
Mixing secara luas digunakan di industri yang produktif dalam proses termasuk perubahan
fisik dan kimia. Proses mixing membutuhkan investasi yang besar. Selain biaya besar,
terdapat kesulitan dalam pemilihan tipe mixer yang sesuai dengan kebutuhan. Demikian
juga dengan masalah analisa performance dari instalasi yang ada. Kurangnya pengetahuan
tentang proses mixing tidak terlihat atau akan tertutupi dengan adanya overdesign dan ini
lidak terdeteksi bila dinilai dari kualitas produk. Namun demikian bila dalam operasi, suatu
perusahaan mengabaikan proses mixing akan mengakibatkan kapital dan biaya operasi
menjadi tinggi. Di dalam praktek, operasi mixing hampir selalu mempunyai fungsi multi
yaitu ketika proses dilakukan di dalam tangki berpengaduk mekanis, pengaduk
menjalankan banyak tugas. Sebagai contoh, di dalam tangki kristalisasi, harus
diperhatikan: bulk blending, heal transfer, suspensi kristaI, rale pertumbuhan dan
pembentukan inti kristal yang kedua. (Prajitno, 2009). Contoh pemakaian operasi
pengadukan dalam industri adalah pencampuran pulp dalam air untuk memperoleh larutan
pulp. Larutan pulp yang sudah homogeny disebarkan ke mesin pembuat kertas menjadi
lebaran kertas setelah proses filtrasi vakum dan dikeringkan.
Mixing merupakan pusat dari proses dalam industri makanan, farmasi, kertas,
plastik, keramik, karet, dan sebagainya. Jika tidak mengetahui cara mixing yang baik maka
akan mengakibatkan biaya operasi yang tinggi. Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini,
guna mengetahui pengadukan dan mixing yang baik dan benar.

1.2. Tujuan Percobaan


a. Menggambarkan pola aliran yang dibentuk oleh pengaduk dalam tangki
b. Menggambarkan pola aliran dalam berbagai kecepatan putaran pengaduk
c. Membuat grafik bilangan Reynolds terhadap waktu yang diperlukan dalam
pencampuran sampai homogen
d. Menentukan daerah rezim aliran dalam operasi pengadukan

BAB II
LANDASAN TEORI
Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan di dalam bahan yang
diaduk. Tujuan operasi pengadukan yang utama adalah terjadinya pencampuran. Pencampuran
merupakan operasi yang bertujuan mengurangi ketidaksamaan kondisi, suhu, atau sifat lain
yang terdapat dalam suatu bahan. Pencampuran dapat terjadi dengan cara menimbulkan gerak
di dalam bahan itu yang menyebabkan bagian-bagian bahan saling bergerak satu terhadap yang
lainnya, sehingga operasi pengadukan hanyalah salah satu cara untuk operasi pencampuran.
Pencampuran fasa cair merupakan hal yang cukup penting dalam berbagai proses kimia.
Pencampuran fasa cair dapat dibagi dalam dua kelompok. Pertama, pencampuran antara cairan
yang saling tercampur (miscible), dan kedua adalah pencampuran antara cairan yang tidak
tercampur atau tercampur sebagian (immiscible). Selain pencampuran fasa cair dikenal pula
operasi pencampuran fasa cair yang pekat seperti lelehan, pasta, dan sebagainya; pencampuran
fasa padat seperti bubuk kering, pencampuran fasa gas, dan pencampuran antar fasa.
(Departemen Teknik Kimia ITB, 2009)
2.1 Proses Pencampuran
Proses pencampuran dalam fasa cair dilandasi oleh mekanisme perpindahan mementum di
dalam aliran turbulen. Pada aliran turbulen, pencampuran terjadi pada 3 skala yang berbeda,
yaitu:
1. pencampuran sebagai akibat aliran cairan secara keseluruhan (bulk flow) yang disebut
mekanisme konvektif
2. pencampuran karena adanya gumpalan-gumpalan fluida yang terbentuk dan
tercampakkan di dalam medan aliran yang dikenal sebagai eddies, sehingga mekanisme
pencampuran ini disebut eddy diffusion
3. pencampuran karena gerak molekular yang merupakan mekanisme pencampuran
difusi.
Ketiga mekanisme terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling menentukan adalah
eddy diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran dalam keadaan turbulen
daripada pencampuran dalam medan aliran laminer.Sifat fisik fluida yang berpengaruh
pada proses pengadukan adalah densitas dan viskositas.

(Departemen Teknik Kimia ITB, 2009)

2.2 Tangki Berpengaduk


Pengadukan dan pencampuran merupakan operasi yang penting dalam industry kimia.
Pencampuran

(mixing)

merupakan

proses

yang

dilakukan

untuk

mengurangi

ketidakseragaman suatu sistem seperti konsentrasi, viskositas, temperatur dan lain-lain.


Pencampuran dilakukan dengan mendistribusikan secara acak dua fasa atau lebih yang
mula-mula

heterogen sehingga

menjadi campuran homogen. Peralatan proses

pencampuran merupakan hal yang sangat penting, tidak hanya

menentukan derajat

homogenitas yang dapat dicapai, tapi juga mempengaruhi perpindahan panas yang terjadi.
Penggunaan peralatan yang tidak tepat dapat menyebabkan konsumsi energi berlebihan dan
merusak produk yang dihasilkan. Salah satu peralatan yang menunjang keberhasilan
pencampuran ialah pengaduk (Departemen Teknik Kimia ITB, 2009).
Hal yang penting dari tangki pengaduk dalam penggunaannya antara lain:
1. Bentuk : pada umumnya digunakan bentuk silindris dan bagian bawahnya cekung
2. Ukuran: yaitu diameter dan tinggi tangki
3. Kelengkapannya:
a. ada tidaknya baffle, yang berpengaruh pada pola aliran di dalam tangki

Gambar 1. Pengaduk Memakai Buffle


(Sumber : repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/51472/4/Chapter%20II.pdf)
b. jacket atau coil pendingin/pemanas yang berfungsi sebagai pengendali suhu
c. letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu
d.

kelengkapan lainnya seperti tutup tangki, dan sebagainya.

