WAKTU PENCAMPURAN
BAB I
PENDAHULUAN
3. Turbine
Beberapa tipe turbine antara lain: flat blade, disk flat blade, pitchet blade,
pitchet fane, curvet blade, arrow head, titled blade, pitch curvet blade dan shrouded.
Pola sirkulasi yang terbentuk adalah radial dan tangensial (aliran yang mengelilingi
batang pengaduk). Prinsip kerjanya adalah pengaduk turbine adalah pengaduk
dayung yang memiliki banyak daun pengaduk dan berukuran lebih pendek,
digunakan pada kecepatan tinggi untuk cairan dengan rentang kekentalan yang sangat
luas. Diameter dari sebuah turbine biasanya antara 30 - 50% dari diameter tangki.
Turbine biasanya memiliki empat atau enam daun pengaduk (Purwanto, 2008).
Turbine dengan daun yang datar memberikan aliran yang radial. Jenis ini juga
berguna untuk dispersi gas yang baik, gas akan dialirkan dari bagian bawah pengaduk
dan akan menuju ke bagian daun pengaduk lalu tepotong-potong menjadi gelembung
gas (Purwanto, 2008).
Pada turbine dengan daun yang dibuat miring sebesar 45 o, beberapa aliran
aksial akan terbentuk sehingga sebuah kombinasi dari aliran aksial dan radial akan
terbentuk. Jenis ini berguna dalam suspensi padatan kerena aliran langsung ke bawah
dan akan menyapu padatan ke atas. Terkadang sebuah turbine dengan hanya empat
daun miring digunakan dalam suspensi padat. Pengaduk dengan aliran aksial
menghasilkan pergerakan fluida yang lebih besar dan pencampuran per satuan daya
dan sangat berguna dalam suspensi padatan. Kegunaanya untuk fluida dengan
viskositas rendah dan aliran radial dan tangensial (Kurniawan, 2011)
1
V = π . D 2 . t … … … … … . … … … … . … … … … … … … … … … …(1)
4
Persamaan (1) merupakan rumus dari volume sebuah tangki silinder. Sehingga
salah satu pertimbangan awal untuk merancang alat ini adalah dengan mencari nilai
dari diameter yang sama dengan tangki untuk kapasitas fluida yang diinginkan dalam
pengadukan dan pencampuran (Purwanto, 2008).
D=
4V
√
3
π
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ..(2)
Rancangan dasar dimensi dari sebuah tangki berpengaduk dengan perbandingan
terhadap komponen-komponen yang menyusunnya.
1.1.10 Konduktivitas
Daya hantar listrik adalah ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat
menghantarkan listrik. Konduktivitas digunakan untuk ukuran larutan atau cairan
elektrolit. Larutan yang telah tercampur dengan sempurna akan menghasilkan nilai
konduktivitas yang tidak berubah atau konstan. Dimana telah terjadi proses ionisasi
sempurna. Daya hantar listrik berbanding lurus dengan jumlah ion di dalam larutan.
Larutan KCl misalnya, di dalam air KCl terurai menjadi kation (K +) dan anion (Cl-).
Terjadinya arus listrik pada larutan KCl disebabkan ion K + menangkap electron pada
katoda dengan membebaskan K+ sedangkan ion Cl- melepaskan electron pada anoda
dengan menghasilkan gas Clorin (Purwanto, 2008)
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Tangki yang dilengkapi motor dan batang pengaduk.
2. Impeller propeller dan turbine.
3. Stopwatch.
4. Konduktivitimeter.
2.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Air
2. Kalium Klorida (KCl) sebagai elektrolit.
2.3. Prosedur
Langkah-langkah untuk melakukan percobaan waktu pencampuran adalah
sebagai berikut:
1. Diisi tangki yang dilengkapi buffle dengan air sampai ketinggian mencapai 30
cm dari dasar tangki.
2. Dipasang pengaduk pada posisi akhir batang pengaduk (tipe pengaduk yang
digunakan adalah propeller, dan turbine).
