Anda di halaman 1dari 39

Laporan Pratikum Dosen Pembimbing

Operasi Teknik Kimia I Dr. Desi Heltina

WAKTU PENCAMPURAN

Tanggal Pratikum : 13 DESEMBER 2019


Kelas : D3 B 18
Kelompok : VI
Nama Kelompok : 1. Aprilia Larasati (1807035502)
2. Deni Muhammad R (1807025103)
3. Wahyu Farhan H (1807035733)

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
Abstrak

Pencampuran (mixing) merupakan peristiwa menyebarnya bahan – bahan secara acak.


Tujuan pencampuran adalah menghasilkan campuran bahan dengan komposisi tertentu dan
yang menghasilkan bahan setengah jadi agar mudah diolah untuk menghasilkan produk
akhir yang baik. Suatu proses pencampuran sangat diharapkan terjadinya pencampuran
yang baik, dimana bahan-bahan telah tercampur dengan merata. Pada percobaan ini
bertujuan membandingkan efektivitas beberapa tipe impeller pada pencampuran KCl
dengan air. Dengan kecepatan putaran pengaduk yang digunakan yaitu sebesar 125 rpm,
225 rpm, dan 325 rpm. Metode percobaan yang dilakukan adalah dengan megunakan
tangki berpengaduk yang dilengkapi motor, beberapa jenis impeller, stopwatch, dan
timbangan. Bahan yang digunakan adalah KCl (kalium klorida), dan air. Proses
pencampuran yang dilakukan dengan menggunakan bahan KCl sebanyak 25 gram yang
ditambahkan pada tangki yang berisi air setinggi 30 cm. Dari percobaan diperoleh nilai
konduktivitas tertinggi terletak pada pengadukan propeller dengan kecepatan pengadukan
125 rpm adalah 365 μs/cm. Sedangkan nilai konduktivitas terendah terletak pada pengaduk
turbine dengan kecepatan 225 rpm adalah 147 μs/cm. Pengaduk turbine merupakan
pengaduk yang paling efektif dibandingkan pengaduk propeller pada hubungan
konduktivitas larutan dengan selang waktu yang digunakan. Melalui percobaaan diperoleh
bahwa penggunaan buffle pada tangki pencampuran sangat efektif digunakan untuk
mengoptimalkan waktu pencampuran.

kata kunci: buffle, impeller, konduktivitas, pencampuran, propeller, turbine.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Menghitung laju pencampuran suatu elektrolit dalam air, dan membandingkan
efektifitas beberapa impeller dan konfigurasi tangki berpengaduk terhadap laju
pencampuran.

1.1 Dasar Teori


1.1.1 Definisi Pencampuran
Pencampuran diartikan sebagai suatu proses menghimpun dan membaurkan
bahan-bahan. Tujuan pencampuran adalah menghasilkan campuran bahan dengan
komposisi tertentu dan homogen, menghasilkan bahan setengah jadi agar mudah
diolah pada proses selanjutnya atau menghasilkan produk akhir yang baik. Suatu
proses pencampuran sangat diharapkan terjadinya pencampuran yang baik, dimana
bahan-bahan telah tercampur dengan merata (Cabe, 1985).
Proses pencampuran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (Cabe, 1985) :
1. Aliran yang turbulen menguntungkan proses pencampuran. Sebaliknya aliran
yang laminer dapat mengakibatkan proses pencampuran yang berlangsung tidak
baik.
2. Luas permukaan
Semakin luas permukaan kontak bahan-bahan yang harus dicampur, semakin
kecil partikel dan semakin mudah gerakannya didalam campuran, maka proses
pencampuran akan semakin baik. Perbedaan ukuran yang besar dalam proses
pencampuran akan menyulitkan dalam terciptanya derajat pencampuran yang
tinggi.
3. Kelarutan
Semakin besar kelarutan bahan-bahan yang akan dicampur pada pencampuran,
maka akan semakin baik pencampurannya. Pada saat pelarutan terjadi, terjadi
pula perstiwa difusi, laju difusi dipercepat oleh adanya aliran. Kelarutan
sebanding dengan kenaikan suhu, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan
naiknya suhu derajat pencampuran akan semakin baik pula.
4. Viskositas campuran
Pencampuran adalah operasi unit yang melibatkan memanipulasi sistem fisik
heterogen, dengan maksud untuk membuatnya lebih homogen. Dalam kimia,
suatu pencampuran adalah proses menggabungkan dua zat atau lebih yang
berbeda tanpa reaksi kimia yang terjadi (obyek tidak menempel satu sama lain).
Pencampuran dapat dipisahkan menjadi komponen aslinya secara mekanis.

1.1.2 Proses Pencampuran


Jenis-jenis proses pencampuran berdasarkan aliran atau gerakan fluida pada
proses tersebut antara lain (Kurniawan, 2011) :
1. Mekanisme konvektif: pencampuran yang disebabkan aliran cairan secara
keseluruhan  (bulk flow).
2. Eddy diffusion : pencampuran karena adanya gumpalan - gumpalan fluida yang
terbentuk dan tercampakan dalam medan aliran.
3. Diffusion : pencampuran karena gerakan molekuler.
Ketiga mekanisme terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling menentukan
adalah eddy diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran dalam keadaan
turbulen dengan pencampuran dalam medan aliran laminer. Sifat fisik fluida yang
berpengaruh pada proses pengadukan adalah densitas dan viskositas (Kurniawan,
2011).
Secara khusus, proses pengadukan dan pencampuran digunakan untuk
mengatasi tiga jenis permasalahan utama, yaitu (Kurniawan, 2011) :
1. Untuk menghasilkan keseragaman statis ataupun dinamis pada sistem multifase
multikomponen.
2. Untuk memfasilitasi perpindahan massa atau energi diantara bagian-bagian dari
sistem yang tidak seragam.
3. Untuk menunjukkan perubahan fase pada sistem multikomponen dengan atau
tanpa perubahan komposisi.
Aplikasi pengadukan dan pencampuran bisa ditemukan dalam rentang yang
luas, diantaranya dalam proses suspensi padatan, dispersi gas-cair, cair-cair maupun
padat-cair, kristalisasi, perpindahan panas dan reaksi kimia (Cabe, 1985).