(Departemen Teknik Kimia ITB, 2009)

2.3 Jenis Pengaduk


Menurut aliran yang dihasilkan, pengaduk dapat dibagi menjadi tiga golongan:
1. Pengaduk aliran aksial yang akan menimbulkan aliran yang sejajar dengan sumbu

putaran
2. Pengaduk aliran radial yang akan menimbulkan aliran yang berarah tangensial dan

radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Komponen aliran tangensial menyebabkan


timbulnya vortex dan terjadinya pusaran, dan dapat dihilangkan dengan pemasangan
baffle atau cruciform baffle
3. Pengaduk aliran campuran yang merupakan gabungan dari kedua jenis pengaduk di

atas.
Menurut bentuknya, pengaduk dapat dibagi menjadi 3 golongan:
1. Propeller
Kelompok ini biasa digunakan untuk kecepatan pengadukan tinggi dengan arah
aliran aksial. Pengaduk ini dapat digunakan untuk cairan yang memiliki viskositas
rendah dan tidak bergantung pada ukuran serta bentuk tangki. Kapasitas sirkulasi yang
dihasilkan besar dan sensitif terhadap beban head. Dalam perancangan propeller, luas
sudu biasa dinyatakan dalam perbandingan luas area yang terbentuk dengan luas daerah
disk. Nilai nisbah ini berada pada rentang 0.45 sampai dengan 0.55. Pengaduk propeler
terutama menimbulkan aliran arah aksial, arus aliran meninggalkan pengaduk secara
kontinu melewati fluida ke satu arah tertentu sampai dibelokkan oleh dinding atau dasar
tangki.
2. Turbine
Istilah turbine ini diberikan bagi berbagai macam jenis pengaduk tanpa
memandang rancangan, arah discharge ataupun karakteristik aliran. Turbine
merupakan pengaduk dengan sudu tegak datar dan bersudut konstan. Pengaduk jenis
ini digunakan pada viskositas fluida rendah seperti halnya pengaduk jenis propeller
[Uhl & Gray, 1966]. Pengaduk turbin menimbulkan aliran arah radial dan tengensial.
Di sekitar turbin terjadi daerah turbulensi yang kuat, arus dan geseran yang kuat antar
fluida. Salah satu jenis pengaduk turbine adalah pitched blade. Pengaduk jenis ini
memiliki sudut sudu konstan. Aliran terjadi pada arah aksial, meski demikian terdapat
pule aliran pada arah radial. Aliran ini akan mendominasi jika sudu berada dekat dengan
dasar tangki.

3. Paddles
Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses pencampuran
dalam industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum 2 sudu, horizontal atau
vertical, dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle digunakan pada aliran fluida laminar,
transisi atau turbulen tanpa baffle. Pengaduk padel menimbulkan aliran arah radial dan
tangensial dan hamper tannpa gerak vertikal sama sekali. Arus yang bergerak ke arah
horisontal setelah mencapai dinding akan dibelokkan ke atas atau ke bawah. Bila
digunakan pada kecepatan tinggi akan terjadi pusaran saja tanpa terjadi agitasi.

Gambar 2. Bentuk-bentuk pengaduk


(a) pengaduk paddle (b) pengaduk propeller (c) pengaduk turbine
(Sumber : http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2009/02/modul-109tangki-berpengaduk.pdf)

Disamping itu, masih ada bentuk-bentuk pengaduk lain yang biasanya merupakan
modifikasi dari ketiga bentuk di atas.

a. Flate Blade
b. Curved Blade
c. Pitched Blade

Gambar 3. Tipe-tipe pengaduk jenis turbin


(Sumber : http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2009/02/modul-109tangki-berpengaduk.pdf)

a. Standard three baldes


b. Weedless
c. Guarded
Gambar 4. Tipe-tipe pengaduk jenis propeller
(Sumber : http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2009/02/modul-109tangki-berpengaduk.pdf)

a. Basic
b. Anchor
c. Glassed

Gambar 5. Tipe-tipe pengaduk jenis padel


(Sumber : http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2009/02/modul-109tangki-berpengaduk.pdf)

Gambar 6. Pola aliran pada pengaduk jenis propeller


(Sumber : http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2009/02/modul-109tangki-berpengaduk.pdf)

(Departemen Teknik Kimia ITB, 2009)

2.4 Kecepatan Pengaduk


Kecepatan pengaduk yang umumnya digunakan pada operasi industri kimia adalah sebagai
berikut.
Kecepatan tinggi, berkisar pada kecepatan 1750 rpm. Pengaduk dengan kecepatan ini
umumnya digunakan untuk fluida dengan viskositas rendah misalnya air.
Kecepatan sedang, berkisar pada kecepatan 1150 rpm. Pengaduk dengan kecepatan ini
umumnya digunakan untuk larutan sirup kental dan minyak pernis.
Kecepatan rendah, berkisar pada kecepatan 400 rpm. Pengaduk dengan kecepatan ini
umumnya digunakan untuk minyak kental, lumpur di mana terdapat serat atau pada
cairan yang dapat menimbulkan busa.
Untuk menjamin keamanan proses, pengaduk dengan kecepatan lebih tinggi dar 400
rpm sebaiknya tidak digunakan untuk cairan dengan viskositas lebih besar dari 200 cP, atau
volume cairan lebih besar dari 2000 L. Pengaduk dengan kecepatan lebih besar dari 1150
rpm sebaiknya tidak digunakan untuk cairan dengan viskositas lebih besar dari 50 cP atau
volume cairan lebih besar dari 500 L. Kecepatan pengaduk ditentukan oleh viskositas fluida
dan ukuran geometri sistem pengadukan.