3. Ditambahkan 25 gram Kalium klorida (KCl) kedalam tangki berisi air.
4. Diputar pengaduk dengan kecepatan putar pengadukan 125, 225, dan 325 rpm
dan dicatat nilai konduktivitasnya setiap 60 detik pengadukan.
5. Diulangi langkah tersebut untuk setiap tipe pengaduk yang berbeda dan pada
tangki yang tidak dilengkapi buffle.
6. Dicatat hasil praktikum yang di peroleh pada lembar percobaan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Berikut ini adalah hasil data dari percobaan yang dilakukan dengan
menggunakan larutan KCl 25 gram. Dengan tangki yang dilengkapi buffle dan yang
tidak dilengkapi dengan buffle dengan beberapa macam impeller yaitu propeller dan
turbine. Pada percobaan digunakan variasi kecepatan putar pengadukan 125 rpm, 225
rpm, dan 325 rpm untuk pengukuran setiap impeller yang berbeda.
Tabel 3.1 Waktu pencampuran KCl 25 gram dengan air (tangki dilengkapi buffle)
Kecepatan Putar Pengaduk
Tabel 3.2 Waktu pencampuran KCl 25 gram dengan air (tangki tanpa buffle)
Kecepatan Putar Pengaduk
3.2. Pembahasan
Pencampuran adalah sebuah operasi yang bertujuan untuk mengurangi
ketidaksamaan komposisi, suhu, atau sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan.
Terjadinya pencampuran dikarenakan adanya gerakan dari bahan tersebut. Untuk
membuat bahan bisa bergerak diperlukan suatu pengadukan yang merupakan gerakan
terinduksi menurut cara tertentu pada suatu bahan dalam bejana atau tangki. Gerakan
itu biasanya mempunyai pola sirkulasi, salah satunya adalah proses pencampuran.
Istilah pencampuran dapat diartikan dengan memberikan gerakan yang tidak
beraturan atau keadaan yang turbulen terhadap fluida. Waktu pencampuran adalah
waktu yang dibutuhkan fluida untuk bercampur merata keseluruh tangki sehingga
campuran bersifat homogen. Pada percobaan ini digunakan larutan elektrolit KCl
sebanyak 25 gram yang dicampur dengan air dan akan dihitung waktu
pencampurannya serta konduktivitasnya.
Setiap jenis pengaduk memberikan pola aliran yang berbeda. Pola aliran yang
baik untuk pencampuran adalah pola aliran turbulen (acak). Karena aliran turbulen
dapat menjangkau setiap sudut tangki sehingga waktu pencampuran yang dibutuhkan
kecil dan menguntungkan dalam proses pencampuran (Rahayu, 2009)
Bila suatu jenis pengaduk memberikan pola aliran selain pola aliran turbulen,
kita bisa menciptakan aliran turbulen dengan menambahkan sekat (buffle) di dalam
tangki, karena dengan menambahkan sekat maka pola aliran yang awalnya tercipta
tidak turbulen menjadi turbulen. Buffle pada tangki juga membentuk distribusi
konsentrasi yang lebih baik didalam tangki karena pola aliran yang terjadi terpecah
menjadi empat bagian. Semakin besar ukuran buffle maka akan menghasilkan
pencampuran yang lebih baik. Jadi bisa dikatakan bahwa jenis tangki yang
mempunyai buffle akan lebih efektif dibanding dengan tangki yang tidak mempunyai
buffle.
400
350
Konduktivitas (µ.s/cm)
300
250
200
150
100
50
0
60 120 180 240 300 360 420 480 540 600 660 720 780
Waktu (sekon)
Propeller Turbine
Gambar 3.1 Hubungan konduktivitas KCl dengan waktu pada kecepatan 125
rpm yang dilengkapi buffle
Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa kondisi pengaduk turbine lebih efektif
dibandingkan dengan pengaduk propeller. Pada kecepatan 125 rpm impeller
propeller memperoleh nilai konduktivitas konstan sebesar 305 µs/cm, sedangkan
impeller turbine memperoleh nilai konduktivitas konstan sebesar 242 µs/cm. Dari
kedua impeller terlihat bahwa impeller turbine memiliki nilai konduktivitas yang
lebih rendah daripada impeller propeller dan memiliki selang waktu yang lebih
singkat daripada impeller propeller. Hal ini dikarenakan pada impeller turbine
memiliki sekat yang dapat membuat aliran pada pencampuran tidak satu arah
sehingga pencampuran air dan KCl akan semakin sempurna. Dimana hal ini sesuai
dengan teori bahwa pengaduk turbine lebih efektif dibandingkan pengaduk lainnya.
