MODUL
PEMBIMBING
Oleh :
Kelompok
: Tujuh (Tujuh)
Nama
Kelas
141411002
141411015
141411019
141411030
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan di dalam bahan yang
diaduk. Tujuan operasi pengadukan yang utama adalah terjadinya pencampuran. Pencampuran
merupakan operasi yang bertujuan mengurangi ketidaksamaan kondisi, suhu, atau sifat lain
yang terdapat dalam suatu bahan. Pencampuran dapat terjadi dengan cara menimbulkan gerak
di dalam bahan itu yang menyebabkan bagian-bagian bahan saling bergerak satu terhadap yang
lainnya, sehingga operasi pengadukan hanyalah salah satu cara untuk operasi pencampuran.
Pencampuran fasa cair merupakan hal yang cukup penting dalam berbagai proses kimia.
Pencampuran fasa cair dapat dibagi dalam dua kelompok. Pertama, pencampuran antara cairan
yang saling tercampur (miscible), dan kedua adalah pencampuran antara cairan yang tidak
tercampur atau tercampur sebagian (immiscible). Selain pencampuran fasa cair dikenal pula
operasi pencampuran fasa cair yang pekat seperti lelehan, pasta, dan sebagainya; pencampuran
fasa padat seperti bubuk kering, pencampuran fasa gas, dan pencampuran antar fasa.
(Departemen Teknik Kimia ITB, 2009)
2.1 Proses Pencampuran
Proses pencampuran dalam fasa cair dilandasi oleh mekanisme perpindahan mementum di
dalam aliran turbulen. Pada aliran turbulen, pencampuran terjadi pada 3 skala yang berbeda,
yaitu:
1. pencampuran sebagai akibat aliran cairan secara keseluruhan (bulk flow) yang disebut
mekanisme konvektif
2. pencampuran karena adanya gumpalan-gumpalan fluida yang terbentuk dan
tercampakkan di dalam medan aliran yang dikenal sebagai eddies, sehingga mekanisme
pencampuran ini disebut eddy diffusion
3. pencampuran karena gerak molekular yang merupakan mekanisme pencampuran
difusi.
Ketiga mekanisme terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling menentukan adalah
eddy diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran dalam keadaan turbulen
daripada pencampuran dalam medan aliran laminer.Sifat fisik fluida yang berpengaruh
pada proses pengadukan adalah densitas dan viskositas.
(mixing)
merupakan
proses
yang
dilakukan
untuk
mengurangi
heterogen sehingga
menentukan derajat
homogenitas yang dapat dicapai, tapi juga mempengaruhi perpindahan panas yang terjadi.
Penggunaan peralatan yang tidak tepat dapat menyebabkan konsumsi energi berlebihan dan
merusak produk yang dihasilkan. Salah satu peralatan yang menunjang keberhasilan
pencampuran ialah pengaduk (Departemen Teknik Kimia ITB, 2009).
Hal yang penting dari tangki pengaduk dalam penggunaannya antara lain:
1. Bentuk : pada umumnya digunakan bentuk silindris dan bagian bawahnya cekung
2. Ukuran: yaitu diameter dan tinggi tangki
3. Kelengkapannya:
a. ada tidaknya baffle, yang berpengaruh pada pola aliran di dalam tangki
putaran
2. Pengaduk aliran radial yang akan menimbulkan aliran yang berarah tangensial dan
atas.
Menurut bentuknya, pengaduk dapat dibagi menjadi 3 golongan:
1. Propeller
Kelompok ini biasa digunakan untuk kecepatan pengadukan tinggi dengan arah
aliran aksial. Pengaduk ini dapat digunakan untuk cairan yang memiliki viskositas
rendah dan tidak bergantung pada ukuran serta bentuk tangki. Kapasitas sirkulasi yang
dihasilkan besar dan sensitif terhadap beban head. Dalam perancangan propeller, luas
sudu biasa dinyatakan dalam perbandingan luas area yang terbentuk dengan luas daerah
disk. Nilai nisbah ini berada pada rentang 0.45 sampai dengan 0.55. Pengaduk propeler
terutama menimbulkan aliran arah aksial, arus aliran meninggalkan pengaduk secara
kontinu melewati fluida ke satu arah tertentu sampai dibelokkan oleh dinding atau dasar
tangki.