(Departemen Teknik Kimia ITB, 2009)

2.5 Macam Aliran


Aliran dapat diklasifikasikan (digolongkan) dalam banyak jenis seperti: turbulen,
laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak seragam, rotasional, tak
rotasional. Aliran fluida terdapat dua jenis aliran yaitu :
1. Aliran laminer
2. Aliran turbulensi

Cairan dengan rapat massa yang akan lebih mudah mengalir dalam keadaan laminer.
Dalam aliran fluida perlu ditentukan besarannya, atau arah vektor kecepatan aliran pada
suatu titik ke titik yang lain. Agar memperoleh penjelasan tentang medan fluida, kondisi
rata-rata pada daerah atau volume yang kecil dapat ditentukan dengan instrument yang
sesuai. Pengukuran aliran adalah untuk mengukur kapasitas aliran, massa laju aliran,
volume aliran. Pemilihan alat ukur aliran tergantung pada ketelitian, kemampuan
pengukuran, harga, kemudahan pembacaan, kesederhanaan dan keawetan alat ukur
tersebut. Dalam pengukuran fluida termasuk penentuan tekanan, kecepatan, debit, gradien
kecepatan, turbulensi dan viskositas. Terdapat banyak cara melaksanakan pengukuran
8

pengukuran , misalnya : langsung, tak langsung, gravimetrik, volumetrik, elektronik,


elektromagnetik dan optik. Pengukuran debit secara langsung terdiri dari atas penentuan
volume atau berat fluida yang melalui suatupenampang dalam suatu selang waktu tertentu.
Metoda tak langsung bagi pengukuran debit memerlukan penentuan tinggi tekanan,
perbedaan tekanan atau kecepatan dibeberapa di titik pada suatu penampang dan dengan
besaran perhitungan debit. Metode pengukuran aliran yang paling teliti adalah penentuan
gravimerik atau penentuan volumetrik dengan berat atau volume diukur atau penentuan
dengan mempergunakan tangki yang dikalibrasikan untuk selang waktu yang diukur.
Pada prinsipnya besar aliran fluida dapat diukur melalui :
1. Kecepatan (velocity)
2. Berat (massanya)
3. Luas bidang yang dilaluinya
4. Volumenya.
(USU, 2011)
2.6 Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk
Pada tangki berpengaduk, pola aliran yang dihasilkan bergantung pada beberapa faktor
antara lain geometri tangki, sifat fisik fluida dan jenis pengaduk itu sendiri. Pengaduk jenis
turbine akan cenderung membentuk pola aliran radial sedangkan propeller cenderung
membentuk aliran aksial. Pengaduk jenis helical screw dapat membentuk aliran aksial dari
bawah tangki menuju ke atas permukaan cairan. Pola aliran yang dihasilkan oleh tiap-tiap
pengaduk tersebut dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7. Pola aliran fluida di dalam tangki berpengaduk


(a) flat-blade turbine (b) marine propeller (c) helical screw
(Sumber : http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2009/02/modul109-tangki-berpengaduk.pdf)
(Departemen Teknik Kimia ITB, 2009)
9

2.7 Parameter Hidrodinamika dalam Tangki Berpengaduk


1. Bilangan Reynolds
Menurut Geankoplis ( 2003 ), cairan di dalam tangki berpengaduk dapat digambarkan
dengan bilangan tak berdimensi lain, yaitu bilangan reynolds ( N Re ). Bilangan
Reynolds merupakan rasio antara inersia dengan kekentalan. Bilangan Reynolds ( N
Re ) didefinisikan sebagai berikut :
N Re =

N D2

Dimana:

N Re = Bilangan Reynold

= Kekentalan ( kg/m.detik)

= Densitas cairan dalam tangki ( kg/m3)

= Putaran Pengaduk (Rpm)

Dt

= Diameter pengaduk ( m )

2. Bilangan Fraude
Bilangan tak berdimensi ini menunjukkan perbandingan antara gaya inersia dengan
gaya gravitasi. Bilangan Fraude dapat dihitung dengan persamaan berikut :

dimana :
Fr = Bilangan Fraude
N = kecepatan putaran pengaduk
D = diameter pengaduk
g = percepatan grafitasi

Bilangan Fraude bukan merupakan variabel yang signifikan. Bilangan ini hanya
diperhitungkan pada sistem pengadukan dalam tangki tidak bersekat. Pada sistem ini
permukaan cairan dalam tangki akan dipengaruhi gravitasi, sehingga membentuk
pusaran (vortex). Vorteks menunjukkan keseimbangan antara gaya gravitasi dengan
gaya inersia.

2.8 Laju dan Waktu Pencampuran (Rate & Time for Mixing)
Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga diperoleh
keadaan yang serba sama untuk menghasilkan campuran atau produk dengan kualitas yang

10

telah ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate of mixing) adalah laju di mana proses
pencampuran berlangsung hingga mencapai kondisi akhir (Coulson and Richardson, 1999).
Pada operasi pencampuran dengan tangki pengaduk, waktu pencampuran ini
dipengaruhi oleh beberapa hal,
1. Yang berkaitan dengan alat, seperti:
a. ada tidalnya baffle atau cruciform baffle
b. bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propeler, padel)
c. ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
d. laju putaran pengaduk
e. kedudukan pengaduk pada tangki, seperti
1) jarak terhadap dasar tangki
2) pola pemasangannya:

f.

center, vertical

off center, vertical

miring (inciclined) dari atas

horizontal

jumlah daun pengaduk

g. jumlah pengaduk yang terpasang pada poros pengaduk


2. Yang berhubungan dengan cairan yang diaduk:
a. perbandingan kerapatan/ densitas cairan yang diaduk
b. perbandingan viskositas cairan yang diaduk
c. jumlah kedua cairan yang diaduk
d. jenis cairan yang diaduk (miscible, immiscible)

Untuk selanjutnya faktor-faktor tersebut dapat dijadikan variabel yang dapat


dimanipulasi untuk mengamati pengaruh setiap faktor terhadap karakteristik pengadukan,
Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menentukan waktu dan laju pencampuran,
antara lain:
1. menambahkan pewarna dan mengukur waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
keseragaman warna
2. menambahkan larutan garam dan mengukur konduktivitas elektrik saat komposisi
seragam
3. menambahkan asam atau basa serta mendeteksi perubahan warna indicator ketika
proses netralisasi sudah selesai
11

4. metoda distribusi waktu tinggal (residence time distribution) yang diukur dengan
memantau konsentrasi output
5. mengukur temperatur serta waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keseragaman.