1.1.3 Definisi Pengadukan


Agar bahan tersebut dapat bergerak diperlukan suatu pengadukan dimana
pengadukan tersebut akan memberikan suatu gerakan tertentu pada suatu bahan di
dalam bejana. Pemilihan pengaduk sangat ditentukan oleh jenis pencampuran yang
diinginkan serta keadaan bahan yang akan dicampur (Purwanto, 2008).

1.1.4 Tujuan Pengadukan


Menurut Purwanto (2008), pengadukan zat cair dilakukan untuk berbagai
tujuan, antara lain:
1. Membuat suspensi partikel zat padat
2. Untuk meramu zat cair yang mampu campur (miscible), sebagai contoh metil
alkohol dengan air.
3. Untuk mendispersikan (menyebarkan) gas dalam zat cair dalam bentuk
gelembung – gelembung kecil.
4. Untuk menyebarkan zat cair yang tidak dapat campur sehingga membentuk
emulsi atau suspensi partikel halus pada kedua zat cair inmiscible tersebut.
5. Untuk mempercepat perpindahan kalor antara zat cair baik sesama bahan
dengan menyuplai panas yang ada dalam tangki pencampuran tersebut.

1.1.5 Alat Pengaduk


Zat cair biasanya diaduk di dalam suatu tangki atau bejana, biasanya yang
berbentuk silinder dengan sumbu terpasang vertikal. Didalam tangki itu dipasang
impeller pada ujung poros yang ditumpu dari atas dan digerakkan oleh motor. Tangki
itu biasanya dilengkapi dengan lubang masuk dan lubang keluar, kumparan kalor,
mantel dan sumur untuk menempatkan termometer atau piranti pengukuran suhu
lainnya. Impeller itu akan membangkitkan pola aliran didalam sistem, yang
menyebabkan zat cair tersirkulasi didalam bejana dan akhirnya kembali ke impeller.
Secara umum, terdapat tiga jenis pengaduk yang biasa digunakan secara umum, yaitu
pengaduk baling-baling (propeller), pengaduk turbin (turbine), pengaduk
dayung (paddle) dan pengaduk helical ribbon (Purwanto, 2008).
1. Pengaduk Jenis Baling – Baling (Propeller)
Bentuknya seperti baling-baling. Pola aliran yang dominan terbentuk adalah
pola aliran aksial (aliran sejajar sumbu pengaduk). Propeller digunakan untuk fluida
yang mempunyai viskositas rendah dan berkecepatan tinggi (400-1750 rpm). Prinsip
kerjanya adalah baling-baling ini digunakan pada kecepatan berkisar antara 400
hingga 1750 rpm (revolutions per minute) dan digunakan untuk cairan dengan
viskositas rendah. Kegunaannya untuk kecepatan pengadukan tinggi, fluida dengan
viskositas rendah dan arah aliran aksial. Aplikasi biasanya pada kapal laut (umumnya
3 blade) (Kurniawan, 2011).

Gambar 1.1 Pengaduk jenis Baling-baling (a), Daun Dipertajam (b), Baling-baling


kapal (c)

2. Pengaduk Gayung (Paddle)


Bentuknya seperti dayung. Pola sirkulasi yang dominan adalah pola aliran
radial (aliran tegak lurus sumbu pengaduk), biasanya digunakan pada kecepatan
rendah yaitu 20-200 rpm. Penggunaan pengaduk jenis ini pada kecepatan putaran
tinggi dapat menimbulkan pusaran (vortek), sehingga penggunaanya dilengkapi
dengan pemasangan baffel. Prinsip kerjanya adalah berbagai jenis pengaduk dayung
biasanya digunakan pada kecepatan rendah diantaranya 20 hingga 200 rpm. Dayung
datar berdaun dua atau empat biasa digunakan dalam sebuah proses pengadukan.
Panjang total dari pengadukan dayung biasanya 60-80% dari diameter tangki dan
lebar dari daunnya 1/6-1/10 dari panjangnya (Kurniawan, 2011).
Pengaduk dayung menjadi tidak efektif untuk suspensi padatan, karena aliran
radial bisa terbentuk namun aliran aksial dan vertikal menjadi kecil. Sebuah dayung
jangkar atau pagar, biasa digunakan dalam pengadukan. Jenis ini menyapu dan
mengeruk dinding tangki dan kadang-kadang bagian bawah tangki. Jenis ini
digunakan pada cairan kental dimana endapan pada dinding dapat terbentuk dan juga
digunakan untuk meningkatkan transfer panas dari dan ke dinding tangki.
Bagaimanapun jenis ini adalah pencampuran yang buruk. Pengaduk dayung sering
digunakan untuk proses pembuatan pas kanji, cat, bahan perekat dan kosmetik.
Paddle paling banyak digunakan pada dunia industri. Arah aliran radial dan
tangensial. Sudu/lembaran agitator bisa dipasang vertikal atau horizontal (sedikitnya
2 blade di sisi kanan dan kiri) (Kurniawan, 2011).