350
300
Konduktivitas (µ.s/cm)
250
200
150
100
50
0
60 120 180 240 300 360 420 480 540
Waktu (sekon)
Propeller Turbine
Gambar 3.2 Hubungan konduktivitas KCl dengan waktu pada kecepatan 225
rpm pada tangki yang dilengkapi buffle
Dari Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa nilai konduktivitas konstan untuk
pengaduk propeller lebih besar daripada nilai konduktivitas pengaduk Turbine.
Dimana pengaduk propeller memiliki nilai konduktivitas konstan sebesar 305
µs/cm, sedangkan pengaduk turbine hanya memiliki nilai konduktivitas sebesar
242 µs/cm. Bila setiap data dibandingkan maka diperoleh pengaduk propeller
memiliki nilai konduktivitas yang tinggi tetapi memiliki selang waktu yang
lebih lama dibandingkan dengan impeller turbine. Hal ini bila dikaitkan dengan
teori pada sub bab sebelumnya adalah sesuai. Sebab pada dasarnya pengaduk
turbine memang pengaduk yang paling efektif dibanding pengaduk lainnya
dikarenakan pada impeller turbine memiliki sekat yang dapat membuat aliran
pada pencampuran tidak satu arah sehingga pencampuran air dan KCl akan
semakin sempurna.
300
Konduktivitas (µ.s/cm)
250
200
150
100
50
0
60 120 180 240 300 360 420
Waktu (sekon)
Propeller Turbine
Gambar 3.3 Hubungan konduktivitas KCl dengan waktu pada kecepatan 325
rpm pada tangki yang dilengkapi buffle
Pada Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa konduktivitas konstan untuk pengaduk
propeller yaitu sebesar 275 µs/cm, sedangkan untuk pengaduk turbine memiliki nilai
konduktivitas sebesar 235 µs/cm. Kondisi yang tergambar pada grafik diperoleh
pengaduk propeller memiliki nilai konduktivitas yang tinggi dengan selang waktu
yang singkat dibandingkan dengan impeller lainnya. Hal ini tidak sesuai dengan teori
yang ada, dikarenakan pada teori seharusnya yang lebih cepat dalam pengadukan
adalah impeller jenis turbine, karena pada impeller turbine memiliki sekat yang dapat
membuat aliran pada pencampuran tidak satu arah sehingga pencampuran air dan KCl
akan semakin sempurna. Kesalahan ini dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya
yaitu kurang telitinya praktikan dalam mengukur konduktivitas bahan.
Konduktivitas (µ.s/cm)
250
200
150
100
50
0
60 120 180 240 300 360 420 480 540 600 660 720 780
Waktu (sekon)
Propeller Turbine
Gambar 3.4 Hubungan konduktivitas KCl dengan waktu pada kecepatan 125 rpm
pada tangki yang tidak dilengkapi buffle
Dari Gambar 3.4 terlihat bahwa kondisi pengaduk proppeler dan turbine
stabil. Pada kecepatan 125 rpm masing-masing impeller memperoleh nilai
konduktivitas konstannya yaitu propeller dengan 255 µs/cm dan turbine dengan 275
µs/cm. Dari kedua impeller terlihat bahwa impeller turbin memiliki nilai
konduktivitas tertinggi dan selang waktu yang cukup singkat dibandingkan impeller
lainnya pada kecepatan 125 rpm. Dimana hal ini sesuai dengan teori bahwa pengaduk
turbine lebih efektif dibandingkan pengaduk lainnya karena pada impeller turbine
memiliki sekat yang dapat membuat aliran pada pencampuran tidak satu arah
sehingga pencampuran air dan KCl akan semakin sempurna.
