BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, proses
pemisahan komponen pada industri telah berubah menjadi lebih efesien. Pada
industri kimia tertentu, unit operasi pemisahan baik satu komponen maupun
Multikomponen sangat penting untuk diperhatikan. Walaupun campuran itu
ideal dan pemisahan yang sempurna terkadang sama sekali tidak mungkin
dikarenakan pembentukan azeotrop. Campuran azeotrop memiliki uap dan fase
cair yang memiliki komposisi yang identik. Terjadinya fenomena ini
menyebabkan distilasi sederhana tidak dapat digunakan untuk mencapai
pemisahan sempurna karena distilasi bergantung pada perbedaan komposisi antara
fase cair dan uap. Azeotrop terjadi karena kesetimbangan fase non ideal yang
dihasilkan dari interaksi molekul (baik tolakan atau tarik-menarik) dari komponen
kimia yang berbeda. Oleh karena itu, pada industri yang menginginkan komponen
dengan kemurnian tinggi harus menggunakan cara lain dalam pemisahan
campurannya seperti destilasi ekstraktif. Melalui destilasi ekstraktif komponen
yang ingin diambil dapat memiliki kemurnian tinggi (lebih besar dari 99%),
dimana penerapannya tetap harus memperhatikan hal-hal lain. Seperti
penggunaan plate, refluks, laju alir umpan.
Proses biofuel yang muncul biasanya memiliki produk fermentasi yang
membentuk azeotrop dengan air, yang hadir dalam jumlah besar dalam fermentor.
Sebagai contoh adalah Etanol yang membentuk azeotrop biner homogen dengan
titik didih minimum dari air. Industri perminyakan jarang menemukan azeotrop
karena komponen hidrokarbon memiliki struktur molekul yang mirip. Sedangkan
industri kimia sering berkaitan dengan komponen dari berbagai jenis, yang sering
menghasilkan azeotrop. Terdapat banyak cara untuk mencapai pemisahan
homogen azeotrope. Oleh karena itu, dilakukan praktikum distilasi ekstraktif agar
praktikan dapat memahami proses distilasi ekstraktif dan dapat
mengaplikasikannya dalam dunia industri.
I.2 Tujuan
1. Untuk menghilangkan titik azeotrope dari kedua komponen yang saling
larut pada kurva kesetimbangan
2. Untuk menentukan kurva kesetimbangan baru dari campuran azeotrope
etanol- air dengan menghilangkan titik azeotropenya
3. Untuk mendapatkan etanol dengan kemurnian tinggi pada metode distilasi
ekstraktif
I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
destilasi ekstraktif.
2. Agar praktikan dapat memahami prinsip destilasi ekstraktif.
3. Agar praktikan dapat menerapkan destilasi ekstraktif dalam dunia industri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Secara Umum
Destilasi atau penyulingan adalah metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali kedalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. sedangkan zat yang memiliki
titik didih yang lebih tinggi akan mengembun dan akan menguap apabila telah
mencapai titik didihnya. Metode ini termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan
massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan,
masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya (Fatimura, 2014).
Distilasi merupakan proses pemisahan fisik yang tidak memerlukan reaksi
kimia. Secara komersial, distilasi memiliki sejumlah aplikasi, misalnya untuk
memisahkan minyak mentah menjadi fraksi-fraksi yang lebih ringan yang
digunakan sebagai bahan bakar dalam transportasi, pembangkit listrik, maupun
dalam proses pemanasan sehari-hari (Mustiadi, 2020). Distilasi dapat dilakukan
dengan dua metode yang utama. Metode pertama distilasi didasarkan pada
produksi uap dengan merebus campuran cairan untuk dipisahkan dan
mengembunkan uap yang dilakukan dengan cara merebus campuran cairan
kembali ke penyulingan. Pada metode kedua, didasarkan pada pengembalian
bagian kondensat ke penyimpanan dalam kondisi sedemikian rupa sehingga cairan
yang kembali dibawa kedalam kontak yang erat dengan uap dalam perjalnanan ke
kondensor (McCabe, 2005).
II.2.7 Refluks
Refluks adalah teknik distilasi yang melibatkan kondensasi uap dan
berbaliknya kondensat ini ke dalam sistem asalnya. Ini digunakan dalam distilasi
industri dan laboratorium. Refluks juga digunakan dalam bidang kimia untuk
memasok energi pada reaksi untuk waktu yang panjang.