Gambar 1.2 Pengaduk jenis dayung (paddle) berdaun dua

3. Turbine
Beberapa tipe turbine antara lain: flat blade, disk flat blade, pitchet blade,
pitchet fane, curvet blade, arrow head, titled blade, pitch curvet blade dan shrouded.
Pola sirkulasi yang terbentuk adalah radial dan tangensial (aliran yang mengelilingi
batang pengaduk). Prinsip kerjanya adalah pengaduk turbine adalah pengaduk
dayung yang memiliki banyak daun pengaduk dan berukuran lebih pendek,
digunakan pada kecepatan tinggi untuk cairan dengan rentang kekentalan yang sangat
luas. Diameter dari sebuah turbine biasanya antara 30 - 50% dari diameter tangki.
Turbine biasanya memiliki empat atau enam daun pengaduk (Purwanto, 2008).
Turbine dengan daun yang datar memberikan aliran yang radial. Jenis ini juga
berguna untuk dispersi gas yang baik, gas akan dialirkan dari bagian bawah pengaduk
dan akan menuju ke bagian daun pengaduk lalu tepotong-potong menjadi gelembung
gas (Purwanto, 2008).
Pada turbine dengan daun yang dibuat miring sebesar 45 o, beberapa aliran
aksial akan terbentuk sehingga sebuah kombinasi dari aliran aksial dan radial akan
terbentuk. Jenis ini berguna dalam suspensi padatan kerena aliran langsung ke bawah
dan akan menyapu padatan ke atas. Terkadang sebuah turbine dengan hanya empat
daun miring digunakan dalam suspensi padat. Pengaduk dengan aliran aksial
menghasilkan pergerakan fluida yang lebih besar dan pencampuran per satuan daya
dan sangat berguna dalam suspensi padatan. Kegunaanya untuk fluida dengan
viskositas rendah dan aliran radial dan tangensial (Kurniawan, 2011)

Gambar 1.3 Pengaduk turbin pada bagian variasi


Pada masing-masing pengaduk memberikan hasil waktu pencampuran yang
berbeda. Perbedaan itu terjadi karena efektivitas aliran yang dihasilkan oleh pengaduk
untuk menjangkau seluruh tangki berbeda. Semakin efektif aliran yang dihasilkan
oleh pengaduk maka semakin sedikit waktu pencampuran yang dibutuhkan.
Propeller memiliki waktu untuk mencampurkan bahan elektrolit yang paling lama
dibanding impeller yang lain. Sedangkan paddle berada diantara turbine dan
propeller. Impeller jenis turbine merupakan jenis impeller yang mempunyai
kecepatan putaran paling tinggi. Ini disebabkan karena impeller jenis turbine mampu
bekerja secara maksimum pada fluida jenis air (Purwanto, 2008).
4. Pengaduk Helical-Ribbon
Jenis pengaduk ini digunakan pada larutan pada kekentalan yang tinggi dan
beroperasi pada rpm yang rendah pada bagian laminer. Ribbon (bentuk seperti pita)
dibentuk dalam sebuah bagian hellical (bentuknya seperti baling-balling helikopter
dan ditempelkan ke pusat sumbu pengaduk). Cairan bergerak dalam sebuah bagian
aliran berliku-liku pada bagiam bawah dan naik ke bagian atas pengaduk (Kurniawan,
2011).

Gambar 1.4 Pengaduk jenis (a), (b) dan (c) Hellical-Ribbon,(d) Semi-Spiral

1.1.6 Kecepatan Pengaduk


Salah satu variasi dasar dalam proses pengadukan dan pencampuran adalah
kecepatan putaran pengaduk yang digunakan. Variasi kecepatan putaran pengaduk
bisa memberikan gambaran mengenai pola aliran yang dihasilkan dan daya listrik
yang dibutuhkan dalam proses pengadukan dan pencampuran. Secara umum
klasifikasi kecepatan putaran pengaduk dibagi tiga, yaitu : kecepatan putaran rendah,
kecepatan putaran sedang, dan kecepatan putaran tinggi (Purwanto, 2008).
1. Kecepatan putaran rendah
Kecepatan rendan yang digunakan berkisar pada kecepatan 400 rpm.
Pengadukan dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk minyak kental, lumpur
dimana terdapat serat atau pada cairan yang dapat menimbulkan busa (Purwando,
2008).
Jenis pengaduk ini meghasilkan pergerakan batch yang empurna dengan
sebuah permukaan fluida yang datar untuk menjaga temperatur atau mencampur
larutan dengan viskositas dan gravitasi spesifik yang sama (Kurniawan, 2011).
2. Kecepatan putaran sedang
Kecepatan sedang yang digunakan berkisar pada kecepatan 1150 rpm.
Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk larutan sirup kental dan
minyak pernis.Jenis ini paling sering digunakan untuk meriakkan permukaan pada
viskositas yang rendah, mengurangi waktu pencampuan, mencampuran larutan
dengan viskositas yang berbeda dan bertujuan untuk memanaskan atau mendinginkan
(Purwanto, 2008).
3. Kecepatan putaran tinggi
Kecepatan tinggi yang digunakan berkisar pada kecepatan 1750 rpm.
Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk fluida dengan viskositas
rendah misalnya air.Tingkat pengadukan ini menghasilkan permukaan yang cekung
pada viskositas yang rendah dan dibutuhkan ketika waktu pencampuran sangat lama
atau perbedaan viskositas sangat besar (Purwanto, 2008).