260
Konduktivitas (µ.s/cm)
250
240
230
220
210
60 120 180 240 300 360 420
Waktu (sekon)Turbine
Propeller
Gambar 3.5 Hubungan konduktivitas KCl dengan waktu pada kecepatan 225
rpm pada tangki yang tidak dilengkapi buffle
Dari Gambar 3.5 terlihat bahwa nilai konduktivitas konstan untuk pengaduk
propeller yang didapat yaitu sebesar 266 µs/cm, sedangkan untuk pengaduk jenis
turbine nilai konduktivitas konstan yang didapat adalah 245 µs/cm. Bila setiap data
dibandingkan maka dapat dilihat bahwa pengaduk turbine memiliki nilai
konduktivitas yang lebih rendah dengan selang waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan pengaduk propeller. Hal ini bila dikaitkan dengan teori pada sub bab
sebelumnya adalah tidak sesuai. Sebab pada dasarnya pengaduk turbine adalah
pengaduk yang paling baik dibanding pengaduk lainnya karena pada impeller turbine
memiliki sekat yang dapat membuat aliran pada pencampuran tidak satu arah
sehingga pencampuran air dan KCl akan semakin sempurna. Tetapi pada hal ini
adalah sebaliknya, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah
kurang telitinya praktikan dalam mengukur konduktivitas pada bahan.
300
Konduktivitas (µ.s/cm)
250
200
150
100
50
0
60 120 180 240 300 360 420
Waktu (sekon)
Propeller Turbine
Gambar 3.6 Hubungan konduktivitas KCl dengan waktu pada kecepatan 325 rpm
pada tangki yang tidak dilengkapi buffle
Dari Gambar 3.6 terlihat bahwa kondisi pengaduk turbine lebih efektif dari
pada pengaduk jenis propeller karena pada impeller turbine memiliki sekat yang
dapat membuat aliran pada pencampuran tidak satu arah sehingga pencampuran air
dan KCl akan semakin sempurna. Pada kecepatan 325 rpm pengaduk turbine
memperoleh nilai konduktivitas konstan sebesar 259 µs/cm, sedangkan pada
pengaduk propeller memiliki nilai konduktivitas konstan sebesar 225 µs/cm. Dari
kedua impeller terlihat bahwa impeller turbine memiliki nilai konduktivitas konstan
tertinggi dan selang waktu yang lebih singkat dibandingkan impeller lainnya pada
kecepatan 325 rpm. Dimana hal ini sesuai dengan teori bahwa pengaduk turbine lebih
efektif dibandingkan pengaduk lainnya.
Menurut literatur, semakin cepat laju pengadukan, semakin cepat juga waktu
pencampuran, hal ini dikarenakan kecepatan perputaran impeller yang digunakan
semakin cepat mengakibatkan air yang dicampurkan dengan KCl semakin cepat
bercampur dan menjadi larutan yang homogen.
Impeller yang digunakan pada praktikum ini adalah propeller dan turbine.
Turbine memiliki waktu pencampuran yang lebih singkat dari pada propeller, hal ini
dikarenakan pada impeller turbine memiliki sekat yang dapat membuat aliran pada
pencampuran tidak satu arah sehingga pencampuran air dan KCl akan semakin
sempurna.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa semakin besar
kecepatan putar pengaduk, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai konduktivitas konstan. Di dalam percobaan, Impeller yang memiliki waktu
pencampuran tercepat adalah propeller yang tidak dilengkapi buffle dengan waktu
pencampuran selama 300 detik pada kecepatan 225 rpm. Hal ini tidak sesuai dengan
teori yang ada, dikarenakan pada teori seharusnya yang lebih cepat dalam
pengadukan adalah impeller jenis turbine, karena pada impeller turbine memiliki
sekat yang dapat membuat aliran pada pencampuran tidak satu arah sehingga
pencampuran air dan KCl akan semakin sempurna. Kesalahan ini dapat terjadi karena
beberapa hal, diantaranya yaitu kurang telitinya praktikan dalam mengukur
konduktivitas bahan.