2. Turbine
Istilah turbine ini diberikan bagi berbagai macam jenis pengaduk tanpa
memandang rancangan, arah discharge ataupun karakteristik aliran. Turbine
merupakan pengaduk dengan sudu tegak datar dan bersudut konstan. Pengaduk jenis
ini digunakan pada viskositas fluida rendah seperti halnya pengaduk jenis propeller
[Uhl & Gray, 1966]. Pengaduk turbin menimbulkan aliran arah radial dan tengensial.
Di sekitar turbin terjadi daerah turbulensi yang kuat, arus dan geseran yang kuat antar
fluida. Salah satu jenis pengaduk turbine adalah pitched blade. Pengaduk jenis ini
memiliki sudut sudu konstan. Aliran terjadi pada arah aksial, meski demikian terdapat
pule aliran pada arah radial. Aliran ini akan mendominasi jika sudu berada dekat dengan
dasar tangki.
3. Paddles
Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses pencampuran
dalam industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum 2 sudu, horizontal atau
vertical, dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle digunakan pada aliran fluida laminar,
transisi atau turbulen tanpa baffle. Pengaduk padel menimbulkan aliran arah radial dan
tangensial dan hamper tannpa gerak vertikal sama sekali. Arus yang bergerak ke arah
horisontal setelah mencapai dinding akan dibelokkan ke atas atau ke bawah. Bila
digunakan pada kecepatan tinggi akan terjadi pusaran saja tanpa terjadi agitasi.
Disamping itu, masih ada bentuk-bentuk pengaduk lain yang biasanya merupakan
modifikasi dari ketiga bentuk di atas.
a. Flate Blade
b. Curved Blade
c. Pitched Blade
a. Basic
b. Anchor
c. Glassed
Cairan dengan rapat massa yang akan lebih mudah mengalir dalam keadaan laminer.
Dalam aliran fluida perlu ditentukan besarannya, atau arah vektor kecepatan aliran pada
suatu titik ke titik yang lain. Agar memperoleh penjelasan tentang medan fluida, kondisi
rata-rata pada daerah atau volume yang kecil dapat ditentukan dengan instrument yang
sesuai. Pengukuran aliran adalah untuk mengukur kapasitas aliran, massa laju aliran,
volume aliran. Pemilihan alat ukur aliran tergantung pada ketelitian, kemampuan
pengukuran, harga, kemudahan pembacaan, kesederhanaan dan keawetan alat ukur
tersebut. Dalam pengukuran fluida termasuk penentuan tekanan, kecepatan, debit, gradien
kecepatan, turbulensi dan viskositas. Terdapat banyak cara melaksanakan pengukuran
8
N D2
Dimana:
N Re = Bilangan Reynold
= Kekentalan ( kg/m.detik)
Dt
= Diameter pengaduk ( m )
2. Bilangan Fraude
Bilangan tak berdimensi ini menunjukkan perbandingan antara gaya inersia dengan
gaya gravitasi. Bilangan Fraude dapat dihitung dengan persamaan berikut :
dimana :
Fr = Bilangan Fraude
N = kecepatan putaran pengaduk
D = diameter pengaduk
g = percepatan grafitasi
Bilangan Fraude bukan merupakan variabel yang signifikan. Bilangan ini hanya
diperhitungkan pada sistem pengadukan dalam tangki tidak bersekat. Pada sistem ini
permukaan cairan dalam tangki akan dipengaruhi gravitasi, sehingga membentuk
pusaran (vortex). Vorteks menunjukkan keseimbangan antara gaya gravitasi dengan
gaya inersia.
2.8 Laju dan Waktu Pencampuran (Rate & Time for Mixing)
Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga diperoleh
keadaan yang serba sama untuk menghasilkan campuran atau produk dengan kualitas yang
10
telah ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate of mixing) adalah laju di mana proses
pencampuran berlangsung hingga mencapai kondisi akhir (Coulson and Richardson, 1999).