1.1.7 Jumlah Pengaduk


Penambahan jumlah pengaduk yang digunakan pada dasarnya untuk tetap
menjaga efektifitas pengadukan pada kondisi yang berubah. Ketinggian fluida yang
lebih besar dari diameter tangki, disertai dengan viskositas fluida yang lebih besar
dan diameter pengaduk yang lebih kecil dari dimensi yang biasa digunakan,
merupakan kondisi dimana pengaduk yang digunakan lebih dari satu buah, dengan
jarak antar pengaduk sama dengan jarak pengaduk paling bawah ke dasar tangki.
Tabel 1.1 Kondisi untuk Pemilihan Pengaduk

No. Satu Pengaduk Dua Pengaduk


Fluida dengan viskositas sedang
1. Fluida dengan viskositas rendah
dan tinggi
2. Pengaduk menyapu dasar tangki Pengaduk pada tangki yang dalam
Kecepatan balik aliran yang
3. Gaya gesek aliran besar
tinggi
Ketinggian permukaan cairan Ukuran mounting nozzle yang
4.
yang bervariasi minimal

1.1.8 Posisi Sumbu Pengaduk


Pada umumnya proses pengadukan dan pencampuran dilakukan dengan
menempatkan pengaduk pada pusat diameter tangki (center). Posisi ini memiliki
pola aliran yang khas.Pada tangki tidak bersekat dengan pengaduk yang berputar
ditengah, energi sentrifugal yang bekerja pada fluida meningkatkan ketinggian fluida
pada dinding dan memperendah ketinggian fluida pada pusat putaran. Pola  ini biasa
disebut dengan pusaran (vortex) dengan pusat pada sumbu pengaduk. Pusaran ini
akan menjadi semakin besar seiring dengan peningkatan kecepatan putaran yang juga
meningkatkan turbulensi dari fluida yang diaduk. Pada sebuah proses dispersi gas-
cair, terbentuknya pusaran tidak diinginkan. Hal ini disebabkan pusaran tersebut
bisa menghasilkan dispersi udara yang menghambat dispersi gas ke cairan dan
sebaliknya.

Gambar 1.5 Posisi center dari sebuah pengaduk  yang menghasilkan vortex


Salah satu upaya untuk menghilangkan pusaran ini adalah dengan merubah
posisi sumbu pengaduk. Posisi tersebut berupa posisi sumbu pengaduk tetap tegak
lurus namun berjarak dekat dengan dinding tangki (off center) dan posisi sumbu
berada pada arah diagonal (incline). Perubahan posisi ini menjadi salah satu variasi
dalam penelitian yang dilakukan (Kurniawan, 2008).

1.1.9 Dimensi dan Geometri Tangki


Kapasitas tangki yang dibutuhkan untuk menampung fluida menjadi salah satu
pertimbangan dasar dalam perancangan dimensi tangki. Fluida dalam kapasitas
tertentu ditempatkan pada sebuah wadah dengan besarnya diameter tangki sama
dengan ketinggian fluida. Rancangan ini ditujukan untuk mengoptimalkan
kemampuan pengaduk untuk menggerakkan dan membuat pola aliran fluida yang
melingkupi seluruh bagian fluida dalam tangki (Purwanto, 2008)

1
V = π . D 2 . t … … … … … . … … … … . … … … … … … … … … … …(1)
4

Persamaan (1) merupakan rumus dari volume sebuah tangki silinder. Sehingga
salah satu pertimbangan awal untuk merancang alat ini adalah dengan mencari nilai
dari diameter yang sama dengan tangki untuk kapasitas fluida yang diinginkan dalam
pengadukan dan pencampuran (Purwanto, 2008).

Diameter tangki ditentukan  dengan persamaan (2). Tangki dengan diameter


yang lebih kecil dibandingkan ketinggiannya memiliki kecendrungan menambah
jumlah pengaduk yang digunakan (Kurniawan, 2011).

D=

4V

3

π
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ..(2)
Rancangan dasar dimensi dari sebuah tangki berpengaduk dengan perbandingan
terhadap komponen-komponen yang menyusunnya.

Gambar 1.6 Dimensi sebuah tangki berpengaduk

1.1.10 Konduktivitas
Daya hantar listrik adalah ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat
menghantarkan listrik. Konduktivitas digunakan untuk ukuran larutan atau cairan
elektrolit. Larutan yang telah tercampur dengan sempurna akan menghasilkan nilai
konduktivitas yang tidak berubah atau konstan. Dimana telah terjadi proses ionisasi
sempurna. Daya hantar listrik berbanding lurus dengan jumlah ion di dalam larutan.
Larutan KCl misalnya, di dalam air KCl terurai menjadi kation (K +) dan anion (Cl-).
Terjadinya arus listrik pada larutan KCl disebabkan ion K + menangkap electron pada
katoda dengan membebaskan K+ sedangkan ion Cl- melepaskan electron pada anoda
dengan menghasilkan gas Clorin (Purwanto, 2008)
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Tangki yang dilengkapi motor dan batang pengaduk.
2. Impeller propeller dan turbine.
3. Stopwatch.
4. Konduktivitimeter.
2.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Air
2. Kalium Klorida (KCl) sebagai elektrolit.
2.3. Prosedur
Langkah-langkah untuk melakukan percobaan waktu pencampuran adalah
sebagai berikut:
1. Diisi tangki yang dilengkapi buffle dengan air sampai ketinggian mencapai 30
cm dari dasar tangki.
2. Dipasang pengaduk pada posisi akhir batang pengaduk (tipe pengaduk yang
digunakan adalah propeller, dan turbine).
3. Ditambahkan 25 gram Kalium klorida (KCl) kedalam tangki berisi air.
4. Diputar pengaduk dengan kecepatan putar pengadukan 125, 225, dan 325 rpm
dan dicatat nilai konduktivitasnya setiap 60 detik pengadukan.
5. Diulangi langkah tersebut untuk setiap tipe pengaduk yang berbeda dan pada
tangki yang tidak dilengkapi buffle.
6. Dicatat hasil praktikum yang di peroleh pada lembar percobaan.