Waktu pencampuran ditentukan oleh beberapa variable proses dan operasi yang
ditunjukkan oleh hubungan berikut ini.
m = f ( , , N, D, g. dimensi geometri sistem)
dengan m = waktu pencampuran
= densitas fluida
= viskositas fluida
N = kecepatan putaran pengaduk
D = diameter pengaduk
g = percepatan gravitasi
Jika faktor dimensi geometri dan bilangan Froude (DN2/g) diabaikan, maka :

12

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan
Alat

Bahan

Tangki berpengaduk

Kacang hijau 250 gr

Stopwatch

Tepung kanji 500 gr

Piknometer

Aquadest

Gelas kimia 250 ml (2 buah)

NaOH 2 M 100 ml

Gelas ukur 50 ml

Indicator pp 5 ml

Tachnometer

H2SO4 2 M 100 ml

Erlenmeyer 250 ml (9 buah)

Air keran 15 L

Batang pengaduk
Pipet ukur 10 ml
Neraca analitik
Ember

Gambar 1. Reaktor pengaduk yang digunakan

13

3.2. Skema Kerja


3.2.1 Pola Aliran dari Pengadukan

Dimasukkan 15 L air ke dalam tangki

Dimasukkan kacang hijau secukupnya


dalam tangki.

Dinyalakan motor pengaduk dengan


kecepatan putar pada skala 1

Digunakan tacometer untuk membaca


kecepatan pengaduk.

Kecepatan pengaduk yang terbaca dicatat

Digambar pola aliran tampak atas dan


tampak samping yang terjadi dalam tangki.

Percobaan diulangi sampai memperoleh 5


data gambar pola aliran dengan skala yang
berbeda.

Gambar 2. Skema kerja mengetahui pola aliran dalam pengadukan

14

3.2.2 Waktu Pengadukan

Menimbang 500 gram tepung kanji dan


melarutkannya dalam 2 liter air panas ke
dalam ember.

Memasukkan + 15 liter air ke dalam ember


yang berisi larutan kanji.

Menyaring larutan kanji.

Menambahkan indikator p.p. 5 mL.

Menentukan berat jenis (), suhu (T) dan


viskositas larutan ().

Mengatur kecepatan putar pada skala dengan


kecepatan putar 80 rpm.

Menambahkan 30 mL NaOH 2 M.

Mencatat waktu bila perubahan warna


campuran telah merata.

Menetralkan campuran dengan


menambahkan 30 mL larutan H2SO4 2M
dan bersamaan dengan stopwatch
dinyalakan, catat waktu penetralan.

Mengulangi langkah 4-9 sampai


memperoleh 8 data dengan kecepatan putar
yang berbeda.

Gambar 3.Skema kerja mengetahui waktu pengadukan

15

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Tabel Hasl Percobaan


a. Pola aliran hasil pengadukan
Tipe pengaduk yang digunakan

: Tree Blade / marine Propeller

Diameter tangki (Dt)

: 32,2 cm (0,322 m)

Diameter pengaduk (Da)

: 10,73 cm (0,1073 m) (3 x 32,2 cm)

Tinggi tangki (H)

: 90 cm (0,90 m)

Tabel 2. Pola aliran hasil perngadukan dalam percobaan


Kecepatan putaran = 115,6 rpm
Tampak Atas

Tampak Samping

Tabel 3. Pola aliran hasil perngadukan dalam percobaan


Kecepatan putaran = 169 rpm
Tampak Atas

Tampak Samping

16

Tabel 4. Pola aliran hasil perngadukan dalam percobaan


Kecepatan putaran = 220 rpm
Tampak Atas

Tampak Samping

Tabel 5. Pola aliran hasil perngadukan dalam percobaan


Kecepatan putaran = 261 rpm
Tampak Atas

Tampak Samping

Tabel 6. Pola aliran hasil perngadukan dalam percobaan


Kecepatan putaran = 298 rpm
Tampak Atas

Tampak Samping

17

Tabel 7. Pola aliran hasil perngadukan dalam percobaan


Kecepatan putaran = 360 rpm
Tampak Atas

Tampak Samping

Tabel 8. Pola aliran hasil perngadukan dalam percobaan


Kecepatan putaran = 423 rpm
Tampak Atas

Tampak Samping

18

b. Waktu pengadukan
Tabel 9. Waktu pengadukan
(gr/ml)

RPM

Suhu

t1

Suhu

t2

(cP)

(oC)

(s)

(gr/ml)

(cP)

(oC)

(s)

266

0,64

20

23

7,8

0,6444

20

23

6,7

280,2

0,6372

20

23

5,2

0,6404

20

23

5,2

300,2

0,6416

20

23

4,5

0,6404

20

24

6,6

323,2

0,6428

20

23

4,3

0,6424

20

24

340,6

0,64

20

23

0,6412

20

24

3,7

4.2. Pengolahan Data


a. Menghitung Reynold Number pengaduk
Nre =

D2 N

; dimana N =

RPM
60

Tabel 10. Perolehan Bilangan Reynold (NRe)


Kecepatan putaran

NRe

NRe

(rpm)

(103 kg/m3)

(x 10-3 kg/m.s)

untuk t1

untuk t2

0,64

0,6444

20

1633

1644,58

280,2

0,6372 0,6404

20

1713,02

1721,62

300,2

0,6416 0,6404

20

1847,96

1844,51

323,2

0,6428 0,6424

20

1993,27

1992,02

20

2091,43

2095,35

266

340,6

0,64

0,6412

Ketarangan:

Massa jenis 1 adalah massa jenis larutan kanji yang telah ditambahkan NaOH dan
massa jenis 2 adalalah massa jenis larutan kanji yang telah ditambahkan H2SO4.

Viskositas diasumsikan 20 karena pada saat pengukuran jarum dimencapai skala


yang terdapat pada alat

19

b. Menentukan mixing time factor


Nilai ntT (Mixing time factor) dapat diperkirakan dari gambar grafik :

Gambar 4. Grafik antara Reynold Number dengan mixing time factor


Tabel 11. Nilai mixing time factor
No.
1.
2.
3.
4.
5.