4.2 Saran
Untuk ke depannya, sebaiknya bahan–bahan dan tipe pengaduk yang digunakan
lebih divariasikan lagi agar bisa dilihat bahan mana yang konduktivitasnya lebih
tinggi, dan tipe pengaduk yang digunakan lebih divariasikan lagi untuk mengetahui
tipe pengaduk mana yang lebih efektif untuk digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan. 2011. Peralatan Dan Unit Proses Industri Pangan. Institut Pertanian
Bogor: Bogor.
McCabe L Warren, Smith C Julian, & Herriot Peter. 1985. Operasi Teknik Kimia
Jilid 1 Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga
60 210
120 206
180 356
240 365
300 305
420 355
480 305
540 297
600 315
660 305
720 305
780 305
60 216
120 295
180 292
240 300
360 285
420 287
480 287
540 287
60 275
120 277
180 277
325 rpm
240 275
300 275
360 275
Tabel 2. Tangki yang tak dilengkapi buffle dengan elektrolit KCl 25 gram
menggunakan impeller propeller
120 264
180 264
240 225
300 247
360 275
420 219
480 272
540 251
600 271
660 255
720 255
780 255
60 255
120 235
240 266
300 266
60 225
120 194
180 265
300 225
360 225
420 225
Tabel 3. Tangki yang dilengkapi buffle dengan elektrolit KCl 25 gram menggunakan
impeller turbine
Kecepatan putar (rpm) Waktu (detik) Konduktivitas (µ.s/cm)
60 223
120 225
180 235
300 216
360 242
420 242
60 177
120 147
180 216
300 224
360 224
420 224
120 232
180 211
240 234
300 235
360 235
420 235
Tabel 4. Tangki yang tidak dilengkapi buffle dengan elektrolit KCl 25 gram dengan
menggunakan impeller turbine
60 256
120 278
125 rpm 274
180
240 275
300 275
360 275
60 243
120 247
180 241
300 236
360 245
420 245
60 250
120 246
180 256
325 rpm
240 254
300 259
360 259
Pekanbaru, 13 Desember 2019 Mengetahui
Mewakili praktikan, Asisten
Gambar B.1.1. Pada Kecepatan 125 rpm Gambar B.1.2. Bentuk Aliran pada 125 rpm
Gambar B.1.3. Pada Kecepatan 225 rpm Gambar B.1.4. Bentuk aliran pada 225 rpm
Gambar B.1.5. Pada Kecepatan 335 rpm Gambar B.1.6. Bentuk Aliran pada 325 rpm
Gambar B.2.1. Pada Kccepatan 125 rpm Gambar B.2.2. Bentuk Aliran pada 125 rpm
Gambar B.2.3. Pada Kecepatan 225 rpm Gambar B.2.4. Bentuk Aliran pada 225 rpms
Gambar B.2.5. Pada Kecepatan 325 rpm Gambar B.2.6. Bentuk Aliran pada 325 rpm
Gambar B.3.1. Pada Kecepatan 125 rpm Gambar B.3.2. Bentuk Aliran pada 125 rpm
Gambar B.3.3. Pada Kecepatan 225 rpm Gambar B.3.4. Bentuk Aliran pada 225 rpm
Gambar B.3.5. Pada Kecepatan 325 rpm Gambar B.3.6. Bentuk Aliran pada 325 rpm
Gambar B.4.1. Pada Kecepatan 125 rpm Gambar B.4.2. Bentuk Aliran pada 125 rpm
Gambar B.4.3. Pada Kecepatan 225 rpm Gambar B.4.4. Bentuk Aliran pada 225 rpm
Gambar B.4.5. Pada Kecepatan 325 rpm Gambar B.4.6. Bentuk Aliran pada 325 rpm