2.4 Rangkaian Alat


Gambar 2.1 Rangkaian peralatan waktu pencampuran

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Berikut ini adalah hasil data dari percobaan yang dilakukan dengan
menggunakan larutan KCl 25 gram. Dengan tangki yang dilengkapi buffle dan yang
tidak dilengkapi dengan buffle dengan beberapa macam impeller yaitu propeller dan
turbine. Pada percobaan digunakan variasi kecepatan putar pengadukan 125 rpm, 225
rpm, dan 325 rpm untuk pengukuran setiap impeller yang berbeda.

Tabel 3.1 Waktu pencampuran KCl 25 gram dengan air (tangki dilengkapi buffle)
Kecepatan Putar Pengaduk

Tipe 125 rpm 225 rpm 325 rpm

Pengaduk waktu konduktivitas waktu konduktivitas waktu konduktivitas


(dtk) (μs/cm) (dtk) (μs/cm) (dtk) (μs/cm)

Propeller 660 305 420 287 300 275


Turbine 360 242 300 224 300 235

Tabel 3.2 Waktu pencampuran KCl 25 gram dengan air (tangki tanpa buffle)
Kecepatan Putar Pengaduk

125 rpm 225 rpm 325 rpm


Tipe
Pengaduk waktu konduktivitas waktu konduktivitas waktu konduktivitas
(dtk) (μs/cm) (dtk) (μs/cm) (dtk) (μs/cm)

Propller 660 255 180 266 300 225

Turbine 240 275 360 245 300 259

3.2. Pembahasan
Pencampuran adalah sebuah operasi yang bertujuan untuk mengurangi
ketidaksamaan komposisi, suhu, atau sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan.
Terjadinya pencampuran dikarenakan adanya gerakan dari bahan tersebut. Untuk
membuat bahan bisa bergerak diperlukan suatu pengadukan yang merupakan gerakan
terinduksi menurut cara tertentu pada suatu bahan dalam bejana atau tangki. Gerakan
itu biasanya mempunyai pola sirkulasi, salah satunya adalah proses pencampuran.
Istilah pencampuran dapat diartikan dengan memberikan gerakan yang tidak
beraturan atau keadaan yang turbulen terhadap fluida. Waktu pencampuran adalah
waktu yang dibutuhkan fluida untuk bercampur merata keseluruh tangki sehingga
campuran bersifat homogen. Pada percobaan ini digunakan larutan elektrolit KCl
sebanyak 25 gram yang dicampur dengan air dan akan dihitung waktu
pencampurannya serta konduktivitasnya.
Setiap jenis pengaduk memberikan pola aliran yang berbeda. Pola aliran yang
baik untuk pencampuran adalah pola aliran turbulen (acak). Karena aliran turbulen
dapat menjangkau setiap sudut tangki sehingga waktu pencampuran yang dibutuhkan
kecil dan menguntungkan dalam proses pencampuran (Rahayu, 2009)
Bila suatu jenis pengaduk memberikan pola aliran selain pola aliran turbulen,
kita bisa menciptakan aliran turbulen dengan menambahkan sekat (buffle) di dalam
tangki, karena dengan menambahkan sekat maka pola aliran yang awalnya tercipta
tidak turbulen menjadi turbulen. Buffle pada tangki juga membentuk distribusi
konsentrasi yang lebih baik didalam tangki karena pola aliran yang terjadi terpecah
menjadi empat bagian. Semakin besar ukuran buffle maka akan menghasilkan
pencampuran yang lebih baik. Jadi bisa dikatakan bahwa jenis tangki yang
mempunyai buffle akan lebih efektif dibanding dengan tangki yang tidak mempunyai
buffle.

3.2.1. Hubungan Kecepatan Putaran Pengaduk dengan Konduktivitas Larutan


KCl yang Dilengkapi Buffle
Pengaruh kecepatan putar pengaduk terhadap konduktivitas pada larutan KCl
25 gram yang dilengkapi buffle dengan menggunakan dua jenis impeller yaitu
propeller dan turbine dengan variasi kecepatan putar pengadukan 125 rpm, 225 rpm,
dan 325 rpm.
3.2.1.1. Tangki Pengaduk dengan Kecepatan 125 rpm
Pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan pompa yang dilengkapi
dengan buffle, dengan variasi kecepatan putar 125 rpm untuk masing-masing impeller
yang digunakan. Adapun jenis impeller yang digunakan adalah propeller dan turbine.
Dapat dilihat hubungan antara kedua jenis impeller pada saat menggunakan variasi
kecepatan 125 rpm. Hubungan antara keduanya dapat digambarkan pada gambar 3.1.