Pada operasi pencampuran dengan tangki pengaduk, waktu pencampuran ini
dipengaruhi oleh beberapa hal,
1. Yang berkaitan dengan alat, seperti:
a. ada tidalnya baffle atau cruciform baffle
b. bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propeler, padel)
c. ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
d. laju putaran pengaduk
e. kedudukan pengaduk pada tangki, seperti
1) jarak terhadap dasar tangki
2) pola pemasangannya:
f.
center, vertical
horizontal
4. metoda distribusi waktu tinggal (residence time distribution) yang diukur dengan
memantau konsentrasi output
5. mengukur temperatur serta waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keseragaman.
Waktu pencampuran ditentukan oleh beberapa variable proses dan operasi yang
ditunjukkan oleh hubungan berikut ini.
m = f ( , , N, D, g. dimensi geometri sistem)
dengan m = waktu pencampuran
= densitas fluida
= viskositas fluida
N = kecepatan putaran pengaduk
D = diameter pengaduk
g = percepatan gravitasi
Jika faktor dimensi geometri dan bilangan Froude (DN2/g) diabaikan, maka :
12
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Bahan
Tangki berpengaduk
Stopwatch
Piknometer
Aquadest
NaOH 2 M 100 ml
Gelas ukur 50 ml
Indicator pp 5 ml
Tachnometer
H2SO4 2 M 100 ml
Air keran 15 L
Batang pengaduk
Pipet ukur 10 ml
Neraca analitik
Ember
13
14
Menambahkan 30 mL NaOH 2 M.
15
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA
: 32,2 cm (0,322 m)
: 90 cm (0,90 m)
Tampak Samping
Tampak Samping
16
Tampak Samping
Tampak Samping
Tampak Samping
17
Tampak Samping
Tampak Samping
18
b. Waktu pengadukan
Tabel 9. Waktu pengadukan
(gr/ml)
RPM
Suhu
t1
Suhu
t2
(cP)
(oC)
(s)
(gr/ml)
(cP)
(oC)
(s)
266
0,64
20
23
7,8
0,6444
20
23
6,7
280,2
0,6372
20
23
5,2
0,6404
20
23
5,2
300,2
0,6416
20
23
4,5
0,6404
20
24
6,6
323,2
0,6428
20
23
4,3
0,6424
20
24
340,6
0,64
20
23
0,6412
20
24
3,7
D2 N
; dimana N =
RPM
60
NRe
NRe
(rpm)
(103 kg/m3)
(x 10-3 kg/m.s)
untuk t1
untuk t2
0,64
0,6444
20
1633
1644,58
280,2
0,6372 0,6404
20
1713,02
1721,62
300,2
0,6416 0,6404
20
1847,96
1844,51
323,2
0,6428 0,6424
20
1993,27
1992,02
20
2091,43
2095,35
266
340,6
0,64
0,6412
Ketarangan:
Massa jenis 1 adalah massa jenis larutan kanji yang telah ditambahkan NaOH dan
massa jenis 2 adalalah massa jenis larutan kanji yang telah ditambahkan H2SO4.
19
NRe
untuk t1
1633
1713,02
1847,96
1993,27
2091,43
NRe
untuk t2
1644,58
1721,62
1844,51
1992,02
2095,35
ntr
800
700
650
600
500
Keterangan:
Perbedaan antara Nre untuk t1 dengan Nre untuk t2 tidak terlalu berbeda jauh, sehingga nilai
ntr dengan penentuan secara grafis diaanggap sama. Karena ketelitian dengan metode grafis
ini tidak terlalu tinggi.
20
ntr
800
700
650
600
500
Dt
(m)
0,322
0,322
0,322
0,322
0,322
Da
(m)
0,1073
0,1073
0,1073
0,1073
0,1073
H
(m)
0,90
0,90
0,90
0,90
0,90
ft
30,475
26,207
23,78
21,419
17,54
8
7
6
5
4
3
2
1
0
1500
1600
1700
1800
1900
2000
2100
2200
Reynold Number
Gambar 5. Grafik hubungan antara waktu pengadukan dan reynold number untuk t1
21
7
6
5
4
3
2
1
0
1500
1600
1700
1800
1900
2000
2100
2200
Reynold Number
Gambar 6. Grafik hubungan antara waktu pengadukan dan reynold number untuk t2
30
Blending time
25
20
15
10
5
0
1500
1600
1700
1800
1900
2000
2100
2200
Reynold Number
22
35
30
Blending Time
25
20
15
10
5
0
1500
1600
1700
1800
1900
2000
2100
2200
Reynold Number
23
BAB V
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
5.1. Pembahasan
a. Pembahasan Aldi Muhamad Ramdani (141411002)
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pengadukan dan pencampuran.