NRe
untuk t1
1633
1713,02
1847,96
1993,27
2091,43

NRe
untuk t2
1644,58
1721,62
1844,51
1992,02
2095,35

ntr
800
700
650
600
500

Keterangan:
Perbedaan antara Nre untuk t1 dengan Nre untuk t2 tidak terlalu berbeda jauh, sehingga nilai
ntr dengan penentuan secara grafis diaanggap sama. Karena ketelitian dengan metode grafis
ini tidak terlalu tinggi.

20

c. Menghitung blending time


ft

= ntT [ ]3/2 [ ]1/2 [2 ]1/6

Tabel 12.Penentuan nilai blending time


Kecepatan putar
(rpm)
266
280,2
300,2
323,2
340,6

ntr
800
700
650
600
500

Dt
(m)
0,322
0,322
0,322
0,322
0,322

Da
(m)
0,1073
0,1073
0,1073
0,1073
0,1073

H
(m)
0,90
0,90
0,90
0,90
0,90

ft
30,475
26,207
23,78
21,419
17,54

4.3. Penyajian Hasil Percobaan


a. Grafik waktu pengadukan terhadap reynold number untuk t1 dan t2
9

Waktu Pengadukan, t1 (s)

8
7
6
5
4

3
2
1
0
1500

1600

1700

1800

1900

2000

2100

2200

Reynold Number

Gambar 5. Grafik hubungan antara waktu pengadukan dan reynold number untuk t1

21

Waktu Pengadukan, t2 (s)

7
6
5
4
3
2
1
0
1500

1600

1700

1800

1900

2000

2100

2200

Reynold Number

Gambar 6. Grafik hubungan antara waktu pengadukan dan reynold number untuk t2

b. Grafik reynold number dengan blending time (ft)


35

30

Blending time

25
20
15
10
5
0
1500

1600

1700

1800

1900

2000

2100

2200

Reynold Number

Gambar 7. Grafik hubungan reynold number untuk t1 dengan blending time

22

35
30

Blending Time

25
20
15
10
5
0
1500

1600

1700

1800

1900

2000

2100

2200

Reynold Number

Gambar 8. Grafik hubungan reynold number untuk t2 dengan blending time

23

BAB V
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

5.1. Pembahasan
a. Pembahasan Aldi Muhamad Ramdani (141411002)
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pengadukan dan pencampuran.
Tipe pengaduk yang digunakan adalah tree blade. Pengaduk tersebut digunakan untuk
pencampuran dengan bahan dengan viscositas rendah dengan putaran yang tinggi. Hal
tersebut sesuai dengan bahan yang akan digunakan yaitu larutan kanji yang memiliki
viscositas rendah. Pengaduk tersebut telah memiliki Buffle yang digunakan untuk
mencegah terbentuknya vortex. Vortex merupakan pola yang dihasilkan dari energi
sentrifugal yang dapat meningkatkan ketinggian fluida pada dinding dan memperendah
ketinggian fluida pada pusat putaran.
Percobaan yang dilakukan untuk melihat pola aliran yang dibentuk oleh
pengaduk dalam tangki dengan memasukkan kacang hijau dan air, lalu menyalakan
pengaduk. Kacang hijau digunakan supaya memudahkan dalam melihat pola liran
dalam tangki. Variasi dilakukan pada kecepatan putaran pengaduk yaitu 115,6 rpm, 169
rpm, 220 rpm, 261 rpm, 298 rpm, 360 rpm, dan 423 rpm. Berdasarkan hasil percobaan
pada Tabel 2 sampai Tabel 8, pola aliran dalam tangki awalnya searah dalam artian
pada satu lajur, semakin cepat putaran pengaduk, pola aliran semakin tak beraturan
(turbulen). Pola aliran turbulen selain disebabkan oleh kecepatan putaran, disebabkan
pula oleh letak pengaduk yang ditempatkan di tengah. Pola aliran direkayasa supaya
menghasilkan aliran yang tak beraturan bertujuan untuk menghasilkan efek
pencampuran yang lebih efektif. Adanya buffle akan mengakibatkan aliran berbelok
arah dari tepi dinding menuju pusat tangki, sehingga menyebabkan efek pencampuran
bertambah efektif.
Mengetahui waktu pengadukan dilakukan dengan mencampurkan larutan kanji
17 L dengan NaOH 2 M 30 mL, lalu dinetralkan kembali dengan mencampurkan 30
mL larutan H2SO4 2M. Saat waktu pencampuran akan terjadi perubahan warna dari
merah muda menjadi putih atau putih menjadi merah muda, saat itu campuran merata
dicatat waktunya dan juga dilakukan analisis berat jenis (), suhu (T) dan viskositas
larutan () sebelum dan sesudah pencampuran dilakukan. Variasi yang dilakukan
adalah kecepatan putaran pengaduk dengan kecepatan 266 rpm, 280,2 rpm, 300,2 rpm,
24