400
350
Konduktivitas (µ.s/cm)

300
250
200
150
100
50
0
60 120 180 240 300 360 420 480 540 600 660 720 780

Waktu (sekon)

Propeller Turbine

Gambar 3.1 Hubungan konduktivitas KCl dengan waktu pada kecepatan 125
rpm yang dilengkapi buffle

Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa kondisi pengaduk turbine lebih efektif
dibandingkan dengan pengaduk propeller. Pada kecepatan 125 rpm impeller
propeller memperoleh nilai konduktivitas konstan sebesar 305 µs/cm, sedangkan
impeller turbine memperoleh nilai konduktivitas konstan sebesar 242 µs/cm. Dari
kedua impeller terlihat bahwa impeller turbine memiliki nilai konduktivitas yang
lebih rendah daripada impeller propeller dan memiliki selang waktu yang lebih
singkat daripada impeller propeller. Hal ini dikarenakan pada impeller turbine
memiliki sekat yang dapat membuat aliran pada pencampuran tidak satu arah
sehingga pencampuran air dan KCl akan semakin sempurna. Dimana hal ini sesuai
dengan teori bahwa pengaduk turbine lebih efektif dibandingkan pengaduk lainnya.

3.2.1.2. Tangki Pengaduk dengan Kecepatan 225 rpm


Pada percobaan ini, kita akan menghitung nilai konduktivitas suatu larutan
KCl dengan variasi kecepatan berbeda dari sebelumnya yaitu 225 rpm. Pengaduk
(impeller) yang digunakan masih propeller dan turbine. Hubungan antara kedua
impeller dapat digambarkan pada gambar 3.2.

350

300
Konduktivitas (µ.s/cm)

250

200

150

100

50

0
60 120 180 240 300 360 420 480 540

Waktu (sekon)

Propeller Turbine

Gambar 3.2 Hubungan konduktivitas KCl dengan waktu pada kecepatan 225
rpm pada tangki yang dilengkapi buffle
Dari Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa nilai konduktivitas konstan untuk
pengaduk propeller lebih besar daripada nilai konduktivitas pengaduk Turbine.
Dimana pengaduk propeller memiliki nilai konduktivitas konstan sebesar 305
µs/cm, sedangkan pengaduk turbine hanya memiliki nilai konduktivitas sebesar
242 µs/cm. Bila setiap data dibandingkan maka diperoleh pengaduk propeller
memiliki nilai konduktivitas yang tinggi tetapi memiliki selang waktu yang
lebih lama dibandingkan dengan impeller turbine. Hal ini bila dikaitkan dengan
teori pada sub bab sebelumnya adalah sesuai. Sebab pada dasarnya pengaduk
turbine memang pengaduk yang paling efektif dibanding pengaduk lainnya
dikarenakan pada impeller turbine memiliki sekat yang dapat membuat aliran
pada pencampuran tidak satu arah sehingga pencampuran air dan KCl akan
semakin sempurna.

3.2.1.3. Tangki Pengaduk dengan Kecepatan 325 rpm


Pada percobaan ini akan dihitung nilai konduktivitas suatu larutan KCl
dengan variasi kecepatan berbeda dari sebelumnya yaitu 325 rpm. Pengaduk
(impeller) yang digunakan masih propeller dan turbine. Hubungan antara kedua
impeller dapat digambarkan pada gambar 3.3

300
Konduktivitas (µ.s/cm)

250

200

150

100

50

0
60 120 180 240 300 360 420

Waktu (sekon)

Propeller Turbine

Gambar 3.3 Hubungan konduktivitas KCl dengan waktu pada kecepatan 325
rpm pada tangki yang dilengkapi buffle
Pada Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa konduktivitas konstan untuk pengaduk
propeller yaitu sebesar 275 µs/cm, sedangkan untuk pengaduk turbine memiliki nilai
konduktivitas sebesar 235 µs/cm. Kondisi yang tergambar pada grafik diperoleh
pengaduk propeller memiliki nilai konduktivitas yang tinggi dengan selang waktu
yang singkat dibandingkan dengan impeller lainnya. Hal ini tidak sesuai dengan teori
yang ada, dikarenakan pada teori seharusnya yang lebih cepat dalam pengadukan
adalah impeller jenis turbine, karena pada impeller turbine memiliki sekat yang dapat
membuat aliran pada pencampuran tidak satu arah sehingga pencampuran air dan KCl
akan semakin sempurna. Kesalahan ini dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya
yaitu kurang telitinya praktikan dalam mengukur konduktivitas bahan.

3.2.2. Hubungan Kecepatan Putaran Pengaduk dengan Konduktivitas Larutan


KCl yang Tidak Dilengkapi Buffle
Pengaruh kecepatan putar pengaduk terhadap konduktivitas pada larutan KCl
25 gram dengan tangki tanpa menggunakan buffle dimana impeller yang digunakan
yaitu propeller dan turbine pada kecepatan putar pengaduk 125 rpm, 225 rpm, dan
325 rpm.

3.2.2.1. Tangki Pengaduk dengan Kecepatan 150 rpm


Pada percobaan ini menggunakan variasi kecepatan 125 rpm untuk masing-
masing impeller yang digunakan. Adapun jenis pengaduk yang digunakan adalah
propeller dan turbine. Dapat dilihat hubungan antara kedua jenis impeller bila
menggunakan variasi kecepatan 125 rpm. Hubungan antara keduanya dapat dilihat
pada gambar 3.4.
300

Konduktivitas (µ.s/cm)
250

200

150

100

50

0
60 120 180 240 300 360 420 480 540 600 660 720 780

Waktu (sekon)

Propeller Turbine

Gambar 3.4 Hubungan konduktivitas KCl dengan waktu pada kecepatan 125 rpm
pada tangki yang tidak dilengkapi buffle
Dari Gambar 3.4 terlihat bahwa kondisi pengaduk proppeler dan turbine
stabil. Pada kecepatan 125 rpm masing-masing impeller memperoleh nilai
konduktivitas konstannya yaitu propeller dengan 255 µs/cm dan turbine dengan 275
µs/cm. Dari kedua impeller terlihat bahwa impeller turbin memiliki nilai
konduktivitas tertinggi dan selang waktu yang cukup singkat dibandingkan impeller
lainnya pada kecepatan 125 rpm. Dimana hal ini sesuai dengan teori bahwa pengaduk
turbine lebih efektif dibandingkan pengaduk lainnya karena pada impeller turbine
memiliki sekat yang dapat membuat aliran pada pencampuran tidak satu arah
sehingga pencampuran air dan KCl akan semakin sempurna.