Tipe pengaduk yang digunakan adalah tree blade. Pengaduk tersebut digunakan untuk
pencampuran dengan bahan dengan viscositas rendah dengan putaran yang tinggi. Hal
tersebut sesuai dengan bahan yang akan digunakan yaitu larutan kanji yang memiliki
viscositas rendah. Pengaduk tersebut telah memiliki Buffle yang digunakan untuk
mencegah terbentuknya vortex. Vortex merupakan pola yang dihasilkan dari energi
sentrifugal yang dapat meningkatkan ketinggian fluida pada dinding dan memperendah
ketinggian fluida pada pusat putaran.
Percobaan yang dilakukan untuk melihat pola aliran yang dibentuk oleh
pengaduk dalam tangki dengan memasukkan kacang hijau dan air, lalu menyalakan
pengaduk. Kacang hijau digunakan supaya memudahkan dalam melihat pola liran
dalam tangki. Variasi dilakukan pada kecepatan putaran pengaduk yaitu 115,6 rpm, 169
rpm, 220 rpm, 261 rpm, 298 rpm, 360 rpm, dan 423 rpm. Berdasarkan hasil percobaan
pada Tabel 2 sampai Tabel 8, pola aliran dalam tangki awalnya searah dalam artian
pada satu lajur, semakin cepat putaran pengaduk, pola aliran semakin tak beraturan
(turbulen). Pola aliran turbulen selain disebabkan oleh kecepatan putaran, disebabkan
pula oleh letak pengaduk yang ditempatkan di tengah. Pola aliran direkayasa supaya
menghasilkan aliran yang tak beraturan bertujuan untuk menghasilkan efek
pencampuran yang lebih efektif. Adanya buffle akan mengakibatkan aliran berbelok
arah dari tepi dinding menuju pusat tangki, sehingga menyebabkan efek pencampuran
bertambah efektif.
Mengetahui waktu pengadukan dilakukan dengan mencampurkan larutan kanji
17 L dengan NaOH 2 M 30 mL, lalu dinetralkan kembali dengan mencampurkan 30
mL larutan H2SO4 2M. Saat waktu pencampuran akan terjadi perubahan warna dari
merah muda menjadi putih atau putih menjadi merah muda, saat itu campuran merata
dicatat waktunya dan juga dilakukan analisis berat jenis (), suhu (T) dan viskositas
larutan () sebelum dan sesudah pencampuran dilakukan. Variasi yang dilakukan
adalah kecepatan putaran pengaduk dengan kecepatan 266 rpm, 280,2 rpm, 300,2 rpm,
24
323,2 rpm, dan 340,6 rpm. Berdasarkan Tabel 9 semakin cepat kecepatan putaran
pengaduk maka semakin cepat pula waktu pencampuran. Hal tersebut bisa terjadi
karena kecepatan putaran yang tinggi maka pola aliran pun semakin tak beraturan,
dengan tak beraturannya pola aliran maka bahan yang akan dicampurkan akan
mengalami gejolak yang menyebabkan pencampuran lebih cepat, sehingga waktu
pencampuran semakin cepat hal tersebut bisa dibuktikan dengan penentuan mixing time
factor pada Gambar 4 dan Tabel 11. Berdasarkan Gambar 5 dan Gambar 6, semakin
cepat waktu pengadukan maka semakin tinggi nilai Reynold. Hal tersebut terjadi karena
waktu pengadukan cepat disebabkan oleh kecepatan putaran yang tinggi, dengan
kecepatan putaran yang tinggi maka pola aliran dalam tangki pun menjadi tak teraturan,
dengan pola aliran yang tak beraturan maka nilai reynold pun semakin tinggi.
Berdasarkan Gambar 7 dan Gambar 8, dapat disimpulkan semakin kecil nilai blending
time, maka semakin rendah nilai reynoldnya.