323,2 rpm, dan 340,6 rpm. Berdasarkan Tabel 9 semakin cepat kecepatan putaran
pengaduk maka semakin cepat pula waktu pencampuran. Hal tersebut bisa terjadi
karena kecepatan putaran yang tinggi maka pola aliran pun semakin tak beraturan,
dengan tak beraturannya pola aliran maka bahan yang akan dicampurkan akan
mengalami gejolak yang menyebabkan pencampuran lebih cepat, sehingga waktu
pencampuran semakin cepat hal tersebut bisa dibuktikan dengan penentuan mixing time
factor pada Gambar 4 dan Tabel 11. Berdasarkan Gambar 5 dan Gambar 6, semakin
cepat waktu pengadukan maka semakin tinggi nilai Reynold. Hal tersebut terjadi karena
waktu pengadukan cepat disebabkan oleh kecepatan putaran yang tinggi, dengan
kecepatan putaran yang tinggi maka pola aliran dalam tangki pun menjadi tak teraturan,
dengan pola aliran yang tak beraturan maka nilai reynold pun semakin tinggi.
Berdasarkan Gambar 7 dan Gambar 8, dapat disimpulkan semakin kecil nilai blending
time, maka semakin rendah nilai reynoldnya.
Dilihat dari hasil percobaan yang ada, rejim aliran yang dilakukan pada
percobaan ini adalah laminar. Berdasarkan nilai Reynold yang kurang dari 2300. Selain
itu secara visual, pola aliran yang terjadi aliran pada satu lajur dan terjadi secara lancar.
b. Pembahasan Khoirin Najiyyah Sably (141411015)
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pengadukan dan pencampuran.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pola aliran yang terbentuk didalam
tangki oleh pengaduk, membuat grafik bilangan Reynolds terhadap waktu pengadukan
(ntT) dan blending time (ft), dan menentukan daerah rezim aliran operasi pengadukan.
Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjasdinya gerakan di dalam bahan yang
diaduk. Tujuan operasi pengadukan adalah terjadinya pencampuran. Pencampuran
merupakan operasi yang bertujuan mengurangi ketidaksamaan kondisi, suhu, atau sifat
lain yang terdapat dalam suatu bahan (Departemen Teknik Kimia ITB, nodate).
Percobaan ini dilakukan menggunakan tangki berpengaduk dengan jenis treeblades. Jenis pengaduk ini biasa digunakan untuk pencampuran dengan bahan dengan
viskositas rendah dengan putaran yang tinggi dan arah aliran aksial. Tangki yang
digunakan berbentuk bejana dengan bagian dasar berbentuk melengkung. Hal ini
bertujuan mencegah terjadinya stagnasi, yaitu penumpukan pada bagian sudut bejana,
sehingga pengadukan tidak berlangsung sempurna. Pada praktikum ini dilakukan dua

25

tahap percobaan yaitu menentukan pola aliran dari pengadukan dengan kecepatan yang
bervariasi dan menentukan waktu pengadukan dengan kecepatan yang bervariasi.
Percobaan pertama adalah untuk mengetahui pola aliran yang terbentuk dari
pengadukan dengan kecepatan yang bervariasi. Bahan yang digunakan adalah kacang
hijau. Dilakukan tujuh kali percobaan dengan kecepatan putaran yang berbeda-beda.
Jenis pola aliran yang didapat dari hasil percobaan yaitu pola aliran aksial yaitu pola
aliran sejajar dengan sumbu putaran dan pola aliran tangensial dimana arah
pengadukannya menimbulkan vortex. Pada praktiknya pada kecepatan 115,6 rpm,
kacang hijau jatuh ke kolom bagian keluaran dari tangki, tetapi pada kecepatan 220 rpm
kacang terangkat dengan adanya putaran. Hal ini dapat dibuktikan pada tabel 2 hingga
tabel 8 pola aliran yang dihasilkan oleh pengadukan disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah putaran pengaduk, posisi pengaduk, dan jenis tangki yang
digunakan. Dari hasil pengamatan pada saat praktikum, pada proses pencampuran
dengan pengaduk jenis propeler tree blades tanpa menggunakan buffle, bahwa semakin
tinggi kecepatan putaran maka pola aliran akan berubah. Pada saat kecepatan
pengadukan pada 220 rpm membentuk pola aliran aksial kemudian semakin cepat
putaran pengaduk pola aliran berubah menjadi tangensial karena terbentuk vorteks.
Vorteks adalah terjadinya aliran yang akan membentuk lubang disekitar pengaduk
sehingga akan memperlambat waktu pencampuran. Terbentuknya vorteks diakibatkan
karena adanya sirkulasi aliran laminer yang cenderung membentuk lubuk-lubuk
disekitar poros pengaduk. Semakin tinggi laju kecepatan putaran pengaduk maka
vorteks yang dihasilkan semakin dalam.
Percobaan kedua dilakukan percobaan untuk mengetahui waktu pengadukan
dan pencampuran yang dibutuhkan pada variasi kecepatan pengaduk yang berbeda.
Bahan yang digunakan adalah tepung kanji yang dilarutkan pada 15 liter air. Hal yang
diamati adalah perubahan warna dan waktu pengadukan pencampuran yang
dikarenakan penambahan 30 mL NaOH 2 M dan 5 mL indikator phenoptalein dan
waktu pengadukan yang dikarenakan pemberian 15 mL H2SO4 2 M. Semakin cepat
putaran pengaduk maka semakin cepat waktu pencampuran hingga warna larutan
berubah. Waktu pertama (t1) diambil ketika warna telah berwarna merah muda merata
setelah ditambahkan 30 mL NaOH 2 M dan 5 mL indikator phenoptalein dan waktu
kedua (t2) diambil ketika warna telah kembali seperti semula (berwarna putih) setelah
ditambahkan 15 mL H2SO4 2 M.
26

Berdasarkan hasil yang didapat, dilakukan perhitungan bilangan Reynolds.


Setelah itu diplotkan ke dalam grafik Reynolds numbers vs waktu pengadukan untuk t1
dan t2, terlihat bahwa semakin besar nilai bilangan Reynolds maka waktu pengadukan
semakin kecil. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 5 dan gambar 6. Berdasarkan
literatur, besar kecepatan putaran pengaduk maka Reynold Number (Nre) maka
semakin besar pula jadi antara kecepatan putaran dan Reynold Number (Nre)
berbanding lurus. Pada praktikum ini pada pengadukan dengan bahan kanji memiliki
nilai bilangan Reynold kurang dari 2000 sehingga pola aliran yang dihasilkan adalah
laminer. Untuk kasus pengadukan dengan tepung kanji pola aliran laminer disebabkan
kecepatan pemutar sangat kecil karena itu sebaiknya pada pencampuran dengan
viskositas yang tinggi diperlukan pengadukan yang lebih cepat agar proses pengadukan
dan waktu pengadukan lebih efektif. Setelah itu dibuat grafik Blending time vs Reynolds
numbers didapat hubungan bahwa semakin tinggi nilai bilangan Reynold maka waktu
pengadukan semakin cepat sehingga mixing time factor yang dihasilkan semakin kecil.
Dapat disimpulkan bahwa nilai mixing time factor berbanding lurus dengan
nilai blending time sehingga akan berbanding terbalik dengan Bilangan Reynolds.
Berdasarkan grafik Reynold Number vs blending time, terlihat bahwa semakin besar
Nre maka nilai blending time semakin kecil. Hal ini dapat dilihat pada gambar 7 dan 8.
Dilihat dari beberapa variasi rpm, dapat dilihat bahwa semakin lama waktu
pengadukan, densitas dan viskositas larutan pun semakin tinggi. Hal ini diakibatkan
dengan waktu pengadukan yang lebih lama, larutan akan semakin tercampur dan
semakin kental, sehingga viskositas pun semakin tinggi. Selain itu, densitasnya pun
semakin tinggi.
c. Pembahasan Muhammad Naufal Syarief (141411019)
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pola aliran yang terbentuk didalam
tangki oleh pengaduk, membuat grafik bilangan Reynolds terhadap waktu pengadukan
(ntT) dan blending time (ft), dan menentukan daerah rezim aliran operasi pengadukan.
Pada dasarnya pencampuran dengan pengaduk untuk mencampur fasa padat ke
fasa