3.2.2.2. Tangki Pengaduk dengan Kecepatan 225 rpm


Percobaan selanjutnya kita akan menghitung nilai konduktivitas suatu larutan
KCl dengan variasi kecepatan berbeda dari sebelumnya yaitu 225 rpm. Pengaduk
(impeller) yang digunakan masih propeller dan turbine. Hubungan antara ketiga
impeller dapat digambarkan pada Gambar 3.5
270

260
Konduktivitas (µ.s/cm)
250

240

230

220

210
60 120 180 240 300 360 420

Waktu (sekon)Turbine
Propeller

Gambar 3.5 Hubungan konduktivitas KCl dengan waktu pada kecepatan 225
rpm pada tangki yang tidak dilengkapi buffle
Dari Gambar 3.5 terlihat bahwa nilai konduktivitas konstan untuk pengaduk
propeller yang didapat yaitu sebesar 266 µs/cm, sedangkan untuk pengaduk jenis
turbine nilai konduktivitas konstan yang didapat adalah 245 µs/cm. Bila setiap data
dibandingkan maka dapat dilihat bahwa pengaduk turbine memiliki nilai
konduktivitas yang lebih rendah dengan selang waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan pengaduk propeller. Hal ini bila dikaitkan dengan teori pada sub bab
sebelumnya adalah tidak sesuai. Sebab pada dasarnya pengaduk turbine adalah
pengaduk yang paling baik dibanding pengaduk lainnya karena pada impeller turbine
memiliki sekat yang dapat membuat aliran pada pencampuran tidak satu arah
sehingga pencampuran air dan KCl akan semakin sempurna. Tetapi pada hal ini
adalah sebaliknya, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah
kurang telitinya praktikan dalam mengukur konduktivitas pada bahan.

3.2.3. Tangki Pengaduk dengan Kecepatan 325 rpm


Pada percobaan ini kita menggunakan variasi kecepatan 325 rpm untuk masing-
masing impeller yang digunakan. Adapun pengaduk yang digunakan masih propeller
dan turbine.. Dapat dilihat hubungan antara kedua jenis impeller bila menggunakan
variasi kecepatan 325 rpm. Hubungan antara keduanya dapat digambarkan pada
Gambar 3.6.

300
Konduktivitas (µ.s/cm)

250

200

150

100

50

0
60 120 180 240 300 360 420

Waktu (sekon)

Propeller Turbine

Gambar 3.6 Hubungan konduktivitas KCl dengan waktu pada kecepatan 325 rpm
pada tangki yang tidak dilengkapi buffle
Dari Gambar 3.6 terlihat bahwa kondisi pengaduk turbine lebih efektif dari
pada pengaduk jenis propeller karena pada impeller turbine memiliki sekat yang
dapat membuat aliran pada pencampuran tidak satu arah sehingga pencampuran air
dan KCl akan semakin sempurna. Pada kecepatan 325 rpm pengaduk turbine
memperoleh nilai konduktivitas konstan sebesar 259 µs/cm, sedangkan pada
pengaduk propeller memiliki nilai konduktivitas konstan sebesar 225 µs/cm. Dari
kedua impeller terlihat bahwa impeller turbine memiliki nilai konduktivitas konstan
tertinggi dan selang waktu yang lebih singkat dibandingkan impeller lainnya pada
kecepatan 325 rpm. Dimana hal ini sesuai dengan teori bahwa pengaduk turbine lebih
efektif dibandingkan pengaduk lainnya.
Menurut literatur, semakin cepat laju pengadukan, semakin cepat juga waktu
pencampuran, hal ini dikarenakan kecepatan perputaran impeller yang digunakan
semakin cepat mengakibatkan air yang dicampurkan dengan KCl semakin cepat
bercampur dan menjadi larutan yang homogen.
Impeller yang digunakan pada praktikum ini adalah propeller dan turbine.
Turbine memiliki waktu pencampuran yang lebih singkat dari pada propeller, hal ini
dikarenakan pada impeller turbine memiliki sekat yang dapat membuat aliran pada
pencampuran tidak satu arah sehingga pencampuran air dan KCl akan semakin
sempurna.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa semakin besar
kecepatan putar pengaduk, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai konduktivitas konstan. Di dalam percobaan, Impeller yang memiliki waktu
pencampuran tercepat adalah propeller yang tidak dilengkapi buffle dengan waktu
pencampuran selama 300 detik pada kecepatan 225 rpm. Hal ini tidak sesuai dengan
teori yang ada, dikarenakan pada teori seharusnya yang lebih cepat dalam
pengadukan adalah impeller jenis turbine, karena pada impeller turbine memiliki
sekat yang dapat membuat aliran pada pencampuran tidak satu arah sehingga
pencampuran air dan KCl akan semakin sempurna. Kesalahan ini dapat terjadi karena
beberapa hal, diantaranya yaitu kurang telitinya praktikan dalam mengukur
konduktivitas bahan.