Dilihat dari hasil percobaan yang ada, rejim aliran yang dilakukan pada
percobaan ini adalah laminar. Berdasarkan nilai Reynold yang kurang dari 2300. Selain
itu secara visual, pola aliran yang terjadi aliran pada satu lajur dan terjadi secara lancar.
b. Pembahasan Khoirin Najiyyah Sably (141411015)
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pengadukan dan pencampuran.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pola aliran yang terbentuk didalam
tangki oleh pengaduk, membuat grafik bilangan Reynolds terhadap waktu pengadukan
(ntT) dan blending time (ft), dan menentukan daerah rezim aliran operasi pengadukan.
Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjasdinya gerakan di dalam bahan yang
diaduk. Tujuan operasi pengadukan adalah terjadinya pencampuran. Pencampuran
merupakan operasi yang bertujuan mengurangi ketidaksamaan kondisi, suhu, atau sifat
lain yang terdapat dalam suatu bahan (Departemen Teknik Kimia ITB, nodate).
Percobaan ini dilakukan menggunakan tangki berpengaduk dengan jenis treeblades. Jenis pengaduk ini biasa digunakan untuk pencampuran dengan bahan dengan
viskositas rendah dengan putaran yang tinggi dan arah aliran aksial. Tangki yang
digunakan berbentuk bejana dengan bagian dasar berbentuk melengkung. Hal ini
bertujuan mencegah terjadinya stagnasi, yaitu penumpukan pada bagian sudut bejana,
sehingga pengadukan tidak berlangsung sempurna. Pada praktikum ini dilakukan dua
25
tahap percobaan yaitu menentukan pola aliran dari pengadukan dengan kecepatan yang
bervariasi dan menentukan waktu pengadukan dengan kecepatan yang bervariasi.
Percobaan pertama adalah untuk mengetahui pola aliran yang terbentuk dari
pengadukan dengan kecepatan yang bervariasi. Bahan yang digunakan adalah kacang
hijau. Dilakukan tujuh kali percobaan dengan kecepatan putaran yang berbeda-beda.
Jenis pola aliran yang didapat dari hasil percobaan yaitu pola aliran aksial yaitu pola
aliran sejajar dengan sumbu putaran dan pola aliran tangensial dimana arah
pengadukannya menimbulkan vortex. Pada praktiknya pada kecepatan 115,6 rpm,
kacang hijau jatuh ke kolom bagian keluaran dari tangki, tetapi pada kecepatan 220 rpm
kacang terangkat dengan adanya putaran. Hal ini dapat dibuktikan pada tabel 2 hingga
tabel 8 pola aliran yang dihasilkan oleh pengadukan disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah putaran pengaduk, posisi pengaduk, dan jenis tangki yang
digunakan. Dari hasil pengamatan pada saat praktikum, pada proses pencampuran
dengan pengaduk jenis propeler tree blades tanpa menggunakan buffle, bahwa semakin
tinggi kecepatan putaran maka pola aliran akan berubah. Pada saat kecepatan
pengadukan pada 220 rpm membentuk pola aliran aksial kemudian semakin cepat
putaran pengaduk pola aliran berubah menjadi tangensial karena terbentuk vorteks.
Vorteks adalah terjadinya aliran yang akan membentuk lubang disekitar pengaduk
sehingga akan memperlambat waktu pencampuran. Terbentuknya vorteks diakibatkan
karena adanya sirkulasi aliran laminer yang cenderung membentuk lubuk-lubuk
disekitar poros pengaduk. Semakin tinggi laju kecepatan putaran pengaduk maka
vorteks yang dihasilkan semakin dalam.
Percobaan kedua dilakukan percobaan untuk mengetahui waktu pengadukan
dan pencampuran yang dibutuhkan pada variasi kecepatan pengaduk yang berbeda.
Bahan yang digunakan adalah tepung kanji yang dilarutkan pada 15 liter air. Hal yang
diamati adalah perubahan warna dan waktu pengadukan pencampuran yang
dikarenakan penambahan 30 mL NaOH 2 M dan 5 mL indikator phenoptalein dan
waktu pengadukan yang dikarenakan pemberian 15 mL H2SO4 2 M. Semakin cepat
putaran pengaduk maka semakin cepat waktu pencampuran hingga warna larutan
berubah. Waktu pertama (t1) diambil ketika warna telah berwarna merah muda merata
setelah ditambahkan 30 mL NaOH 2 M dan 5 mL indikator phenoptalein dan waktu
kedua (t2) diambil ketika warna telah kembali seperti semula (berwarna putih) setelah
ditambahkan 15 mL H2SO4 2 M.