cair

diperuntuhkan

untuk

memperoleh

campuran

dengan

viskositas

rendah,biasanya berupa tangki pencampur beserta perlengkapannya. Dimensi


tangki,jenis pengaduk/impeller, kecepatan putar pengaduk, jenis pengaduk, jumlah
penyekat/buffle, letak impeller beserta dimensinya bergantung dari kapasitas dan jenis
bahan yang dicampurkan.

27

Pengadukan pada proses pencampuran yang dilakukan saat praktikum


menggunakan pengadukan dengan jenis tree blade marine tipe propeller cocok
digunakan pada praktikum ini karena pada jenis ini cocok digunakan pada kecepatan
400-1750 rpm. Dimana praktikum ini berkisar dari 200-400 rpm dan sesuai digunakan
untuk viskositas rendah untuk bahan yang digunakan pada praktikum yang dilakukan.
Dari berbagai variasi kecepatan putaran dapat diketahui pola aliran yang terjadi,
semakin cepat kecepatan putaran dari impeller maka pola aliran yang dihasilkan akan
semakin merata pada tangki, namun akan terjadi vortex (pusaran) karena posisi dari
pengaduk berada pada pusat diameter tangki (center). Vortex atau pusaran akan
semakin besar seiring dengan peningkatan kecepatan putaran yang juga meningkatkan
turbulensi dari fluida yang diaduk. Vortex dapat dihindari dengan merubah posisi
sumbu pengaduk dan bemberikan baffle (penyekat). Namun, untuk susunan alat pada
praktikum tidak digunakan buffle dan posisi pengaduk tetap dipusat diameter tangki.
Hal ini tetap menyebabkan vortex pada proses pencampuran yang dilakukan. Akan
tetapi vortex untuk praktikum ini tidak terlalu menyebabkan masalah karena proses
yang dilakukan berupa melarutkan padatan dalam cairan (tepung kanji dalam air).
Vortex akan menimbulkan masalah pada proses dispersi gas ke cairan karena vortex
menghasilkan disperse udara yang menghambat dispersi gas ke cairan.
Dari praktikum yang dilakukan dihasilkan data dari pengamatan yang kemudian
dilakukan perhitungan Bilangan Reynold.

Reynold number digunakan untuk

menentukan mixing time dengan menggunakan grafik Propeller Da/Dt = 1/3. Hasil
dapat dilihat pada tabel 11. Nilai mixing time akan digunakan untuk menentukan waktu
pencampuran (blending time) dengan menggunakan persamaan yang diberikan oleh
Norwood dan Metzner.
Dari praktikum dan perhitungan data yang dilakukan dapat diketahui bahwa
untuk pengadukan, semakin cepat kecepatan putaran pengaduk maka nilai NRenya
semakin besar dan waktu pengadukan yang diperlukan untuk pencampuran semakin
berkurang. Sedangkan rejim aliran ditentukan dari harga NRe yang didapatkan. Dalam
operasi pengadukan diketahui bahwa rejim aliran yang terjadi pada praktikum ini
adalah rejim laminer < 2300.

28

d. Pembahasan Ummi Kultsum Ratu Luhrinjani

(141411030)

Pada praktikum kali ini yaitu percobaan pengadukan dan pencampuran yang
bertujuan untuk mengetahui pola aliran yang terbentuk didalam tangki oleh pengaduk,
membuat grafik bilangan Reynolds terhadap waktu pengadukan (ntT) dan blending time
(ft), dan menentukan daerah rezim aliran operasi pengadukan. Percobaan dilakukan
pada sebuah reaktor tangki kaca, dengan diameter pengaduk 0,1073 meter, diameter
tangki 0,322 meter dan tinggi tangki 0,9 meter. Jenis pengaduk/propeller yang
digunakan adalah tree blade / marine propeller. Jenis pengaduk propeller ini biasa
digunakan untuk kecepatan pengadukan tinggi dengan arah aliran aksial. Pengaduk ini
dapat digunakan untuk cairan yang memiliki viskositas rendah dan tidak bergantung
pada ukuran serta bentuk tangki. Kapasitas sirkulasi yang dihasilkan besar dan sensitif
terhadap beban head. Bahan baku yang digunakan yaitu tepung kanji, air keran, larutan
NaOH, larutan asam sulfat, indicator pp.
Pada Praktikum dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah untuk mengetahui
pola aliran dari pengadukan dan yang kedua adalah untuk mengetahui waktu pegadukan
dan pencampuran pada alat pengaduk. Masingmasing bagian itu dilakukan pada
beberapa variasi, dengan perbedaan kecepatan pengaduk pada setiap variasinya. Pada
percobaan pertama dilakukan sebanyak 5 variasi kecepatan pengaduk. Dari masingmasing variasi dilakukan pengamatan arah aliran. Dari pengamatan tersebut,
didapatkan data bahwa semakin cepat putarannya, maka semakin besar kedalaman
pusaran yang terdapat pada permukaan pada daerah sekitar pengaduk sehingga
kecepatan putaran akan mengakibatkan semakin cepatnya putaran dibawah baling
baling dan ada pola yang terbentuk. Sesuai dengan pengaruh dari jenis pengaduk yang
digunakan yakni jenis propeller maka menimbulkan aliran arah aksial, arus aliran
meninggalkan pengaduk secara kontinu melewati fluida ke satu arah tertentu sampai
dibelokkan oleh dinding atau dasar tangki.
Pada percobaan kedua, dilakukan percobaan untuk mengetahui waktu
pengadukan dan pencampuran yang dibutuhkan pada variasi kecepatan putaran yang
berbeda. Tahapan percobaan kedua ini diawali dengan melakukan kalibrasi satuan yang
ada pada skala menjadi RPM menggunakan Tachometer. Kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan larutan kanji, yakni 500 gram tepung kanji yang dilarutkan pada 2 liter air
panas, kemudian diencerkan pada air biasa sebanyak 15 liter didalam tangki.
Larutan kanji tersebut ditambahkan indicator pp sebanyak 5 mL sebelum
dilakukan pengamatan, kemudian diambil sebagian untuk dilakukan perhitungan massa
29