4.2 Saran
Untuk ke depannya, sebaiknya bahan–bahan dan tipe pengaduk yang digunakan
lebih divariasikan lagi agar bisa dilihat bahan mana yang konduktivitasnya lebih
tinggi, dan tipe pengaduk yang digunakan lebih divariasikan lagi untuk mengetahui
tipe pengaduk mana yang lebih efektif untuk digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan. 2011. Peralatan Dan Unit Proses Industri Pangan. Institut Pertanian
Bogor: Bogor.

McCabe L Warren, Smith C Julian, & Herriot Peter. 1985. Operasi Teknik Kimia
Jilid 1 Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga

Purwanto. 2008. Pengaruh Desain Impeller,Baffel, Kecepatan Putar pada Proses


Isolasi Minyak Kelapa Murni dengan Metode Pengadukan. Yogyakarta :
Institut Teknologi Adhi Tama

Tim Penyusun Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia I. 2019. Penuntun


Praktikum Operasi Teknik I. Pekanbaru: Laboratorium Dasar Proses dan
Operasi Pabrik Program Studi D III Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Riau.
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA

Judul Pratikum : Waktu Pencampuran


Dosen Pembimbing : Dr. Desi Heltina
Kelompok : VI
Nama Kelompok : 1. Aprilia Larasati
2. Deni Muhammad Rizal
3. Wahyu Farhan H
Tabel 1. Tangki yang dilengkapi buffle dengan elektrolit KCl 25 gram menggunakan
impeller Propeller

Kecepatan putar (rpm) Waktu (detik) Konduktivitas (µ.s/cm)

60 210

120 206

180 356

240 365

300 305

125 rpm 360 325

420 355

480 305

540 297

600 315

660 305

720 305
780 305

60 216

120 295

180 292

240 300

225 rpm 300 293

360 285

420 287

480 287

540 287

60 275

120 277

180 277
325 rpm
240 275

300 275

360 275

Tabel 2. Tangki yang tak dilengkapi buffle dengan elektrolit KCl 25 gram
menggunakan impeller propeller

Kecepatan putar (rpm) Waktu (detik) Konduktivitas (µ.s/cm)

125 rpm 60 225

120 264

180 264
240 225

300 247

360 275

420 219

480 272

540 251

600 271

660 255

720 255

780 255

60 255

120 235

225 rpm 180 266

240 266

300 266

60 225

120 194

180 265

325 rpm 240 265

300 225

360 225

420 225

Tabel 3. Tangki yang dilengkapi buffle dengan elektrolit KCl 25 gram menggunakan
impeller turbine
Kecepatan putar (rpm) Waktu (detik) Konduktivitas (µ.s/cm)

60 223

120 225

180 235

125 rpm 240 236

300 216

360 242

420 242

60 177

120 147

180 216

225 rpm 240 154

300 224

360 224

420 224

325 rpm 60 218

120 232

180 211

240 234

300 235

360 235
420 235

Tabel 4. Tangki yang tidak dilengkapi buffle dengan elektrolit KCl 25 gram dengan
menggunakan impeller turbine

Kecepatan putar (rpm) Waktu (detik) Konduktivitas (µ.s/cm)

60 256

120 278
125 rpm 274
180

240 275

300 275

360 275

60 243

120 247

180 241

225 rpm 240 239

300 236

360 245

420 245

60 250

120 246

180 256
325 rpm
240 254

300 259

360 259
Pekanbaru, 13 Desember 2019 Mengetahui
Mewakili praktikan, Asisten

Aprilia Larasati Ria Afriyani


LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

B.1. Dokumentasi pada Pengaduk Propeller dengan Buffle

Gambar B.1.1. Pada Kecepatan 125 rpm Gambar B.1.2. Bentuk Aliran pada 125 rpm

Gambar B.1.3. Pada Kecepatan 225 rpm Gambar B.1.4. Bentuk aliran pada 225 rpm
Gambar B.1.5. Pada Kecepatan 335 rpm Gambar B.1.6. Bentuk Aliran pada 325 rpm

B.2. Dokumentasi pada Pengaduk Propeller Tanpa Buffle

Gambar B.2.1. Pada Kccepatan 125 rpm Gambar B.2.2. Bentuk Aliran pada 125 rpm

Gambar B.2.3. Pada Kecepatan 225 rpm Gambar B.2.4. Bentuk Aliran pada 225 rpms
Gambar B.2.5. Pada Kecepatan 325 rpm Gambar B.2.6. Bentuk Aliran pada 325 rpm

B.3. Dokumentasi pada Pengaduk Turbine dengan Buffle

Gambar B.3.1. Pada Kecepatan 125 rpm Gambar B.3.2. Bentuk Aliran pada 125 rpm

Gambar B.3.3. Pada Kecepatan 225 rpm Gambar B.3.4. Bentuk Aliran pada 225 rpm
Gambar B.3.5. Pada Kecepatan 325 rpm Gambar B.3.6. Bentuk Aliran pada 325 rpm

B.4. Dokumentasi pada Pengaduk Turbine Tanpa Buffle

Gambar B.4.1. Pada Kecepatan 125 rpm Gambar B.4.2. Bentuk Aliran pada 125 rpm

Gambar B.4.3. Pada Kecepatan 225 rpm Gambar B.4.4. Bentuk Aliran pada 225 rpm
Gambar B.4.5. Pada Kecepatan 325 rpm Gambar B.4.6. Bentuk Aliran pada 325 rpm

Anda mungkin juga menyukai