26
cair
diperuntuhkan
untuk
memperoleh
campuran
dengan
viskositas
27
menentukan mixing time dengan menggunakan grafik Propeller Da/Dt = 1/3. Hasil
dapat dilihat pada tabel 11. Nilai mixing time akan digunakan untuk menentukan waktu
pencampuran (blending time) dengan menggunakan persamaan yang diberikan oleh
Norwood dan Metzner.
Dari praktikum dan perhitungan data yang dilakukan dapat diketahui bahwa
untuk pengadukan, semakin cepat kecepatan putaran pengaduk maka nilai NRenya
semakin besar dan waktu pengadukan yang diperlukan untuk pencampuran semakin
berkurang. Sedangkan rejim aliran ditentukan dari harga NRe yang didapatkan. Dalam
operasi pengadukan diketahui bahwa rejim aliran yang terjadi pada praktikum ini
adalah rejim laminer < 2300.
28
(141411030)
Pada praktikum kali ini yaitu percobaan pengadukan dan pencampuran yang
bertujuan untuk mengetahui pola aliran yang terbentuk didalam tangki oleh pengaduk,
membuat grafik bilangan Reynolds terhadap waktu pengadukan (ntT) dan blending time
(ft), dan menentukan daerah rezim aliran operasi pengadukan. Percobaan dilakukan
pada sebuah reaktor tangki kaca, dengan diameter pengaduk 0,1073 meter, diameter
tangki 0,322 meter dan tinggi tangki 0,9 meter. Jenis pengaduk/propeller yang
digunakan adalah tree blade / marine propeller. Jenis pengaduk propeller ini biasa
digunakan untuk kecepatan pengadukan tinggi dengan arah aliran aksial. Pengaduk ini
dapat digunakan untuk cairan yang memiliki viskositas rendah dan tidak bergantung
pada ukuran serta bentuk tangki. Kapasitas sirkulasi yang dihasilkan besar dan sensitif
terhadap beban head. Bahan baku yang digunakan yaitu tepung kanji, air keran, larutan
NaOH, larutan asam sulfat, indicator pp.
Pada Praktikum dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah untuk mengetahui
pola aliran dari pengadukan dan yang kedua adalah untuk mengetahui waktu pegadukan
dan pencampuran pada alat pengaduk. Masingmasing bagian itu dilakukan pada
beberapa variasi, dengan perbedaan kecepatan pengaduk pada setiap variasinya. Pada
percobaan pertama dilakukan sebanyak 5 variasi kecepatan pengaduk. Dari masingmasing variasi dilakukan pengamatan arah aliran. Dari pengamatan tersebut,
didapatkan data bahwa semakin cepat putarannya, maka semakin besar kedalaman
pusaran yang terdapat pada permukaan pada daerah sekitar pengaduk sehingga
kecepatan putaran akan mengakibatkan semakin cepatnya putaran dibawah baling
baling dan ada pola yang terbentuk. Sesuai dengan pengaruh dari jenis pengaduk yang
digunakan yakni jenis propeller maka menimbulkan aliran arah aksial, arus aliran
meninggalkan pengaduk secara kontinu melewati fluida ke satu arah tertentu sampai
dibelokkan oleh dinding atau dasar tangki.
Pada percobaan kedua, dilakukan percobaan untuk mengetahui waktu
pengadukan dan pencampuran yang dibutuhkan pada variasi kecepatan putaran yang
berbeda. Tahapan percobaan kedua ini diawali dengan melakukan kalibrasi satuan yang
ada pada skala menjadi RPM menggunakan Tachometer. Kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan larutan kanji, yakni 500 gram tepung kanji yang dilarutkan pada 2 liter air
panas, kemudian diencerkan pada air biasa sebanyak 15 liter didalam tangki.
Larutan kanji tersebut ditambahkan indicator pp sebanyak 5 mL sebelum
dilakukan pengamatan, kemudian diambil sebagian untuk dilakukan perhitungan massa
29
jenis dan viskositas dari larutan kanji tersebut. Pengamatan yang dilakukan adalah
mencatat waktu yang dibutuhkan oleh larutan kanji untuk berubah warna menjadi
merah muda dan merata ketika ditambah NaOH 2M sebanyak 20 mL dan waktu untuk
kmenjadi berwarna putih kembali ketika ditambahkan larutan asam sulfat 2M sebanyak
20 mL. Perubahan warna itu menunjukan telah terjadi homogenisasi pada larutan kanji.