Fungsi refluks, adalah memperbesar L/V di enriching section, sehingga
mengurangi jumlah equibrium stage yang diperlukan untuk product quality yang
ditentukan, atau, dengan jumlah stage yang sama, akan menghasilkan product
quality yang lebih baik dengan menggandakan kontak kembali antara cairan dan
uap agar panas yang digunakan efisien. Refluks /destruksi ini bisa dimasukkan
dalam macam-macam destilasi walau pada prinsipnya agak berkelainan
(Fatimura,2014).
II.4.4 Etanol
a. Sifat Fisika
1. Fase : Cair
2. Warna : Tidak berwarna
3. Titik didih : 78,4° C
b. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : C2H5OH
2. Berat molekul : 46,07 gr/mol
(Perry,2008”Ethyl Alcohol”)
c. Fungsi
Sebagai bahan yang dimurnikan
II.5 Hipotesa
Pada percobaan destilasi ekstraktif diharapkan etanol dapat mencapai
konsentrasi diatas 95% dan dapat memperbesar perbedaan titik didih dengan
menambahkan garam pada campuran etanol-air dengan menghilangkan titik
azeotrop dari campuran ethanol air. Dengan begitu diperoleh konsentrasi pada
distilat yang semakin besar.
II.6 K3 Alat Skala Industri
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya perlindungan
agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan
pekerjaan di tempat kerja K3 pengoperasian peralatan proses distilasi, yaitu
tercapainya kondisi kerja yang maksimal dari peralatan distilasi.
Pemeriksaan K3 pra-pengoperasian peralatan distilasi diantaranya :
1. Memeriksa larutan dan pereaksi
2. Memeriksa instalasi listrik alat distilasi
3. Memeriksa kondisi alat distilasi
4. Memeriksa bagian-bagian peralatan distilasi
5. Memastikan peralatan distilasi tidak kekurangan daya atau terputus daya
listrik
Pemeriksaan kondisi peralatan distilasi diantaranya :
1. Memeriksa rangkaian alat distilasi
2. Memeriksa sambungan air pendingin, kondisi pompa air, dan kondisi kran
yang digunakan
3. Memeriksa sambungan steam, kondisi pompa pemanas, dan kondisi kran
yang digunakan
4. Memeriksa kondisi kolom distilasi
5. Memeriksa kondisi tangki destilat dalam keadaan siap untuk digunakan
6. Memastikan tangki sampel diisi dengan sampel distilasi sesuai dengam
proses yang akan dijalankan
7. Memastikan air yang digunakan untuk pendingin dan pembangkit uap
tidak mengandung pengotor
8. Memeriksa tombol peralatan berfungsi dengan baik.
(Darmia, 2018)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1. Bahan
1. Etanol
2. Natrium klorida
3. Kalsium klorida
4. Aquadest
III.2. Alat
1. Neraca analitik
2. Piknometer
3. Kondensor
4. Erlenmeyer
5. Selang air
6. Thermometer
7. Labu leher tiga
8. Divider
9. Spatula
10. Pipet tetes
11. Gelas ukur
12. Beaker glass
13. Statif dan klem
14. Heating mantel
15. Corong kaca
16. Packed coloumn
17. Labu ukur
III.3. Gambar alat
Divider
Beaker
glass
Termometer
Spatula Pipet tetes Statif Klem Packed coloumn
Air
Kondensor
Air
divider
Distilat
Packed Column
Labu leher 3
Residu
Pemanas
Membuat larutan etanol (20-40 %) sebanyak 500 ml ditambah dengan garam sebagai
media, jenis garam yang dipergunakan CaCl2 atau NaCl, jumlah garam yang
ditambahkan dihitung berdasarkan kelarutan garam dalam air.
Lakukan pengamatan pada saat distilat sudah mencapai 15 ml, dan lakukan
pengamatan konsentrasi etanol pada distilat (Xd) dan Residu (bottom) (Xw), suhu
bottom, suhu ditengah packed column dan suhu uap. Lakukan pengamatan,
pengukuran dan analisa konsentrasi etanol selama 5 atau 6 kali pengamatan