jenis dan viskositas dari larutan kanji tersebut. Pengamatan yang dilakukan adalah
mencatat waktu yang dibutuhkan oleh larutan kanji untuk berubah warna menjadi
merah muda dan merata ketika ditambah NaOH 2M sebanyak 20 mL dan waktu untuk
kmenjadi berwarna putih kembali ketika ditambahkan larutan asam sulfat 2M sebanyak
20 mL. Perubahan warna itu menunjukan telah terjadi homogenisasi pada larutan kanji.
Sesudah pengamatan dilakukan, dilakukan kembali pengukuran massa jenis dan
viskositas. Tahap percobaan diulangi sebanyak 5 variasi dengan RPM masingmasing
yaitu 266, 280,2, 300,2, 323,2, dan 340,6
Berdasarkan data-data yang didapat dari pengamatan, kemudian dilakukan
perhitungan Bilangan Reynolds. Hasil dari perhitungan bilangan Reynolds tersebut
kemudian dimasukan kedalam grafik mixing time factor vs Reynolds numbers
menggunakan grafik propeller Da/Dt = 1/3 , sehingga akan didapatkan nilai dari mixing
time factor sesudah proses penambahan NaOH dan asam sulfat. Setelah didapatkan
harga mixing time factor tersebut kemudian dilakukan perhitungan waktu pencampuran
dengan menggunakan persamaan yang diberikan oleh Norwood dan Metzner yaitu
bilangan Fraude. Namun Bilangan ini hanya diperhitungkan pada sistem pengadukan
dalam tangki tidak bersekat. Bilangan froude dapat diabaikan pada tangki bersekat
dengan aliran yang sangat turbulen. Bilangan froude dalam persamaan tersebut
menyiratkan adanya efek vorteks, yang dapat terjadi pada bilangan reynolds yang
rendah (alirannya bukan turbulen). Dari hasil perhitungan bilangan Reynods baik
sesudah penambahan NaOH maupun asam sulfat didapatkan data bahwa semakin cepat
putaran pengaduk makan nilai NRe nya semakin besar dan waktu pengadukan yang
diperlukan untuk pencampuran semakin berkurang. Karena menurut teori pun waktu
pencampuran akan berbanding terbalik dengan kecepatan pengaduk dan data yang
didapatkan ini sudah sesuai dengan persamaan yang berlaku, baik untuk bilangan
Reynolds maupun waktu pencampuran.
Grafik yang dibentuk antara bilangan Reynolds dan blending time sesudah
penambahan NaOH dan sesudah penambahan Asam sulfat relatif sama. Hal ini
dikarenakan molaritas yang digunakan sama. Grafik menunjukan trend menurun.
Memang terdapat sedikit perbedaan pada grafik, hal ini dikarenakan pengukuran waktu
yang kurang presisi. Grafik lain yang dibentuk adalah perbandingan antara mixing time
factor dengan bilangan Reynolds. Dari grafik tersebut didapat bahwa semakin besar
NRe maka waktu yang diperlukan untuk pencampuran dan homogenisasi semakin
cepat.
30

Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar NRe akan semakin cepat
putarannya dan semakin cepat putarannya maka waktu pencampurannya akan lebih
cepat. Semakin besar NRe maka waktu yang diperlukan untuk pencampuran dan
homogenisasi semakin cepat. Dari dua grafik tersebut dapat dilihat bahwa mixing time
factor berbanding lurus dengan blending time factor. Semakin besar NRe maka semakin
semakin cepat mixing time factor dan blending time factor yang digunakan.

5.2 Simpulan
Pola Aliran dalam berbagai kecepatan putaran pengaduk menunjukan semakin
cepat,pola yang dihasilkan akan merata pada fluida dalam tangki
Dari grafik reynold terhadap waktu yang diperlukan dalam pencampuran, semakin
besar bilangan reynold, waktu pencampuran semakin berkurang. Data dapat dilihat
pada tabel 11.
Blending time akan semakin berkurang jika kecepatan putaran semakin besar. Data
dapat dilihat pada tabel 12.

31

DAFTAR PUSTAKA
Coulson, J.M. and Richardson, J.F., 1983, Chemical Engineering, Vol 3, Pergamon Press,
Oxford.
Departemen

Teknik

Kimia

ITB.

2009.

Modul-109

Tangki

Berpengaduk.

http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2009/02/modul-109tangkiberpengaduk.pdf [08 April 2016]


Geankoplis, C.J.2003. Transport Process amd Unit Operation. Ally and Bacon: New Yor
USU.

2011.

Chapter

II.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18295/3/Chapter%20II.pdf [08 April


2016]
Prajitno, Danawati Hari. 2009. Mixing dalam Industri Proses: Simulasi Hidrohinamika GasLiquid.

Tersedia:

http://digilib.its.ac.id/mixing-dalam-industri-proses-simulasi-

hidrodlnamika-gasliquid-3747.html. [11 April 2016].

32

LAMPIRAN

Setelah penambahan NaOH dan indicator PP.

33

Anda mungkin juga menyukai