Sesudah pengamatan dilakukan, dilakukan kembali pengukuran massa jenis dan
viskositas. Tahap percobaan diulangi sebanyak 5 variasi dengan RPM masingmasing
yaitu 266, 280,2, 300,2, 323,2, dan 340,6
Berdasarkan data-data yang didapat dari pengamatan, kemudian dilakukan
perhitungan Bilangan Reynolds. Hasil dari perhitungan bilangan Reynolds tersebut
kemudian dimasukan kedalam grafik mixing time factor vs Reynolds numbers
menggunakan grafik propeller Da/Dt = 1/3 , sehingga akan didapatkan nilai dari mixing
time factor sesudah proses penambahan NaOH dan asam sulfat. Setelah didapatkan
harga mixing time factor tersebut kemudian dilakukan perhitungan waktu pencampuran
dengan menggunakan persamaan yang diberikan oleh Norwood dan Metzner yaitu
bilangan Fraude. Namun Bilangan ini hanya diperhitungkan pada sistem pengadukan
dalam tangki tidak bersekat. Bilangan froude dapat diabaikan pada tangki bersekat
dengan aliran yang sangat turbulen. Bilangan froude dalam persamaan tersebut
menyiratkan adanya efek vorteks, yang dapat terjadi pada bilangan reynolds yang
rendah (alirannya bukan turbulen). Dari hasil perhitungan bilangan Reynods baik
sesudah penambahan NaOH maupun asam sulfat didapatkan data bahwa semakin cepat
putaran pengaduk makan nilai NRe nya semakin besar dan waktu pengadukan yang
diperlukan untuk pencampuran semakin berkurang. Karena menurut teori pun waktu
pencampuran akan berbanding terbalik dengan kecepatan pengaduk dan data yang
didapatkan ini sudah sesuai dengan persamaan yang berlaku, baik untuk bilangan
Reynolds maupun waktu pencampuran.
Grafik yang dibentuk antara bilangan Reynolds dan blending time sesudah
penambahan NaOH dan sesudah penambahan Asam sulfat relatif sama. Hal ini
dikarenakan molaritas yang digunakan sama. Grafik menunjukan trend menurun.
Memang terdapat sedikit perbedaan pada grafik, hal ini dikarenakan pengukuran waktu
yang kurang presisi. Grafik lain yang dibentuk adalah perbandingan antara mixing time
factor dengan bilangan Reynolds. Dari grafik tersebut didapat bahwa semakin besar
NRe maka waktu yang diperlukan untuk pencampuran dan homogenisasi semakin
cepat.
30
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar NRe akan semakin cepat
putarannya dan semakin cepat putarannya maka waktu pencampurannya akan lebih
cepat. Semakin besar NRe maka waktu yang diperlukan untuk pencampuran dan
homogenisasi semakin cepat. Dari dua grafik tersebut dapat dilihat bahwa mixing time
factor berbanding lurus dengan blending time factor. Semakin besar NRe maka semakin
semakin cepat mixing time factor dan blending time factor yang digunakan.
5.2 Simpulan
Pola Aliran dalam berbagai kecepatan putaran pengaduk menunjukan semakin
cepat,pola yang dihasilkan akan merata pada fluida dalam tangki
Dari grafik reynold terhadap waktu yang diperlukan dalam pencampuran, semakin
besar bilangan reynold, waktu pencampuran semakin berkurang. Data dapat dilihat
pada tabel 11.
Blending time akan semakin berkurang jika kecepatan putaran semakin besar. Data
dapat dilihat pada tabel 12.
31
DAFTAR PUSTAKA
Coulson, J.M. and Richardson, J.F., 1983, Chemical Engineering, Vol 3, Pergamon Press,
Oxford.
Departemen
Teknik
Kimia
ITB.
2009.
Modul-109
Tangki
Berpengaduk.
2011.
Chapter
II.
Tersedia:
http://digilib.its.ac.id/mixing-dalam-industri-proses-simulasi-
32
LAMPIRAN
33